• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Labuhanbatu TA RPIJM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Labuhanbatu TA RPIJM"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

1 |bab 6

6.1 PETUNJUK UMUM

Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RIPJM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten Labuhanbatu, yang meliputi:

1. Pembelanjaan untuk pengoperasiaan dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun;

2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada;

3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.

Pembahasan aspek keuangan dalam penyusunan RPIJM perlu memperhatikan kemampuan keuangan daerah yang meliputi kemampuan penyediaan dana atau pendapatan daerah dan kebutuhan penggunaan dana atau belanja untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang menjadi urusan dan kewenangan daerah. Selain itu pendanaan RPIJM juga didukung dengan sumber dana lain yang bersumber baik dari masyarakat, swasta dan pemerintah atasan dalam bentuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kabupaten mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Sesuai dengan ketentuan tersebut daerah mampunyai kewenangan untuk melaksanakan 26 Urusan Urusan Wajib dan 8 Urusan Pilihan. Pada pembahasan aspek keuangan ini akan difokuskan pada keuangan daerah yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

(2)

2 |bab 6

6.2 KOMPONEN KEUANGAN

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, struktur keuangan daerah terdiri dari:

a. Pendapatan Daerah b. Belanja Daerah c. Pembiayaan Daerah

6.2.1 PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan Daerah meliputi seluruh penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancer, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Pendapatan Daerah terdiri atas: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD); b. Dana Perimbangan; dan

c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Berikut akan dijelaskan satu persatu subkomponen Pendapatan dan gambaran umum tentang subkomponen Pendapatan di daerah pada umumnya.

1) Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas beberapa jenis pendapatan yaitu dari : a) Pajak Daerah, antara lain: Pajak Penerangan Jalan (PPJ), Pajak Hotel, Pajak

Restoran dan rumah makan, Pajak Hiburan, Pajak Reklame dan Pajak pengambilan bahan galian gol. C. Pajak-pajak Daerah ini diatur melalui Undang-undang No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 65/2001 tentang Pajak Daerah serta Peraturan Daerah untuk setiap jenis pajak daerah

b) Retribusi Daerah, antara lain: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Persampahan, Retribusi Biaya Cetak KTP, Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, Retribusi Pelayanan pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotordan lain-lain, sebagai mana diatur dalam Undang-undang No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 66/2001 tentang Retribusi Daerah dan Peratutran Daerah.

c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain bagian laba penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan milik daerah (BUMD), perusahaan milik pemerintah (BUMN) ataupun perusahaan milik swasta.

(3)

3 |bab 6 d) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, merupakan pendapatan asli daerah yang tidak termasuk pajak daerah, retribusi daerah ataupun hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, pendapatan dari pengembalian, dan lain-lain.

2) Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas :

a) Dana Bagi Hasil merupakan dana yang bersumber dari pajak disebut dengan Bagi Hasil Pajak dan bersumber dari Sumber Daya Alam uyang disebut dengan Bagi Sumber Daya Alam. Dana BHP antara lain: Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan Badan maupun Pribadi; sedangkan dana BH-SDA atara lain : kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

b) Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan Dalam Negeri Netto, yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan “Celah Fiskal” yaitu selisih antara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal daerah ditambah Alokasi Dasar.

c) Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang diokasikan kepada daerah untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah.

6.2.2 BELANJA DAERAH

Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kuajiban daerah dalam satu tahun anggaran, yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Menurut kelompoknya belenja daerah terdiri atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. 1) Belanja Tidak Langsung; merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara

langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja ini terdiri atas :

a) Belanja pegawai; b) Bunga;

c) Subsidi; d) Hibah;

(4)

4 |bab 6 e) Bantuan Sosial;

f) Belanja Bagi hasil; g) Bantuan Keuangan; dan h) Belanja Tidak Terduga

2) Belanja Langsung; merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja ini terdiri atas :

a) Belanja pegawai; merupakan pengeluaran honorarium/upah untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah

b) Belanja barang dan jasa; merupakan pengeluaran untuk pembelian/ pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.

c) dan Belanja modal; merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/ pengadaan atau pembangunan asset yang mempunyai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.

6.2.3 PEMBIAYAAN DAERAH

Pembiayaan meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup deficit atau untuk memanfaatkan surplus. Menurut kelompoknya pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluarkan pembiayaan.

1. Pengeluaran pembiayaan mencakup antara lain sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SILPA); pencairan dana cadangan dan lain-lain.

2. Pengeluaran pembiayaan mencakup antara lain pembentukan dana cadangan; pembayaran pinjaman daerah dan lain-lain.

6.3 PROFIL KEUANGAN KABUPATEN LABUHANBATU

6.3.1 KEUANGAN DAERAH

Bab ini menguraikan profil keuangan Kabupaten Labuhanbatu dalam penyusunan RPIJM yang bertujuan untuk menghitung kemapuan dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu termasuk program PU/Cipta Karya yang sasarannya adalah wilayah – wilayah yang memiliki potensi ekonomi maupun sosial. Profil keuangan daerah merupakan gambaran umum kondisi keuangan daerah selama 5 tahun terakhir, serta rincian target dan realisasinya.

(5)

5 |bab 6 6.3.1.1 Gambaran Umum Keuangan Daerah

Kondisi keuangan daerah Kabupaten Labuhanbatu tergambar dalam APBD Kabupaten Labuhanbatu baik untuk pendapatan maupun belanja dan pembiayaan daerah, sebagaimana tertuang dalam tabel 6.1. Selain itu juga akan digambarkan struktur pendapatan, belanja dan pembiayaan secara rinci berserta kecenderungan perkembangannya ada tabel berikutnya. Gambaran umum keuangan daerah juga akan mengambarkan penerimaan yang bersumber dari tugas pembantuan.

1. Pendapatan Daerah

Struktur Pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Pendapatan lain yang sah. Selama 4 tahun terakhir Pendapatan Daerah Kabupaten Labuhanbatu selalu mengalami peningkatan dengan laju peningkatan rata-rata 31,95 % per tahun.

Secara rinci perkembangan realisasi pendapatan daerah untuk masing masing jenis pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(6)

6 |bab 6 TABEL 6.1

TARGET DAN REALISASI APBD KABUPATEN LABUHANBATU TA. 2004 – 2007 DAN TARGET RANCANGAN P-APBD TA. 2008

(Dalam ribuan)

NO. URAIAN TA. 2004 TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA. 2008

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET

1 Pendapatan Daerah 372.451.004 389.771.321 399.927.419 422.703.991 628.699.082 657.760.571 745.059.596 763.408.873 845.530.244 2 Belanja Daerah 424.459.621 405.232.170 427.562.285 367.042.690 684.605.180 482.000.855 941.126.519 763.408.873 1.054.379.199 Surplus/(defisit) (52.008.617) (15.460.849) (27.634.866) 55.661.300 (55.906.098) 175,759,716 (196.066.923) 763.408.873 (208.848.955) 3 Pembiayaan Daerah Penerimaan Pembiayaan 55.658.617 53.745.714 32.480.425 32.480.425 80.673.858 73.860.291 233.575.109 233.575.109 211.122.576 Pengeluaran Pembiayaan 3.650.000 3.650.000 7.467.867 32.480.425 16.044.898 16.044.898 5.212.029 233.575.109 2.273.621 Pembiayaan netto 52.008.617 50.095.714 25.012.558 25.012.558 64.628.960 57.815.393 228.363.080 230.363.079 208.848.955 34.634.865 80.673.858 233,575,109 32.296.157 211.122.575 - Sumber : APBD Kabupaten Labuhanbatu 2004-2008 dan Perhitungan Labuhanbatu APBD 2004-2007

(7)

7 |bab 6 TABEL 6.2

TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN APBD KABUPATEN LABUHANBATU TA. 2004 – 2007 DAN TARGET PENDAPATAN RANCANGAN P-APBD TA. 2008

(Dalam ribuan)

NO. URAIAN TA. 2004 TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA. 2008

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET

1 Pendapatan Asli Daerah 24.091.969 27.500.447 25.454.818 25.178.208 33.741.681 38.976.417 37.573.893 36.771.409 48.471.599

1 Pajak Daerah 8.612.500 8.968.829 9.531.116 10.082.225 10.445.508 10.014.824 11.074.933 10.802.249 13.980.897 2 Retribusi Daerah 8.961.519 9.141.720 9.949.854 9.866.302 10.469.659 9.768.686 11.573.462 10.772.854 15.504.660 3 Hasil kekayaan Daerah yang

dipisahkan 72.000 36.000 76.000 15.000 2.675.660 5.512.562 4.275.660 4.370.864 4.312.570 4 Lain-lain PAD yang sah 6.445.950 9.353.898 5.915.848 5.214.681 10.150.855 13.680.345 12.649.838 10.825.442 14.673.472

2 Dana Perimbangan 331.480.951 326.116.124 332.598.893 351.749.009 566.200.401 586.271.562 668.337.274 683.592.118 703.912.273

1 Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak

SDA 36.493.951 48.979.124 42.050.893 60.917.965 62.869.401 82.940.562 120.943.274 135.344.343 102.919.868 2 DAU 268.127.000 268.127.000 286.548.000 286.548.000 471.211.000 471.211.000 536.778.000 536.778.000 578.103.405 3 DAK 9.010.000 9.010.000 4.000.000 4.283.044 32.120.000 32.120.000 10.616.000 11.469.775 22.889.000

3 Lain-lain Pendapatan yang

sah 34.728.084 36.154.750 40.873.708 45.776.774 28.757.000 32.512.592 37.148.429 43.045.347 93.146.372

1 Bagi hasil Pajak propinsi 17.850.000 19.078.946 18.853.000 23.756.066 23.853.000 27.608.592 27.000.000 28.331.321 38.800.000 2 Bant. Keuangan Prop. - - 3.879.648 3.879.648 4.904.000 4.904.000 10.148.429 10.148.429 9.649.184 3 Dana Penyesuaian 16.878.084 17.075.804 18.141.060 18.141.060 - - - 4.565.597 30.697.188

4 Dana Pasca bencana - - - 14.000.000

TOTAL PENDAPATAN 372.451,004 389.771.321 399.927.419 422.703.991 628.699.082 657.760.571 745.059.596 763.408.874 845.530.244

(8)

8 |bab 6 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pendapatan daerah Kabupaten Labuhanbatu sebagian besar bersumber dari dana perimbangan dengan kontribusi secara komulatif 4 tahun terakhir sebesar 87.20 % dari total pendapatan. Jenis pendapatan, dana perimbangan yang memberikan kontribusi terbesar adalah Dana Alokasi Umum yang kontribusinya mencapai 80.23 % dari total dana perimbangan atau 69.96 % dari total pendapatan daerah.

Untuk laju peningkatan pendapatan, dari 3 sumber pendapatan pada APBD hanya laju PAD yang ratenya cukup realistis, karena 2 sumber pendapatan lainnya sifatnya given yaitu merupakan pemberian dari pemerintah atasan, sehingga besarannya sangat bergantung pada pendapatan pemerintah atasan.

2. Belanja Daerah

Struktur belanja daerah untuk APBD Kabupaten Labuahanbatu sesuai dengan ketentuan yang berlaku telah mengalami perubahan sejak tahun anggaran 2007. Untuk itu struktur belanja daerah disajikan sesuai Standar Akuntasi Pemerintah (SAP) yaitu terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal, Transfer ke Desa/ Kelurahan dan Belanja Tak Terduga. Belanja Operasi akan diuraikan secara rinci sedangkan belanja lainnya akan diuaraikan secara global.

Total belanja pada APBD Kabupaten Labuhanbatu mengalami peniungkatan setiap tahunnya sebesar 29,10%. Secara rinci Struktur APBD Kabupaten Labuhanbatu akan diuraikan pada tabel berikut ini :

(9)

9 |bab 6 TABEL 6.3

TARGET DAN REALISASI BELANJA DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU TA. 2004 – 2007 DAN TARGET RANCANGAN P-APBD TA. 2008

(Dalam ribuan)

NO. URAIAN TA. 2004 TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA. 2008

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET

1. Belanja Operasi 287.123.040 275.202.680 328.203.466 302.452.321 426.329.573 383.791.575 609.705.239 521.979.644 756.900.451 Belanja Pegawai 239.295.337 229.999.498 246.559.360 233.204.273 321.496.195 293.295.813 383.810.908 356.713.122 497.795.620 Belanja Barang 47.491.463 44.386.942 59.382.661 51.437.707 87.880.042 74.683.165 192.156.818 141.969.668 205.071.679 Belanja Bunga 366.240 366.240 792.724 324.885 287.296 287.296 204.218 204.217 151.852 Belanja Subsidi - - - - 11.606.751 8.030.620 - Belanja Hibah - - 371.200 369.330 1.843.414 1.843.414 30.097.500 Belanja Bantuan sosial 21.468.721 17.485.456 16.294.839 15.155.971 20.083.130 13.218.603 14.038.600

2. Belanja Modal 110.811.509 105.054.222 93.727.110 59.565.268 241.057.695 8.487.861 303.954.655 236.909.964 264.847.394

3. Tranfer ke Desa/Kel 23.968.477 22.523.648 5.041.320 4.718.220 12.998.100 12.948.950 23.596.610 23.596.610 39.994.401

4. Belanja Tak Terduga 2.556.595 2.451.620 590.389 306.881 3.679.812 772.469 3.870.155 163.160 2.382.153

Jumlah Belanja 424.459.621 405.232.170 427.562.285 367.042.690 684.065.180 482.000.855 917.529.909 759.052.768 1.054.379.199

Sumber : APBD Kabupaten Labuhanbatu 2004-2008 dan Perhitungan Labuhanbatu APBD 2004-2007

(10)

10 |bab 6 3. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, dimana dalam APBD Kabupaten Labuhanbatu penerimaan pembiayaan hanya bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun yang lalu, sedangkan pengeluaran pembiayaan di alokasikan untuk penyertaan modal dan pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo. Secara rinci pembiayaan daerah selama 5 tahun anggaran dapat dilihat pada tabel 6.4

4. Tugas Pembantuan

Tugas pembantuan merupakan tugas dan urusan Pemerintah yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada Pemerintah daerah disertai dengan pendanaannya. Kabupaten Labuhanbatu setiap tahunnya menerima Tugas Pembantuan yang dilimpahkan melaui beberapa Departemen seperti :

- Departemen Pertanian - Departemen Tenaga Kerja - Departemen Kesehatan

Gambaran umum mengenai Tugas pembantuan yang diterima Kabupaten Labuhanbatu selama 4 tahun anggaran terakhir dapat diuraikan dalam tabel 6.5

(11)

11 |bab 6 TABEL 6.4

TARGET DAN REALISASI PEMBIAYAAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU TA. 2004 – 2007 DAN TARGET RANCANGAN P-APBD TA. 2008

(Dalam ribuan)

NO. URAIAN TA. 2004 TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA. 2008

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET

1. Penerimaan Pembiayaan 55.658.617 53.745.714 34.634.865 32.480.425 80.673.858 73.860.291 233.575.109 233.575.109 211.122.576

Penggunaan SILPA 55.658.617 53.745.714 34.634.865 32.480.425 80.673.858 73.860.291 233.575.109 233.575.109 211.122.576 Pencaiaran dana Cadangan

Hasil Penjualan kekayaan Daerah Yang dipisahkan Penerimaan Pinjaman dan obligasi

2. Pengeluaran pembiayaan 3.650.000 3.650.000 7.000.000 7.467.867 16.044.898 16.044.898 5.212.029 233.575.109 2.273.621

Pembentukan dana cadangan

Penyertaan modal Pemda 3.650.000 3.650.000 7.000.000 7.000.000 15.435.423 15.435.423 4.761.000 2.761.000 1.822.591 Pembayaran pokok

pinjaman dlm negeri 467.867 519.834 519.834 361.389 361.389 361.389 Pembayaran pokok

pinjaman luar negeri 89.641 89.641 89.640 89.640 89.641

Pemberian pinjaman pada Perusahaan Daerah

Pembiayaan Netto 52.008.617 50.095.714 27.634.865 25.012.558 64.628.960 57.815.393 228.363.080 230.363.079 208.848.955

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 34.634.865 80.673.858 233,575,109 32.296.157 211.122.575 -

(12)

12 |bab 6 TABEL 6.5

TARGET DAN REALISASI PEMBIAYAAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU TA. 2004 – 2007 DAN TARGET RANCANGAN P-APBD TA. 2008

NO.

INSTANSI PEMBERI

TUGAS PROGRAM/ KEGIATAN

TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA. 2008

REALISASI REALISASI REALISASI TARGET

1. Dept Pekerjaan Umum PKPS-BBM-IP 5.076.880 -,- -,- -,-

NSIASP 101.260 -,- -,- -,-

P2KP -,- 440.000 1.488.200

2. Dept. Dalam Negeri PKPS-BBM/BLT 31.157.100 68.822.400 -,-

PNPM-PPK -,- -,- 5.800.000 10.697.980

3. Dept. Pendidikan dan DepAg

BOS dan BKM 28.654.571 65.916.487 66.243.130

4. Dept. Kesehatan JPKMM 2.353.336 3.710.804 3.309.779 4.250.000

PHP-II Sumut 1.220.498 830.590 -,- -,-

PIN 2006 -,- 1.488.580 -,- -,-

5. Dept. Pendidikan Imbal Swadaya 5.162.590 2.032.320 3.632.000

6. Dept. Pertanian Perbaikan lahan - 1.989.472 -,- -,- Ketahanan Pangan -,- 404.6000 476.100 3,547,262

Agribisnis 500.000 729.760 571,710

Pemberdayaan petani 159.112 5,032,567

7. Dept. Kehutanan GNRHL 805.075 723.912

8. Dept. Tenaga Kerja Perluasan & Pemngemb kesempatan kerja 400.000 290.900 521.744 Perlindungan lembaga Tenaga kerja 188.375 332.425

Jumlah 73.727.235 147.340.328 83.041.268 24,953,688

(13)

13 |bab 6

Sumber : Hasil Olahan Tabel 6.2

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa program pemerintah Pusat yang didanai dengan Dana Tugas Pembantuan cukup bervariasi, meskipun instansi pemberi tugas pembantuan relative sama. Pada program PNPM, selain dari dana tugas pembantuan program tersebut juga dibiayai dengan dana dari masyarakat yang jumlahnya mencapai Rp.523.463.000,- . 6.3.1.2 Permasalahan dan analisa Keuangan Daerah

Dari gambaran umum kemampuan keuangan daerah yang telah digambarkan dalam tabel-tabel sebelumnya dapat diketahui bahwa kondisi keuangan daerah Kabupaten Labuhanbatu baik pendapatan maupun belanjanya meningkat setiap tahunnya.

Pada bagian ini akan dikemukakan analisis kemampuan keuangan daerah Kabupaten Labuhanbatu dari proporsi perkembangan (trend) masing-masing komponen keuangan daerah. Dari analisis ini diharapkan dapat diketahui permasalahan keuangan daerah sebagai masukan untuk melakukan proyeksi keuangan daerah, sehingga hasil proyeksinya akan lebih mendekati realitas.

6.3.1.3 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah.

Analisis kemampuan keuangan daerah dapat dilakukan terhadap dua sisi yaitu pendapatan dan belanja, namun dalam analisis ini akan lebih difokuskan terhadap pendapatan, karena sisi belanja akan sangat tergantung dari sisi pendapatan.

Dari gambaran umum dapat dilihat bahwa pendapatan daerah Kabupaten Labuhanbatu sangat didominasi dari dana transfer terutama dari pemerintah pusat. Selain dari Pemerintah Pusat, Pemerintah kabupaten labuhanbatu juga menerima dana transfer dari pemerintah propinsi. Tabel berikut akan menggambarkan proporsi masing-masing komponen pendapatan terhadap total pendapatan.

TABEL 6.6

PERKEMBANGAN PROPORSI KOMPONEN PENDAPATAN

TERHADAP TOTAL PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU TA. 2004 – 2008 (Dalam ribuan) NO. URAIAN PENDAPATAN PROPORSI TERHADAP TOTAL PENDAPATAN (%)

TA.2004 TA.2005 TA.2006 TA.2007 TA.2008

1. Pendapatan Asli Daerah 7.06 5.96 5.93 4.82 5.73

2. Dana Perimbangan 83.67 83.21 89.13 89.54 83.25

3. Lain-lain Pendapatan

Daerah yang sah 9.28 10.83 4.94 5.64 11.02

(14)

14 |bab 6 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi PAD terhadap total pendapatan menurun setiap tahunnya, sedangkan proporsi dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah relative semakin meningkat. Tabel tersebut juga menggambarkan bahwa dana transfer dari pemerintah pusat yaitu dana perimbangan sangat dominan dan mencapai lebih dari 80 % dari total pendapatan setiap tahunnya. Hal ini menggambarkan bahwa ketergantungan keuangan daerah Labuhanbatu terhadap dana transfer terutama dari pemerintah Pusat sangat besar dan semakin meningkat setiap tahunnya.

Kondisi ini disebabkan karena peraturan yang ada memang memberikan implikasi kepada daerah untuk sangat bergantung dari pusat. Hampir semua jenis pajak dan retribusi yang berpotensi untuk memberikan pendapatan daerah dikuasai oleh Pemerintah Pusat. Penguasaan sumber-sumber keuangan daerah oleh pemerintah pusat didasarkan kepada beberapa aspek yaitu :

 Aspek eksternalitas yaitu cukup sulitnya menentukan asal objek pajaknya misalnya pajak ekspor dan impor, pengenaan pajak atas objek pajak dilakukan pada pelabuhan dimana barang tersebut masuk atau keluar wilayah Indonesia tanpa melihat apakah barang tersebut dikonsumsi atau diproduksi di daerah pelabuhan atau daerah lainnya.

 Untuk memudahkan administrasi pengelolaan sumber keuangan apabila ditangani secara terpusat karena kapasitas pengelola sumber keuangan tersebut di tingkat pusat lebih memadai. Selain karena kapasitas pengelola di tingkat pusat yang lebih baik, juga sumber pajak penghasilan seringkali bersifat mobil dalam artian individu tersebut tinggal di wilayah yang berbeda secara administrasi dengan tempat kerjanya.

 Pengelolaan sumber keuangan masih merupakan kewajiban pemerintah pusat dan belum diserahkan ke daerah. Contohnya pembayaran visa bagi warga negara asing yang akan tinggal atau masuk ke Indonesia. Mengingat masalah visa berkaitan dengan bidang hukum yang merupakan wewenang pusat, maka pengelolaan visa menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah pusat.

 Potensi sumber keuangan tersebut sangat besar sehingga apabila dikuasai oleh pemerintah pusat maka redistribusi kedaerah relative akan lebih merata dibandingkan apabila dikelola oleh satu atau beberapa daerah saja. Contoh dari jenis sumber pendapatan ini adalah cukai rokok.

Selanjutnya untuk mengetahui secara rinci kontribusi dan laju pertumbuhan setiap sumber pendapatan pada masing-masing komponen pendapatan, akan diuraikan bagian pendapatan menurut sumber dananya sebagai berikut :

(15)

15 |bab 6 A. Pendapatan

1. Pendapatan Asli Daerah

Telah dikemukakan bahwa meskipun terus meningkat kontribusinya, namun Pendapatan Asli Daerah mempunyai kontribusi yang cukup kecil terhadap total pendapatan. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, Hasil kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang sah. Kontribusi untuk setiap Obyek PAD dapat dihat pada tabel 6.6.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah mempunyai kontribusi yang hampir sama setiap tahunnya, sedangkan Hasil kekayaan daerah yang dipisahkan pada tahun 2004 dan 2005 sangat rendah kontibusinya dan meningkat sejak tahun 2006. Kondisi ini terjadi karena pada tahun 2004 dan 2005 obyek pendapatan tersebut hanya bersumber dari pembagian laba PDAM Tirta Bina yang kondisi perusahaannya belum dapat dikatakan sehat bahkan sebenarnya belum menghasilkan keuntungan, sedangkan dari PT Bank Sumut baru dapat memberikan kontribusinya sejak tahun 2006. Dengan demikian untuk menaikan PAD sasaran utama pos pendapatan yang perlu dinaikan adalah Pajak dan Retribusi daerah, terutama pada obyek-obyek yang potensial.

TABEL 6.7

KONTRIBUSI SETIAP OBYEK PAD TERHADAP PAD DAN TOTAL PENDAPATAN TAHUN 2004 S/D 2008

(Dalam ribuan)

NO. URAIAN TA. 2004 TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA. 2008

1 PAD 27,500,447 25,178,208 38,976,417 36,771,409 48,471,599

1 Pajak Daerah 8,968,829 10,082,225 10,014,824 10,802,249 13,980,897 % kontribusi terhadap PAD 32.61 40.04 25.69 29.38 28.84

Total

Pendapatan 2.30 2.39 1.52 1.42 1.65 2 Retribusi Daerah 9,141,720 9,866,302 9,768,686 10,772,854 15,504,660 % kontribusi terhadap PAD 33.24 39.19 25.06 29.30 31.99

Total

Pendapatan 2.35 2.33 1.49 1.41 1.83 3 Hasil kekayaan Daerah

yang dipisahkan 36,000 15,000 5,512,562 4,370,864 4,312,570 % kontribusi terhadap PAD 0.13 0.06 14.14 11.89 8.90

Total

Pendapatan 0.01 0.00 0.84 0.57 0.51 4 Lain-lain PAD yang sah 9,353,898 5,214,681 13,680,345 10,825,442 14,673,472 % kontribusi terhadap PAD 34.01 20.71 35.10 29.44 30.27

Total

Pendapatan 2.40 1.23 2.08 1.42 1.74 Sumber : Realisasi APBD Tahun 2000 s/d 2004 dan Perubahan APBD 2005

(16)

16 |bab 6 Selanjutnya akan digambarkan laju pertumbuhan pada masing-masing pajak dan retribusi pada tabel 6.8, dimana dalam menyajikan laju pertumbuhan tersebut pos pajak dan retribusi dikelompokkan. Untuk komponen pajak seluruhnya didisajikan, sedangkan untuk retribusi yang kontribusi rata-ratanya lebih besar dari 5% akan disajikan sendiri sedangkan yang kontribusinya dibawah 5% disajikan dalam kumulatif.

(17)

17 |bab 6 TABEL 6.8

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH TAHUN 2004 S/D 2008

(Dalam ribuan)

NO, JENIS PAJAK & RETRIBUSI KONTRIBUSI (%) LAJU PERTUMBUHAN (%)

2004 2005 2006 2007 2008 2004-05 2005-06 2006-07 2007-08 RATA2

A Pajak 100 100 100 100 100 28.12 (0.67) 7.86 29.43 16.19

1 Pajak Hotel 3.41 3.37 4.17 4.29 3.49 11.03 22.72 10.96 5.39 12.52 2 Pajak Restoran/Rumah Makan 1.84 2.29 6.00 6.09 4.52 39.74 160.41 9.57 (3.91) 51.45 3 Pajak Penerangan Jalan. 88.24 87.26 84.40 82.39 81.74 11.17 (3.92) 5.30 28.40 10.24 4 Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C. 5.43 5.46 3.38 5.12 7.15 13.00 (38.46) 63.11 80.97 29.65 5 Pajak Reklame 0.97 0.46 1.53 1.70 1.49 (46.81) 231.26 19.98 13.39 53.48 6 Pajak Hiburan 0.11 1.16 0.53 0.41 0.32 - (54.96) (15.51) (0.97) (17.86)

B Retribusi 100 100 100 100 100 7.93 (0.99) 10.28 36.22 13.71

1 Retribusi Pelayanan Kesehatan. 35.45 36.75 38.73 41.83 45.44 11.90 4.33 19.12 49.49 21.21 2 Retribusi Pasar. 8.51 8.11 8.92 7.67 7.04 2.93 8.84 (5.14) 26.32 8.24 3 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. 18.42 14.73 14.96 15.60 13.07 (13.71) 0.53 15.05 15.23 4.27 4 Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan. 5.82 6.08 5.01 3.11 5.39 12.86 (18.35) (31.70) 138.68 25.37 5 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. 7.69 7.95 4.05 4.60 6.72 11.60 (49.52) 25.19 100.88 22.04 6 Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil 2.19 4.54 6.88 5.52 4.33 123.76 50.27 (11.58) 7.89 42.58 6 Retribusi2 lain 21.93 21.83 21.44 21.67 18.02 7.46 (2.76) 11.42 43.57 14.92 Sumber : Realisasi APBD Tahun 2004 s/d 2007 dan P-APBD 2008

(18)

18 |bab 6 Dari tabel diatas terlihat bahwa pertumbuhan pajak dan retribusi daerah dari tahun ke tahun sangat fluktuatif, namun secara rata-rata pertumbuhannya cukup besar. Pajak penerangan jalan mempunyai kontribusi terbesar, namun tingkat pertumbuhannya terkecil,sedangkan pajak reklame yang mempunyai tingkat pertumbuhan rata-rata paling tinggi, kontribusinya terkecil. Tingkat pertumbuhan ini tidak akan berlangsung terus menerus sepanjang tahun, karena adanya kebijakan perubahan tariff, pemekaran wilayah dan sebagainya, oleh karena itu dalam proyeksi perlu di tetapkan laju pertumbuhan yang lebih realistis berdasarkan asumsi yang logis.

Pertumbuhan yang fluktuatif ini disebabkan oleh adanya beberapa hal antara lain sebagai berikut :

 Adanya perubahan atau penyesuaian tarif pada beberapa pajak dan retribusi di tahun 2007 yang mulai diberlakukan tahun 2008.

 Adanyapenghapusan,penggabungan dan pemecahan pada jenis pajak dan retribusi tertentu karena adanya peraturan perundangan yang berlaku,

 Adanya jenis pajak dan retribusi baru yang masih dalam uji coba pelaksanaannya.

 Adanya perubahan kondisi perekonomian daerah yang berpengaruh pada pajak dan retribusi tertentu.

Untuk komponen PAD lainnya yaitu laba perusahaan milik daerah, sampai dengan tahun 2005 yang diterima adalah dari PDAM yang kondisi perusahaannya belum dapat dikatakan sehat bahkan sebenarnya belum menghasilkan keuntungan. BUMD lainnya yang diharapkan dapat memberikan kontribusi adalah PT. Bank Sumut, yang baru pada tahun 2006 dapat membagi keuntungan sebagai kontribuasi dalam PAD. Lain-lain PAD yang sah merupakan pendapatan yang bersumber dari hasil kegiatan dinas-dinas dan kontribusi terbesar adalah dari jasa giro kas daerah pada PT. Bank Sumut yang besarnya bergantung pada besar dan lamanya dana pemerintah daerah yang mengendap di Bank tersebut.

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan pendapatan yang bersumber dari pembagian pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka desentralisasi fiskal pada pelaksanaan otonomi daerah. Komponen pendapatan ini terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana bagi hasil Pajak merupakan pembagian pendapatan yang bersumber dari pajak

(19)

19 |bab 6 pusat yang dipungut di daerah, sedangkan DAU dan DAK merupakan dana subsidi pemerintah pusat, dimana DAU ditujukan untuk membiayai kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan DAK untuk membiayai kebutuhan membiayai investasi pemerintah daerah pada bidang yang ditentukan.

Diharapkan di tahun-tahun mendatang alokasi DAU akan semakin meningkat meskipun pertumbuhannya tidak terlalu besar.

Gambaran mengenai kontribusi setiap obyek dana perimbangan dapat dilihat pada tabel berikut :

(20)

20 |bab 6 TABEL 6.9

KONTRIBUSI KOMPONEN DANA PERIMBANGAN TERHADAP TOTAL DANA PERIMBANGAN TAHUN 2004 S/D 2008

(Dalam ribuan)

NO. URAIAN TA. 2004 TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA. 2008

Dana

Perimbangan

326,116,124 351,749,009 586,271,562 683,592,118 703,912,273

1 Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak SDA

48,979,124 60,917,965 82,940,562 135,344,343 102,919,868 % kontribusi terhadap Dana perimbangan 15.02 17.32 14.15 19.80 14.62 Total Pendapatan 12.57 14.41 12.61 17.73 12.17 2 DAU 268,127,000 286,548,000 471,211,000 536,778,000 578,103,405 % kontribusi terhadap Dana perimbangan 82.22 81.46 80.37 78.52 82.13 Total Pendapatan 68.79 67.79 71.64 70.31 68.37 3 DAK 9,010,000 4,283,044 32,120,000 11,469,775 22,889,000 % kontribusi terhadap Dana perimbangan 2.76 1.22 5.48 1.68 3.25 Total Pendapatan 2.31 1.01 4.88 1.50 2.71 389,771,321 422,703,991 657,760,571 763,408,874 845,530,244

Sumber : Realisasi APBD Tahun 2004 s/d 2007 dan Perubahan APBD 2008

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa DAU mempunyai kontribusi sangat dominan terhadap total Dana Perimbangan yaitu mencapai diatas 75 %, demikian pula terhadap total pendapatan yang mencapai lebih dari 65 %. Bagi Hasil pajak dan bukan pajak mempunyai kontribusi diatas 10 % baik terhadap dana perimbangan maupun terhadap total Pendapatan, Untuk Dana Alokasi Khusus kontribusinya sangat bervariasi, namun rata-rata di bawah 5 % baik dari dana perimbangan maupun terhadap total pendapatan. Untuk kontribusi dan laju pertumbuhan obyek dana perimbangan dapat dilihat pada dua tabel berikut :

(21)

21 |bab 6

TABEL 6.10

LAJU PERTUMBUHAN KOMPONEN DANA PERIMBANGAN TAHUN 2004 S/D 2008

NO, JENIS DANA PERIMBANGAN KONTRIBUSI (%) LAJU PERTUMBUHAN (%)

2004 2005 2006 2007 2008 2004-05 2005-06 2006-07 2007-08 RATA2

A Pos Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 24.38 36.15 62.97 (23.86) 24.91

A.1 Bagi Hasil Pajak 14.63 17.12 14.06 19.70 14.37 26.18 36.91 63.13 (24.78) 25.36 1 Pajak Bumi dan bangunan 12.20 14.67 12.89 11.13 11.26 29.78 46.45 0.50 4.35 20.27 2 BPHTB 0.86 0.91 0.53 7.10 2.39 13.97 (2.58) 1,449.81 (65.22) 348.99 3 PPH psl 25 dan pasal 29 dan pasal 21 1.57 1.53 0.64 0.69 0.72 5.01 (30.91) 26.86 6.76 1.93 A.2 Bagi Hasil Bukan Pajak 0.39 0.20 0.09 0.10 0.25 (44.07) (28.97) 36.00 157.91 30.22 1 Iuran Hak pengusahaan hutan 0.09 0.10 0.01 0.06 0.10 18.19 (80.22) 541.75 63.31 135.76 1 Pungutan hasi perikanan - 0.09 0.05 0.03 0.05 - (5.48) (37.70) 86.79 10.90 3 Pertambangan, migas 0.30 0.01 0.02 0.01 0.10 (95.18) 180.88 (52.29) 1,016.27 262.42

B DAU 6.87 64.45 13.91 7.70 23.23

C DAK (55.60) 703.00 (66.95) 115.61 174.01

DANA PERIMBANGAN 7.86 66.68 16.42 3.13 23.52

(22)

22 |bab 6 Dari Tabel tersebut terlihat bahwa laju pertumbuhan dari tahun ke tahun untuk komponen dana perimbangan juga fluktuatif. Laju pertumbuhan untuk bagi hasil pajak/bukan pajak dan DAU cenderung menurun pada tahun terakhir, meskipun secara rata-rata masih cukup tinggi. Dengan kondisi ini berarti daerah harus berupaya untuk meningkatkan pendapatan daearah yang bersumber dari daerah sendiri.

Dengan kondisi ini, laju pertumbuhan yang tergambar sangat beriseko untuk dijadikan laju proyeksi. Untuk itu perlu dianalisis kembali laju yang lebih riil untuk proyeksi dengan berbagai asumsi.

3. Lain-Lain Penerimaan Yang Sah

Pendapatan ini terdiri dapat dikelompokkan dalam 2 komponen yaitu penerimaan dari pemerintah dan penerimaan dari propinsi. Penerimaan dari pemerintah merupakan dana penyeimbang ataupun dana untuk melaksanakan kebijakan pemerintah yang tidak terus menerus, sedangkan penerimaan dari propinsi sebagian besar merupakan dana bagi hasil pajak yang pemungutannya menjadi kewenangan propinsi. Tabel 6.11 menunjukkan laju pertumbuhan komponen dalam lain-lain penerimaan yang sah.

TABEL 6.11

LAJU PERTUMBUHAN KOMPONEN DANA PERIMBANGAN TAHUN 2004 S/D 2008 NO, JENIS LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG

SAH

LAJU PERTUMBUHAN (%)

2004-05 2005-06 2006-07 2007-08 RATA2

A Pendapatan dari Propinsi 65.18 3.16 18.35 12.39 24.77

1 Bagi hasil pajak Propinsi 44.85 (0.10) 2.62 18.60 16.49 2 Bantuan Keuangan dari Propinsi 26.40 106.94 (4.92) 32.11

B Pendapatan dari Pemerintah Pusat 24.38 36.15 62.97 (23.86) 24.91

1 Dana Penyesuaian 6.24 - - 774.76 195.25

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 37.34 (34.52) 32.40 93.25 32.12

Sumber : Realisasi APBD Tahun 2004 s/d 2007 dan Perubahan APBD 2008

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan pendapatan dari propinsi cenderung meningkat, sedangka pendapatan dari Permerintah pusat sangat berfluktuasi.

(23)

23 |bab 6 B. Belanja Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja daerah terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung, sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Sistim Akuntansi Pemerintah (SAP), belanja terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal dan Belanja Tak Terduga. Dalam pembahasan selanjutnya akan dipergunakan format SAP. Dalam bagian ini akan digambarkan mengenai proporsi masing-masing belanja dan masing masing obyek belanjanya. Hal ini dilakukan untuk melihat proporsi penggunaan pendapatan daerah. Untuk proporsi masing-masing belanja dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL 6.12

PROPORSI BELANJA TAHUN 2004 S/D 2008

TAHUN BELANJA OPERASI (%) BELANJA MODAL (%) BEL. TAK TERDUGA (%) BELANJA TRANSFER (%) TOTAL BELANJA (%) 2004 67.91 25.92 0.60 5.56 100.00 2005 77.64 16.23 0.08 6.05 100.00 2006 79.62 17.53 0.16 2.69 100.00 2007 66.69 30.27 0.02 3.01 100.00 2008 70.86 25.12 0.23 3.79 100.00

Sumber : Realisasi APBD Tahun 2004 s/d 2007 dan Perubahan APBD 2008

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa proporsi belanja operasi sangat dominan yaitu mencapai diatas 65 % dari seluruh belanja daerah. Untuk belanja modal proporsinya menurun pada tahun 2005 dan 2006, namun kembali meningkat tahun 2007. Besarnya penggunaan dana untuk belanja operasi adalah untuk belanja pegawai atau gaji PNS dan belanja DPRD. Proporsi belanja pegawai dan belanja lainnya pada belanja operasi dapat dilihat pada tabel 6.13

Pada Tabel tersebut terlihat bahwa belanja pegawai, meskipun proporsinya menurun setiap tahun namun mempunyai proporsi yang dominan baik terhadap belanja operasi maupun terhadap total belanja yaitu mencapai lebih dari 65 % dari belanja operasi dan lebih dari 45 % dari total belanja. Dari seluruh komponen belanja operasi hanya belanja barang yang presentasenya meningkat setiap tahun.

(24)

24 |bab 6 TABEL 6.13

PROPORSI KOMPONEN BELANJA OPERASI TERHADAP BELANJA OPERASI DAN TOTAL BELANJA TAHUN 2004 S/D 2008

(Dalam ribuan)

NO. URAIAN TA. 2004 TA. 2005 TA. 2006 TA. 2007 TA. 2008

Belanja Operasi 270,202,680 302,452,321 383,791,575 521,979,644 756,900,451 1 Belanja Pegawai 48,979,124 60,917,965 82,940,562 135,344,343 102,919,868 % kontribusi terhadap Belanja Operasi 85.12 77.10 76.42 68.34 65.77 Total Belanja 56.76 63.54 60.85 46.99 47.21 2 Belanja Barang 268,127,000 286,548,000 471,211,000 536,778,000 578,103,405 % kontribusi terhadap Belanja Operasi 14.87 17.01 19.46 27.20 27.09 Total Belanja 9.91 14.01 15.49 18.70 19.45 3 Belanja Bunga 9,010,000 4,283,044 32,120,000 11,469,775 22,889,000 % kontribusi terhadap Belanja Operasi 0.12 0.11 0.07 0.04 0.02 Total Belanja 0.08 0.09 0.06 0.03 0.01 4 Belanja Subsidi 9,010,000 4,283,044 32,120,000 11,469,775 22,889,000 % kontribusi terhadap Belanja Operasi - - - 1.54 - Total Belanja - - - 1.06 - 5 Belanja Hibah 9,010,000 4,283,044 32,120,000 11,469,775 22,889,000 % kontribusi terhadap Belanja Operasi - 0.10 0.35 3.98 1.48 Total Belanja - 0.08 0.24 2.85 1.06 6 Belanja Bantuan Sosial 9,010,000 4,283,044 32,120,000 11,469,775 22,889,000 % kontribusi terhadap Belanja Operasi - 0.10 0.35 3.98 1.48 Total Belanja - 0.08 0.24 2.85 1.06 TOTAL BELANJA 405,232,170 367,042,690 482,000,855 759,052,768 1,054,379,199

Sumber : Realisasi APBD Tahun 2004 s/d 2007 dan Perubahan APBD 2008

Selanjutnya akan dilihat laju pertumbuhan belanja baik menurut jenis belanja maupun obyek belanja. Meskipun belanja alokasinya bergantung dari pendapatan, namun gambaran belanja akan dapat memperlihatkan kebutuhan dana bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Laju pertumbuhan belanja dapat dilihat pada tabel berikut :

(25)

25 |bab 6 TABEL 6.14

LAJU PERTUMBUHAN BELANJA TAHUN 2004 S/D 2008

NO. URAIAN 2004 - 05 2005 -06 2006 - 07 2007 - 08 RATA2

1 Belanja Operasi 9.90 26.89 36.01 45.01 29.96 Belanja Pegawai 1.39 25.77 21.62 39.55 22.08 Belanja Barang 14.72 45.19 90.10 44.45 51.95 Belanja Bunga (11.29) (11.57) (28.92) (25.64) (17.38) Belanja Subsidi - Belanja Hibah 399.12 1,532.70 96.91 Belanja Bantuan social (13.32) (12.78) 6.20 (6.63)

2 Belanja Modal (43.30) (85.75) 2,691.16 11.79 643.48 3 Tranfer ke Desa/Kel (79.05) 174.45 82.23 69.49 61.78 4 Belanja Tak Terduga (87.48) 151.72 (97.89) 14,500.10 3,616.61 Jumlah Belanja (9.42) 31.32 57.48 38.91 29.57 Sumber : Hasil Olahan

Dilihat dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa belanja meningkat setiap tahunnya, penurunan yang terjadi pada tahun 2005 disebabkan adanya belanja yang tida terealisasi dan kegiatannya dilanjutkan pada tahun berikurnya. Belanja operasi yang sebagian besar merupakan belanja pegawai setiap tahunnya meningkat dengan laju yang cukup tinggi yaitu mencapai rata-rata 29 % lebih, sedangkan belanja lainnya laju pertumbuhannya cukup fluktuatif.

6.3.1.4 PERMASALAHAN

Dari kondisi dan analisis keuangan daerah yang telah disajikan dapat dikemukakan beberapa permasalahan yang dihadapi dalam keuangan daerah Kabupaten Labuhanbatu sebagai berikut :

1. Permasalahan utama adalah adanya ketergantungan kemampuan keuangan daerah yang sangat tinggi terhadap pemerintah pusat terutama yang bersumber dari DAU. Perubahan formula alokasi DAU akan sangat mempengaruhi kondisi keuangan daerah, Hal ini dapat dilihat pada kondisi pendapatan daerah, dimana alokasi DAU yang tinggi

(26)

26 |bab 6 akan meningkatkan secara signifikan kemampuan keuangan daerah, sebaliknya bila terjadi penurunan alokasi DAU.

Dengan maraknya pemekaran daerah, dapat mengakibatkan penurunan alokasi dari tahun sebelumnya. Permasalahan ini perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan asumsi dalam proyeksi nantinya.

2. Masih adanya pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap pendapatan daerah yang bersumber dari PAD, dimana beberapa Peraturan Daerah yang menjadi dasar hukum pemungutan PAD di batalkan oleh pemerintah pusat dengan alasan pemungutan ganda. Kondisi ini berpengaruh cukup signifikan terhadap PAD, mengingat Perda yang dibatalkan sebelumnya memberikan kontribusi pendapatan yang cukup tinggi. Batasan ini juga menyebabkan semakin sulitnya meningkatkan PAD dengan ekstensifikasi jenis pendapatan.

3. Sulitnya melakukan intensifikasi dengan menaikkan tarif pajak dan retribusi, karena akan mendapatkan tantangan politik yang cukup berat apabila kenaikan tarif ini dianggap menambah beban kepada masyarakat. Oleh karena itu peningkatan PAD hanya dapat dilakukan dengan mengefektifkan system pemungutan dan menambah kesadaran wajib pajak dan retribusi serta mengadakan pendataan yang akurat.

4. Permasalahan pendapatan lainnya adalah terkait dengan pemekaran wilayah Labuhanbatu, yang tentunya mengakibatkan pendapatan dari semua sumber yang obyeknya terkait dengan wilayah akan mengalami penurunan.

5. Pada aspek belanja, permasalahan yang dihadapi adalah besarnya kebutuhan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Labuhanbatu. Hal ini terlihat dari laju peningkatan belanja yang cukup tingg, bahkan lebih tinggi dari laju peningkatan pendapatan. Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya deficit pada kemampun keuangan daerah.

6. Ketersediaan dana untuk pelaksanaan pembangunan sangat bergantung dari kebutuhan belanja penyelenggaraan pemerintahan terutama belanja pegawai, sehingga apabila ada kebijakan pemerintah untuk meingkatkan belanja pegawai tanpa diikuti alokasi tambahan DAU yang memadai akan menurunkan alokasi belanja untuk pelaksanaan pembangunan.

6.3.1.5 Proyeksi Kemampuan Keuangan Daerah

Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai proyeksi kemampuan keuangan daerah Kabupaten Labuhanbatu dan asumsi-asumsi yang digunakan. Penjelasan mengenai proyeksi didahului dengan penjelasan mengenai asumsi dasar yang digunakan dalam

(27)

27 |bab 6 menentukan tingkat pertumbuhan pada masing-masing komponen pendapatan dan belanja. Hal ini perlu dilakukan mengingat laju pertumbuhan yang didapat dari kecenderungan masa lalu sangat fluktuatif, sehingga perlu di tetapkan laju yang lebih riil. 6.3.1.6 Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah

Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, pada PAD komponen pajak daerah dan retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah mempunyai kontribusi yang hamper sama dan cukup besar, demikian pula dengan laju pertumbuhannya. Untuk komponen Laba BUMD kontribusinya sangat kecil, sedang laju pertumbuhannya sangat fluktuatif.

Berdasarkan kondisi tersebut maka dalam proyeksi PAD diambil beberapa asumsi sebagai berikut :

(a) Pertumbuhan Pajak dan retribusi yang diperoleh dari kecenderungan 5 tahun terakhir dapat dikatakan cukup riil untuk proyeksi. Asumsi didasarkan pada kondisi tahun 2007 dimana telah ditetapkan peraturan daerah untuk menaikkan tarif, dimana pelaksanaannya dimulai tahun 2008. Oleh karena itu pertumbuhan tersebut tidak terlalu optimis ataupun pesimis sampai dengan 5 tahun kedepan. Dengan demikian untuk proyeksi laju pertumbuhan pajak sebesar 16, 19 % dan retribusi 13,71 %

(b) Untuk proyeksi komponen laba BUMD dan lain-lain PAD yang sah diasumsikan pertumbuhan yang relative kecil yaitu hanya 5 % pertahun sampai dengan akhir tahun proyeksi. Hal ini didasarkan atas kondisi perusahaan daerah yaitu PDAM yang belum sehat, sedangkan untuk laba dari PT Bank Sumut akan sangat tergantung pada penyertaan modal dari pemerintah kabupaten yang pertumbuhannya juga relative kecil demikian juga dengan penerimaan dari dinas-dinas yang sangat bergantung pada kemampuan keuangan daerah untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat yang terdiri dari Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) serta Dana Alokasi Khusus. Mengingat alokasi dana perimbangan terutama DAU bersifat pemberian yang besarannya ditentukan oleh pemerintah pusat dan tujuannya untuk meningkatkan kemampuan fiskal daerah dalam pelaksanaan otonomi maka

(28)

28 |bab 6 pertumbuhannya diperkirakan relatif kecil, kecuali ada kebijakan khusus dari pemerintah yang tidak dapat diperkirakan.

Berdasarkan pada kondisi tersebut maka dalam proyeksi dana perimbangan beberapa asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :

(a) Pada awal proyeksi yaitu pada tahun 2009 besarnya dana perimbangan untuk DAU dan DAK tidak diproyeksikan, akan tetapi ditetapkan sesuai dengan DIPA yang telah diterima daerah.

(b) Mengingat DAU penggunaan utamanya adalah untuk belanja pegawai, maka mulai tahun 2009 sampai dengan akhir tahun proyeksi pertumbuhan DAU diperkirakan sebesar 6,5 % yaitu sedikit dibawah pertumbuhan DAU terkecil selama 5 tahun terakhir. Asumsi ini didasarkan atas kondisi apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus yang berkaitan dengan belanja pegawai akan diikuti dengan pemberian DAU yang lebih besar untuk melaksanakan kebijakan tersebut, sehingga tidak berpengaruh negatif terhadap kemampuan keuangan daerah, sebagaimana yang dilakukan pemerintah pada tahun tahun sebelumnya

(c) Khusus untuk DAK diasumsikan tidak mengalami pertumbuhan tetapi tetap sama dengan tahun anggaran 2007. Asumsi ini didasarkan pada kondisi bahwa DAK penggunaannya sudah diarahkan maka diasumsikan keberadaan DAK relatif tidak berpengaruh pada kemampuan keuangan daerah karena penggunaannya telah diarahkan.

(d) Untuk dana bagi hasil, pertumbuhannya diasumsikan lebih rendah dari pertumbuhan rata-rata 5 tahun terakhir yaitu sebesar 15 %. Asumsi ini didasarkan atas pertimbangan untuk bagi hasil pajak yang kontribusi terbesarnya dari Pajak Bumi dan Bangunan pertumbuhannya seiring dengan pertumbuhan nilai tanah yang berhubungan dengan peningkatan kondisi perekonomian daerah. Asumsi ini juga mempertimbangakan laju pertumbuhan realisasi selama 5 tahun terakhir. 3. Lain-lain Penerimaan yang Sah

Komponen pendapatan dari sumber ini adalah penerimaan dari pemerintah propinsi yang berupa hasil bagi pajak yang dikelola Pemerintah Propinsi dan penerimaan lainnya dari pemerintah pusat untuk pelaksanaan kebijakan pemerintah. Kedua komponen tersebut menggunakan asumsi pertumbuhan yang berbeda yaitu sebagai berikut : (a) Untuk komponen penerimaan dari pemerintah diasumsikan tingkat

(29)

29 |bab 6 per tahun, karena dana ini sebagian besar bersumber dari pajak propinsi yang dipungut di Kabupaten Labuhanbatu.

(b) Untuk penerimaan lainnya dari pemerintah pusat, tingkat pertumbuhannya diasumsikan sama dengan DAU karena dana ini merupakan dana penyeimbang untuk kebijakan pemerintah

6.3.1.7 Belanja Daerah 1. Belanja Operasi

Belanja operasi terdiri dari beberapa komponen belanja diantaranya belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga dan belanja bantuan sosial. Dalam memproyeksikan belanja rutin setiap komponen menggunakan pertumbuhan yang berbeda dengan asumsi yang digunakan sebagai berikut :

(a) Belanja Pegawai, khusus untuk tahun 2009 diasumsikan sesuai dengan perhitungan dalam R-APBD 2009. Hal ini karena adanya pemekaran wilayah yang berdampak pada pengurangan pegawai. Untuk tahun selanjutnya pertumbuhan didasarkan atas asumsi bahwa pertambahan belanja pegawai ditetapkan sebesar 2,5% yaitu untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, tunjangan keluarga kenaikan pangkat dan pegawai yang mutasi. Asumsi lainnya adalah bahwa kenaikan gaji PNS berikutnya tidak di proyeksikan karena diluar kewenangan pemerintah kabupaten dan kebijakan kenaikan gaji akan diikuti dengan kenaikkan alokasi dari pemerintah.

(b) Belanja Barang, diasumsikan pertumbuhannya tetap yaitu 10 % per tahun dengan asumsi kenaikan kebutuhan akan belanja ini relatif tetap dan angka 10 % digunakan dengan asumsi tingkat inflasi di tahun-tahun mendatang tidak melebihi 10 % pertahun dan pertumbuhan ini disesuaikan laju rata-rata semua komponen pendapatan agar tidak terjadi defisit anggaran.

(c) Belanja bunga dan belanja bantuan sosial diasumsikan tidak mengalami pertumbuhan, atau tetap sesuai dengan tahun 2008 mengingat seharusnya kedua belanja ini menurun.

2. Belanja Modal

Belanja modal adalah belanja investasi pemerintah daerah yang besarnya sangat bergantung dari pendapatan daerah dan belanja operasi, terutama belanja pegawai. Oleh karena itu belanja modal diasumsikan sama dengan pendapatan dikurangi belanja operasi, belanja transfer dan belanja tak terduga.

(30)

30 |bab 6 3. Belanja Tak Terduga

Untuk belanja tak terduga diasumsikan tetap sama dengan tahun 2008 atau dengan kata lain tidak mengalami pertumbuhan, dengan pertimbangan bahwa alokasi belanja ini hanyalah untuk persediaan dana apabila terjadi kebutuhan sangat mendesak dan anggarannya belum tersedia. Dilihat dari realisasi 5 tahun terakhir dana yang disediakan tidak selurhnya terealisasi.

4. Belanja Transfer

Belanja ini merupakan belanja bagi hasil dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa yang sumbernya adalah dari dana perimbangan tanpa DAK dan PAD dikurangi belanja pegawai. Dengan kondisi ini maka belanja transfer disumsikan tubuh sama dengan pertumbuhan DAU yaitu 6,5 %.

Asumsi pertumbuhan yang ditetapkan akan diberlakukan terhadap kondisi keuangan daerah tahun anggaran 2009. Dengan demikian sebagai tahun dasar proyeksi adalah Rancangan APBD tahun anggaran 2009. Hal ini dilakukan mengingat adanya perubahan pendapatan yang cukup signifikan sebagai dampak pemekaran daerah yang tentunya juga akan berpengaruh terhadap kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan pembangunan. Untuk selanjutnya akan disajikan hasil perhitungan proyeksi baik untuk pendapatan maupun belanja sebagaimana tabel berikut :

 Proyeksi Public Saving dan Perhitungan DSCR

Dalam melakukan proyeksi public saving tidak dilakukan dengan menghitung rate masing masing komponennya, tetapi menggunakan hasil proyeksi yang ada dengan rumus sebagai berikut :

PS = (PAD+ DBH + DAU + DAK) – Belanja Wajib

Belanja Wajib = Belanja Mengikat + Kewajiban Daerah

Dalam proyeksi ini diasumsikan belanja wajib adalah belanja pegawai dan pembayaran bunga dan hutang pokok. Hasil perhitungan proyeksi Public saving dapat dilihat pada tabel 6.15

Untuk mengitung DSCR rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : (PAD +Dana Bagi Hasil+DAU) – Belanja Wajib DSCR = --- Belanja Bunga + pembayaran hutang Pokok

Perhitungan DSCR digunakan untuk melihat kemampuan keuangan daerah untuk melakukan pinjamam. Apabila DSCR lebih besar atau sama dengan 2,5 maka daerah mempunyai kemampuan untuk meminjam.

(31)

31 |bab 6 TABEL 6.15

PROYEKSI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU 2009-2015

(dalam ribuan)

NO. URAIAN REALISASI P-APBD RATE R-APBD PROYEKSI

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pendapatan Asli Daerah 36.771.409 48.471.599 28,557,475 31,609,567 35,056,330 38,953,825 43,366,404 48,367,958 54,043,359

1 Pajak Daerah 10.802.249 13.980.897 16.19 6,986,056 8,117,098 9,431,257 10,958,177 12,732,306 14,793,666 17,188,761 2 Retribusi Daerah 10.772.854 15.504.660 13.71 9,672,539 10,998,644 12,506,558 14,221,207 16,170,935 18,387,970 20,908,961 3 Hasil kekayaan Daerah yang

dipisahkan 4.370.864 4.312.570 5.00 4,312,570 4,528,199 4,754,608 4,992,339 5,241,956 5,504,054 5,779,256 4 Lain-lain PAD yang sah 10.825.442 14.673.472 5.00 7,586,310 7,965,626 8,363,907 8,782,102 9,221,207 9,682,268 10,166,381

2 Dana Perimbangan 683.592.118 703.912.273 349,281,479 337,048,454 361,784,744 388,776,281 418,266,766 450,530,303 485,875,568

1 Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak

SDA 135.344.343 102.919.868 15.00 44,152,689 50,775,592 58,391,931 67,150,721 77,223,329 88,806,828 102,127,853 2 DAU 536.778.000 578.103.405 6.50 247,308,790 263,383,861 280,503,812 298,736,560 318,154,437 338,834,475 360,858,716 3 DAK 11.469.775 22.889.000 57,820,000 22,889,000 22,889,000 22,889,000 22,889,000 22,889,000 22,889,000

3 Lain-lain Pendapatan yang

sah

43.045.347 93.146.372

25,849,768 25,849,768 25,849,768 25,849,768 25,849,768 25,849,768 25,849,768

1 Bagi hasil Pajak propinsi 28.331.321 38.800.000 16.19 11,199,993 13,013,272 15,120,121 17,568,068 20,412,338 23,717,096 27,556,894 2 Bant. Keuangan Prop. 10.148.429 9.649.184 9,649,775 9,649,775 9,649,775 9,649,775 9,649,775 9,649,775 9,649,775 3 Dana Penyesuaian 4.565.597 30.697.188 6.50 5,000,000 5,325,000 5,671,125 6,039,748 6,432,332 6,850,433 7,295,711 4 Dana Pasca bencana - 14.000.000

TOTAL PENDAPATAN 763.408.874 845.530.244 403,688,722 396,646,067 427,282,094 460,987,698 498,127,615 539,115,565 584,421,308 1 Belanja Operasi 521.979.644 756.900.451 320,607,133 330,033,394 339,864,352 350,127,030 360,850,815 372,067,687 383,812,475 1 Belanja Pegawai 356.713.122 497.795.620 2.50 286,895,163 294,067,542 301,419,231 308,954,711 316,678,579 324,595,544 332,710,432 2 Belanja Barang 141.969.668 205.071.679 10.00 22,538,818 24,792,700 27,271,970 29,999,167 32,999,083 36,298,992 39,928,891 3 Belanja Bunga 204.000 152.000 151,852 151,852 151,852 151,852 151,852 151,852 151,852 4 Belanja Subsidi 8.030.620 - - - - 5 Belanja Hibah 1.843.414 30.097.500 6,966,000 6,966,000 6,966,000 6,966,000 6,966,000 6,966,000 6,966,000 6 Belanja Bantuan sosial 13.218.603 14.038.600 4,055,300 4,055,300 4,055,300 4,055,300 4,055,300 4,055,300 4,055,300

2 Belanja Modal 236.909.964 264.847.394 77,469,775 60,766,091 81,321,132 104,497,778 130,630,323 160,099,379 193,338,682

3 Tranfer ke Desa/Kel 23.596.610 39.994.401 6.50 3,611,814 3,846,582 4,096,610 4,362,889 4,646,477 4,948,498 5,270,151

4 Belanja Tak Terduga 163.000 2.382.153 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000

(32)

32 |bab 6

Sumber : Hasil Olahan

TABEL 6.16

PROYEKSI PUBLIC SAVING KABUPATEN LABUHANBATU 2009-2015

Sumber : Hasil Olahan

NO. URAIAN REALISASI P-APBD R-APBD PROYEKSI

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

PENERIMAAN 748,694,848 791,183,872 389,038,947 381,671,292 411,961,194 445,298,175 482,045,508 522,615,357 567,475,821

1 Pendapatan Asli Daerah 36.771.409 48.471.599 28,557,475 31,609,567 35,056,330 38,953,825 43,366,404 48,367,958 54,043,359 2 Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak

SDA

135.344.343 102.919.868 44,152,689 50,775,592 58,391,931 67,150,721 77,223,329 88,806,828 102,127,853 3 DAU 536.778.000 578.103.405 247,308,790 263,383,861 280,503,812 298,736,560 318,154,437 338,834,475 360,858,716 4 DAK 11.469.775 22.889.000 57,820,000 22,889,000 22,889,000 22,889,000 22,889,000 22,889,000 22,889,000 5 Bagi hasil Pajak propinsi 28.331.321 38.800.000 11,199,993 13,013,272 15,120,121 17,568,068 20,412,338 23,717,096 27,556,894

BELANJA WAJIB 357,368,369 498,398,502 287,498,045 294,670,424 302,022,113 309,557,593 317,281,461 325,198,426 333,313,314

1 Belanja Pegawai 356.713.122 497.795.620 286,895,163 294,067,542 301,419,231 308,954,711 316,678,579 324,595,544 332,710,432 2 Belanja Bunga 204.217 152.852 151,852 151,852 151,852 151,852 151,852 151,852 151,852 3 Pembayaran hutang pokok 451,030 451,030 451,030 451,030 451,030 451,030 451,030 451,030 451,030

PUBLIC SAVING 391,326,479 292,785,370 101,540,902 87,000,868 109,939,082 135,740,581 164,764,047 197,416,931 234,162,507

(33)

33 |bab 6 6.3.2 Keuangan Perusahaan Daerah

Perusahaan daerah yang bergerak di bidang keciptakaryaan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bina Rantauprapat. Bagian ini menguraikan profil keuangan Perusahaan Daerah dimaksud untuk menghitung kemampuan dukungan pembiayaan untuk investasi dalam bidang air bersih di Rantauprapat.

6.3.2.1 Kondisi Keuangan Perusahaan Daerah

Secara umum kondisi keuangan PDAM Tirta Bina dapat digambarkan dalam Neraca, Laporan Rugi/Laba dan Arus Kas dari perusahaan tersebut yang akan disajikan sebagai berikut :

a) Neraca

Neraca PDAM Tirtabina selama 4 tahun anggaran akan digambarkan pada tabel 6.16 berikut ini.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah aktiva PDAM Tirtabina meningkat setiap tahunnya dengan nilai yang cukup signifikan. Dari sisi Kewajiban terlihat bahwa kewajiban jangka pendek semakin meningkat, sedangkan kuajiban jangka panjang mengalami penurunan, meskipun untuk 3 tahun terakhir mempunyai kecenderungan meningkat. Dari sisi ekuitas juga mengalami peningkatan, meskipun sampai dengan tahun 2006 masih negative nilainya dan baru pada tahun 2007, ekuitas dana PDAM bernilai positif.

b) Laporan Laba Rugi

Laporan Laba rugi PDAM Tirtabina selama 4 tahun anggaran akan digambarkan pada tabel 6.17 berikut ini :

(34)

34 |bab 6 TABEL 6.17

NERACA PDAM TIRTA BINA PER 31 DESEMBER 2004 S/D 2007

(Dalam Ribuan)

AKTIVA 2004 2005 2006 2007 KEWAJIBAN DAN

EKUITAS 2004 2005 2006 2007

Aktiva Lancar 873.327 2.530.565 5.308.750 5.013.407 Kewajiban jangka pendek 7.281.281 8.196.842 9.289.342 9.329.746 Aktiva Tetap 979.546 692.960 570.695 4.339.770 Kewajiban jangka panjang 548.257 98.385 107.759 115.914 Aktiva Lain Lain 293.409 243.066 2.190.886 873.456 Ekuitas (5.681.594) (4.828.399) (1.326.077) 781.158 Aktiva Tak berwujud 1.662 1.247 693 185

JUMLAH AKTIVA 2.147.944 3.467.838 8.071.024 10.226.818 JUMLAH KEWAJIBAN

DAN EKUITAS 2.147.944 3.467.838 8.071.024 10.226.818

(35)

35 |bab 6 TABEL 6.18

LABA RUGI PDAM TIRTABINA TAHUN 2004 S/D 2007

(Dalam Ribuan)

NO. URAIAN 2004 2005 2006 2007

1. Pendapatan Usaha 2.617.408 2.407.161 2.745.329 4.419.162

2. Biaya langsung usaha 1.999.835 1.929.200 1.837.177 3.580.620

Laba (rugi) kotor

usaha 617.573 477.961 908.152 838.542

3 Biaya Umum dan Administrasi

1.983.200 1.972.205 1.616.273 1.524.280

Laba (rugi) usaha (1.365.627) (1.494.244) (708.121) (685.738)

4 Pendapatan (biaya) lain-lain

(809) (992) 25.010 31.973

- Pendapatan Lain Lain 1.426 661 32.850 38.906

- Beban Lain Lain (2.235) (1.653) (7.840) (6.933)

Laba (rugi) Sebelum

Pajak (1.366.436) (1.495.236) (683.111) (653.765)

5 Beban (Pendapatan) Pajak Penghasilan - Beban pajak

Penghasilan - - - -

- Beban (keuntungan)

Pajak ditangguhkan - - - -

Laba(Rugi) Setelah Pajak (1.366.436) (1.495.236) (683.111) (653.765)

Sumber : Laporan Keuangan PDAM Tirtabina 2004 s/d 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa PDAM Tirtabina sampai dengan tahun 2007 masih mengalami kerugian yang cukup besar yaitu mencapai lebih dari Rp. 653 juta. Namun apabila dilihat kecenderungannya kerugian tersebut semakin menurun setiap tahunnya. Dengan laju penurunan rata-rata selama 4 tahun yaitu 16,39 %, untuk 10 tahun kedepan PDAM belum mendapatkan keuntungan.

c) Arus Kas

Arus Kas keuangan PDAM Tirtabina selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

(36)

36 |bab 6

TABEL 6.19

ARUS KAS PDAM TIRTABINA TAHUN 2004 S/D 2007

(Dalam Ribuan)

NO. URAIAN 2004 2005 2006 2007

1. Saldo Awal (1 Januari) (4.315.158) (5.681.594) (4.828.390) (1.326.077)

2. Mutasi (1.366.436) 853.204 3.502.313 2.107.235 - Penambahan modal - 2.348.440 4.185.424 2.761.000 - Perubahan kebijakan akutansi - Koreksi L/R tahun lalu - - - - - L/® tahun berjalan (1.366.436) (1.495.236) (683.111) (653.765) 3 Saldo Akhir (31 desember) (5.681.594) (4.828.390) (1.326.077) 781.158

Sumber : Laporan Keuangan PDAM Tirtabina 2004 s/d 2007

Dari tabel arus kas diatas dapat dilihat bahwa saldo PDAM setiap tahunnya sampai dengan tahun 2006 nilainya negative atau deficit, dan tahun 2007 nilainya positif. Apabila dilihat dari mutasi maka penambahan modal PDAM setiap tahunnya cukup besar, dan dengan kerugian yang semakin menurun maka saldo kas PDAM semakin membaik kondisinya.

6.3.2.2 Analisis Keuangan Perusahaan

Pada bagian ini akan dilihat seberapa besar kemampuan PDAM Tirtabina untuk malakukan investasi di bidang Air Bersih. Kondisi yang telah digambarkan memperlihatkan perusahaan ini sampai dengan tahun 2007 masih mengalami kerugian yang cukup besar, sehingga untuk melakukan investasi akan sangat sulit apabila tidak mendapatkkan tambahan modal dari luar perusahaan.

Apabila dilihat dari arus Kas, sejak 2005 PDAM Tirtabina selalu mendapatkan tambahan modal yang berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah Kabupaten yang secara keseluruhan besarannya mencapai Rp. 9.294.864.000 lebih. Penggunaan dana tersebut adalah untuk pemeliharaan dan investasi. Untuk tahun-tahun berikutnya Pemerintah Kabupaten telah menerbitkan Peraturan Daerah untuk dapat memberikan penyertaan modal.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk membuat aplikasi pengolahan data keberatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Walaupun banyak faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi kecerdasan emosional, tetapi dalam penelitian ini yang akan diteliti hanyalah faktor verbal abuse

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keberhasilan pelatihan kerja da- pat di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti : reaksi karyawan, bahan pembelaja- ran,

Dosen Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

didik akan merasa senang kalau gum tersebut tidak hadir di kelas. Dengan beban tugas administratif, pengembangan karier, dan masalah kehidupan pribadinya, seorang gum dapat

Cara mengevaluasi efisiensi motor tersebut adalah dengan menentukan besarnya daya output motor, daya input motor untuk mengetahui besarnya effisiensi motor

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, Gap analysis adalah suatu alat yang digunakan untuk menganalisis kesenjangan antara kebutuhan bisnis dengan sumber

Dari hasil simulasi terhadap model ini dapat disimpulkan bahwa peningkatkan efisiensi pemanfaatan knowledge merupakan cara yang lebih efektif untuk meningkatkan