• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengolahan Limbah Tempurung Kelapa Menjadi Seni Kerajinan di Wilayah Bukit Lawang Kabupaten Langka.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengolahan Limbah Tempurung Kelapa Menjadi Seni Kerajinan di Wilayah Bukit Lawang Kabupaten Langka."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Khairil Anwar, NIM: 071222610013. “Pengolahan Limbah Tempurung Kelapa Menjadi Seni Kerajinan di Wilayah Bukit Lawang Kabupaten Langkat”

Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penglolaan tempurung kelapa menjadi berbagai macam bentuk kerajinan. Dari bahan dasar sebuah limbah yang dapat diperoleh dengan mudah dan dengan harga murah serta proses pengolahan dengan alat yang sederhana, dapat menjadi kerajinan yang bernilai seni dan bernilai jual.

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian kualitatif. Teknik Pengumpulan data dilakukan melalui proses pengamatan proses pengolahan limbah tempurung kelapa, dokumentasi dan wawancara.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengkelompokkan tiga jenis karya kerajinan tempurung kelapa yang dibuat pengrajin yaitu; Aksesoris, Lampu Hias dan Miniatur. Bentuk yang paling banyak dibuat yaitu; Aksesoris Kalung, Gelang, Mainan Kunci, Aksesoris Lainnya, Lampu Hias Gantung, Lampu Hias Duduk, Lampu Hias Dinding, Miniatur Vespa, Miniatur Wayang, Miniatur Petani Bersepeda. Bahan dasar diperoleh dari pedagang kelapa rumah tangga dan hutan sekitar, kemudian alat-alat yang diperlukan yaitu; bor manual, kikir, kertas pasir, alat ukir, tang, kertas minyak, lem, pisau, gunting, coping saw (gergaji), batu asah, kuas, pena, cutter, air, dan cat kayu. Proses pembuatan kerajinan tempurung kelapa dimulai dengan membersihkan tempurung kelapa, kemudian direndam dengan air selama 1-3 hari. Sebelumnya desain dibuat pada kertas dan kertas tersebut ditempelkan pada permukaan tempurung kelapa, tempurung kelapa dipotong, dipahat, dan dibentuk sesuai desain yang sudah ditempel pada permukaan tempurung. Setelah mendapatkan bentuk yang diinginkan kemudian karya haluskan dan diberi cat pelindung kayu.

(6)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iv

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

ix

BAB I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

1

B.

Identifikasi Masalah

4

C.

Pembatasan Masalah

4

D.

Rumusan Masalah

5

E.

Tujuan Penelitian

5

F.

Manfaat Penelitian

5

BAB II. KAJIAN TEORI

A.

SENI

7

1.

Seni Rupa

11

2.

Seni Kerajinan

14

B.

Limbah Tempurung Kelapa

16

C.

Tempurung Kelapa sebagai Bahan Seni Kerajinan 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

24

B.

Lokasi dan Waktu Penelitian

24

1.

Lokasi

24

2.

Waktu Penelitian

25

(7)

D.

Populasi dan Sampel

26

1.

Populasi

26

2.

Sampel

26

E.

Teknik Pengumpulan Data

27

F.

Teknik Analisis Data

28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

30

1. Bahan Dasar

30

2. Alat

31

B. Pembahasan Penelitian

38

1.

Proses Pembuatan

38

2.

Desain

47

3.

Pemasaran

58

4.

Temuan Penelitian

61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

64

B.

Saran

65

DAFTAR PUSTAKA

66

(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 4.1: Alat Bor Manual 31

Gambar 4.2: Kikir 31

Gambar 4.3: Kertas Pasir/Amplas 32

Gambar 4.4: Alat Ukir 32

Gambar 4.5: Tang 33

Gambar 4.6: Kertas Minyak 33

Gambar 4.7: Lem 34

Gambar 4.8: Pisau 34

Gambar 4.9: Gunting 35

Gambar 4.10: Coping Saw 35

Gambar 4.11: Batu Asah 36

Gambar 4.12: Kuas 36

Gambar 4.13: Pena 37

Gambar 4.14: Cutter 37

Gambar 4.15: Air 38

Gambar 4.16: Cat Kayu 38

Gambar 4.17: Permukaan tempurung yang kasar dihaluskan 39

Gambar 4.18: Potongan-potongan kecil tempurung dan potongan

tempurung setengah utuh 40

(9)

Gambar 4.20: Contoh desain 41

Gambar 4.21: Gambar desain ukiran nama untuk kalung atau gelang juga inisial huruf sebagai mainan kalung 41

Gambar 4.22: Tempurung kelapa yang sudah ditempel kertas minyak 42

Gambar 4.23: Mata bor kecil untuk membuat lubang pada tempurung 42

Gambar 4.24: Proses pengeboran dan penggergajian tempurung 43

Gambar 4.25: Pengrajin sedang membentuk tempurung dengan alat ukir 43

Gambar 4.26: Tempurung dibentuk/dicutter perlahan 44

Gambar 4.27: Beberapa bentuk yang sudah jadi namun permukaannya

masih kasar 44

Gambar 4.28: Pengrajin mengikir permukaan tempurung 45

Gambar 4.29: Bentuk karya yang sudah jadi dan rapi 45

Gambar 4.30: Kalung berhiaskan batuan 46

Gambar 4.31: batu alam dan kulit kerang sebagai hiasan 46

Gambar 4.32: kalung bermotif Ornamen 48

Gambar 4.33: Kalung ornamen berhiaskan batu dan kulit kerang 48

Gambar 4.34: Tali kalung untuk kalung bentuk ornamen 49

Gambar 4.35: Kalung bermotif orang utan 49

Gambar 4.36: Kalung motif burung dan ikan 50

Gambar 4.37: Kalung bermotif cicak 50

Gambar 4.38: Salib 51

Gambar 4.39: Lambang bintang enam Zionis dan lambang Rasta 51

Gambar 4.40: Aksesoris gelang 52

(10)

viii

Gambar 4.42: Ikat pinggang 53

Gambar 4.43: Lampu Hias Gantung 54

Gambar 4.44: Lampu Hias Duduk 55

Gambar 4.45: Lampu Hias Dinding 55

Gambar 4.46: Miniatur Vespa 57

Gambar 4.47: Miniatur Wayang 57

Gambar 4.48: Miniatur Petani Bersepeda 58

Gambar 4.49: Toko Penjualan Souvenir aksesoris Tempurung Kelapa 59

Gambar 4.50: Pajangan aksesoris di toko Pak Pungungan 60

Gambar 4.51: Warga lokal sedang memilih kalung 60

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran I 67

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri kerajinan adalah industri yang bernilai ekonomi tinggi. Dalam

industri ini biasa dihasilkan beragam karya seni kerajinan yang memiliki nilai

komersil yang menguntungkan. Di Indonesia sendiri industri kerajinan tersebut

terus berkembang. Dalam perkembangannya komoditas kerajinan tersebut dapat

meningkatkan perekonomian suatu kelompok atau masyarakat dan juga mampu

menyerap tenaga kerja dengan berbagai tingkat pendidikan. Seperti yang

diketahui ada begitu banyak industri kecil atau rumahan yang menghasilkan

produk-produk kerajinan yang berkualitas. Umumnya pekerja hanyalah

masyarakat kecil yang datang dari kelas bawah dengan tingkat pendidikan yang

rendah.

Namun dalam aplikasinya industri ini perkembangannya tidak terlalu pesat

atau tidak mengalami kemajuan yang berarti karena para pelaku bisnis kerajinan

ini masih terhalang beberapa kendala yang terletak pada minimnya modal usaha,

terbatasnya penyediaan bahan dasar dan juga harganya yang mahal. Padahal di

sekitar kita banyak sekali tersedia benda-benda limbah yang tidak benilai ekonomi

yang dapat di kelola menjadi hasil kerajian tangan. Salah satu contohnya adalah

tempurung kelapa.

Konsumsi kelapa di Indonesia yang cukup tinggi menghasilkan limbah

(13)

2

Indonesia memiliki keunggulan komparatif (keunggulan yang diperoleh

suatu Negara dari produksi suatu barang yang memiliki harga relatif yang lebih

rendah dari negara lain) yang sangat besar dari tempurung kelapa, Jika dihitung

pertahun maka tempurung kelapa yang dapat dihasilkan mencapai ± 3,1 juta

ton/tahun (http://karya-ilmiah.um.ac.id). Kita dapat dengan mudah menemukan

limbah ini menumpuk di pasar-pasar tradisional. Awalnya masyarakat kita hanya

menggunakan tempurung kelapa ini sebagai arang atau bahan bakar untuk

memasak sebagai pengganti kayu. Namun seiring waktu masyarakat telah mampu

mengelola limbah ini menjadi produk-produk yang lebih berkualitas yang

memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Tempurung merupakan lapisan keras yang terdiri dari lignin, selulosa, metoksil, dan berbagai mineral.Struktur yang keras disebabkan oleh silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung. Berat tempurung sekitar 15-19 % dari berat keseluruhan buah kelapa. Banyak sekali produk-produk hasil olahan tempurung kelapa ini, misalnya; Bio-oil, liquid smoke (asap cair), karbon aktif, tepung tempurung, dan kerajinan tangan (http://twotik.wordpress.com).

Tempurung kelapa dapat menjadi salah satu sumber energi yang dapat

diperbaharui. Banzon (2008) mengatakan

(14)

3

pengadaan, dan penggunaan yang efisien tapi hal ini hanyalah masalah kecil jika dibandingkan dengan masalah penempatan dan pemasaran untuk produk tradisional dari kelapa tersebut.

Dalam penelitian ini penulis hanya fokus pada bagaimana masyarakat

mampu mengelola limbah tempurung kelapa menjadi sebuah seni kerajinan.

Seperti diketahui banyak ragam dan bentuk seni kerajinan yang dapat dibuat dari

limbah ini, seperti aksesoris, perangkat rumah tangga, perabotan, hiasan dan

masih banyak lainnya. Di daerah wisata di Pulau Jawa bahkan menggunakan

limbah ini untuk dijual sebagai cenderamata atau oleh-oleh bagi komunitas

wisatawan yang datang berkunjung. Dikatakan bahwa seni cenderamata atau

souvenir merupakan benda yang diharapkan oleh komunitas wisatawan (Mill

dalam Subroto, 2009:14). Dalam artian bahwa cenderamata merupakan salah satu

faktor pendukung daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu tempat.

Di kabupaten Langkat produksi perkebunan kelapanya cukup besar.Jenis

tanaman ini memiliki fungsi ganda karena semua bagian dapat dimanfaatkan,

sehingga rakyat banyak membudidayakan tanaman ini. Luas areal pertanaman

rakyat 4.247 Ha dengan produksi 2.349 ton per tahun, komuditas kelapa paling

banyak ada di seluruh kecamatan di wilayah Pantai Timur Langkat

(http://www.langkatkab.go.id). Dengan produksi kelapa yang cukup tinggi di

wilayah tersebut maka dapat diperkirakan tingginya produksi limbah tempurung

kelapa per tahunnya yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar kabupaten Langkat.

Hal ini lah yang menjadi latar belakang penulis melakukan penilitian tentang

pengelolaan limbah tempurung kelapa. Melihat pesatnya perkembangan seni

(15)

4

masyarakatnya melalui kerajinan tangan mampu meningkatkan potensi wisata

daerahnya masing-masing, dan bagaimana perkembangan kerajinan tersebut di

Sumatera Utara sendiri khususnya di Kabupaten Langkat. Penulis ingin mengkaji

bagaimana masyarakat di Kabupaten Langkat mampu mengoptimalkan limbah ini.

Bagaimana pengrajin mampu membuat suatu produk kerajinan yang optimal

dalam segi bentuk dan ornamen atau hiasan yang dapat menarik minat wisatawan.

Memanfaatkan kuantitas limbah tempurung yang ada menjadi seni kerajinan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis, beberapa

permasalahan dapat diidentifkasi sebagai berikut:

1. Dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia juga letak

geografis wilayah tersebut, pengolahan tempurung kelapa sebagai kerajinan

seni belum dilakukan secara maksimal. Dimana masih kurangnya

masyarakat yang memanfaatkan limbah tempurung kelapa.

2. Kurangnya peran pemerintah dalam meningkatkan produksi seni kerajinan

tempurung kelapa.

C. Pembatasan Masalah

Bertitik tolak pada identifkasi masalah, agar penelitian ini dapat terarah

maka penulis membatasai masalah sebagai berikut:

(16)

5

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan batasan masalah, maka penulis merumuskan

masalah dalam kajian ini sebagai berikut: Bagaimana pengolahan limbah

tempurung kelapa menjadi suatu produk seni kerajinan di daerah wisata Bukit

Lawang.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perincian rumusan masalah di atas maka tujuan penulis dari

penelitian ini sebagai berikut: Ingin mengetahui pengolahan dan pemanfaatan

limbah tempurung kelapa sebagai bahan pembuatan seni kerajinan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat di peroleh dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti untuk lebih memahami perkembangan seni kerajinan dari

limbah tempurung kelapa di wilayah pariwisata.

2. Sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa seni khususnya seni rupa untuk

dapat lebih mengoptimalkan kreativitasnya dalam mengelola limbah-limbah

kecil seperti tempurung kelapa menjadi hasil kerajinan dan karya seni yang

bernilai ekonomi, sehingga pada akhirnya mereka juga dapat meningkatkan

sumber daya masyarakat sekitar mereka.

3. Sebagai bahan perbandingan untuk lebih menghasilkan bentuk-bentuk karya

(17)

6

4. Sebagai bahan referensi tentang ragam dan bentuk seni rupa, terutama seni

(18)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan penulis terhadap pengolahan

tempurung kelapa limbah penggunaan rumah tangga menjadi seni kerajinan di

kawasan wisata Bukit Lawang, penulis menyimpulkan bahwa :

1. Bahan dasar tempurung kelapa diperoleh dengan cara sederhana dari

pedagang kelapa rumah tangga, dan juga dari sekitar hutan gunung Leuser.

Tidak ada pemasok bahan dasar tempurung kelapa dalam komoditas besar.

Tidak ada pengrajin yang memproduksi kerajinan dalam skala besar,

sehingga bahan dasar tempurung kelapa yang digunakan tidak banyak.

Bentuk-bentuk kerajinan yang dihasilkan umumnya didominasi berupa

karya-karya kecil dalam bentuk aksesoris seperti kalung, gelang, mainan

kunci dan aksesoris lainnya.

2. Minimnya pengunjung ke tempat wisata, dimana pengunjung hanya ramai

pada hari-hari libur. Dengan minimnya pengunjung maka berdampak juga

pada minimnya pembeli produk kerajinan tempurung kelapa. Hal ini

sebagian besar dipengaruhi juga oleh kejadian banjir bandang sungai

bahorok. Tidak ada juga perhatian pemerintah terhadap pengrajin dan

pedagang kerajinan tempurung kelapa di kawasan tersebut, terutama dalam

(19)

65

B. Saran

Seni kerajinan merupakan kegiatan yang berkembang cukup baik di

Indonesia sebagai pendukung ekonomi masyarakat yang berada di daerah wisata.

Limbah tempurung kelapa yang dihasilkan dapat diubah menjadi satu bentuk

kerajinan yang bernilai ekonomi. Tapi sebagian masyrakat masih belum

mengoptimalkan potensi alam dan potensi sumber daya manusia yang ada.

Adapun saran penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Pengrajin lebih optimal dalam memanfaatkan limbah tempurung kelapa

sebagai bahan dasar kerajinan dengan membuat karya yang lebih beragam

dan bervariasi. Diperlukan pembelajaran bagi para pengrajin untuk dapat

mengembangkan kreatifitas berkarya agar karya yang dihasilkan tidak statis,

sehingga dapat lebih menarik minat komunitas wisatawan lokal maupun

wisatawan asing yang berkunjung.

2. Perlu campur tangan pemerintah dalam penyuluhan dan pemberian

pinjaman modal ringan, juga penyediaan sarana dan prasarana bagi

Gambar

Gambar 4.42: Ikat pinggang

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah tersebut yaitu dengan cara Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Dalam Pembelajaran Tematik

PROGRAM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMASYARAKATAN. NO KODE SATKER

Pada tulisan ini penulis akan menjabarkan penggunaan software MATLAB sebagai software yang digunakan untuk analisa perilaku dinamik suatu struktur, software yang ada saat ini

Nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi yang di harapkan (0,000 < 0,05) menunjukkan bahwa variabel ROE berpengaruh positif dan sifnifikan terhadap return

Sumur berproduksi secara sembur alam , terjadi jika tenaga alamiah dari Sumur berproduksi secara sembur alam , terjadi jika tenaga alamiah dari reservoar masih mampu untuk

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat