• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk melihatseluruh artikel terkait Digital Folklore Festival, Anda dapat melihatnya di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Untuk melihatseluruh artikel terkait Digital Folklore Festival, Anda dapat melihatnya di"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

E-CATALOGUE

(2)

Tentang PAMERAN

Kultural Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, berkolaborasi dengan pelaku dan komunitas ekonomi kreatif, mengajak khalayak untuk merayakankekayaan berimajinasi melalui dongeng.

Pameran ini bertujuan untuk meningkatkan kecintaan dan kebanggaan atas hasil karya anak bangsa, serta memperkuat ekosistem ekonomi kreatif. Memamerkan 9 karya pelaku kreatif dan seniman Indonesia, yang berkarya terinspirasi dari naskah dongeng ‘BIAS’ yang ditulis oleh Titien Wattimena.

Lewat pameran ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi khalayak untuk membuka dirinya dalam

memaknai sebuah tulisan serta karya visual, terutama untuk menjunjung tinggi nilai budaya yang bukan hanya terlukis secara visual, namun juga lewat pesan moral cerita.

Konseptor : Rama Soeprapto

Kurator : Bambang ‘Toko’ Witjaksono, Eunice Nuh Artistik : Mattaniah Nuh & Ocular Gallery

Virtual galeri developer : Ananta Rupa

Seniman : Mohammad Taufiq (Emte), Djayanti Aprilia, Age ‘Tutu’ Airlangga, Gandhi Setyawan, Safiera Amalia Kurnia, Nathan Silaban, Komikrukii, Cecil & Ryno, Nadya Noor

Untuk melihat seluruh artikel terkait Digital Folklore Festival, Anda dapat melihatnya di www.kultural.id

(3)

Pameran ini adalah bagian dari Program Digital Folklore Festival tahun 2020. Sengaja dipilih pameran visual untuk memaknai kembali Folklore (cerita rakyat) dengan bahasa gambar, karena gambar dianggap mampu tidak hanya menerjemahkan naskah, tetapi bahkan memaknainya lebih luas, menjadi sebuah teks baru.

Naskah dongeng yang dibuat visualisasi/ilustrasinya adalah karangan Titien Wattimena berjudul ‘BIAS’. Kami mengajak 9 seniman visual untuk menterjemahkan ulang dan memaknai kembali isi naskah dongeng ‘Bias’, dengan lebih longgar, tidak serta merta hanya menjadi ilustrasi belaka, sehingga urutan visualisasi tidak lagi harus berpatok pada urutan pada naskah dongengnya.

Pemaknaan baru sebuah naskah, terutama tujuan karya sastra (sastra sebagai karya) adalah menjadikan pembacanya bukan lagi konsumen, melainkan produsen teks. (Barthes, S/Z:4). Barthes berpendapat bahwa teks "penulis" lebih penting daripada teks "pembaca", karena ia melihat kesatuan teks selamanya ditegakkan kembali oleh komposisinya, kode-kodeyang terbentuk dan terus-menerus meluncur di dalam teks. Pembaca readerly text sebagian besar bersifat pasif, sedangkan orang yang terlibat dengan writerly text harus melakukan upaya aktif, dan bahkan memerankan kembali tindakan penulis itu sendiri. Kode berbeda (hermeneutik, aksi, simbolik, semiotik, dan historis) yang didefinisikan

Barthes dalam S / Z menginformasikan dan memperkuat satu sama lain, sehingga membuat teks menjadi terbuka ke arah yang tidak pasti, justru karena selalu dapat ditulis ulang menjadi suatu hal baru.

Dengan demikian, maka makna baru yang divisualisasikan tadi, pasti juga akan membentuk pemaknaan yang lebih baru lagi dan juga lebih luas lagi. Naskah dongeng ‘BIAS’ menjadi berkembang dan bisa terus dimaknai sesuai dinamika jaman.

Kuratorial

DIGITAL FOLKLORE FESTIVAL VIRTUAL EXHIBITION

Kurator,

Bambang ‘Toko’ Witjaksono Eunice Nuh

(4)

Naskah &Karya

1. KSATRIA

Pangeranbermata bening, di matanya kita bisa bercermin.

Putra pertama,

memilih takmeneruskan tahta.

Turun ke medan perang, jadi ksatria.

Perang dimenangkan.

Ribuan nyawa musuh hilang, tepat di ujung pedangnya.

Setelahnya,

mendadak hampa berkuasa.

Ksatria tak kembali ke istana.

Pangeranyang jadi ksatria, ksatria yang jadi pengembara.

Jubahnya menutup dari ujung kepala, sampai ujung kaki.

Wajahnya selalu remang, di bawah bayang bayang.

Sang Pengembara... yang dulunya ksatria, mencari jawaban...

Apa yang bisa membuat manusia bahagia?

Mohammad Taufiq (Emte)

Ksatria

Watercolor on canvas Dibingkai dengan bingkai kayu

100 x 100 cm 2020

@emteemte

(5)

2. MEILI

Cantik Jelita...

Begitu rakyat memanggilnya.

Sesuai titah Ayah yang Raja dan Ibu yang Ratu.

Si Cantik Jelita dimanja.

Seluruh yang ia mau, Ayah Ibu mampu.

Kecuali satu...

Ia tak pernah tahu

pantulan wajahnya sejak dulu.

Di segenap penjuru negri, cermin adalah larangan.

Dibakar.

Dipecahkan.

Sampai keping terkecilnya.

Cantik Jelita...

Begitu mereka memanggilnya.

Ia sendiri tak bisa melihat wajahnya.

Ia tahu namanya Meili, yang artinya cantik.

Ia tak tahu apakah namanya nyata, atausungguh doa takputus

dari Ibu dan Ayah.

Age ‘Tutu’ Airlangga

Meili

Mix media on canvas 80 x 120 cm

2020

@tutugraff

Naskah &Karya

(6)

Safiera Amalia Kurnia

Khayangan

Digital printing on canvas 80 x 120 cm

2020

@bitsaf

3. KHAYANGAN

Di negeri ini...

Matahari bersinar lebih terang.

Pelangi punya lebih dari tujuh warna.

Senja berlangsung lebih lama.

Dan rembulan setiap saat purnama.

Di negeri ini...

Bunga mekar sepanjang tahun.

Burung bernyanyi takcuma pagi.

Hujan turun sehalus serat.

Malam tidak menjelma pekat.

Negeri Khayangan.

Seribu cahaya.

Seribu warna.

Seribu rasa.

Seribu rakyat yang setia, menyimpan rahasia...

Tentang Sang Putri

dan seribu luka di wajahnya.

Naskah &Karya

(7)

Nathan Silaban

Selaras

Digital printing on canvas 100 x 100 cm

2020

@nathansilaban

4. SELARAS

Pengembara itu tiba di Negeri Seribu Cahaya.

Gerimis turun hati - hati.

Diikuti pelangi mirip gulali.

Pendatang harus menghadap Raja, menerima segenap titah.

Mengucap sumpah.

Cermin sekecil apapun, harus diserahkan ke istana.

Tak boleh juga,

berbicara tentang sebuah wajah.

Pengembara berpapasan dengan Putri Meili.

Wajah Si Pengembara remang di balik jubah.

Wajah Sang Putri terang disiram cahaya.

Dua manusia berhadapan.

Seolah selaras sejiwa,

mereka bercakap tanpa suara.

Kau pasti putri yang paling bahagia.

Orang tua dan rakyatmu,

mencintai engkau sedemikian rupa.

Naskah &Karya

(8)

Cecil & Ryno

Jatuh Cinta

Digital printing on canvas 80 x 120 cm

2020

@inicecil & @atseu

5. JATUH CINTA

Malam itu purnama yang paling purnama.

Mereka bertemu di bawah cahaya.

Ini bukan pertemuan pertama.

Ini entah pertemuan keberapa.

Yang pasti pertemuan selalu terjadi, saat manusia lain menjelajah mimpi.

Pengembara tahu warna kesukaan Sang Putri.

Karena itu ia bawa bunga warna biru di tangannya.

Meili menerima bunga biru dengan suka cita.

Bukankah bunga pertanda cinta?

Sang Putri juga membawa hadiah.

Puisi.

Meski ia bukan pujangga.

Bacakanlah untukku, Putri.

Bukankah engkau lebih suka kata tanpa bunyi?

Bersamamu, bahkan sepi punya suara.

Meili menarik nafas.

Mengumpulkan kekuatan.

Wajahmu setia dalam remang.

Namun di dekatmu dunia lebih terang.

Bahkan sejuta cahaya yang kumiliki sejak kanak, mendadak redup saat kita berdiri tanpa jarak.

Di sini semua cahaya punya nama.

Cahayamu kunamakan Senja.

Karena kepada senja, aku selalu jatuh cinta.

Naskah &Karya

(9)

Nadya Noor

Masa Depan

Digital printing on layered canvas 80 x 120 cm

2020

@nadya.noor

6. MASA DEPAN

Ini hari perayaan. Pertunangan.

Putri Meili dan Pangeran Pengembara.

Rakyat ikut bahagia.

Meski perayaan sederhana saja.

Ruang utama istana.

Sang Putri melempar tatap ke seberang.

Pengembara berdiri di sana tanpa jubah.

Wajah yang sempurna.

Jantung Putri berdebar lebih cepat dari biasa.

Disaksikan Ratu dan Raja,

Pengembara mendekati kekasihnya.

Selangkah demi selangkah.

Ia mulai melihat rumah mungil mereka.

Seribu cahaya masuk lewat jendela.

Dan istrinya tersenyum penuh cinta.

Selangkah demi selangkah.

Kini mereka berdiri berhadapan. Bertatapan.

Sang Putri terpaku...

Pangeran bermata bening, di matanya kita bisa bercermin.

Sang Putri melihat seribu lukanya di sana.

Untuk pertama kali dalam hidupnya.

Cantik jelita...

Begitu mereka memanggilnya.

Putri Meili memutar tubuhnya, lari meninggalkan istana.

Naskah &Karya

(10)

Komirukii

Abrakadabra

Digital printing on canvas 100 x 100 cm

2020

@komikrukii

7. ABRAKADABRA

Putri Meili tiba di ujung dunia, mencari Sang Ahli Sihir,

yang dengan satu kali adakadabra,

mampu menghapus seribu luka di wajahnya.

Putri oh Putri, bukankah sejak lama...

kau diajarkan untuk tak melihat dirimu, dari apa yang kasat mata?

Maka cermin dibinasakan.

Sampai keping terkecilnya.

Supaya kau hanya ingat memperindah, apa yang tak terlihat.

Hatimu. Jiwamu.

Jika kuhapus semua luka, kau akan habiskan sisa usia, dengan sibuk merias wajah.

Putri oh Putri,

Bukankah sejak jumpa pertama,

Pangeran Pengembara jatuh cinta hanya pada hatimu saja?

Kau tak butuh sihirku, Jelita.

Seribu adakadabra, tak akan mampu

membuat wajah bisa secantik hati dan jiwa.

Cepat kembalilah kau ke istana, karena kekasihmu Sang Pengembara, sebentar lagi akan menghancurkan cermin yang ada di kedua matanya...

Naskah &Karya

(11)

Gandhi Setyawan

Bias

Digital printing on canvas 80 x 120 cm

2020

@rasefour

8. BIAS

Ksatria itu mengambil pedang, yang ia siapkan untuk memecahkan, cermin di mata kiri dan kanan.

Putri berlari secepat yang ia mampu, ke tempat mereka kerap bertemu, di bawah purnama yang hari itu sendu.

Pedang ditebaskan.

Mata sebelah kanan.

Putri berteriak dari kejauhan.

Suaranya tak sampai ke Pangeran.

Pedang beraksi.

Mata sebelah kiri.

Sang Putri tersungkur berurai air mata.

Di dekat kaki Sang Pengembara.

Kau kembali, Putri?

Tapi Pangeran, kau tak bisa melihatku lagi.

Pangeran Pengembara berlutut di tanah, meraba wajah kekasihnya.

Aku selalu bisa melihatmu, Putri.

Bahkan seribu cahaya milik negri ini, akan selalu bisa kulihat.

Semua adalah bias dari sumber cahaya terindah...

Kau tahu nama sumber cahaya terindah?

Cinta.

Naskah &Karya

(12)

DjayantiAprilia

Abadi

Digital printing on paper Dibingkai dengan frame putih

108 x 108 cm 2020

@djayantiaprilia

9. ABADI

Kita abadi...

Dan begitulah janji terucap.

Sehidup semati.

Sang Pengembara dan Putri Meili.

Sang Pengembara bertemu bahagia, Di antara seribu luka.

Sang Putri menemukan cinta, Di dalam sepasang mata.

Matahari bersinar secerah hati.

Lonceng istana berdentang seribu kali, bergema ke pelosok negeri...

Cinta Cinta Cinta

Bergema ke pelosok negeri...

Lonceng istana berdentang seribu kali.

Matahari bersinar secerah hati.

Di dalam sepasang mata, Sang Putri menemukan cinta.

Di antara seribu luka,

Sang Pengembara bertemu bahagia.

Sang Pengembara dan Putri Meili.

Sehidup semati.

Dan begitulah janji terucap.

Kita abadi

Naskah &Karya

(13)

Kami yang terlibat

DIGITAL FOLKLORE FESTIVAL VIRTUAL EXHIBITION

PENYELENGGARA

SENIMAN

MOHAMMAD TAUFIQ (EMTE) DJAYANTI APRILIA

AGE ‘TUTU’ AIRLANGGA

GANDHI SETYAWAN SAFIERA AMALIA KURNIA NATHAN SILABAN

KOMIKRUKII CECIL & RYNO NADYA NOOR KURATOR: BAMBANG ‘TOKO’ WITJAKSONO

KO-KURATOR & PROGRAM: EUNICE NUH KONSEPTOR: RAMA SOEPRAPTO

NASKAH DONGENG ‘BIAS’: TITIEN WATTIMENA

TIM KREATIF, KURATORIAL, ARTISTIK & VIRTUAL GALERI

ARTISTIK: MATTANIAH NUH & OCULAR GALLERY VIRTUAL GALERI DEVELOPER: ANANTARUPA

MEDIA & KOMUNITAS

IBU AINI HUTASOIT IBU RITA WIDYATMOKO RAMA SOEPRAPTO REDA GAUDIAMO GEMA LAKSMI SANDRE ZAKI

Info_parenting.id

DIDUKUNG OLEH

Referensi

Dokumen terkait

Dibandingkan dengan daging asli, daging tiruan mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain dapat dibuat atau diformulasi sedemikian rupa sehingga nilai gizinya lebih tinggi

Sebaliknya, jika pesan yang diekstrak berbeda dengan yang disisipkan, atau pesan telah mengalami distorsi, berarti terdapat kemungkinan bahwa ijazah digital

Analisis kuantitatif dengan SSA, maka sampel harus dalam bentuk larutan. Penting untuk diingat bahwa larutan yang akan dianalisis haruslah sangat encer. Ada

Hasil yang Didapat Teks yang ditambahkan berhasil dimuat pada halaman sesuai dengan ukuran teks yang ditentukan. Kondisi Akhir Tek berhasil dimuat pada halaman dengan ukuran yang

UJ-001 Pengujian mengunduh aplikasi Berhasil UJ-002 Pengujian mengunduh plugin Berhasil UJ-003 Pengujian mendaftar akun Berhasil UJ-004 Pengujian memesan photobook Berhasil

Tujuan dari analisa dan perancangan sistem informasi manajemen aset pada Dinas Penanggulan- gan Kebakaran di Wilayah DKI Jakarta ini adalah untuk melakukan proses

Leontine Anasthasia Nikita 15 Berdasarkan data di atas maka dapat di lihat pada tahun pada tahun 2006 hingga 2008 terjadi peningkatan yang bersamaan antara jumlah wisatawan

Pada tahap ini siswa dapat menemukan jawaban pasti dari jawaban prediksi me- reka, sesuai dengan pendapat Nurjanah (2011) tentang kelebihan dari model pembelajaran