• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Umur / tanggal lahir : 41 tahun / 07 April 1975 Jenis kelamin : Laki-laki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Umur / tanggal lahir : 41 tahun / 07 April 1975 Jenis kelamin : Laki-laki"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

33 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penulis telah melakukan penelitian mengenai Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 72 K/Pid.Sus/2017 dalam perkara Tindak Pidana Narkotika diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Identitas Terdakwa

Nama : HERIYANTO bin PARTO SUMITO

Tempat lahir : Tejosari, Metro

Umur / tanggal lahir : 41 tahun / 07 April 1975 Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Jalan Petai RT. 005, RW. 002, Kelurahan Tejo Agung, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

2. Uraian Singkat Fakta Peristiwa

Bermula pada hari Senin tanggal 08 Februari 2016 sekitar pukul 19.30 WIB ketika saksi Rio Ramadanus dan saksi Indra Solikhin selaku anggota res Narkoba Polres Lampung Timur melakukan penangkapan terhadap saksi Romli bin Mario dan ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) bungkus kertas berisi bahan, daun, batang dan biji kering diduga Narkotika jenis ganja dan 2 (dua) buah rokok lintingan berisi bahan, daun, batang dan biji kering diduga ganja yang menurut pengakuan saksi Romli bin Mario didapatkan dari Terdakwa Heriyanto bin Parto Sumito. Kemudian sekitar pukul 23.30 WIB saksi Rio Ramadanus dan saksi Indra Solikhin melakukan penangkapan terhadap Terdakwa Heriyanto bin Parto Sumito di pasar Tejo Agung, Kota Metro dan dari penangkapan tersebut didapatkan barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak rokok Hit Mild. Selanjutnya Terdakwa dan barang bukti

(2)

diamankan di Sat Narkoba Polres Lampung Timur dan setelah barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak rokok Hit Mild dibuka didapatkan 1 (satu) bungkus kertas warna biru berisi bahan, daun, batang dan biji kering ganja milik Terdakwa


3. Dakwaan Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Lampung Timur

Adapun Dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Lampung Timur adalah sebagai berikut:

KESATU:

Bahwa Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO pada hari Senin tanggal 08 Februari 2016 sekira pukul 23.30 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam bulan Februari 2016 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2016, bertempat di pasar Tejo Agung, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Sukadana yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkaranya atau berdasarkan Pasal 84 ayat (2) KUHAP, tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, berupa ganja, yang Terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut:

- Bermula pada hari Senin tanggal 08 Februari 2016 sekira pukul 19.30 WIB ketika saksi Rio Ramadanus dan saksi Indra Solikhin selaku anggota res Narkoba Polres Lampung Timur melakukan penangkapan terhadap saksi Romli bin Mario di Dusun II RT. 09 Desa Sumber Rejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur dan ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) bungkus kertas berisi bahan, daun, batang dan biji kering diduga Narkotika jenis ganja dan 2 (dua) buah rokok lintingan berisi bahan, daun, batang dan biji kering diduga ganja yang menurut pengakuan saksi Romli bin Mario didapatkan dari Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO. Kemudian sekitar pukul 23.30 saksi Rio Ramadanus dan saksi Indra Solikhin melakukan penangkapan

(3)

terhadap Terdakwa Heriyanto bin Parto Sumito di pasar Tejo Agung, Kota Metro dan dari penangkapan tersebut didapatkan barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak rokok Hit Mild. Selanjutnya Terdakwa dan barang bukti diamankan di Sat Narkoba Polres Lampung Timur dan setelah barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak rokok Hit Mild dibuka didapatkan 1 (satu) bungkus kertas warna biru berisi bahan, daun, batang dan biji kering ganja milik Terdakwa;

- Bahwa setelah dilakukan pemeriksaan secara laboratoris di Laboratorium Uji Narkoba BNN terhadap barang bukti tersebut, diketahui bahwa barang bukti dalam bentuk 1 (satu) bungkus kertas warna berisi bahan, daun dengan berat netto 2,4883 gram adalah benar merupakan Narkotika jenis ganja/THC (Tetrahydrocannabinol) ;

- Bahwa Terdakwa dalam hal menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I jenis ganja tersebut tidak mempunyai ijin dari pihak yang berwenang ;

- Bahwa berdasar Surat Keterangan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris dari Laboratorium Uji Narkoba BNN Nomor : 426 B/II/2016/Balai Lab Narkoba tanggal 22 Februari 2016 yang ditandatangani oleh Puteri Heryani, S.SI., Apt. selaku Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Balai Laboratorium Narkoba BNN menyatakan bahwa pemeriksaan terhadap barang bukti berupa 1 (satu) buah amplop warna coklat berlak segel lengkap dengan label barang bukti, setelah dibuka di dalamnya terdapat 1 (satu) bungkus kertas warna berisi bahan, daun dengan berat netto 2,4883 gram adalah benar merupakan Narkotika jenis ganja/THC (Tetrahydrocannabinol) ;

Perbuatan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ;

(4)

ATAU KEDUA:

Bahwa Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO pada hari Senin tanggal 08 Februari 2016 sekira pukul 23.30 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam bulan Februari 2016 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2016 bertempat di Ruang Idik II Satuan Reserse Narkoba Polres Lampung Timur yang berada di jalan Letnan Adnan Sanjaya Nomor 9 Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Sukadana yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkaranya, tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, berupa ganja, yang Terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut :

- Bermula pada hari Senin tanggal 08 Februari 2016 sekira pukul 19.30 WIB ketika saksi Rio Ramadanus dan saksi Indra Solikhin selaku anggota res Narkoba Polres Lampung Timur melakukan penangkapan terhadap saksi Romli bin Mario di Dusun II RT. 09 Desa Sumber Rejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur dan ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) bungkus kertas berisi bahan, daun, batang dan biji kering diduga Narkotika jenis ganja dan 2 (dua) buah rokok lintingan berisi bahan, daun, batang dan biji kering diduga ganja yang menurut pengakuan saksi Romli bin Mario didapatkan dari Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO. Kemudian sekitar pukul 23.30 saksi Rio Ramadanus dan saksi Indra Solikhin melakukan penangkapan terhadap Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO di pasar Tejo Agung, Kota Metro dan dari penangkapan tersebut didapatkan barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak rokok Hit Mild. Selanjutnya Terdakwa dan barang bukti diamankan di Sat Narkoba Polres Lampung Timur dan setelah barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak rokok Hit Mild dibuka

(5)

didapatkan 1 (satu) bungkus kertas warna biru berisi bahan, daun, batang dan biji kering ganja milik Terdakwa ;

- Bahwa setelah dilakukan pemeriksaan secara laboratoris di Laboratorium Uji Narkoba BNN terhadap barang bukti tersebut, diketahui bahwa barang bukti dalam bentuk 1 (satu) bungkus kertas warna berisi bahan, daun dengan berat netto 2,4883 gram adalah benar merupakan Narkotika jenis ganja/THC (Tetrahydrocannabinol) ;

- Bahwa Terdakwa dalam hal menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman jenis ganja tersebut tidak mempunyai ijin dari pihak yang berwenang;

- Bahwa berdasar Surat Keterangan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris dari Laboratorium Uji Narkoba BNN Nomor : 426 B/II/2016/Balai Lab Narkoba tanggal 22 Februari 2016 yang ditandatangani oleh Puteri Heryani, S.SI., Apt. selaku Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Balai Laboratorium Narkoba BNN menyatakan bahwa pemeriksaan terhadap barang bukti berupa 1 (satu) buah amplop warna coklat berlak segel lengkap dengan label barang bukti, setelah dibuka di dalamnya terdapat 1 (satu) bungkus kertas warna berisi bahan, daun dengan berat netto 2,4883 gram adalah benar merupakan Narkotika jenis ganja/THC (Tetrahydrocannabinol) ;

Perbuatan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ;

ATAU KETIGA:

Bahwa Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO pada hari Senin tanggal 08 Februari 2016 sekira pukul 23.30 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam bulan Februari 2016 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2016 bertempat jalan Petai RT. 005 Rw 002 Kelurahan Tejo Agung, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro tepatnya di rumah Terdakwa sendiri,

(6)

atau setidaktidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Sukadana yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkaranya atau berdasarkan Pasal 84 ayat (2) KUHAP, menyalahgunakan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri, berupa ganja, yang Terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut :

- Bermula pada hari Senin tanggal 08 Februari 2016 sekira pukul 19.30 WIB ketika saksi Rio Ramadanus dan saksi Indra Solikhin selaku anggota res Narkoba Polres Lampung Timur melakukan penangkapan terhadap saksi Romli bin Mario di Dusun II RT. 09 Desa Sumber Rejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur dan ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) bungkus kertas berisi bahan, daun, batang dan biji kering diduga Narkotika jenis ganja dan 2 (dua) buah rokok lintingan berisi bahan, daun, batang dan biji kering diduga ganja yang menurut pengakuan saksi Romli bin Mario didapatkan dari Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO. Kemudian setelah saksi Mario bin Romli bertemu dengan Terdakwa keduanya langsung berpisah dan Terdakwa pulang ke rumah untuk mengkonsumsi ganja yang dihisap dengan cara dilinting seperti rokok. Kemudian sekitar pukul 23.30 saksi Rio Ramadanus dan saksi Indra Solikhin melakukan penangkapan terhadap Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO di pasar Tejo Agung, Kota Metro dan dari penangkapan tersebut didapatkan barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak rokok Hit Mild. Selanjutnya Terdakwa dan barang bukti diamankan di Sat Narkoba Polres Lampung Timur dan setelah barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak rokok Hit Mild dibuka didapatkan 1 (satu) bungkus kertas warna biru berisi bahan, daun, batang dan biji kering ganja milik Terdakwa;

- Bahwa setelah dilakukan pemeriksaan secara laboratoris di Laboratorium Uji Narkoba BNN terhadap barang bukti tersebut, diketahui bahwa barang bukti dalam bentuk 1 (satu) bungkus kertas warna berisi bahan, daun dengan berat netto 2,4883 gram adalah benar merupakan Narkotika jenis ganja/THC (Tetrahydrocannabinol) ;

(7)

- Bahwa Terdakwa dalam hal mengkonsumsi/menggunakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman jenis ganja tersebut tidak mempunyai ijin dari pihak yang berwenang dan tidak dalam pengawasan dokter/ahli kesehatan;

- Bahwa berdasar Surat Keterangan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris dari Laboratorium Uji Narkoba BNN Nomor : 426 B/II/2016/Balai Lab Narkoba tanggal 22 Februari 2016 yang ditandatangani oleh Puteri Heryani, S.SI., Apt. selaku Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Balai Laboratorium Narkoba BNN menyatakan bahwa pemeriksaan terhadap barang bukti berupa 1 (satu) buah amplop warna coklat berlak segel lengkap dengan label barang bukti, setelah dibuka didalamnya terdapat 1 (satu) bungkus kertas warna berisi bahan, daun dengan berat netto 2,4883 gram adalah benar merupakan Narkotika jenis ganja/THC (Tetrahydrocannabinol) dan berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Lampung Nomor Lab. 80.B./HP/III/2016 yang melakukan pemeriksaan terhadap 1 (satu) buah pot plastik bening berlak segel lengkap dengan label barang bukti berisikan urine An. Heriyanto bin Parto Sumito adalah benar /positif mengandung ganja/THC (Tetrahydrocannabinol) ;

Perbuatan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana menurut Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ;

4. Tuntutan Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Lampung Timur

Tuntutan pidana Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Lampung Timur tanggal 28 Juli 2016 sebagai berikut:

a. Menyatakan Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“menyalahgunakan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri” sebagaimana

(8)

diatur dan diancam pidana dalam dakwaan Ketiga Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ; b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa HERIYANTO bin PARTO

SUMITO, dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dengan dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan sementara, dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan ;

c. Menetapkan barang bukti berupa : - 1 (satu) bungkus kertas berisi bahan, daun, batang dan serta biji kering jenis ganja dengan berat netto 2,2506 gram; - 1 (satu) buah kotak bekas rokok Hit Mild ; Dirampas untuk dimusnahkan ;

d. Menetapkan agar Terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp2.000,00 (dua ribu rupiah) ;

5. Amar Putusan Pengadilan Negeri Sukadana

a. Membaca putusan Pengadilan Negeri Sukadana Nomor 131/Pid.Sus/2016/PN.Sdn., tanggal 28 Juli 2016 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

b. Menyatakan Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "Tanpa hak atau melawan hukum menyerahkan Narkotika Golongan I ”;

c. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa tersebut di atas oleh karena itu dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dan denda sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dengan ketentuan apabila tidak dibayar diganti dengan 1 (satu) bulan penjara ;

d. Menetapkan lamanya masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

e. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;

f. Menetapkan barang bukti berupa : - 1 (satu) bungkus kertas berisi bahan, daun, batang dan serta biji kering jenis ganja dengan berat netto 2,2506

(9)

gram; - 1 (satu) buah kotak bekas rokok Hit Mild ; Dirampas untuk dimusnahkan ;

g. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sejumlah Rp2.000,00 (dua ribu rupiah) ;

6. Amar Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang

Membaca Putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor 80/PID/2016/PT TJK., tanggal 13 Oktober 2016 yang amar lengkapnya sebagai berikut:

a. Menerima permintaan banding dari Penasehat Hukum Terdakwa tersebut;

b. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Sukadana Nomor 131/Pid.Sus/

2016/PN.Sdn tanggal 28 Juli 2016 yang dimintakan banding tersebut;

c. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa dalam kedua tingkat peradilan, yang ditingkat banding ditetapkan sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah);

7. Alasan-Alasan Kasasi Pemohon Kasasi Terdakwa

a. Bahwa berdasarkan Pasal 253 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana menyatakan “Pemeriksaan dalam tingkat Kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas permintaan para pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 244 dan Pasal 248 guna menentukan :

1) Apakah benar suatu peraturan Hukum tidak diterapkan atau diterapkan sebagaimana mestinya;

2) Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan Undang-Undang;

3) Apakah Pengadilan telah melampaui batas wewenangnya;

Bahwa sebagaimana diatur juga dalam Pasal 30 Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14

(10)

Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, menyatakan Mahkamah Agung berwenang membatalkan putusan atau penetapan Pengadilan berdasarkan parameter sebagai berikut:

1) Pengadilan tidak berwenang melampaui batas wewenang;

2) Pengadilan salah menerapkan atau melangga hukum yang berlaku;

3) Pengadilan lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan;

b. Bahwa putusan Hakim (Judex Facti) pada tingkat pertama yang dikuatkan pada tingkat Banding memutuskan : Telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Tampa hak atau melawan Hukum menyerahkan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman jenis ganja kering ;

c. Bahwa putusan majelis Hakim tersebut didasarkan pada Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Ripublik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menyatakan „Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika golongan I, dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) ;

d. Bahwa Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Ripublik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ditujukan kepada pengedar Narkotika, sebagaimana pendapat AR Sujono dan Bony Daniel dalam bukunya Komentar & Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menyebutkan “Pemberantasan peredaran Narkotika ditemukan antara lain dalam ketentuan Pasal 111 sampai dengan Pasal 126, sedangkan berkaitan dengan penyalah guna Narkotika antara lain ditemukan dalam Pasal 127 dan Pasal 128 oleh karena itu perlu mendapat perhatian, bahwa ketentuan Pasal 111 sampai dengan

(11)

Pasal 126 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, hanya dapat dikenakan kepada seorang dalam kerangka

“peredaran” baik dalam perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan, sehingga tidak boleh begitu saja secara serampangan misalnya seorang penyalah guna Narkotika diajukan ke persidangan dan dikenakan ketentuan- ketentuan tersebut ;

e. Bahwa Hakim (Judex Facti) tidak tepat mengaitkan perbuatan Terdakwa dalam hal menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, atau menyerahkan dan penguasaan, kepemilikan dan penyimpanan Narkotika golongan I dengan Pasal 114 ayat (1) UndangUndang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, walaupun dalam pertimbangan Hakim (Judex Facti) diketahui bahwa Pemohon Kasasi merupakan Pengguna Narkotika yang dikuatkan dengan adanya tes urine berdasarkan berita acara Laboratorium UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Lampung Nomor Lab 80.B./HP/III/ 2016 yang melakukan pemeriksaan terhadap 1 (satu) buah pot plastik berlak segel lengkap dengan label barang bukti berisikan urine An. HERIYANTO bin PARTO SUMITO (Terdakwa) benar/positif mengandung ganja/THC (Tetrahydrocannabinol) unsur kepemilikan, penguasaan, dan penyimpanan berkaitan erat dengan perbuatan seorang penyalah guna Narkotika, AR Sujono dan Bony Daniel dalam bukunya Komentar & Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika hal 225-226 berpendapat sebagai berikut :

“seorang penyalah guna Narkotika dalam rangka mendapatkan Narkotika tentulah dilakukan dengan cara membeli, menerima, atau memperoleh dari orang lain dan untuk itu Narkotika yang ada dalam tanganya jelaslah merupakan miliknya atau setidak-tidanya dalam penguasaanya, sehingga sangatlah tidak tepat apabila dikenakan Pasal 111 sampai Pasal 126 tentang Narkotika. Undang-Undang Ripublik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan angapan Pasal-Pasal tersebut mencantumkan larangan memiliki, menyimpan, menguasaai, membeli,

(12)

menerima, menyerahkan dan membawa, oleh karena itu meskipun penyalahguna kedapatan memiliki, menyimpan, menguasai, membeli, menerima, dan membawa, dalam rangka untuk mengunakan Narkotika untuk dirinya sendiri maka tindak pidana yang harus dikenakan haruslah Pasal 127 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika”;

f. Bahwa Majelis Hakim (Judex Facti) salah atau tidak tepat dalam menerapkan hukum yang berlaku dengan memutus perkara tanpa melihat barang bukti yang telah disampaikan Jaksa Penuntut Umum maupun Pasal 183 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana menyatakan “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya

;

g. Bahwa untuk memperoleh keyakinan dalam memberikan putusan, Hakim harus memperhatikan alat-alat bukti yang diajukan dalam persidangan sehingga dalam mengambil keputusan berdasarkan keyakinan yang diperoleh dari alat bukti yang diajukan;

h. Bahwa Majelis Hakim (Judex Facti) tidak memperhatikan dan mempertimbangkan keterangan Saksi, alat bukti surat dan keterangan Terdakwa/Pemohon Kasasi yang menyatakan :

1) Keterangan saksi yang menyatakan Terdakwa Pemohon Kasasi tertangkap tangan pada tanggal 08 Februari 2016, dimana ditemukan Narkotika berupa : 1 (sat) buah kotak rokok Hit Mild yang di dalamnya terdapat 1 (satu ) bungkus kertas warna biru berisi ganja dengan berat netto 2,4883 gram ;

2) Keterangan Terdakwa Pemohon Kasasi menyatakan telah mengunakan Narkotika jenis ganja kurang lebih 1 (satu) tahun ; 3) Adanya surat pemeriksaan urine Terdakwa Nomor Lab

80.B./HP/III/2016 yang diperiksa di Laboratorium kesehatan Dinas

(13)

Kesehatan Propinsi Lampung yang menyatakan tes urine Terdakwa adalah benar /positif mengandung ganja/THC (Tetrahydrocannabinol);

i. Bahwa berdasarkan alat bukti tersebut dapat diketahui Terdakwa/Pemohon Kasasi merupakan Pecandu Narkotika karena ditemukan bahwa urine Terdakwa benar/positif mengandung ganja/THC (Tetrahydrocannabinol) sebagaimana tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan bahwa Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “menyalahgunakan narkotika golongan I bagi diri sendiri‟

sebagaimana diatur dalam dakwaan Ketiga Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ;

j. Bahwa Keterangan Saksi Romli yang menyatakan bahwa saksi Romli benar menemui Terdakwa/Pemohon Kasasi di Pasar Tejo Agung untuk menayakan tempat membeli ganja di Kecamatan Metro Timur namun Terdakwa/Pemohon Kasasi menjawab tidak tahu namun Terdakwa/

Pemohon Kasasi berkata kepada Saksi Romli bahwa Terdakwa/Pemohon Kasasi memiliki ganja sisa pakainya kemudian Saksi Romli memintanya dan Terdakwa/Pemohon Kasasi memberikan ganja sisa pakainya kepada Saksi Romli kemudian setelah menerima ganja dari Terdakwa/Pemohon Kasasi Saksi Romli pergi meningalkan Terdakwa/Pemohon Kasasi dan meningalkan Uang sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) tanpa sepengetahuan Terdakwa/Pemohon Kasasi di atas meja di dalam sebuah lapak di pasar Tejo Agung, Metro Timur yang Terdakwa tidak tahu maksud dari Romli meningalkan uang tersebut karena Terdakwa/Pemohon Kasasi tidak merasa meminta uang kepada Romli apalagi tidak ada niat dari Terdakwa/Pemohon Kasasi menjual ganja sisa pakainya kepada Saksi Romli ;

k. Bahwa Hakim (Judex Facti) tidak tepat salah dalam pertimbangannya mengambil keputusan bahwa ada unsur tanpa hak atau melawan hukum menyerahkan Narkotika Golongan I jenis ganja dan mengenakan

(14)

Terdakwa/ Pemohon Kasasi Pasal 114 ayat (1) UndangUndang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menyatakan „Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika golongan I, dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) ;

l. Bahwa Hakim (Judex Facti) tidak tepat dan salah dalam menerapkan dengan adanya unsur tanpa hak atau melawan hukum menyerahkan Narkotika golongan I jenis ganja yang dilakukan Terdakwa/Pemohon Kasasi tanpa melihat unsur-unsur yang lain yang ada dalam Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, karena Terdakwa/Pemohon Kasasi menyerahkan Narkotika jenis ganja sisa pakai Terdakwa/Pemohon Kasasi kepada Saksi Romli tidak ada maksud dari Terdakwa/Pemohon Kasasi untuk menawarkan untuk dijual, menjual, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika golongan I jenis ganja untuk mendapatkan keuntungan menyerahkan ganja tersebut kepada Saksi Romli, sehingga sangatlah tidak tepat Hakim langsung memutuskan dan mengenakan Terdakwa/Pemohon Kasasi dengan Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan satu unsur saja yang dibuktikan tanpa menggali unsur-unsur lainnya dari Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ;

m. Bahwa Hakim (Judex Facti) telah mengabaikan bukti dalam mengambil keputusan Hakim (Judex Facti) hanya melihat perbuatan menyerahkan Narkotika golongan I tanpa hak dan melawan hukum, sehingga fakta dan kebenaran yang lebih jelas ditutupi oleh Hakim (Judex Facti) ;

(15)

n. Bahwa Majelis Hakim (Judex Facti) salah menerapkan Hukum yang berlaku dengan tidak menerapkan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika secara benar dalam memutus perkara ;

o. Bahwa Pasal 4 huruf d Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan “Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan “menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalahguna dan pecandu Narkotika” Lebih lanjut dalam Pasal 54 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan pecandu Narkotika dan korban penyalahguna Narkotika wajib menjalani Rehabilitasi medis dan Sosial” ;

p. Bahwa sebagaimana bukti yang diketahui oleh Hakim (Judex Facti), Terdakwa/Pemohon Kasasi adalah seorang pecandu Narkotika, sehingga sudah menjadi kewajiban Negara yang melakukan penahanan dan pemenjaraan bagi Terdakwa/Pemohon Kasasi untuk menjalani rehabilitasi medis dan rehabilasi sosial ;

q. Bahwa dalam memasukan Terdakwa/Pemohon Kasasi kedalam Lembaga Pemasyarakatan, akan menyulitkan lembaga pemasyarakatan sendiri karena tidak tersedia sarana rehabitasi medis dan rehabilitasi sosial untuk pecandu dan korban penyalahguna Narkotika;

r. Bahwa dalam Memasukan Terdakwa/Pemohon Kasasi kedalam Lembaga Pemasyarakatan untuk menjalani hukuman, akan mengakibatkan bertambanya peredaran terhadap Narkotika semakin parah dan berdampak penyebaran peredaran gelap Narkotika di dalam Lembaga Pemasyarakatan, penularan penyakit menular dan lainnya ;

s. Bahwa Memaksa Pemohon Kasasi untuk dapat menghilangkan kecanduan terhadap Narkotika tanpa adanya upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang memadai merupakan bentuk penghukuman yang kejam terhadap Pemohon Kasasi karena secara sengaja menimbulkan rasa sakit akibat ketergantungan kepada warga binaan ;

t. Bahwa penempatan Pemohon Kasasi kedalam Lembaga Pemasyarakatan sebagai bentuk pelaksanaan hukuman bertentangan kewajiban menjalani

(16)

rehabilitasi medis dan rehabiltasi sosial bagi pecandu dan penyalahguna Narkotika serta tidak sesuai dengan tujuan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika bagi korban penyalah guna Narkotika ; u. Bahwa Majelis Hakim (Judex Facti) salah menerapkan hukum dan

melangar hukum yang berlaku dengan tidak menerapkan Pasal 103 Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke Dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial ;

v. Bahwa Pasal 103 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan „Hakim yang memeriksa perkara Pecandu Narkotika dapat : a ) Memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika pecandu Narkotika tersebut terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika;

w. Bahwa untuk memberikan petunjuk Hakim menggunakan Pasal 103 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan memperjelas penafsiran siapa penyalahguna Narkotika secara kontario menunjukan jika seorang memiliki, menyimpan, menguasai Narkotika.

Mahkamah Agung RI mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial dengan klasifikasi tindak pidan sebagai berikut:

1) Terdakwa pada saat ditangkap penyidik Polri dalam kondisi tertangkap tangan

2) Pada saat tertangkap tangan sesuai butir 1 ditemukan barang bukti pemakaian 1 (satu) hari dengan perincian antara lain

a) Kelompok metametaphine(shabu) : 1 gram b) Kelompok MDMA (ekstasi) : 2,4 gram c) Kelompok Heroin : 1,8 gram

(17)

d) Kelompok Kokain : 1,8 gram e) Kelompok ganja : 5 gram f) Dan seterusnya

3) Surat uji Laboratorium positif mengunakan Narkotika berdasarkan permintaan penyidik.

4) Tidak terdapat bukti yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap Narkotika.

x. Bahwa Hakim (Judex Facti) dalam pertimbanganya telah menyatakan : 1) Pemohon Kasasi tertangkap pada 08 Februari 2016 ,bertempat di

pasar Tejo Agung, Kota Metro ;

2) Pada saat ditangkap ditemukan ganja kering dengan berat neto 2,4883 gram ;

3) Adanya surat pemeriksaan urine yang mennyatakan urine Pemohon Kasasi positif mengandung ganja/THC (Tetrahyrocannabinol), yang diperiksa oleh dinas Kesehatan Provinsi Lampung dengan Nomor Lab 80.B/HP/III/2016. tanggal 22 Februari 2016 ;

4) Berdasarkan keterangan seluruh Saksi dan alat bukti, Hakim (Judex Facti) tidak menemukan adanya keterlibatan Pemohon Kasasi dengan pengedaran gelap Narkotik ;

y. Bahwa Hakim (Judex Facti) salah mengambil dalam keputusan atau bertentangan karena tidak memperhatikan bukti-bukti yang termuat dalam dalam pertimbangan Pasal 103 Undang-Undang RI Nomor 35 tentang Narkotika jo Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penempatan dan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial ;

z. Bahwa pengunaan Pasal 103 Undang-Undang RI Nomor 35 tentang Narkotika jo Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2010, bertujuan untuk melaksanakan tujuan Undang-Undang RI Nomor 35 tentang Narkotika yakni menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial bagi penyalahguna dan pecandu Narkotika, serta

(18)

kewajiban untuk menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial bagi pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika ;

8. Pertimbangan Mahkamah Agung Nomor 72 K/Pid.Sus/2017

a. Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan kasasi dari Pemohon Kasasi/Terdakwa tersebut Mahkamah Agung berpendapat :

Bahwa alasan-alasan kasasi Terdakwa tersebut dapat dibenarkan karena Judex Facti telah salah menerapkan hukum atau menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya, dengan pertimbangan sebagai berikut:

- Bahwa berdasarkan keterangan saksi Romli bin Mario yang menerangkan bahwa Narkotika jenis ganja diperoleh dari Terdakwa tidak didukung dengan alat bukti lain ;

- Bahwa pada saat Terdakwa ditangkap dan digeledah ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak rokok Hit Mild dan setelah dibuka didapatkan 1 (satu) bungkus kertas warna biru berisi bahan, daun, batang dan biji kering ganja milik Terdakwa ;

- Bahwa jumlah Narkotika jenis ganja yang dimiliki Terdakwa relatif sedikit sekedar cukup untuk pemekaian satu kali ;

- Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas perbuatan Terdakwa memenuhi rumusan delik Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ;

b. Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan pidana Mahkamah Agung akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan ;

Hal-hal yang memberatkan :

- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat ;

- Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program Pemerintah dalam pemberantasan Narkotika ;

Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa sopan di persidangan ;

(19)

- Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya ;

- Terdakwa belum pernah dihukum ;

- Barang bukti berupa ganja jumlahnya relatif sedikit cukup hanya auntuk sekali pakai ;

c. Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan di atas Mahkamah Agung berpendapat, bahwa putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor 80/PID/2016/PT TJK tanggal 13 Oktober 2016, yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Sukadana Nomor 131/Pid.Sus/2016/ PN.Sdn tanggal 28 Juli 2016 tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu harus dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut, seperti tertera dibawah ini ;

d. Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi Terdakwa dikabulkan akan tetapi Terdakwa tetap dinyatakan bersalah serta dijatuhi pidana, maka biaya perkara pada kasasi dibebankan kepada Terdakwa ; e. Memperhatikan Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

9. Amar Putusan Mahkamah Agung Nomor 72 K/Pid.Sus/2017 M E N G A D I L I

- Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO tersebut ;

- Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor 80/PID/

2016/PT TJK tanggal 13 Oktober 2016, yang menguatkan putusan

(20)

Pengadilan Negeri Sukadana Nomor 131/Pid.Sus/2016/PN.Sdn tanggal 28 Juli 2016;

M EN G A D I L I S E N D I R I

- Menyatakan Terdakwa HERIYANTO bin PARTO SUMITO telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Penyalahgunaan Narkotika Golongan I Bagi Diri Sendiri” ;

- Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan ;

- Menetapkan lamanya Terdakwa berada dalam tahanan sementara sebelum putusan berkekuatan hukum tetap dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

- Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;

- Menetapkan barang bukti berupa : - 1 (satu) bungkus kertas berisi bahan, daun, batang serta biji kering jenis ganja dengan berat netto 2,2506 gram

; - 1 (satu) buah kotak bekas rokok Hit Mild ; Dirampas untuk dimusnahkan ;

- Membebankan kepada Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara pada tingkat kasasi sebesar Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah)

B. Pembahasan

1. Kesesuaian Dasar Pertimbangan Hakim Tidak Menerapkan Rehabilitasi Medis dan Sosial Terhadap Penyalah Guna Narkotika Golongan I Bagi Diri Sendiri

Hakim ialah seseorang yang memiliki pekerjaan dengan spesifikasi khusus dalam bidang hukum dan peradilan, sehingga dalam tugasnya banyak bersinggungan dengan masalah mengenai kebebasan dan keadilan secara legal dalam konteks putusan atas perkara yang dihadapi. Putusan hakim pada dasarnya ialah berisikan suatu perintah kepada Terdakwa untuk menjalani hukum atas perbuatan yang dilakukan sesuai dengan amar putusannya, dan juga dalam putusan hakim selalu tertera kalimat “Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” hal tersebut terdapat dalam Pasal 2 ayat (1)

(21)

Undang-Undang 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, frasa keadilan berarti putusan tersebut dijatuhkan untuk mencapai suatu keadilan, dan frasa berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti dalam mencapai keadilan tersebut harus berdasar pada nilai Ketuhanan. Hakim dalam tugasnya memiliki tanggung jawab atas nasib seseorang kedepannya, maka dari itu Hakim dalam menjatuhkan putusan tidak dapat dibenarkan bila berlaku sewenang-wenang tanpa adanya landasan hukum.

Pertimbangan Hakim sendiri dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pertimbangan yang bersifat yuridis dan pertimbangan yang bersifat non yuridis.

Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan Hakim yang didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap di dalam persidangan dan oleh undang-undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam putusan. Sedangkan pertimbangan non yuridis yaitu latar belakang perbuatan Terdakwa, akibat perbuatannya, kondisi dirinya, keadaan sosial ekonomi, dan faktor agama Terdakwa.

Kasus yang penulis teliti membawa penulis untuk mengetahui pertimbangan Hakim atas penerapan layanan rehabilitasi narkotika dalam suatu amar putusan. Sebab terdakwa dalam alasan permohonan kasasinya memohon untuk diberi layanan rehabilitasi narkotika karena terdakwa beranggapan dirinya merupakan seorang pecandu narkotika. Namun, Hakim Mahkamah Agung / Judex Juris tidak memberikan layanan rehabilitasi medis dan sosial dalam putusannya, melainkan tetap menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Penyalahgunaan Narkotika Golongan I Bagi Diri Sendiri”, terdakwa telah melanggar Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan diberikan sanksi berupa pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan.

Hakim dalam pertimbangannya apabila menerapkan rehabilitasi medis dan sosial melalui segi landasan yuridis dapat melihat ketentuan yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yakni pada Pasal 54 yang berisi “Pecandu narkotika dan korban

(22)

penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”. Rehabilitasi medis sendiri menurut Undang-Undang tersebut ialah proses kegiatan melalui pengobatan yang bertujuan untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika, sedangkan rehabilitasi sosial adalah proses kegiatan pemulihan yang bertitik pada kondisi fisik mental, maupun sosial, agar pecandu narkotika setelah bebas dari ketergantungan narkotika dapat kembali berkehidupan sosial ditengah masyarakat. Pasal lainnya dalam Undang-Undang tersebut yang mengatur mengenai rehabilitasi narkotika ialah Pasal 4, Pasal 55, dan Pasal 103. Dalam Pasal 4 Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa Undang-Undang tersebut bertujuan salah satunya untuk menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika.

Kemudian Hakim dapat berpegangan pada Surat Edaran Mahkamah Agung (yang selanjutnya disebut SEMA) Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan, dan Pecandu Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial.

SEMA tersebut menjelaskan mengenai klasifikasi seorang penyalah guna, korban penyalahgunaan, dan pecandu narkotika untuk dapat diberikan layanan rehabilitasi medis dan sosial, klasifikasinya ialah seperti :

a. Terdakwa pada saat tertangkap dalam keadaan tertangkap tangan oleh penyidik Polri dan BNN.

b. Pada saat tertangkap tangan tersebut ditemukan barang bukti pemakaian satu hari, yang mana menurut SEMA tersebut perinciannya ialah sebagai berikut :

1) Kelompok metamphetamine (shabu) : 1 gram

2) Kelompok MDMA (ekstasi) : 2,4 gram = 8 butir

3) Kelompok Heroin : 1,8 gram

4) Kelompok Kokain : 1,8 gram

5) Kelompok Ganja : 5 gram

6) Daun Koka : 5 gram

7) Meskalin : 5 gram

(23)

8) Kelompok Psilosybin : 3 gram 9) Kelompok LSD (d-lysergic acid diethylamide) : 2 gram 10) Kelompok PCP (phencyclidine) : 3 gram

11) Kelompok Fentanil : 1 gram

12) Kelompok Metadon : 0,5 gram

13) Kelompok Morfin : 1,8 gram

14) Kelompok Petidin : 0,96 gram

15) Kelompok Kodein : 72 gram

16) Kelompok Bufrenorfin : 32 mg

c. Terdakwa positif menggunakan Narkotika yang didukung oleh surat uji Laboratorium yang berdasarkan permintaan penyidik.

d. Diperlukan juga surat keterangan dari dokter jiwa/psikiater pemerintah yang ditunjuk oleh Hakim guna mengetahui keadaan sosial Terdakwa.

e. Tidak terdapat bukti bahwa terdakwa terlibat dalam peredaran gelap Narkotika.

Klasifikasi mengenai Surat keterangan dokter jiwa/psikiater di atas dapat juga berupa surat keterangan ahli. Surat keterangan tersebut dibutuhkan guna memperkuat argumen bahwa terdakwa benar merupakan orang yang ketergantungan / pecandu narkotika. Penjelasan mengenai keterangan ahli terdapat dalam Pasal 1 angka 28 KUHAP “keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal apa yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.” Diperkuat dengan adanya Pasal 184 ayat (1) KUHAP “salah satu alat bukti yang sah ialah keterangan ahli” maka keterangan ahli dapat dipersandingkan dengan alat bukti lainnya. Dan keterangan ahli tersebut dapat diberikan pada tahap penyidikan, penuntutan, maupun persidangan. Dalam hal memberikan keterangan semasa proses persidangan, saksi ahli dapat dihadirkan oleh jaksa penuntut umum maupun terdakwa.

Sedangkan pertimbangan hakim untuk menerapkan rehabilitasi medis dan sosial dalam segi non yuridis ialah dapat dilihat melalui akibat yang

(24)

timbul apabila terdakwa diputus dengan pidana penjara maka terdakwa tidak dapat mendapatkan layanan rehabilitasi di dalam penjara dan ditakutkan hal tersebut menjadikan terdakwa tidak dapat lepas dari jerat narkotika dan berakibat semakin ketergantungan bahkan kematian. Dan apabila terdakwa pernah menjalani rehabilitasi untuk menyembuhkan dari ketergantungan narkotika juga dapat menjadi pertimbangan hakim untuk menerapkan rehabilitasi medis dan sosial.

Berdasarkan kasus yang penulis teliti, terdakwa dalam permohonan kasasinya beranggapan bahwa dirinya merupakan pecandu narkotika dan berhak untuk mendapatkan layanan rehabilitasi medis dan sosial dalam putusannya. Syarat yang dipenuhi terdakwa ialah :

a. Saat tertangkap tangan ditemukan narkotika jenis ganja/THC seberat 2,4883 gram milik terdakwa

b. Terdakwa positif menggunakan ganja/THC yang berdasar pada Berita Acara Pemeriksaan Laboratorium UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Lampung Nomor Lab. 80.B./HP/III/2016 c. Terdakwa dalam proses persidangan menyatakan telah menggunakan

Narkotika jenis ganja/THC kurang lebih 1 (satu) tahun

d. Terdakwa tidak terlibat dalam peredaran gelap Narkotika yang didukung oleh keterangan saksi Romli, yakni ketika saksi Romli menemui terdakwa di Pasar Tejo Agung untuk menanyakan tempat membeli ganja, terdakwa menjawab tidak tahu. Kemudian terdakwa berkata bahwa ia hanya memiliki ganja sisa pakai yang kemudian diminta oleh saksi Romli. Namun kemudian tanpa sepengetahuan terdakwa saksi Romli meninggalkan uang sebesar Rp50.000 yang terdakwa tidak mengetahui apa maksud dari uang tersebut karena niat awal terdakwa hanya memberi ganja miliknya tanpa maksud menjualnya.

Berdasarkan pada uraian di atas penulis beranggapan bahwa hakim telah tepat dalam putusannya untuk tidak memberikan layanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial kepada terdakwa, sebab masih terdapat klasifikasi yang tidak dipenuhi terdakwa untuk mendapatkan layanan rehabilitasi medis dan

(25)

sosial yaitu, surat keterangan dokter jiwa/psikiater guna mengetahui keadaan sosial terdakwa dan surat keterangan dokter medis guna mengetahui benarkah terdakwa ketergantungan narkotika jenis ganja/THC atau tidak, diketahui dalam hal mendatangkan saksi ahli untuk memberikan keterangan ialah diperbolehkan, hal tersebut diatur dalam Pasal 65 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (yang selanjutnya disebut KUHAP) “Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.” Oleh sebab Terdakwa tidak memenuhi semua unsur klasifikasi syarat penerapan rehabilitasi medis dan sosial berdasarkan SEMA Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan, dan Pecandu Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial maka Terdakwa tidak dapat diberikan layanan rehabilitasi medis dan sosial. Dan sesuai dengan ketentuan Pasal 183 jo Pasal 184 ayat (1) huruf a,b,c,d,e jo Pasal 193 KUHAP Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah menggunakan narkotika jenis ganja bagi diri sendiri, hal tersebut melanggar Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sehingga hakim tetap menjatuhkan pidana penjara, tetapi lebih ringan daripada tuntutan Penuntut Umum dan putusan Judex Facti.

2. Kesesuaian Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Membatalkan Putusan Judex Facti dan Mengadili Sendiri untuk Menjatuhkan Pidana Penjara Terhadap Penyalah Guna Narkotika Golongan I Bagi Diri Sendiri dengan Pasal 255 ayat (1) juncto Pasal 193 ayat (1) KUHAP

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka salah satu prinsip penting negara hukum adalah adanya jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna

(26)

menegakkan hukum dan keadilan. Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

Menyesuaikan dengan hierarki kekuasaan kehakiman di Indonesia, Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi dari semua Lingkungan Peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain. Mahkamah Agung merupakan kekuasaan kehakiman tingkat akhir yang berdasarkan Pasal 20 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman memiliki wewenang untuk mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, kecuali undang-undang menentukan lain. Dalam hal ini, Mahkamah Agung berperan sangat penting dalam sistem peradilan di Indonesia karena sudah tidak ada lagi upaya hukum setelah putusan kasasi dari Mahkamah Agung kecuali Peninjauan Kembali. Oleh karena itu, dalam menjatuhkan putusannya Mahkamah Agung harus mempunyai pertimbangan yang jelas dan seadil- adilnya untuk semua pihak dalam suatu perkara. Pertimbangan hakim dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu pertimbangan yang bersifat yuridis dan pertimbangan yang bersifat non yuridis.

Pertimbangan Judex Juris yang bersifat yuridis dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 72 K/Pid.Sus/2017, menjatuhkan sanksi pidana yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

Terhadap alasan-alasan permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi / Terdakwa tersebut Mahkamah Agung berpendapat:

Bahwa alasan-alasan kasasi Terdakwa tersebut dapat dibenarkan karena Judex Facti telah salah menerapkan hukum atau menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya, dengan pertimbangan sebagai berikut:

(27)

- Bahwa berdasarkan keterangan saksi Romli bin Mario yang menerangkan bahwa Narkotika jenis ganja diperoleh dari Terdakwa tidak didukung dengan alat bukti lain;

- Bahwa pada saat Terdakwa ditangkap dan digeledah ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak rokok Hit Mild dan setelah dibuka didapatkan 1 (satu) bungkus kertas warna biru berisi bahan, daun, batang dan biji kering ganja milik Terdakwa;

- Bahwa jumlah Narkotika jenis ganja yang dimiliki Terdakwa relatif sedikit sekedar cukup untuk pemekaian satu kali;

- Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas perbuatan Terdakwa memenuhi rumusan delik Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009;

Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan pidana Mahkamah Agung akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan ; Hal-hal yang memberatkan :

- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat;

- Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program Pemerintah dalam pemberantasan Narkotika;

Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa sopan di persidangan;

- Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya;

- Terdakwa belum pernah dihukum;

- Barang bukti berupa ganja jumlahnya relatif sedikit cukup hanya auntuk sekali pakai;

Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan yang diuraikan di atas Mahkamah Agung berpendapat, bahwa putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor 80/PID/2016/PT TJK tanggal 13 Oktober 2016, yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Sukadana Nomor 131/Pid.Sus/2016/

PN.Sdn tanggal 28 Juli 2016 tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu

(28)

harus dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut, seperti tertera di bawah ini ;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi Terdakwa dikabulkan akan tetapi Terdakwa tetap dinyatakan bersalah serta dijatuhi pidana, maka biaya perkara pada kasasi dibebankan kepada Terdakwa ;

Memperhatikan Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.

Sedangkan pertimbangan hakim yang bersifat non yuridis ialah pertimbangan yang berdasarkan atas latar belakang perbuatan Terdakwa, akibat yang timbul dari perbuatan Terdakwa, kondisi diri Terdakwa, keadaan sosial ekonomi Terdakwa, alasan-alasan kasasi yang diuraikan pemohon kasasi, dan meliputi juga keadaan agama Terdakwa. Berdasarkan alasan- alasan kasasi Terdakwa, Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi Terdakwa dan menerima alasan-alasan kasasi Terdakwa, yang berarti putusan Judex Facti dibatalkan dan mengadili sendiri perkara tersebut.

Memeriksa dan memutus suatu perkara tingkat Kasasi, Mahkamah Agung harus memperhatikan premis mayor yaitu ketentuan yang termuat dalam Pasal 255 ayat (1), yaitu “dalam hal suatu putusan dibatalkan karena peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya, Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara tersebut”. dan apabila hakim yakin bahwa terdakwa bersalah dan melakukan Tindak Pidana maka pengadilan dapat menjatuhkan pidana, ketentuan tersebut termuat dalam Pasal 193 ayat (1), yaitu “jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana”.

Berdasarkan premis minor dalam putusan kasus ini, fakta hukumnya ialah terdakwa tidak terbukti terlibat dalam peredaran gelap narkotika sebab

(29)

keterangan saksi Romli bin Mario yang menyatakan mendapat ganja dari terdakwa tidak didukung dengan alat bukti lain, serta ganja yang terdakwa miliki tergolong sedikit yaitu seberat 2,4883 gram. Terdakwa tetap dinyatakan bersalah karena telah menyalahgunakan narkotika jenis ganja sebab saat terdakwa ditangkap dan digeledah ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) buah kotak rokok Hit Mild dan setelah dibuka didapatkan 1 (satu) bungkus kertas warna biru berisi bahan, daun, batang, dan biji kering ganja dan terbukti menggunakan narkotika golongan I bagi diri sendiri jenis ganja yang dikuatkan dengan adanya tes urine berdasarkan berita acara Laboratorium UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Lampung Nomor Lab 80.B./HP/III/2016 adalah benar/positif urine terdakwa mengandung ganja/THC (Tetrahydrocannabinol).

Berdasarkan uraian premis mayor dan premis minor di atas, maka simpulan penulis ialah pertimbangan Mahkamah Agung dalam membatalkan putusan Judex Facti dan Mengadili Sendiri telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 255 ayat (1) KUHAP yaitu “ Dalam hal suatu putusan dibatalkan karena peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya, Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara tersebut” dalam kasus ini, Mahkamah Agung melalui putusan Nomor 72 K/Pid.Sus/2017 tanggal 29 Maret 2017 membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Nomor 90/PID/2016/PT TJK tanggal 13 Oktober 2016, yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Sukadana Nomor 131/Pid.Sus/2016/PN.Sdn tanggal 28 Juli 2016 dan mengadili sendiri perkara tersebut karena Judex Facti telah salah menerapkan hukum atau menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya sesuai ketentuan Pasal 253 ayat (1) huruf a KUHAP. Dalam hal kesalahan Judex Facti menyatakan Terdakwa terbukti bersalah sesuai dengan Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang unsur Pasal tersebut diperuntukkan kepada pengedar narkotika, sedangkan Terdakwa dalam tingkat kasasi telah terbukti tidak terlibat dalam peredaran gelap narkotika melainkan merupakan

(30)

penyalah guna narkotika bagi diri sendiri sesuai dengan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Selain itu pertimbangan Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi Terdakwa dan tetap memutuskan Terdakwa bersalah atas Tindak Pidana penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri yang diperbuatnya telah sesuai dengan Pasal 193 ayat (1) KUHAP yaitu “Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana” dalam kasus ini, sekalipun permononan kasasi terdakwa dikabulkan akan tetapi terdakwa tetap dinyatakan bersalah melakukan penyalahgunaan narkotika jenis ganja bagi diri sendiri dan dijatuhi hukaman pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan sesuai dengan Pasal 127 (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sehingga pertimbangan Mahkamah Agung dalam memutuskan pengajuan kasasi terdakwa yang dikabulkan, kemudian membatalkan putusan Judex Facti, dan mengadili sendiri menyatakan Terdakwa bersalah serta menjatuhkan pidana telah sesuai Pasal 255 ayat (1) jo Pasal 193 ayat (1) KUHAP.

Referensi

Dokumen terkait

Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit Islam PDHI Yogyakarta” dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti sebelumnya menggunakan

Potensi cost saving yang didapatkan dari perhitungan performance yang lebih akurat adalah sebesar USD 121,224 per tahun untuk 6 pesawat Boeing 777 dan USD 252,082.55 untuk 16

Sementara ini jemaat-jemaat dalam lingkup GKI SW Jateng yang membuka kelas-kelas sekolah minggu untuk anak usia 3-6 tahun, yang biasanya disebut dengan kelas balita, pada umumnya

Konsep Freud tentang “ketidaksadaran” dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi seberapa besar indek kebutuhan latihan SMA Negeri Olahraga Jawa Timur dengan cara megunakan metode index overall demand

Penelitian ini menyimpulkan bahwa responden di kawasan pedesaan memiliki pengetahuan kategori kurang, sikap kategori negatif, ketersediaan buah dan sayur di tingkat rumah

Pada bait ketujuh dalam lirik lagu Charleston les déménageurs de piano , asonansi dapat dikenali menggunakan teknik baca markah secara morfologis, dengan

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor stres kelompok yang tidak diberikan expressive writing treatment (control) adalah 130,7, sedangkan rata- rata skor stres kelompok