• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN OLEH"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS DI BURSA

EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2013 - 2015

OLEH

YOSEP TRINANDA 150522057

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun

2013 – 2015” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2017

Yang Membuat Pernyataan,

Yosep Trinanda NIM : 150522057

(3)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS DI BURSA

EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2013 - 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset, dan Debt to Equit Ratio, terhadap Audit Delay pada perusahaan consumer goods di Bursa Efek Indonesia, Serta untuk mengetahui variabel manakah yang berpengaruh secara dominan diantara tiga variabel tersebut.

Varibel independen dalam peneltian ini adalah pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset, dan Debt to Equit Ratio. Untuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah Audit Delay. Penelitian ini menggunakan purposive samping. Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang di peroleh dari Bursa Efek Indonesia pada perusahaan Consumer Goods pada tahun 2013 - 2015.

Hasil penelitian ini menunjukkan Ukuran Perusahaan, Return On Asset, dan Debt to Equit Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial, Ukuran Perusahaan dan Debt to Equity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay pada Perusahaan Consumer Goods pada tahun 2013 - 2015.

Kata Kunci : Ukuran Perusahaan, Return On Asset, Debt to Equity Ratio dan Audit Delay.

(4)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE AUDIT DELAY IN CONSUMER GOODS IN INDONESIA STOCK EXCHANGE IN

THE YEAR 2013 – 2015

This study aimed to determine the effect of firm size, Return on Assets, and Debt to Equit Ratio, on the Audit Delay in the consumer goods company in Indonesia Stock Exchange, as well as to determine which variables are the dominant influence of the three variables.

Independent variable in this research is the influence of company size, Return on Assets, and Debt to Equit Ratio. The dependent variable in this study is the Audit Delay. This study using purposive side. The data in this research is secondary data obtained from the Indonesia Stock Exchange in the Consumer Goods company in the year 2013 to 2015.

The results of this study indicate Company Size, Return on Assets, and Debt to Equit Ratio simultaneously significant effect on the Audit Delay in Consumer Goods Company in Indonesia Stock Exchange. Partially, Company Size and Debt to Equity Ratio significant influence on Audit Delay in Consumer Goods Company in 2013-2015.

Keywords: Company Size, Return on Assets, Debt to Equity Ratio and Audit Delay.

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay Terhadap Perusahaan Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013 – 2015 “ penulis skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program Sarjana Akuntansi, Fakultas Ekomnomi dan Bisnis, Universitas Sumatra Utara.

Kesempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan terimah kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril dan petunjuk sehingga dapat memotivasi dalam proses penulisan skripsi.

Dalam penulisan ini penulis mengalami hambatan maupun kesulitan dan syukur penulis panjatkan masih diberikan-Nya bantuan serta arahan serta bimbingan dari pembimbing - pembimbing penulis serta dosen - dosen dan orangtua penulis, untuk itu penulis senantiasa mengucapkan terima kasih khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli,S.E,MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak.,CPA selaku Ketua Departemen/Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M, Ak., selaku

(6)

Sekretaris Departemen/Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Sucipto, MM,Ak selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM,Ak selaku Dosen Penguji dan Ibu Dr.Rina Bukit,SE,M.Si,Ak selaku Dosen Pembanding, atas segala saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Yang Teristimewah untuk Mama (Rosmaida Simatupang), Abang dan Adik saya atas doa yang diberikan kepada saya. dan Teman seperjuangan selama proses perkuliahan. Terima kasih atas dukungan terhadap penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2017

Penulis,

Yosep Trinanda NIM : 150522057

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 13

2.1.1 Laporan Keuangan ... 13

2.1.2 Teori Agensi ... 16

(8)

2.1.4 Audit ... 20

2.1.5 Auditing ... 25

2.1.6 Audit Delay ... 26

2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay... 28

2.2 Penelitian Terdahulu ... 32

2.3 Kerangka Konseptual ... 34

2.4 Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Populasi dan Sampel ... 36

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 39

3.5.1 Variabel Bebas ... 39

3.5.2 Variabel Terikat... 41

3.6 Metode dan Analisis Data ... 42

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 42

3.6.2 Pengujian Uji Asumsi Klasik ... 43

3.6.2.1 Uji Normalitas ... 43

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas ... 45

(9)

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 46

3.6.2.4 Uji Autokorelasi ... 47

3.6.3 Pengujian Hipotesis ... 48

3.6.3.1 Pengujian Analisis Regresi Linear Berganda ... 48

3.6.3.2 Pengujian Signifikasi Parsial (Uji T) ... 49

3.6.3.3 Pengujian Signifikasi Serentak (Uji F) ... 50

3.6.3.4 Analisis Koefesien Determinan (R2) ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembahasan ... 53

4.1.1 Statistik Deskriptif ... 53

4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 54

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 54

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas ... 58

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 60

4.1.2.4 Uji Autokorelasi ... 63

4.1.3 Pengujian Hipotesis ... 64

4.1.3.1 Pengujian Analisis Regresi Berganda ... 64

(10)

4.1.3.2 Pengujian Signifikasi Parsial

(Uji T) ... 66

4.1.3.3 Pengujian Signifikasi Parsial (Uji F) ... 67

4.1.3.4 Koefisien Determinan (R2) ... 68

4.2 Pembahasan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 73

5.3 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... 77

DAFTAR TABEL No. Tabel Judul Halaman 2.2 Penelitian Terdahulu ...35

3.1 Populasi dan Sample Penelitian...41

3.2 Pengukuran Operasional dan Variabel Penelitian ………...45

4.1 Statistik Deskriptif ………55

4.2 Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test ..………57

(11)

4.3 Uji Coefficients Untuk AD = f(Ukuran Perusahaan,ROA,DER) ...60

4.4 Cofficient Correlation Untuk AD ...61

4.5 Hasil Uji Park ...………...……….64

4.6 Hasil Uji Glejser ………...………...………64

4.7 Uji Autokorelasi ...…………...………66

4.8 Analisis Linear Berganda ...67

4.9 Pengujian Signifikasi Parsial (Uji t)…………...……… 68

4.10 Uji Signifikasi Simultan (Uji f) ...69

4.11 Koefisien Determinasi R2 ……….………71

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ...37

4.1 Grafik Histogram ………58

4.2 Grafik Normal P-Plot ……….59

4.3 Uji Heteroskedasititas ...63

(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan Keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, utamanya yang telah go public.

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib melaporkan laporan auditnya ke Bursa Efek Indonesia secara tepat waktu agar informasi yang diperoleh oleh pihak yang membutuhkan semakin relevan.

Perkembangan kegiatan di Bursa Efek Indonesia ini berkembang pesat.

Perkembangan tersebut ditandai dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan berbentuk go public, maka hal ini akan berdampak pada peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan yang efektif dan efisien. Laporan keuangan ini akan digunakan untuk kepentingan manajemen perusahaan dan juga digunakan oleh pemilik untuk menilai pengelolaan dan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, selain itu juga para investor, kreditor, pemerintah, masyarakat dan pihak–pihak lain yang juga membutuhkan laporan keuangan ini sebagai dasar pengambilan suatu keputusan.

Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Adanya tanggung jawab yang besar ini memicu auditor untuk dapat bekerja secara lebih profesional. Salah satu bentuk profesionalistas auditor adalah ketetapan waktu penyampaian laporan auditnya. Ketetapan waktu

(14)

perusahaan dalam mempublikasi laporan keuangannya kepada masyarakat maupun kepada Bappem dan otoritas jasa keuangan sendiri, tergantung dari ketetapan waktu auditor dalam menyelesaikan laporan auditnya. Ketetapan waktu ini berkaitan dengan manfaat yang terkandung dalam laporan keuangan. Suatu manfaat akan sangat membantu apabila dapat diterima pada waktunya. Jika terjadi penundaan waktu yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal. Sebagaimana Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitas yang membuat informasi laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar penggunanya. Ke empat karakteristik tersebut yakni, dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat diperbandingkan.

Karakterisik informasi yang relevan harus mempunyai nilai prediktif dan tepat waktu.

Informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan, namun informasi tidak lagi bermanfaat bila tidak disajikan secara akurat dan tepat waktu. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut.

Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan audit atas laporan keuangan perusahaan bisa mempengaruhi pada nilai laporan keuangan tersebut.

(15)

Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari perilaku pasar modal, karena laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi penting, seperti laba yang dihasilkan perusahaan bersangkutan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor, artinya informasi laba dari laporan keuangan yang dipublikasikan akan menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham.

Jarak waktu antara akhir periode akuntansi dengan tanggal ditandatanganinya laporan audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketetapan waktu pelaporan merupakan catatan pokok laporan yang memadai. Pemakai informasi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru.

Laporan keuangan seharusnya disajikan pada interval waktu untuk menjelaskan perubahan yang terjadi dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan.

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), khususnya standar umum ketiga dinyatakan, “Dalam pelaksanaan audit dan penyusun laporannya, auditor wajib mengunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama” (SPAP:SA Seksi 230.1). Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa “pekerjaan harus dirancanakan dengan sebaik–baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi sebagaimana mestinya” (SPAP:SA Seksi 311.1) dan standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan “bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pegamatan, permintaan keterangan

(16)

konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan” (SPAP:SA Seksi 326.1).

Dalam penyelesaian pekerjaan lapangannya, auditor membutuhkan waktu untuk melakukan pencatatan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakn pendapat atas laporan keuangan.

Auditor akan dihadapkan dalam dilema antara meyelesaikan laporan auditnya tepat waktu dan melakasanakan audit sesuai dengan standar yang berlaku demi kualitas laporan audit. Lamanya waktu penyelesaian audit akan berpengaruh ketetapan waktu informasi tersebut disampaikan. Ketetapan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan keuangan yang memadai.

Semakin lama waktu tertunda dalam penyajian laporan keuangan suatu perusahaan ke publik, maka semakin banyak kemungkinan berkembangnya isu maupun kemungkinan terdapatnya insider information mengenai perusahaan tersebut. Semakin panjang waktu untuk publikasi laporan keuangan tahun sejak akhir tahun buku suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut bocor kepada invesotor tertentu atau bahkan menimbulkan terjadinya masalah bagi perusahaan tersebut di bursa saham.

Pihak regulator mencegah terjadinya masalah ini dengan cara menentukan suatu regulasi yang mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan. Tujuannya adalah untuk menjaga relevansi dan reliabilitas informasi yang dibutuhkan para pelaku bisnis sehingga

(17)

menggairahkan aktivitas bisnis investais suatu negara. Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi empat karekteristik kualitatif yang merupakan ciri khas informasi laporan keuangan yang berguna bagi para pemakainya. Ciri khas informasi laporan keuangan yang berguna bagi para pemakainya. Keempat karekteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan.

Standar tersebut memungkinkan akuntan publik untuk melakukan penundaan publikasi laporan audit atau laporan keuangan auditan, sedangkan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mewajibkan perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar (go public) atau emiten yang efeknya tercatat di Bursa Efek Indonesia untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan dalam periode tertentu setelah berakhirnya tahun buku.

Dalam website (www.bapepam.go.id) yang dikeluarkan pada tahun 2011, BAPEPAM-LK, mengeluarkan surat dengan Berdasarkan Peraturan Nomor X.K.2,Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : KEP-346/BL/2011 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM paling lambat dalam waktu 90 hari atau akhir bulan ketiga setelah tahun buku berakhir, tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten dan Perusahaan Publik.

Otorisasi Jasa Keuangan diresmikan pada awal tahun 2011. Otorisasi Jasa Keuangan didirikan untuk menggantikan BAPEPAM-LK. Otorisasi Jasa

(18)

Keuangan (OJK) dibentuk berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi pada keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Otorisasi Jasa Keuangan merupakan lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain.

Pasal 55 (1) UU No. 21 Tahun 2011 “Sejak tanggal 31 desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan disektor pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke Otorisasi Jasa Keuangan”.

Otorisasi Jasa Keuangan untuk mengatur, mengawasi, dan melindungi Pasar Modal, IKNB, Perbankan, dan konsumen dan Berdasarkan Peraturan Nomor X.K.2 diberlakukan pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan diterbitkan. Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor eksternal pada laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria–kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini dibutuhkan guna mengetahui posisi keuangan, kinerja perusahaan, dan perubahan posisi keuangan dan penyusunan laporan keuangan harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Otoritas Jasa Keuangan mengenakan sanki keterlambatan kepada emiten yang terlambat menyampaikan laporan hasil audit berupa denda sebesar Rp. 1.000.000 per hari dihitung sejak tanggal jatuh tempo yaitu pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Denda maksimal yang dikenakan untuk emiten yang terlambat menyampaikan laporan hasil audit adalah Rp. 500.000.000,

(19)

ketentuan sesuai dengan UU R.I No.8/1995 Bab XIV pasal 102 dan diperjelas dalam PP. No.45/1995 Bab XII pasal 63.

Bursa Efek Indonesia menginformasikan terdapat 78 emiten Tahun 2015 yang belum menyampaikan laporan keuangan auditan yang tahun. Pada 2014, tercatat 143 emiten terlambat menyerahkan laporan keuangan tahunan tahun.

Sementara pada 2013 tercatat 162 emiten terlambat menyerahkan laporan keuangan tahunan tahun 2012. “Beberapa pelanggaran emiten terkait pelanggaran laporan keuangan antara lain keterlambatan penyampaian, komponen laporan keuangan tidak lengkap, terlambat menyampaikan rencana melakukan audit atau penelaahan terbatas atas laporan keuangan”(Rusadi,2012). Keterlambatan penyampaian laporan keuangan bisa disebabkan oleh banyak hal diantaranya proses tutup buku dan proses audit yang berlangsung lama.

Audit Delay merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Menurut Rustiana (2007:22) “mendefinisikan Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit”. Sedangkan Menurut Kartika (2009:14) “Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit dari akhir tahun fiskal perusahaan sampai tanggal laporan audit dikeluarkan”.

Beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan menjadikan lamanya hari yag dibutuhkan auditor untuk melaporkan laporan keuangan yang diterbitkan adalah ukuran perusahaan, laba/rugi operasi,tingkat profitabilitas, solvabilitas, opini/jenis pendapatan akuntan publik, dan reputasi

(20)

auditor. Penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan consumer goods adalah ukuran perusahaan, retun on asset (ROA), debt to equity ratio (DER).

Ukuran perusahaan adalah suatu ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Menurut Rochimawati (2008:3) “Ukuran perusahaan ditandai dengan beberapa ukuran antara lain total penjualan, total asset, log size, jumlah pegawai, nilai pasar perusahaan, dan nilai buku perusahaan”. Penelitian ini menggunakan log total aset yang dimiliki perusahaan sebagai ukuran perusahaan.

Kartika (2009:14) “berpendapat bahwa perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil”. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurang audit delay, karena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan pemerintah dan lain-lain. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan pada informasi yang termuat dalam laporan keuangan.

Ukuran perusahaan adalah jumlah total asset yang dimiliki perusahaan.

Total asset merupakan jumlah dari aset lancar, aset tetap, aset tak berwujud.

Perusahaan yang memiliki total asset yang besar umumnya merupakan perusahaan yang besar.

Return On Asset (ROA) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Menurut Indriyani dan Supriyati Return On Asset (ROA), yaitu tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu

(21)

selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan. Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh dalam publikasi laporan keuangan. Perusahaan yang mempunyai Return on asset yang rendah atau dengan kata lain mengalami kerugian cenderung akan menunda publikasi atas laporan keuangan karena kerugian merupakan kabar buruk yang akan berdampak negatif pada perusahaan seperti penurunan permintaan akan saham yang diterbitkan.

Perusahaan yang mempunyai Return On Asset (ROA) yang tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat agar segera dapat memberitahukan kabar baik kepada publik dan mendapatkan respon yang positif dari publik.

Debt To Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Menurut Indriyani dan Supriyati (2012:191) “ Debt to Equity Ratio (DER) adalah digunakan sebagai indikator tingkat kesulitan keuangan perusahaan”. Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi berarti menunjukkan tingginya resiko keuangan dan perusahaan mengalami kesulitan keuangan.

Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen cenderung akan menunda publikasi atas laporan keuangan dikarenakan berita buruk tersebut. Dilain pihak ada juga kemungkinan perusahaan dengan Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi ingin mengurangi tingkat risiko dengan memundurkan publikasi laporan keuangan dan mengulur pekerjaan audit selama mungkin.

(22)

Penelitian penulis merupakan replikasi dari penelitian terdahulu.

Perbedaannya penulis melakukan penelitian yaitu tahun 2004 -2008 dan objek penelitian dan variabel independen. Berdasarkan fenomena dan ketidak konsisten hasil penelitian terdahulu, maka dari itu penulis tertarik meneliti kembali analisis faktor – faktor yang mempengaruhi audit delay. Obejek yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan consumer goods yang terdapat terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 – 2015. Alasan pemilihan perusahaan publik yang masuk kategori perusahaan consumer goods ini didasarkan pada pertimbangan aktivitas produksinya yang relatif besar jika dibandingkan dengan kelompok industri yang lain di Bursa Efek Indonesia, sehingga mendominasi bursa dan mempunyai kontribusi besar pada perkembangan bursa dan termasuk kedalam sektor keuangan sumber pendapatan di Indonesia.

Dalam penelitian ini, penulis ingin dengan Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian mengenai ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI PERUSAHAAN BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2013 - 2015.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini menjadi :

1. Apakah ada pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) pada audit delay ? 2. Apakah ada pengaruh Return On Asset (ROA) pada audit delay ? 3. Apakah ada pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) pada audit delay ?

(23)

4. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan (Size), Return On Asset (ROA), dan Debt To Equity Ratio (DER) pada audit delay secara bersamaan

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh pada Audit

Delay pada perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui apakah Return On Asset berpengaruh pada Audit Delay pada perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui apakah Debt to Equity ratio (DER) berpengaruh pada Audit Delay pada perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk mengetahui apakah Ukuran Perusahaan, Return On Asset dan Debt to Equity to ratio secara simultan berpengaruh pada Audit Delay pada perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(24)

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Bagi auditor : Mempengaruhi Audit delay sehingga dapat

mengoptimalkan kinerja yang berimbas pada tepatnya waktu pelaporan keuangan.

2. Bagi akademis : Memberi deskripsi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia, dimana bukti tersebut dapat disajikan tambahan wawasan dalam penelitian berikutnya 3. Bagi Praktisi : Memberi hasil penelitian dapat dijadikan

pedoman dalam melakukan pekerjaan audit sehingga mempersingkat rentang waktu audit, meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan mencermati faktor-faktor yang domain mempengaruhi audit delay

(25)
(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli :

Menurut Harahap (2009:105)“laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan”.

Menurut Munawir (2010:5) “pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.”

(27)

Menurut Santoso (2007:9), “laporan keuangan merupakan cara utama dengan format-format standard untuk mengkomunikasikan informasi keuangan pada pihak luar perusahaan”. Sebuah proses yang berpuncak pada penyiapan laporan keuangan yang menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan terutama oleh pihak eksternal seperti kreditor, investor, badan-badan pemerintah, pasar modal dan bursa efek, badan pengawas pasar modal (Bapepam) dan lain-lain.

Menurut Djarwanto (2004:5) “laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan data keuangan.”

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan ekuitas

(28)

menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

b.Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia sebagaimana tercantum dalam Standard Akuntansi Keuangan No.I (IAI,2009:5), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”.

Menurut Santoso (2007:20-21), tujuan dari pelaporan keuangan terbagi dari 2 jenis yakni :

1. Tujuan Umum :

a) Menyediakan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.

b) Untuk memenuhi kepentingan umum dari berbagai pengguna potensial yang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan khusus kelompok tertentu saja.

2. Tujuan Khusus :

a) Memperkirakan Prospek Arus Kas.

b) Memahami kondisi keuangan perusahaan c) Memahami kinerja perusahaan

d) Memahami bagaimana kas diperoleh dan digunakan.

Menurut Baridwan (2008:17), “Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi- transaksi

(29)

keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan”. Dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor I dinyatakan bahwa pelaporan keuangan harus menyajikan informasi :

1) Berguna bagi investor dan kreditor yang ada dan yang potensial dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya.

2) Berguna bagi investor dan kreditor yang ada dan yang potensial dan pemakai lainnya untuk menaksir jumah, waktu dan ketidakpastian dari penerimaaan uang di masa yang akan datang yang berasal dari dividen atau bunga dan dari penerimaan uang yang berasal dari penjualan, pelunasan atau jatuh tempo surat berharga atau pinjaman-pinjaman.

3) Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas sumber-sumber tersebut, dan pengaruh dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber- sumber dan klaim atas sumber-sumber tersebut.

Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan tersebut secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini.

Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.

(30)

b. Karakteristik Laporan Keuangan

Laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi serta pendapat pribadi. Oleh sebab itu, di dalam penyusunannya laporan keuangan memiliki karakteristik tersendiri.

Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 Par. 07E (2014) adalah :

1) Dapat dipahami

Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2) Relevan

Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomik pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.

3) Keandalan

Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan

(31)

dapat diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4) Dapat dibandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar entita suntuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa laporan keuangan yag berkualitas adalah laporan dengan kandungan informasi dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan dan mempunyai daya banding. Karekteristik relevan disini berarti laporan tersebut mampu mendeskripsikan kondisi keuangan perusahaan secara tepata waktu.

2.1.2 Teori Agensi

Konsep agency teory adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent.

Menurut Ma’ruf (2006:16) menyatakan bahwa “hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal)”. Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah

(32)

antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi, akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.

Menurut Endrianto (2010:8), “aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing- masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan”.

Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu, mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen.

Menurut Endrianto (2010:10) “teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko

(33)

(risk averse)”. Pihak agen termotivasi untuk memaksimalkan fee kontraktual yang diterima sebagai sarana dalam pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya.

Sebaliknya, pihak prinsipal termotivasi untuk mengadakan kontrak atau memaksimalkan returns dari sumber daya untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Konflik kepentingan ini terus meningkat karena pihak prinsipal tidak dapat memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agent bekerja sesuai dengan keinginan para pemegang saham. Sebaliknya, agent sendiri memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan.

Hal inilah yang memicu timbulnya ketidakseimbangan informasi antara principal dan agent. Kondisi ini dinamakan dengan asimetri informasi.

Adanya penyimpangan antara keputusan yang diambil agen dan keputusan yang akan meningkatkan kesejahteraan prinsipal akan menimbulkan kerugian atau pengurangan kesejahteraan prinsipal, nilai uang yang timbul dari adanya penyimpangan tersebut disebut, residual loss.

Adanya asimetri informasi dapat mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal untuk memaksimalkan keuntungan bagi agen. Agen dapat termotivasi untuk melaporkan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen.

Endrianto (2010:20) mengatakan bahwa manajer yang telah diberi wewenang untuk mengelola perusahaan bertanggung jawab untuk

(34)

memaksimalkan keuntungan prinsipal dan melaporkan tanggung jawabnya melalui media laporan keuangan. Atas kinerja manajer tersebut, kompensasi manajemen diberikan sesuai dengan kontrak yang yang telah disepakati.

Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Inti dari agency theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan.

2.1.3 Perusahaan Keuangan

Menurut Setiawan (2013:34) “perusahaan keuangan merupakan lembaga yang melaksanakan fungsi utama menyalurkan dana dari yang berlebih kepada mereka yang kekurangan dana”. Adapun jenis-jenis perusahaan keuangan diantaranya bank komersil (commercial banks), perusahaan asuransi, perusahaan sekuritas dan bank investasi, perusahaan pembiayaan (finance companies), dan reksa dana (mutual funds).

Sistem keuangan telah mencipatakan cara alternatif dan tidak langsung kepada investor (pemberi dana) untuk menyalurkan dana kepada pengguna dana.

Ini merupakan transfer dana tidak langsung (indirect transfer) dana kepada pengguna dana melalui perusahaan keuangan. Perusahaan keuangan mengurangi biaya monitoring resiko likuiditas dan resiko harga yang dihadapi penyumbang dana dibandingkan ketika mereka berinvestasi secara langsung pada klaim keuangan.

2.1.4 Audit

(35)

a. Definisi Audit

1. Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2006:4), pengertian audit

“Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dengan kriteria yang telah ditetapkan Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.”

2. Menurut Mulyadi (20013:9),“auditing adalah pemerikasaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.”

3. Menurut American Accounting Association (AAA) dalam Rahayu (2010:1) “auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan asersi asersi tentang tindakan-tindakan dan peristiwa- peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dan kriteria yang ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna informasi tersebut.”

Berdasarkan definisi dari audit diatas, dapat diuraikan 7 elemen yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan audit, yaitu :

(36)

1) Proses yang sistematis. Dalam pelaksanaannya auditing dilakukan berdasarkan proses-proses rangkaian dan prosedur yang bersifat terstruktur, terorganisir, dan logis sesuai dengan ketentuannya.

2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif. Pelaksanaan audit dilakukan dengan menghimpun bukti - bukti yang mendasari asersi-asersi yang dibuat individu atau entitas. Auditor kemudian melakukan evaluasi terhadap bukti-bukti yang diperoleh tersebut.

Dalam penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti auditor harus bersikap objektif dalam pengungkapan fakta secara apa adanya, tidak memihak, dan tidak berprasangka buruk terhadap individu atau entitas yang membuat representasi tersebut.

3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi.

Asersi merupakan pernyataan secara keseluruhan oleh pihak yang bertanggung jawab atas pernyataan tersebut. Jadi, asersi atau pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang.

4) Menentukan tingkat kesesuaian. Tingkat kesesuaian tersebut dapat dijelaskan dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk kualitatif contohnya kewajaran laporan keuangan. Penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

(37)

5) Kriteria yang ditentukan. Kriteria dapat berupa prinsip akuntansi yang berlaku umum atau standar akuntasi keuangan, dan anggaran atau ukuran lain kinerja manajemen. Kriteria yang ditentukan merupakan standar pengukur untuk mempertimbangkan (judgment) representasi-representasi atau asersi-asersi.

6) Menyampaikan hasil-hasilnya. Hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Komunikasi dari hasil audit dapat memperkuat atau memperlemah kredibilitas atau pernyataan yang dibuat.

7) Para pemakai yang berkepentingan. Para pemakai yang berkepentingan dari hasil audit diantaranya, investor maupun calon investor di pasar modal, pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor, badan pemerintahan, manajemen, dan publik pada umumnya.

Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang bersifat materill, sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang lazim.

b. Jenis-Jenis Audit

Terdapat tiga jenis audit yang dikemukan oleh Rahayu (2010:4-12) diantaranya sebagai berikut :

1) Audit Laporan Keuangan

(38)

Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tertentu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) yang ditetapkan oleh ikatan Akuntansi Indonesia. Asersi dari audit laporan keuangan ini merupakan informasi yang ada dalam laporan keuangan. Bukti audit yang tersedia dapat berupa dokumen, catatan dan bahan bukti yang berasal dari sumber-sumber diluar perusahaan.

Hasil akhir audit dalam bentuk opini auditor independent. Adapun pengguna laporan keuagan yang dihasilkan oleh akuntan independent tersebut biasanya untuk pihak ekstern perusahaan, seperti analisis keungan, kreditor, supplier, investor, dan pemerintah.

2) Audit Operasional

Audit operasional adalah menyatakan bahwa apakah tujuan yang ditentukan dalam beberapa aspek kesatuan usaha efektif atau efesien dan untuk merekomendasikan perbaikan. Beberapa sumber yang dapat digunakan auditor untuk mengembangkan kriteria penilai yang spesifik adalah sebagai berikut : (1) performa historis,(2) performa yang dapat diperbandingakan,(3) Standard Teknik, (4) diskusi dan Persetujuan dari pihak yang terlibat.

3) Audit Kepatuhan

(39)

Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah auditee telah mengikuti kebijakan prosedur, dan peraturan yang telah ditentukan pihak yang diotoritasnya lebih tinggi. Manajemen bertanggung jawab menjamin bahwa untuk menjamin bahwa entitas yang dikelolanya mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku atas aktivitasnya. Tanggung jawab ini mencakup pengidentifikasian peraturan yang berlaku dan penyusunan pengendalian intern yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai bahwa entitas tersebut mematuhi peraturan.

c. Jenis-Jenis Auditor

Menurut Mulyadi (2013:27-30) Orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1) Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Auditor independen mendapat honorarium dari kliennya dalam menjalankan keahliannya, namun auditor independen tidak memihak kliennya. Pihak yang memanfaatkan jasa auditor independen adalah pihak selain kliennya, oleh karena itu independensi auditor dalam melaksanakan pekerjaannya merupakan hal sangat penting, meskipun auditor

(40)

tersebut dibayar oleh kliennya. Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang ada. Auditor independen harus lulus dari Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Pantia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan.

2) Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi milik pemerintah yang tugasnya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Umumnya auditor yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta instansi pajak.

3) Auditor Intern

Auditor intern adalah auditor yang bekerja di perusahaan yang tugasnya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi,

(41)

menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Berdasarkan jenis-jenis auditor tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semua instansi pemerintah maupun perusahaan swasta membutuhkan peran auditor untuk mengevaluasi segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan bersifat operasionalisasi serta materialitas agar sesuai dengan kebijakan dan standar yang berlaku.

d. Tujuan Audit

Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang bersifat materiil, sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi yang lazim.

Ada beberapa tipe laporan audit yang diterbitkan auditor menurut Boynton, Johnson dan Kell (2007:11) :

1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian / unqualied opinion report.

2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan / unqualified opinion report with explanatory languange.

3. Laporan yang berisis pendapat wajar dengan pengecualian / qualified opinion report.

4. Laporan yang berisi pendapat tidak wajar / adverse opinion report.

(42)

5. Laporan yang di dalamnya auditor tidak menyatakan pendapat / disclaimer of opinion report.

2.1.5 Auditing

Standar auditing digunakan sebagai pedoman audit atas laporan keuangan historis. Menurut Mulyadi (2013:33) “secara umum auditing adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi”.

Standar auditing terdiri dari 10 standar dari rinci dalam bentuk pernyataan Standar Auditng (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan ketentuadan pedoman-pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap Pernyataan Standar Auditing yang dikeluarkan oleh Komite bersifat wajib (mandatory) bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik.

Termasuk dalam Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh komite terhadap ketentuan yang diterbitkan oleh komite dalam PSA. Dengan demikian IPSA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat anggota Ikatan Akuntansi Indonesia yang berprkatik sebagai akuntan publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib (mandatory).

(43)

2.1.6 Audit Delay

Audit delay mengimplisikan bahwa laporan keuangan disajikan pada suatu interval waktu, maksudnya untuk menjelaskan perubahan di dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pengguna pada waktu membuat prediksi dan keputasan. Apabila informasi tersebut tidak disampaikan tepat waktu akan menyebabkan informasi kehilangan nilainya didalam mempengaruhi kualitas keputusan.

Dalam melaksankan audit, maka dibutuhkan sebuah perencanaan.

Perencanaan auidt termasuk juga membuat anggaran waktu (time budget) yaitu menetapkan pedoman mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit.

Anggaran waktu merupakan suatu pedoman, namun tidak absolut. Apabila auditor menyimpang dari program audit akibat suatu kondisi, auditor juga mungkin terpaksa menyimpang dari anggaran waktu. Auditor mendapat tekanan dalam memenuhi anggaran waktu untuk menunjukkan efisiensinya dan membantu mengevaluasi kinerjanya. Akan tetapi, bila tidak sesuai dengan tujuan pokok audit, maka informasi yang disampaikan juga tidak baik dan dapat merugikan. Proses audit sangat memerlukan waktu sehingga dapat berakibat pada audit delay yang nantinya akan sangat berpengaruh pada ketetapan waktu pelaporan keuangan. Proses dalam mencapai ketepatwaktuan terutama dalam penyajian laporan auditor independen menjadi semakin tidak mudah mengingat semakin meningkatnya perkembangan perusahaan publik yang ada di Indonesia.

Hambatan ini juga terlihat dalam Standar Pemeriksaan Akuntansi Publik pada standar yang ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan

(44)

penuh kecermatan dan ketelitian serta pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai. Hambatan-hambatan inilah yang memungkinkan akuntan publik untuk menunda publikasi laporan audit dan laporan keuangan auditan apabila dirasakan perlu untuk memperpanjang masa audit.

Beberapa pengertian mengenai audit delay atau ketepatan waktuan pelaporan keuangan sebagai berikut :

Menurut Aryati dan Theresia (2005:275-276) “Audit delay adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen”.

Menurut Kartika (2009:14) “Audit delay merupakan lamanya/rentang waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit”.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal tutup 31 Desember tahun buku sampai dengan tanggal yang diterbitkan yang tercantum pada laporan audit independen.

2.1.7 Faktor – faktor yang mempengaruhi Audit Delay

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa audit delay dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal. Penelitian sebelumnya menguji beberapa variabel yang dapat mewakili kedua faktor tersebut, antara lain

(45)

ROA, DER, Ukuran Perusahaan, umur perusahaan, ukuran KAP, internal auditor, rugi-laba yang dilaporkan klien, dan lain sebagainya. Hasilnya adalah dalam tiap penelitian seringkali didapati hasil yang tidak sama dengan penelitian yang lain. Kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh sampel dan waktu penelitian serta kebijakan dari pemerintah setempat.

Dalam penelitian ini sendiri, mencoba menguji kembali beberapa variabel yang diyakini mempengaruhi audit delay, yaitu Ukuran Perusahaan, Return On Asset dan Debt To Equity Rato.

1. Ukuran Perusahaan

Menurut Rachmawaty (2008:3) “Ukuran perusahaan adalah suatu perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan”. Ukuran perusahaan ditandai dengan beberapa ukuruan antara lain total penjualan, total asset, log size, jumlah pegawai, nilai perusahaan, dan nilai buku perusahaan. Penelitian ini menggunakan total asset yang dimiliki perusahaan sebagai ukuran perusahaan.

Kartika (2009:15), berpendapat bahwa “perusahaan besar diduga akan menyelesaiakan auditnya lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil”. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurang audit delay, karna dimonitori secara ketat oleh investor, pengawas permodalan pemerintah, dan lain-lain. Pihak- pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.

“Ukuran perusahaan dapat menunjukkan sebesar besar informasi yang

(46)

terdapat didalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaraan dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan”( Almilia dan Setiady, 2006:4).

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas disimpulkan bahwa Ukuran perusahaan adalah jumlah total asset yang dimiliki perusahaan. Total asset merupakan dari asset lancar,aset tetap dan asset tidak berwujud.

Perusahaan yang memiliki total asset yang besar umumnya merupakan perusahaan yang lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurang audit delay, karna dimonitori secara ketat oleh investor, pengawas permodalan pemerintah, dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan total asset.

2. Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan. Menurut Indriyani dan Supriyati (2012:190), “Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA), yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu”. “kemampuan perusahaan pada tingkat penjualan, aset, dam modal saham tertentu” (Almilia dan Setiady, 2006 :6).

(47)

ROA mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh operasional peusahaan. Perusahaan yang mempunyai return on asset yang rendah atau dengan kata lain mengalami kerugian cenderung akan menunda publikasi atas laporan keuangan karena kerugian merupakan kabar buruk yang akan berdampak negatif pada perusahaan seperti penurunan permintaan akan saham yang diterbitkan. Perusahaan yang mempunyai return on asset (ROA) yang tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat agar segera dapat memberitahukan kabar baik kepada publik dan mendapatkan respon yang positif dari publik.

3. Debt To Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi DER, maka semakin besar perusahaan menggunakan modal dari kreditor. Perusahaan dengan kewajiban yang besar cenderung mendesak auditor untuk memulai dan menyelesaikan audit lebih cepat. Hal ini dikarenakan, perusahaan dengan kewajiban yang besar diawasi dan dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasi laporan keuangan audit lebih cepat untuk meyakinkan kembali para pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat resiko dalam pengembalian modal mereka. Menurut Indriyani dan Supriyati (2012:191)

“Debt to Equity Ratio (DER) dapat digunakan sebagai indikator tingkat

(48)

kesulitan keuangan perusahaan”. Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi berarti menunjukkan tingginya resiko keuangan dan perusahaan mengalami kesulitan keuangan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut adalah penelitian terdahulu yand berkaitan dengan audit dela yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti

Tahun Judul Penelitian Variable Penelitian Hasil Penelitian

Kartika 2009 Faktor - faktor yang mempengaruhi AuditDelay di Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan- Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di

Variabel Independen :

Ukuran Perusahaan, Operasi, Opini Auditor, Profitabilitas, Reputasi .

Variabel Dependen

Ukuran Perusahaan, Laba/Rugi Operasi, Opini Auditor mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap AuditDelay. Sedangkan tingkat Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh

(49)

Bursa Efek Jakarta). Audit Delay terhadap Audit Delay.

Stephani 2010 Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Variabel Independen :

Total Asset Turn Over, Afiliasi Kantor Akuntan Publik, dan Opini Audit

Variabel Dependen:

Audit Delay

Total Asset Turn Over, Afiliasi Kantor Akuntan Publik dan Opini Audit secara simultan berpengaruh terhadap audit delay.

Indriyani dan Supriyati

2012 Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Report Leg perusahaan manufaktur di Indonesia dan Malaysia.

Variable Independen :Firm size, Profitability, Debt to Equity Ratio

Variable Dependen :

Audit Report Lag

Audit report lag di Indonesia dan Malaysia secara simultan dipengaruhi oleh Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Laba rugi perusahaan dan Debt to equity ratio.

Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit report lag di Indonesia dan di Malaysia. Debt to equity ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit report lag di Indonesia.

(50)

Estrini dan Laksito

2013 Analisis Faktor- Faktor yang mempengaruhi audit delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun (2009-2011)

Variabel Independen:

Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Reputasi Kantor Akuntan Publik.

Variabel Dependen :

Audit Delay

Profitabilitas, dan reputasi Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap audit delay. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Sistya Rachmawati

2008 Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness

Variabel Independen:

Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan.

Variabel dependen : AuditDelay

Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay sedangkan Profitabilitas dan solvabilitas tidak berpengaruh

Ukuran Perusahaan dan solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay

Monirul Alam Hossain dan Peter J.

Taylor

2002 An Examination of Audit Delay:

Evidance From Pakistan

Variabel Independen:

Ukuran perusahaan, solvabilitas, profitabilitas

Variabel Dependen:

AuditDelay

Ukuran perusahaan, solvabilitas, profitabilitas dan Ketiga variabel tidak berpengaruh signifikan.

(51)

Ratnawaty dan Toto Sugiharto

2005 Audit Delay pada Industri Real Estate dan Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Faktor yang mempengaruhi

Variabel Independen : totalaktiva, total asset turn over ratio debt to equity ratio.

Variabel dependen : AuditDelay

Total aktiva, debt to equity ratio, tidak berpengaruh signifikan.

Total asset turnover ratio, kategori tidak

berpengaruh.

2.3 Kerangka Konseptual

H

1

H2

Return On Asset (ROA)

( X2 ) UKURAN

PERUSAHAAN ( X1 )

AUDIT DELAY (Y)

(52)

H3

H4

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Debt To Equity Ratio

(DER) (X3)

(53)

Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tercantum pada laporan audit independen.

Ukuran perusahaan adalah jumlah total asset yang dimiliki perusahaan.

Total asset merupakan jumlah dari aset lancar, aset tetap, aset tak berwujud.

Perusahaan yang memiliki total asset yang besar umumnya merupakan perusahaan yang besar.

Return on asset (ROA) adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu selama satu tahun yang terdapat dalam laporan keuangan.

Debt To Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

Kerangka konseptual yaitu menjelaskan bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah penting. Berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka menunjang Kerjasama Ekonomi Sub-Regional ASEAN, dipandang perlu untuk menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1996 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan

Total Penghasilan di Luar

Jika lebih dari tiga mata pelajaran tidak tuntas untuk semua kompetensi (kompetensi sikap (KI 1 dan KI 2), kompetensi pengetahuan (KI 3), dan kompetensi keterampilan (KI 4))

mengungkapkan Hibah Klaster Riset Guru Besar ini melibatkan Doktor-Doktor dan Mahasiswa S2 dalam penelitiannya, yang nantinya Output yang di harapkan bisa di Publish di Jurnal

Evaluasi Penawaran dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pengadaan Nomor : 011/talud- dpu/IX/2017 tanggal 14 September 2017, Berita Acara Penjelasan Dokumen Pengadaan, dan Dokumen

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 4 faktor yang paling berperan dalam peningkatan angka kejadian sectio caesarea di RSUD Liun Kendage Tahuna pada tahun 2013, diantara

Sehubungan dengan pelaksanaan pelelangan PENGA DA A N PERA LATA N PRA KTEK DA N PERA GA SISWA SD pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Bima Tahun

THE ENGLISH TEACHERS’ PERCEPTION AND IMPLEMENTATION ON COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING (CLT) METHOD:1. A CASE STUDY AT SMA