• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PERKERETAAPIAN DI PT. KERETA API INDONESIA (Persero) DAERAH OPERASI (Daop) VII MADIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PERKERETAAPIAN DI PT. KERETA API INDONESIA (Persero) DAERAH OPERASI (Daop) VII MADIUN"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

PERKERETAAPIAN DI PT. KERETA API INDONESIA

(Persero) DAERAH OPERASI (Daop) VII MADIUN

Disusun Oleh

MALINDA YUSTIKASARI DO1O7O75

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user ii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disahkan oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : Tanggal :

Panitia Penguji :

1. Drs. H. Marsudi, MS (

……….. )

NIP. 195508231983031001 Ketua

2. Faisatul Ansyoriyah, S. Sos, M.Si ( ……….. )

NIP. 198203042008122003 Sekretaris

3. Dra. Retno Suryawati, M.Si (... )

NIP. 196001061987022001 Penguji I

.

Mengetahui, Dekan FISIP UNS

(3)

commit to user iii

MOTTO

Ø ‘’Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai ( dari sesuatu urusan ), kerjakanlah urusan dengan sungguh-sungguh ( urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaklah kamu berharap”

(QS.Alam Nasyrah; 6-8)

Ø Kesuksesan datang bukan hanya keberuntungan semata melainkan terwujud dengan keuletan, kerja keras, keyakinan, niat baik dan disertai dengan doa.

( HR.Al Bazar)

Ø Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri dengan Allah Azza Wajjala, dan mengajarkanya kepada orang yang tidak mengetahui adalah ibadah

Ø Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat

( HR. Ar Rabii)

Ø Percayalah bahwa dimanapun kita berada Allah selalu mendampingi kita.

(4)

commit to user iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat iman dan islam serta ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: ”MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PERKERETAAPIAN DI PT. KERETA API INDONESIA (Persero) DAERAH OPERASI (Daop) VII MADIUN”, yang merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan studi pada jenjang strata 1, sekaligus memenuhi syarat untuk mendapat gelar sarjana sosial.

Penulis juga merasa sangat bersyukur dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tentunya tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak, Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Retno Suryawati, M. Si, selaku pembimbing yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 2. Prof. Drs. Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Sudarto, M. Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Drs. Rino Ardhian N, S. Sos, M.TI, selaku pembimbing akademik yang selalu memberi pengarahan kepada penulis.

5. Segenap Bapak/Ibu pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun, yang telah membantu memberikan data-data kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

(5)

commit to user v

7. Biyan Bekti terimakasih untuk semangat, motivasi dan perhatiannya 8. Sahabat AN 2007 terimakasih untuk kebersamaan selama 4 tahun ini

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dengan penuh kesadaran akan keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan waktu, penulis yakin tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap agar penelitian ini dapat berguna bagi pembaca.

Mei 2011 Penulis

(6)

commit to user vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... xi

ABSTRAK ... ... xii

ABSTRACT... xiii

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan Penelitian ...11

D. Manfaat Penelitian ...11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...12

A. Manajemen...12

(7)

commit to user vii

2. Fungsi- fungsi Manajemen...15

B. Sarana dan Prasarana Perkeretaapian...29

1. Pengertian Sarana dan Prasarana...29

2. Pengertian Perkeretaapian...31

3. Pengertian Sarana dan Prasarana Perkeretaapian...33

C.Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian...35

D. Kerangka Pikir...37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...39

A. Jenis Penelitian ...39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...39

C. Sumber Data...40

D. Teknik Pengumpulan Data...42

E. Validitas Data...44

F. Teknik Analisis Data...45

BAB IV. PEMBAHASAN……….…...….….47

A. Deskripsi Lokasi...47

1. Sejarah Kereta Api Indonesia...…...…...…....…...47

2. Gambaran Umum PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun VII Madiun...51

B. Pembahasan...59

1. Perencanaan (Planning)...60

2. Pengorganisasian (Organizing)...75

3. Pengkoordinasian (coordinating)...81

4. Pengawasan (Controlling)...89

(8)

commit to user viii

BAB V. PENUTUP...104 A. Kesimpulan...104

B. Saran...106

DAFTAR PUSTAKA

(9)

commit to user ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Jumlah Kecelakaan Kereta Api Di Indonesia………..…4

Tabel 1.2 Penyebab Kecelakaan Kereta Api di Daop VII Madiun Januari 2004 s/d Desember2010…………...…………..….7

Tabel 4.1 Perencanaan Pemeliharaan Sarana Kereta Api Tahun 2010...68

Tabel 4.2 Rekanan Kerja Seksi Jalan Rel dan Jembatan (JJ) Daop VII Madiun...71

Tabel 4.3 Perencanaan Pemeliharaan Jalan Rel dan Jembatan (JJ) Kereta Api Tahun 2010...72

Tabel 4.4 Perencanaan pemeliharaan Sinyal dan Telekomunikasi (Sintel) Kereta Api Tahun 2010...74

Tabel 4.5 Pengawasan pemeliharaan Sarana Kereta Api Tahun 2010...92

Tabel 4.6 Pengawasan Pemeliharaan JJ Kereta Api Tahun 2010...95

Tabel 4.7 Pengawasan Pemeliharaan Sintel Kereta Api Tahun 2010 ...98

DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Skema Kerangka pemikiran...38

Bagan 3.1 Model analisis Data...46

Bagan 4.1 Struktur Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII madiun...52

(10)

commit to user x

ABSTRAK

MALINDA YUSTIKASARI. DO1O7O75. Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) VII Madiun. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011, 107 halaman.

Sarana dan prasarana kereta api mempunyai peranan yang penting dalam penyelenggaraan perkeretaapian. Perkeretaapian sampai saat ini masih mempunyai permasalahan yang masih sering terjadi, yaitu masalah kecelakaan kereta api. Salah satu penyebab kecelakaan kereta api adalah dari faktor sarana dan prasarananya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian yang ada di PT. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun dan untuk mengetahui hambatan yang ada dalam manajemen sarana dan prasaranan perkeretaapian tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan telaah dokumen (studi pustaka). Data yang diperoleh diuji validitasnya dengan menggunakan teknik trianggulasi. Analisis data dilakukan melalui tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian diketahui bahwa manajemen sarana dan prasarana yang ada di Daop VII meliputi 4 fungsi dimulai dari perencanaan, perencanaan ada di 3 seksi, di seksi Sarana perencanaan nya meliputi pemeliharaan periodik (mulai P-1, P3, P-6 dan P-12), Semi Pemeriksaan Akhir (SPA), dan Pemeriksaan Akhir (PA). Seksi Jalan Rel dan Jembatan (JJ) meliputi kegiatan pemeliharaan bulanan dan triwulan.Seksi Sintel kegiatan perencanaan pemeliharaan meliputi pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan korektif. Dalam pengorganisasian sudah ada struktur organisasi yang jelas, sudah dibentuk bidang-bidang khusus untuk penanganan sarana dan prasarana perkeretaapian yaitu Seksi & UPT Sarana, Seksi & UPT Jalan Rel dan Jembatan, Seksi & UPT Sinyal dan Telekomunikasi. Koordinasi yang ada meliputi koordinasi Internal horisontal dan vertikal, dan koordinasi eksternal horisontal dan vertikal. Tahap terakhir yaitu pengawasan. Dalam tahap ini Daop VII melakukan pengawasan secara internal terhadap pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana perkeretaapian dan juga pengawasan eksternal yaitu oleh pihak CV sebagai rekanan kerja terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh bawahannya dan pengawasan dari Dirjen Perkeretaapian pada Daop VII menyangkut verivikasi RKAD. Hasil pengawasan terhadap perencanaan semua dapat berjalan sesuai perencanaan.

(11)

commit to user xi ABSTRACT

MALINDA YUSTIKASARI. D0107075. Trains Infrastructure Management at PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Operation Area (Daop) VII Madiun. Thesis. Administration Department, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, 2011, 107 pages.

Trains infrastructure plays an important role in train organization. The train up to now still encounter the problems frequently occurring, namely the train accident. One cause of train accident is infrastructural factor. This research aims to find out how the train infrastructure management is in PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun and to identify the inhibiting factors in managing such the train infrastructures.

The research method employed was a descriptive qualitative method. This method was employed to get a description about the train infrastructures management. The data collection was done using interview, observation, and document study (library study) techniques. The data obtained was tested for its validity using triangulation technique. The data analysis was done in three steps: data reduction, data display, as well as conclusion drawing.

From the result of research, it can be found out that the infrastructure management in PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun encompasses 4 functions: planning including three sections, the planning section includes periodical maintenance (from P-1, P3, P-6 to P-12), Semi-final Examination (SPA) and Final Examination (PA). The Railway and Bridge (JJ) Section includes the monthly and quarterly maintenances. In Sintel (Signal and Telecommunication) Section, the maintenance plan includes the preventive and corrective maintenances. In the organization, there has been a clear organization structure, special divisions has been established for managing the train infrastructure management including Infrastructure Section & Technical Implementation Unit (UPT), Railway and Bridge Section and UPT, Signal and Telecommunication Section and UPT. The coordination existing include horizontal and vertical internal coordination. The final step is supervision. In this step, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun undertakes internal supervision on the train infrastructure maintenance implementation and also external supervision by CV party as the work partner in on the work implementation by the subordinates. The result of supervision on the planning can proceed as planned.

(12)

commit to user xii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus globalisasi dimana masyarakat melakukan mobilitas secara cepat dan efisien, transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dewasa ini impian akan transportasi publik yang nyaman, dapat diandalkan di tengah padatnya kemancetan lalu lintas dengan biaya yang terjangkau masih sulit untuk diraih oleh masyarakat.

Terlebih di daerah kota-kota besar di pulau Jawa seperti kota Jakarta dan kota Surabaya. Antara kota Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia dan Surabaya sebagai kota kedua terbesar dengan jarak 685 km selama ini dihubungkan dengan moda angkutan jalan, angkutan kereta api dan angkutan udara. Kebutuhan akan transportasi semakin meningkat, untuk angkutan jalan memerlukan waktu lebih dari 18 jam. Demikian juga dengan angkutan kereta api, setidaknya diperlukan waktu 14 jam, sedangkan udara walaupun cepat namun tarifnya cukup tinggi (Media Kereta Api, 2010:39).

(13)

commit to user xiii

energi, hemat bahan dan mengurangi kemancetan. Dalam UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian dijelaskan, bahwa :

“Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya, dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat”.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No. 23 tahun 2007 tersebut di atas, kereta api sebagai moda angkutan umum yang diminati masyarakat diharapkan dapat mengurangi waktu tempuh antar kota dengan harga yang cukup terjangkau oleh masyarakat. Dengan kata lain, kereta api diharapkan dapat meningkatkan mobilitas penumpang antar kota dan mengurangi polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Oleh karena itu, PT. KAI mengembangkan kereta api kecepatan tinggi (High Speed Train) untuk menjawab tantangan tersebut. Sebagaimana yang disampaikan

oleh Bapak Hermanto Dwiatmoko selaku Direktur Keselamatan dan Teknik Sarana dalam Media Kereta Api (2010:39), bahwa dengan kereta api cepat ini diharapkan dapat meningkatkan mobilitas penumpang antara kedua kota dan kota-kota diantaranya, mengurangi polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor.

(14)

commit to user xiv

waktu untuk mengatasi jadwal keterlambatan yang banyak dikeluhkan konsumen, sehingga seringkali mengabaikan sisi pelayanan dan keselamatan penumpang. Permasalahan ini menjadi tantangan utama bagi PT KAI untuk meningkatkan daya saingnya dengan sejumlah pasar transportasi yang lain dan sekaligus memberikan perlindungan kepada masyarakat dari aspek keamanan, kesehatan, keselamatan dan lingkungan (K3L).

Masalah tingginya kecelakaan kereta api salah satunya, sangat mengganggu dan mengusik perhatian kita. Data KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) menyebutkan 50 orang tewas dari 59 kasus kecelakaan KA selama periode tahun 2005-2010. Paling akhir kecelakaan KA Logawa jurusan Purwokerto-Jember di Saradan-Madiun, 29 Juni 2010 yang menelan korban tewas sebanyak 6 orang dan puluhan orang luka-luka.

(15)

commit to user xv Tabel 1. 1

Data Jumlah Kecelakaan Kereta Api di Indonesia

Periode Jumlah Kasus Kecelakaan

2004 128 kali (7 kali tabrakan antar kereta, 30 kali kereta dengan kendaraan bermotor, dan 91 kali anjlok dari rel kereta api)

2005 91 kali

Sumber: Data Direktorat Perkeretaapian (dari berbagai sumber)

Mencermati kondisi di atas, hal tersebut sebagaimana pernyataan Hermanto Dwiatmoko selaku Direktur Keselamatan dan Teknik Sarana Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan dalam laporan Ishomuddin (wartawan Tempo) bahwa empat faktor lain yang menjadi penyebab kecelakaan kereta api adalah faktor sarana, prasarana, alam, dan faktor eksternal. Faktor sarana menempati urutan kedua yang dominan. Selama 2008, faktor sarana mencapai 25 persen dan tahun 2009 mencapai 24 persen. (www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2010/08/05).

Kecelakaan kereta api yang beruntun tersebut mengindikasikan bahwa ada yang salah dalam pengelolaan perkeretaapian di negara kita. Manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian yang kurang optimal salah satunya dijadikan alasan penyebab faktor teknis kecelakaan kereta api di Indonesia.

(16)

commit to user xvi

hingga pengawasan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang tidak dapat dilakukan secara individual namun dengan bantuan dari orang lain. Manajemen merupakan kekuatan utama dalam pelaksanaan suatu kegiatan demi tercapainya tujuan yang diharapkan.

Manajemen dibutuhkan untuk mengkoordinir sumber daya manusia dan manajerial dalam suatu organisasi. suatu sistem dapat bekerja dengan baik, dibutuhkan adanya perencanaan dan pengorganisasian yang baik dan teratur. Semua manusia yang terlibat didalamnya harus terorganisasi melalui perencanaan terlebih dahulu sehingga mereka mempunyai tanggung jawab dan wewenang serta hak dan kewajiban, sesuai dengan kedudukan dan fungsinya masing-masing. Dalam kegiatan manajemen juga diperlukan pula adanya koordinasi dan pengawasan atau supervisi yang baik. Keempat kegiatan tersebut merupakan fungsi pokok dari manajemen. Dengan kata lain jika keempat fungsi tersebut bisa diterapkan dengan baik dalam manajemen sarana dan prasarana, maka semua proses yang ada dapat berjalan dengan baik.

(17)

commit to user xvii

semangatbaru.(http://els.bappenas.go.id/upload/other/Mengkaji%20Keselamat an.htm)

Manajemen sarana dan prasarana seperti pengaturan sepur, persinyalan, sistem komunikasi, time-schedule, standar kecepatan agar tidak terjadi over-speed (kecepatan tinggi) belum dapat terkendali secara baik oleh PT. KAI, sebab 3 (tiga) jenis penataan speed KA, yakni di bawah 60km/jam, 60-80km/ jam dan 80-120km/ jam disesuaikan dengan kondisi sarana seperti lokomotif, gerbong dan prasarana seperti rel, bantalan, lebar sepur, dan lain.

Persoalan lain yang sangat menentukan dalam manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian adalah pendanaan. IMO adalah pengeluaran wajib oleh pemerintah untuk operasional infrastruktur seperti rel yang dibangun pemerintah sebagai public goods (barang publik). Perawatan rutin rel yang sampai tahun 2009 sepanjang 4.780 km, membutuhkan biaya besar termasuk pergantian bantalan kayu menjadi beton. Sementara PT KAI sebagai operator bertanggung jawab atas maintenance kereta, gerbong, stasiun dan lain. Kenyataan, PT KAI masih backlog pemeliharaan atas kurangnya alokasi anggaran dan perawatan sarana dan prasarana (Bappenas, 2009), yang sangat berpengaruh terhadap kualitas sarana-prasarana bahkan operasional. Selain itu, tidak dipisahkan pembiayaan untuk pelayanan (serving) dengan tujuan bisnis, menunjukkan kontrak antara PT KAI dan Kementerian Perhubungan tidak wajar. (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin /jurnal/20110816491662.pdf)

(18)

commit to user xviii

operasional yang cukup luas tersebut ternyata masalah yang dihadapi juga cukup kompleks. Berdasarkan data yang ada pada 3 tahun terakhir kecelakaan kereta masih sering terjadi. Kecelakaan kereta api lebih dominan disebabkan karena faktor sarana dan prasarana nya. Tingkat kecelakaan kereta api di wilayah Daop VII Madiun berdasarkan faktor-faktor penyebab kecelakaan dapat dilihat dalam tabel di berikut :

Tabel 1. 2

Penyebab Kecelakaan KA di DAOP VII Madiun Jan'08 s/d Desember 2010

Penyebab 2008 2009 2010 Total

Keterangan : K = jumlah kasus, M = jumlah meninggal, LB = luka berat

Sumber : Data Kecelakaan KA Daop VII Madiun tahun 2010

(19)

commit to user xix

atau kedua kaki kedua mata, atau satu tangan dan satu kaki, atau satu tangan dan satu mata, atau satu kaki dan satu mata. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No 36/PMK.010/2008 dan 37/PMK.010/2008 tanggal 26 Februari 2008 menyebutkan bahwa santunan untuk korban kecelakaan yang mengalami cacat total adalah Rp.25.000.000,-. Untuk korban yang meninggal dunia mendapaykan santunan yang sama yaitu Rp.25.000.000,-.

(20)

commit to user xx

KA antara Stasiun Madiun dan Wilangan dan sekitarnya, meski sudah menggunakan rel UIC 54 yang merupakan rel terbesar di Indonesia, masih menggunakan penambat rel KAClip, penambat yang sejak awal abad ini dilarang digunakan. Konon masalahnya, penambat yang didesain PT. Kereta Api Indonesia (Persero) itu dari pelat tipis dan terlalu lentur, minim dalam daya puntir, dan tidak mengikat kuat rel ke bantalan. Tanpa terikat kuat, rel mudah bergeser sehingga kalau bergeser satu sentimeter atau beberapa milimeter saja bisa membuat roda kereta tidak memijak rel dan anjlok. Gaya sentrifugal memperbesar kemungkinan pergeseran rel, dan ini yang diperkirakan terjadinya kecelakaan KA.

Dalam kutipan artikel di atas, bisa dilihat bahwa kecelakaan yang terjadi sering kali disebabkan karena faktor sarana dan prasarana kereta api. Hal itu menandakan bahwa buruknya sistem manajemen sarana dan prasarana kereta api menstimulasi terjadinya kecelakaan KA.

(21)

commit to user xxi

fungsi-fungsi manajemen utama, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan atau pengendalian.

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa PT KAI sebagai pihak utama pemegang operator pengelolaan kereta api hendaknya dapat menjalankan fungsi manajemen perkeretaapian tersebut dengan baik. Hal ini dilakukan agar pengelolaan sarana dan prasarana perkeretaapian dapat terkelola dengan tepat sasaran sehingga dapat meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan kerata api. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana manajemen sarana dan prasarana yang ada di Daop VII Madiun .Suatu hal yang cukup menarik ketika penulisan karya ilmiah ini mengambil judul “Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia ( Persero) Daerah Operasi VII Madiun”.

Penelitian ini akan membahas mengenai pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam sarana dan prasarana yang dilaksanakan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VII Madiun.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa permasalahan mendasar yang digunakan untuk meneliti pengelolaan sarana dan prasarana perkeretaapian adalah :

(22)

commit to user xxii C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian yang diterapkan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Opereasi VII Madiun, dengan melihat dari fungsi-fungsi manajemen yang ada yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan juga pengawasan terhadap sarana dan prasarana perkeretaapian.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1. Diperolehnya informasi dan gambaran mengenai manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian terutama pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Opereasi VII Madiun

2. Bagi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Opereasi VII Madiun dapat dijadikan kritik yang bersifat membangun serta sebagai evaluasi terhadap pencapaian hasil dan perbaikan di masa mendatang.

3. Bagi penulis sendiri diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang pengelolaan perkeretaapian di daerah.

(23)

commit to user xxiii BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Penggunaan istilah manajemen pada dasarnya merupakan padanan kata dari pengelolaan, pengaturan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, administrasi, dan sebagainya. Istilah tersebut kesemuanya mengarah pada satu istilah umum yang biasa digunakan untuk menggantikan kata, yaitu manajemen. Senada dengan itu H. B. Siswanto (2006:1) mengatakan bahwa :

“Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, ketatapengurusan, administrasi, dan sebagainya”.

(24)

commit to user xxiv

Pengertian manajemen begitu luas, sehingga bisa saja diartikan seperti itu, tetapi bisa juga mempunyai pengertian lebih daripada itu. Menurut James A.F. Stoner dalam Yohannes Yahya (2006:2) bahwa :

“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Dari definisi di atas terlihat bahwa Stoner telah menggunakan kata proses, bukan seni. Manajemen sebagai seni mengandung arti bahwa hal tersebut merupakan kemampuan atau ketrampilan pribadi. Sedangkan, James A. F. Stoner dan Charles Wankel dalam H. B. Siswanto (2006:2) mengatakan bahwa:

“Management is the process of planning, organizing, leading, and controlling the efforts of organization members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals”. (Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi)

Senada dengan T. Hani Handoko (2003:8) manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa mempedulikan kecakapan dan ketrampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan.

(25)

commit to user xxv

“Management theory providers a simple conceptual framework for organizing knowledge and for providing a blueprint for action to help guide organizations toward their objectives”( Teori Manajemen menyediakan suatu kerangka konseptual yang sederhana untuk mengorganisir pengetahuan dan untuk menyediakan suatu panduan untuk membantu mengarahkan organisasi mencapai sasaran mereka) (Cole, 2004; Dubrin, 2006 : 403)

Manajemen sangat diperlukan dalam suatu organisasi, apapun bentuk organisasi tersebut. Tiga alasan utama diperlukannya manajemen menurut T. Hani Handoko (2003:6-7) adalah:

1. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi. 2. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara

tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.

3. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yng berbeda. Sebagai salah satu cara pada umumnya adalah efisiensi dan efektifitas.

(26)

commit to user xxvi 2. Fungsi-Fungsi Manajemen

Pada hakekatnya tujuan yang telah direncanakan dalam manajemen dapat tercapai melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Fungsi manajemen merupakan penjabaran dari proses kebijakan dan program tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh seluruh sumber daya dalam organisasi apapun. Dalam beberapa pembahasan mengenai fungsi manajemen dari para ahli memiliki perbedaan, namun perbedaan tersebut pada dasarnya saling melengkapi.

Salah satu ahli, yaitu Henry Fayol dalam Yohanes Yahya (2006:11-12) menjelaskan bahwa fungsi-fungsi manajerial terdiri dari : Perencanaan, Pengorganisasian, Penyusunan Personalia, Pengarahan, dan Pengawasan.

Salah satu ahli R. D Agarwal menyebutkan bahwa fungsi manajemen meliputi: perencanaan, pengorganisasian, penempatan, penggerakan, pengkoordinasian, dan pengawasan yaitu sebagai berikut:

“The management process comprises the following six function:”

(Proses manajemen terdiri dari enam fungsi):

1. Planning

2. Organizing

3. Staffing

4. Directing

5. Coordinating, and

(27)

commit to user xxvii

Sementara itu, Luther Gulick dalam Ibnu Syamsi (Ibnu Syamsi, 1994: 60-61) mengatakan bahwa:

“The management function, who abbreviated in the word POSDCoRB, including

the first letter of each management function:” (Fungsi manajemen, yang disingkat

dalam huruf POSCoRDB, huruf pertama dari kata tersebut menunjukkan tiap fungsi manajemen):

1. Planning

2. Organizing

3. Staffing

4. Directing

5. Coordinating

6. Reporting, and

7. Budgeting

Sedangkan Ibnu Syamsi sendiri mengatakan bahwa tugas pimpinan itu tidak sekadar hanya bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian organisasi yang dipimpinnya saja. Sementara fungsi telah berjalan lancar, pimpinan harus memikirkan pengembangan kegiatan organisasi beserta manajemennya. Kegiatan ini termasuk pengembangan (development). Fungsi reporting (meminta laporan bawahan) menurut Gullick itu merupakan alat

kontrol, dimana atasan mengendalikan kegiatan-kegiatan dan hasil yang telah dicapai bawahannya.

(28)

commit to user xxviii 1. Perencanaan (Planning) 2. Pengorganisasian (Organizing) 3. Penyiapan Tenaga (Staffing) 4. Pengarahan (Directing) 5. Koordinasi (Coordinating) 6. Permintaan laporan (Reporting) 7. Pengendalian (Controlling)

8. Penyempurnaan/peningkatan (Development)

Secara praktisnya, fungsi-fungsi manajemen itu dapat dikelompokkan ke dalam fungsi perencanaan, fungsi mengatur pelaksanaan, fungsi pengendalian dan fungsi peningkatan. (Ibnu Syamsi, 1994:61)

Dalam pembahasan lainnya, George R. Terry dalam Yohannes Yahya (2006:15) mendeskripsikan pekerjaan manajer berdasar fungsinya sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning) 2. Pengorganisasian (Organizing) 3. Penggerakkan (Actuating) 4. Pengawasan (Controlling)

Pada International Journal of Bussiness and Management, Study on the Innovational Function of the Management, Vol 4, No. 6, Juni 2009

disebutkan bahwa:

“Four functions such as planning, organizing, leading and

(29)

commit to user xxix

Berlandaskan pendapat dari beberapa ahli di atas tentang fungsi manajemen, mengenai manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) VII Madiun, penulis akan membahas tentang perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengkoordinasian (coordinating), dan pengawasan (controlling). Selanjutnya, fungsi manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan salah satu langkah konkret yang pertama-tama diambil oleh perusahaan dalam usaha pencapaian tujuannya. Artinya, perencanaan menjadi dasar kebijakan langkah-langkah yang ditempuh perusahan dalam melaksanakan fungsi manajemen. Dalam perencanaan disusun dan dirumuskan langkah-langkah kebijakan dalam menjalankan fungsi manajemen di perusahaan. Kebijakan dasar tersebut memainkan peranan sebagai penentu arah yang harus ditempuh perusahaan bersangkutan atau disebut strategi perusahaan.

Berbagai batasan dikemukakan oleh beberapa ahli dalam mendefinisikan perencanaan. Koontz dan O’Donnel dalam M. Manullang (1981:48) mengatakan bahwa :

“Planning is the function of manager which involves the selection

(30)

commit to user xxx

programs”. (Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari berbagai alternatif daripada tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur dan program-program).

Sementara, Sondang P. Siagian (2005:36) menjelaskan bahwa :

“Perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Batasan lain tentang perencanaan menurut George R. Terry (2003:46) adalah memilih dan menghubungkan fakta serta membuat dan menggunakan dugaan mengenai masa yang akan datang, menggambarkan dan merumuskan aktivitas yang diusulkan dan dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Salah satu maksud utama perencanaan adalah melihat program-program dan penemuan sekarang supaya dapat dipergunakan untuk meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan di waktu yang akan datang, yaitu meningkatkan keputusan yang lebih baik (YohannesYahya, 2006:33).

(31)

commit to user xxxi

Sejalan dengan berbagai batasan di atas, bisa dikatakan bahwa perencanaan merupakan usaha sadar perusahaan untuk mencapai tujuannya. Usaha sadar tersebut mencakup berbagai tindakan yang dilakukannya dalam merumuskan dan menentukan tujuan, kebijakan, prosedur dan program perencanaan perusahaan itu sendiri. Serangkaian tindakan tersebut berfungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

(32)

commit to user xxxii

oleh perusahaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII karena dengan perencanaan yang baik maka akan membawa perusahaan menuju kesuksesan

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yang mendukung pelaksanaan suatu rencana. Dalam pengorganisasian dirancang suatu pengelompokan struktur formal, pembagian tugas atau pekerjaan antara anggota-anggotanya dan mendelegasikannya, sebagai realisasi dari sebuah rencana yang telah disusun. Sebagai tindak lanjut dari sebuah perencanaan, pengorganisasian memiliki peranan yang menentukan kelancaran jalannya pelaksanaan pekerjaan atau tindakan, karena pengorganisasian didalamnya memuat pengaturan lebih lanjut dari kekuasaan, wewenang, kewajiban, tanggung jawab, serta pola hubungan antara anggota organisasi atau karyawan perusahaan.

Sondang P. Siagian (2005:60) dalam bukunya Fungsi-fungsi Manajerial mengatakan bahwa :

“Pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

(33)

commit to user xxxiii

dan menetapkan aktivitas yang hedak dilakukan oleh manajer pada seluruh hierarki organisasi. Sedangkan, George R. Terry (2003:73) mendefenisikan bahwa :

“Pengorganisasian sebagai kegiatan dasar dari manajemen yang dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses”.

Menurut Yohannes Yahya (2006:81) istilah pengorganisasian dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut :

1. Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya keuangan, fisik, bahan baku, dan tenaga kerja operasional.

2. Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatannya.

3. Hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan, tugas-tugas dan para karyawan.

4. Cara para manajer membagi lebih lanjut tugas yang dilaksanakan dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.

(34)

commit to user xxxiv

memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-departemen, posisi-posisi organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan diantaranya. Bagan organisasi menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pembagian kerja

Setiap kotak menunjukkan individu atau satuan organisasi mana yang bertanggung jawab untuk kegiatan organisasi tertentu, dan tingkatan spesialisasi yang digunakan.

2. Manajer dan bawahan atau rantai perintah

Rantai perintah menunjukkan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang menghubungkan atasan dan bawahan dalam keseluruhan organisasi.

3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan

Label dan deskripsi pada tiap kotak menunjukkan pekerjaan organisasional atau bidang tanggung jawab yang berbeda.

4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan

Keseluruhan bagan menunjukkan atas dasar apa kegiatan-kegiatan organisasi dibagi berdasar fungsional atau divisional, atau lainnya (departemenisasi).

5. Tingkatan manajemen

(35)

commit to user xxxv

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian merupakan proses pengelompokkan orang dalam struktur formal untuk menjalankan sumber daya yang ada disertai pemberian wewenang dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban yang diberikan kepadanya. Organisasi yang berjalan dengan apabila suluruh komponen hierarki strukturnya melaksanakan fungsi dan kewajibannya sesuai dengan prosedur dan program kerja yang telah direncanakan sebelumnya. Pada akhirnya tercipta suatu organisasi yang dapat melaksanakan kerja sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakannya.

Dalam proses pengorganisasian pengelolaan perkeretaapian, maka kita bisa melihat bagaimana alur struktur kerja organisasi setiap unit perkeretaapian. Bagaimana distribusi kerja dalam organisasi pengelolaan perkeretaapian tersebut. Seksi yang terlibat dalam manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian adalah Seksi Sarana, UPT / Dipo Sarana, Seksi Jalan Rel dan Jembatan, UPT Jalan Rel dan Jembatan, Seksi Sinyal dan Telekomunikasi dan juga UPT Sinyal dan Telekomunikasi. Semua seksi dan UPT tersebut berada dalam organisasi dengan pembagian tugas pokok yang jelas.

(36)

commit to user xxxvi

sarana dan prasarana perkeretaapian apabila sudah terbentuk dan terlaksana dengan baik pengorganisasiannya, dengan begitu akan mempermudah dalam pelaksanaan program yang telah dirumuskan dalam perencanaan.

3. Pengkoordinasian (Coordinating)

Koordinasi merupakan tugas pimpinan yang dilakukan dengan mengusahakan agar semua kegiatan dapat selaras dan anggota-anggotanya dapat bekerja sama dengan baik sehingga tujuan dapat tercipta dengan efisien.

Menurut Ibnu Syamsi, koordinasi adalah proses penarikan semua bagian organisasi, sehingga pengambilan keputusan, tugas-tugas, kegiatan-kegiatan yang dilakukan orang-orang dan unit-unit terarah pada pencapaian tujuan secara optimal. (Ibnu Syamsi, 1994:113)

James AF Stowner dalam Ibnu Syamsi (1994:113) mendefinisikan pengkoordinasian yaitu coordinating is the of integrating the activities and objectives of the separate units of organization in order to effectively achieve

organization goals. (Koordinasi adalah mengintegrasi aktivitas dan objek dari unit-unit organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efektif).

(37)

commit to user xxxvii

Dengan demikian, maka pengkoordinasian merupakan aktivitas dan fungsi manajemen yang dilakukan untuk mengusahakan terjadinya kerja sama yang selaras dan tertib mengarah pada tercapainya tujuan organisasi secara menyeluruh. Jika koordinasi berjalan baik, maka tidak akan terjadi kesemrawutan, kekacauan, tumpang tindih atau kekosongan kerja.

Macam-macam koordinasi yaitu:

1. Koordinasi Vertikal

Yaitu koordinasi yang dilakukan oleh atasan kepada para bawahannya. Dengan adanya koordinasi tersebut diharapkan kegiatan-kegiatan dalam unit kerja yang bersangkutan dapat tercapai dengan efisien.

2. Koordinasi Horizontal

Yaitu koordinasi yang dilakukan dalam unit-unit yang sederajat atau antar instansi yang sederajat.

3. Koordinasi Diagonal

Koordinasi diagonal dapat terjadi dalam organisasi yang pengelolaan bidangnya atau fungsinya secara sentralisasi. (Ibnu Syamsi, 1994:115-116)

(38)

commit to user xxxviii

koordinasi internal horizontal menggambarkan hubungan antar unit kerja yang kedudukannya sama dalam satu lingkup organiasai Daop VII. Koordinasi eksternal vertikal menggambarkan bagaimana hubungan antara PT. Kereta Api Indonesia Daop VII dengan organisasi diluar Daop VII yang kedudukannya lebih tinggi, dan juga koordinasi eksternal horizontal yaitu hubungan antara unit kerja di Daop VII dengan unit kerja di luar Daop VII yang kedudukannya sejajar dalam hierarki organisasi. Artinya dari pernyataan di atas, koordinasi dalam organisasi PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII sangat diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsi antar setiap unit kerja yang telah diprogram sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kerja. Akhirnya, jika fungsi koordinasi terlaksana dengan baik maka pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi menjadi lebih mudah.

4. Pengawasan (Controlling)

Dalam beberapa literatur beberapa ahli menjelaskan fungsi pengawasan dalam pengertian yang beragam. Dalam bukunya Pengantar Manajemen, Sondang P. Siagian (2005:125) mendefinisikan bahwa :

”Pengawasan merupakan proses pengamatan ari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bantuan semua pekerjaan yang sudah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”.

(39)

commit to user xxxix

Disisi lain, pengawasan (Controlling) merupakan suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu yang identik dan apa saja yang dikendalikan. Mengawasi ialah suatu usaha meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan (George R. Terry, 2003:166).

Menurut H. B. Siswanto (2006:25), tindakan pengawasan penting dilakukan dalam suatu organisasi. Tindakan pengawasan pelaksanaan pekerjaan yang diberikan kepada bawahan tidaklah dimaksudkan untuk mencari kesalahan bawahan semata-mata. Namun, hal itu dilakukan untuk membimbing bawahan agar pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, aktivitas pengawasan dimaksudkan untuk mencari penyimpangan sehingga tindakan perbaikan dapat dilakukan ke arah rencana yang telah ditetapkan. Aktivitas ini berarti bahwa dalam mengoperasikan fungsinya, manajer berusaha membimbing bawahan ke arah terealisasinya tujuan organisasi.

(40)

commit to user xl

Dalam PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII proses pengawasan menggambarkan bagaimana alur kegiatan kontrol dan pengendalian dalam pengelolaan sarana dan prasarana perkeretaapian. Bagaimana seorang pimpinan harus mengevaluasi dan menilai pekerjaan yang dilakukan para bawahan. Demikian juga, bagaimana seorang pimpinan membimbing bawahan agar melakukan prosedur kerja yang benar agar tidak terjadi kesalahan selama kegiatang pengelolaan sarana dan prasarana perkeretaapian dan semua kegiatan yang dilakukan adalah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pengawasan yang ada di Daop VII adalah pengawasan yang dilakukan secara internal oleh pihak-pihak yang berasal dari PT. Kereta Api Indonesia Daop VII dan juga pengawasan yang dilakukan secara ekstrenal yaitu dilakukan oleh pihak di luar PT. Kereta Api Indonesia Daop VII.

B. Sarana dan Prasarana Perkeretaapian

1. Pengertian Sarana dan Prasarana

(41)

commit to user xli

Sarana Dan Prasarana Kerja Perkantoran Depertemen Kehutanan, menyebutkan bahwa “Sarana adalah barang atau benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam pelaksanaan tugas fungsi unit kerja”.

Dari batasan tersebut disimpulkan bahwa sarana merupakan sesuatu fasilitas pelengkap yang secara tidak langsung digunakan untuk memudahkan kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan. Artinya, sesuatu yang dapat mempermudah dan melancarkan kegiatan organisasi dapat berupa benda maupun uang (modal). Menurut Suharsimi Arikunto (1988:82) secara garis besar sarana penunjang tersebut dibedakan atas dua jenis, yaitu :

1. Sarana fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan suatu usaha. Sarana fisik juga disebut sarana materiil, contoh : kendaraan; alat komunikasi; alat penampil; dan sebagainya.

2. Sarana uang, yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang.

(42)

commit to user xlii

prasarana merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan yang sifatnya permanen atau tetap seperti gedung, lapangan, aula dan sebagainya dalam suatu organisasi atau perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa prasarana dan sarana merupakan segala sesuatu fasilitas dan alat yang dapat digunakan sebagai perlengkapan untuk dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi. Adapun, tersedianya sarana dan prasarana yang baik dan ideal dalan organisasi, maka kegiatan usaha dapat berjalan dengan baik. Sebab sarana dan prasarana yang tidak mendukung tidak akan membuahkan hasil secara maksimal dalam organisasi tersebut.

2. Pengertian Perkeretaapian

(43)

commit to user xliii

Senada dengan penjelasan di atas, menurut H.M.N. Nasution (1996:64) sumbangan kereta api bagi perkembangan ekonomi dan masyarakat sangat besar. Kereta apilah yang memulai angkutan barang dalam jumlah yang besar dengan biaya yang rendah sehingga merangsang pertumbuhan industri, pertambangan, perdagangan, dan kegiatan lainnya di masyarakat. Transportasi perkeretaapian memiliki beberapa keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan transportasi jenis lainnya, yaitu :

a. Mampu mengangkut muatan dalam jumlah yang besar

b. Mampu menempuh jarak yang jauh. Bertambah jauh jarak menjadi semakin efisien dan biaya semakin rendah.

c. Jadwal perjalanan dengan frekuensi tinggi dapat dilaksanakan.

d. Jarang sekali terjadi kongesti karena semua fasilitas dimiliki oleh satu perusahaan sehingga penyediaan jasa lebih terjamin kelancarannya.

e. Dapat memberikan tingkat pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan bus.

(44)

commit to user xliv

3. Pengertian Sarana dan Prasarana Perkeretaapian

Dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang pengelolaan perkeretaapian dalam pasal 1 disebutkan bahwa, sarana perkeretaapian adalah kendaraan yang dapat bergerak di jalan rel. Menurut jenisnya sarana perekeretaapian seperti yang disebutkan dalam pasal 96 terdiri dari :

a. lokomotif;

b. kereta;

c. gerbong; dan

d. peralatan khusus.

Berdasarkan pengertian di atas, bahwa sarana kereta api adalah segala sesuatu yang dapat dijalankan dalam kegiatan perekeretaapian dan sebagai faktor utama terselenggaranya kegiatan perkeretaapian, seperti kereta api dan lokomotif. Dalam hal ini, kereta api dan lokomotif sebagai sarana transportasi dapat bergerak berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Sarana kereta api merupakan penyelenggara utama dan pokok dalam kegiatan perkeretaapian, maka kegiatan perkeretaapian dapat terlaksana dengan baik tergantung dari pengelolaan sarana kereta api tersebut.

(45)

commit to user xlv

dioperasikan. Jalur kereta api sendiri adalah jalur yang terdiri dari rangkaian petak jalan rel yang meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawas jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api

Penyelenggara prasarana perkeretaapian sendiri adalah pihak yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian. Penyelenggara prasarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 UU No. 23 Tahun 2007 dilakukan oleh Badan Usaha sebagai penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melaui kerja sama. Dalam hal tidak ada Badan Usaha yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian umu, Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan prasarana perkeretaapian.

Dapat disimpulkan bahwa prasarana kereta api adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan perekeretaapian dan sebagai faktor utama terselenggaranya kegiatan perkeretaapian yang sifatnya permanen, seperti jalur kereta api dan fasilitas operasi kereta api lainnya. Artinya, prasarana bersifat permanen tidak dapat dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat lain.

(46)

commit to user xlvi

Berdasarkan uraian diatas sarana dan prasarana perkeretaapian dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berbentuk fasilitas dan alat yang digunakan untuk menunjang terselenggaranya kegiatan perkeretaapian yang sifatnya dapat bergerak yaitu kereta api dan lokomotif dan yang sifatnya permanen seperti jalur kereta api, dan fasilitas operasi kereta api lainnya.

C. Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian

Istilah Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian berdasarkan uraian di atas dapat didefinisikan sebagai suatu proses atau alat untuk mencapai tujuan dan menunjang penyelenggaraan kegiatan pengelolaan perkeretaapian dengan menggunakan sumber daya organisasi yang ada. Dalam hal ini, kereta api menjadi obyek sarana. Sementara, fasilitas seperti jalan rel dan jembatan, sistem sinyal dan jaringan komunikasi sebagai prasarana perkeretaapian.

(47)

commit to user xlvii

organisasi setiap unit perkeretaapian. Bagaimana distribusi kerja dalam organisasi pengelolaan perkeretaapian tersebut. Seksi yang terlibat dalam manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian adalah Seksi Sarana, UPT / Dipo Sarana, Seksi Jalan Rel dan Jembatan, UPT Jalan Rel dan Jembatan, Seksi Sinyal dan Telekomunikasi dan juga UPT Sinyal dan Telekomunikasi. Semua seksi dan UPT tersebut berada dalam organisasi dengan pembagian tugas pokok yang jelas.

Koordinasi yang terjadi adalah koordinasi internal vertikal yaitu menggambarkan bagaimana hubungan antara atasan dengan bawahan dalam lingkup organisasi Daop VII, koordinasi internal horizontal menggambarkan hubungan antar unit kerja yang kedudukannya sama dalam satu lingkup organisasai Daop VII. Koordinasi eksternal vertikal menggambarkan bagaimana hubungan antara PT. Kereta Api Indonesia Daop VII dengan organisasi diluar Daop VII yang kedudukannya lebih tinggi, dan juga koordinasi eksternal horizontal yaitu hubungan antara unit kerja di Daop VII dengan unit kerja di luar Daop VII yang kedudukannya sejajar dalam hierarki organisasi. Pengawasan yang ada di Daop VII adalah pengawasan yang dilakukan secara internal oleh pihak-pihak yang berasal dari PT. Kereta Api Indonesia Daop VII dan juga pengawasan yang dilakukan secara ekstrenal yaitu dilakukan oleh pihak di luar PT. Kereta Api Indonesia Daop VII.

D. Kerangka Pikir

(48)

commit to user xlviii

prasarana pendukung tentunya tidak akan tercapai hasil yang memuaskan dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Sejalan dengan tantangan yang terus berkembang, jasa angkutan kereta api di Indonesia saat ini menghadapi permasalahan yang sangat rumit. Sejak dulu hingga kini kereta api selalu berhadapan dengan tantangan kompetisi yang tinggi dari moda lain. Namun, saat ini yang mengganggu perkererataapian Indonesia adalah tingginya tingkat kecelakaan. Frekuensi kecelakaan cukup tinggi hingga banyak menelan korban jiwa. Kecelakaan tersebut lebih banyak disebabkan karena faktor sarana dan prasarana perkeretaapian. Permasalahan pada sarana dan prasarana perkeretaapian itu tidak lepas dari buruknya manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian yang ada

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun merupakan unsur yang secara khusus berkaitan dengan permasalahan sarana dan prasarana perkeretaapian di wilayah Daop VII. Dalam pengelolaan sarana dan prasarana diperlukan proses manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan agar perencanaan atau program yang telah dibuat bisa berhasil. Dalam pelaksanaannya terdapat hal-hal yang menghambat maupun hal yang mendukung. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada bagan berikut :

(49)

commit to user xlix BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Burhan Bungin (2007:68) pendekatan kualitatif dengan deskripsi dapat dijadikan dasar untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi obyek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, atau gambar tentang kondisi, situasi atau fenomena tertentu. Dengan demikian, metode penelitian deskriptif kualitatif lebih tepat apabila digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam.

Pendekatan deskriptif kualitatif dipilih karena melalui pendekatan ini akan didapatkan pemahaman yang mendalam dan sangat dimungkinkan memperoleh informasi baru terkait dengan objek yang diteliti, yaitu mengenai manajemen sarana dan prasarana. Penelitian deskriptif kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam, yang dapat menggambarkan realitas keadaan atau fenomena yang sebenarnya terjadi di lapangan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

(50)

commit to user l

bahwa wilayah operasional kerja PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun cukup besar yaitu meliputi 2 wilayah Kotamadya dan 10 wilayah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Indikasi lainnya, di wilayah Daop VII Madiun masih sering terjadi kecelakaan kereta api yang disebabkan karena sarana dan prasarana nya. Hal tersebut mendorong peneliti untuk memilih PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun sebagai tempat penelitian. C. Sumber Data

Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Arikunto. 2006:118). Sedangkan sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Data yang diambil untuk bahan analisis penelitian ini digolongkan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

(51)

commit to user li

1. Informan

Menurut Bungin (2007:108) informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu obyek penelitian. Informan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini meliputi :

a Asisten Manajer Seksi Sarana PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

b Asisten Manajer Seksi Jalan Rel dan Jembatan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

c Asisten Manajer Seksi Sinyal dan Telekomunikasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

d Asisten Manajer SDM PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

e Kepala Ruas Organisasi dan Rencana.Dipo Sarana PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

f Kepala Unit Pelaksana Teknis Resort Jalan Rel dan Jembatan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

g Kepala Unit Pelaksana Teknis Resort Sinyal dan Telekomunikasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

b. Data Sekunder

(52)

commit to user lii

yang telah tersedia (data primer). Data sekunder tersebut dikumpulkan dari berbagai dokumen informasi sarana dan prasarana perkeretaapian di wilayah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun. Menurut Burhan Bungin (2007:122) Dokumen adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Sedangkan bahan dokumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi arsip atau data resmi yang diperoleh dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun. D. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan atau pengambilan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif meliputi metode wawancara mendalam (in-depth interview), observasi dan telaah dokumen (Burhan Bungin, 2007:107).

Adapun cara pengambilan data dalam ketiga metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Wawancara

(53)

commit to user liii

wawancara yang berisi garis besar pertanyaan mengenai masalah yang diteliti.

Wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab terhadap narasumber yang dianggap mengetahui dan dapat memberi informasi tentang sarana dan parsarana perkeretaapian, yaitu pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun khususnya seksi sarana dan prasarana. Wawancara digunakan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII merencanakan, melaksanakan, serta melakukan pengawasan terhadap sarana dan prasarana.

2. Observasi

Yaitu metode dasar dalam pengumpulan data yang bersifat non verbal atau teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti untuk mengamati berbagai keadaan, kegiatan dan peristiwa yang terjadi sesuai dengan kenyataannya. Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk menggali data berupa dari sumber data yang berupa peristiwa tempat atau lokasi, benda-benda serta rekaman gambar-gambar. (HB. Sutopo, 2002: 64).

(54)

commit to user liv 3. Telaah Dokumen

Telaah dokumen merupakan teknik pengumpulan data sekunder, yaitu dengan cara melihat dan mempelajari dokumen yang ada berupa catatan, arsip, literature, laporan – laporan lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian sehingga didapat analisis pembahasan yang mendalam atas masalah yang diteliti.

E. Validitas Data

Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh sesuai kenyataan / fakta sehingga kesimpulan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menguji kebenaran dan keabsahan data, peneliti menggunakan teknik trianggulasi data. Trianggulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (HB. Sutopo, 2002: 78)

(55)

commit to user lv

Dengan demikian data yang satu akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber lain.

F. Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan verifikasinya. Proses analisis ketiga komponen tersebut saling menjalin dan berinteraksi secara terus menerus di dalam proses pelakasanaan pengumpulan data. (Sutopo, 2002:94). Dimana, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote (Sutopo, 2002:91). Proses kegiatan ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun sampai penelitian ini selesai.

2. Sajian Data

(56)

commit to user lvi 3. Penarikan Kesimpulan

Langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan saran-saran yang dipandang perlu berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mencatat keteraturan serta penjelasan dari data yang terkumpul. Kegiatan ini dilakukan setelah berakhirnya penelitian. Berdasarkan uraian di atas, proses analisis komponen tersebut dapat dirangkum dalam bagan berikut :

Bagan 3.1 Model Analisis Data

Sumber : HB Sutopo 2002 : 9

Pengumpulan Data

Penyajian Data

(57)

commit to user lvii BAB IV PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI LOKASI 1. Sejarah Kereta Api Indonesia

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) telah berdiri selama kurang lebih 138 tahun dengan melalui berbagai perubahan seiring dengan perkembangan jaman. Sejarah berdirinya PT. Kereta Api (Persero) dapat dilihat melalui empat tahapan. Tahapan tersebut dimulai dari Jaman Kolonial Belanda, Jaman Pemerintahan Jepang, Jaman Sesudah Revolusi dan diakhiri pada Jaman Sesudah Kemerdekaan. Pada Jaman Kolonial Belanda merencanakan membuat jalan dan mengadakan Angkutan Kereta Api untuk memenuhi kebutuhan angkutan darat, supaya dapat berjalan dengan baik maka pengelolaannya diserahkan pada Badan Usaha Milik Belanda. Selanjutnya dalam perkembangannya perusahaan kereta api mengalami beberapa kali perubahan status perusahaan.

(58)

commit to user lviii

Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA didaerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.

Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar - Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.

(59)

commit to user lix

(60)

commit to user lx

Dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1971 tanggal 15 September 1971 Pemerintah Indonesia menetapkan untuk mengalihkan bentuk usaha ini dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1990 dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 42/1998, tanggal 27 Oktober 1990 status PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA). Namun karena petunjuk pelaksanaannya belum ada maka segala kegiatannya masih berjalan sebagaimana dalam status Perusahaan Jawatan. Tanggal 3 Februari 1998, PERUMKA berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Kepemilikan perusahaan ini sepenuhnya diambil oleh Menteri Keuangan, mengingat bentuk Perusahaan Persero, maka kewenangannya dilimpahkan ke BUMN yang saat itu di bawah Departemen Perhubungan Pengelolaan perusahaan diserahkan kepada Direksi, kemudian tanggal 1 Juni 1999 direksi membuat Akte Notaris guna legalisasi perusahaan.

(61)

commit to user lxi

2. Gambaran Umum PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun Daerah Operasi VII Madiun terletak di Madiun Lor, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun dan tepatnya di jalan Kompol Sunaryo No 14 Madiun. Daerah Operasi (Daop) VII Madiun, adalah satuan organisasi di lingkungan PT. Kereta Api (Persero) yang berada di bawah Direksi PT. Kereta Api (Persero). Daop VII Madiun dipimpin oleh seorang Vice President (VP) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT. Kereta Api (Persero). Untuk efektifitas dan kelancaran penyelenggaraan operasi di wilayahnya, VP Daop VII Madiun dibantu oleh seorang Deputy Vice President (Deputy VP), dengan pembagian focus tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab diselaraskan dan disesuaikan dengan kebutuhan di Daop VII Madiun yang pengaturannya ditetapkan oleh Vice President Director berdasarkan usulan VP Daop VII Madiun.

Bagan 4.1

Struktur Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII Madiun

(62)

commit to user lxii

Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapah stakeholders.

· Misi Daop VII Madiun

Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya, melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan keletarian lingkungan berdasarakan empat pilar utama keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan.

PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasi VII Madiun mempunyai wilayah kerja yang meliputi 2 ( dua ) Kotamadya dan 10 ( sepuluh ) Kabupaten yaitu :

· Kotamadya 1. Kotamadya Madiun 2. Kotamadya Kediri

· Kabupaten

(63)

commit to user lxiii 10. Kabupaten Lamongan

Wilayah Daop VII Madiun memiliki panjang jalan rel 236,842 km lintas utama yang beroperasi dan 177,870 km lintas cabang yang tidak beroperasi. Adapun data spesifikasi lintasan jalan rel kereta api di wilayah Daop VII Madiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

Lintas Utama Operasi

a.Dari Curahmalang Km 64 + 200 sampai dengan Kedungbanteng Km 221 + 000

b.Dari Blitar Km 134 + 300 sampai dengan Kertosono Km 214 + 342

Lintas Cabang Yang Tidak Operasi

a.Lintas Madiun-Ponorogo Km 0 + 360 sampai dengan Slahung Km 58 + 345

b.Lintas Jombang Km 0 + 000 sampai dengan Pare-Kediri Km 49 + 522 c.Lintas Jombang Km 0 + 000 sampai dengan Babat Km 70 + 220 d.Lintas Papar Km 0 + 000 sampai dengan Pare Km 15 + 300 e.Lintas Pare Km 0 + 000 sampai dengan Pohsete Km 12 + 811 f. Lintas Pare Km 0 + 000 sampai dengan Konto Km 9 + 895

g.Lintas Pulorejo Km 0 + 000 sampai dengan Kandangan Km 12 + 892 h.Lintas Krian Km 26 + 536 sampai dengan Babat Km 45 + 000

(64)

commit to user lxiv

k.Lintas Tulungagung Km 0 + 000 sampai dengan Tugu Km 48 + 375 l.Lintas Ponorogo Km 0 + 000 sampai dengan Badekan Km 48 + 535

Berdasarkan letak geografisnya wilayah Daop VII Madiun memiliki batas wilayah kerja sebagai berikut :

1. Batas Sebelah Barat :

Berbatasan dengan Daop VI Yogyakarta terletak pada Km 221 + 000 antara Walikukun-Kedungbanteng pada lintas Wonokromo-Solobalapan di wilayah Kabupaten Sragen.

2. Batas Sebelah Timur :

Berbatasan dengan Daop VIII Surabaya terletak pada Km 64 + 200 antara Mojokerto-Curahmalang pada lintas Wonokromo-Solobalapan di Kota Mojokerto, dan Km 134 + 300 antara Blitar-Rejotangan pada lintas Bangil-Kertosono di Kota Kertosono, serta Km 70 + 000 lintas Jombang-Babat.

Sarana PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VII madiun Sarana perkeretaapian yang dimiliki oleh Daop VII meliputi : 1. Daop VII Madiun mempunyai lokomotif sebagai berikut : a. Lok besar (type BB 301) 2 buah terdiri nomor 25 dan 26 b. Lok langsir (type D 301) 1 buah terdiri nomor 50

c. KRDI berjumlah 1 set

2. Armada Kereta di DAOP VII Madiun terdiri dari :

Gambar

Tabel 1.1 Data Jumlah Kecelakaan Kereta Api Di Indonesia……………..…4
Tabel 1. 1
Tabel 1. 2
gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kalau pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana yang rusak dilakukan oleh pegawai pemelihara ya kalau untuk sarana hanya sebatas membersihkan peralatan kerja dan

Perbandingan realisasi pendapatan operasional dengan realisasi beban operasional pada masing- masing periode yang terdapat dalam laporan laba (rugi) PT. KAI

PENGUKURAN KINERJA PT KERETA API INDONESIA DAERAH OPERASI VII

(e) pemeliharaan berkala dilaksana-kan pada bangunan sekolah dan pagar. Pemeliharaan sarana dan prasarana di MI Qurrota A'yun dilakukan setiap hari sehingga sarana dan prasarana

Manajemen pemeliharaan prasarana pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting pengelolaan prasarana agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik

Setelah pemeliharaan dan perawatan selesai bagian sarana dan prasarana memberikan laporan kepada Ketua unit Grup Riset dilengkapi dengan

Observasi dilakukan terhadap perilaku kepala sekolah, guru dan pengurus komite sekolah dalam pemeliharaan sarana prasarana meliputi perencanaan, pelaksanaan dan

Jadi dari beberapa manfaat pemeliharaan diatas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pendidikan disekolah merupakan kegiatan yang harus dijalankan untuk