• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKN dalam meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan kelas II SD Negeri Sarikarya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKN dalam meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan kelas II SD Negeri Sarikarya"

Copied!
261
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA

MATA PELAJ ARAN PKN DALAM MENINGKATKAN

KESADARAN SISWA AKAN NILAI KEDISIPLINAN KELAS

II SD NEGERI SARIKARYA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syar at Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pr ogram Studi Pendidikan Gur u Sekolah Dasar

Oleh :

Sariwanti Erwinda A. NIM: 101134192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

J URUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sk ri psi ini k upersembahk an k epada:

v Tuhan Yesus Kristus

v Kedua orangt uak u: Felician us Acin D. dan Maria Yosef ina Ita.

v Adik k u: Laurensius Lay o Winartus

v Teman-teman k el ompok penel itian sk ri psi pay ung: Yuni , Astri, En dah, Verra, Windi, Hendri , Rido, Angga, Arif , Kismet, Ari , Anisa, Mila, Sr. Patris dan Sr. Alf on.

(5)

v MOTTO

“Kecaplah dan lihat lah, bet apa baiknya TUHAN it u! Ber bahagialah or ang yang ber lindung pada- Nya”

Mazmur 34:9

“I mpikanlah hal-hal yang t inggi dan pada saat anda ber har ap, maka

past i anda akan menj adi apa seper t i yang t elah diimpikan”

J ames Allen

“Per j uangan ker as it ulah yang membahagiakan kit a, bukan hasilnya”

Blaise Pascal

“Manusia bukanlah hasil cipt aan keadaan, keadaanlah yang mer upakan

hasil cipt aan manusia”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 07 Juli 2014 Penulis,

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJ UAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Sariwanti Erwinda A.

Nomor Mahasiswa : 101134192

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJ ARAN PKN DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI KEDISIPLINAN KELAS II SD NEGERI SARIKARYA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya atau memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, 07 Juli 2014

Yang menyatakan,

(8)

viii ABSTRAK

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJ ARAN PKN DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SISWA

AKAN NILAI KEDISIPLINAN KELAS II SD NEGERI SARIKARYA.

Sariwanti Erwinda A Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini didorong karena keterbatasan guru dalam menanamkan pendidikan nilai. Hal ini disebabkan karena kurangnya jam pelajaran sedangkan guru perlu mengajarkan seluruh Kompetensi Dasar sesuai target yang ditentukan oleh sekolah. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan pada mata pelajaran PKn. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan kelas II SD Negeri Sarikarya dan 2) Meningkatkan kesadaran akan nilai kedisiplinan melalui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas II SD Negeri Sarikarya. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berlangsung selama dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif untuk mengatasi masalah kurangnya kesadaran akan nilai kedisiplinan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menyebarkan kuesioner, observasi dan wawancara.

Hasil penelitian yang dilakukan dalam dua siklus menunjukkan adanya peningkatan kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan. Kedisiplinan siswa pada indikator 1 dengan kondisi awal 41,6% meningkat pada siklus II menjadi 87,5%; indikator 2 dengan kondisi awal 37,5% meningkat pada siklus II menjadi 75%; indikator 3 dengan kondisi awal 62,5% meningkat pada siklus II menjadi87,5%; indikator 4 dengan kondisi awal 50% meningkat pada siklus II menjadi 80%; dan indikator 5 dengan kondisi awal 45,83% meningkat pada siklus II menjadi 62,5%.

(9)

ix ABSTRACT

THE APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGICAL PARADIGM IN THE SUBJ ECTS OF CIVIC EDUCATION DATUM INCREASING THE AWARENESS OF DISCIPLINE VALUES IN 2ND GRADE STUDENTS OF

SD NEGERI SARIKARYA Sariwanti Erwinda A Sanata Dharma University

2014

This research was triggered because of lack of teachers in imparting. The reason of this is the lack of instruction hours. Teacher shave to teach all the Basic Competence according to the target set by the school. It leads to the lack of the awareness of students on the discipline values in the subject of PKn. The purposes of this research are 1) to know the implementation of Reflective Pedagogical technique used in this research was questionnaire, observation and interviews distribution technique.

The results of research conducted in two cycles showed that there was the increase of student’s awareness on the values of discipline. The level of the discipline of students on 1st indicator with initial conditions of 41.6% increase to 87.5% in cycle II; 2nd indicator with initial condition of 37.5% increases to 75% in cycle II; 3rd indicators with the initial conditions of 62.5% increase to 87.5% in cycle II; 4th indicator with initial conditions of 50% increase 80% in cycle II; and 5 th indicators with initial conditions of 45,83% to 62.5% in cycle II.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran Pkn Dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Kedisiplinan Kelas II SD Negeri Sarikarya”. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari selama menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, S.J.,S.S.,BST.,M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd.,M.A.,Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

(11)

xi

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi.,M.A., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan semangat selama proses menyelesaikan skripsi

6. Jaka Triyana, S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri Sarikarya yang telah memberikan ijin penelitian di kelas II SD Negeri Sarikarya.

7. Mawarti, selaku guru kelas II SD Negeri Sarikarya yang telah berkenan untuk membantu selama melaksanakan penelitian.

8. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Felicianus Acin D. dan Ibu Maria Yosefina Ita yang selalu mendukung, memberikan kepercayaan, semangat dan doa serta menunjukkan kasih sayang yang luar biasa kepadaku

9. Adikku Laurensius Layo Winartus yang selalu memotivasiku dan memberikan dukungan serta doa.

10.Seluruh keluarga besarku yang tak henti-hentinya selalu memberikan nasihat, dukungan dan doa sehingga penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabat terbaikku Bernadeta Tesa di Pontianak yang selalu mengingatkan dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi serta teman-teman terbaikku selama di Jogja yaitu: Yuni, Kak Nicke, Kak Sima, Kak Evi, Kak Indah, Kak Meri, Ria, Rina, dan Bertin.

(12)

xii

senantiasa memberikan bantuan, motivasi serta keceriaan selama penulis menjalani studi hingga menyelesaikan skripsi ini.

13.Keluarga besar Asrama Pondok Angela terimakasih untuk kebersamaan dan keceriaan yang kita alami serta memberikan sumber inspirasi luar biasa dalam kehidupanku.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 07 Juli 2014

Penulis,

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... ... xiii

DAFTAR TABEL ... ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

(14)

xiv

1.2Batasan Masalah ... 8

1.3Rumusan Masalah ... 8

1.4Definisi Operasional ... 8

1.5Tujuan Penelitian ... 9

1.6Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Pengertian Kesadaran ... 11

2.1.1.1 Pembelajaran Kesadaran ... 13

2.1.2 Nilai ... 14

2.1.2.1 Pengertian Nilai ... 15

2.1.2.2 Indikator dan Peranan Nilai ... 15

2.1.3 Disiplin ... 17

2.1.3.1 Pengertian Disiplin ... 17

2.1.3.2 Jenis-jenis Disiplin ... 18

2.1.3.3 Kesadaran akan Nilai Kedisiplinan ... 19

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan ... 20

2.1.4.1 Pengertian PKn ... 20

(15)

xv

2.1.4.3 Pkn Sebagai Pendidikan Nilai ... 22

2.1.5 Karakteristik Siswa SD ... 22

2.1.6 Paradigma Pedagogi Reflektif ... 23

2.1.6.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 23

2.1.6.2 Ciri-ciri Pedagogi Ignatian ... 24

2.1.6.3 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 25

2.1.6.4 Pola Paradigma Pedagogi Reflektif ... 26

2.1.6.5 Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 28

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

2.3 Kerangka Berpikir ... 33

2.2 Hipotesis Tindakan ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

3.2.1 Waktu Penelitian ... 37

3.2.2 Tempat Penelitian ... 37

3.2.3 Subyek Penelititian ... 38

3.2.4 Obyek Penelititian ... 38

(16)

xvi

3.3.1 Persiapan ... 38

3.3.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 39

3.3.2.1 Siklus I ... 39

3.3.2.2 Siklus II ... 41

3.4 Indikator Keberhasilan dan Pengukurannya ... 43

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.5.1 Observasi ... 45

3.5.2 Wawancara ... 46

3.5.3 Kuesioner ... 46

3.6 Instrumen Penelitian ... 47

3.6.1 Kuesioner ... 47

3.7 Instrumen Pengumpulan Data ... 56

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 58

3.8.1 Validitas ... 58

3.8.2 Reliabilitas ... 64

3.9 Teknik Analisis Data ... 65

3.9.1 Analisis Data Kesadaran akan Nilai Kedisiplinan ... 66

3.10 Jadwal Penelitian ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 74

4.1.1 Kegiatan Setiap Siklus ... 74

4.1.1.1 Perencanaan ... 74

(17)

xvii

4.1.1.3 Observasi ... 77

4.1.1.3 Refleksi ... 78

4.1.2 Hasil Penelitian ... 80

4.1.2.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 80

4.1.2.2 Hasil Penelitian Siklus II ... 81

4.1.2.3 Kualitas Proses Pembelajaran ... 81

4.2 Pembahasan ... 112

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 119

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 120

5.3 Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Keberhasilan Siswa akan Kedisiplinan ... 44

Tabel 2. Indikator Kuesioner Menurut Wahana ... 48

Tabel 3. Alternatif Jawaban dalam Skala Likert ... 48

Tabel 4. Blue Print Nilai Kedisiplinan ... 49

Tabel 5. Lembar Kuesioner Nilai Kedisiplinan Sebelum Validasi ... 51

Tabel 6. Lembar Kuesioner Nilai Kedisiplinan Setelah Validasi ... 54

Tabel 7. Variabel Penelitian dan Pengumpulan Data ... 56

Tabel 8. Uji Validitas ... 59

Tabel 9. Hasil Item Validitas Validitas ... 62

Tabel 10. Koefisien Reliabilitas menurut Masidjo ... 64

Tabel 11. Hasil Uji Reliabilitas ... 65

Tabel 12. Acuan PAP I Menurut Masidjo ... 66

Tabel 13. Batas Nilai Indikator 1 ... 67

Tabel 14. Batas Nilai Indikator 2 ... 68

Tabel 15. Batas Nilai Indikator 3 ... 69

Tabel 16. Batas Nilai Indikator 4 ... 70

Tabel 17. Batas Nilai Indikator 5 ... 71

Tabel 18. Jadwal Penelitian ... 72

Tabel 19. Hasil Kuesioner Indikator 1 Kondisi Awal ... 82

(19)

xix

Tabel 21. Hasil Kuesioner Indikator 3 Kondisi Awal ... 84

Tabel 22. Hasil Kuesioner Indikator 4 Kondisi Awal ... 85

Tabel 23. Hasil Kuesioner Indikator 5 Kondisi Awal ... 86

Tabel 24. Rangkuman Perhitungan Indikator Kondisi Awal ... 88

Tabel 25. Hasil Kuesioner Indikator 1 Siklus I ... 92

Tabel 26. Hasil Kuesioner Indikator 2 Siklus I ... 93

Tabel 27. Hasil Kuesioner Indikator 3 Siklus I ... 94

Tabel 28. Hasil Kuesioner Indikator 4 Siklus I ... 95

Tabel 29. Hasil Kuesioner Indikator 5 Siklus I ... 96

Tabel 30. Rangkuman Perhitungan Indikator Siklus I ... 98

Tabel 31. Hasil Kuesioner Indikator 1 Kondisi Akhir ... 102

Tabel 32. Hasil Kuesioner Indikator 2 Kondisi Akhir ... 103

Tabel 33. Hasil Kuesioner Indikator 3 Kondisi Akhir ... 104

Tabel 34. Hasil Kuesioner Indikator 4 Kondisi Akhir ... 105

Tabel 35. Hasil Kuesioner Indikator 5 Kondisi Akhir ... 106

Tabel 36. Rangkuman Perhitungan Indikator Kondisi Akhir... 108

(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pola Paradigma Pedagogi Reflektif ... 26

Gambar 2. Diagram Penelitian yang Relevan ... 32

Gambar 3. Siklus PTK Model Kemmis & Taggart ... 38

Gambar 4. Grafik Hasil Peningkatan Kesadaran Nilai Kedisiplinan ... 113

Gambar 5. Penggunaan Media Pembelajaran... 116

Gambar 6. Siswa Mengerjakan Lembar Kerja Siswa ... 116

Gambar 7. Hasil Peta Konsep Siswa ... 117

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Perangkat Pembelajaran ... 128

Lampiran 2. Instrumen Kuesioner Kesadaran Sebelum Validasi ... 186

Lampiran 3. Instrumen Kuesioner Kesadaran Setelah Validasi ... 193

Lampiran 4. Contoh Kuesioner Siswa pada Kondisi Awal... 199

Lampiran 5. Contoh Kuesioner Siswa pada Kondisi Siklus I ... 204

Lampiran 6. Contoh Kuesioner Siswa pada Kondisi Siklus II ... 209

Lampiran 7. Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 214

Lampiran 8. Hasil Validasi Kuesioner Penelitian ... 222

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ... 232

Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 234

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I akan dibahas mengenai latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan siswa untuk menghadapi masa depan dan mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia. Menurut UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 mengatakan: ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Untuk itu proses pembelajaran yang bermakna sangat menentukan terwujudnya pendidikan yang berkualitas.

(23)

Pancasila dan UUD 1945. Sebagai pendidikan nilai, PKn akan membantu peserta didik dalam mengembangkan kesadaran siswa akan nilai-nilai yang termuat dalam objek pembahasan serta memiliki tujuan untuk membentuk pribadi anak menjadi warga masyarakat dan warga negara yang baik (Wahab, 2011).

Ruminiati (dalam Winarno, 2013) menyebut PKn SD merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila sebagaimana terdapat dalam kurikulum SD. Pkn memiliki keterikatan dengan pendidikan nilai. Selanjutnya Ruminiati mengatakan bahwa pendidikan nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut moral dan non-moral yang meliputi estetika yaitu menilai objek dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi, dan etika yang menilai benar atau salahnya dalam hubungan antar pribadi.

(24)

mengungkapkan bahwa munculnya sikap individualisme sehingga setiap orang cenderung mementingkan keinginan diri sendiri dan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan individu daripada memenuhi kewajiban sebagai seorang anggota masyarakat maupun warga negara. Sikap individualisme tersebut juga muncul dilingkungan sekolah. Oleh karena itu, tugas seorang pendidik adalah membantu siswa untuk memahami sekaligus membimbing pemahaman nilai yang telah dimiliki. Salah satu nilai-nilai moral yang perlu diajarkan di sekolah adalah nilai disiplin. Sikap disiplin akan membentuk diri untuk tidak mengikuti keinginan yang bertentangan dengan hati nurani yang mengarah pada sikap perusakan diri tetapi untuk mengejar keinginan positif yang sesuai. Selain itu sikap disiplin akan membentuk diri untuk lebih mengembangkan kemampuan dan memiliki manajemen waktu yang baik (Lickona, 2013: 75).

(25)

tidak baik. Perasaan ini sangat mempengaruhi seseorang untuk berbuat baik. Oleh sebab itu, perasaan terhadap suatu nilai perlu dikembangkan dengan memupuk perkembangan hati nurani dan sikap empati. Tindakan, yaitu kemampuan untuk melakukan keputusan yang dilandasi oleh perasaan terhadap suatu nilai ke dalam perilaku-perilaku nyata. Tindakan-tindakan yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dijunjung tinggi ini perlu difasilitasi agar muncul dan berkembang dalam pergaulan sehari-hari. Lingkungan belajar yang kondusif untuk memunculkan tindakan-tindakan ini sangat diperlukan dalam pendidikan aspek-aspek afektif. Ketiga unsur yaitu, penalaran, perasaan, dan tindakan yang dilandasi oleh nilai-nilai tersebut harus ada dan dikembangkan dalam pendidikan.

(26)

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menemukan adanya kesenjangan antara pendidikan nilai yang seharusnya diikutsertakan dalam pembelajaran PKn agar siswa tidak hanya dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila-sila, melainkan sadar akan nilai-nilai yang terkandung dalam materi yang sudah dipelajari dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya. Peneliti juga melakukan observasi mengenai sikap siswa yang kurang menerapkan kedisiplinan terlihat pada sebagian siswa yang tidak menunjukkan indikator siswa menyadari akan nilai. Kurangnya kesadaran nilai ditunjukkan oleh perilaku siswa misalnya saat upacara bendera kurang tertib, apabila petugas upacara melakukan kesalahan maka sebagian siswa langsung tertawa, mengobrol dengan teman ketika upacara berlangsung, saat pembelajaran di kelas ada beberapa siswa yang lupa membawa buku paket, beberapa siswa tidak mengerjakan PR, sebagian siswa lain tampak sibuk menggambar atau bermain dengan teman sebangkunya. Dalam hal ini, nilai kedisiplinan kurang dipahami dan kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Indikator nilai disiplin adalah 1) membiasakan diri mematuhi aturan atau kesepakatan yang telah dibuat, 2) melakukan perbuatan baik secara ajeg (Fitri, 2012: 108).

(27)

nilai yang menjadi tujuan. Selain itu peneliti melakukan wawancara dengan guru yang mengatakan bahwa beberapa siswa sering lupa membawa alat tulis maupun buku paket serta tidak mengerjakan PR yang sudah diberikan sebagai tugas di rumah (Mawar, komunikasi pribadi, 24 September 2013). Hal ini juga dipertegas ketika peneliti sedang melaksanakan penelitian pada tanggal 1 April 2014, beberapa siswa lupa membawa alat tulis maupun buku paket, salah satu siswa perempuan datang terlambat dan beberapa siswa laki-laki meninggalkan kelas tanpa meminta ijin terlebih dahulu.

(28)

siswa yang kurang sadar, indikator 4 terdapat 12 siswa atau 50% dari total keseluruhan 24 siswa yang kurang sadar, indikator 5 terdapat 11 siswa atau 45,83% dari total keseluruhan 24 siswa yang kurang sadar (dapat dilihat pada halaman 82).

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan hasil perhitungan kuesioner kesadaran akan nilai kedisiplinan maka masalah dalam penelitian dibatasi pada peningkatan kesadaran akan nilai kedisiplinan siswa kelas II SD Negeri Sarikarya. Peneliti memberikan solusi dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kedisiplinan karena dalam pendekatan ini mampu menyelaraskan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki 3C untuk meningkatkan tujuan pembelajaran yaitu competence, conscience dan compassion. Pengertian dari

competence adalah kemampuan unggul siswa dalam ranah kognitif yang memadukan tiga unsur berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap, conscience

merupakan peka terhadap hati nurani serta compassion adalah sikap peduli terhadap sesama atau hasrat bela rasa. Tidak hanya salah satu karakter yang diharapkan dimiliki siswa, tetapi ketiga karakter tersebut sebagai identitas yang melekat dalam diri siswa. Selain itu, Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki 5 pola dalam pembelajaran, yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

(29)

Pelajaran Pkn Dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Kedisiplinan Kelas II SD Negeri Sarikarya.

1.2 Batasan masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada masalah peningkatan kesadaran siswa akan

nilai kedisiplinan kelas II SD Negeri Sarikarya dengan Pembelajaran Pedagogi Reflektif dalam mata pelajaran PKn menggunakan Standar Kompetensi 4. menampilkan nilai-nilai Pancasila dan Kompetensi Dasar 4.1 mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja dalam kehidupan sehari-hari serta 4.2 melaksanakan perilaku jujur, disiplin, dan senang bekerja dalam kegiatan sehari-hari.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1.3.1 Bagaimanakah pelaksanaan PPR untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai Kedisiplinan kelas II SD Negeri Sarikarya Tahun Ajaran 2013/2014?

1.3.2 Apakah pelaksanaan PPR dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai Kedisiplinan kelas II SD Negeri Sarikarya Tahun Ajaran 2013/2014?

1.4 Tujuan Penelitian

(30)

1.4.1 Mengetahui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai Kedisiplinan kelas II SD Negeri Sarikarya Tahun Ajaran 2013/2014.

1.4.2 Meningkatkan kesadaran akan nilai Kedisiplinan melalui pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas II SD Negeri SarikaryaTahun Ajaran 2013/2014.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan pendidikan di Indonesia baik secara teoritis dan praktis.

1.5.1 Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang salah satu model pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian siswa yang utuh dengan menerapkan model Paradigma Pedagogi Reflektif.

1.5.2 Secara praktis

Bagi keperluan akademis, penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian lain.

1.5.3 Bagi guru di sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dan acuan dalam mengajar PKn dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif.

(31)

1.6 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu diperjelas diantaranya yaitu :

1.6.1 Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu model pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan serta membantu mengembangkan kepribadian siswa agar menjadi cerdas dan humanis.

1.6.2 PKn adalah salah satu mata pelajaran yang diarahkan untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang mampu memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia.

1.6.3 Kesadaran adalah suatu keadaan atau situasi yang dialami oleh setiap individu yang akan membantu untuk memahami realitas yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.

1.6.4 Kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan adalah kemampuan memahami akan berbagai hal yang berkaitan dengan nilai, antara lain: menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas, sarana, sikap dan tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuannya.

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas landasan teori yang digunakan dalam penelitian. Pembahasan landasan teori terdiri atas lima bagian yaitu: kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Kesadaran

Kesadaran memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dalam mengembangkan sikap afektif. Adanya sikap sadar dalam diri seseorang akan membantu dalam bertindak dan menyikapi kondisi tertentu yang ada di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, manusia perlu memiliki sikap sadar agar mampu memahami dan mewujudkan sikap tersebut dalam kehidupannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) kesadaran memiliki arti (1) keinsafan; keadaan mengerti: akan harga dirinya timbul karena ia diperlakukan secara tidak adil; (2) hal yang dirasakan atau dialami seseorang. Menurut Widjaja (1984: 14) kesadaran merupakan sikap/perilaku mengetahui atau mengerti taat dan patuh pada adat istiadat dan kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.

(33)

realitas. Beliau juga berpendapat bahwa kesadaran kritis sangat diperlukan dalam pengembangan pribadi dan intelektual siswa dalam kehidupan sekarang maupun kemudian hari. Kesadaran kritis dapat dibangun melalui pendidikan di sekolah dan secara khusus melalui kegiatan belajar dan pembelajaran (Suhatman, 2009: 67).

Menurut Piaget (dalam Adisusilo, 2012: 39) kesadaran seseorang dimulai dengan: 1) kesadaran diri akan pentingnya tanggung jawab baik faktor dari luar atau faktor dari dalam; 2) heteronom, yaitu ekspresi perasaan seseorang yang dimulai dengan menampilkan jati dirinya; 3) realisme moral, kesadaran diri seseorang akan sesuatu karena menyadari adanya nilai-nilai, norma yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan atau sikap tertentu; 4) otonom, yaitu ungkapan kemandirian seseorang yang hanya peduli pada nilai-nilai universal sebagai pertimbangan dalam bertingkah laku.

(34)

2.1.1.1Pembelajaran Kesadaran

Given (2012: 213-214) mengungkapkan tujuan pembelajaran kesadaran adalah mengambil tindakan atau suatu keputusan dipilih melalui cara yang selektif dan berani menentukan arah dengan mempertimbangkan sisi positif dan negatifnya. Suhatman (2009: 67) mengungkapkan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran kritis serta berpikir kritis dengan menempatkan siswa sebagai subjek.

(35)

mengekspresikan diri dalam suasana belajar yang terbuka, tidak banyak aturan-aturan yang membelenggu, multi nilai, multi kebenaran, diperbolehkan salah, menerapkan metode ilmiah; (8) Kesadaran kritis akan membentuk pola pemahaman konsep yang kuat bukan sekedar menghafal, mampu untuk mencerna pengetahuan dengan mendalam, memiliki cara berpikir kritis menghadapi masalah-masalah sehari dalam kehidupan. Pembelajaran dengan membangun kesadaran kritis akan menghasilkan pembelajaran yang bermutu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kesadaran dapat terwujud melalui kegiatan pembelajaran di kelas antara guru dan siswa. Paradigma pembelajaran berubah dari pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning). Perubahan paradigma ini akan mendorong siswa agar lebih aktif dan memiliki pengetahuan secara lebih mendalam serta didukung dan dibimbing oleh guru sebagai fasilitator yang berperan mewujudkan pembelajaran yang PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan). Guru juga perlu menanamkan pentingnya sikap kesadaran kritis dalam diri siswa sebagai bagian penting membentuk manusia yang memahami pentingnya sikap sadar dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Nilai

(36)

2.1.2.1 Pengertian Nilai

Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku sehingga nilai dipandang sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang. Menurut Adisusilo (2012: 56) nilai adalah kualitas suatu hal yang diinginkan, dikejar, dihargai, berguna, dicapai dan dihayati untuk menjadikan hidup menjadi bermatabat.

Wahana berpendapat (2004: 101) bahwa nilai adalah kualitas yang membuat suatu hal menjadi bernilai, sedangkan hal yang bernilai merupakan suatu hal yang membawa kualitas nilai. Dengan demikian, nilai dapat dipahami sebagai yang berbeda dan tidak tergantung pada hal yang bernilai. Menurut Max Scheler sebagaimana dikutip (dalam Wahana, 2004: 51) nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahulu).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa nilai adalah kualitas yang dapat menjadi acuan dalam menemukan apa yang menjadi tujuan hidup setiap individu dalam kehidupannya. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak namun dapat menjadi acuan dalam hidup untuk mencapai sebuah tujuan.

2.1.2.2Indikator dan Peranan Nilai

(37)

inspirasi kepada seseorang untuk hal yang berguna, yang baik, yang positif bagi kehidupan; (3) nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (attitudes), atau bersikap sesuai dengan moralitas masyarakat, jadi nilai itu memberi acuan atau pedoman bagaimana seharusnya seseorang harus bertingkah laku; (4) nilai itu menarik (interest), memikat hati seseorang untuk dipikirkan, untuk direnungkan, untuk dimiliki, untuk diperjuangkan dan untuk dihayati; (5) nilai mengusik perasaan (feelings), hati nurani seseorang ketika sedang mengalami berbagai perasaan, atau suasana hati seperti senang, sedih, tertekan, bergembira, bersemangat, dan lain-lain; (6) nilai terkait dengan keyakinan atau kepercayaan (beliefs and convictions) seseorang, suatu kepercayaan atau keyakinan terkait dengan nilai-nilai tertentu; (7) suatu nilai menuntut adanya aktivitas (activities) perbuatan atau tingkah laku tertentu sesuai dengan nilai tersebut, jadi nilai tidak berhenti pada pemikiran tetapi mendorong atau menimbulkan niat untuk melakukan sesuatu dengan nilai tersebut; (8) nilai biasanya muncul dalam kesadaran, hati nurani atau pikiran seseorang ketika yang bersangkutan dalam situasi kebingungan, mengalami dilema atau menghadapi berbagai persoalan hidup.

(38)

dipikirkan atau values cognitive; (2) Values affective, yaitu nilai-nilai yang menjadi keyakinan atau niat pada diri orang untuk melaksanakan sesuatu; (3)

Values actions, yaitu tahap di mana nilai yang telah menjadi keyakinan dan menjadi niat diwujudkan menjadi suatu tindakan nyata atau perbuatan konkret.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa nilai sebagai sesuatu yang abstrak tetapi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai pedoman dalam menentukan arah hidup. Selain itu, tidak cukup nilai hanya berhenti pada tahap values cognitive namun harus berkembang bahwa nilai itu menjadi sesuatu yang perlu dicapai pada tahap values affective serta diwujudkan dalam sebuah tindakan nyata sehingga terlihat pada values action.

Dengan adanya tiga tahap nilai sebagai acuan tingkah laku maka hal tersebut akan menjadi sesuatu yang utuh dan bermakna dalam kehidupan manusia

2.1.3 Disiplin

Berikut ini merupakan penjabaran dari pengertian disiplin, jenis-jenis disiplin serta kesadaran akan nilai kedisiplinan.

2.1.3.1 Pengertian Disiplin

(39)

Penanaman nilai-nilai disiplin dapat berkembang apabila didukung oleh situasi yang kondusif baik dukungan dari orang tua maupun guru. Selain itu, orang tua maupun guru yang memiliki sikap berdisiplin yang tinggi merupakan model peran yang efektif bagi berkembangnya disiplin diri bagi anak. Melalui sikap disiplin diri dalam diri siswa maka ia dapat menghargai diri sendiri dan juga menghargai orang lain (Helmi, 1996: 35). Selain itu Husdarta dan Kusmaedi mengungkapkan (2010: 186) ada tiga unsur penting dalam disiplin: peraturan dan hukum berfungsi sebagai pedoman penilaian yang baik, hukuman bagi pelanggaran peraturan dan hukum, dan hadiah untuk perilaku yang baik untuk usaha berperilaku sosial yang baik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan mengenai disiplin adalah sikap sadar akan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk mengikuti aturan yang berlaku baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, perlunya guru maupun orangtua menekankan kepada anak untuk berperilaku disiplin sejak dini. Anak perlu memahami apa yang diharapkan dari adanya sebuah aturan terlebih lagi apabila ia melanggar aturan. Selain itu perlunya penghargaan kepada setiap anak yang sudah berperilaku sosial baik dengan memberikan pujian atau hadiah.

2.1.3.2 Jenis- Jenis Disiplin

(40)

menjelaskan kepada anak alasan ia harus patuh dan tidak ada kesempatan untuk mengemukakan pendapat mengenai adil atau tidaknya aturan yang telah dibuat; (2) Disiplin yang Lemah yaitu cara mendisiplinkan anak dengan tidak diajarkan peraturan-peraturan, tidak dihukum walaupun sengaja melanggar aturan juga tidak ada penghargaan kepada anak yang berperilaku baik; (3) Disiplin Demokratis yaitu cara mendisiplinkan anak dengan memberi hukuman sesuai dengan kesalahan yang dilakukan anak serta adanya penghargaan terhadap usaha untuk menyesuaikan dengan harapan sosial yang tercakup dalam peraturan yang ada melalui pemberian hadiah dalam bentuk pujian dan pengakuan sosial.

2.1.3.3 Kesadaran akan Nilai Kedisiplinan

Kesadaran akan nilai berarti kesadaran akan berbagai hal yang berkaitan dengan nilai, antara lain : (1) menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan, (2) menyadari akan peranan akan peranan nilai yang menjadi daya tarik bagi kualitas untuk mewujudkannya, (3) menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang dituju, (4) menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan, dan (5) menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuannya (Wahana: 2013). Kesadaran akan nilai kedisiplinan adalah peserta didik merasa, mengetahui dan mengerti apa itu nilai kedisiplinan dan dapat menerapkan nilai kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.

(41)

hanya kemampuan kognitif yang berkembang namun afektif dan psikomotorik ikut berkembang dalam diri siswa.

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan

Selanjutnya akan dijabarkan mengenai pengertian PKn, tujuan PKn dan PKn sebagai pendidikan nilai.

2.1.4.1 Pengertian PKn

Pada kurikulum sekolah yang ada di Indonesia yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terdapat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, Pendidikan Kewarganegaraan diartikan sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Winarno, 2013: 19).

Secara terminologis Cholisin (dalam Winarno, 2013: 6), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia diartikan sebagai pendidikan politik yang fokus materinya adalah peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

(42)

tercakup dalam suatu mata pelajaran yang melatih dan membina siswa menjadi warga negara yang baik sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

2.1.4.2Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan dari pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Winarno, 2013: 19): (a) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (b) berpatisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti-korupsi, (c) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (d) berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(43)

oleh masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945 (Darmadi, 2010).

2.1.4.3 PKn sebagai pendidikan Nilai

Pkn sebagai pusat pendidikan nilai bermakna untuk mengembangkan proses penilaian pada diri seseorang, semacam suatu keyakinan untuk memperkaya peserta didik dengan sesuatu yang lebih krusional dan fungsional. Pendidikan nilai dalam PKn berupaya menempatkan peserta didik untuk berpikir secara ilmu kewarganegaraan, dimana pengajaran merupakan proses yang dilakukan secara langsung melalui suatu informasi sehingga peserta didik memiliki sikap kepercayaan diri dalam menentukan dan membuat suatu keputusan secara bernilai (Aryani dan Susatim, 2010: 44).

Pendidikan nilai dimaknai sebagai: (a) penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang; (b) bantuan terhadap peserta didik, agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta penempatannya secara integral dalam keseluruhan hidup; (c) pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten (Mulyana, 2004).

2.1.5 Karakteristik Siswa SD

(44)

pengenalan lingkungan hidup; (3) emosi, lebih pada pengendalian diri, ketekunan dan antusiame pada kegiatan; (4) sosial, lebih pada ketertiban, disiplin kegiatan, kerjasama dan latihan “aturan main” sosial (misal : perilaku antri, kompromi dan tenggang rasa); (5) moral, lebih pada perilaku benar dan salah (etika) dan perilaku baik atau buruk (etiket).

Menurut Piaget ada tahap-tahap perkembangan anak secara kognitif antara lain : 1) tahap sensorimotor ( 0-2 tahun ); 2) tahap praoperasional ( 2-7 tahun ); 3) tahap operasional konkret ( 7-11 tahun ); 4) tahap operasi formal ( 11 – dewasa ). Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, maka siswa SD termasuk dalam tahap operasional konkret dimana siswa mulai dapat memandang sesuatu secara objektif dan berorientasi secara konseptual. Siswa mulai bergeser dari sekedar menamai, dan mengelompokkan benda-benda menuju ke kemampuan dalam hal mengorganisasi dan menghubungkan (dalam Trianto, 2010: 16).

2.1.6 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) 2.1.6.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

(45)

ditegakkannya kebenaran, diwujudkan keadilan, dan dihadirkan damai sejahtera bagi manusia dan alam dalam kehidupan bermasyarakat (Subagya, 2010: 22).

Pembelajaran berpola Paradigma Pedagogi Reflektif adalah pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan ditumbuhkembangkan melalui dinamika pengalaman, refleksi, aksi serta proses pembelajaran akan diakhiri dengan adanya evaluasi (Subagya, 2010: 51). Selain itu, Tim P3MP-LPM (Prihatin, Atmadi, Dewi, Taum, Galang, Sudiarjo, Riana, Santosa, Irene, Setiawan, Sumarah, Massana, Dwiatmoko dan Purwantini, 2012: 46) mengartikan Paradigma Pedagogi Reflektif sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan fokus pencapaian tujuan pembelajaran yang meliputi 3C (competence, conscience, dan compassion).

Dari pendapat ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu model pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan serta membantu mengembangkan kepribadian siswa agar menjadi cerdas dan humanis.

2.1.6.2Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif

(46)

fundamental untuk proses belajar mengajar. Paradigma ini membantu siswa untuk menemukan hubungan antar bagian-bagian dari bidang studi serta dapat diterapkan pada ranah akademik maupun non akademik, (c) Paradigma Pedagogi Reflektif menjamin pengajar untuk menjadi pengajar lebih baik. Paradigma Pedagogi Reflektif membantu guru untu memperkaya baik isi maupun susunan yang mereka ajarkan, menyediakan pada para pengajar cara memotivasi siswa dengan mengajak mereka menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan pengalaman mereka, (d) Paradigma Pedagogi Reflektif mempribadikan proses belajar dan mendorong pelajar merefleksikan makna dan arti dari apa yang dipelajari. Paradigma ini dapat mendukung integrasi antara pengalaman belajar diruang kelas dengan pengalaman dirumah, waktu bekerja, teman sebaya dan sebagainya, (e) Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan matra sosial belajar maupun mengajar. Paradigma ini mendorong kerjasama yang erat dan berbagi pengalaman serta dialog reflektif antara para pelajar. Siswa akan menyadari bahwa pengalaman-pengalaman yang mendalam timbul dari hubungan dengan manusiawi, sesama dan orang lain. Guru memiliki peran penting untuk menyadari nilai-nilai dan bertekad untuk melaksanakannya.

2.1.6.3Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif

(47)

tujuannya adalah kekristianian/kemanusiaan yang lebih luas daripada persaudaraan (Subagya, 2010: 40).

2.1.6.4 Pola Paradigma Pedagogi Reflektif

Menurut Subagya (2008: 41) Pembelajaran Pedagogi Reflektif menggambarkan pelaksanaan PPR yang dapat dilakukan guru sebagai berikut:

Gambar 1: Pola PPR (Subagya, 2008)

T dari yang dipelajari.

(48)

1. Konteks

Tahap ini guru memfasilitasi siswa dengan menyesuaikan materi dan cara belajar siswa sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan dengan baik. Konteks lebih ditekankan pada objek pembelajaran dimana materi dari pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat memberikan nilai-nilai kemanusiaan pada siswa yang berguna dalam kehidupan mereka. Guru perlu memberikan contoh penghayatan mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan. Melalui itu, siswa bisa melihat, bersikap dan akhirnya berperilaku sesuai dengan nilai yang diharapkan.

2. Pengalaman

Tahap ini guru memberikan kepada siswa berupa pengalaman langsung maupun tidak langsung. Pengalaman langsung dapat berlangsung melalui kegiatan diskusi, penelitian dilaboratorium, kegiatan lintas alam dan olahraga. Pengalaman tidak langsung dapat diciptakan oleh guru melalui kegiatan membaca dan mempelajari suatu kejadian melalui kegiatan mendengar cerita guru, melihat gambar sambil berimajinasi, bermain peran, dan melihat video atau film. Siswa difasilitasi dengan pengalaman untuk mempelajari sekaligus mengalami sendiri (secara tidak langsung) sehingga siswa memperoleh pengalaman tidak hanya sekedar informasi.

3. Refleksi

(49)

kegiatan refleksi ini diharapkan siswa mampu meyakini makna nilai yang terkandung didalam pengalamannya dan siswa dapat membentuk pribadi mereka sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pengalamannya itu. 4. Aksi

Tahap evaluasi, guru memfasilitasi siswa dengan memberikan pertanyaan aksi agar siswa termotivasi untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Membangun niat sendiri yang sesuai dengan kemauannya membentuk pribadi siswa agar nantinya (lama-kelamaan) menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi dapat dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kompetensi siswa dalam bidang akademik. Selain itu, guru perlu mengevaluasi siswa dalam bidang afektif untuk mengetahui sejauhmana dampak Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mengembangkan pribadi kemanusiaan. Karakter siswa yang diharapkan dalam pembelajaran menggunakan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) ini yaitu karakter yang bercirikan competence, consience dan

compassion. Tidak hanya salah satu karakter yang diharapkan dimiliki siswa, tetapi ketiga karakter tersebut sebagai identitas yang melekat dalam diri siswa.

2.1.6.5Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

(50)

terhambat kurikulum baru, mengajarkan dan melatihkan nilai-nilai kristiani 42 jam per minggu; (2) dari segi pengalaman, refleksi dan aksi yaitu tidak perlu banyak aturan, banyak sanksi, dan macam-macam pemaksaan lazim seperti di sekolah lain; pendidikan yang otentik; (3) dari segi pendidikan Kristiani/pendidikan kemanusiaan yaitu ciri khas sekolah Kristen/khatolik dapat diwujudkan dalam kegiatan kelas sehari-hari, menjadikan keunggulan sekolah yang tidak dapat diungguli sekolah lainnya.

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

(51)

Haryati (2007) meneliti tentang “Implementasi Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran Siswa Kelas VA SD Kanisius Sorowajan”. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan dampak dari penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif adalah meningkatnya prestasi siswa dalam pelajaran, terjadi perubahan sikap dan tingkah laku yang semakin baik dari hari ke hari dan berkembangnya kepedulian siswa terhadap sesama dan lingkungan.

Wijayanti (2013) meneliti tentang “Peningkatan Kedisiplinan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan Yogyakarta dengan Menggunakan Pendekatan PMRI”. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kedisiplinan dan prestasi belajar matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI. Kedisiplinan siswa dengan kondisi awal 56,66% meningkat pada siklus II menjadi 76,67%.

(52)

tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, rajin menjawab pertanyaan, rajin memberikan tanggapan, rajin bertanya kepada guru; (3) penyebab disiplin belajar yaitu kesadaran diri siswa akan aturan yang mengikat pada saat pelajaran PKn, bahwa pelajaran PKn sekarang berhubungan langsung dengan nilai kepribadian dan tingkah laku siswa, nilai kepribadian siswa diserahkan langsung kepada guru PKn bukan lagi guru BK; (4) upaya guru PKn dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di SMPN 21 Malang adalah dengan memberikan hadiah, acungan jempol seperti “bagus“, pemberian nasehat yang membangun buat diri pribadi siswa, pemberian ancaman berupa tidak naik kelas dengan nilai C, serta pemberian hukuman yaitu berdiri di depan kelas, menjelaskan materi yang sudah disampaikan, membuat kliping dan lain-lain.

(53)

Gambar 2. Diagram penelitian yang relevan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran Pkn Dalam

Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Kedisiplinan Kelas II SD

(54)

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan maka dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut: Pkn sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar berkaitan erat dengan pendidikan nilai sehingga saat pembelajaran di kelas, pendidik dapat menerapkan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif. Paradigma Pedagogi Reflektif tidak hanya mengembangkan aspek competence namun juga mengembangkan aspek

conscience dan compassion. Salah satu nilai yang ingin diwujudkan adalah kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan. Pembelajaran PKn sebagai pendidikan nilai merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai. Apabila dalam pembelajaran PKn tidak disertai dengan sikap sadar, maka nilai-nilai yang terkandung dalam materi pelajaran menjadi tidak tereliasasikan dengan baik. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru menyebabkan kurangnya menanamkan nilai sehingga siswa menjadi kurang sadar akan nilai kedisiplinan. Guru lebih menekankan pada pembelajaran secara kognitif untuk mengajar seluruh Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan target yang telah ditentukan pihak sekolah.

(55)

Melaksanakan perilaku jujur, disiplin, dan senang bekerja dalam kehidupan sehari-hari. Jika model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) diterapkan pada pembelajaran PKn kelas II SD Negeri Sarikarya, maka akan berpengaruh terhadap perilaku siswa mengenai nilai kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.

Kesadaran siswa akan nilai yang terkandung dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diharapkan dapat meningkat setelah guru menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR). Kesadaran akan nilai bagi siswa sangat penting diberikan sedini mungkin. PPR membantu siswa dalam menyadari akan nilai yang ingin diajarkan melalui pengalaman yang dilanjutkan lewat refleksi dan kemudian diaplikasikan melalui aksi.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:

2.4.1 Pelaksanaan langkah-langkah dalam pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif antara lain: konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi diharapkan dapat meningkatkan aspek competemce, conscience dan compassion.

(56)
(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

Di dalam Bab ini, diuraikan mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan tentang metode penelitian terdiri dari: jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, indikator keberhasilan dan jadwal penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

(58)

Gambar 3. Siklus PTK Kemmis dan Taggart (dalam Sumini, 2010) 3.2 Setting penelitian (waktu, tempat, subjek, objek)

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada semester genap bulan Maret hingga April 2014 tahun ajaran 2013/2014.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri Sarikarya yang terletak di Jalan Asamgede No.48 Kragilan Desa Condongcatur Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

PERENCANAAN

OBSERVASI TINDAKAN

TINDAKAN PERENCANAAN OBSERVASI REFLEKSI

(59)

3.2.3 Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Sarikarya tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 24 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

3.2.4 Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah kesadaran akan nilai kedisiplinan pada mata pelajaran PKn pada siswa kelas II SD Negeri Sarikarya setelah menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).

3.3. Tindakan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang terdiri dari 4 pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 Jam Pelajaran (2 JP) dengan alokasi waktu setiap JP adalah 35 menit. Dalam penelitian ini setiap siklus terdapat 4 langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut.

3.3.1 Persiapan

(60)

silabus, RPP, LKS, membuat soal beserta kisi-kisi serta menyiapkan media yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

3.3.2 Tindakan Setiap Siklus

Dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap dalam setiap siklus. Pada setiap akhir siklus, peneliti memberikan kuesioner untuk melihat sejauhmana peningkatan siswa setelah menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Rencana tindakan setiap siklus akan dijabarkan sebagai berikut:

3.3.2.1 Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti memilih SK/KD pada mata pelajaran PKn untuk siswa kelas II mengenai materi nilai kedisiplinan. Selain itu, peneliti menyusun perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS) , soal evaluasi beserta kunci jawaban dan membuat media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Peneliti juga membuat instrumen penelitian berupa kuesioner mengenai kesadaran siswa akan nilai dan membuat perangkat pembelajaran. Kemudian peneliti meminta salah satu dosen PGSD dan guru kelas II SD Negeri Sarikarya untuk memvalidasi instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Pelaksanaan

(61)

dan manfaat sikap disiplin dengan melakukan kegiatan sosiodrama. Pada kegiatan apersepsi, peneliti mengajak siswa bernyanyi lagu “Disiplin” serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Beberapa siswa diminta untuk melakukan kegiatan sosiodrama di depan kelas, mengerjakan LKS, membahas LKS, membuat kesimpulan, kemudian membuat refleksi dan mengerjakan soal evaluasi serta menyampaikan aksi yang dapat dilakukan siswa sebagai bentuk sikap disiplin. Saat pertemuan kedua peneliti melakukan kegiatan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran setelah itu mengajak siswa untuk membaca sebuah cerita yang berhubungan dengan akibat kurang disiplin. Peneliti mengajak siswa untuk membuat jadwal kegiatan harian yang akan dilaksanakan siswa selama satu minggu, kemudian siswa melakukan presentasi, membuat kesimpulan serta melakukan refleksi. Kegiatan diakhiri dengan mengerjakan soal evaluasi, menyampaikan aksi yang dapat dilakukan siswa dan memberikan kuesioner kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan.

3. Observasi

(62)

I. Hambatan yang dialami pada siklus I dapat menjadi acuan untuk mengurangi hambatan pada siklus II.

4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi berupa membuat kesimpulan dari catatan hasil observasi, kesulitan yang dialami oleh peneliti serta hal-hal baik yang perlu dipertahankan sebagai evaluasi. Selain itu, peneliti akan melihat perbandingan skor pada kondisi awal dan kondisi siklus I untuk mengetahui peningkatan siswa akan nilai kedisiplinan.

3.3.2.2 Siklus II

1. Perencanaan

Tahap perencanaan, peneliti melanjutkan materi pelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar 4.2 melaksanakan perilaku jujur, disiplin, dan senang bekerja dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu, peneliti menyusun perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS), soal evaluasi beserta kunci jawaban dan membuat media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Peneliti juga mempersiapkan instrumen penelitian berupa kuesioner yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat kesadaran siswa pada kondisi akhir.

2. Pelaksanaan

(63)

tingkat pemahaman siswa dalam mengingat materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya. Pada kegiatan inti, peneliti kemudian mengajak siswa untuk menonton video tentang disiplin dan contoh-contoh sikap disiplin dirumah dan disekolah. Selanjutnya peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai isi dari video tersebut dan membahasnya bersama siswa. Setelah itu, beberapa siswa diminta maju ke depan untuk mempresentasikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan memberikan penegasan kembali mengenai hasil kerja siswa. Pada kegiatan penutup, peneliti mengajak siswa untuk membuat kesimpulan, melakukan refleksi pembelajaran dan mengajak siswa untuk melakukan aksi untuk mulai membiasakan diri hidup disiplin dirumah dan di sekolah. Peneliti juga memberikan lembar soal evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam bidang kognitif.

(64)

itu peneliti menyampaikan aksi dari pembelajaran dan meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi

3. Observasi

Kegiatan observasi akan dilakukan pada proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Selama proses pembelajaran di kelas peneliti melihat, dan menganalisis dengan seksama serta mencatat hal-hal penting secara terinci mengenai keadaan siswa dalam pembelajaran. Peneliti juga memberikan lembar kuesioner kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan untuk mengetahui tingkat kesadaran siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II.

4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi berupa membuat kesimpulan dari catatan hasil observasi, kesulitan yang dialami oleh peneliti serta hal-hal baik yang perlu dipertahankan sebagai evaluasi. Selain itu, peneliti akan melihat perbandingan skor pada kondisi awal, kondisi siklus I dan kondisi siklus II untuk mengetahui peningkatan siswa akan nilai kedisiplinan.

3.4 Indikator Keberhasilan dan Pengukurannya

Di dalam penelitian ini, data yang diperlukan untuk dianalisis adalah sebagai berikut :

a. Peubah (variabel) Indikator Keberhasilan

(65)

Tabel 1. Indikator Keberhasilan Siswa dalam Kesadaran akan Nilai Kedisiplinan

Indikator Deskriptor Kondisi

(66)

Menyadari

3.5 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.5.1 Observasi

(67)

pembelajaran di kelas dan mengetahui karakter dari masing-masing siswa serta cara yang digunakan guru dalam mengajar. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan mengamati aktivitas pembelajaran di dalam kelas, misalnya mengamati dan mencatat setiap perilaku siswa dalam setiap siklus atau tindakan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan mengisi rubrik penilaian

conscience dan compassion saat siswa sedang melakukan sosiodrama, mengamati sikap siswa saat menonton video, mengerjakan LKS, presentasi dan mengerjakan soal evaluasi. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat ditemukan berbagai kelemahan sehingga dapat ditindaklanjuti untuk diperbaiki pada siklus berikutnya.

3.5.2. Wawancara

Wawancara dapat diartikan sebagai teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu (Sugiyono, 2010: 194). Jenis wawancara yang akan digunakan adalah wawancara terencana dan jenis pertanyaan yang akan digunakan adalah pertanyaan terbuka. Wawancara akan dilakukan oleh peneliti secara terencana mengenai waktu pelaksanaan, tempat serta topik yang akan dibicarakan pada guru dan siswa. Peneliti melakukan wawancara yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan pada mata pelajaran PKn.

3.5.3 Kuesioner

(68)

(Sugiyono, 2010: 199). Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden. Kuesioner dalam penelitian ini akan digunakan untuk mendapatkan data mengenai kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan kelas II SD Negeri Sarikarya tahun pelajaran 2013/2014. Kuesioner yang dibuat oleh peneliti berdasarkan pada pedoman 5 indikator yang dikembangkan dalam bentuk penyataan-pernyataan.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen non tes yaitu kuesioner kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan. Berikut akan dijelaskan lebih rinci antara lain:

3.6.1 Kuesioner

Dalam penelitian ini bentuk kuesioner yang akan digunakan adalah bentuk

(69)

Tabel 2. Indikator Kuesioner Menurut Wahana (2013)

No Indikator

1 Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan

2 Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya

3 Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang akan dituju

4 Menyadari sikap yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan

5 Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan

Skala yang akan digunakan adalah skala Likert untuk mengetahui tingkat kesadaran siswa akan nilai kedisiplinan. Dalam skala Likert terdapat empat alternatif jawaban sebagai berikut : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pada tabel di bawah ini dapat dilihat alternatif jawaban dalam skala Likert.

Tabel 3. Alternatif Jawaban dalam Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor

Favorable Unfavorable

(70)

Tabel 4. Blue Print Kesadaran Siswa akan Nilai Kedisiplinan

1. Menyadari nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan.

No Pernyataan favorabel Pernyataan unfavorabel 1. Saya mengerjakan tugas yang

diberikan.

Saya mengerjakan tugas jika saya diingatkan untuk mengerjakan tugas

2. Saat meninggalkan kelas saya meminta ijin kepada guru.

Saya meninggalkan kelas tanpa meminta ijin kepada guru. 3. Setiap pagi saya berbaris di

depan kelas.

Saya berbaris saat diminta oleh guru.

2. Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya.

No Pernyataan favorabel Pernyataan unfavorabel 1. Saya bersemangat untuk

mengikuti pembelajaran

Saya tidak semangat ketika belajar

2. Saya melaksanakan piket dengan senang hati

Saya melaksanakan piket dengan paksaan dari teman

3. Saya mengikuti kegiatan pramuka dengan gembira.

(71)

3. Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang dituju.

No Pernyataan favorabel Pernyataan unfavorabel 1 Saya berseragam rapi di

sekolah

Saya berseragam rapi pada saat upacara dan acara keagamaan 2 Saya mengumpulkan PR

dengan tepat waktu

Saya mengerjakan PR di sekolah

3. Saya membaca buku pelajaran setiap hari.

Saya membaca buku saat mau ulangan.

4. Menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan.

No Pernyataan favorabel Pernyataan unfavorabel 1. Saya tidak ribut saat upacara

berlangsung

Saya ribut saat upacara berlangsung

2. Saya menegur teman yang ribut

Saya membiarkan teman saya yang ribut

3. Saat bertemu saya memberi salam pada guru.

Saya menghindar saat bertemu guru.

5. Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan.

No Pernyataan favorabel Pernyataan unfavorabel 1. Setiap hari saya datang tepat

waktu

Saya hanya datang tepat waktu pada saat upacara.

2. Saya memperhatikan saat pembelajaran berlangsung

Saya bercerita sendiri saat pembelajaran di kelas. 3. Saya membuang sampah pada

tempatnya.

(72)

Berikut ini kisi-kisi dari kuesioner sebelum dan sesudah validasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Lembar Kuesioner Kesadaran Siswa akan Nilai Kedisiplinan Sebelum Validasi

No Pernyataan STS TS S SS

1. Saya mengerjakan tugas yang diberikan.

2. Saya mengerjakan tugas jika saya diingatkan untuk mengerjakan tugas

3 Saya bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.

4. Saya merasa tidak semangat ketika belajar.

5. Saya berseragam rapi di sekolah

6. Saya berseragam rapi pada saat upacara dan acara keagamaan

7. Saya tidak ribut saat upacara berlangsung

8. Saya ribut saat upacara berlangsung.

(73)

10. Saya datang tidak tepat waktu.

11. Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan.

12. Saya mengerjakan tugas jika saya diingatkan untuk mengerjakan tugas.

13 Saya melaksanakan piket dengan senang hati.

14 Saya melaksanakan piket dengan paksaan dari teman.

15 Saya mengumpulkan PR dengan tepat waktu.

16 Saya mengerjakan PR di sekolah.

17 Saya menegur teman yang ribut.

18 Saya membiarkan teman saya sibuk sendiri.

19 Saya tidak mengobrol saat pembelajaran berlangsung.

(74)

21 Setiap pagi saya berbaris di depan kelas.

22 Saya berbaris saat diminta oleh guru.

23 Saya mengikuti kegiatan pramuka dengan gembira.

24 Saya mengikuti kegiatan pramuka dengan terpaksa.

25 Saya membaca buku pelajaran setiap hari

26 Saya membaca buku saat mau ulangan.

27 Saat bertemu saya memberi salam pada guru.

28 Saya menghindar saat bertemu guru.

29 Saya membuang sampah pada tempatnya.

30 Saya membuang sampah dilaci meja.

(75)

pernyataan Favorabel yaitu nomor 13, 14, 15 dan pernyataan Unfavorabel yaitu nomor 4, 5, 6. Indikator 3 yaitu menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang dituju terdapat dalam dua pernyataan Favorabel yaitu nomor 7, 8, 9 dan pernyataan Unfavorabel yaitu nomor 25, 26, 27. Indikator 4 yaitu menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan dituju terdapat dalam dua pernyataan Favorabel yaitu nomor 19, 20, 21 dan pernyataan Unfavorabel yaitu nomor 10, 11, 12. Indikator 5 yaitu menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan terdapat dalam dua pernyataan Favorabel yaitu nomor 29, 29, 30 dan pernyataan Unfavorabel yaitu nomor 22, 23, 24.

Tabel 6. Lembar Kuesioner Kesadaran Siswa akan Nilai Kedisiplinan Setelah Validasi

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya mengerjakan tugas yang diberikan

2 Saat meninggalkan kelas saya meminta ijin kepada guru. 3 Saya berseragam rapi pada saat

upacara dan acara keagamaan 4 Saya mengumpulkan PR dengan

tepat waktu.

5 Saya mengikuti kegiatan pramuka dengan gembira.

(76)

7 Saya berseragam rapi di sekolah

8 Saya menegur teman yang ribut.

9 Saya mengerjakan tugas jika saya diingatkan untuk mengerjakan tugas

10 Saya berbaris saat diminta oleh guru.

11 Saat bertemu saya memberi salam pada guru.

12 Saya hanya datang tepat waktu pada saat diadakan upacara 13 Saya membuang sampah pada

tempatnya.

14 Saya meninggalkan kelas tanpa meminta ijin kepada guru.

15 Setiap hari saya datang tepat waktu .

16 Saya membaca buku pada saat mau ulangan

Gambar

Gambar 1: Pola PPR (Subagya, 2008)
Gambar 2. Diagram penelitian yang relevan
Gambar 3. Siklus PTK Kemmis dan Taggart (dalam Sumini, 2010)
Tabel 1. Indikator Keberhasilan Siswa dalam Kesadaran akan Nilai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Praktik mengajar yang dilakukan oleh praktikan ini adalah praktik mengajar terbimbing. Praktik mengajar terbimbing yaitu praktikan melakukan proses belajar mengajar di

a. Penyusun kebijakan Pemerintah Daerah. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah

Penelitian ini diharapakan dapat membantu pengelola wisata yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk membuat pedoman dan

Sistem infomasi akuntansi yang terkait dengan siklus pendapatan, siklus pengeluaran, dan siklus penggajian merupakan aktivitas bisnis utama perusahaan untuk dapat

(Gambar 9) Rendahnya elevasi mercu sungai terutama pada bagian sebelah kiri menyebabkan aliran melimpas ke daerah sebelah kiri sungai yang merupakan dataran rendah. Ketinggian

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT hanya karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Status oral higiene dan kebutuhan

ANALISIS PERBEDAAN NILAI INTRINSIK SAHAM DAN HARGA PASAR SAHAM BERDASARKAN PENDEKATAN ANALISA FUNDAMENTAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA

Arsenal, Everton dan Tottenham Hotspurs terdapat hubungan yang signifikan.. Artinya semakin baik peringkat yang diperoleh mendorong