• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MACAM- MACAM TUSUK HIAS BAGI SISWA KELAS X SMKN I PANDAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MACAM- MACAM TUSUK HIAS BAGI SISWA KELAS X SMKN I PANDAK."

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MACAM- MACAM TUSUK HIAS BAGI

SISWA KELAS X SMKN I PANDAK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

Arum Windani NIM. 08513241027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan yang

ada pada diri suatu kaum sehingga mereka mengubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(Ar

Ra`d : 11)

Allah tidak membebani sesorang melainkan dengan

kesanggupannya

( QS, AL Baqarah, 286)

“Perubahan adalah hasil akhir dari semua proses belajar

yang sesungguhnya.”

(Leo Buscagila)

“Seseorang akan pesimistis karena kecerdsan, tapi akan

optimis karena kemauan”

(6)

vi

Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan

menyentuh hati anda

(Heather Preyor)

Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu,

mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan

saat rezeki melimpah

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan

karunia sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini

Karya ini kepersembahkan untuk:

Allah SWT, semoga karya ini adalah salah satu wujud ibadah kepada Mu

Hanya Engkau yang kami sembah, dan hanya Engkaulah kami meminta

pertolongan

Ibu dan bapak tersayang

Terima lasih untuk semua pengorbanan, doa dan kasih sayang yang tiada

henti, semoga senantiasa diberi kesehatan oleh Allah SWT.

Adik ku Anggit Santoso dan Ayu Windani yang aku sayangi, terima

kasih atas dukungannya....berjuanglah pasti esok kan lebih baik !!

Sahabat- sahabat ku : Ika, Ririn, Miftah, Marisa, dan teman-teman

lainya, yangselalu memberikan semangat dan motivasi.

Terimakasih atas kebersamaannya.

(8)

viii

Abstrak

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MACAM- MACAM TUSUK HIAS BAGI SISWA KELAS X SMKN I PANDAK

Oleh Arum Windani Nim. 08513241027

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menghasilkan modul pembelajaran macam-macam tusuk hias sebagai media pembelajarn bagi siswa kelas X SMKN 1 Pandak; 2) Mengetahui kelayakan modul pembelajaran macam-macam tusuk sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X SMKN 1 Pandak.

Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D)

dengan prosedur penelitian menggunakan model pengembangan modifikasi

ADDIE model dan I Wayan Santyasa dengan tahapan yang dilakukan meliputi tahap analisis (analysis), tahap desain modul (design) dan tahap pengembangan (development). Kelayakan modul macam-macam tusuk hias ditinjau dari validasi 3 ahli media dan 3 ahli materi. Uji kelayakan keterbacaan modul oleh siswa dilakukan pada uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil bertujuan untuk mengetahui hasil kepahaman siswa secara terbatas berupa saran dan komentar kemudian dianalisi dan direvisi, uji coba kelompok kecil dilakukan sebanyak 5 siswa dipilih secara simple random sampling, selanjutnya dilakukan uji coba lapangan sebanyak 32 siswa yang kemudian dianalisis dan menjadi hasil akhir produk modul sebagai media pembelajaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan modul macam-macam tusuk hias bagi siswa kelas X SMKN 1 Pandak berhasil dilakukan melalui penelitian dan pengembangan modul pembelajaran sesuai dengan karakteristik dan kaidah penulisan modul yang meliputi judul, kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, evaluasi, kunci jawaban dan daftar pustaka. Hasil validasi modul yang dilakukan oleh 3 ahli media menyatakan “layak”

dengan skor rerata 24 dan 3 ahli materi menyatakan “layak” dengan skor rerata

18,7. Kelayakan modul dari uji coba keterbacaan dan pemahaman isi modul oleh siswa sebanyak 32, menunjukkan hasil prosentase 54,1% dalam kategori baik yang artinya siswa mudah memahami materi, memahami bahasa yang digunakan pada modul, dan tertarik dengan tampilan modul. Berdasarkan hasil dari validasi modul para ahli dan hasil dari uji coba siswa dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran macam-macam tusuk hias bagi siswa kelas X SMKN 1 Pandak

dapat dinyatakan “layak dan baik” sebagai media pembelajaran siswa.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat Hidayah dan KaruniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “ Pengembangan Modul

Macam- macam Tususk Hias pada Mata Pelajaran Menghias Busana bagi Siswa Kelas X SMKN I Pandak”

Dalam penulisan laporan tugas akhir skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan serta saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dr. Moch. Bruri Triyono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Noor Fitrihana, M.Eng, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Kapti Asiatun, M.Pd, selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Teknik Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Sri Widarwati, M.Pd, selaku Koordinator Percepatan Skripsi Pendidikan Teknik Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

(10)

x

7. Enny Zuhni Khayati, M.Kes, selaku Dosen Penguji Tugas Skripsi yang telah memberikan bimbingannya.

8. Para Dosen, Teknisi dan Staf Jurusan Pendidikan Teknik Busana yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuannya selama ini sehingga dapat terselesaikannya Tugas Ahkir Skripsi ini.

9. Ir. Retno Yuniar Dwi Aryani, selaku Kepala Sekolah SMKN I Pandak beserta guru, karyawan dan siswa yang telah berpartisipsi dalam penelitian ini

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu selama pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan skipsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, ketidaksempurnaan dan kesalahan dalam penulisan laporan ini, maka kritik dan saran akan penulis terima dengan senang hati dan dengan hati terbuka untuk kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

Yogyakarta, 21 September 2012 Penulis

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

BAB 11 LANDASAN TEORI... 10

A. Kajian Teori... 10

1. Pembelajaran... ... 10

a. Pengertian Pembelajaran... 10

b. Komponen-Komponen Pembelajaran... 11

2. Media Pembelajaran... 16

a. Pengertian Media Pembelajaran... 16

b. Jenis Media Pembelajaran... 18

c. Fungsi dan Manfaat... 20

3. Modul ... 22

a. Pengertian Modul ... 22

b. Peranan Modul Pembelajaran... 24

c. Karakteristik Modul... 25

d. Penulisan Modul... 27

e. Elemen Mutu Modul... 29

f. Fungsi dan Manfaat Modul... 31

4. Mata Pelajaran Membuat Hiasan pada Busana ... 32

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... xiii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Batasan Masalah dan Fokus Peneliti... 6

D. Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan... 7

G. Manfaat Penelitian... 7

(12)

xii

a. Pengertian Menghias Busana ... 33

b. Pengertian Macam-macam Tusuk hias... 34

c. Karakteristik Pembelajaran Menghias Busana pada Sub Materi Macam-macam Tusuk Hias... 35 B. Kajian Penelitian... 37

C. Kerangka Berfikir... 39

D. Pertanyaan Penelitian... 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Model Pengembangan... 42

B. Prosedur Pengembangan... 44

1. Analysis (Analisa)... 51

2. Design (Desain)... 52

3. Development (Pengembangan... 54

C. Uji Coba Produk ... 57

1. Desain Uji Coba Produk ... 57

2. Subyek Uji Coba... 59

3. Jenis Data... 60

4. Tempat dan Waktu... 60

5. Instrumen Pengumpul Data... 61

6. Validitas dan Reliabilitas... 67

7. Teknis Analisis Data ... 72

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 77

A. Profil Sekolah... 77

B. Hasil Penelitian ... 78

1. Pengembangan Modul Macam-macam Tusuk Hias bagi siswa kelas X SMK N 1 Pandak... 78

a. Analisis Kebutuhan ... 78

b. Desain Produk ... 80

c. Pengembangan Produk... 81

2. Kelayakan Modul Pengembangan Macam-macam Tusuk Hias bagi siswa kelas X SMK N1 Pandak... 91

a. Ahli Materi... 91

b. Ahli Media... 93

c. Uji Coba Kelompok Kecil/ Terbatas... 94

d. Uji Coba Lapangan ... 98

C. Pembahasan ... 101

1. Pengembangan Modul Pembelajaran Macam-macam Tusuk Hias bagi Siswa Kelas X SMK N1Pandak... 101

2. Kelayakan Modul Pembelajaran Macam-macam Tususk Hias bagi Siswa Kelas X SMKN 1 Pandak... 103

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 106

A. Kesimpulan... 106

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA... 108

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 01. Kajian Penelitian yang Relavan... 39

02 Kategori Bobot Nilai dengan Skala Guttman... 62

Tabel 03. Kategori Bobot Nilai dengan Skala Likert... 63

Tabel 04. Instrumen Pengumpul Data ... 64

Tabel 05. Kisi-Kisi Instrumen Ahli Media... 65

Tabel 06. Kisi-Kisi Instrumen Ahli Materi... 66

Tabel 07. Kisi-Kisi Instrumen Angket untuk Siswa... 67

Tabel 08. Pedoman Insterpretasi Koofesian Alpha Cronbach... 72

Tabel 09. Kategori Sikap/Minat Siswa... 74

Tabel 10. Interpretasi Kategori Penilaian Siswa... 74

Tabel 11. Kriteria Kelayakan Modul untuk Para Ahli... 75

Tabel 12. Interpretasi Kategori Penilaian Kelayakan Modul Para Ahli... 76

Tabel 13. Revisi dari Ahli Materi ... 92

Tabel 14. Kriteria Kelayakan Modul Pembelajaran Ditinjau dari Ahli Materi... 93

Tabel 15. Revisi dari Ahli Media... 93

Tabel 16. Kriteria Kelayakan Modul Pembelajaran Ditinjau dari Ahli Media ... 94

Tabel 17. Saran dari Siswa... 95

Tabel 18. Hasil Penilaian Aspek Kemenarikan Modul... 95

Tabel 19. Hasil Penilaian Isi Materi Modul ... 96

Tabel 20. Hasil Penilaian Manfaat Modul... 96

Tabel 21. Penilaian Modul Uji Coba Kelompok Kecil secara Keseluruhan... 97

Tabel 22. Hasil Penilaian Aspek Kemenarikan Modul... 98

Tabel 23. Hasil Penilaian dari Isi Materi Modul... 99

Tabel 24. Hasil Penilaian dari Manfaat Modul ... 99

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 01. Alur Kerangka Berfikir... 41 Gambar 02 Konsep Design ADDIE... 45 Gambar 03. Prosedur Pengembangan Modul I Wayan

Santyasa... 47 Gambar 04. Prosedur Pengembangan Modul Pembelajaran

Macam-Macam Tusuk Hias Modifikasi ADDIE model dan I Wayan Santysa... 50 Gambar 05. Gambar Diagram Penilaian Keseluruhan Kelayakan Modul

Uji Coba Kelompok Kecil... 97 Gambar 06. Gambar Diagram Penilaian Keseluruhan Kelayakan Modul

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian... 112

Lampiran 2. Hasil Analisis Data dan Statistik... 162

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian ... 184

(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

1

BAB1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional. Menurut UU RI No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, salah satu pendidikan menengah ialah Sekolah Menengah Kejuruhan (SMK)

sesuai dengan pasal 15 menjelaskan bahwa “Pendidikan kejuruhan

merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta diklat

terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. SMK merupakan salah satu

lembaga pendidikan formal yang bertujuan memenuhi dan menyiapkan tenaga kerja dengan memiliki kualitas baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan kejuruhan yang dibutuhkan untuk menempati posisi atau jabatan dalam pekerjaan. SMK diharapkan melaksanakan proses belajar mengajar yang dapat memberikan bekal kemampuan yang menjadi syarat untuk memasuki dunia kerja.

(21)

2

keterampilan untuk hidup mandiri. Sesuai dengan tujuan dari pendidikan SMK, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang berorientasi pada serangkaian pengalaman belajar yang harus dicapai siswa dengan menguasai pembelajaran tuntas (mastery learning) yaitu dengan menguasai sikap (attitude), menguasai ilmu pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) sehingga dalam kegiatan pembelajaran diperlukan tingkat ketercapaian disetiap kompetensi dasar untuk melanjutkan kompetensi selanjutnya.

(22)

3

Kurangnya proses pencapaian pembelajaran tersebut menjadi suatu kendala yang dapat diatasi dengan mengembangkan media pembelajaran salah satunya ialah tersedianya media cetak yang berkualitas berupa modul. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar terencana serta didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul juga berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing. Demikian halnya pada materi macam-macam tusuk hias juga memerlukan media pembelajaran yang tepat, mampu mempermudah siswa menguasai materi tersebut.

Materi macam-macam tusuk hias dalam kurikulum, merupakan sub materi pelajaran menghias busana yang diajarkan di SMK Jurusan Busana butik, bertujuan mengajarkan keterampilan dengan tujuan mengembangkan sikap produktif dan mandiri pada siswa dengan memberikan materi berupa teori- teori pendukung dan praktik. Materi untuk kelas X adalah mempelajari macam-macam tusuk hias, dan materi kelas XI adalah menyulam dan membordir.

(23)

4

harus dikuasai siswa agar dapat melanjutkan ke materi selanjutnya. Pada proses pembelajaran berlangsung guru hanya menyampaikan beberapa materi saja yang disampaikan dan dipraktikkan di kelas karena faktor terbatasnya waktu serta tidak didukung dengan tersedianya media pembelajaran. Terbatasnya waktu disebabkan adaya perubahan waktu dalam proses pembelajaran yang berubah dari 4 jam menjadi 3 jam setiap pertemuannya. Faktor tersebut menyebabkan siswa sulit untuk menguasai materi macam-macam tusuk hias karena materi yang cukup banyak dan sulit untuk dihafalkan satu persatu, serta tidak didukung dengan tersedianya media pembelajaran sebagai acuan dan pegangan belajar siswa.

(24)

5

mandiri; dan 4) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera baik siswa maupun guru.

Materi macam-macam tusuk hias bagi siswa kelas X memerlukan modul pembelajaran sebagai media yang dapat digunakan sebagai panduan belajar siswa. Melalui modul ini diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri lebih semangat dan tuntas kerena modul memberikan materi yang dijelaskan secara sistematis, runtut, dilengkapi gambar langkah- langkah pembuatan macam-macam tusuk hias, bahasa sederhana, dan evaluasi sehingga siswa dapat mengulang bagian materi yang penting untuk dipelajari lagi. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis melakukan penelitian

yaitu berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Macam-Macam Tusuk

Hias Pada Mata Pelajaran Menghias Busana bagi Siswa Kelas X SMK N

1Pandak “, dengan tujuan agar dapat digunakan sebagai media pembelajaran

yang layak bagi siswa kelas X SMK N 1 Pandak.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah-masalah yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Keterbatasan media pembelajaran yang digunakan disekolah dalam proses belajar mengajar membuat macam-macam tusuk hias

2. Terbatasnya waktu disebabkan adaya perubahan waktu dalam proses pembelajaran, dari 4 jam menjadi 3 jam setiap pertemuannya

(25)

6

4. Pemahaman belajar siswa terhadap materi macam-macam tusuk hias bagi siswa kelas X masih kurang.

C. Batasan Masalah dan Fokus Peneliti

Berdasarkan identifikasi masalah di atas mengingat banyak ditemukan masalah yang terkait, namun agar penelitian ini lebih fokus dan mendalam maka perlu adaya pembatasan masalah sehingga tidak semua permasalahan tersebut diangkat dalam penelitian ini. Oleh karena itu permasalahan dibatasi hanya pada pengembangan modul dengan sub materi macam- macam tusuk hias yang akan dikembangkan sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X SMKN 1 Pandak. ADDIE model (analisys, design, development, implementation and evaluation) yang digunakan pada prosedur pengembangan hanya sampai pada tahap pengembangan/ development,

karena masih terbatas untuk digunakan di SMKN 1 Pandak .

D. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimanakah menghasilkan modul pembelajaran macam-macam tusuk hias sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X SMKN I Pandak ?

(26)

7 E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui cara menghasilkan modul macam- macam tusuk hias sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X SMKN 1 Pandak. 2. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran macam-macm tusuk hias

sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X SMK N 1 Pandak.

F. Spesifikasi Produk yang akan dikembangkan

Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah modul pembelajaran macam- macam tusuk hias berbentuk media cetak yang dibuat menarik supaya mendorong minat belajar siswa membuat macam-macam tusuk hias. Modul dibuat dengan tampilan cover/ sampul yang diberi ilustrasi gambar dan warna yang menarik, isi modul disusun secara sistematik, runtut dan jelas, serta bahasa yang sederhana mudah dipahami.

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai:

a. Mengembangkan ilmu yang telah dipelajari dengan mengemas dalam suatu media pembelajaran sesuai kriteria yang ditentukan b. Menumbuhkan suatu sikap kepada mahasiswa untuk berfikir

(27)

8

implementasi ilmu pengetahuan terutama pada bidang kependidikan.

c. Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam meningkatkan kompetensi macam-macam tusuk hias

2. Bagi guru atau pendidik:

a. Menambah alternatif media pembelajaran yang digunakan guru. b. Meningkatkan pembelajaran yang lebih baik dan mengoptimalkan

potensi keterampilan siswa mempelajari macam-macam tusuk hias. 3. Bagi siswa:

a. Mempermudah siswa dalam belajar membuat macam-macam tusuk hias

b. Membantu siswa belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan belajar masing masing

c. Meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang akademik dan praktik. Bidang praktik yaitu meningkatkan kemampuan siswa memahami pengertian macam-macam tusuk hias, dan bidang praktik siswa mampu membuat macam-macam tusuk hias.

4. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta,

Menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat selama kuliah, dan mengaplikasikannya sebagai bahan penelitian

H. Asumsi dan keterbatasan Pengembangan

(28)

9

keterbatasan pengembangan penelitian dengan asumsi dan keterbatasan penelitian yang dipaparkan ini dapat digunakan sebagai acuan belajar bagi peneliti selanjutnya untuk memperbaiki dan mengembangkan penelitian ini. Asumsi dalam penelitian pengembangan modul pembelajaran macam- macam tusuk hias adalah

1. Modul ini dapat dipergunakan disekolah sebagai salah satu media belajar siswa pada materi macam-macam tusuk hias.

2. Modul pembelajaran macam macam tusuk hias dikembangkan sebagai media pembelajaran yang disusun secara menarik isi materi, metode praktis, mudah dipelajari, karena dilengkapi dengan gambar - gambar dan sistematikanya dibuat secara runtut dengan bahasa yang sederhana jelas dan evaluasi secara mandiri.

(29)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Menurut Suprihadi Saputro (2000:1-2) pembelajaran merupakan istilah dari kata pengajaran yang berkaitan dengan hal mengajar. Pembelajaran didefenisikan sebagai kegiatan guru yang mendorong terjadinya aktifitas belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran mempunyai kesamaan arti dengan pengajaran. Pengajaran memberikan kesan sebagai pekerjaan satu pihak yaitu guru, sedangkan pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa agar terjadi proses pemerolehan, penguasaan, dan pembentukan pada siswa yaitu menguasai isi pelajaran (kognitif), perubahan sikap (afektif) dan sikap keterampilan (psikomotorik).

(http//id.wikimedia.org//wiki//pembelajaran).

(30)

11

dengan prosedur pengajaran yang ditentukan; dan 6) sesuai dengan media pengajaran yang tersedia.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi dengan sumber belajar pada lingkungan belajar, baik antara siswa dengan guru, materi, media, metoda untuk mencapai tujuan belajar yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang ada pada siswa. Materi pembelajaran harus 1) relevan dengan isi pembelajaran; 2) tingkat kesukaran; 3) dapat memotivasi; 4) mampu mengaktifkan kegiatan dan pikiran siswa; 5) sesuai dengan isi prosedur pengajaran yang ditentukan; dan 6) sesuai dengan media pembelajaran yang tersedia.

b. Komponen- Komponen Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu pendekatan mengajar yang mempunyai hubungan antara komponen-komponen yang

membentuk kesatuan untuk mencapai tujuan. Menurut Nur’aini

(31)

12 1) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan perubahan tingkah laku siswa yang diharapkan setelah menyelesaikan pengalaman belajar dalam proses pembelajaran. Menurut Bloom (dalam

Nur’aini, 2008:7) Tujuan pembelajaran dirumuskan oleh guru

yang mencangkup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Aspek kognitif meliputi pengenalan, pengetahuan, pemahaman analisa, sintesa, dan evaluasi. Aspek afektif meliputi sikap, perasaaan, emosi, dan karakteristik moral yang merupakan aspek psikologis siswa. Sedangkan aspek psikomotorik adalah penguasaan keterampilan yang didukung oleh anggota badan meliputi kesiapan, mekanisme, imitasi, keterampilan dan adaptasi.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran merupakan komponen yang harus diterapkan dalam proses pengajaran sehingga dapat merumuskan tingkah laku dan kemampuan yang harus capai dan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman kegiatan belajar.

2) Siswa

(32)

13

pembelajaran tidak akan berlangsung. Agar kebutuhan siswa dapat tercapai maka guru harus mengenal karakteristik siswa agar mudah dalam membimbing, membantu pertumbuhan, dan perkembangan siswa secara efektif.

Menurut Nana Sudjana (1995:60) keterlaksanaan proses belajar mengajar oleh siswa dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:

a) Siswa dapat memahami dan mengikuti petunjuk guru b) Seluruh siswa turut serta dalam kegiatan belajar

mengajar

c) Tugas-tugas belajar dan praktik dapat terselesaikan sebagaimana mestinya

d) Dapat memanfaatkan fasilitas belajar yang disediakan e) Dapat menguasai tujuan-tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan oleh guru.

(33)

14 3) Guru

Pada proses pembelajaran guru ikut berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial, oleh karena itu guru dituntut dapat berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. Menurut (Soetomo, 1993:17) dalam proses pelaksanaan pembelajaran disekolah guru mempunyai empat peranan utama yakni guru sebagai pendidik, guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing dan sebagai administrator. Peran-peran tersebut sangat mempengaruhi proses pembelajaran dalam membimbing siswa untuk mencapai tujuan keberhasilan siswa dengan perubahan tingkah laku sebagai wujud hasil belajar.

4) Materi/ bahan pembelajaran

Materi pelajaran menurut Nana Sudjana (1995:67) merupakan isi materi yang diberikan kepada siswa saat proses belajar mengajar, sehingga guru harus dapat memilih mengembangkan, mengorganisir materi yang akan disampaikan agar materi tersebut dapat diterima dan dipelajari sesuai dengan tujuan atau kemampuan yang diharapkan.

5) Metode pembelajaran

Menurut (Nur’aini, 1998:31) metode pembelajaran

(34)

15

metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam menyediakan hubungan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dikemukakan, bahwa metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang telah direncanakan guru untuk mencapai tujuan. Penggunaan metode dalam proses pembelajaran akan mempermudah terjadi interaksi secara sistematis, sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan efisien.

6) Media pembelajaran

Menurut Benny A. Pribadi (2009:46) Media adalah sarana pembelajaran yang dapat digunakan untuk fasilitas aktivitas belajar siswa sehingga mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efektif, efisisen dan menarik. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2003:12) media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah.

(35)

16

dapat diterima oleh siswa secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

7) Evaluasi

Menurut Oemar Hamalik (2003:63) evaluasi merupakan aspek penting dalam proses belajar mengajar yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan instruksional telah tercapai. Menurut Benny A. Pribadi (2009:48) evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi evaluasi hasil belajar dan evaluasi program pembelajaran, yang keduanya memegang peranan penting dalam implementasi sistem pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan sebuah sistem pembelajaran dapat tercapai.

Dengan demikian evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan penilaian untuk mengukur dan menilai sejauh mana tujuan pembelajaran dan tingkat keberhasilan belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran.

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

(36)

17

untuk menyampaikan pesan atau informasi. Pendapat lain menurut Arif Sadiman, (2002:6) media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim pesan ke penerima yaitu guru ke siswa, sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar terjadi.

Media pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2006:17) ialah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran meliputi perangkat keras (hardware) alat penyampain pesan seperti radio, televisi, overhead projector dan perangkat lunak (softwear) isi program yang mendukung pesan ,seperti informasi yang terdapat pada transparasi atau bahan-bahan cetak lainnya. Pendapat lain menurut Oemar Hamalik (2003: 12) media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yang berfungsi sebagai sarana menyampaikan pesan atau materi sehingga lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

(37)

18 b. Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran diklasifikasikan menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana, (2008:13) dibagi menjadi 7 macam yaitu:

1. Media Grafis, Bahan Cetak dan Gambar Diam

a) Media Grafis, yaitu: media visual yang menyajikan fakta, gagasan, melalui kata-kata, kalimat, angka dan simbol/ gambar, seperti grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flanel dan bulletin board

b) Media Bahan Cetak, yaitu: media yang pembuatannya melalui pencetak/ printing atau offside. Jenis media ini adalah: buku teks, modul, dan bahan pengajaran terprogram

c) Media Gambar Diam, yaitu media visual yang berupa gambar yang dihasilkan dari proses fotografi hasilnya berupa foto

2. Media Proyeksi Diam

(38)

19

b) Media Opaque Projektor (Media yang Tidak Tembus Pandang), yaitu: media yang digunakan untuk memproyeksikan bahan atau benda seperti buku, foto, model 2D atau 3D.

c) Media Slide atau film bingkai adalah media visual yang diproyeksikan dengan alat proyektoe slide.

d) Media Film Strip (film rangkai/ gelang) adalah media visual proyeksi diam, yang pada dasarnya sama dengan

slide namun terdiri dari beberapa film yang disusun menjadi satu kesatuan.

3. Media Audio

Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima indera pendengaran. Pesan atau informasi yang disampaiakan berupa kata-kata, musik dan sound effect. Jenis media audio seperti: radio, alat perekam pita magnetik/ kaset radio.

4. Media Audio Visual Diam, yaitu: media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indra pendengaran dan penglihatan. Jenis media ini adalah slide bersuara, film strip bersuara dan halaman bersuara.

(39)

20

6. Televisi, yaitu media yang mampu menampilkan pesan secara audiovisual dan gerak. Jenis media televisi yaitu media televisi terbuka, siaran terbatas dan media video cassette recorder.

7. Multimedia, merupakan suatu sistem penyampaian menggunakan berbagai macam jenis media yang membentuk menjadi suatu unit.

c. Fungsi dan manfaat media pembelajaran

Menurut Arief Sadiman (2010: 18), media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata, tertulis atau lisan belaka). 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera

3. Penggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk: a) Menimbulkan kegairahan belajar; b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

(40)

21

Manfaat dari media pembelajaran juga disampaikan menurut pendapat Sudjana dan Ahmad Rivai (2010:2) yang menyebutkan bahwa media pembelajaran bermanfaat agar: 1) pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar; 2) materi pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh siswa; 3) metode mengajar menjadi lebih variatif sehingga dapat mengurai kebosanan belajar dan; 4) siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar.

Berdasarkan dari pendapat di atas, media pembelajaran sangat dirasakan manfaatnya dalam proses pembelajaran, manfaat secara umum memberikan kemudahan berinteraksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan secara khusus media dapat membantu siswa belajar mengulang materi yang telah diberikan di sekolah karena keterbatasan waktu belajar di sekolah.

(41)

22

lebih menarik karena disertai gambar dan warna; 4) pesan/ informasi dapat dipelajari sesuai dengan kebutuhan dan kecepatan masing-masing. Adapun penjelasan mengenai modul lebih lanjut akan dijelaskan pada sub modul.

3. Modul

a. Pengertian Modul

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul termasuk media pembelajaran yang berbentuk cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri. Seperti yang definiskan Dick & Cary tahun (1985) (dalam Made Wena 2011:231) mengemukakan pengertian modul ditinjau dari warna, wujud, fisik berupa bahan pembelajaran cetak berfungsi sebagai media belajar mandiri dan berisi satu unit materi pembelajaran. Terkait dengan pengembangan bahan ajar, saat ini pengembangan bahan ajar dalam bentuk modul menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Hal ini merupakan konsekuensi diterapkannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) berbasis kompetensi di sekolah.

(42)

23

Wena, 2011: 229) bahwa peningkatan kualitas hasil pembelajaran bisa dilakukan dari berbagai aspek variabel pembelajaran. Variabel pembelajaran yang terkait langsung dengan kualitas pembelajaran adalah tersedianya buku teks yang berkualitas, sehingga dengan tersedianya buku teks berupa modul dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil (output) yang jelas.

Menurut Vembrianto (1975: 20) mendifinisikan modul sebagai suatu paket pengajaran yang memuat suatu unit konsep bahan pelajaran, sehingga dengan menggunakan modul memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pengajaran sebelum dia melanjutkan kepada unit pelajaran berikutnya.

Pendapat lain menurut Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2008:4) mendifinisikan modul sebagai salah satu bentuk bahan ajar yang didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membatu siswa menguasai tujuan belajar. Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing

(43)

24

sebagai sarana belajar siswa yang bersifat mandiri sesuai dengan kecepatan masing- masing.

b. Peranan Modul Pembelajaran

Pembelajaran dengan modul menjadi pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokus pada penguasaan kompetensi dari bahan pelajaran yang dipelajari siswa dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Belajar mandiri merupakan cara belajar yang memberikan kebebasan, tanggung jawab dan kewenangan lebih besar kepada siswa. Siswa mendapatkan bantuan bimbingan dari guru/tutor atau orang lain, tetapi bukan berarti harus bergantung kepada mereka. Menurut I Wayan Santyasa, (2009:11) Pembelajaran menggunakan modul mempunyai keuntungan diantaranya: 1) Meningkatkan motivasi siswa, karena isi materi jelas dan disesuaikan dengan kemampuan siswa; 2) Siswa dapat mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya; 3) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester; 4) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akedemik.

(44)

25

menguasai materi, pesan atau isi materi pada modul disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan masaing-masing serta bentuk modul yang menarik dapat meningkatkan motivasi belajar.

c. Karakteristik Modul

Supaya menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul.

Menurut Vembriarto, (dalam Sungkono, 2003: 8) modul sebagai media utama dalam pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Bersifat self- instructional.

2) Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual. 3) Memuat rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit. 4) Adaya asosiasi, struktur dan urutan pengetahuan. 5) Penggunaan berbagai macam media (multimedia). 6) Partisipasi aktif dari siswa

7) Adaya reinforcement langsung terhadap respon siswa

8) Adaya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajarnya

(45)

26

berguna bagi penyusun (guru) untuk memahami isi pelajaran dan penguna (siswa) agar mampu menguasai materi dan tujuan yang diharapkan dari modul tersebut. Penggunaan modul dapat divariasikan dengan berbagai macam media (multimedia) seperti media radio atau televisi yang disesuaikan dengan karakteristik dan kepekaan siswa terhadap media. Selain itu karakteristik modul memuat adaya reinforcement/ penguatan terhadap respon siswa untuk mendapatkan koreksi langsung pada jawaban yang dilakukan, dan adaya evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi modul yang dipelajari.

Karakteristik modul dijelaskan menurut Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2008: 4-7) terbagi menjadi 5 macam yaitu:

1) Self instruction

2) Self contained

3) Stand Alone (berdiri sendiri

4) Adaptif.

5) User frindely.

(46)

27

bahasa yang sederhana, terdapat rangkuman, dan evaluasi. Karakteristik modul Self Contained yaitu modul berisi satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang utuh, sehingga siswa dapat mempelajari materi secara tuntas. Karakteristik Stand Alone yaitu modul yang dikembangkan tidak harus digunakan secara bersama-sama dengan media lain. Karakter Adaptif yaitu modul pembelajaran mampu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga dapat digunakan sampai kurun waktu tertentu dan modul bersifat User friendly maksudnya modul dapat memberi kemudahan bagi pengguna dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

d. Penulisan Modul

Penulisan modul pembelajar merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh siswa untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penulisan modul dilakukan dengan sistematika modul yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Penulisan modul menurut Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2008: 33) sebagai berikut:

1) Halaman sampul: bagian ini berisi tentang judul modul, gambar ilustrasi, penerbit dan edisi/ tahun terbit.

(47)

28

4) Peta kedudukan modul: diagram yang menunjukkan kedudukan modul dalam keseluruhan program pembelajaran.

5) Golsarium: memuat penjelasan tentang istilah, kata-kata asing atau sulit yang digunakan dan disusun menurut abjad

6) Pendahuluan

a) Standar kompetensi

b) Diskripsi: penjelasan singkat ruang lingkup isi modul, manfaat dan hasil yang akan dicapai.

c) Waktu: jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi

d) Prasyarat: kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajri modul.

e) Petunjuk penggunaan modul f) Tujuan akhir

g) Cek kemampuan

h) Pembelajaran: kegiatan belajar (tujuan, uraian materi, rangkuman, tugas)

(48)

29 e. Elemen Mutu Modul

Menghasilkan Modul pembelajaran yang efektif dan mampu memerankan fungsinya maka perlu dirancang dan dikembangkan dengan mengikuti kaidah dan elemen yang mensyaratkannya. Menurut Depdiknas, (2008:12) Elemen- elemen yang harus dipenuhi antara lain:

1. Format penulisan modul: a) Menggunakan format kolom yang proposional sesuia dengan ukuran kertas yang digunakan; b) format kertas (vertikal atau horisontal) yang tepat dengan memperhatikan tata letak dan format pengetikan; c)Menggunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap dengan tujuan untuk menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda (icon) dapat berupa gambar, cetak tebal, dan cetak miring.

(49)

30

3. Daya tarik modul dapat ditempatkan dibeberapa bagian seperti:a) Bagian sampul (cover) dengan mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi; b) Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna; c) Tugas dan latihan dibuat menarik.

4. Bentuk dan ukuran huruf diantaranya: a) Menggunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan karakteristik siswa; b) Menggunakan perbandingan huruf yang proposional antar judul, sub judul dan isi naskah; dan c) Hindari huruf kapital untuk seluruh teks, karena membuat proses membaca menjadi sulit.

5. Ruang (spasi kosong) merupakan ruang kososng tanpa naskah atau gambar utuh untuk menambah kontras penampilan modul. Spasi kosong berfungsi untuk menambah catatan penting dan memberikan kesempatan jeda kepada siswa.

(50)

31

baik pola pengetikan maupun batas-batas pengetikan; c) Mengunakan jarak spasi yang konsisten antara judul dengan teks utama.

f. Fungsi dan Manfaat Pembuatan modul

(51)

32

menghemat waktu, meningkatkan prestasi dengan adanya evaluasi formatif.

Sedangkan menurut Andi Prastowo (2010:107) modul memiliki fungsi sebagai: 1) bahan ajar mandiri; 2) sebagai pengganti fungsi pendidik; 3) sebagai alat evaluasi dan 4) sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.

Berdasarkan pendapat di atas pembuatan modul mempunyai tujuan dan manfaat diantaranya modul dibuat agar mampu mempermudah siswa menguasai materi karena bahan materi disusun lebih terstruktur, logis, jelas, terdapat evaluasi dan membelajarkan siswa belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing serta tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

4. Mata Pelajaran Membuat Hiasan pada Busana

(52)

33

busana dengan mesin bordir pada kain. Membuat hiasan pada busana diajarkan pada siswa kelas X dan kelas XI, pada kelas X materi yang diajarkan meliputi pengertian menghias busana, macam-macam alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat hiasan dengan tangan serta membuat macam-macam tusuk hias dasar, sedangkan pada kelas XI materi yang diajarkan yaitu tentang macam-macam sulaman dan teknik membuat hiasan dengan mesin bordir.

a. Pengertian Menghias Busana

Menghias dalam Bahasa Inggris berasal dari kata “to

decorat” yang berarti menghias atau memperindah. Menurut Ernawati (2008:384) menghias busana berarti menghias atau memperindah benda yang dipakai untuk dirinya sendiri maupun untuk keperluan rumah tangga. Benda yang dipakai untuk diri sendiri antar lain blus, rok, celana, tas, topi, dan lain lain, sedangkan untuk keperluan rumah tangga diantaranya yaitu taplak meja, bed cover , sarung bantal kursi, dan lain-lain.

Menurut Widijingsih (1982:54) untuk menghias busana dan lenan rumah tangga dilakukan dengan bermacam macam teknik hiasan. Teknik hias yang dimaksud disini adalah teknik menghias kain yang erat hubunganya dengan sulam menyulam.

(53)

34

Embroidery” yang artinya sulaman. Kamus Besar Indonesia

mengartikan sulam atau bordir memiliki pengertian hiasan dari benang yang dijahitkan pada kain. Sedangkan Pengertian menyulam menurut Hamidin (2011:7) adalah menghias kain yang berarti menjahitkan benang secara dekoratif. Pada teknik pengerjaannya sulaman/ embroidery dibagi menjadi 2 macam teknik yaitu bordir dengan tangan atau disebut hand embroidery

dan bordir dengan mesin atau disebut machine embroidery.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut disimpulkan bahwa menghias busana merupakan kegiatan sulam menyulam yang berfungsi untuk memperindah busana dengan menggunakan macam-macam tusuk hias, berbagai macam benang hias serta dapat dikerjakan dengan teknik tangan/ hand embroidery atau dengan mesin/ mechine embroidery. Adapun busana yang dapat dihias dengan hiasan sulaman adalah pakaian, rok, perlengkapan busana dan sebagainya.

b. Pengertian macam- macam tusuk hias

(54)

35

bermacam-macam tusuk hias dan dikerjakan dengan tangan/

Hand embroidery

Macam-macam Tusuk hias dibagi menjadi 2 macam yaitu tusuk hias dasar dan tusuk hias variasi. Tusuk hias dasar adalah tusuk- tusuk hias yang merupakan dasar untuk membuat tusuk hias variasi, sedangkan tusuk hias variasi yaitu tusuk yang berasal dari variasi dasar baik dengan memvariasikan arah, jarak sehingga menghasilkan bermacam-macam tusuk hias dengan gaya berbeda.

c. Karakteristik Pembelajaran Menghias Busana pada Sub Materi Macam-Macam Tusuk Hias

(55)

36

tusuk hias menyajikan materi tentang pengertian menghias busana, macam- macam alat dan bahan yang diperlukan beserta fungsi cara penggunaannya, dan mengidentifikasi macam- macam tusuk hias dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Sedangkan secara praktik materi macam- macam tusuk hias dilakukan dalam bentuk praktik langsung membuat macam- macam tusuk hias dasar yang memerlukan adaya ketekunan, ketelitian, kerapian dan kreatifitas untuk mendapatkan hasil yang baik atau mencapai kriteri ketuntasan minimum (KKM)

Berdasarkan isi materi pada pelajaran menghias busana, siswa harus menguasai sub kompetensi secara tuntas baik itu berupa teori maupun praktik sehingga, nantinya siswa dapat melanjutkan ke sub materi selanjutnya. Dengan dukungan adanya ketersedian sumber belajar berupa modul sebagai media cetak, akan membantu siswa untuk mencapai kompetensi pada pembelajaran menghias busana khususnya pada sub materi macam- macam tusuk hias dasar karena modul disusun secara runtut, sistematis dan menarik sehingga mempermudah siswa memahami dan menguasai materi tersebut.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

(56)

37

1. Maya Sudesi (2009) penelitian tentang efektifitas penggunaan modul dalam mendukung prestasi belajar kompetensi menjahit perca oleh siswa SMK 5 Yogyakarta. Bertujuan mengetahui adaya perbedaan tingkat efektifitas sebelum menggunakan modul dan sesudah menggunakan modul dalam mencapai prestasi belajar kompetensi menjahit perca SMK 5 Yogyakarta. Hasil dari penelitian menunjukan adaya perbedaan tingkat efektifitas sebelum dan sesudah menggunakan modul dalam pencapaian prestasi belajar kompetensi menjahit perca oleh siswa SMK 5 Yogyakarta. Hal ini ditunjukan dari harga Mann-Wthitney U –Test sebesar 82,50 dengan segnifikan sebesar 0,000 dengan mean ranking untuk data sebelum menggunkaan modul sebesar 17,45 dan mean ranking untuk data sesudah menggunakan modul sebesar 39,55. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan modul pada mata diklat menjahit perca di SMK 5 berjalan efektif.

(57)

38

pengembangan memberikan tingkat efektifitas pembelajaran yang lebih tinggi daripada pembelajaran tanpa menggunakan modul pengembangan (t hitung=21,731 > ttabel =1,675; p=0,000 < α=0,05). 3. Nurul Anifah (2011) penelitian ini tentang pengembangan modul

(58)

39 Tabel 1. Kajian penelitian yang relevan

Penelitian Uraian Maya S. (2009) Awaliya (2010) Nurul. A (2011) Peneliti Tujuan Penelitian Mengembangkan media pembelajaran Modul menjahit perca Modul menggambar busana Modul K3 Modul macam-macam tusuk hias Efektivitas modul Jenis penelitian R&D Asosiatif Evaluasi

Variabel Satu

Dua

Lebih dari dua

Analisis data

Diskriptif T- test Uji hipotesis

Berdasarkan dari beberapa penelitian terdahulu yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan modul dapat memberi dampak efektif bagi penggunanya yaitu siswa dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan penelitian yang akan dikembangkan, maka dapat diketahui bahwbelum adanya modul yang membahas tentang materi macam-macam tusuk hias sehingga pada penelitian ini peneliti mengembangkan modul macam-macam tusuk hias sesuai dengan permasalahan yang ada .

C. Kerangka Berfikir

(59)

40

dihafalkan langkah-langkah pembuatannya. Keterbatasan waktu dalam proses belajar membuat materi yang disampaikan tidak maksimal, hal tersebut juga tidak didorong dengan ketersediaan fasilitas media pembelajaran sebagai pegangan belajar siswa.

Berdasarkan kajian pustaka yang sudah dipaparkan sebelumnya dapat diketahui bahwa untuk memudahkan siswa dalam menguasai materi dan meningkatkan kualitas belajar, dapat dilakukan dengan melengkapi media pembelajaran yaitu berupa modul yang baik dan teruji. Modul sebagai alat atau sarana pembelajaran berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi dirancang secara sitematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Modul merupakan bahan belajar mandiri, sehingga siswa dapat belajar dengan modul tanpa berhubungan langsung dengan pengajar. Modul sebagai media pembelajaran memiliki tujuan yaitu memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak bersifat verbal, mengatasi keterbatasan waktu, ruang, daya indera baik guru maupun siswa dan modul dapat digunakan secara tepat dan variasi. Modul pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting karena pembelajaran menggunakan modul diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan gairah dalam belajar, dengan modul siswa juga dapat belajar mandiri sesuai dengan kemampuannya.

(60)

41

berupa modul macam-macam tusuk hias yang dibuat secara sistematis dan menarik sebagai media pembelajaran siswa yang sebelumnya belum tersedia di sekolah. Berikut alur kerangka berfikir peneliti disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur kerangka berfikir

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan batasan masalah dan rumusan masalah serta uraian yang telah dipaparkan diatas maka didapatkan beberapa pertanyaan penelitian yaitu

1. Bagaimana cara menghasilkan modul pembelajaran macam -macam tusuk hias sebagai media pembelajaran bagi siswa kelas X SMKN 1 Pandak?

2. Bagaimana kelayakan modul pembelajaran macam- macam tusuk hias yang dikembangkan ?

Permasalahan adalah siswa kurang mandiri, masih kesulitan untuk menguasai materi, dan belum adaya media pembelajaran berupa modul

Mengkaji tentang teori modul

Perlunya Pengembangan modul sebagai media pembelajaran

Dilakukan penelitian dan pengembangan modul

Modul dapat dinyatakan layak dan baik

(61)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Penelitian yang dilaksanakan merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau disebut Research and Development (R&D). Menurut (Sugiyono, 2010 :407) penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Brog and Gall (1983:772) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai Educational Research and development (R&D) is a process used to develop and validate educational products, yang mengandung arti bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan melakukan validasi produk-produk bidang pendidikan.

Pendapat lain menurut Anik Gufron (2007: 6) bahwa penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: pertama bersifat research based development, artinya pengembangan produk pendidikan dan pembelajaran ditempuh melalui penelitian. Kedua, berorientasi pada produk dan bukan menguji teori. Ketiga, hasil pengembangan dipakai untuk kepentingan peningkatan, pengembangan mutu pendidikan dan pembelajaran yang lebih baik.

(62)

43

proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk. Kegiatan research atau penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan pengguna (need assessment). Sedangkan kegiatan

development mengacu pada produk yang dihasilkan dalam penelitian yaitu pengembangan modul pembelajaran dengan tahap validasi ahli dan uji coba.

Model pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan terdiri dari beberapa macam model seperti: Model Dick and Cary, Model 4 D, model ADDIE, dan lain-lain. Diantara macam-macam model tersebut, model yang efektif digunakan untuk mengembangkan produk pendidikan atau sumber belajar yaitu model ADDIE.

Model pengembangan ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Dilevery and Evaluation yang dikembangkan oleh Dick and Carry tahun (1996) (dalam Endang Mulyatingsih 2011:184). Pada pertengahan awal tahun 1990 model

ADDIE telah dikembangkan oleh Reiser dan Molenda, yang salah satu fungsi

ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri. (http// download addei/metode- penelitian- researc- and-html)

(63)

44

pengujian dan revisi sehingga produk yang dikembangkan telah memenuhi kriteria produk yang baik dan teruji.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan produk yang digunakan untuk mengembangkan produk penelitian berupa modul pembelajaran, peneliti melakukan modifikasi antara prosedur pengembangan modul I Wayan Santyasa dan ADDIE Model. Prosedur pengembangan disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengembangkan bahan ajar berupa modul pembelajaran macam- macam tusuk hias bagi siswa kelas X, sebagai salah satu media pembelajaran siswa yang efektif dan efisien. Prosedur pengembangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. ADDIE Model

Merupakan salah satu model penelitian pengembangan yang terdiri dari langkah-langkah: Analysis, Design, Development, Evaluation, Implementation. Berikut dijelaskan tahapan pengembangan model ADDIE. Menurut Robert Maribe Branch (2009:1):

creating products using an ADDIE process remain one of the today’s most effective tools. Because ADDIE is merely process that serves as a guiding framework for complex situation, ti is appropriate for developing educational produk and other learning resources”

yang mengandung arti menciptakan produk menggunakan proses

(64)

45

[image:64.595.148.501.181.352.2]

situasi yang kompleks, yaitu tepat untuk mengembangkan produk pendidikan dan sumber belajar lainnya. Berikut desain ADDIE, disajikan pada Gambar 1.

Gambar 2. Konsep design ADDIE

(R M Branc. Intructional design:The ADDIE Aproac 2009:2)

(65)

46

penerapan kemudian dilakukan evaluasi awal untuk memberi umpan balik dan tahap kelima yaitu tahap Evaluasi/ Umpan balik (Evaluation) merupakan kegiatan yang dilakukan dalam dua bentuk yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan pada setiap akhir tatap muka (mingguan) sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan (semester). Hasil evaluasi tersebut digunakan untuk mengetahui hasil dari diterapkannya produk dalam proses pembelajaran pada siswa.

2. Prosedur Pengembangan Modul I Wayan Santyasa

(66)
[image:66.595.123.522.87.686.2]

47

(67)

48

(68)

49

validasi para ahli (ahli media dan ahli materi) kemudian dianalisis dan direvisi sesuai saran dan dilakukan uji coba yaitu uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan sampai menjadi produk akhir berupa modul pembelajaran yang siap digunakan.

Berdasarkan beberapa tahap prosedur pengembangan yang telah dikemukakan, selanjutnya prosedur tersebut dimodifikasi dan digunakan untuk melakukan penelitian pengembangan ini yaitu berupa modul pembelajaran macam-macam tusuk hias. Pada prosedur pengembangan

(69)
[image:69.595.113.508.86.684.2]

50

(70)

51

Penjelasan dari Gambar 4. Prosedur pengembangan modul pembelajaran macam-macam tusuk hias modifikasi ADDIE model dan I Wayan Santyasa dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Analysis (Analisa)

Tahap analisa merupakan kegiatan menganalisis tentang perlunya pengembangan produk dari masalah-masalah yang ada atau ditemui di lapangan yaitu perlunya pengembangan modul macam-macam tusuk hias bagi siswa kelas X SMKN I Pandak. Kegiatan analisis yang dilakukan adalah mengkaji kurikulum dan mengidentifikasi kebutuhan.

Mengkaji kurikulum yaitu kegiatan menganalisis dengan mempelajari kurikulum dan silabus di SMKN I Pandak, sehingga hasil modul pembelajaran tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran. Selain kegiatan mengkaji kurikulum, kegiatan juga dilakukan dengan mencari informasi yang berkaitan dengan karakteristik materi macam-macam tusuk hias, serta alokasi waktu yang tersedia pada proses pembelajaran tersebut.

(71)

52

belum tersedia media pembelajaran berupa modul pelengkap bagi siswa kelas X SMKN I Pandak. Pada proses pembelajaran guru masih terbatas fasilitas media yang digunakan, dan terbatasnya waktu yang disediakan sehingga penyampaian materi tidak maksimal. Hal tersebut berpengaruh pada siswa yang menyebabkan siswa kesulitan untuk menguasai materi macam-macam tusuk hias.

Berdasarkan hasil kegiatan analisa tersebut dapat dihasilkan produk modul pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan serta mengetahui produk yang dikembangkan dapat diterima atau ditolak oleh subyek. Selanjutnya setelah dilakukan analisis maka dilanjutkan dengan kajian literatur untuk mengumpulkan referensi pada buku-buku panduan yang relevan sesuai materi macam-macam tusuk hias dan referensi dari jurnal ataupun internet, sebagai panduan pelengkap penulisan isi modul.

2. Tahap Design ( Desain)

(72)

53

Susunan penulisan modul mengikuti tahapan kaidah penulisan dan elemen-elemen modul diantaranya: Format modul, organisasi modul, daya tarik modul, ukuran huruf, dan spasi kosong. Penjelasan dari elemen-elemen modul dapat ditinjau kembali pada Bab II tentang Modul.

(73)

54

3. Tahap Development (Pengembangan)

Tahap Pengembangan merupakan kegiatan realisasi rancangan produk yang siap menjadi produk akhir dan dapat digunakan oleh siswa. Langkah-langkah pengembangan modul pembelajaran macam- macam tusuk hias dimulai dari prototipe modul atau bentuk produk awal modul dilakukan validasi oleh ahli materi dan ahli media menggunakan instrumen berupa angket kemudian hasilnya dianalisis dan direvisi berdasarkan saran dan masukan dari para ahli.

Setelah dianalisis, direvisi, dan dinyatakan layak untuk uji coba kemudian prototipe modul/ bentuk produk awal modul dilakukan uji kelompok kecil pada siswa kelas X sebanyak 5 siswa, tujuannya untuk mengetahui hasil dari kepahaman siswa pada isi materi modul dalam jumlah terbatas, sebelum menjadi produk akhir serta mendapatkan bukti-bukti berupa komentar dan saran untuk perbaikan modul kemudian dianalisis dan direvisi.

(74)

55

sebagai media pembelajaran. Berikut hasil dari pengembangan modul macam- macam tusuk hias sebagai berikur:

a. Halaman sampul b. Kata pengantar c. Daftar isi

d. Peta kedudukan modul e. Glosarium

f. Pendahuluan g. Kegiatan belajar

Materi:

1. Kegiatan belajar 1: Pengertian macam-macam alat dan bahan untuk membuat hiasan busana.

a) Uraian materi yang terdiri dari: Pengertian menghias busana, dan pengertian alat dan bahan yang digunakan dalam menghias busana.

b) Rangkuman c) Tes formatif

2. Kegiatan belajar 2: Menjelaskan macam-macam tusuk hias.

(75)

56

hiasan busana dari benang, dan Menyebutkan macam- macam tusuk hias dengan tangan

b) Uraian materi: Menjelaskan macam macam jenis hiasan berdasarkan bahan yang digunakan, Macam-macam hiasan dari benang, Menjelaskan Macam- macam-macam tusuk hias menjadi dua kelompok.

c) Rangkuman d) Tugas e) Tes formatif f) Lembar kerja

3. Kegiatan belajar 3: Langkah-langkah pembuatan macam-macam tusuk hias.

a) Tujuan pembelajaran: Menjelaskan langkah- langkah memulai dan mengakhiri jahitan, Menjelaskan teknik langkah-langkah membuat macam-macam tusuk hias dasar, dan membuat tusuk hias lainnya.

b) Uraian materi : langkah langkah membuat tusuk hias dasar, langkah-langkah membuat tusuk hias variasi dan membuat tusuk hias lainnya

(76)

57 a) Tes tertulis b) Tes praktek i. Kunci jawaban

Pedoman penilaian j. Penutup

k. Daftar pustaka

Keberadaan modul sebagai media pembelajaran akan sangat membantu dan mempermudah siswa kelas X belajar mandiri dalam mempelajari materi macam-macam tusuk hias untuk mencapai kompetensi. Kriteria dan penulisan modul disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pada pembelajaran di SMKN 1 Pandak serta dikembangkan berdasarkan kajian teori.

C. Uji Coba Produk

Pada uji coba produk ini, dijabarkan mengenai desain uji coba, subyek uji coba, jenis data, instrumen pengumpulan data dan analisis data.

1. Desain uji coba produk

(77)

58 a. Uji ahli atau Validasi

Uji ahli atau validasi bertujuan untuk menilai kesesuaian dan kelayakan produk modul pembelajaran yang dikembangkan dengan materi dan media pembelajaran. Validasi produk modul, dilakukan dengan cara meminta bantuan kepada para ahli untuk menilai sesuai dengan bidang yang dikuasai.

Validasi produk modul pembelajaran ini divalidasi oleh 3 para ahli. Para ahli tersebut yaitu 3 ahli sebagai dosen ahli media dan 2 dosen sebagai ahli materi, serta1 guru pengampu materi macam-macam tusuk hias, untuk menilai apakah modul tersebut sudah sesuai dengan judul modul, sistematika hubungan isi materi, dan keterkaitan modul dengan silabus yang ada di SMKN 1 Pandak. Proses validasi tersebut untuk mengetahui hasil kesesuaian dan kelayakan produk modul pembelajaran macam-macam tusuk hias sebelum dilakukan uji kelompok kecil dan uji kelompok besar.

b. Uji coba kelompok kecil

(78)

59

sebelum menjadi produk akhir dan digunakan sebagai media pembelajaran.

c. Uji coba lapangan atau uji kelompok besar

Uji coba kelompok besar dilakukan setelah validasi para ahli dan uji coba kelompok kecil. Uji coba lapangan bertujuan untuk menguji kelayakan modul dari keterbacaan modul, pemahaman materi dan konsep materi yang disajikan dalam bentuk modul media cetak sebagai media dalam proses pembelajaran, serta mengetahui hasil diterima oleh siswa. Uji lapangan dilakukan pada 32 siswa. Dari hasil uji coba lapangan kemudian dianalisis datanya maka akan menghasilkan produk akhir berupa modul macam- macam tusuk hias yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran siswa.

2. Subyek uji coba

a. Subyek uji coba kelompok kecil

Subyek uji coba kelompok kecil adalah siswa kelas X SMKN 1 Pandak yang berjumlah 5 orang siswa dipilih dengan teknik simple random sampling.

b. Subyek uji coba kelompok besar/ lapangan

(79)

60 3. Jenis Data

Data yang akan diambil dalam penelitian ini merupakan data penilai kelayakan modul yang diperoleh dari para ahli, guru, dan respon siswa yang berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari tanggapan, saran ahli materi, ahli media dan siswa. Data kualitatif ini diangkakan (scoring) sehingga data kualitatif dalam penelitian ini berubah menjadi data kuantitatif.

Alat pengumpulan data yang digunakan berupa angket dengan menggunakan 2 jenis skala yaitu skala Guttman untuk validator para ahli materi dan media, dengan dua alternatif jawaban “layak dan tidak

layak”. Skala Likert digunakan untuk siswa dengan empat alternatif

jawaban “sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju”.

4. Tempat dan Waktu penelitian a. Waktu penelitian

Waktu penelitian bulan April-Juni 2012. Dasar pertimbangan yaitu menyesuaikan dengan jadwal waktu penelitian dan pada waktu siswa kelas X SMKN1 Pandak masih dalam proses pembelajaran materi menghias busana. b. Tempat penelitian

(80)

61 5. Instrumen Pengumpulan data

Menurut Sugiyono (2010: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Sedangkan menurut Sukardi (2003: 143) instrumen penelitian merupakan alat pengumpulan data penelitian yang perlu memenuhi persyaratkan penting yaitu valid dan reliabel. Jadi instumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan pada waktu meneliti untuk mengumpulkan data. Selanjutnya bila dilihat dari teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara interview (wawancara), kuesioner (angket), dan observasi (Sugiyono, 2010:194).

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan angket, wawancara dan observasi. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:199). Apabila dilihat dari cara menjawabnya, angket dibagi menjadi 2 macam yaitu angket terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri berupa tanggapan. Angket tertutup, jawaban yang sudah tersedia sehingga responden tinggal memilih (Suharsimin Arikunto, 2010:195).

(81)

62

dalam pengambilan data adalah dosen ah

Gambar

Gambar 01. Alur Kerangka Berfikir...........................................................
Gambar 2. Konsep design ADDIE   (R M Branc. Intructional design:The ADDIE Aproac 2009:2)
Gambar 3. Prosedur Pengembangan Modul I Wayan Santyasa
Gambar 4. Prosedur pengembangan modul pembelajaran macam-macam tusuk hias modifikasi ADDIE model dan I Wayan Santyasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut, peneliti membuat alternatif pilihan sistem kehadiran yang sudah ada yakni berupa pemisahan perangkat baca kartu identitas

Pada proses ekstraksi data ini, akan diekstrak data dari tabel-tabel sumber yaitu data mahasiswa, data buku, data kategori1, data program studi, data fakultas

Demikian juga perkiraan luas panen padi Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2008 merupakan penjumlahan perkiraan luas panen padi sawah dan luas panen padi ladang yaitu sebesar

Selain itu data yang didapatkan harus di pilih yang merupakan data valid dan sudah dapat digunakan sebagai pedoman perancangan media promosi event Putri LBC pada

Tidak hanya sebagai alat komunikasi untuk masyarakat yang berkebutuhan khusus (tuna rungu wicara), aplikasi ini juga mengajari masyarakat yang tidak berkebutuhan khusus

[r]

a) Membandingkan ketepatan dari dua atau lebih metode yang berbeda. b) Sebagai alat ukur apakah teknik yang diambil dapat dipercaya atau tidak. c) Membantu mencari sebuah