• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI : Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kampung Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI : Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kampung Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FPIPS: 4611/UN.40.2.8/PL/2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA

MASYARAKAT KAMPUNG KUTA

DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

(Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kampung Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

oleh

Dessy Lismiati

NIM 1100898

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu MASYARAKAT KAMPUNG KUTA

DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

(Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kampung Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat)

oleh

Dessy Lismiati

NIM 1100898

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

©Dessy Lismiati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

(3)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DESSY LISMIATI

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

(Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kampung Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Yadi Ruyadi, M.Si. NIP. 196205161989031002

Pembimbing II

Drs. H. Wahyu Eridiana, M.Si. NIP. 195505051986011001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

(4)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

(5)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

Pola Pewarisan Nilai dan Norma Masyarakat Kampung Kuta dalam Mempertahankan Tradisi

(Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kampung Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat)

Dessy Lismiati NIM 1100898

ABSTRAK

Tradisi merupakan kegiatan sekelompok masyarakat yang diturunkan dari generasi ke generasi berupa kebiasaan yang kemudian menjadi pedoman bagi masyarakat itu sendiri. Tradisi mengandung banyak nilai didalamnya, memberikan manfaat dan membantu masyarakat dalam segala hal. Tradisi memberi pondasi bagi kehidupan sosial, tradisi memberi kekuasaan ketika sulit memutuskan sesuatu akibat tidak adanya hukum tertulis yang mengatur hal tersebut, selain itu tradisi pun dapat mempersatukan masyarakat yang pada dasarnya memiliki perbedaan. Di beberapa daerah, konsep tradisi cenderung sudah menghilang. Setiap masyarakat kini terlihat sama dan tidak seharmonis masyarakat zaman dahulu yang memegang tradisi. Kehilangan tradisi membuat masyarakat kehilangan jati diri, terutama setelah munculnya modernisasi dan globalisasi. Untuk mempertahankan tradisi, masyarakat perlu melakukan pewarisan atas nilai dan norma yang dianut masyarakat agar tradisi yang ada dapat dilestarikan. Cara suatu kelompok dalam mewariskan apa yang mereka punya berbeda-beda. Kampung Kuta merupakan salah satu kampung adat yang masih kokoh mempertahankan tradisi di tengah pesatnya pembangunan dan perubahan yang terjadi saat ini. Bertahannya tradisi yang ada pada masyarakat Kampung Kuta tak lepas dari cara masyarakat dalam mewariskan tradisi yang ada pada generasi penerusnya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan menggambarkan tradisi masyarakat Kampung Kuta, nilai dan norma yang terkandung dalam setiap tradisi, pola pewarisan nilai dan norma masyarakat Kampung Kuta dalam mempertahankan tradisi, serta mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan masih bertahannya tradisi masyarakat Kampung Kuta. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran mengenai pola pewarisan nilai dan norma masyarakat Kampung Kuta dalam mempertahankan tradisi. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan metode deskriptif. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) tradisi yang ada di Kampung Kuta meliputi tradisi dalam sistem kepercayaan berupa tabu-tabu, tradisi berdoa di hutan keramat, tradisi dalam bercocok tanam, tradisi dalam sistem kemasyarakatan, tradisi nyuguh, tradisi babarit, tradisi sedekah bumi, tradisi gembyung, tradisi ibing buhun, tradisi gondang buhun dan tradisi terebang; (2) Secara umum, semua tradisi mengandung nilai dan norma yang diperlukan masyarakat Kampung Kuta; (3) Pola pewarisan yang dilakukan agen-agen pewaris nilai dan norma dilakukan dengan cara memberi contoh secara langsung atau dikenal dengan peniruan model, wejangan-wejangan, keterlibatan secara langsung, upacara adat Nyuguh, upacara adat Babarit, upacara adat Sedekah Bumi, pergaulan dengan teman sebaya dan cerita-cerita sejarah dari masyarakat baik tokoh adat maupun pihak lainnya; (4) faktor eksternal dan internal selama ini sedikitnya pasti memengaruhi masyarakat Kampung Kuta juga tradisi yang ada, namun sejauh ini faktor-faktor tersebut tidak mengganggu eksistensi tradisi masyarakat Kampung Kuta sehingga sampai saat ini tradisi-tradisi masyarakat Kampung Kuta masih dijalankan oleh masyarakat.

(6)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

Pattern of Inheritance of Value and Norm in Kampung Kuta in Attempting Keeping Tradition Existed.

(Descriptive Study on People of Kampung Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat )

Dessy Lismiati NIM 1100898

ABSTRACT

Tradition is society’s folkways which is inherited by one generation to generation then it

is guideline for society itself. There are a lot of values within tradition, they give people benefit and helping them in every aspects of social life. Tradition is a foundation for social life, it has power when something can hardly be decided due to there is no law which rules it, besides tradition can unite differences among society. In other villages, tradition has existed no more, people are now homogen no different among them and are no longer harmonious as they used to be holding tradition in their everyday life. Losing tradition means losing identity due to modernization and globalization. In keeping tradition existed, people have to inherite it so that tradition can still exist. The way of people inheriting the tradition are not the same. Kampung Kuta is one of the village of indigenous people which still hold tradition existing. The existence of tradition in Kampung Kuta cannot be divided from their people in inheriting to the next generation. Based on this problem, this study is to describe about tradition which is had by people in Kampung Kuta, value and norm within tradition, pattern of inheritance value and norm in keeping their tradition existed in Kampung Kuta and describe other factors causing tradition keeping existed. This study is qualitative approach with descriptive method. Data is collected through depth interview, observation, documentation study and literature study. The result of this study shows that; (1) tradition in Kampung Kuta upacara adat Nyuguh, upacara adat Babarit, upacara adat Sedekah Bumi, making friends with peer groups dan old stories from public figure of indigenous people in Kampung Kuta ; (4) extern and intern factors get at people of Kampung Kuta and also their tradition but so far those factors are not threathen for the existence of tradition in Kampung Kuta so that people still hold their tradition in their everyday life.

(7)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

DAFTAR ISI

LEMBAR HAK CIPTA

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 7

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kebiasaan, Kebudayaan, Tradisi, Nilai, dan Norma ... 9

2.1.1 Kebiasaan ... 9

2.1.2 Kebudayaan ... 10

2.1.3 Konsep Tradisi ... 12

2.1.4 Konsep Nilai ... 17

2.1.5 Konsep Norma ... 24

2.1.6 Hubungan Kebudayaan, Tradisi, Nilai, dan Norma ... 30

2.2 Sosialisasi, Internalisasi, dan Enkulturasi ... 32

2.2.1 Sosialisasi ... 32

2.2.2 Internalisasi ... 39

(8)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

Nilai dan Norma ... 44

2.3 Teori Struktural Fungsional ... 46

2.3.1 Struktural Fungsional secara Umum ... 46

2.3.2 Pewarisan Nilai dan Norma menurut Teori Struktural Fungsional ... 51

2.4 Penelitian Terdahulu ... 56

2.4.1 Adi M. Farabi ... 56

2.4.2 Samsul ... 57

2.4.3 Laela Nur Adima Shafa ... 58

2.4.4 Yovi Restiandari ... 58

2.4.5 Yani Achdiani ... 59

2.4.6 Eka Putri Wardana ... 60

2.4.7 Kodiran ... 61

2.4.8 Biyas Wihantari ... 62

2.4.9 Tata Abdullah ... 63

2.4.10 Tina Kartika ... 63

2.4.11 Ayu Wantiasih ... 64

BAB III METODE PENELITIAN ... 66

3.1Desain Penelitian ... 66

3.2Partisipan dan Tempat Penelitian ... 68

3.2.1 Partisipan Penelitian ... 68

3.2.2 Lokasi Penelitian ... 69

3.3Teknik Pengumpulan Data ... 70

3.3.1 Observasi ... 71

3.3.2 Wawancara Mendalam ... 72

3.3.3 Studi Dokumentasi ... 73

3.3.4 Studi Literatur ... 74

3.4Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 74

3.4.1 Penyusunan Kisi-kisi Penelitian ... 74

(9)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

3.4.3 Penyusunan Pedoman Wawancara ... 75

3.4.4 Penyusunan Pedoman Observasi ... 76

3.5Prosedur Pengumpulan Data ... 76

3.5.1 Tahap Persiapan ... 76

3.5.2 Tahap Pelaksanaan ... 77

3.6Analisis Data ... 77

3.6.1 Data Reduction (Reduksi Data) ... 77

3.6.2 Data Display (Penyajian Data) ... 78

3.6.3 Conclution Drawing Verivication ... 78

3.7Validitas Data dan Reliabilitas ... 79

3.7.1 Uji Kredibilitas ... 79

3.7.3 Dependabilitas dan Konfirmabilitas ... 82

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 84

4.1 Gambaran Umum Kampung Kuta ... 84

4.1.1 Lokasi dan Lingkungan Alam ... 84

4.1.2 Kependudukan Masyarakat Kampung Kuta …… ... 89

4.2 Sejarah Lahirnya Kampung Kuta ... 91

4.2.1 Legenda Masa Kerajaan Galuh ……… ... 91

4.2.2 Legenda Masa Kerajaan Cirebon ……… . 96

4.3 Temuan Penelitian ... 99

4.3.1 Gambaran Tradisi Masyarakat Kampung Kuta ... 99

4.3.1.1 Tradisi dalam Sistem Kepercayaan ……. ... 99

4.3.1.2 Tradisi Memanen Padi ……….. ... 106

4.3.1.3 Tradisi dalam Sistem Kemasyarakatan ….. ... 112

4.3.1.4 Tradisi dalam Membuat Rumah …………. ... 118

4.3.1.5 Tradisi Nyuguh ………. ... 121

4.3.1.6 Tradisi Sedekah Bumi ……….. ... 125

4.3.1.7 Tradisi Babarit ……….. ... 126

4.3.1.8 Tradisi Gondang Buhun ……… ... 127

4.3.1.9 Tradisi Gembyung ……… ... 129

(10)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu x

4.3.1.11 Tradisi Terebang ……….. ... 132

4.3.2 Nilai dan Norma yang Terkandung dalam Tradisi Masyarakat Kampung Kuta ... 133

4.3.2.1 Nilai yang Terkandung dalam Tradisi Masyarakat Kampung Kuta ... 133

4.3.2.2 Norma yang Terkandung dalam Tradisi Masyarakat Kampung Kuta ... 143

4.3.3 Pola Pewarisan Nilai dan Norma dalam Mempertahankan Tradisi ... 145

4.3.3.1 Sosialisasi dan Enkulturasi yang Dilakukan Keluarga ... 145

4.3.3.2 Sosialisasi dan Enkulturasi yang Dilakukan Masyarakat dan Tokoh Adat ... 149

4.3.4 Faktor yang Menyebabkan Bertahannya Tradisi Masyarakat Kampung Kuta ... 153

4.4 Pembahasan ... 157

4.4.1 Gambaran Tradisi Masyarakat Kampung Kuta ... 157

4.4.2 Nilai dan Norma yang Terkandung dalam Tradisi Masyarakat Kampung Kuta ... 162

4.4.3 Pola Pewarisan Nilai dan Norma dalam Mempertahankan Tradisi ... 165

4.4.4 Faktor yang Menyebabkan Bertahannya Tradisi Masyarakat Kampung Kuta ... 173

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 176

5.1 Simpulan ... 176

5.2 Implikasi dan Rekomendasi ... 178

5.2.1 Bagi Masyarakat Kampung Kuta ... 179

5.2.2 Bagi Pemerintah Daerah ... 180

5.2.3 Bagi Pembelajaran Sosiologi ... 180

(11)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu xi

DAFTAR PUSTAKA ... 182

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Ciamis adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini berada di Tenggara Jawa Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, Kota Banjar, dan di Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya. Kabupaten Ciamis merupakan wilayah yang ramai karena kabupaten ini terletak tepat di jalan lintas jalur (Bandung-Yogyakarta-Surabaya). Letak kabupaten yang ramai dan strategis membuat daerah ini menjadi daerah yang ramai dengan fasilitas pariwisata seperti pusat berbelanja oleh-oleh, rumah makan, hingga tempat-tempat wisata yang tersebar didalamnya.

(13)

2

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seiring berjalannya waktu sejak zaman kerajaan Galuh dikalahkan Mataram hingga masa penjajahan dan sampai pada zaman sekarang, Kabupaten Ciamis terus mengalami perubahan di segala bidang baik pendidikan, kesehatan, pariwisata dan lain sebagainya. Baru-baru ini perubahan yang terjadi ialah pemekaran wilayah pada tahun 2012 yang memberikan keputusan berubahnya Pangandaran menjadi Kabupaten Pangandaran, hal ini ternyata memberi dampak yang signifikan pada Kabupaten Ciamis. Terutama menghilangnya komoditas utama icon Kabupaten Ciamis yang banyak memberikan pendapatan pada Kabupaten Ciamis. Guna mempertahankan eksistensinya, Kabupaten Ciamis mulai memunculkan icon-icon khas lain yang ada di wilayahnya.

Faktor sejarah Kabupaten Ciamis ternyata menciptakan daya tarik tersendiri bagi wilayah ini untuk menggantikan icon khas yang telah hilang. Munculah berbagai keistimewaan yang dimiliki, disukai dan mungkin masih ada dan tersembunyi (belum terekspos) di Ciamis. Salah satu yang sangat digemari pendatang adalah makanan khas Ciamis dan wisata budaya yang terdapat di Ciamis seperti Panjalu dan Ciung Wanara. Namun tata letak dan perkembangan yang terjadi di Ciamis membuat situs ini hanya menjadi situs peninggalan sejarah saja, tak ada nilai-nilai khusus yang dianut dan diwariskan serta dipertahankan oleh warga di sekitar situs bersejarah ini mungkin karena sudah terlalu banyak nilai-nilai dari luar wilayah tersebut yang masuk sehingga mengikis nilai-nilai yang dahulu ada di masyarakat dan tergantikan dengan nilai-nilai baru. Perkembangan yang terjadi di Kabupaten Ciamis ternyata tidak mengikis habis kebudayaan yang terdapat disana, hal ini berkenaan dengan masih terdapatnya salah satu Kampung Adat yang bertahan di Kabupaten Ciamis ditengah-tengah perkembangan dan perubahan sosial yang mulai merasuki Kabupaten Ciamis. Kampung ini dikenal dengan nama Kampung Kuta, nama yang konon diambil berdasarkan letak geografis kampung ini yang terjal dan berupa tebing-tebing tinggi yang dalam bahasa sunda disebut Kuta.

(14)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kampung Kuta terdiri atas 1 RW dan 4 RT dengan jumlah penduduk ±300 jiwa. Kampung ini berbatasan dengan Dusun Cibodas di sebelah Utara, Dusun Margamulya di sebelah Barat, dan di sebelah Selatan dan Timur dengan Sungai Cijolang yang sekaligus merupakan perbatasan wilayah Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Kampung ini dikatagorikan sebagai kampung adat karena memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki kampung-kampung lain yaitu seperti kesamaan dalam bentuk/model bangunan rumah warganya, adanya ketua adat, dan adanya adat istiadat atau tradisi yang dipertahankan masyarakat. Pada dasarnya tradisi hidup bersamaan dengan lahirnya suatu bangsa. Tradisi secara etimologi diartikan sebagai kata yang mengacu pada adat atau kebiasaan yang diturunkan secara turun temurun. Terdapat beberapa ahli yang mencoba memberikan pandangannya mengenai tradisi, “tradisi adalah kebiasaan turun temurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya masyarakat yang bersangkutan” (Esten, 1999, hlm. 21). Tradisi merupakan warisan yang membentuk perilaku suatu masyarakat yang menganutnya. Bisa di katakan bahwa tradisi merupakan warisan turun temurun dari generasi ke generasi berupa kebiasaan yang kemudian menjadi pedoman bagi anggotanya.

(15)

4

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tradisi lain yang terlihat dari masyarakat Kampung Kuta ialah tradisi upacara adat yang selalu rutin dilaksanakan di waktu-waktu tertentu. Misalmya upacara Adat Nyuguh, yaitu upacara adat sepertri tradisi sedekah bumi yang dilakukan setiap tanggal 25 shafar. Tradisi Nyuguh dilaksanakan di pinggir sungai Cijolang yang merupakan perbatasan langsung antara Kampung Kuta dengan Kabupaten Cilacap. Sungai ini terletak ± 5 kilometer dari pemukiman warga. Upacara nyuguh dilaksanakan dengan membawa makanan khusus untuk upacara ke tepi sungai Cijolang, warga kemudian memanjatkan doa yang dipimpin oleh kuncen dan setelah doa dipanjatkan seluruh warga kemudian menyantap makanan yang telah disiapkan. Tradisi ini terus dipertahankan karena, konon apabila tradisi ini tidak dilaksanakan akan mengundang bencana bagi masyarakat Kampung Kuta.

Upacara lain yaitu upacara Sedekah bumi adalah ritual yang dilakukan ketika akan turun ke sawah hingga saat memanen hasilnya. Ritual ini dilakukan dengan menyembelih hewan yang biasanya adalah menyembelih ayam. Prosesi awal panen hingga saat memanen hasil panen dilakukan dengan dipimpin oleh Punduh.

Satu upacara lain yang dilakukan masyarakat Kampung Kuta yaitu Babarit. Babarit merupakan ritual berupa sedekah yang dilakukan oleh seluruh warga desa satu kampung untuk menjaga dari bencana atau bisa disebut dengan ritual tolak bala. Masyarakat Kampung Kuta sangat percaya dengan pituah pada zaman dahulu. Masyarakat memiliki pegangan dimana didalamnya diceritakan bahwa pada waktu-waktu tertentu akan terjadi bencana-bencana terutama bencana alam. Guna terlindung dari bencana-bencana tersebut, maka masyarakat harus melakukan sedekah sebagai pelindung ketika terjadi bencana.

(16)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimainkan oleh semua anak laki-lak dan anak perempuan yang ngawih. Seni ibing buhun merupakan kesenian tradisional ronggeng zaman dahulu menggunakan puji-pujian.

Selain upacara adat dan kesenian, bentuk tradisi lain yang masih bertahan adalah tradisi untuk mempercayai hal-hal tabu. Misalnya tabu untuk seorang gadis keluar rumah setelah lepas magrib, tabu menampilkan kesenian wayang dan larangan untuk mengubur orang yang sudah meninggal di tanah Kuta karena dipercaya akan mengotori tanah Kuta.

Bukan hal yang mudah bagi seseorang bahkan sekelompok orang untuk mempertahankan tradisi. Sejalan dengan pemikiran Ranjabar (2006, hlm. 31) yang menyatakan bahwa “…dalam mempelajari kebudayaan sebagai hasil bermasyarakat tidak akan membatasi diri pada struktur kebudayaan saja, yaitu unsur-unsurnya yang statis, tetapi perhatiannya juga dicurahkan pada gerak kebudayaan tersebut”. Artinya adalah kebudayaan tidak selamanya statis, kebudayaan juga dapat mengalami perubahan yang dinamis seiring dengan gerak manusia yang mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lain sehingga hubungan ini memungkinkan terjadinya penyerapan budaya asing yang mengikis budaya atau tradisi yang dimiliki. Terutama kondisi saat ini yang tidak terlepas dari modernisasi. Modernisasi gencar bahkan sudah masuk ke kawasan pedesaan-pedesaan.

(17)

6

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kuta, hal ini menunjukkan bahwa teknologi di Kampung Kuta sudah canggih dan tidak kalah dengan masyarakat perkotaan pada umumnya.

Meminjam pemikiran Auguste Comte yang berpendapat bahwa modernisasi berbahaya bagi budaya dan tertib sosial, karena spirit modernisasi menciptakan manusia yang individualistik. Diantaranya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat juga memberi dampak perubahan kehidupan masyarakat yang mengalaminya. Namun hal ini sepertinya tidak menggoyahkan mentalitas warga Kampung Kuta. Di tengah kondisi masyarakat Ciamis yang berubah dan kondisi masyarakat Kampung Kuta sendiri yang sudah menerima modernisasi, tradisi yang dimiliki warga Kampung Kuta masih tetap dapat bertahan hingga saat ini. Kondisi Kampung Kuta yang dapat bertahan dengan tradisi-tradisi yang ada di tengah-tengah perubahan sosial yang juga pesat terjadi saat ini tidak mengikis tradisi yang ada, membuat penulis tertarik untuk mengkaji fenomena ini. Berdasarkan latar belakang ini, penulis tertarik untuk mengkaji “POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI (Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kampung Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat)”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, agar penelitian lebih terfokus dan tidak keluar dari permasalahan yang akan diteliti maka penulis mengajukan rumusan masalah umum penelitian yaitu, “Bagaimana pola pewarisan nilai dan norma masyarakat Kampung Kuta dalam mempertahankan tradisi?”

Agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah pada pokok permasalahan yang akan dikaji, maka rumusan masalah umum tersebut penulis menjabarkannya dalam beberapa sub-sub masalah, sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana gambaran tradisi masyarakat Kampung Kuta?

1.2.2. Bagaimana gambaran nilai dan norma yang terkandung dalam tradisi masyarakat Kampung Kuta?

(18)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.2.4. Faktor apa saja yang menyebabkan masih bertahannya tradisi masyarakat Kampung Kuta?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapat gambaran mengenai pola pewarisan nilai dan norma masyarakat Kampung Kuta dalam mempertahankan tradisi.

Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.3.1 Menggambarkan tradisi masyarakat Kampung Kuta

1.3.2 Menggambarkan nilai dan norma yang terkandung dalam tradisi masyarakat Kampung Kuta.

1.3.3 Menggambarkan pola pewarisan nilai dan norma serta tradisi masyarakat Kampung Kuta.

1.3.4 Mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan masih bertahannya tradisi masyarakat Kampung Kuta

1.4 Manfaat/Signifikansi Penelitian

Secara teoretis manfaat dari penelitian ini adalah untuk dapat memberi pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca, serta bermanfaat pula untuk turut membantu memberi sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sosiologi pada umumnya dan khususnya mengenai pewarisan nilai dan norma dalam suatu tatanan masyarakat tertentu.

Adapun secara praktis, manfaat dari penelitian ini ialah ebagai berikut: 1.4.1 Memberi kontribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya mengenai

pewarisan nilai dan norma dalam suatu tatanan masyarakat adat yang masih kurang terdapat referensinya dari penelitian-penelitian sebelumnya.

1.4.2 Memberi kontribusi dalam membantu mempertahankan suatu nilai dan norma serta tradisi yang dimiliki di salah satu daerah di Indonesia.

(19)

8

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Agar skripsi ini dapat mudah dipahami oleh berbagai pihak yang berkepentingan, skripsi ini disajikan ke dalam lima bab yang disusun berdasarkan struktur penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.

BAB II : Kajian pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian yaitu mengenai pola pewarisan nilai dan norma masyarakat Kampung Kuta dalam mempertahankan tradisi.

BAB III : Metode penelitian. Pada bab ini penulis memberi gambaran pada pembaca untuk mengetahui rancangan metode penelitian. Bab ini berisi desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, serta analisis data yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV : Temuan dan pembahasan. Bab ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif, memaparkan dan menganalisis data hasil temuan wawancara, observasi serta studi dokumentasi mengenai gambaran tradisi masyarakat Kampung Kuta, nilai dan norma yang terkandung dalam setiap tradisi, pola pewarisan nilai dan norma yang dilakukan masyarakat Kampung Kuta, dan faktor yang memengaruhi masih bertahannya tradisi yang ada pada masyarakat Kampung Kuta.

(20)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 66

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini hendak mengkaji mengenai cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Kuta dalam mewariskan nilai dan norma dalam mempertahankan tradisi yang masih bertahan dari nenek moyang hingga generasi berikutnya. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran mengenai pola pewarisan nilai dan norma masyarakat Kampung Kuta dalam mempertahankan tradisi, karena itu pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Pendekatan kualitatif dirasa pantas digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan tujuan dan kajian yang hendak dicapai penulis. Inti penelitian ini banyak mengkaji pola komunikasi antar individu maupun kelompok pada masyarakat secara langsung kemudian dilakukan analisis berdasarkan teori-teori yang berlaku, sehingga data yang hendak didapat peneliti tidak bisa didapat dengan menggunakan pendekatan statistik. Seperti dikatakan Rudito & Famiola (2013, hlm. 78-79) bidang kajian yang penulis analisis “...bukan variable-variabel tetapi yang dianalisis dalam kaitan hubungan dengan prinsip-prinsip umum dari satuan-satuan gejala lainnya dengan menggunakan budaya masyarakat yang diteliti dan dari hasil analisis tersebut dianalisis lagi dengan menggunakan

seperangkat teori yang berlaku”. Hal ini pun sejalan dengan (Moleong, 2007, hlm.

6) yang mendeskripsikan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

(21)

67

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki kerangka yang fleksibel. Siapapun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menetapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.

Selanjutnya, Sugiyono memaparkan lebih lanjut mengenai metode kualitatif bahwa metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi obyek secara alamiah. Sugiyono (2013, hlm. 15) menjelaskan

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sumber data dilakukan secara purpossive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi

Dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian ilmiah yang menitikberatkan pada pengkajian objek secara alamiah dan menghasilkan data deskriptif dari sumber yang dapat diamati, dengan simpulan ini maka menurut penulis tepat sekali jika penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis pertanyaan petelitian yang menggunakan awalan (how) atau bagaimana. Raco (2010, hlm. 108) “pertanyaan bagaimana akan membuka peluang partisipan untuk menggambarkan keadaan, situasi sebenarnya yang dialami”. Penelitian diawali dengan mengetahui bagaimana gambaran tradisi dalam masyarakat serta nilai dan norma apa saja yang terkandung di dalamnya. Dilanjutkan dengan bagaimana pola pewarisan yang dilakukan beserta faktor-faktor yang mendukung bertahannya tradisi pada masyarakat.

(22)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan proses yang berkebalikan dengan metode induktif, yang dimulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang bersifat khusus. Suryana (2010, bahan ajar) mengatakan bahwa, ”penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya sesuatu aspek fenomena sosial tertentu dan berfungsi untuk mendeskripsikan fenomena tertentu

secara terperinci”. Nasution (1992, hlm. 32) berpendapat bahwa “Penelitian

deskriptif, digunakan untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial”.

Sedangkan menurut Martono (2011, hlm. 17) penelitian deskriptif ini bertujuan untuk :

a. Menyediakan dan mengakurasi profil atau kelompok masyarakat (siswa) yang menjadi objek penelitian;

b. Mendeskripsikan proses, mekanisme atau hubungan antarkelompok; c. Membuat informasi atau merangsang penjelasan baru;

d. Membuat informasi untuk merangsang munculnya penjelasan baru; e. Menunjukan dasar informasi mengenai latar belakang atau konteks suatu

gejala sosial;

f. Membuat seperangkat kategori atau klasifikasi jenis-jenis (gejala sosial); g. Menjelaskan urutan,rangkaian tahap atau langkah;

h. Mendokumentasikan informasi yang saling bertentangan dengan keyakinan sebelumnya mengenai objek tertentu.

Berdasarkan deskripsi di atas, maka metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mencoba menjabarkan suatu fenomena secara terperinci dan sistematis berdasarkan fakta-fakta yang didapat secara faktual dan akurat dari suatu fenomena tertentu.

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian

3.2.1 Partisipan Penelitian

Pertanyaan mendasar ketika mendengar istilah partisipan ialah siapa yang dimaksud dengan partisipan. Raco (2010, hlm. 109) menyatakan:

(23)

69

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penuh kerelaan dan kesadaran akan keterlibatannya. Jadi, syarat utamanya yaitu kredibel dan kaya akan informasi yang dibutuhkan”.

Berdasarkan pemaparan di atas dan menyesuaikan dengan tujuan penelitian, peneliti tidak akan melibatkan seluruh populasi yang ada untuk menjadi partisipan dalam penelitian dimana ”teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel” (Sugiyono, 2014, hlm. 53). Atas dasar ini, peneliti

menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2014, hlm. 53-54) menyatakan:

...purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Teknik ini akan membutuhkan kemampuan peneliti dalam menentukan informan yang sesuai dengan tujuan penelitian agar diperoleh data yang relevan atas rumusan masalah yang dibuat. Hingga saat ini belum dapat dipastikan berapa banyak jumlah partisipan yang akan terlibat dalam penelitian, namun secara singkat partisipan yang diperlukan dalam penelitian ini berkaitan dengan agen-agen pewarisan nilai dan norma dalam tradisi seperti tokoh adat, keluarga, masyarakat serta pihak yang dilakukan pewarisan tradisi (generasi-generassi penerus tradisi).

3.2.2 Lokasi Penelitian

(24)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adat karena memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki kampung-kampung lain yaitu seperti kesamaan dalam bentuk/model bangunan rumah warganya, adanya ketua adat, dan adanya adat istiadat atau tradisi yang dipertahankan masyarakat. Alasan pemilihan lokasi ini karena Kampung Kuta merupakan kampung yang masih sangat kukuh menjalankan tradisi dan masih cukup banyak tradisi yang dipertahankan oleh masyarakat Kampung Kuta, mulai dari tradisi pada sistem kepercayaan, sistem mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, sistem budaya dan seni serta sistem pengetahuan. Peneliti bermaksud untuk melihat bagaimana cara masyarakat Kampung Kuta dalam mewariskan nilai dan norma untuk mempertahankan tradisi yang ada sedangkan satu sisi banyak kampung lain yang sudah tidak dapat mempertahankan tradisi yang dulu dimiliki karena telah terkikisnya tradisi tersebut oleh budaya-budaya asing yang masuk.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data” (Sugiyono, 2014, hlm. 62). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini tidak hanya satu tehnik, seperti dikatakan Creswell (2010, hlm. 267)

“peneliti dalam kebanyakan penelitian kualitatif mengumpulkan beragam jenis

(25)

71

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3.1 Observasi

Terkadang, partisipan enggan untuk memberikan informasi scara langsung kepada peneliti, sehingga diperlukan cara untuk dapat menggali informasi yang tidak dapat disampaikan secara langsung oleh partisipan. Observasi merupakan teknik perolehan informasi yang melibatkan peneliti langsung untuk menangkap informasi dari fenomena yang ada dalam lokus penelitian. Menurut Nazir (1988, hlm. 65) metode survei (observasi) adalah “penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi

sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah”. Selain

itu, Creswell (2010, hlm. 267) mengatakan:

Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur (misalnya dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti). Para peneliti kualitatif juga data terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non partisipan hingga partisipan utuh.

Berdasarkan pengertian dan penjabaran di atas, peneliti pada teknik pengambilan data ini memungkinkan untuk terlibat dalam peran-peran mungkin sebagai partisipan. Pada teknik observasi, peneliti akan lebih banyak menggunakannya dalam mengkaji pola pewarisan nilai dan norma pada tradisi-tradisi yang memungkinkan peneliti untuk ikut berpartisipasi misalnya dalam upacara adat dan pelaksanaan tabu-tabu di masyarakat. Observasi dalam penelitian ini akan dilakukan sebagai partisipasi moderat. “Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tapi tidak semuanya” (Sugiyono, 2014, hlm. 66).

Penggunaan teknik observasi memberikan manfaat bagi peneliti, seperti dikatakan Patton (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 67):

(26)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery. c. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang kurang atau

tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan situasi sosial yang diteliti.

Pada penelitian ini, proses observasi akan dimulai dengan mengidentifikasi lokus, sehingga peneliti dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di tempat penelitian seperti tidak melanggar tabu-tabu yang ada dalam masyarakat Kampung Kuta.

3.3.2 Wawancara Mendalam

(27)

73

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik ini dipilih karena dengan wawancara, penulis dapat mengembangkan pertanyaan yang hendak ditanyakan sesuai kondisi informan dan jawaban dari informan itu sendiri sehingga data yang didapat tidak melenceng dari tujuan serta tema atau fenomena yang akan dibahas.

Pada teknik pengumpulan data ini, wawancara tidak hanya dilakukan satu kali melainkan dilakukan berkali-kali guna memeroleh keabsahan data. Proses wawancara pertama kali dilakukan dengan pedoman panduan wawancara (interview guide) yang telah dibuat berkaitan dengan apa yang akan dikaji dalam penelitian yang dilakukan. Selanjutnya peneliti tetap menggunakan pedoman panduan wawancara namun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mungkin tidak seperti yang tercantum dalam pertanyaan penelitian yang telah dibuat. Pertanyaan yang diajukan mungkin berbeda dengan yang ada di pedoman namun masih dalam ranah yang sama, hal ini dilakukan untuk memperdalam data penelitian.

3.3.3 Studi Dokumentasi

(28)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3.4 Studi Literatur

Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari informasi-informasi terkait dengan penelitian atau mengambil dokumentasi yang berasal dari buku-buku, artikel, majalah, penelitian terdahulu atau sumber lain dari sumber-sumber pustaka yang lebih relevan dengan penelitian yang dilakukan. Teknik ini pun dipilih guna membantu melengkapi data-data yang mungkin belum terpenuhi dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Kartono (1996, hlm. 33) mengemukakan bahwa :

Studi literatur adalah teknik penelitian yang dapat berupa informasi-informasi data-data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yang di dapat dari buku-buku, majalah, naskah-naskah, kisah sejarah, dokumentasi-dokumentasi, dan lain-lain.

3.4 Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Penyusunan alat pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian dilakukan, penyusunan alat pengumpulan data dilakukan untuk mempermudah peneliti ketika memulai penelitian. Penyusunan alat pengumpulan data ini seperti pedoman bagi peneliti mengenai apa saja yang harus dilakukan peneliti ketika melakukan penelitian tentunya hal ini dimaksudkan untuk memeroleh data yang valid sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun penyusunan alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Penyusunan Kisi-kisi Penelitian

(29)

75

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimaksud. Kisi-kisi ini pun nantinya akan membantu dalam menjabarkan hasil penelitian karena semua bentuk dan informan data sudah tersusun dengan rapi dalam kisi-kisi penelitian.

3.4.2 Penyusunan Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur. Penyusunan alat pengumpul data yang dilakukan tepatnya hanya pada wawancara dan observasi saja sebagai alat pengumpul data yang langsung dilakukan pada masyarakat kampung Kuta. Observasi dilakukan untuk melihat kondisi masyarakat kampung Kuta secara langsung dan wawancara dilakukan kepada agen-agen pewarisan tradisi dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Untuk studi dokumentasi peneliti hanya menyiapkan catatan untuk mengingatkan dokumen apa saja yang dibutuhkan oleh penulis dan alat-alat sederhana seperti kamera dan catatan untuk berjaga-jaga ketika dokumen yang diperlukan tidak dapat dibawa oleh penulis.

3.4.3 Penyusunan Pedoman Wawancara

(30)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4.4 Penyusunan Pedoman Observasi

Pedoman observasi perlu disusun sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian. Seperti halnya pedoman wawancara, pedoman observasi dibuat untuk memandu peneliti dan mengingatkan mengenai penelitian yang hendak dilakukan. Hal ini perlu dilakukan agar kedatangan peneliti di lapangan yaitu Kampung Kuta untuk penelitian dapat sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Pedoman ini pun membantu peneliti agar tidak melupakan inti dari penelitian yang dilakukan.

Adapun hal-hal yang peneliti observasi pada penelitian ini yaitu kondisi objektif masyarakat Kampung Kuta yang meliputi kondisi lingkungan alam dan sosial, program pemerintah dan kemajuan teknologi yang telah masuk di kampung Kuta. Selanjutnya adalah kondisi pelaksanaan tradisi di Kampung Kuta, misalnya kegiatan sehari-hari masyarakat Kampung Kuta dalam menjalankan tabu yang ada, kegiatan bertani dan lain sebagainya. Selanjutnya yang hendak peneliti observasi adalah proses pewarisan nilai dan norma yang dilakukan keluarga, tokoh adat dan masyarakat.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Kegiatan penelitian diperlukan adanya suatu alat pengumpul data dengan maksud untuk memperoleh data/informasi yang valid dengan alat yang tepat dan akurat. Penelitian ini menggunakan teknik observasi/pengamatan dan wawancara sebagai alat pengumpul data yang utama selain studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Untuk pengumpulan data sendiri diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

3.5.1 Tahap Persiapan

(31)

77

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu pernah melakukan studi pendahuluan yang dilakukan dua kali, yaitu pada akhir tahun 2013 dan pertengahan tahun 2014. Studi pendahuluan ini pada awalnya bukan sengaja dilakukan untuk melakukan penelitian skripsi ini, melainkan atas keingin tahuan peneliti ketika mendengar nama kampung adat Kuta dan untuk memenuhi tugas mata kuliah metode penelitian. Namun akhirnya data yang telah diperoleh saat itu berguna untuk melengkapi pengetahuan awal peneliti sebelum penelitian sesungguhnya dilaksanakan.

3.5.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap yang harus dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi seputar pertanyaan penelitian yang terdapat dalam pedoman wawancara yang telah dirancang sebelumnya dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini peneliti mulai terjun kelapangan dan melaksanakan apa-apa yang telah dirancang pada tahap persiapa-apan. Tahap pelaksanaan merupakan tahap inti dari penelitian. Pada tahap ini, data yang hendak diperoleh dan diinformasikan pada pihak lain didapatkan. Tahap pelaksanaan dilaksanakan ketika semua tahap persiapan terpenuhi atau siap. Setelah semua data diperoleh, dari proses pelaksanaan penelitian, kemudian dilanjutan dengan analisis data.

3.6 Analisis Data

Analisis data menurut Patton (dalam Basrowi dan Suswandi, 2008, hlm. 91) adalah ‘proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar’. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono,

2013, hlm. 246), mengemukakan bahwa ‘Aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas’. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing atau verification.

3.6.1 Data Reduction (Reduksi Data)

(32)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lapangan dengan maksud agar data-data yang diperoleh dapat sesuai atau sejalan dengan masalah yang akan disajikan peneliti. Proses ini termasuk dalam proses analisis data dan memungkinkan terjadinya pengurangan data yang tidak sesuai dengan masalah yang diteliti. Data inilah yang nantinya akan menjadi fokus penelitian. Sugiyono (2014, hlm. 92) menyebutkan:

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Setelah data terkumpul, data-data yang peneliti dapat dilapangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obyek penelitian yaitu pola pewarisan nilai dan norma dalam mempertahankan tradisi, peneliti melakukan reduksi dengan merangkum, menajamkan, menggolongkan, mengarahkan memilih hal pokok, fokus pada hal penting dan dicari tema polanya.

3.6.2 Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data merupakan kegiatan yang dirancang untuk menunjukkan keterkaitan data sehingga menjadi sekumpulan informasi menyeluruh yang dapat menggambarkan penelitian yang dilakukan. Penyajian data meliputi berbagai bentuk jaringan kerja yang dapat membantu menggambarkan aspek-aspek yang diteliti. Sesuai pendekatan yang digunakan, penyajian data selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh.

3.6.3 Conclution Drawing Verification

(33)

79

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merangkum inti hasil penelitian dengan mengacu pada tujuan penelitian, atau dengan kata lain tahap ini merupakan upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data-data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Demikian prosedur yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini diharapkan penelitian yang dilakukan ini dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria suatu penelitian yaitu derajat kepercayaan, maksudnya data yang diperoleh dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal ini untuk memperoleh data yang valid dari informan.

3.7 Validitas Data dan Reliabilitas Data

Menurut Usman dan Akbar (2009, hlm. 98), laporan penelitian kualitatif dikatakan ilmiah jika persyaratan kredibilitas, transferabilitas, dan defendabilitas atau konfirmabilitasnya sudah terpenuhi.

3.7.1 Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas diartikan sebagai uji kepercayaan atas data yang didapat sebagai hasil penelitian. Hal ini dilakukan untuk menguji valid tidaknya data yang diperoleh. Uji kredibilitas dilakukan dengan beberapa cara, sebagai berikut:

3.7.1.1 Perpanjangan Pengamatan

(34)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diharapkan melakukan perpanjangan pengamatan, dengan tujuan untuk membuat hubungan antara peneliti dengan partisipan lebih akrab sehingga partisipan lebih turbuka pada peneliti dan informasi yang diberikan diharapkan akan lebih banyak lagi.

Pada penelitian ini, penulis akan melakukan perpanjangan pengamatan dengan cara kembali ke lapangan yaitu Kampung Kuta dan menemui kembali informan baik yang sudah menjadi partisipan sebelumnya maupun yang belum kemudian melakukan wawancara kembali. Proses ini akan dilakukan dengan memfokuskan pada pengujian data yang sudah di dapat. Lama perpanjangan pengamatan akan bergantung pada kedalaman, keluasan, dan kepastian data.

3.7.1.2 Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan dengan cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan, seorang peneliti akan dapat mengecek kembali data yang didapat apakah sudah benar, sudah cukup atau sebaliknya. Proses meningkatkan ketekunan dapat dilakukan pertama-tama dengan cara banyak membaca referensi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

3.7.1.3 Triangulasi

“Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik,” (Sugiyono, 2014, hlm. 125).

Menggunakan Bahan Referensi

Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan data Sumber : Sugiyono (2009, hlm 126)

Sumber : Sugiyono (2014, hlm. 126)

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data

Pemangku Adat Pewaris Tradisi Agen-Agen

(35)

81

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber : Sugiyono (2009, hlm. 126)

Sumber : Sugiyono (2014, hlm. 126)

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Sumber : Sugiyono (2014, hlm. 126)

Gambar 3.3Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

Gambar 3.1 menunjukkan tahap triangulasi sumber data, dimana proses triangulasi sumber data ini ialah melakukan pengecekan atas data-data yang telah diberikan partisipan. Adapun pihak yang akan dilakukan triangulasi sumber data adalah keluarga (orang tua yang memiliki anak belum menikah), tokoh adat (pemangku adat), masyarakat termasuk didalamnya generasi penerus tradisi di Kampung Kuta. Triangulasi teknik dan waktu pengumpulan data dilakukan peneliti sesuai dengan teknik dan waktu yang digunakan. Maksudnya adalah, peneliti pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi, karena itu peneliti akan melakukan pengecekan data dari teknik-teknik tersebut dengan melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi

Studi Dokumentasi

Wawancara Observasi

Penelitian pertama

Penelitian selanjutnya

(36)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ulang untuk melengkapi dan memverifikasi data yang sudah ada pada waktu yang berbeda. Selanjutnya mungkin peneliti akan melakukan triangulasi sumber dan teknik pengumpulan data. Misalnya peneliti akan menerapkan teknik lain pada sumber lain.

3.7.1.4 Analisis Kasus Negatif

Tahap ini merupakan proses analisis atas data-data yang dianggap tidak sesuai dengan temuan. Maksudnya, peneliti mulai mencari data yang bersebrangan dengan temuan yang di dapat dari tempat penelitian. Semakin sedikit data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, maka semakin kredibel data temuan peneliti.

3.7.1.5 Menggunakan Bahan Referensi

Referensi digunakan dalam uji kredibilitas dengan cara mencari pendukung atas data temuan peneliti. Misalnya dengan adanya bukti rekaman wawancara, foto, dan lain sebagainya.

3.7.1.6 Mengadakan Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

3.7.2 Dependabilitas dan Konfirmabilitas

(37)

83

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(38)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 176

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam skripsi yang berjudul “Pola Pewarisan Nilai dan Norma Masyarakat Kampung Kuta dalam Mempertahankan Tradisi (Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kampung Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat)”, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Masyarakat Kampung Kuta memiliki banyak tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Tradisi ini lahir berdasarkan kepercayaan masyarakat terhadap adanya roh-roh halus yang masyarakat sebut dengan ambu dan rama. Kepercayaan masyarakat Kampung Kuta pada roh dipercaya melahirkan banyaknya tradisi berdasarkan sistem kepercayaan, sistem mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, upacara adat, dan kesenian. Kehidupan sehari-hari masyarakat Kampung Kuta dipenuhi dengan tradisi berupa tabu-tabu yang jika dilanggar dipercaya akan mendatangkan musibah bagi warga kampung. Tradisi lainnya dalam sistem kepercayaan masyarakat Kampung Kuta adalah menjaga dan berdoa di hutan keramat. Selanjutnya adalah tradisi dalam memanen padi (bercocok tanam), tradisi dalam memilih tokoh adat terutama kuncen, tradisi dalam membangun rumah, tradisi Nyuguh, tradisi Sedekah Bumi, tradisi Babarit, tradisi Gondang Buhun, tradisi Gembyung, tradisi Ibing Buhun, dan tradisi Terebang.

(39)

177

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam bermasyarakat. Nilai ini membuat kehidupan masyarakat Kampung Kuta menjadi teratur. Selain itu, tradisi yang ada menunjukkan adanya nilai berupa kepatuhan masyarakat terhadap yang dilakukan leluhurnya. Atas dasar ini, dapat ditelaah mengenai nilai yang berkaitan dengan hubungan antar sesama manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam. Namun, selain peraturan yang diatur dalam setiap tradisi, secara umum masyarakat Kampung Kuta memiliki peraturan tidak tertulis yang membuat masyarakat Kampung Kuta masih kokoh mempertahankan tradisi yang ada. Norma tidak tertulis ini dikenal dengan istilah Pamali. Norma tidak tertulis ini tidak memiliki sanksi khusus secara tertulis yang dibuat bagi pelanggarnya, norma ini menyerahkan sanksi bagi pelanggarnya kepada kekuatan yang menjaga Kampung Kuta sehingga sanksi ini bisa disebut dengan sanksi hukum karma. 3. Tradisi yang ada di Kampung Kuta hingga saat ini masih bertahan atau

dipertahankan oleh masyarakat tidak terlepas dari nilai dan norma yang terkandung di dalamnya. Masih bertahannya tradisi-tradisi ini dapat dilihat dari pola pewarisan nilai dan norma yang dilakukan masyarakat Kampung Kuta. Pola pewarisan nilai dan norma pada masyarakat Kampung Kuta dilakukan secara struktural dimana pewarisan nilai dan norma ini dilakukan bukan hanya oleh satu pihak saja melainkan oleh banyak pihak diantaranya orang tua, tokoh adat, masyarakat dan teman sebaya. Secara umum, pola pewarisan yang dilakukan agen-agen pewaris nilai dan norma dilakukan dengan cara memberi contoh secara langsung atau dikenal dengan peniruan model, wejangan-wejangan, keterlibatan secara langsung, pergaulan dengan teman sebaya dan cerita-cerita sejarah dari masyarakat baik tokoh adat maupun pihak lainnya.

(40)

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keberadaannya di Kampung Kuta tidak mengganggu eksistensi tradisi yang ada di Kampung Kuta. Tradisi yang dimiliki masyarakat Kampung Kuta masih dapat bertahan di kampung ini, hanya saja keberadaan atribut modernisasi ini menggeser sedikit tradisi yang ada. Maksudnya menggeser sedikit tradisi yang ada adalah, keberadaan atribut-atribut modernisasi membuat kebiasaan dalam menjalankan tradisi sedikit berubah. Contohnya adalah pada tradisi hajatan yang dilakukan masyarakat, dahulu ketika hajatan pasti akan dibuat tenda yang dibuat dari kirai dan batang pohon aren, namun sekarang tenda sudah diganti dengan tenda sewaan. Selain faktor eksternal, faktor internal seperti lingkungan alam, lingkungan masyarakat, kondisi keluarga dan keberfungsian tradisi pun memengaruhi pola pewarisan dan eksistensi tradisi yang ada di Kampung Kuta. Kondisi lingkungan alam Kampung Kuta yang jauh dan akses jalan yang masih kurang diperhatikan membuat masyarakat dari luar Kampung Kuta jarang memasuki Kampung Kuta, hanya pada acara-acara atau kepentingan tertentu saja baru memasuki Kampung Kuta. Kondisi ini dirasa menguntungkan bagi pewarisan nilai dan eksistensi tradisi adat yang ada di Kampung Kuta, karena kondisi ini membuat masyarakat Kampung Kuta terhindar dari budaya luar yang di bawa masyarakat luar saat memasuki Kampung Kuta. Selain itu, kondisi lingkungan masyarakat Kampung Kuta yang dikelilingi Keramat membuat masyarakat takut pada roh-roh yang menghuni keramat sehingga tradisi yang ada tetap masyarakat pertahankan karena takut dengan penghuni kramat tersebut. Rasa solidaritas antar warga kampung di Kampung Kuta ini sangat tinggi, masyarakat sangat dekat satu sama lain. Hal ini membuat proses pewarisan nilai dan norma dalam mempertahankan tradisi lebih mudah dan gencar dilakukan oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat merasakan manfaat dari tradisi yang telah dijalankan selama ini. Keberfungsian tradisi bagi masyarakat membuat tradisi yang ada di Kampung Kuta masih di pertahankan oleh masyarakat.

(41)

179

Dessy Lismiati, 2015

POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian mengenai pola pewarisan nilai dan norma masyarakat Kampung Kuta dalam mempertahankan tradisi ini, dapat memberi implikasi pada dunia pendidikan dan masyarakat umum. Implikasi pada dunia pendidikan dapat dilakukan pada pembelajaran di persekolahan, nilai-nilai dan norma yang dimiliki masyarakat Kampung Kuta dapat diajarkan pula pada dunia pendidikan. Pemaparan mengenai tradisi yang dimiliki masyarakat dan penjabaran mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam setiap tradisi dapat dijadikan contoh dalam pembelajaran, bukan hanya dengan menggunakan tradisi masyarakat Kampung Kuta melainkan mengangkat tradisi yang ada di lingkungan masing-masing untuk kemudian dikombinasikan dengan pembelajaran di sekolah, sehingga pembelajaran di sekolah tidak hanya toh terpaku pada buku pegangan. Menggunakan buku pegangan sebagai pembelajaran di sekolah selama ini cenderung membuat siswa bosan dengan pembelajaran yang berlangsung.

Tradisi yang ada di Kampung Kuta merupakan tradisi yang unik, tradisi-tradisi ini dapat memberi implikasi pada pembelajaran sosiologi terutama dalam perspektif interaksionis dan fungsionalis. Pola pewarisan nilai dan norma masyarakat Kampung Kuta pun dapat di tiru di dunia persekolahan dan di masyarakat lain pada umumnya. Masyarakat luas pada umunya sudah mengetahui bahwa seorang pendidik merupakan sosok yang perilakunya akan di tiru oleh peserta didik, penelitian ini membuktikan hal tersebut. Salah satu pola pewarisan nilai yang dilakukan masyarakat adalah dengan pola peniruan model, untuk itu apa yang hendak pendidik sampaikan pada peserta didik atau keluarga pada anaknya lebih baik tidak hanya terucap di mulut saja melainkan harus dicerminkan pula dengan perilaku sehingga anak akan yakin dengan yang disampaikan dan mau serta dapat meniru apa yang pendidik coba untuk ditanamkan padanya. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian “Pola Pewarisan Nilai dan Norma Masyarakat Kampung Kuta dalam Mempertahankan Tradisi”, peneliti memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

Gambar

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data
Gambar 3.3Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Surat Penawaran Saudara pada Paket Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan di Kecamatan Sei Menggaris pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Variabel reliability (X 2 ), yang meliputi indikator petugas memberikan pelayanan yang tepat, petugas memberikan pelayanan yang cepat, petugas memberikan pelayanan

[r]

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Dalam konteks integrasi keilmuan, setidaknya telah mulai di gagas adanya perumusan pembelajaran yang terintegrasi ( integrated learning ), misalnya di Departemen Pendidikan

Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen

[r]