• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI KADER LINGKUNGAN DENGAN MASYARAKAT ( Pola Komunikasi Antara Kader Lingkungan Dengan Masyarakat di Kelurahan Gunung Anyar Surabaya Dalam Pelaksanaan Program Green and Clean Pemerintah Kota Surabaya ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA KOMUNIKASI KADER LINGKUNGAN DENGAN MASYARAKAT ( Pola Komunikasi Antara Kader Lingkungan Dengan Masyarakat di Kelurahan Gunung Anyar Surabaya Dalam Pelaksanaan Program Green and Clean Pemerintah Kota Surabaya )."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Kelur a han Gunung Anyar Sur abaya Da la m Pela ksa naan Pr ogra m Green and

Clean Pemer intah Kota Sur abaya )

SKRIPSI

OLEH :

FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA

0943010048

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

POLA KOMUNIKASI KADER LINGKUNGAN DENGAN MASYARAKAT

( Pola Komunikasi Antara Kader Lingkungan Dengan Masyarakat di Kelur ahan

Gunung Anyar Sur abaya Dalam Pelaksanaan Program Green and Clean Pemerintah

Kota Sur abaya )

Disusun Oleh :

FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA

0943010048

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” J awa Timur

Pada tanggal 10 J anuar i 2014

PEMBIMBING

TIM PENGUJ I :

1.

Ketua

Dra. Diana Amalia M.Si

Dra. Sumardjijati, MSi

NIP :1963 0907 1991 03 2001

NIP : 1962 0323 1993 09 2001

2.

Sekertaris

Dra. Diana Amalia M,Si

NIP : 1963 0907 1991 03 2001

3.

Anggota

Dra. Dyva Clar reta, MSi

NPT: 3 6601 94 00251

(3)

Alhamdulillaahhirabbil’allamiin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, serta sholawat dan salam penulis ucapkan kepada Baginda Rasul Nabi Allah

Muhamad SAW. Karena karuniaNya, penulis bias menyelesaikan Skripsi ini. Hanya

kepada Nya - lah rasa syukur dipanjatkan atas selesainya Skripsi ini. Sejujurnya

penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan Skripsi ini, tetapi

factor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa

mudah apbila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki. Semua proses

kelancaran pada saat pembuatan Skripsi ini tidak lepas dari segala bantuan dari

berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan sumbangsihnya.

Maka penulis ″wajib″ mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang

disebut berikut :

1.

Allah SWT, karena karunia kesehatan baik secara fisik maupun mental yang

diberikanNya.

2.

Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur

3.

Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

4.

Bapak Juwito, S.Sos,, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.

5.

Dra. Diana Amalia M.Si,selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

(4)

7.

Penulis ucapkan rasa terima kasih kepada keluarga, khususnya kedua orang tua

penulis, yang telah mendoakan dan selalu memberikan semangat untuk

menyelesaikan penelitian ini.

8.

Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada teman-teman

seperjuangan yang telah memberikan dukungan.

9.

Terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per

satu oleh penulis atas bantuannya yang diberikan selama penyusunan Skripsi.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah

dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, 29 Desember 2013

(5)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR

………...……….. iii

DAFTAR ISI

………. iv

ABSTRAKSI

……….………... vi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2. Rumusan Masalah ……… 12

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 12

1.3.1. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 14

2.1. Landasan Teori ... 14

2.1.1. Pengertian Komunikasi ... 14

2.1.2. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 16

2.1.3. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 22

2.1.4. Pola Komunikasi ... 23

2.1.5. Teori Pertukaran Sosial ... 26

2.1.6. Pengertian Kader Lingkungan ... 27

2.1.7. Proses Komunikasi Program Green and Clean ... 29

2.2. Kerangka Bepikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

(6)

3.2.2. Surabaya Green and Clean ... 41

3.2.3. Peran dan Fungsi Kader Lingkungan Dalam

Implementasi Green and Clean ... 45

3.3. Unit Analis Penelitian ... 46

3.3.1. Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.3.2. Teknik analisis Data ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51

4.2. Identitas Informan ... 52

4.3. Penyajian Data ... 54

4.4. Analisis Data ... 55

4.4.1 Komunikasi secara terbuka yang dilakukan kader

lingkungan kepada warga agar memahami

karakter lawan bicara ... 55

4.4.2 Pendekatan Efektif yang dilakukan oleh kader

lingkungan kepada warga yang menjadikan warga

memahami maksud dari program ... 57

4.4.3 Keberhasilan kader lingkungan yang menjadikan

warga mampu menjalankan progam ... 60

4.4.4 Komunikasi secara terbuka yang dilakukan warga

dengan agar kader lingkungan memahami

lawan bicara ... 62

(7)

kader lingkungan kelurahan Gunung Anyar ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

LAMPIRAN ... 74

(8)

ABSTRAK

FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA, POLA KOMUNIKASI KADER

LINGKUNGAN DENGAN MASYARAKAT

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pola komunikasi yang

dilakukan oleh kader lingkungan dengan warga, sehingga kebutuhan kedua belah

pihak dapat terwujud dengan baik. Dimana pola komunikasi ini dipengaruhi oleh

perbedaan latar belakang budaya, yaitu perbedaan kebiasaan.

Selama program berjalan, interaksi antara kader lingkungan dengan warga

menjadi perhatian peneliti, perbedaan pengalaman dan kebiasaan antara kader

lingkungan dengan warga menjadi satu-satunya perbedaan, perbedaan tersebut yang

menjadikan peluang konflik antara kader lingkungan dan warga.

Metodologi yang digunakan adalah pola komunikasi Menurut Joseph A. Devito

( 2007 : 277 – 278 ), terdapat empat pola komunikasi yaitu Pola Keseimbangan, Pola

Keseimbangan Terbalik, Pola Pemisah Tidak Seimbang, Pola monopoli.

Ka ta kunci :Pola Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, kader lingkungan, warga,

Joseph A. Devito.

ABST RACT

FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA, COMMUNICATION PATTERN

THECADRE ENVIRONMENTWITH SOCIETY

In this study, Researchers want to know the communication pattern performed

by the environmental cadres with residents,so that the needs of both parties can be

realized by either. Where these communication patterns are influenced by differences

in cultural background, ie the difference habits.

During the program, interaction between environmental cadres with people of

concern to researchers,differences in experience and habits among cadres

environment with people being the only difference,The difference that makes the

chances of a conflict between environmental cadres and citizens.

The methodology used is the communication pattern According to Joseph A.

DeVito ( 2007 : 277 – 278 ), There are four communication patterns that pattern

Balance, Balance Reversed Pattern, Pattern Separator Unbalanced, Pattern monopoly.

(9)

1.1.

Lata r Belakang Masalah

Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication, yang berasal

dari kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama disini artinya “sama makna” (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000 :60).

Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi

manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek

kata dengan melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan atau

berinteraksi antara satu dengan yang lain.

Menurut (Widjaya, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan

sebagai hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah

berhubungan atau diartikan pula saling tukar – menukar pendapat. Komunikasi

dapat pula diartikan sebagai hubungan kontak antara manusia baik individu

atau kelompok.

(10)

2

kepada orang lain. Dalam pengertian paradigmatik, komunikasi mengandung

tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui

media. Pengertian lain komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap,

pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung

melalui media. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberitahu

atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).

(11)

penduduk, teknologi, lingkungan dan organisasi perkotaan sehingga telah

melahirkan “ ecological urban complex”.

Sejalan dengan kondisi yang demikian maka di Kota Surabaya, seperti

halnya kota-kota metropolitan yang lain, muncul kemajemukan masyarakat.

Sebagian dari sekmen masyarakat yang majemuk tersebut adalah penduduk

yang tinggal di daerah perkampungan kumuh baik yang legal maupun yang

ilegal. Penduduk yang bermukim di kampung yang ilegal lazim disebut

penduduk liar atau penduduk spontan atau squatters. Hal tersebut telah menjadi

fenomena sosial yang universal, artinya telah terjadi di banyak negara.

Keberadaan masyarakat kumuh tersebut merupakan realita sosial yang tidak

dapat dihilangkan, sepanjang penduduk daerah penyangga Kota Surabaya

masih hidup dalam kondisi marginal atau telah terjadi proses ketimpangan

dalam kehidupan sosial-ekonomi. Pembangunan investasi yang bergerak pesat

telah terjadi di Surabaya sehingga telah memperlebar jurang ketimpangan

dengan kondisi sosial-ekonomi daerah perdesaan. Oleh karena itu ketimpangan

tersebut telah menimbulkan proses migrasi, antara lain penduduk non-permanen

pada strata sosial – ekonomibawah.

(12)

4

hak asasi manusia telah melindunginya, walaupun mereka seharusnya

mematuhi perundang-undangan yang berlaku dan menghormati nilai-nilai yang

hidup pada masyarakat Kota Surabaya. Dalam hal ini kegiatan penduduk

marginal di permukiman kumuh dapat dilihat sebagai sub-sistem dari sistem

perkotaan Surabaya. Penduduk migran non-permanen yang bermukim di daerah

kumuh antara lain berada di Kelurahan Putat Gede, Kelurahan Tg.Sari,

Kelurahan Suko Manunggal, Kelurahan Pacar Keling, Kelurahan Kr.Pilang dan

Kelurahan Waru Gunung, cenderung didominasi oleh penduduk dari daerah

perdesaan sekitar Kota Surabaya seperti Bangkalan, Gresik, Lamongan dan

Mojokerto, meskipun mereka banyak pula yang datang dari daerah lain, bahkan

dari luar provinsi Jawa Timur.

(13)

Surabaya yang sangat mahal. Meskipun untuk membangun rumah susun adalah

sulit, namun bagi kota metropolitan Surabaya nampaknya merupakan keharusan

untuk memfasilitasinya.

Penduduk pendatang yang kurang selektif, meskipun telah memberi

kontribusi negatif terhadap kondisi lingkungan kota karena telah menciptakan

permukiman kumuh dengan segala implikasinya, namun sebenarnya mereka

juga memberi kontribusi positif bagi pembangunan kota. Kota Surabaya telah

memperoleh alokasi sumberdaya manusia dari daerah perdesaan. Sumberdaya

manusia asal perdesaan kendati kualitasnya adalah rendah, namun mereka telah

menjadi

bagian

dari

ekosistem

perkotaan

yang

secara

langsung

menyumbangkan jasa tenaga kerja murah, dan menyediakan produksi skala

rumah tangga, terutama sangat diperlukan bagi usaha formal maupun

masyarakat golongan menengah ke atas, baik sebagai tenaga kerja maupun

sebagai bagian dari segmen pasar, bahkan sebagai distributor komoditi

pabrikan. Keberadaan permukiman kumuh yang dapat menyediakan perumahan

murah, juga sangat membantu penduduk kota yang menginginkannya, misalnya

buruh pabrik atau pegawai daerah golongan rendah yang memerlukan kamar

sewaan ataupun kontrakan yang relatif murah.

www.tugaskuliah.info/2009

(14)

6

pemukiman yang kurang dan percepatan pembangunan yang kurang seimbang,

bukan tidak mungkin lagi jika lingkungan di Surabaya saat ini bias dikatakan

dalam fase mengkhawatirkan. Permasalahan lingkungan perkotaan di Surabaya

yang dominan saat ini adalah population dan building density kota (kepadatan)

yang terus meningkat, masalah persampahan, masalah sanitasi kota, dan water

quality (kualitas air). Permasalahan kepadatan Kota Surabaya semakin

kompleks dengan perkembangan jumlah penduduk yang sangat tinggi, terutama

penduduk yang tidak tetap. Jumlah penduduk merupakan ancaman dan pressure

terbesar bagi masalah lingkungan hidup. Setiap penduduk memerlukan energi,

lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup, di sisi lain setiap

orang juga menghasilkan limbah dalam beragam bentuk. Pertambahan

penduduk yang sangat tinggi di Kota Surabaya, diakui telah melampau

kemampuan daya dukung lingkungan untuk meregenerasi sendiri, sehingga

berimbas pada kualitas hidup manusia yang makin rendah.

(15)

kecoak, dan tikus. Keberadaan lalat, nyamuk, dan tikus yang merupakan vector

(pembawa) berbagai macam penyakit menjadi salah satu indikator seberapa

baik kualitas lingkungan suatu kota. Bahkan diindikasikan bahwa penyebab

pemanasan global bukan hanya karena produksi CO2 yang berlebihan, tapi juga

disebabkan oleh zat CH4 yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah yang

akan terbawa ke atmosfir dan merusak lapisan ozon.

Pengelolaan sampah yang masih menggunakan paradigma lama

(pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir) perlu dirubah. Hal ini

karena permasalahan sampah yang semakin kompleks, terutama kesulitan

mendapat tempat pembuangan akhir serta berkembangnya jumlah dan ragam

sampah perkotaan. Penanganan sampah dengan paradigma baru perlu

mengedepankan proses pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi

sampah). Minimalisasi sampah adalah upaya untuk mengurangi volume,

konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses

produksi dengan reduksi dari sumber dan/atau pemanfaatan limbah.

Keuntungan dari metode ini adalah : mengurangi ketergantungan terhadap TPA

(tempat pembuangan akhir), meningkatkan efisiensi pengolahan sampah

perkotaan, dan terciptanya peluang usaha bagi masyarakat. Metode

minimalisasi sampah mencakup tiga usaha dasar yang dikenal dengan 3R, yaitu

reduce (pengurangan), reuse (memakai kembali), dan recycle (mendaur ulang).

(16)

8

dirubah, terutama masyarakat yang tinggal di pinggir sungai yang masih

menggunakan badan sungai sebagai tempat pembuangan. Buruknya sanitasi

perkotaan akan menyebabkan masalah pada tingkat kesehatan masyarakat,

terutama munculnya berbagai penyakit diare, muntaber dan penyakit kulit.

Oleh karena itu, perlu pembinaan intensif warga tentang masalah

kebiasaan ber-sanitasi. Kedepannya perlu perencanaan jaringan perpipaan air

limbah (Sewerage System) kota yang diselenggarakan per distrik agar biaya

investasi dapat ditekan serta pengelolaan tidak mahal. Masalah sanitasi kota

selalu berkaitan dengan masalah kualitas air dan aspek penyebaran bibit

penyakit di perkotaan.

(17)

Kampung – kampung ini merupakan keluaraan dari program kompetisi

lingkungan bertajuk Surabaya green and clean (SGC). Program ini bertumpu

pada peran serta masyarakat sebagai agen perubahan (agent of change) dalam

mengelola lingkungan di daerahnya secara mandiri, termasuk kegiatan

pengelolaan sampah seperti pemilahan, pengomposan dan pendaurulangan.

Dengan menggandeng beberapa sponsor seperti, jawapos group, dengan adanya

dukungan dari beberapa sponsor, program ini diharapkan menjadi ajang

pelaksaan CSR (corporate social responsibility) kepada masyarakat sekitar.

Sejak awal keberadaannya kader lingkungan di Kelurahan Gunung Anyar

berjuang untuk memberikan perubahan lingkungan. Ia adalah pelopor

perubahan juga seorang wakil rakyat karena bertugas sebagai penyambung

lidah antara pemerintah kota dengan warga. Pendekatan program dilakukan

dengan cara memberdayakan peran pemimpin di masyarakat (kader

lingkungan) yang kemudian secara aktif mengajak warga masyarakat lainnya

untuk berperan aktif dalam mengelola lingkungan.

(18)

10

Kader lingkungan mempelopori warga untuk mengelola lingkungannya

menjadi lebih baik. Kader lingkungan bekerja di wilayah kelurahan. Mereka

mewakili beberapa warga ditataran RT dan RW. Selain itu kader lingkungan

juga seorang provokator dalam arti positif karena mereka berjuang keras

bersama warga untuk mensosialisasikan pengelolaan sampah dilingkungannya.

Dalam sebuah lingkungan yang awalnya adalah kawasan gersang dimana

masyarakat sekitar belum sadar akan fungsi menjaga kebersihan dan

menghijaukan lingkungannya, peneliti tertarik dengan komunikasi yang

dibangun oleh kader lingkungan dimana mereka bersama para kader untuk

memotivasi masyarakat dalam mencapai tujuan programnya.

Yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana pola komunikasi yang digunakan oleh kader lingkungan dalam

menyampaikan pesan pada warga agar pesan tersebut dapat dimengerti dan

dilaksanakan mengingat awalnya warga di Kelurahan Gunung Anyar bukanlah

warga yang sadar untuk menjaga kebersihan lingkungannya. Jadi kader

lingkungan harus mampu mengubah mindsite warga melalui tugas utamanya

yaitu mengidentifikasi para kader, memotivasi mereka untuk melaksanakan

kegiatan program, bertindak sebagai mitra warga dan menjadi jembatan warga

terhadap pemangku kepentingan lainnya.

(19)

terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Menurut Djamarah ( 2004 : 1 ),

pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan antara dua orang

atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang

tepat,sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau

pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman pesan dan

penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau

rencana yang meliputi langkah – langkah pada suatu aktivitas dengan

komponen – komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya

hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.

Pola komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah

komunikasi antara suami dengan istri, melainkan pola komunikasi antara satu

kelompok dengan kelompok lainnya. Menurut Joseph A. Devito ( 2007 : 277 –

278 ), terdapat empat pola komunikasi yaitu : Pola Keseimbangan, Pola

Keseimbangan Terbalik, Pola Pemisah Tidak Seimbang, Pola monopoli

(20)

12

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. (Bagong Suyanto, 2006 : 166 ).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis data berupa hasil

wawancara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang

diajukan adalah

“Bagaimana Pola Komunikasi Antara Kader Lingkungan Dengan Masyarakat

di Kelurahan Gunung Anyar Surabaya Dalam Pelaksanaan Program Green and

Clean?“

1.3. Tujua n dan Manfaa t Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tujuan penelitian ini

adalah

untuk

mengetahuipola

komunikasi

kader

lingkungan

dalam

penyampaian pesan guna memberdayakan masyarakat pada pelaksanaan

program green and clean.

1.3.1 Ma nfaat Penelitian

Manfaa t Teor itis

(21)

relations dalam pelaksanaan program green and clean di kelurahan Gunung

Anyar.

Manfaa t Pr aktis

(22)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Penger tian Komunikasi

Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication, yang berasal dari kata

latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama disini

artinya “sama makna” (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000 :60). Komunikasi

sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi manusia dapat

menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek kata dengan

melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan atau berinteraksi antara satu

dengan yang lain.

Menurut (Widjaya, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan sebagai

hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah berhubungan atau

diartikan pula saling tukar – menukar pendapat. Komunikasi dapat pula diartikan

sebagai hubungan kontak antara manusia baik individu atau kelompok.

(23)

kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang,

dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam pengertian

paradigmatik, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara

lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain komunikasi adalah

proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi

tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,

maupun tak langsung melalui media. Dalam definisi terebut tersimpul tujuan, yakni

memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku

(behavior).

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K.

Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak

kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.

Kalau unsur – unsur komunikasi yang dikemukakan diatas dilukiskan dalam

gambar, kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat seperti berikut.

(24)

16

sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung

melalui media.

Menurut (Rahmad, 1999 : 129) faktor – faktor yang menumbuhkan hubungan

interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah :

a.

Percaya (trust)

Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana percaya

kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Dengan adanya

percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka hubungan

komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi.

b.

Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam

komunikasi, seseorang bersifat defensive apabila tidak menerima, tidak jujur, tidak

empatis. Dengan sikap defensive komunikasi interpersonal akan gagal.

c.

Sikap terbuka (open mindedness)

Dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya

saling pengertian, saling menghargai, dan yang paling penting yaitu saling

mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.

2.1.2 Penger tian Komunikasi Inter per sonal

(25)

orang, atau diantara sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan

beberapa umpan balik seketika.

Pentingnya

situasi

komunikasi

interpersonal

adalah

karena

proses

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi antar

pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam

komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing – masing menjadi pembicara dan

pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis, Nampak adanya

upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama (mutual

understanding) dan empati. Disitu terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan

status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing – masing adalah

manusia yang wajib, berhak, pantas, dan wajar menghargai dan dihormati sebagai

manusia.

(26)

18

Gangguan

Pengiriman

( encoding )

Penerimaan

( decoding )

Bidang

pengalaman

Pengiriman

( encoding )

Penerimaan

( decoding )

Saluran

Pesan-

pesan

sebaliknya jika tanggapan komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya

komunikasi sampai komunikasi berhasil.

Dalam komunikasi antarpribadi arus komunikasi yang terjadi adalah sirkuer

atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk

menjadi komunikator an komunikan dalam proses komunikasi. Untuk dapat

mengetahui komponen–komponen yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi, efek

dan umpan balik dapat terjadi kesetika. Dapat dijelaskan dalam gambar sebagai

berikut :

Gambar 1. Model komunikasi interpersonal secara umum

EFEK

EFEK

Umpan Balik

Bidang

(27)

Dalam gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen – komponen

komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut : (Devito, 2007 : 10).

1.

Pengirim – penerima

Komunikasi antarpribadi, paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang

terlibat dalam komunikasi antarpribadi memfokuskan dan mengirim pesan dan juga

sekaligus menerima dan memahami pesan.

2.

Encoding – Decoding

Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan – pesan yang

yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan

menggunakan kata – kata, simbol dan sebagainya. Sebaliknya, tindakan untuk

menginterpretasikan dan memahami pesan – pesan yang diterima, disebut sebagai

decoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena pengirim juga bertindak sekaligus

sebagai penerima. Maka fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang

yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi.

3.

Pesan – Pesan

(28)

20

4.

Saluran

Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara

pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal, baik yang

bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dengan saluran media

massa. Hal ini disebabkan karena pertama, penyampaian pesan melalui saluran

komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak yang dituju,

bersifat pribadi dan manusiawi. Kedua, penyampaian melalui komunikasi personal

dapat dilakukan secara rinci dan lebih fleksibel dengan kondisi nyata khalayak.

Ketiga, keterlibatan khalayak dalam komunikasi cukup tinggi. Keempat, pihak

komunikator atau sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik dan

tanggapan dari pihak khalayak atas isi pesan yang disampaiakannya. Kelima, pihat

komunikator atau sumber dapat dengan segera memberikan penjelasan apabila

terdapat kesalahpahaman tau kesalahan persepsi dari pihak khalayak atas pesan yang

disampaikannya.

5.

Gangguan atau Noise

Seringkali pesan – pesan yang dikirim dengan pesan yang diterima. Hal ini

dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi yang terdiri dari:

a. Gangguan Fisik

(29)

b. Gangguan Psikologis

Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif

diantara orang – orang yang terlibat dalam komunikasi.

c. Gangguan Simatik

Gangguan ini terjadi karena kata – kata atau symbol yang digunakan dalam

komunikasi, sering kali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal

dalam menangkap dari maksud – maksud pesan yang disampaikan.

6.

Umpan Balik

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses

komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus – menerus

bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara baik secara verbal maupun

nonverbal. Umpan balik bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan.

Bersifat netral apabila tidak menimbulkan efek, dan bersifat negative apabila

merugikan.

7.

Konteks

(30)

22

a. Dimensi Fisik, mencakup tempat dimana komunikasi berlangsung.

b.Dimensi Sosial Psikologi, mencakup hubungan yang memperhatikan masalah

status, peranan yang dimainkan, norma – norma kelompok mayarakat, keakraban,

formalitas dan sebagainya.

8.

Bidang Pengalaman (Field of Experience)

Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi

antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam

komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.

9.

Efek

Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi

dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku, kepercayaan dan opini

komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan secara tatap muka.

2.1.3 Efektivitas Komunikasi Inter per sonal

Menurut Joseph A. Devito dalam buku The Interpersonal Communication Book

yang dikutip oleh Soemiati (Soemiati, 1993 : 50 – 51) :

(31)

2.

Empati, sebagai suatu perasaan individu yang merasa sama seperti

yang dirasakan orang lain (menempatkan diri pada posisi orang lain).

3.

Dukungan, suatu dukungan situasi terhadap kritik maupun caci maki.

4.

Rasa positif, dimana komunikasi akan positif bila dirasakan situasi

yang positif sehingga mau aktif dan membuka diri.

5.

Kesamaan, kesamaan dalam bidang pengalaman, seperti sikap,

perilaku, nilai dan sebagainya serta kesamaan dalam hal mengirim dan menerima

pesan.

2.1.4 Pola Komunikasi

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari

bahasa latin yaitu communiacation, yang akar katanya adalah communis, tetapi bukan

partai dalam kegiatan politik. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama

maka, yaitu sama makna mengenai suatu hal.

Pengiriman pesan dari endocer ke decoder yang kemudian direspon oleh

decoder dan diteruskan kembali pada encoder ( umpan balik ) menimbulkan interaksi.

Proses komunikasi adalah sebuah proses. Proses komunikasi itu sendiri adalah setiap

langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahaminya informasi oleh

komunikan dan berlangsung secara kontinu ( Suprapto, 2006 : 5 ).

(32)

24

gagasan atau ide yang disampaikan. Menurut Djamarah ( 2004 : 1 ), pola komunikasi

diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses

pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat,sehingga pesan yang

dimaksud dapat dipahami.

Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola

hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman pesan dan

penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana

yang meliputi langkah – langkah pada suatu aktivitas dengan komponen – komponen

yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia

atau kelompok dan organisasi.

Pola komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah komunikasi

antara suami dengan istri, melainkan pola komunikasi antara satu individu dengan

individu lainnya.

Menurut Joseph A. Devito ( 2007 : 277 – 278 ), terdapat empat pola

komunikasi :

1. Pola Keseimbangan

(33)

Terlihatdarikegiatanparawargabersamakaderlingkungandalammelakukansetiapr

angkaianacaradalam program green and clean, dalam pertemuan formal maupun non

formal, kader lingkungan dan warga nampak kompak dan membaur antara satu

dengan yang yang lainnya tanpa ada yang terlihat dominan.

2. Pola Keseimbangan Terbalik

Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing mempunyai orientasi

diatas daerah atau wewenang yang berbeda masing – masing.

Dalam implementasinya di program green and clean di kelurahan gunung

anyar, tidak terlihat pola komunikasi seperti itu, Karena dalam pola tersebut

dijelaskan bahwa masing – masing mempunyai orientasi diatas daerah atau

wewenang yang berbeda masing – masing,

3. Pola Pemisah Tidak Seimbang

Dalam hubungan terpisah yang tak seimbang, satu orang mendominasi. Maka

dari itu, satu orang ini secara teratur mengendalikan hubungan dan hampir tidak

pernah meminta pendapat antara kedua belah pihak. Sedangkan anggota yang

dikendalikan membiarkannya untuk menenangkan argumentasi ataupun membuat

keputusan.

(34)

26

4. Pola monopoli

Dalam pola monopoli ini, kedua belah pihak sama – sama dirinya sebagai

penguasa. Keduanya lebih suka memberi nasihat daripada berkomunikasi untuk

saling bertukar pendapat.

Pola monopoli seperti yang dijelaskan juga tidak terjadi dalam program green

and clean di kelurahan gunung anyar, karena pola monopoli ini menjelaskan jika

dalam proses komunikasi keduanya (kader lingkungan maupun warga) lebih suka

member nasihat dari pada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat, akan tetapi

dalam implementasinya diprogram green and clean yang berjalan di kelurahan

gunung anyar, warga maupun kade rlingkungan saling terbuka dalam berkomunikasi.

2.1.5 Teor i Per tukar an Sosial

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai traksaksi dagang. Orang

berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi

kebutuhannya. ( Rakhmat, 2003 : 122 ).

(35)

1. Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang

dalam suatu hubungan.

2. Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam satu hubungan.

Biaya dapat berupa waktu, biaya, dan konflik.

3. Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seseorang individu

merasa dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh

laba sama sekali, maka ia akan mencari hubungan lain yang akan

menghasilkan laba.

4. Tingkat perbandingan adalah menunjukkan ukuran baku ( standar ) yang

dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu

sekarang. Tingkat perbandingan ini dapat berupa pengalaman individu pada

masa lalu atau alternatif lain yang terbuka baginya. (Rahmat, 2003 : 122).

2.1.6 Penger tian Kader Lingkungan

Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai

secara lebih luas berarti, Orang yang mampu menjalankan amanat, Orang yang

memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian, Pemegang tongkat estafet sekaligus

membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi.

(36)

28

melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi

organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetapakan membawa misi

gerakan organisasi hingga paripurna.

Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan,

capaian, situasi dankebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat

mengembangkan potensi akal,kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga,

kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki keadaan

sekarang dan mewujudkan masa depan yang lebih baik sesuai dengan cita-cita yang

diidealkan, nilai-nilai yang di yakini serta misi perjuangan yang diemban.

(

langittakwa.blogspot.com

).

Kader lingkungan merupakan bagian dari warga yang dipilih oleh kader

lingkungan dan dianggap bisa menjadi jembatan antara kader lingkungan dan warga

lainnya kemudian dapat memberikan bantuan dalam memperlancar berjalannya

program, sehingga program dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

(

surabaya.go.id/surabayagreenandclean//

)

(37)

warga menerima dengan baik program tersebut. Kader lingkungan disini terdiri dari

beberapa kelompok organisasi dan perangkat desa antara lain : kelompok karang

taruna, kelompok PKK, perangkat desa seperti lurah, kepala RW dan RT.

2.1.7 Proses Komunikasi Progr am Greend and Clean

Salah satu unsure komunikasi adalah adanya penerimaan (receiver). Dimana

penerima adalah orang yang menerima pesan dan sebagai akibatnya menjadi

terhubungkan dengan sumber pesan. Penerima mungkin dikehendaki oleh sumber

atau orang lain yang dalam keadaan apapun menerima pesan, sekali pesan itu telah

memasuki saluran (Mulyana dan Jalaludin, 2000:14-15)

Komunikator dalam kasus ini adalah Kader lingkungan. Setiap komunikator

harus mengerti tentang situasi sekitar pada saat perkumpulan rutin dilakukan. Seperti

yang diungkapkan oleh Widjaja, bahwa pada saat penyampaian pesan komunikan

harus memperhatikan pertimbangan, yaitu :

a.

Situasi atau keadaan yang dikehendaki

b.

Sasaran

c.

Apa yang disampaikan

d.

Bagaimana cara penyampaian, dengan alat-alat apa saja dalam penyampaian

komunikasi berlangsung (Widjaja, 2000:57)

(38)

30

apresiasi warga dianggap sebagai tolak ukur terhadap suksesnya program green and

clean di wilayah tersebut. Jalannya program green and clean dikatakan berhasil atau

tidaknya jika warga memberikan reaksi dan tindakan konkrit pada saat perlombaan

berlangsung. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Yusminah:

“kami berusaha menyatukan visi dan misi, tetapi apapun itu selalu ada pro dan

kontra di dalamnya, saya menyikapi hal itu dengan tenang, jika ada warga yang tidak

menggubris maka saya biarkan, dan saya lebih berkonsentrasi pada warga yang

memiliki semangat maju dan berkembang”

Tidak semua warga merespon dengan baik, ada pula warga yang merespon

biasa-biasa saja, mereka memiliki reaksi yang berbeda selama jalannya program

green and clean. Tinggal di wilayah yang sebelumnya adalah wilayah gersang sudah

menjadi hal yang biasa untuk sebagian warga, berikut pendapat yang diutarakan oleh

salah satu warga Kelurahan Gunung Anyar, Ibu Anita, 29 tahun :

“saya sudah terbiasa dengan lingkungan sebelum ini, tetapi sebagian besar

warga disini ingin perubahan, karena yang ingin berubah mereka ya saya jarang ikut

serta dan ditambah padatnya jadwal kesibukan kerja semakin membuat saya tidak

punya waktu untuk turut andil mengambil bagian selama program tersebut

berlangsung”

(39)

dari warga maupun kader lingkungan.

2.2 Kerangka Ber fikir

Komunikasi yang baik merupakan bagian terpenting dalam mendukung

kesuksesan program green and clean di kelurahan gunung anyar, selama program

berjalan, interaksi antara kade rlingkungan dengan warga menjadi perhatian peneliti,

perbedaan pengalaman dan kebiasaan antara kader lingkungan dengan warga menjadi

satu-satunya perbedaan, perbedaan tersebut yang menjadikan peluang konflik antara

kader lingkungan dan warga.

Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi lintas budaya, atau dengan

kata lain komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh dua orag atau lebih yang

berbeda latar belakang budaya, baik perbedaan dalam ras, etnik, kebiasaan, maupun

perbedaan sosial dan ekonomi. Komunikasi antarbudaya terjadi karena adanya

perbedaan persepsi dan kebiasaan antara komunikator dengan komunikan. Karena

ada perbedaan iklim budaya tersebut, maka pada umumnya komunikasi yang terjadi

selalu difokuskan pada pesan – pesan yang menghubungkan individu atau kelompok

dari situasi budaya yang berbeda.

(40)

32

masing individu tersebut tidak hanya dipengaruhi faktor – faktor internal, tetapi juga

faktor – faktor eksternal. Contohnya adalah hubungan komunikasi antara Kader

Lingkungan dengan warga. Kader lingkungan yang dimaksud adalah beberapa orang

yang dibentuk oleh dinas pemerintah untuk menjalankan programnya, fungsi para

kader lingkungan ini adalah untuk melakukan pembinaan terhadap para warga atau

calon kader lingkungan selanjutnya di area yang ditentukan. Sedangkan kader

lingkungan terdiri dari sekelompok warga yang dipilih dari beberapa perangkat desa

dan beberap kelompok warga seperti ketua RW, RT, karang taruna, PKK, darma

wanita. Untuk menjalankan program pemerintah yang bertajuk green and clean,

maka komunikasi antara keduanya harus dilakukan setiap hari. Pola komunikasi yang

terbentuk apakah produktif ataupun tergantung dari masing – masing individu yang

berinteraksi.

Gambar kerangka berfikir pola komunikasi antara kader lingkungan dengan warga.

Program Green

And Clean

W arga Kader

Lingkungan

(41)
(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Oper asional Konsep

Pada penelitian ini difokuskan pada pola komunikasi antara Kader

Lingkungan dengan wargadikelurahanGunungAnyar, sehingga tipe penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dan

menggunakan analiss kualitatif.

Tipe penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran atau

deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta – fakta dan sifat –

sifat populasi atau objek tertentu. Peneliti sudah mempunyai konsep (biasanya

satu konsep) dan kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual (landasan

teori), priset melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan

variabel beserta indikatornya. Periset ini untuk menggambarkan realitas yang

sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan variabel (Rachmat, 2006 : 69).

(43)

Pendekatan kualitatif dengan pertimbangan lebih mudah apabila berhadapan

dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara

penelitian dengan informan, lebih peka dan dapat lebih menyesuaikan diri

dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola pola nilai yang

dihadapi. Metode kualitatif yang digunakan adalah pendekatan fenomonologis,

artinya peristiwa dan kaitan – kaitannya orang – orang biasa dalam situasi –

situasi tertentu dengan menekankan pada aspek subyektif dari perilaku orang,

dan pendekatan interaksi simbolik yang berasumsi bahwa pengalaman manusia

ditengahi oleh penafsiran, dimana menjadi paradigma konseptual melebihi

dorongan dari dalam, sifat – sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari,

kebetulan, status sosial ekonomi, kewajiban peranan, resep budaya, mekanisme

pengawasan masyarakat atau lingkungan fisik lainnya.

Untuk meneliti pola komunikasi dan perubahan gejala sosial yang ada,

peneliti

menggunakan

pendekatan

fenomonologis,

dimana

berusaha

“mengungkap“ proses interpretasi dan melihat segala aspek “subjek“ dari

perilaku manusia dengan cara masuk ke dunia konseptual orang – orang yang

diteliti sehingga dapat dimengerti apa dan bagaimana suatu pengertian

dikembangkan pada peristiwa dalam kehidupan sehari – harinya. Pendekatan

ini bukan berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang – orang

yang diteliti. ( Moelong, 2002 : 4 – 13 ).

(44)

36

responsive, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri

atas pengetahuan, memproses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan

untuk mengklasifikan dan mengikhtisarkan serta memanfaatkan kesempatan

mencari respon yang tidak lazim. ( Moelong, 2002 : 121 ).

Yang dimaksud pola komunikasi dalam penelitian ini adalah bentuk

hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara Kader

Lingkungan dengan warga. Dalam usaha untuk memudahkan proses

komunikasi yang dimaksud dalam penelitian, maka diperlukan adanya konsep –

konsep yang berfungsi sebagai gambaran awal, antara lain :

1. Pola Keseimbangan

Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing – masing individu

membagi sama dalam komunikasi. Komunikasi yang terjalin sangat

terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin maupun pengikut,

melainkan kedudukannya sama.

2. Pola Keseimbangan Terbalik

Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing mempunyai

orientasi di atas daerah atau wewenang yang berbeda masing – masing.

3. Pola Pemisah Tidak Seimbang

(45)

hampir tidak pernah meminta pendapat antara kedua belah pihak.

Sedangkan

anggota

yang

dikendalikan

membiarkannnya

untuk

memenangkan argumentasi ataupun membuat keputusan.

4. Pola Monopoli

Dalam pola monopoli ini, kedua belah pihak sama – sama dirinya

sebagai penguasa. Keduanya lebih suka memberi nasihat daripada

berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

Informan penelitian ini tidak ditentukan jumlahnya. Hal ini disebabkan

karena dalam penelitian kualitatif tidak mempersoalkan berapa besar jumlah

informan, melainkan yang terpenting adalah seberapa jauh penjelasan informan

yang diperoleh dalam menjawab permasalahan. (Sumady Suryabrata, 1998 :

60).

(46)

38

mendefisikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan istilah – istilah mereka

sendiri.

Berikut ini merupakan syarat untuk menjadi seorang informan dalam

penelitian ini, antara lain adalah Kader Lingkunganserta warga yang berhasil

menjalankan program green and clean.

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah informan yang merupakan Kader lingkungan

yang berhasil menjalankan program green and clean.

2. Obyek Penelitian

Informan lain yang juga akan menjadi obyek dalam penelitian ini adalah

masyarakat dikelurahan Gunung Anyar, yang melakukan komunikasi intensif

dengan Kader lingkungan. Dan menghasilkan narasi – narasi kualitatif dalam

wawancara mendalam (indepth interview).

3.2.1 Profil Gunung Anya r

(47)

penghijauan dengan banyak menanam pohon pelindung di kawasan Gunung

Anyar.

Dengan luas wilayah sebesar 9,71 Km2,kawasan ini berbatasan

langsung dengan Kecamatan Rungkut dan Kabupaten Sidoarjo. Kecamatan

Gunung Anyar ini berpenduduk tak kurang dari 5000 jiwa dan berpotensi akan

terus bertambah dengan banyaknya pembangunan perumahan baru di sisi

timurnya. Kecamatan ini terdiri dari 4 kelurahan yaitu: Gunung Anyar ·

Gunung Anyar Tambak · Rungkut Menanggal · Rungkut Tengah.

Letak geografis dari Gunung Anyar ini terdiri dari berbagai tingkatan

kepadatan penduduk. Mulai dari wilayah barat yang terdiri dari kawasan padat

penghuni, di bagian ini terdapat kelurahan Rungkut Menanggal dan Rungkut

Tengah. berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sidoarjo dan Kawasan Industri

SIER sehingga kebanyakan mata pencaharian penduduk di kawasan ini sebagai

pekerja pabrik/buruh. Pemukiman di daerah ini terdiri dari kawasan

perkampungan. Di belah oleh jalan raya Rungkut Menanggal yang

menghubungkan Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya, pada jam kerja bisa di

pastikan jalanan ini sangatlah padat oleh lalu-lalang kendaraan bermotor.

(48)

40

Perum Rungkut Mapan dan perum Citra Rungkut. Kantor KUA Kecamatan

Gunung Anyar terdapat di Perumahan Rungkut Menanggal ini.

Terus ke timur terdapat Kelurahan Gunung Anyar, di sinilah cikal bakal

nama Gunung Anyar tersebut berasal(baca sejarah Gunung Anyar). Adanya

bukit tandus yang terdapat di tengah perkampungan Gunung Anyar yang

sampai saat ini masih mengeluarkan semburan lumpur bercampur cairan hitam,

berminyak meskipun dalam volume kecil. Di kawasan ini kantor Kecamatan

Gunung Anyar dan Kantor kelurahan Gunung Anyar berdiri.Di daerah ini

terdapat 3 makam yang di tiap makamnya bersemayam para pendiri dari

kampung Gunung Anyar, yang konon katanya berasal dari kerajaan

Mataram(baca pejabat mataram pendiri Gunung Anyar).

(49)

Merupakan apartemen pertama yang berdiri di daerah Gunung Anyar. Di

tambah dengan akan di bangunnya jalur lingkar luar yang menghubungkan

antara Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya, di percaya akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang pesat di lokasi timur Gunung Anyar ini.

Paling akhir kita akan memasuki wilayah kelurahan Gunung Anyar

Tambak, wilayah ini berbatasan langsung dengan pantai. Profesi nelayan

merupakan pilihan dari penduduk Gunung Anyar yang berbatasan langsung

dengan laut, selain itu kebanyakan dari mereka juga merupakan juragan tambak

ikan dan udang yang tersebar di pesisir Kecamatan ini. Kawasan ini terkenal

dengan Keindahan alam mangrove-nya yang saat ini sedang di galakkan oleh

pemerintah setempat sebagai tempat wisata alam. Wisata Mangrove yang

terkenal dengan sebutan Wisata Anyar Mangrove (WAM) ini mulai di kelola

pada tahun 2010 sebagai sarana wisata keluarga yang berwawasan lingkungan.

Kedepan pembangunan wisata ini akan di garap lebih serius sehingga

benar-benar menjadi jujukan warga kota yang mungkin sudah bosan dengan wisata

mall yang lagi marak sekarang ini dan menjadi “Ladang Emas” bagi

Pemerintah Kota Surabaya.

3.2.2 Sur a baya Gr een and Clea n

(50)

42

keberatan dengan dampak bau dan berbagai efek buruk dari penanganan

sampah yang kurang serius saat itu.

Tahun 2001 TPA Keputih resmi ditutup karena sengketa antara pemkot

dan warga. Saat itu, Bambang D.H. masih belum mempunyai kewenangan

apa-apa karena masih menjadi wakil wali kota. Sementara wali kota saat itu

Soenarto Soemoprawiro juga “menghilang”-belakangan diketahui dinnya

sedang berobat di Australia. Praktis tak ada penanganan apa-apa sehingga

tumpukan sampah pun menggunung. Bisa dibayangkan berapa banyak sampah

yang menumpuk, jika 8 ribu meter kubik sampah per hari yang dihasilkan

masyarakat Surabaya tak bisa diangkut selama berminggu-rninggu.

(51)

Pengelolaan sampah kota sebagian ditangani sendiri oleh Pemkot

Surabaya dan sebagian lagi oleh swasta. Misalnya, penyapuan jalan sepanjang

72.500 m (27,60 persen) dan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA

dilaksanakan swasta. Sedangkan sisanya, sebanyak 1.702 meter kubik, diangkut

sendiri oleh penghasil sampah seperti PD Pasar Surya, pihak industri,

pelabuhan, dan lain-lain. Pelaksanaan pembakaran sampah sebanyak 350 meter

kubik per hari dilakukan di tujuh LPS yang ada di Surabaya. Kondisi yang

tampaknya sudah aman itu ternyata masih membuat Bambang D.H. risau. Dia

menganggap dengan penanganan seperti itu, potensi terjadinya pencemaran

lingkungan masih besar.Semuanya berubah ketika pada 2004 Bambang,bertemu

pihak Unilever, jawa Pos, dan sejumlah pakar pengolahan sampah. Pria asal

Pacitan itu kemudian banyak belajar dan menemukan bahwa ada satu cara

fantastis untuk mengatasi masalah ini.

(52)

44

sudah terdaur ulang.Dukungan Jawa Pos dalam menyosialisasikan program ini

begitu besar. Berkat surat kabar nasional yang bermarkas di Surabaya itulah

“Surabaya Green and Cean” terasa gaung dan geliatnya. Uji coba yang berhasil

itu membuat Bambang bersemangat.

Bambang pun turun sendiri untuk memimpin replikasi program

penanganan sampah yang sukses di dua kecamatan tersebut. Namun

sebelumnya, dia harus melatih lebih banyak orang lagi untuk menjadi

penggerak

sekaligus

supervisor

pengolahan

sampah

di

kampung

masing-masing. Bambang D.H. menggelar pendidikan pelatihan para motivator

lingkungan, Kader Lingkungan, dan warga.

Singkatnya, kader lingkungan adalah para penggerak pengolahan

sampah di lingkungan masing-masing. Sekitar beberapa ratus kader merupakan

binaan dari seorang fasilitator. Beberapa Kader Lingkungan itu kemudian

dibina oleh seorang motivator.

Hingga 2011 lalu, total sudah ada 20 motivator lingkungan, 400

fasilitator, dan 30 ribu kader lingkungan di Surabaya. Padahal, Surabaya hanya

mempunyai sekitar 1.500-an RW Bila dirata-rata, tiap RW mempunyai 20

kader lingkungan. Sebuah modal sosial yang sangat berharga untuk menjaga

kebersihan lingkungan.

(53)

3.2.3 Pera n dan Fungsi Kader Lingkunga n dalam Implementasi Green and

Clean

Kader lingkungan dalam program pemerintah kota ini merupakan bagian

dari warga yang dipilih oleh Fasilitator dan dianggap menjadi penghubung

antara program pemerintah dan warga lainnya kemudian dapat memberikan

bantuan dalam memperlancar berjalannya program.

(54)

46

3.3 Unit Analisis Penelitia n

Dalam penelitian ini menekankan pada pola komunikasi Kader

Lingkungan dengan warga yang dilatar belakangi oleh program green and clean

yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah warga yang sebelumnya tidak

mengetahui mengenai cara mengelolah sampah dari lingkungannya diberikan

instruksional dari Kader Lingkungan dilingkungan sekitarnya.

Dengan mengamati instruksional yang sudah dilakukan oleh kader

lingkungan kepada warga, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pola yang

terjalin didalam program green and clean di kelurahan Gunung Anyar adalah

pola komunikasi seimbang, disebut pola komunikasi seimbang karena masing –

masing pihak (kader lingkungan dan warga) membagi sama dalam

berkomunikasi, komunikasi mereka terjalin sangat terbuka, jujur, langsung dan

bebas. Dapat ditunjukkan pada saat pertemuan rutin mereka dapat menunjukkan

sikap yang kompak dan membaur satu dengan yang lain,tidak ada pemimpin

maupun pengikut, melainkan kedudukannya sama.

(55)

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Wawancara Mendalam ( indepth interview )

Pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan informan dan

bertatap muka anara penanya dan penjawab, dengan menggunakan alat yang

dinamakan dengan interview guide ( panduan wawancara ). Wawancara

mendalam dimaksudkan untuk memburu makna yang tersembunyi dibalik

“table hidup“ kenyataan yang tertangkap dan diobservasi sehingga sesuatu

fenomena sosial menjadi bisa dipahami. Dengan wawancara mendalam, bisa

digali apa yang tersembunyi di sanubari, apakah menyangkut masa lampau,

masa kini, maupun masa depan.

Berikut yang akan disajikan teknis wawancara yang akan dilakukan peneliti :

1.

Peniliti menyiapkan daftar pertanyaan ( interview guide ).

2.

Peneliti akan melakukan wawancara kepada informan.

3.

Waktu dan tempat wawancara akan ditentukan setelah ada kesepakatan

peneliti dengan informan.

4.

Peneliti sebagai pewawancara.

(56)

48

6.

Wawancara dilakukan hanya melibatkan satu pewawancara dan satu

informan, informan yang lain akan diwawancara pada pada waktu dan tempat

yang lain.

7.

Dimungkinkan jika tempat wawancara pada seorang informan juga

sama dengan wawancara terhadap seorang informan yang lain, namun

dipastikan tidak dalam waktu yang sama.

8.

Pendokumentasian data akan dilakukan dengan menggunakan tape

recorder, buku catatan, dan bolpoin.

Selain itu juga menggunakan literature yaitu teknik pengumpulan data

dengan mencari data pndukung dengan mengolah buku – buku dan sumber

bacaan lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.3.2 Teknik Ana lisis Data

Setelah seluruh data diperoleh dengan cara teknik indepth interview,

peneliti menganalisis data tersebut dengan analisis kualitatif yaitu dengan

menganalisis pola komunikasi Kader lingkungan dengan wargadalam bentuk

uraian atau penjelasan deskriptif, sehingga analisis ini tidak mencari atau

menjelaskan hubungan, serta tidak membuat hipotesis atau membuat prediksi.

(57)

oleh kader lingkungan dengan warga. Berikut questiont list yang ditujukan

untuk informan.

Komunikasi secara terbuka yang dilakukan Kader Lingkungan kepada

warga agar memahami karakter lawan bicara.

1.

Komunikasi Kader Lingkungan dengan warga.

2.

Pemahaman Karakter yang dilakukan oleh Kader Lingkungan kepada

warga.

Pendekatan efektif yang dilakukan oleh Kader Lingkungan kepada

warga yang menjadikan warga memahami maksud dari program.

1.

Pendekatan yang dilakukan Kader Lingkungan kepada warga.

2.

Cara Efektif yang dilakukan Kader Lingkungan dalam melakukan

pendekatan kepada warga.

Keberhasilan Kader Lingkungan yang menjadikan warga mampu

menjalankan progam.

1.

Keberhasilan Kader Lingkungan untuk membuat warga memiliki

keasadaran mengelolah lingkungannya.

2.

Materi program yang diberikan Kader Lingkungan untuk warga.

Komunikasi secara terbuka yang dilakukan kader lingkungan dengan

warga agar memahami lawan bicara.

1.

Komunikasi kader lingkungan dengan warga.

(58)

50

Pendekatan efektif yang didapat warga dari Kader Lingkungan

1.

Pendekatan yang didapatkan warga dari Kader Lingkungan.

2.

Cara efektif yang diterima warga dalam proses pendekatan yang

dilakukan oleh Kader Lingkungan.

Partisipasi warga dalam program

1.

Partisipasi warga untuk melaksanakan program green and clean.

(59)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambar an Umum Objek Penelitian

Penelitian dalam hal ini adalah Pola Komunikasi Kader Lingkungan

dengan warga kelurahan Gunung Anyar Surabaya. Kader Lingkungan yang

menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kader Lingkungan yang tinggal di

Gunung anyar dengan jabatan yang berbeda dan tergabung dalam Ikatan Kader

Lingkungan Area Lokalisasi.

Pemahaman masyarakat terdahulu mengenai Kader Lingkungan hanyalah

warga yang dibayar untuk melaksanakan program pemerintah tanpa ada

realisasinya. Hal ini berbeda dengan keadan Kader Lingkungan pada saat ini.

Kader Lingkungan yang ada pada saat ini tidak hanya orang biasa yang

mempunyai posisi yang sama dengan warga lain, akan tetepi Kader Lingkungan

mempunyai peran yang penting dalam memberikan pengarahan dan contoh

kepada warga lainnya untuk mengelola lingkungan sekitar berkaitan dengan

program Green and clean. Realitas ini didapatkan dari kegiatan Kader

Lingkungan yang gencar mengajak warga lainnya untuk aktif dalam hal

pengelolaan lingkungannya.

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap

(60)

52

berhasil menyimpulkan respon masyarakat yang dapat dipakai untuk menjawab

persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Disinilah dibutuhkan

imajinasi dan kreatifitas peneliti. Koentjaraningrat (1993 :269).

Analisis data penelitian merupakan bagian yang amat penting dalam

metode ilmiah karena dengan analisislah data tersebut dapat diberi arti dan makna

yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.

Penelitian ini mengkaji tentang pola komunikasi yang digunakan oleh

Kader Lingkungan dalam menyampaikan pesan pada warga di Kelurahan Gunung

Anyar. Namun tidak menutup kemungkinan jika masalah tentang subtansi atau isi

juga dibahas dalam penelitian ini.

4.2. Identitas Infor man

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai informan adalah :

1. Dua orang kader lingkungan. Pemilihan kader lingkungan pada penelitian

ini adalah kader lingkungan yang dianggap aktif dalam menjalankan progam

green and clean di kelurahan Gunung anyar.

Kader lingkungan yang pertama adalah Drs. H. M. Khoiron, yang

berusia 52 tahun dan bertempat tinggal di kelurahan Gnung anyar tengah

VI Rt. 02 Rw. II, Surabaya. Dalam kelompok Kader lingkungan beliau

menjabat sebagai wakil ketua. Kader yang satu ini memang dinilai aktif

(61)

Selain pengolahan sampah, di Kelurahan Gunung Anyar juga

terdapat kader lingkungan yang melakukan pendekatan lain yakni dengan

cara memberikan keterampilan. kader lingkungan yang kedua ini adalah

Pak Gatot, yang berusia 52 tahun dan bertempat tinggal di Gunung anyar

tengah 2 nomor 22, Surabaya. Dalam kelompok kader lingkungan ia

menjabat dalam struktur komunikasi kemasyarakatan.

2. Dua orang warga. Pemilhan warga dalam penelitian ini adalah warga

kelurahan Gunung Anyar yang aktif dalam kegiatan organisasi

kemasyarakatan.

Pertama adalah Joko, berusia 24 tahun, seorang pemuda kelahiran

asli kelurahan Gunung Anyar yang sehari-harinya bekerja sebagai

pegawai swasta. Ia adalah ketua karang taruna di kelurahan Gunung

Anyar.

Kedua adalah pak Samsul, berusia 55 tahun, pendidikan

terakhirnya adalah SMA. Ia adalah ketua RW IX kelurahan Gunung

Anyar.

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai informan adalah :

1.

Kader lingkungan

Kader lingkungan mempunyai peran penting dalam suksesnya program

(62)

54

dan juga dibantu oleh Ketua RT & RW, beserta kader-kader lingkungan yang

berasal dari warga sendiri. Seperti halnya kader lingkungan di tempat lain, Saat

menyampaikan materi penyuluhan seorang Kader lingkungan haruslah mampu

mengusai materi yang dibawakannya.

2.

Warga

Warga merupakan orang atau sekelompok orang yang mempunyai peran

dalam masyarakat, yang mampu mengantarkan warga lainnya untuk menemukan

sendiri isi atau materi pelajaran yang ditawarkan atau yang rencanakan oleh

program dari kader lingkungan. Warga yang terlibat dalam program ini

bertanggung jawab untuk mampu mengajak masyarakatnya agar mengikuti

program yang diadakan pemerintah dengan cara persuasive sehingga masyarakat

menerima dengan baik program tersebut. Warga disini terdiri dari beberapa

kelompok organisasi dan perangkat desa antara lain : kelompok karang taruna,

kelompok PKK, perangkat desa seperti lurah, kepala RW dan RT.

4.3. Penyajian Data

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan di Gunung anyar,

Surabaya. Dalam proses tersebut, peneliti melakukan wawancara mendalam

sebagaimana yang peneliti jelaskan sebelumnya, bahwa subjek penelitian yang

dijadikan informan tidak dapat dibatasi atau ditentukan karena analisis yang

digunakan adalah kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha

(63)

Gunung anyar terkait dengan keberhasilan program green and clean yang

dilakukan warga seperti yang terlansir di Koran Jawa Pos.

Wawancara mendalam dilakukan terhadap dua Kader Lingkungan dan

dua orang Warga yang telah ditentukan sebagai informan oleh peneliti dengan

latar belakang yang berbeda – beda.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi sebanyak –

banyaknya dari para informan. Informasi yang diperoleh tersebut

kemudian akan disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif,

sehingga akan didapatkan gambaran, jawaban, serta kesimpulan dari

pokok permasalahan yang diangkat.

4.4. Analis Data

4.4.1 Komunikasi secara terbuka yang dilakukan kader lingkungan kepada

warga agar memahami karakter lawan bicara.

1.

Komunikasi Kader lingkungan dengan Warga

Komunikasi antara kader lingkungan dengan warga merupakan cara

awal kader lingkungan dalam berinteraksi dengan warga. Dari hasil wawancara

mendalam yang peneliti lakukan, informan mengakui adanya interaksi yang

terjalin antara kader lingkungan dengan warga. Berikut adalah kutipan

(64)

56

Koiron)

(7 November 2013,

Pukul 15.50 )

dengan cara pertemuan di

balai

desa,

dari

pertemuan

itu

ada

semacam

interaksi.

Interaksi

dengan

warganya yang kedua

Kalau yang non formal,

berinteraksi diluar acara

formal.”

bahwa ada dua

cara

komunikasi

yang

digunakan

dalam

berkomunikasi

dengan

k

Gambar

Gambar 1. Model komunikasi interpersonal secara umum
Gambar kerangka berfikir pola komunikasi antara kader lingkungan dengan warga.

Referensi

Dokumen terkait

Artinya, guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Menurut Sadirman (1986) mengemukakan bahwa

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mendapatkan kesempatan untuk menyusun dan menyelesaikan skripsi

Kompensasi yang memadai yang diberikan oleh perusahaan diharapkan dapat meningkatkan etos kerja yang tinggi sehingga dapat menghasilkan kinerja unggul yang dapat

inti atau rugi besi dan rugi tembaga yang terdapat pada kumparan primer. 19 Hotdes Lumbanraja, Pengaruh Beban Tidak Seimbang Terhadap Efisiensi

(2-tailed) sebesar 0,005 < 0,05 dan berdasarkan nilai r hitung 0,460 > r tabel 0,334, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan

Output dari sistem pendukung keputusan yang dirancang adalah supplier terbaik dalam memenuhi kebutuhan bahan baku, dan pembuatan sistem database yang

Statistik inferensial meliputi statistik parametris yang digunakan untuk data nominal dan ordinal. Dalam penelitian ini menggunakan analisis parametris karena data

Tujuan penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan pendekatan saintifik learning pada mata pelajaran Pengolahan Makanan Kontinental khususnya