Kelur a han Gunung Anyar Sur abaya Da la m Pela ksa naan Pr ogra m Green and
Clean Pemer intah Kota Sur abaya )
SKRIPSI
OLEH :
FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA
0943010048
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
POLA KOMUNIKASI KADER LINGKUNGAN DENGAN MASYARAKAT
( Pola Komunikasi Antara Kader Lingkungan Dengan Masyarakat di Kelur ahan
Gunung Anyar Sur abaya Dalam Pelaksanaan Program Green and Clean Pemerintah
Kota Sur abaya )
Disusun Oleh :
FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA
0943010048
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Program Studi
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 10 J anuar i 2014
PEMBIMBING
TIM PENGUJ I :
1.
Ketua
Dra. Diana Amalia M.Si
Dra. Sumardjijati, MSi
NIP :1963 0907 1991 03 2001
NIP : 1962 0323 1993 09 2001
2.
Sekertaris
Dra. Diana Amalia M,Si
NIP : 1963 0907 1991 03 2001
3.
Anggota
Dra. Dyva Clar reta, MSi
NPT: 3 6601 94 00251
Alhamdulillaahhirabbil’allamiin, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, serta sholawat dan salam penulis ucapkan kepada Baginda Rasul Nabi Allah
Muhamad SAW. Karena karuniaNya, penulis bias menyelesaikan Skripsi ini. Hanya
kepada Nya - lah rasa syukur dipanjatkan atas selesainya Skripsi ini. Sejujurnya
penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan Skripsi ini, tetapi
factor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa
mudah apbila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki. Semua proses
kelancaran pada saat pembuatan Skripsi ini tidak lepas dari segala bantuan dari
berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah memberikan sumbangsihnya.
Maka penulis ″wajib″ mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang
disebut berikut :
1.
Allah SWT, karena karunia kesehatan baik secara fisik maupun mental yang
diberikanNya.
2.
Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur
3.
Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
4.
Bapak Juwito, S.Sos,, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
5.
Dra. Diana Amalia M.Si,selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
7.
Penulis ucapkan rasa terima kasih kepada keluarga, khususnya kedua orang tua
penulis, yang telah mendoakan dan selalu memberikan semangat untuk
menyelesaikan penelitian ini.
8.
Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada teman-teman
seperjuangan yang telah memberikan dukungan.
9.
Terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu oleh penulis atas bantuannya yang diberikan selama penyusunan Skripsi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.
Surabaya, 29 Desember 2013
HALAMAN J UDUL ... i
HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR
………...……….. iii
DAFTAR ISI
………. iv
ABSTRAKSI
……….………... vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2. Rumusan Masalah ……… 12
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 12
1.3.1. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 14
2.1. Landasan Teori ... 14
2.1.1. Pengertian Komunikasi ... 14
2.1.2. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 16
2.1.3. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 22
2.1.4. Pola Komunikasi ... 23
2.1.5. Teori Pertukaran Sosial ... 26
2.1.6. Pengertian Kader Lingkungan ... 27
2.1.7. Proses Komunikasi Program Green and Clean ... 29
2.2. Kerangka Bepikir ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.2.2. Surabaya Green and Clean ... 41
3.2.3. Peran dan Fungsi Kader Lingkungan Dalam
Implementasi Green and Clean ... 45
3.3. Unit Analis Penelitian ... 46
3.3.1. Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.3.2. Teknik analisis Data ... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51
4.2. Identitas Informan ... 52
4.3. Penyajian Data ... 54
4.4. Analisis Data ... 55
4.4.1 Komunikasi secara terbuka yang dilakukan kader
lingkungan kepada warga agar memahami
karakter lawan bicara ... 55
4.4.2 Pendekatan Efektif yang dilakukan oleh kader
lingkungan kepada warga yang menjadikan warga
memahami maksud dari program ... 57
4.4.3 Keberhasilan kader lingkungan yang menjadikan
warga mampu menjalankan progam ... 60
4.4.4 Komunikasi secara terbuka yang dilakukan warga
dengan agar kader lingkungan memahami
lawan bicara ... 62
kader lingkungan kelurahan Gunung Anyar ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
5.1 Kesimpulan ... 72
5.2 Saran ... 73
LAMPIRAN ... 74
ABSTRAK
FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA, POLA KOMUNIKASI KADER
LINGKUNGAN DENGAN MASYARAKAT
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pola komunikasi yang
dilakukan oleh kader lingkungan dengan warga, sehingga kebutuhan kedua belah
pihak dapat terwujud dengan baik. Dimana pola komunikasi ini dipengaruhi oleh
perbedaan latar belakang budaya, yaitu perbedaan kebiasaan.
Selama program berjalan, interaksi antara kader lingkungan dengan warga
menjadi perhatian peneliti, perbedaan pengalaman dan kebiasaan antara kader
lingkungan dengan warga menjadi satu-satunya perbedaan, perbedaan tersebut yang
menjadikan peluang konflik antara kader lingkungan dan warga.
Metodologi yang digunakan adalah pola komunikasi Menurut Joseph A. Devito
( 2007 : 277 – 278 ), terdapat empat pola komunikasi yaitu Pola Keseimbangan, Pola
Keseimbangan Terbalik, Pola Pemisah Tidak Seimbang, Pola monopoli.
Ka ta kunci :Pola Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, kader lingkungan, warga,
Joseph A. Devito.
ABST RACT
FAJ AR MAKHFUDINSYAH FASLA, COMMUNICATION PATTERN
THECADRE ENVIRONMENTWITH SOCIETY
In this study, Researchers want to know the communication pattern performed
by the environmental cadres with residents,so that the needs of both parties can be
realized by either. Where these communication patterns are influenced by differences
in cultural background, ie the difference habits.
During the program, interaction between environmental cadres with people of
concern to researchers,differences in experience and habits among cadres
environment with people being the only difference,The difference that makes the
chances of a conflict between environmental cadres and citizens.
The methodology used is the communication pattern According to Joseph A.
DeVito ( 2007 : 277 – 278 ), There are four communication patterns that pattern
Balance, Balance Reversed Pattern, Pattern Separator Unbalanced, Pattern monopoly.
1.1.
Lata r Belakang Masalah
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication, yang berasal
dari kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama disini artinya “sama makna” (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000 :60).
Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi
manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek
kata dengan melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan atau
berinteraksi antara satu dengan yang lain.
Menurut (Widjaya, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan
sebagai hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah
berhubungan atau diartikan pula saling tukar – menukar pendapat. Komunikasi
dapat pula diartikan sebagai hubungan kontak antara manusia baik individu
atau kelompok.
2
kepada orang lain. Dalam pengertian paradigmatik, komunikasi mengandung
tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui
media. Pengertian lain komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung
melalui media. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberitahu
atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).
penduduk, teknologi, lingkungan dan organisasi perkotaan sehingga telah
melahirkan “ ecological urban complex”.
Sejalan dengan kondisi yang demikian maka di Kota Surabaya, seperti
halnya kota-kota metropolitan yang lain, muncul kemajemukan masyarakat.
Sebagian dari sekmen masyarakat yang majemuk tersebut adalah penduduk
yang tinggal di daerah perkampungan kumuh baik yang legal maupun yang
ilegal. Penduduk yang bermukim di kampung yang ilegal lazim disebut
penduduk liar atau penduduk spontan atau squatters. Hal tersebut telah menjadi
fenomena sosial yang universal, artinya telah terjadi di banyak negara.
Keberadaan masyarakat kumuh tersebut merupakan realita sosial yang tidak
dapat dihilangkan, sepanjang penduduk daerah penyangga Kota Surabaya
masih hidup dalam kondisi marginal atau telah terjadi proses ketimpangan
dalam kehidupan sosial-ekonomi. Pembangunan investasi yang bergerak pesat
telah terjadi di Surabaya sehingga telah memperlebar jurang ketimpangan
dengan kondisi sosial-ekonomi daerah perdesaan. Oleh karena itu ketimpangan
tersebut telah menimbulkan proses migrasi, antara lain penduduk non-permanen
pada strata sosial – ekonomibawah.
4
hak asasi manusia telah melindunginya, walaupun mereka seharusnya
mematuhi perundang-undangan yang berlaku dan menghormati nilai-nilai yang
hidup pada masyarakat Kota Surabaya. Dalam hal ini kegiatan penduduk
marginal di permukiman kumuh dapat dilihat sebagai sub-sistem dari sistem
perkotaan Surabaya. Penduduk migran non-permanen yang bermukim di daerah
kumuh antara lain berada di Kelurahan Putat Gede, Kelurahan Tg.Sari,
Kelurahan Suko Manunggal, Kelurahan Pacar Keling, Kelurahan Kr.Pilang dan
Kelurahan Waru Gunung, cenderung didominasi oleh penduduk dari daerah
perdesaan sekitar Kota Surabaya seperti Bangkalan, Gresik, Lamongan dan
Mojokerto, meskipun mereka banyak pula yang datang dari daerah lain, bahkan
dari luar provinsi Jawa Timur.
Surabaya yang sangat mahal. Meskipun untuk membangun rumah susun adalah
sulit, namun bagi kota metropolitan Surabaya nampaknya merupakan keharusan
untuk memfasilitasinya.
Penduduk pendatang yang kurang selektif, meskipun telah memberi
kontribusi negatif terhadap kondisi lingkungan kota karena telah menciptakan
permukiman kumuh dengan segala implikasinya, namun sebenarnya mereka
juga memberi kontribusi positif bagi pembangunan kota. Kota Surabaya telah
memperoleh alokasi sumberdaya manusia dari daerah perdesaan. Sumberdaya
manusia asal perdesaan kendati kualitasnya adalah rendah, namun mereka telah
menjadi
bagian
dari
ekosistem
perkotaan
yang
secara
langsung
menyumbangkan jasa tenaga kerja murah, dan menyediakan produksi skala
rumah tangga, terutama sangat diperlukan bagi usaha formal maupun
masyarakat golongan menengah ke atas, baik sebagai tenaga kerja maupun
sebagai bagian dari segmen pasar, bahkan sebagai distributor komoditi
pabrikan. Keberadaan permukiman kumuh yang dapat menyediakan perumahan
murah, juga sangat membantu penduduk kota yang menginginkannya, misalnya
buruh pabrik atau pegawai daerah golongan rendah yang memerlukan kamar
sewaan ataupun kontrakan yang relatif murah.
www.tugaskuliah.info/2009
6
pemukiman yang kurang dan percepatan pembangunan yang kurang seimbang,
bukan tidak mungkin lagi jika lingkungan di Surabaya saat ini bias dikatakan
dalam fase mengkhawatirkan. Permasalahan lingkungan perkotaan di Surabaya
yang dominan saat ini adalah population dan building density kota (kepadatan)
yang terus meningkat, masalah persampahan, masalah sanitasi kota, dan water
quality (kualitas air). Permasalahan kepadatan Kota Surabaya semakin
kompleks dengan perkembangan jumlah penduduk yang sangat tinggi, terutama
penduduk yang tidak tetap. Jumlah penduduk merupakan ancaman dan pressure
terbesar bagi masalah lingkungan hidup. Setiap penduduk memerlukan energi,
lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup, di sisi lain setiap
orang juga menghasilkan limbah dalam beragam bentuk. Pertambahan
penduduk yang sangat tinggi di Kota Surabaya, diakui telah melampau
kemampuan daya dukung lingkungan untuk meregenerasi sendiri, sehingga
berimbas pada kualitas hidup manusia yang makin rendah.
kecoak, dan tikus. Keberadaan lalat, nyamuk, dan tikus yang merupakan vector
(pembawa) berbagai macam penyakit menjadi salah satu indikator seberapa
baik kualitas lingkungan suatu kota. Bahkan diindikasikan bahwa penyebab
pemanasan global bukan hanya karena produksi CO2 yang berlebihan, tapi juga
disebabkan oleh zat CH4 yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah yang
akan terbawa ke atmosfir dan merusak lapisan ozon.
Pengelolaan sampah yang masih menggunakan paradigma lama
(pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir) perlu dirubah. Hal ini
karena permasalahan sampah yang semakin kompleks, terutama kesulitan
mendapat tempat pembuangan akhir serta berkembangnya jumlah dan ragam
sampah perkotaan. Penanganan sampah dengan paradigma baru perlu
mengedepankan proses pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi
sampah). Minimalisasi sampah adalah upaya untuk mengurangi volume,
konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses
produksi dengan reduksi dari sumber dan/atau pemanfaatan limbah.
Keuntungan dari metode ini adalah : mengurangi ketergantungan terhadap TPA
(tempat pembuangan akhir), meningkatkan efisiensi pengolahan sampah
perkotaan, dan terciptanya peluang usaha bagi masyarakat. Metode
minimalisasi sampah mencakup tiga usaha dasar yang dikenal dengan 3R, yaitu
reduce (pengurangan), reuse (memakai kembali), dan recycle (mendaur ulang).
8
dirubah, terutama masyarakat yang tinggal di pinggir sungai yang masih
menggunakan badan sungai sebagai tempat pembuangan. Buruknya sanitasi
perkotaan akan menyebabkan masalah pada tingkat kesehatan masyarakat,
terutama munculnya berbagai penyakit diare, muntaber dan penyakit kulit.
Oleh karena itu, perlu pembinaan intensif warga tentang masalah
kebiasaan ber-sanitasi. Kedepannya perlu perencanaan jaringan perpipaan air
limbah (Sewerage System) kota yang diselenggarakan per distrik agar biaya
investasi dapat ditekan serta pengelolaan tidak mahal. Masalah sanitasi kota
selalu berkaitan dengan masalah kualitas air dan aspek penyebaran bibit
penyakit di perkotaan.
Kampung – kampung ini merupakan keluaraan dari program kompetisi
lingkungan bertajuk Surabaya green and clean (SGC). Program ini bertumpu
pada peran serta masyarakat sebagai agen perubahan (agent of change) dalam
mengelola lingkungan di daerahnya secara mandiri, termasuk kegiatan
pengelolaan sampah seperti pemilahan, pengomposan dan pendaurulangan.
Dengan menggandeng beberapa sponsor seperti, jawapos group, dengan adanya
dukungan dari beberapa sponsor, program ini diharapkan menjadi ajang
pelaksaan CSR (corporate social responsibility) kepada masyarakat sekitar.
Sejak awal keberadaannya kader lingkungan di Kelurahan Gunung Anyar
berjuang untuk memberikan perubahan lingkungan. Ia adalah pelopor
perubahan juga seorang wakil rakyat karena bertugas sebagai penyambung
lidah antara pemerintah kota dengan warga. Pendekatan program dilakukan
dengan cara memberdayakan peran pemimpin di masyarakat (kader
lingkungan) yang kemudian secara aktif mengajak warga masyarakat lainnya
untuk berperan aktif dalam mengelola lingkungan.
10
Kader lingkungan mempelopori warga untuk mengelola lingkungannya
menjadi lebih baik. Kader lingkungan bekerja di wilayah kelurahan. Mereka
mewakili beberapa warga ditataran RT dan RW. Selain itu kader lingkungan
juga seorang provokator dalam arti positif karena mereka berjuang keras
bersama warga untuk mensosialisasikan pengelolaan sampah dilingkungannya.
Dalam sebuah lingkungan yang awalnya adalah kawasan gersang dimana
masyarakat sekitar belum sadar akan fungsi menjaga kebersihan dan
menghijaukan lingkungannya, peneliti tertarik dengan komunikasi yang
dibangun oleh kader lingkungan dimana mereka bersama para kader untuk
memotivasi masyarakat dalam mencapai tujuan programnya.
Yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pola komunikasi yang digunakan oleh kader lingkungan dalam
menyampaikan pesan pada warga agar pesan tersebut dapat dimengerti dan
dilaksanakan mengingat awalnya warga di Kelurahan Gunung Anyar bukanlah
warga yang sadar untuk menjaga kebersihan lingkungannya. Jadi kader
lingkungan harus mampu mengubah mindsite warga melalui tugas utamanya
yaitu mengidentifikasi para kader, memotivasi mereka untuk melaksanakan
kegiatan program, bertindak sebagai mitra warga dan menjadi jembatan warga
terhadap pemangku kepentingan lainnya.
terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Menurut Djamarah ( 2004 : 1 ),
pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan antara dua orang
atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang
tepat,sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau
pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman pesan dan
penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau
rencana yang meliputi langkah – langkah pada suatu aktivitas dengan
komponen – komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.
Pola komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah
komunikasi antara suami dengan istri, melainkan pola komunikasi antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Menurut Joseph A. Devito ( 2007 : 277 –
278 ), terdapat empat pola komunikasi yaitu : Pola Keseimbangan, Pola
Keseimbangan Terbalik, Pola Pemisah Tidak Seimbang, Pola monopoli
12
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. (Bagong Suyanto, 2006 : 166 ).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis data berupa hasil
wawancara.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang
diajukan adalah
“Bagaimana Pola Komunikasi Antara Kader Lingkungan Dengan Masyarakat
di Kelurahan Gunung Anyar Surabaya Dalam Pelaksanaan Program Green and
Clean?“
1.3. Tujua n dan Manfaa t Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tujuan penelitian ini
adalah
untuk
mengetahuipola
komunikasi
kader
lingkungan
dalam
penyampaian pesan guna memberdayakan masyarakat pada pelaksanaan
program green and clean.
1.3.1 Ma nfaat Penelitian
Manfaa t Teor itis
relations dalam pelaksanaan program green and clean di kelurahan Gunung
Anyar.
Manfaa t Pr aktis
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Penger tian Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication, yang berasal dari kata
latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama disini
artinya “sama makna” (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000 :60). Komunikasi
sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi manusia dapat
menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek kata dengan
melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan atau berinteraksi antara satu
dengan yang lain.
Menurut (Widjaya, 1987:27) komunikasi pada umumnya diartikan sebagai
hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah berhubungan atau
diartikan pula saling tukar – menukar pendapat. Komunikasi dapat pula diartikan
sebagai hubungan kontak antara manusia baik individu atau kelompok.
kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang,
dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Dalam pengertian
paradigmatik, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara
lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi
tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tak langsung melalui media. Dalam definisi terebut tersimpul tujuan, yakni
memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku
(behavior).
Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K.
Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak
kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
Kalau unsur – unsur komunikasi yang dikemukakan diatas dilukiskan dalam
gambar, kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat seperti berikut.
16
sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung
melalui media.
Menurut (Rahmad, 1999 : 129) faktor – faktor yang menumbuhkan hubungan
interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah :
a.
Percaya (trust)
Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana percaya
kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Dengan adanya
percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka hubungan
komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi.
b.
Sikap suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam
komunikasi, seseorang bersifat defensive apabila tidak menerima, tidak jujur, tidak
empatis. Dengan sikap defensive komunikasi interpersonal akan gagal.
c.
Sikap terbuka (open mindedness)
Dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya
saling pengertian, saling menghargai, dan yang paling penting yaitu saling
mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.
2.1.2 Penger tian Komunikasi Inter per sonal
orang, atau diantara sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika.
Pentingnya
situasi
komunikasi
interpersonal
adalah
karena
proses
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi antar
pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam
komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing – masing menjadi pembicara dan
pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis, Nampak adanya
upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama (mutual
understanding) dan empati. Disitu terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan
status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing – masing adalah
manusia yang wajib, berhak, pantas, dan wajar menghargai dan dihormati sebagai
manusia.
18
Gangguan
Pengiriman
( encoding )
Penerimaan
( decoding )
Bidang
pengalaman
Pengiriman
( encoding )
Penerimaan
( decoding )
Saluran
Pesan-
pesan
sebaliknya jika tanggapan komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya
komunikasi sampai komunikasi berhasil.
Dalam komunikasi antarpribadi arus komunikasi yang terjadi adalah sirkuer
atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk
menjadi komunikator an komunikan dalam proses komunikasi. Untuk dapat
mengetahui komponen–komponen yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi, efek
dan umpan balik dapat terjadi kesetika. Dapat dijelaskan dalam gambar sebagai
berikut :
Gambar 1. Model komunikasi interpersonal secara umum
EFEK
EFEK
Umpan Balik
Bidang
Dalam gambar diatas dapat dijelaskan bahwa komponen – komponen
komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut : (Devito, 2007 : 10).
1.
Pengirim – penerima
Komunikasi antarpribadi, paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang
terlibat dalam komunikasi antarpribadi memfokuskan dan mengirim pesan dan juga
sekaligus menerima dan memahami pesan.
2.
Encoding – Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan – pesan yang
yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan
menggunakan kata – kata, simbol dan sebagainya. Sebaliknya, tindakan untuk
menginterpretasikan dan memahami pesan – pesan yang diterima, disebut sebagai
decoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena pengirim juga bertindak sekaligus
sebagai penerima. Maka fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang
yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi.
3.
Pesan – Pesan
20
4.
Saluran
Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara
pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal, baik yang
bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dengan saluran media
massa. Hal ini disebabkan karena pertama, penyampaian pesan melalui saluran
komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak yang dituju,
bersifat pribadi dan manusiawi. Kedua, penyampaian melalui komunikasi personal
dapat dilakukan secara rinci dan lebih fleksibel dengan kondisi nyata khalayak.
Ketiga, keterlibatan khalayak dalam komunikasi cukup tinggi. Keempat, pihak
komunikator atau sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik dan
tanggapan dari pihak khalayak atas isi pesan yang disampaiakannya. Kelima, pihat
komunikator atau sumber dapat dengan segera memberikan penjelasan apabila
terdapat kesalahpahaman tau kesalahan persepsi dari pihak khalayak atas pesan yang
disampaikannya.
5.
Gangguan atau Noise
Seringkali pesan – pesan yang dikirim dengan pesan yang diterima. Hal ini
dapat terjadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi yang terdiri dari:
a. Gangguan Fisik
b. Gangguan Psikologis
Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif
diantara orang – orang yang terlibat dalam komunikasi.
c. Gangguan Simatik
Gangguan ini terjadi karena kata – kata atau symbol yang digunakan dalam
komunikasi, sering kali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal
dalam menangkap dari maksud – maksud pesan yang disampaikan.
6.
Umpan Balik
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus – menerus
bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara baik secara verbal maupun
nonverbal. Umpan balik bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan.
Bersifat netral apabila tidak menimbulkan efek, dan bersifat negative apabila
merugikan.
7.
Konteks
22
a. Dimensi Fisik, mencakup tempat dimana komunikasi berlangsung.
b.Dimensi Sosial Psikologi, mencakup hubungan yang memperhatikan masalah
status, peranan yang dimainkan, norma – norma kelompok mayarakat, keakraban,
formalitas dan sebagainya.
8.
Bidang Pengalaman (Field of Experience)
Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi
antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam
komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.
9.
Efek
Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi
dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku, kepercayaan dan opini
komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan secara tatap muka.
2.1.3 Efektivitas Komunikasi Inter per sonal
Menurut Joseph A. Devito dalam buku The Interpersonal Communication Book
yang dikutip oleh Soemiati (Soemiati, 1993 : 50 – 51) :
2.
Empati, sebagai suatu perasaan individu yang merasa sama seperti
yang dirasakan orang lain (menempatkan diri pada posisi orang lain).
3.
Dukungan, suatu dukungan situasi terhadap kritik maupun caci maki.
4.
Rasa positif, dimana komunikasi akan positif bila dirasakan situasi
yang positif sehingga mau aktif dan membuka diri.
5.
Kesamaan, kesamaan dalam bidang pengalaman, seperti sikap,
perilaku, nilai dan sebagainya serta kesamaan dalam hal mengirim dan menerima
pesan.
2.1.4 Pola Komunikasi
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari
bahasa latin yaitu communiacation, yang akar katanya adalah communis, tetapi bukan
partai dalam kegiatan politik. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama
maka, yaitu sama makna mengenai suatu hal.
Pengiriman pesan dari endocer ke decoder yang kemudian direspon oleh
decoder dan diteruskan kembali pada encoder ( umpan balik ) menimbulkan interaksi.
Proses komunikasi adalah sebuah proses. Proses komunikasi itu sendiri adalah setiap
langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahaminya informasi oleh
komunikan dan berlangsung secara kontinu ( Suprapto, 2006 : 5 ).
24
gagasan atau ide yang disampaikan. Menurut Djamarah ( 2004 : 1 ), pola komunikasi
diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses
pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat,sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami.
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman pesan dan
penerimaan pesan yang mengaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana
yang meliputi langkah – langkah pada suatu aktivitas dengan komponen – komponen
yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia
atau kelompok dan organisasi.
Pola komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah komunikasi
antara suami dengan istri, melainkan pola komunikasi antara satu individu dengan
individu lainnya.
Menurut Joseph A. Devito ( 2007 : 277 – 278 ), terdapat empat pola
komunikasi :
1. Pola Keseimbangan
Terlihatdarikegiatanparawargabersamakaderlingkungandalammelakukansetiapr
angkaianacaradalam program green and clean, dalam pertemuan formal maupun non
formal, kader lingkungan dan warga nampak kompak dan membaur antara satu
dengan yang yang lainnya tanpa ada yang terlihat dominan.
2. Pola Keseimbangan Terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing mempunyai orientasi
diatas daerah atau wewenang yang berbeda masing – masing.
Dalam implementasinya di program green and clean di kelurahan gunung
anyar, tidak terlihat pola komunikasi seperti itu, Karena dalam pola tersebut
dijelaskan bahwa masing – masing mempunyai orientasi diatas daerah atau
wewenang yang berbeda masing – masing,
3. Pola Pemisah Tidak Seimbang
Dalam hubungan terpisah yang tak seimbang, satu orang mendominasi. Maka
dari itu, satu orang ini secara teratur mengendalikan hubungan dan hampir tidak
pernah meminta pendapat antara kedua belah pihak. Sedangkan anggota yang
dikendalikan membiarkannya untuk menenangkan argumentasi ataupun membuat
keputusan.
26
4. Pola monopoli
Dalam pola monopoli ini, kedua belah pihak sama – sama dirinya sebagai
penguasa. Keduanya lebih suka memberi nasihat daripada berkomunikasi untuk
saling bertukar pendapat.
Pola monopoli seperti yang dijelaskan juga tidak terjadi dalam program green
and clean di kelurahan gunung anyar, karena pola monopoli ini menjelaskan jika
dalam proses komunikasi keduanya (kader lingkungan maupun warga) lebih suka
member nasihat dari pada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat, akan tetapi
dalam implementasinya diprogram green and clean yang berjalan di kelurahan
gunung anyar, warga maupun kade rlingkungan saling terbuka dalam berkomunikasi.
2.1.5 Teor i Per tukar an Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai traksaksi dagang. Orang
berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi
kebutuhannya. ( Rakhmat, 2003 : 122 ).
1. Ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang
dalam suatu hubungan.
2. Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam satu hubungan.
Biaya dapat berupa waktu, biaya, dan konflik.
3. Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seseorang individu
merasa dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh
laba sama sekali, maka ia akan mencari hubungan lain yang akan
menghasilkan laba.
4. Tingkat perbandingan adalah menunjukkan ukuran baku ( standar ) yang
dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu
sekarang. Tingkat perbandingan ini dapat berupa pengalaman individu pada
masa lalu atau alternatif lain yang terbuka baginya. (Rahmat, 2003 : 122).
2.1.6 Penger tian Kader Lingkungan
Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai
secara lebih luas berarti, Orang yang mampu menjalankan amanat, Orang yang
memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian, Pemegang tongkat estafet sekaligus
membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi.
28
melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi
organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetapakan membawa misi
gerakan organisasi hingga paripurna.
Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan,
capaian, situasi dankebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat
mengembangkan potensi akal,kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga,
kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki keadaan
sekarang dan mewujudkan masa depan yang lebih baik sesuai dengan cita-cita yang
diidealkan, nilai-nilai yang di yakini serta misi perjuangan yang diemban.
(
langittakwa.blogspot.com
).
Kader lingkungan merupakan bagian dari warga yang dipilih oleh kader
lingkungan dan dianggap bisa menjadi jembatan antara kader lingkungan dan warga
lainnya kemudian dapat memberikan bantuan dalam memperlancar berjalannya
program, sehingga program dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
(
surabaya.go.id/surabayagreenandclean//
)
warga menerima dengan baik program tersebut. Kader lingkungan disini terdiri dari
beberapa kelompok organisasi dan perangkat desa antara lain : kelompok karang
taruna, kelompok PKK, perangkat desa seperti lurah, kepala RW dan RT.
2.1.7 Proses Komunikasi Progr am Greend and Clean
Salah satu unsure komunikasi adalah adanya penerimaan (receiver). Dimana
penerima adalah orang yang menerima pesan dan sebagai akibatnya menjadi
terhubungkan dengan sumber pesan. Penerima mungkin dikehendaki oleh sumber
atau orang lain yang dalam keadaan apapun menerima pesan, sekali pesan itu telah
memasuki saluran (Mulyana dan Jalaludin, 2000:14-15)
Komunikator dalam kasus ini adalah Kader lingkungan. Setiap komunikator
harus mengerti tentang situasi sekitar pada saat perkumpulan rutin dilakukan. Seperti
yang diungkapkan oleh Widjaja, bahwa pada saat penyampaian pesan komunikan
harus memperhatikan pertimbangan, yaitu :
a.
Situasi atau keadaan yang dikehendaki
b.
Sasaran
c.
Apa yang disampaikan
d.
Bagaimana cara penyampaian, dengan alat-alat apa saja dalam penyampaian
komunikasi berlangsung (Widjaja, 2000:57)
30
apresiasi warga dianggap sebagai tolak ukur terhadap suksesnya program green and
clean di wilayah tersebut. Jalannya program green and clean dikatakan berhasil atau
tidaknya jika warga memberikan reaksi dan tindakan konkrit pada saat perlombaan
berlangsung. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Yusminah:
“kami berusaha menyatukan visi dan misi, tetapi apapun itu selalu ada pro dan
kontra di dalamnya, saya menyikapi hal itu dengan tenang, jika ada warga yang tidak
menggubris maka saya biarkan, dan saya lebih berkonsentrasi pada warga yang
memiliki semangat maju dan berkembang”
Tidak semua warga merespon dengan baik, ada pula warga yang merespon
biasa-biasa saja, mereka memiliki reaksi yang berbeda selama jalannya program
green and clean. Tinggal di wilayah yang sebelumnya adalah wilayah gersang sudah
menjadi hal yang biasa untuk sebagian warga, berikut pendapat yang diutarakan oleh
salah satu warga Kelurahan Gunung Anyar, Ibu Anita, 29 tahun :
“saya sudah terbiasa dengan lingkungan sebelum ini, tetapi sebagian besar
warga disini ingin perubahan, karena yang ingin berubah mereka ya saya jarang ikut
serta dan ditambah padatnya jadwal kesibukan kerja semakin membuat saya tidak
punya waktu untuk turut andil mengambil bagian selama program tersebut
berlangsung”
dari warga maupun kader lingkungan.
2.2 Kerangka Ber fikir
Komunikasi yang baik merupakan bagian terpenting dalam mendukung
kesuksesan program green and clean di kelurahan gunung anyar, selama program
berjalan, interaksi antara kade rlingkungan dengan warga menjadi perhatian peneliti,
perbedaan pengalaman dan kebiasaan antara kader lingkungan dengan warga menjadi
satu-satunya perbedaan, perbedaan tersebut yang menjadikan peluang konflik antara
kader lingkungan dan warga.
Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi lintas budaya, atau dengan
kata lain komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh dua orag atau lebih yang
berbeda latar belakang budaya, baik perbedaan dalam ras, etnik, kebiasaan, maupun
perbedaan sosial dan ekonomi. Komunikasi antarbudaya terjadi karena adanya
perbedaan persepsi dan kebiasaan antara komunikator dengan komunikan. Karena
ada perbedaan iklim budaya tersebut, maka pada umumnya komunikasi yang terjadi
selalu difokuskan pada pesan – pesan yang menghubungkan individu atau kelompok
dari situasi budaya yang berbeda.
32
masing individu tersebut tidak hanya dipengaruhi faktor – faktor internal, tetapi juga
faktor – faktor eksternal. Contohnya adalah hubungan komunikasi antara Kader
Lingkungan dengan warga. Kader lingkungan yang dimaksud adalah beberapa orang
yang dibentuk oleh dinas pemerintah untuk menjalankan programnya, fungsi para
kader lingkungan ini adalah untuk melakukan pembinaan terhadap para warga atau
calon kader lingkungan selanjutnya di area yang ditentukan. Sedangkan kader
lingkungan terdiri dari sekelompok warga yang dipilih dari beberapa perangkat desa
dan beberap kelompok warga seperti ketua RW, RT, karang taruna, PKK, darma
wanita. Untuk menjalankan program pemerintah yang bertajuk green and clean,
maka komunikasi antara keduanya harus dilakukan setiap hari. Pola komunikasi yang
terbentuk apakah produktif ataupun tergantung dari masing – masing individu yang
berinteraksi.
Gambar kerangka berfikir pola komunikasi antara kader lingkungan dengan warga.
Program GreenAnd Clean
W arga Kader
Lingkungan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Oper asional Konsep
Pada penelitian ini difokuskan pada pola komunikasi antara Kader
Lingkungan dengan wargadikelurahanGunungAnyar, sehingga tipe penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dan
menggunakan analiss kualitatif.
Tipe penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran atau
deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta – fakta dan sifat –
sifat populasi atau objek tertentu. Peneliti sudah mempunyai konsep (biasanya
satu konsep) dan kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual (landasan
teori), priset melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan
variabel beserta indikatornya. Periset ini untuk menggambarkan realitas yang
sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan variabel (Rachmat, 2006 : 69).
Pendekatan kualitatif dengan pertimbangan lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara
penelitian dengan informan, lebih peka dan dapat lebih menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola pola nilai yang
dihadapi. Metode kualitatif yang digunakan adalah pendekatan fenomonologis,
artinya peristiwa dan kaitan – kaitannya orang – orang biasa dalam situasi –
situasi tertentu dengan menekankan pada aspek subyektif dari perilaku orang,
dan pendekatan interaksi simbolik yang berasumsi bahwa pengalaman manusia
ditengahi oleh penafsiran, dimana menjadi paradigma konseptual melebihi
dorongan dari dalam, sifat – sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari,
kebetulan, status sosial ekonomi, kewajiban peranan, resep budaya, mekanisme
pengawasan masyarakat atau lingkungan fisik lainnya.
Untuk meneliti pola komunikasi dan perubahan gejala sosial yang ada,
peneliti
menggunakan
pendekatan
fenomonologis,
dimana
berusaha
“mengungkap“ proses interpretasi dan melihat segala aspek “subjek“ dari
perilaku manusia dengan cara masuk ke dunia konseptual orang – orang yang
diteliti sehingga dapat dimengerti apa dan bagaimana suatu pengertian
dikembangkan pada peristiwa dalam kehidupan sehari – harinya. Pendekatan
ini bukan berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang – orang
yang diteliti. ( Moelong, 2002 : 4 – 13 ).
36
responsive, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri
atas pengetahuan, memproses data secepatnya dan memanfaatkan kesempatan
untuk mengklasifikan dan mengikhtisarkan serta memanfaatkan kesempatan
mencari respon yang tidak lazim. ( Moelong, 2002 : 121 ).
Yang dimaksud pola komunikasi dalam penelitian ini adalah bentuk
hubungan dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan antara Kader
Lingkungan dengan warga. Dalam usaha untuk memudahkan proses
komunikasi yang dimaksud dalam penelitian, maka diperlukan adanya konsep –
konsep yang berfungsi sebagai gambaran awal, antara lain :
1. Pola Keseimbangan
Pada pola komunikasi keseimbangan ini masing – masing individu
membagi sama dalam komunikasi. Komunikasi yang terjalin sangat
terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin maupun pengikut,
melainkan kedudukannya sama.
2. Pola Keseimbangan Terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing mempunyai
orientasi di atas daerah atau wewenang yang berbeda masing – masing.
3. Pola Pemisah Tidak Seimbang
hampir tidak pernah meminta pendapat antara kedua belah pihak.
Sedangkan
anggota
yang
dikendalikan
membiarkannnya
untuk
memenangkan argumentasi ataupun membuat keputusan.
4. Pola Monopoli
Dalam pola monopoli ini, kedua belah pihak sama – sama dirinya
sebagai penguasa. Keduanya lebih suka memberi nasihat daripada
berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat.
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian
Informan penelitian ini tidak ditentukan jumlahnya. Hal ini disebabkan
karena dalam penelitian kualitatif tidak mempersoalkan berapa besar jumlah
informan, melainkan yang terpenting adalah seberapa jauh penjelasan informan
yang diperoleh dalam menjawab permasalahan. (Sumady Suryabrata, 1998 :
60).
38
mendefisikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan istilah – istilah mereka
sendiri.
Berikut ini merupakan syarat untuk menjadi seorang informan dalam
penelitian ini, antara lain adalah Kader Lingkunganserta warga yang berhasil
menjalankan program green and clean.
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah informan yang merupakan Kader lingkungan
yang berhasil menjalankan program green and clean.
2. Obyek Penelitian
Informan lain yang juga akan menjadi obyek dalam penelitian ini adalah
masyarakat dikelurahan Gunung Anyar, yang melakukan komunikasi intensif
dengan Kader lingkungan. Dan menghasilkan narasi – narasi kualitatif dalam
wawancara mendalam (indepth interview).
3.2.1 Profil Gunung Anya r
penghijauan dengan banyak menanam pohon pelindung di kawasan Gunung
Anyar.
Dengan luas wilayah sebesar 9,71 Km2,kawasan ini berbatasan
langsung dengan Kecamatan Rungkut dan Kabupaten Sidoarjo. Kecamatan
Gunung Anyar ini berpenduduk tak kurang dari 5000 jiwa dan berpotensi akan
terus bertambah dengan banyaknya pembangunan perumahan baru di sisi
timurnya. Kecamatan ini terdiri dari 4 kelurahan yaitu: Gunung Anyar ·
Gunung Anyar Tambak · Rungkut Menanggal · Rungkut Tengah.
Letak geografis dari Gunung Anyar ini terdiri dari berbagai tingkatan
kepadatan penduduk. Mulai dari wilayah barat yang terdiri dari kawasan padat
penghuni, di bagian ini terdapat kelurahan Rungkut Menanggal dan Rungkut
Tengah. berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sidoarjo dan Kawasan Industri
SIER sehingga kebanyakan mata pencaharian penduduk di kawasan ini sebagai
pekerja pabrik/buruh. Pemukiman di daerah ini terdiri dari kawasan
perkampungan. Di belah oleh jalan raya Rungkut Menanggal yang
menghubungkan Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya, pada jam kerja bisa di
pastikan jalanan ini sangatlah padat oleh lalu-lalang kendaraan bermotor.
40
Perum Rungkut Mapan dan perum Citra Rungkut. Kantor KUA Kecamatan
Gunung Anyar terdapat di Perumahan Rungkut Menanggal ini.
Terus ke timur terdapat Kelurahan Gunung Anyar, di sinilah cikal bakal
nama Gunung Anyar tersebut berasal(baca sejarah Gunung Anyar). Adanya
bukit tandus yang terdapat di tengah perkampungan Gunung Anyar yang
sampai saat ini masih mengeluarkan semburan lumpur bercampur cairan hitam,
berminyak meskipun dalam volume kecil. Di kawasan ini kantor Kecamatan
Gunung Anyar dan Kantor kelurahan Gunung Anyar berdiri.Di daerah ini
terdapat 3 makam yang di tiap makamnya bersemayam para pendiri dari
kampung Gunung Anyar, yang konon katanya berasal dari kerajaan
Mataram(baca pejabat mataram pendiri Gunung Anyar).
Merupakan apartemen pertama yang berdiri di daerah Gunung Anyar. Di
tambah dengan akan di bangunnya jalur lingkar luar yang menghubungkan
antara Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya, di percaya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang pesat di lokasi timur Gunung Anyar ini.
Paling akhir kita akan memasuki wilayah kelurahan Gunung Anyar
Tambak, wilayah ini berbatasan langsung dengan pantai. Profesi nelayan
merupakan pilihan dari penduduk Gunung Anyar yang berbatasan langsung
dengan laut, selain itu kebanyakan dari mereka juga merupakan juragan tambak
ikan dan udang yang tersebar di pesisir Kecamatan ini. Kawasan ini terkenal
dengan Keindahan alam mangrove-nya yang saat ini sedang di galakkan oleh
pemerintah setempat sebagai tempat wisata alam. Wisata Mangrove yang
terkenal dengan sebutan Wisata Anyar Mangrove (WAM) ini mulai di kelola
pada tahun 2010 sebagai sarana wisata keluarga yang berwawasan lingkungan.
Kedepan pembangunan wisata ini akan di garap lebih serius sehingga
benar-benar menjadi jujukan warga kota yang mungkin sudah bosan dengan wisata
mall yang lagi marak sekarang ini dan menjadi “Ladang Emas” bagi
Pemerintah Kota Surabaya.
3.2.2 Sur a baya Gr een and Clea n
42
keberatan dengan dampak bau dan berbagai efek buruk dari penanganan
sampah yang kurang serius saat itu.
Tahun 2001 TPA Keputih resmi ditutup karena sengketa antara pemkot
dan warga. Saat itu, Bambang D.H. masih belum mempunyai kewenangan
apa-apa karena masih menjadi wakil wali kota. Sementara wali kota saat itu
Soenarto Soemoprawiro juga “menghilang”-belakangan diketahui dinnya
sedang berobat di Australia. Praktis tak ada penanganan apa-apa sehingga
tumpukan sampah pun menggunung. Bisa dibayangkan berapa banyak sampah
yang menumpuk, jika 8 ribu meter kubik sampah per hari yang dihasilkan
masyarakat Surabaya tak bisa diangkut selama berminggu-rninggu.
Pengelolaan sampah kota sebagian ditangani sendiri oleh Pemkot
Surabaya dan sebagian lagi oleh swasta. Misalnya, penyapuan jalan sepanjang
72.500 m (27,60 persen) dan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA
dilaksanakan swasta. Sedangkan sisanya, sebanyak 1.702 meter kubik, diangkut
sendiri oleh penghasil sampah seperti PD Pasar Surya, pihak industri,
pelabuhan, dan lain-lain. Pelaksanaan pembakaran sampah sebanyak 350 meter
kubik per hari dilakukan di tujuh LPS yang ada di Surabaya. Kondisi yang
tampaknya sudah aman itu ternyata masih membuat Bambang D.H. risau. Dia
menganggap dengan penanganan seperti itu, potensi terjadinya pencemaran
lingkungan masih besar.Semuanya berubah ketika pada 2004 Bambang,bertemu
pihak Unilever, jawa Pos, dan sejumlah pakar pengolahan sampah. Pria asal
Pacitan itu kemudian banyak belajar dan menemukan bahwa ada satu cara
fantastis untuk mengatasi masalah ini.
44
sudah terdaur ulang.Dukungan Jawa Pos dalam menyosialisasikan program ini
begitu besar. Berkat surat kabar nasional yang bermarkas di Surabaya itulah
“Surabaya Green and Cean” terasa gaung dan geliatnya. Uji coba yang berhasil
itu membuat Bambang bersemangat.
Bambang pun turun sendiri untuk memimpin replikasi program
penanganan sampah yang sukses di dua kecamatan tersebut. Namun
sebelumnya, dia harus melatih lebih banyak orang lagi untuk menjadi
penggerak
sekaligus
supervisor
pengolahan
sampah
di
kampung
masing-masing. Bambang D.H. menggelar pendidikan pelatihan para motivator
lingkungan, Kader Lingkungan, dan warga.
Singkatnya, kader lingkungan adalah para penggerak pengolahan
sampah di lingkungan masing-masing. Sekitar beberapa ratus kader merupakan
binaan dari seorang fasilitator. Beberapa Kader Lingkungan itu kemudian
dibina oleh seorang motivator.
Hingga 2011 lalu, total sudah ada 20 motivator lingkungan, 400
fasilitator, dan 30 ribu kader lingkungan di Surabaya. Padahal, Surabaya hanya
mempunyai sekitar 1.500-an RW Bila dirata-rata, tiap RW mempunyai 20
kader lingkungan. Sebuah modal sosial yang sangat berharga untuk menjaga
kebersihan lingkungan.
3.2.3 Pera n dan Fungsi Kader Lingkunga n dalam Implementasi Green and
Clean
Kader lingkungan dalam program pemerintah kota ini merupakan bagian
dari warga yang dipilih oleh Fasilitator dan dianggap menjadi penghubung
antara program pemerintah dan warga lainnya kemudian dapat memberikan
bantuan dalam memperlancar berjalannya program.
46
3.3 Unit Analisis Penelitia n
Dalam penelitian ini menekankan pada pola komunikasi Kader
Lingkungan dengan warga yang dilatar belakangi oleh program green and clean
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah warga yang sebelumnya tidak
mengetahui mengenai cara mengelolah sampah dari lingkungannya diberikan
instruksional dari Kader Lingkungan dilingkungan sekitarnya.
Dengan mengamati instruksional yang sudah dilakukan oleh kader
lingkungan kepada warga, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pola yang
terjalin didalam program green and clean di kelurahan Gunung Anyar adalah
pola komunikasi seimbang, disebut pola komunikasi seimbang karena masing –
masing pihak (kader lingkungan dan warga) membagi sama dalam
berkomunikasi, komunikasi mereka terjalin sangat terbuka, jujur, langsung dan
bebas. Dapat ditunjukkan pada saat pertemuan rutin mereka dapat menunjukkan
sikap yang kompak dan membaur satu dengan yang lain,tidak ada pemimpin
maupun pengikut, melainkan kedudukannya sama.
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Wawancara Mendalam ( indepth interview )
Pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan informan dan
bertatap muka anara penanya dan penjawab, dengan menggunakan alat yang
dinamakan dengan interview guide ( panduan wawancara ). Wawancara
mendalam dimaksudkan untuk memburu makna yang tersembunyi dibalik
“table hidup“ kenyataan yang tertangkap dan diobservasi sehingga sesuatu
fenomena sosial menjadi bisa dipahami. Dengan wawancara mendalam, bisa
digali apa yang tersembunyi di sanubari, apakah menyangkut masa lampau,
masa kini, maupun masa depan.
Berikut yang akan disajikan teknis wawancara yang akan dilakukan peneliti :
1.
Peniliti menyiapkan daftar pertanyaan ( interview guide ).
2.
Peneliti akan melakukan wawancara kepada informan.
3.
Waktu dan tempat wawancara akan ditentukan setelah ada kesepakatan
peneliti dengan informan.
4.
Peneliti sebagai pewawancara.
48
6.
Wawancara dilakukan hanya melibatkan satu pewawancara dan satu
informan, informan yang lain akan diwawancara pada pada waktu dan tempat
yang lain.
7.
Dimungkinkan jika tempat wawancara pada seorang informan juga
sama dengan wawancara terhadap seorang informan yang lain, namun
dipastikan tidak dalam waktu yang sama.
8.
Pendokumentasian data akan dilakukan dengan menggunakan tape
recorder, buku catatan, dan bolpoin.
Selain itu juga menggunakan literature yaitu teknik pengumpulan data
dengan mencari data pndukung dengan mengolah buku – buku dan sumber
bacaan lain yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3.3.2 Teknik Ana lisis Data
Setelah seluruh data diperoleh dengan cara teknik indepth interview,
peneliti menganalisis data tersebut dengan analisis kualitatif yaitu dengan
menganalisis pola komunikasi Kader lingkungan dengan wargadalam bentuk
uraian atau penjelasan deskriptif, sehingga analisis ini tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, serta tidak membuat hipotesis atau membuat prediksi.
oleh kader lingkungan dengan warga. Berikut questiont list yang ditujukan
untuk informan.
Komunikasi secara terbuka yang dilakukan Kader Lingkungan kepada
warga agar memahami karakter lawan bicara.
1.
Komunikasi Kader Lingkungan dengan warga.
2.
Pemahaman Karakter yang dilakukan oleh Kader Lingkungan kepada
warga.
Pendekatan efektif yang dilakukan oleh Kader Lingkungan kepada
warga yang menjadikan warga memahami maksud dari program.
1.
Pendekatan yang dilakukan Kader Lingkungan kepada warga.
2.
Cara Efektif yang dilakukan Kader Lingkungan dalam melakukan
pendekatan kepada warga.
Keberhasilan Kader Lingkungan yang menjadikan warga mampu
menjalankan progam.
1.
Keberhasilan Kader Lingkungan untuk membuat warga memiliki
keasadaran mengelolah lingkungannya.
2.
Materi program yang diberikan Kader Lingkungan untuk warga.
Komunikasi secara terbuka yang dilakukan kader lingkungan dengan
warga agar memahami lawan bicara.
1.
Komunikasi kader lingkungan dengan warga.
50
Pendekatan efektif yang didapat warga dari Kader Lingkungan
1.
Pendekatan yang didapatkan warga dari Kader Lingkungan.
2.
Cara efektif yang diterima warga dalam proses pendekatan yang
dilakukan oleh Kader Lingkungan.
Partisipasi warga dalam program
1.
Partisipasi warga untuk melaksanakan program green and clean.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambar an Umum Objek Penelitian
Penelitian dalam hal ini adalah Pola Komunikasi Kader Lingkungan
dengan warga kelurahan Gunung Anyar Surabaya. Kader Lingkungan yang
menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kader Lingkungan yang tinggal di
Gunung anyar dengan jabatan yang berbeda dan tergabung dalam Ikatan Kader
Lingkungan Area Lokalisasi.
Pemahaman masyarakat terdahulu mengenai Kader Lingkungan hanyalah
warga yang dibayar untuk melaksanakan program pemerintah tanpa ada
realisasinya. Hal ini berbeda dengan keadan Kader Lingkungan pada saat ini.
Kader Lingkungan yang ada pada saat ini tidak hanya orang biasa yang
mempunyai posisi yang sama dengan warga lain, akan tetepi Kader Lingkungan
mempunyai peran yang penting dalam memberikan pengarahan dan contoh
kepada warga lainnya untuk mengelola lingkungan sekitar berkaitan dengan
program Green and clean. Realitas ini didapatkan dari kegiatan Kader
Lingkungan yang gencar mengajak warga lainnya untuk aktif dalam hal
pengelolaan lingkungannya.
Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap
52
berhasil menyimpulkan respon masyarakat yang dapat dipakai untuk menjawab
persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Disinilah dibutuhkan
imajinasi dan kreatifitas peneliti. Koentjaraningrat (1993 :269).
Analisis data penelitian merupakan bagian yang amat penting dalam
metode ilmiah karena dengan analisislah data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.
Penelitian ini mengkaji tentang pola komunikasi yang digunakan oleh
Kader Lingkungan dalam menyampaikan pesan pada warga di Kelurahan Gunung
Anyar. Namun tidak menutup kemungkinan jika masalah tentang subtansi atau isi
juga dibahas dalam penelitian ini.
4.2. Identitas Infor man
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai informan adalah :
1. Dua orang kader lingkungan. Pemilihan kader lingkungan pada penelitian
ini adalah kader lingkungan yang dianggap aktif dalam menjalankan progam
green and clean di kelurahan Gunung anyar.
Kader lingkungan yang pertama adalah Drs. H. M. Khoiron, yang
berusia 52 tahun dan bertempat tinggal di kelurahan Gnung anyar tengah
VI Rt. 02 Rw. II, Surabaya. Dalam kelompok Kader lingkungan beliau
menjabat sebagai wakil ketua. Kader yang satu ini memang dinilai aktif
Selain pengolahan sampah, di Kelurahan Gunung Anyar juga
terdapat kader lingkungan yang melakukan pendekatan lain yakni dengan
cara memberikan keterampilan. kader lingkungan yang kedua ini adalah
Pak Gatot, yang berusia 52 tahun dan bertempat tinggal di Gunung anyar
tengah 2 nomor 22, Surabaya. Dalam kelompok kader lingkungan ia
menjabat dalam struktur komunikasi kemasyarakatan.
2. Dua orang warga. Pemilhan warga dalam penelitian ini adalah warga
kelurahan Gunung Anyar yang aktif dalam kegiatan organisasi
kemasyarakatan.
Pertama adalah Joko, berusia 24 tahun, seorang pemuda kelahiran
asli kelurahan Gunung Anyar yang sehari-harinya bekerja sebagai
pegawai swasta. Ia adalah ketua karang taruna di kelurahan Gunung
Anyar.
Kedua adalah pak Samsul, berusia 55 tahun, pendidikan
terakhirnya adalah SMA. Ia adalah ketua RW IX kelurahan Gunung
Anyar.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai informan adalah :
1.
Kader lingkungan
Kader lingkungan mempunyai peran penting dalam suksesnya program
54
dan juga dibantu oleh Ketua RT & RW, beserta kader-kader lingkungan yang
berasal dari warga sendiri. Seperti halnya kader lingkungan di tempat lain, Saat
menyampaikan materi penyuluhan seorang Kader lingkungan haruslah mampu
mengusai materi yang dibawakannya.
2.
Warga
Warga merupakan orang atau sekelompok orang yang mempunyai peran
dalam masyarakat, yang mampu mengantarkan warga lainnya untuk menemukan
sendiri isi atau materi pelajaran yang ditawarkan atau yang rencanakan oleh
program dari kader lingkungan. Warga yang terlibat dalam program ini
bertanggung jawab untuk mampu mengajak masyarakatnya agar mengikuti
program yang diadakan pemerintah dengan cara persuasive sehingga masyarakat
menerima dengan baik program tersebut. Warga disini terdiri dari beberapa
kelompok organisasi dan perangkat desa antara lain : kelompok karang taruna,
kelompok PKK, perangkat desa seperti lurah, kepala RW dan RT.
4.3. Penyajian Data
Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan di Gunung anyar,
Surabaya. Dalam proses tersebut, peneliti melakukan wawancara mendalam
sebagaimana yang peneliti jelaskan sebelumnya, bahwa subjek penelitian yang
dijadikan informan tidak dapat dibatasi atau ditentukan karena analisis yang
digunakan adalah kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha
Gunung anyar terkait dengan keberhasilan program green and clean yang
dilakukan warga seperti yang terlansir di Koran Jawa Pos.
Wawancara mendalam dilakukan terhadap dua Kader Lingkungan dan
dua orang Warga yang telah ditentukan sebagai informan oleh peneliti dengan
latar belakang yang berbeda – beda.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi sebanyak –
banyaknya dari para informan. Informasi yang diperoleh tersebut
kemudian akan disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif,
sehingga akan didapatkan gambaran, jawaban, serta kesimpulan dari
pokok permasalahan yang diangkat.
4.4. Analis Data
4.4.1 Komunikasi secara terbuka yang dilakukan kader lingkungan kepada
warga agar memahami karakter lawan bicara.
1.
Komunikasi Kader lingkungan dengan Warga
Komunikasi antara kader lingkungan dengan warga merupakan cara
awal kader lingkungan dalam berinteraksi dengan warga. Dari hasil wawancara
mendalam yang peneliti lakukan, informan mengakui adanya interaksi yang
terjalin antara kader lingkungan dengan warga. Berikut adalah kutipan
56
Koiron)
(7 November 2013,
Pukul 15.50 )
dengan cara pertemuan di
balai
desa,
dari
pertemuan
itu
ada
semacam
interaksi.
Interaksi
dengan
warganya yang kedua
Kalau yang non formal,
berinteraksi diluar acara
formal.”
bahwa ada dua
cara
komunikasi
yang
digunakan
dalam
berkomunikasi
dengan
k