• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN ANTENATAL CARE DENGAN K1 DAN K4 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDANGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN MUTU PELAYANAN ANTENATAL CARE DENGAN K1 DAN K4 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDANGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN ANTENATAL CARE DENGAN K1 DAN K4 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDANGAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015

Reza Sukma*), Gipta Galih Widodo**), Ida Sofiyanti***) *) Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Program Studi Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran E- mail : rezasukma1131@gmail.com

ABSTRAK

Ketepatan waktu pemeriksaan kehamilan dalam bentuk K1 dan K4 dikategorikan menjadi dua yaitu tepat apabila pemeriksaan kehamilan sesuai usia kehamilan ibu. Hal yang menyebabkan ibu tidak memeriksakan kehamilannya tepat waktu salah satu nya mutu pelayanan yang diberikan bidan yang mencakup dimensi mutu responsiveness, assurance, tangible, empathy, realibility. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan antenatal care dengan K1 dan K4 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan .

Desain penelitian ini analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional . Populasi penelitian ini ibu hamil TM III di wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015 dengan sampel sebanyak 67 orang. Alat ukur menggunakan kuesioner, analisa data yang digunakan uji Kendall tau .

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Gedangan adalah mutu pelayanan antenatal care yang baik sebesar 82,1%. Hasil pengujian di analisa data menunjukan bahwa p < α (0,05), jadi ada hubungan mutu pelayanan antenatal care dengan K1 dan K4 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan .

Seharusnya mutu pelayanan antenatal care dapat ditingkatkan agar K1 dan K4 baik , sehingga angka cakupan K1 dan K4 meningkat sesuai target nasional.

Kata kunci : K1, K4, mutu pelayanan antenatal care

(2)

ABSTRACT

The time precision antenatal care of first visit and fourt visit are categorized into two, appropriate antenatal care for maternal gestational. Fact that cause maternal check up his timely one the service quality given of midwife dimensions quality that includes responsiveness, assurance, tangible, empathy, realibility. The purpose of this study was to determine the correlation between antenatal care services quality with first visit and fourt visit at Gedangan Health Center working area of Semarang Regency.

Design of this research was analytic correlational with cross sectional approach. The study population is pregnant women TM III at Gedangan Health Center working area of Semarang Regency with a sample of 67 people. Measuring instrument using a questionaire, data analysis used to Kendall tau test.

The results of the study at Gedangan Health Center service quality antenatal care is good 82%. The results showed on the analysis data p <α (0.05), there is antenatal care service quality with of first visit and fourt visit at Gedangan Health Center.

We are recommended can be improve antenatal care services quality of first visit and fourt visit coverage increase corresponding national targets.

Keywords : first visit, fourt visit, antenatal care service quality

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia. Seperti yang tercantum dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pasal 25 ayat (1), yang berbunyi “Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya” (Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1948).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 bahwa AKI tercatat sebesar 359/100.000 kelahiran hidup, mengalami kenaikan yang signifikan bila dibandingkan dengan data (SDKI) 2007 didapatkan data angka kematian ibu (AKI) sebesar 228/100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB 32/1000 KH. Data AKI tersebut membuat

Indonesia memiliki AKI tertinggi dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia 62/100.000 kelahiran hidup, Srilanka 58/100.000 kelahiran hidup, dan Philipina 230/100.000 kelahiran hidup (Emillia, 2013).

Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah derajat kesehatan masyarakat, yaitu di antaranya adalah Angka Kematian Ibu (AKI). SDKI 2012 bahwa AKI tercatat sebesar 359/100.000 kelahiran hidup, mengalami kenaikan yang signifikan bila dibandingkan dengan data SDKI 2007 didapatkan data angka kematian ibu AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup.

Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Angka cakupan pelayanan antenatal saat ini sudah tinggi, K1 mencapai 94,24% dan K4 84,36% ( Profil Kesehatan Indonesia ,2013). Akan tetapi masih jauh dari target nasional dimana pencapaian cakupan K1 harus 100 % dan K4 95%. Penilaian mutu layanan tersebut dapat dinilai dengan menggunakan dimensi ServQual, yaitu Responsiveness, Assurance, Tangible,

(3)

Empathy, Reliability (RATER), melalui dimensi tersebut, penyelenggara pelayanan kesehatan dapat menggali persepsi pasien/ pengguna layanan kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan yang telah didapat oleh pasien tersebut (Parasuraman,dalam Irine, 2010).

Data profil dinas kesehatan kabupaten Semarang tahun 2014 tercatat Ibu Hamil berjumlah 15.325 orang dari seluruh Puskesmas sekabupaten Semarang yang berjumlah 26 Puskesmas . Total cakupan kunjungan ibu hamil K1 berjumlah 15.048 orang (98,19%) dan K4 berjumlah 13.789 orang (89,98%). Cakupan K1 tertinggi di Pukesmas Dadapayam 103,66% dan cakupan terendah K1 di Puskesmas Gedangan 90,08%. Cakupan K4 tertinggi di Puskesmas Banyubiru 103,11% dan cakupan K4 terendah di Puskesmas Gedangan 75,46% . Cakupan K1 di puskesmas Gedangan Kecamatan Tuntang tahun 2014 adalah 90,1% dan cakupan K4 75,5%, akan tetapi tahun 2015 angka cakupan K1 meningkat sebesar 93,5% dan cakupan K4 80,4%.

Bagaimana Hubungan Mutu Pelayanan Antenatal Care Dengan K1 Dan K4 Di Wilayah Kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Tujuan penelitian ini antara lain: 1) Mengetahui Hubungan Mutu Pelayanan Antenatal Care Dengan K1 dan K4 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015.; 2) Menganalisis Hubungan Mutu Pelayanan Antenatal Care Dengan K1 dan K4 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015.

Bagi Institusi Kesehatan sebagai bahan masukan bagi puskesmas agar dapat meningkatkan pelayanan mutu dalam pengembangan dan peningkatan program yang telah ditetapkan sesuai standar pelayanan minimal bidang kesehatan khususnya untuk kesehatan ibu dan anak. Bagi Bidan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan kebidanan

yang komprehensif sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang dimiliki.

METODE

Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional yang pada hakekatnya menghubungkan dua variabel pada situasi atau subjek dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang pada Tahun 2015 dengan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September Tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil TM III di wilayah kerja Puskesmas Gedangan yaitu sebesar 67 orang ibu pada Tahun 2015. Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam populasi ini adalah proportional random sampling.

Jenis data yang digunaka adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung didapat dari sumber atau responden penelitian yang berkaitan dengan mutu pelayanan antenatal care sesuai standar 10 T. Data sekunder dengan mengobservasi pencatatan di buku KIA ibu. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data secara formal kepada subyek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Pada penelitian ini analisis univariat yang digunakan adalah distribusi frekuensi. Analisis bivariat yang digunakan adalah Kendall Tau untuk menentukan hubungan dua gejala yang semuanya ordinal dengan rumus.

(4)

HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Mutu Pelayanan

Antenatal care di wilayah kerja

Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015

Tabel 1 Distribusi frekuensi mutu pelayananan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015

Mutu Pelayanan

Antenatal care Frekuensi

Persentase (%)

Baik 55 82

Kurang Baik 12 18

Jumlah 67 100

Responden yang mendapatkan mutu pelayanan antenatal care dalam kategori baik sebanyak 55 responden (82%) .

2. Gambaran K1 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015

Tabel 2 Distribusi frekuensi ketepatan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015

K1 Frekuensi Persentase (%)

Tepat 58 87

Tidak Tepat 9 13

Jumlah 67 100

Responden yang tepat dalam kunjungan pertama antenatal care dalam kategori tepat yaitu sebanyak 58 responden (87%).

3. Gambaran K4 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015

Tabel 3 Distribusi frekuensi K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015 K4 Frekuensi Persentase (%) Baik 57 85 Kurang baik 10 15 Jumlah 67 100

4. Hubungan Mutu Pelayanan

Antenatal Care dengan K1 di

wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015

Tabel 4 Hubungan mutu pelayanan antenatal care dengan K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015 Mutu Pelayanan Antenatal care K1 τ p-value Tepat Tidak Tepat f % f % f % Baik 53 96 2 4 55 100,0 ,615 ,000 Kurang Baik 5 42 7 58 12 100,0 Total 58 87 9 13 67 100,0

Berdasarkan uji korelasi Kendall tau didapatkan nilai τ sebesar .615 dengan p-value 0,000. Oleh karena itu p-value .000 < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara mutu pelayanan antenatal care dengan K1 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang.

5. Hubungan Mutu Pelayanan

Antenatal Care dengan K4 di

wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015

Table 5 Hubungan mutu pelayanan antenatal care dengan K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015 Mutu Pelayanan Antenatal care K4 τ p-value Baik Kurang Baik f % f % f % Baik 51 93 4 7 55 100,0 .460 ,000 Kurang Baik 6 50 6 50 12 100,0 Total 57 85 10 15 67 100,0

Berdasarkan uji korelasi Kendall tau didapatkan nilai τ sebesar .460 dengan p-value 0,000. Oleh karena itu p-value 0,000 < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara mutu pelayanan antenatal care dengan K4 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang Tahun 2015

(5)

1. Gambaran Mutu Pelayanan

Antenatal Care

Pada penelitian ini, mutu pelayanan antenatal care dipengaruhi oleh responsiveness, assurance, tangible, emphaty dan reliability. Pada hasil penelitian memperlihatkan bahwa kelima dimensi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap mutu pelayanan antenatal care. Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa dimensi emphaty, reliability dan responsiveness memiliki nilai yang paling besar untuk memberikan pengaruh terhadap mutu pelayanan antenatal care di antara dimensi yang lain.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dadang Hermanto (2010), didapatkan hasil bahwa dimensi empati dan bukti langsung mempunyai pengaruh yang paling kuat. Sehingga apabila ada perbaikan pada dua dimensi tersebut secara bersamaan akan dapat memberikan dampak yang besar pula pada penilaian pasien terhadap mutu pelayanan dan berpengaruh juga terhadap kepuasan pasien.

Dalam penelitian ini, dimensi emphaty, reliability dan responsiveness merupakan dimensi yang paling berpengaruh dalam pelayanan antenatal care, apalagi bidan yang bekerja di desa. Dimensi empati menunjukkan adanya perhatian bidan kepada pasien, dan kemampuannya untuk menyelami perasaan pelanggan. Dimensi reliability menunjukkan kemampuan bidan untuk dapat memberikan pelayanan secara akurat, handal, dapat dipercaya, bertanggungjawab atas apa yang dijanjikan. Secara umum dimensi reliabilitas merefleksikan konsistensi dan kehandalan dari kinerja perusahaan. Sedangkan untuk dimensi responsiveness menunjukkan adanya keinginan bidan yang tinggi untuk membantu pelanggannya dalam

memberikan pelayanan secara cepat dan tepat.

2. Gambaran K1

K1 tidak tepat karena ibu tidak segera memeriksakan kehamilannya setelah terlambat haid lebih dari satu minggu tetapi ibu memeriksakan diri setelah usia kehamilan memasuki TM II padahal kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8. Penyebab ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal care tidak sesuai dengan umur kehamilan juga disebabkan kurangnya peran serta tenaga kesehatan untuk memotivasi keluarga perlu dilakukan untuk memberikan dukungan kepada ibu hamil selama kehamilan.

Rata – rata ibu hamil melakukan K1 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan pada usia kehamilan 8 minggu, sedangkan angka cakupan K1 di Puskesmas Gedangan tahun 2015 sebesar 93,5%, angka pencapaian cakupan K1 di Puskesmas Gedangan sendiri digabungkan antara K1 murni dan K1 akses sehingga akumulasi cakupan KI di Puskesmas Gedangan mencapai 93,5% angka cakupan pencapaian K1 di Indonesia saat ini (2015) 95% akan tetapi target nasional sendiri pencapaian K1 sebesar 100%.

Kondisi tersebut membuktikan bahwa ibu belum mengetahui tentang kesehatan dirinya dan pertumbuhan perkembangan janin dalam rahim. Padahal Pemeriksaan kehamilan perlu dilakukan oleh ibu hamil selama kehamilan, mulai dari trimester pertama sampai saat berlangsungnya persalinan.

3. Gambaran K4

K4 baik dimana ibu hamil memeriksakan diri ke bidan dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36. K4 kurang baik karena

(6)

ibu memeriksakan kehamilannya sebelum usia kehamilan TM III. Hal ini sesuai teori dari Depkes (2010)

Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36.

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa rata – rata ibu hamil melakukan K4 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan pada usia kehamilan 28 minggu, sedangkan angka cakupan K4 di Puskesmas Gedangan tahun 2015 sebesar 80,4%, ada kenaikan dari tahun 2014 angka cakupan pencapaian K4 di Indonesia sebesar 87% target nasional sendiri pencapaian K4 sebesar 95% selisih cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Gedangan tahun 2015 sebesar 13,1% menunjukan bahwa kurangnya mutu pelayanan antenatal care karena petugas kesehatan belum mampu memotivasi ibu hamil sampai minimal 4 kali selama kehamilan sehingga terjadi drop out K4.

Hal tersebut disebabkan oleh Ibu hamil yang datang antenatal care untuk pertama kali pada masa kehamilannya (cakupan K1 93,5%) hanya 80,4% yang datang kembali untuk kunjungan antenatal care K4 dan ibu yang pindah atau periksa ketenaga kesehatan wilayah lain. Sebenanrnya rata-rata ibu hamil telah melakukan pemeriksaan kehamilan hanya saja pencatatan perwilayah kerja puskesmas yang tidak tercakup secara keseluruhan karena di wilayah kerja Puskesmas Gedangan sendiri pencatatan dan pelaporannya PWS ada pemisahan pelaporan kunjungan antenatalcare antara warga asli dan warga pendatang diwilayah kerja puskesmas tersebut akan tetapi jika ada warga asli melakukan pemeriksaan antenatalcare diwilayah lain atau

puskesmas lain maka tidak ada pelaporan yang masuk oleh karena itu capaian cakupan diwilayah kerja Puskesmas Gedangan dibawah pencapaian target nasional. Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama dengan lintas program terkait dan dengan adanya pelayanan antenatal terpadu yang melibatkan lintas program ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada ibu hamil.

4. Hubungan Mutu Pelayanan

Antenatal care Dengan K1

Ada hubungan yang signifikan antara mutu pelayanan antenatal care dengan K1 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang.

Mutu pelayanan antenatal care baik maka semakin baik pula K1 dan meningkat pula angka cakupan K1 sehingga dapat mencapai target cakupan nasional antenatal care 100%. Mutu pelayanan antenatal care yang baik diberikan bidan kepada ibu maka akan tepat pula K1, sebab pelayanan yang baik ibu menganggap pentingnya untuk memeriksakan kehamilannya ke bidan atau tenaga kesehatan. Ibu yang mendapat mutu pelayanan antenatal care yang kurang baik tidak tepat K1 nya seharusnya bidan lebih meningkatkan mutu pelayanan antenatal care dengan memberikan informasi pentingnya pemeriksaan kehamilan sedini mungkin.

Hubungan mutu pelayanan antenatal care dengan K1 kompetensi teknis pelayanan kebidanan meliputi ketrampilan, kemampuan dan penampilan atau kinerja provider. Dimensi ini menitikberatkan pada kepatuhan provider dalam melaksanakan kinerja berdasarkan standar pelayanan kebidanan yang telah ditentukan profesi. Tidak terpenuhinya dimensi ini akan berakibat terhadap mutu pelayanan kebidanan (Sallis.E,2008).

(7)

5. Hubungan Mutu Pelayanan

Antenatal care Dengan K4

Ada hubungan yang signifikan antara mutu pelayanan antenatal care dengan K4 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang. Mutu pelayanan antenatal care baik maka baik pula K4 sehingga angka cakupan K4 pun meningkat dan dapat mencapai target nasional angka cakupan K4 95%. Mutu pelayanan antenatal care yang baik diberikan bidan kepada ibu maka akan tepat pula K4, sebab dengan pelayanan yang baik ibu menganggap pentingnya untuk memeriksakan kehamilannya ke bidan atau tenaga kesehatan.

Variasi kunjungan ibu hamil sesuai dengan pendapat Pohan (2007) yang meyatakan bahwa pasien yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas atau mutu bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakannya

Pasien yang pernah menggunakan suatu layanan dan merasa pelayanan itu baik, maka untuk selanjutnya pasien lebih condong untuk menggunakan pelayanan itu lagi. Pohan (2007) menyebutkan bahwa kepuasaan yang didapat dari klien harus mencakup beberapa dimensi yaitu dimensi responsiveness, dimensi assurance, dimensi tangible, dimensi emphaty, dimensi reliability

Keterbatasan penelitian

Keterbatasan yang ditemui dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup yang berhubungan langsung dalam menentukan mutu pelayanan antenatal care sehingga jawaban yang didapat peneliti tidak luas. Pengukuran K1 dan K4, peneliti menggunakan buku KIA sebagai dasar untuk menghitungnya, karena tidak ada hasil pengukuran K1 dan K4 lain dimana dibuku KIA tercantum standar pelayanan 10T yang dilakukan oleh bidan. Pencatatan

dan pelaporan PWS K1 dan K4 belum dilakukan dengan baik dan benar sehingga pencapaian cakupan K1 dan K4 rendah walaupun sebenar ibu hamil sudah melakukan pemeriksaan kehamilan

Kesimpulan

Mutu pelayanan antenatal care kategori baik yaitu 55 responden (82%), K1 kategori baik yaitu 58 responden (87%), K4 kategori baik yaitu 57 responden (85%).

Ada hubungan yang signifikan antara mutu pelayanan antenatal care dengan K1 dan K4 di wilayah kerja Puskesmas Gedangan Kabupaten Semarang ..

Saran

Diharapkan bagi bidan koordinator agar melakukan penilaian mutu pelayanan antenatal care secara prediktif Memanfaatkan untuk kegiatan luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah, sweeping kasus drop out, pelaksanaan kelas ibu hamil diharapkan dapat mendorong tercapainya target cakupan pelayanan antenatal.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aksara Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1998). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta

[2] Arikunto,S.(2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

[3] Cesarean DeliveryOutcomes from the WHO Global Survey on Maternal and perinatal Health in Africa. International Journaln of Gynecology and Obstetrics: IJG-06410

[4] Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2010).Pedoman Antenatal Terpadu.Jakarta

[5] Diana Irine.(2010). Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan. Edisi ke empat. Jogjakarta: Nuha Medika [6] Diana Irine.(2010). Manajemen

Pemasaran Usaha Kesehatan. Edisi ke empat. Jogjakarta: Nuha Medika [7] Priatna, Erni Nurrahmi

Suprihatin.(2010). Penilaian Pasien

(8)

Pelayanan Obstetri dan Ginekologi di Rumah sakit Umum Pusat Nasional dokter Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Faktor-faktor yang Berhubungan. Jakarta-FKUI

[8] Hermanto, Dadang.(2010). Pengaruh Persepsi Mutu Pelayanan Kebidanan terhadap kepuasan Pasien Rawat Inap Kebidanan di RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Bulungan Kalimantan Timur. Semarang: UNDIP [9] ICM Document .(2010). International

Code Ethics for Midwives.

[10] ICM Document .(2011). Essential Competencies for Basic Midwifery Practice

[11] ICM Document .(2011). ICM – Global Standards for Miwifery Regulation. [12] Keputusan Menteri Kesehatan No.938

/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan

[13] Majelis Umum PBB.(10 Desember 1948). Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia

[14] Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

[15] Pantikawati, Ika. & Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika

[16] Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor

1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan [17] Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor

741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan DiKabupaten/ Kota

[18] Prawihardjo, S. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo

[19] _________. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

[20] Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia. 2013. Tersedia dalam link <http://www.bkkbn.go.id> [diakses 30 Oktober 2015, pukul 15.00 WIB] [21] Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang

Tahun 2014. Tersedia dalam link

http://www.dinkes-kotasemarang.go.id [diakses tanggal 30 Oktober 2015, pukul 15.30 WIB] [22] Profil UPTD Puskesmas

Gedangan.(2014).

[23] Riwidigdo.(2010). Statistik Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS.Jogjakarta: Rihama

[24] Setiawan dan Saryono (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan. Nuha. Medika. Jakarta

[25] Sondakh,J.S.(2014). Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika

[26] Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kota Provinsi Jawa Tengah.(2011).

[27] Sugiyono (2003). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Alfabeta : Bandung

[28] Sugiyono (2011). Metodologi Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta

[29] Sulistyawati, A. 2009. ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA KEHAMILAN. Jakarta: Salemba Medika

Gambar

Tabel 1  Distribusi  frekuensi  mutu  pelayananan  antenatal  care  di  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Gedangan  Kabupaten  Semarang Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

1) Dibuat dan diselesaikan sendiri, dengan menggunakan hasil kuliah, tinjauan lapangan, dan buku-buku serta jurnal acuan yang tertera di dalam referensi pada

Hal ini lebih disebabkan oleh faktor keadaan dan situasi di mana mereka tidak memiliki pilihan atau alternatif lain, misalnya: pasca Gerakan 30 September 1965;

Secara lebih rinci jenis batuan dalam asosiasinya dengan jenis tanah di Kabupaten Tanggamus dalam kaitannya dengan bentuk fisiografi wilayah adalah sebagai berikut:

Fungsi Pembangkit Biasa, Sri Rahayuningsih Page 8 keadaan dalam suatu distribusi unsur yang dapat dilakukan dengan menggunakan tabela. Cara tabel tentu menjadi

Isikan jawaban yang Anda pilih (A, B, C, atau E) pada Lembar Jawaban Ujian (LJU) yang tersedia sesuai dengan nomor soal dengan menghitamkan secara penuh huruf jawaban

Dari contoh diatas terlihat jelas bahwa kalimat (18) merupakan contoh kalimat dengan kata Tanya endi ‘mana’ yang dipakai untuk menanyakan pilihan, se dangkan kalimat (19)

Melaksanakan pengendalian dengan cara mengamati terus menerus proses produksi dan proyek untuk menjamin agar sesuai jadwal dan mutu yang telah ditetapkan.. Mengumpulkan data

HPLC pro fi ling of neurotransmitters, vitamins, cofactors, and in fl am- matory markers in CSF, elucidating the clinical biochemistry of all these analytes within the brain