• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN KOLEKSI HASIL PENELITIAN DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI. Oleh : IKHWAN, S.Sos., MM. (Pustakawan Madya/IV/A)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBERDAYAAN KOLEKSI HASIL PENELITIAN DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI. Oleh : IKHWAN, S.Sos., MM. (Pustakawan Madya/IV/A)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN KOLEKSI HASIL PENELITIAN DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

Oleh :

IKHWAN, S.Sos., MM (Pustakawan Madya/IV/A) 1. Pendahuluan

Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan suatu perguruan tinggi, sebagaimana dinyatakan dalam UU Sisdiknas pasal 20 ayat 3 tahun 2003 menerangkan bahwa kewajiban perguruan tinggi terdiri dari tiga hal yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dharma yang pertama adalah pendidikan. Perguruan Tinggi bukan hanya wahana transfer ilmu pengetahuan akan tetapi bertujuan membentuk manusia yang intelektual, bermoral, berbudaya, serta berkepribadian dewasa. Elemen birokrat dan dosen harus mampu menyadari dan menginterpretasikan hakikat mendidik dan mengarahkan peserta didik. Mahasiswa harus menyadari dan kritis bagaimana ia dididik dan diarahkan kepada pengenalan potensi diri.

Dharma yang kedua adalah penelitian. Penelitian sebagai metode menemukan kebenaran dengan berpikir kritis. Inti dari penelitian adalah kemampuan memecahkan masalah. Semakin kompleksnya permasalahan yang dialami dunia baik sosial maupun sains menjadi tantangan kaum intelektual untuk memecahkannya. Dharma ketiga adalah pengabdian kepada masyarakat. Masyarakat merupakan elemen pembentuk sebuah negara, disanalah berbagai permasalahan seringkali timbul. Dunia akademik dibangun bersumber dari masyarakat, oleh sebab itu arahan yang terpenting dalam pembangunan keilmuan adalah dampak untuk masyarakat. Output mahasiswa adalah bagaimana ia bisa menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk pemberdayaan masyarakat.

Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang berada dibawah pengawasan dan dikelola oleh perguruan tinggi dengan

tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya. Dalam pengertian ini perguruan tinggi adalah universitas, fakultas, jurusan, institut, sekolah tinggi, dan akademi serta berbagai badan bawahannya seperti lembaga penelitian (Sulistyo Basuki, 1993)

(2)

Keberadaan Perpustakaan Perguruan Tinggi (PPT) dalam melaksanakan fungsi sebagai penelitian diharapkan dapat menghimpun, mengolah, melestarikan serta menyebarluaskan informasi khususnya berhubungan dengan penelitian baik untuk mahasiswa, dosen dan peneliti yang berada di internal perguruan tinggi maupun perguruan tinggi luar.

Sehubungan dengan hal ini, perpustakaan perguruan tinggi dalam usaha untuk meningkatkan pemahaman tentang fungsi perpustakaan dan informasi ilmiah yang ada ada di perpustakaan perlu dilaksanakan pemberdayaan hasil karya ilmiah dosen dan mahasiswa berupa skripsi, thesis, laporan penelitan, majalah dan journal ilmiah sehingga civitas akademika akan terbiasa untuk memanfaatkan sumber informasi tersebut sebagai referensi untuk menulis karya ilmiah yang dapat meningkatkan keunggulan terhadap hasil budaya local yang tentunya tidak dimiliki oleh perguruan tinggi lain, serta mahasiswa akan terbiasa sejak dini mengatahui bentuk dan penuliasan karya ilmiah yang baik dan benar serta, pembelajaran yang terkait dengan plagisme.

1. Penulisan dan Publikasi Karya Tulis

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan pihak perpustakaan dalam menjalankan fungsinya yang salah satunya sebagai media penyebarluasan informasi dan ilmu pengetahuan. Jaringan internet dapat dimanfaatkan sebagai sarana kegiatan perpustakaan dalam publikasi karya ilmiah. Internet memang ladang tumbuh kembangnya aneka informasi. Akan tetapi pemustaka harus waspada karena hasil penelusuran informasi yang diperoleh melalui internet, dari segi kualitas maupun otoritas informasi tidak ada yang menjamin . Dengan kata lain, seleksi ada pada pemustaka sebagai pengguna informasi sesuai kebutuhannya.

Fungsi Perpustakaan perguruan tinggi yang akan mengelola informasi yang berasal dari hadiah, salah satunya adalah persembahan dari sivitas akademika yang lulus, telah melakukan penelitian, atau melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang disampaikan dalam bentuk laporan kegiatan; atau hasil sudi lanjut berupa desertasi atau tesis. Tidak tertutup kemungkinan karya tulis berupa artikel atau tugas kuliah yang dimungkinkan untuk dijadikan koleksi perpustakaan. Karya sivitas akademika diasumsikan sebagai peninggalan selama mereka menuntut

ilmu maupun mengabdi pada almamater. Relakah mereka menyerahkan hasil karya mereka?

Ternyata tidak semuanya merelakan hasil karyanya

diolah dan atau disebarluaskan oleh perpustakaan sebagai koleksi yang siap dimanfaatkan oleh pemustaka. Alasan ketidakrelaan antara lain karena susahnya membuat tulisan atau takut dijiplak/ditiru. Padahal, sebelum menyusun karya tulis sebagai tugas akhir (baca:

skripsi/desertasi/tesis), mereka pun membaca bahkan mengambil sebagian dari tugas akhir kakak tingkat sebagai referensi karya tulisnya. Tugas akhir yang telah disusun dan diujikan, dan menjadi bahan cetak lalu diserahkan ke perpustakaan, tidak bisa semuanya dipublikasikan melalui pangkalan data perpustakaan. Akibatnya, kadang terjadi kekecewaan dari pemustaka (padahal adik kelas sendiri) karena tidak dapat membaca tugas akhir angkatan sebelumnya secara keseluruhan. Di sinilah diperlukan aturan yang jelas dan baku agar tugas akhir dapat diseragamkan tampilannya, akses apa saja yang diperbolehkan, dan aturan yang dapat memperlancar akses maupun publikasi. Rambu-rambu publikasi hendaknya disepakati oleh sivitas akademika dan perpustakaan selaku media penyebarluasan informasi. Sudah semestinya, perpustakaan diajak bicara mengenai rambu-rambu publikasi karya sivitas

(3)

akademika, sehingga kerja perpustakaan tidak menyimpang dari misi perguruan tinggi yang bersangkutan.

Kebijakan dan aturan yang berisi :

1. Mahasiswa yang telah menyelesaikan studi diwajibkan menyerahkan tugas akhir/skripsi/desertasi/tesis ke UPT Perpustakaan dalam bentuk softcopy maupun hardcopy.

2. Dosen atau peneliti mewajibkan menyerahkan hasil penelitiannya ke perpustakaan dalam bentuk siftgcopy maupun hardcopy

3. Mewajibkan seluruh mahasiswa, dosen, dan peneliti untuk memasukkan jurnal ilmiah dari program studi yang ada ke dalam basis data e-jurnal

4. kebijakan memberikan hibah penerbitan jurnal di setiap program studi, yang selanjutnya jurnal tersebut dikembangkan menjadi online journal.

5. Peraturan mengenai penanggung jawab pemegang hak cipta, jangan sampai terjadi pelanggaran hak cipta maupun saling merugikan.

Karena karya ilmiah yang dihasilkan civitas akademika berhubungan dengan hak cipta; dan tidak semua civitas akademika mau dipublikasikan

karya tulisnya, atau hasil penelitiannya, maka perlu dibuat aturan mengenai publikasi para civitas akademik; siapa yang menampung (jurnal online mana saja yang dapat menerima karya mahasiswa dan dapat

diakses), bagian mana saja yang dapat diakses (sering pemustaka kecewa jika informasi yang diinginkan ternyata hanya dapat diakses abstraknya saja), hak apa saja yang diberikan penulis kepada pihak perpustakaan untuk mengelolanya.

C.Pendidikan literasi informasi di perpustakaan

Dampak yang sangat nyata dari kemajuan teknologi informasi adalah terjadinya situasi yang disebut dengan ledakan informasi. Yaitu situasi yang setiap orang dapat menerima informasi apa-pun, kapan-pun dan dari mana-pun tanpa batas. Hal ini dituntut setiap pemustaka untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan pencarian informasi yang benar, sehingga akan diperoleh informasi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhannya. Kegiatan ini perlu dilakukan di perpustakan, sehingga pustakawan sebagai pengelola informasi dapat memberikan pemahaman dan keterampilan kepada seluruh civitas akademika tentang

cara penggunaan dan penelusuran informasi yang baik dan benar di perpustakan.

Pendidikan literasi informasi di perpustakaan dapat dilakukan baik secara internal dan eksternal pada setiap pemustaka yang datang ke perpustakaan dan perlunya ada kerjasama yang baik anatar perpustakaan dengan fakultas, jurusan maupun program studi dalam rangka mensukseskan program ini. Sehingga perpustakaan dapat mentukan langkah strategis dalam membuat kegiatan pendidikan literasi informasi secara periodical dan disusun dalam jadwal yang disahkan oleh pimpinan perguruan tinggi.

Dalam pendidikan Literasi informasi, Pustakawan harus mengajarkan pengguna mengelola informasi (bekerja sama dengan aplikasi teknologi baru), dan untuk mencapai hasil optimal sebaiknya materi tersebut terintegrasi dengan kurikulum di pendidikan tinggi.

(4)

Penekanan pada peran perpustakaan dalam pengajaran lietrasi informasi, seperti yang ditulis dalam sebuah buku karya Patricia Breivik dan E. Gordon Gee yang memfokuskan pada peran perpustakaan dalam mencapai kemajuan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi; selanjutnya pada sebuah laporan

dari American Library Association pada tahun 1989. Kedua dokumen tersebut secara tegas menempatkan lietrasi informasi sebagai kombinasi antara perpustakaan dan isu pendidikan.

Seyogyanya perguruan tinggi harus membantu mahasiswa untuk menjadi pembelajar seumur hidup, dan syarat yang harus dipenuhi adalah mahasiswa harus menjadi konsumen informasi secara efektif, mampu mendapatkan informasi secara tepat untuk segala kebutuhan dalam kehidupan pribadi maupun profesi mereka, oleh karena itu. mahasiswa harus melek informasi. Dalam masyarakat informasi, pengukuran yang paling tepat dari lulusan pendidikan tinggi adalah apakah mahasiswa mampu mengarahkan diri menjadi pemelajar mandiri.

Dari beberapa pandangan tersebut diatas, memberikan gambaran bahwa perpustakaan memberikan kekuatan dan peranan penting untuk menciptakan kualitas dan mutu pendidikan terutama dalam memberdayakan koleksi hasil penelitian sehingga pelaksanaan

fungsi tridhrama perguruan tinggi (penelitian) berjalan dengan baik.

D.Penutup

Sesuai dengan fungsi perguruan tinggi terutama penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, perpustakaan sebagai bagian integral dan jantung dari perguruan tinggi selain harus mengelola jenis dan informasi yang ada, juga harus dapat memanfaatkan serta memberdayakan informasi ilmiah yang di miliki menjadi pusat belajar dan sarana penelitian bagi mahasiswa, dosen dan peneliti. Sehingga karya tulis ilmiah dan publikasi ilmiah yang dimiliki oleh setiap perguruan tinggi memiliki ciri khas dan karakter tersendiri yang belum tentu ada di perguruan tinggi lainnya. Dengan adanya karya hasil penelitian ini juga menjadi tolak ukur maju dan berkualitasnya sebuah perguruan tinggi, semakin banyak hasil penelitian yang dihasilkan oleh perguruan tinggi, maka perguruan tinggi tersebut dapat mengevaluasi diri secara langsung tentang jumlah kekayaan intelektual yang dihasilkan.

Untuk mencapai tingkat kualitas pendiddikan tinggi, selain dengan banyaknya karya cipta dan hak kekayaan intelektual yang dimiliki melalui hasil penemuan dan penelitian, tentu dengan adanya fungsi perpustakaan sebagai penghimpun, pengolah, pelestarian, pelayanan dan penyebaran informasi, juga perpustakaan dapat memberdayakan

informasi yang ada. Dengan demikian, pemustaka dapat memanfaatkan informasi yang ada secara baik, tanpa menimbulkan permasalahan yang berhubungan dengan plagisasi.

Pemberdayaan ini dapat dilakukan dengan adanya pemahaman pemustaka (peneliti, mahasiswa, dosen) tentang fungsi dan dan peranan penulisan dan publikasi karya cipta, kebijakan-kebijakan dari perguruan tinggi tentang serah terima hasil penelitian atau karya cipta civitas akademika. Serta kompetensi pustakawan dalam pendidikan literasi informasi E.Daftar Pustaka

(5)

American Library Association (1989) “ Presidential Committee on information Literacy:

Final Report. “www.ala. org/acrl/legalis.html-69 (21 Desember 2014)

Breivik, Patricia S. dan E. Gordon Gee. (1989). “Information Literacy : Revolution in the Library”. American Library Association Presidential Committee on Information Literacy : Final Report, Chicago. www.infolit.org/about/bio.html - 7k (21 desember 2014)

Hak, Ade Abdul 2008. E-Literacy dan Peran Pustakawan di msyarakat . Perpustakaan nasional: Jakarta

Sulistyo Basuki 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Pemakaian peralatan pelindung yang cocok (termasuk peralatan pelindung diri yang dirujuk dalam Bagian 8 dalam lembar data keselamatan) untuk mencegah kontaminasi terhadap kulit,

Selain gangguan reseptor di sauar darah otak penumpukan Aβ bisa juga diakibatkan pembentukan yang berlebihan akibat gangguan mutasi secara genetik dari peptida

Secara teknis kedua alat musik ini sama-sama menggunakan tangan dan kaki untuk memainkan, secara pola ritme kendang Sunda juga memiliki pola ritme yang tetap

Kegiatan pengajian manaqib malam sebelas dilaksanakan dimushola serta diserambi bawah / lantai satu pondok pesansantren Darul Qur’an pada pukul 22.00 sampai dengan

Peningkatan hasil penjualan dan laba yang hanya terjadi pada 30% pedagang perlu diwaspasdai mengingat terdapat 70% yang dapat dikatakan mengalami masalah

Melalui penerapan teknologi tersebut di atas Kabupaten Ogan Komering Ilir berpotensi sebagai kontributor dalam Program Ketahan Pangan Nasional dengan memanfaatkan

Tata cara penyelengaraan tera, tera ulang dan kalibrasi atas alat UTTP dan pengujian BDKT sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Daerah ini ditetapkan