• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY RUMAH TIDAK LAYAK HUNI

PERUMDA TIRTA PAKUAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PENERIMA MANFAAT DI

KELURAHAN TAJUR KOTA BOGOR

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Sahnaz Fauzannah 11170541000037

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2021

(2)

EVALUASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY RUMAH TIDAK LAYAK HUNI

PERUMDA TIRTA PAKUAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PENERIMA MANFAAT DI

KELURAHAN TAJUR KOTA BOGOR Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Sahnaz Fauzannah NIM. 11170541000037

Di bawah bimbingan :

Muhammad Kholis Hamdy, S.Sos.I, M.Int.Dev.

NUPN. 9920113235

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H / 2021 M

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Sahnaz Fauzannah, 11170541000037

Evaluasi Program Corporate Social Responbility Rumah Tidak Layak Huni Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor terhadap Kesejahteraan Penerima Manfaat di Kelurahan Tajur Kota Bogor.

Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor melaksanakan program CSR di wilayah sekitar perusahaan melalui program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) sebagai wujud tanggung jawab perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melakukan perbaikan rumah yang tidak layak karena rumah merupakan komponen yang paling penting dan mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup seseorang.

Peneliti ingin mengevaluasi dan mengetahui tingkat keberhasilan dari program RTLH dengan menggunakan tiga model evaluasi (Pietrzark, dkk) serta mengaitkannya dengan indikator evaluasi dan indikator kesejahteraan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik penulisan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Program CSR RTLH Perumda Tirta Pakuan Bogor terhadap Kesejahteraan Penerima Manfaat di Kelurahan Tajur Kota Bogor.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa evaluasi yang dilakukan pada program CSR RTLH Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor dengan menggunakan model evaluasi dan indikator evaluasi dalam program RTLH telah berhasil mengubah tingkat kesejahteraan penerima manfaatnya dan menghasilkan perubahan yaitu terpenuhinya kebutuhan rumah yang layak huni dengan standar kesehatan, keamanan dan bangunan yang baik. Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor sebagai perusahaan sudah menjalankan tanggung jawab sosialnya dan memenuhi prinsip Good Corporate Governance melalui program CSR RTLH sesuai dengan misi perusahaan serta memberikan manfaat yaitu telah menyelesaikan masalah sosial dengan tercapainya kesejahteraan suatu komunitas.

Kata kunci: Corporate Social Responbility, Evaluasi, Rumah Tidak Layak Huni

i

(6)

iii KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alaamiin, penulis panjatkan segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pengerjaan skripsi ini merupakan momen yang sentimental dengan menandai berakhirnya satu fase hidup penulis untuk masuk ke fase berikutnya yaitu dunia kerja dan segala tanggung jawabnya.

Tidak ada yang sempurna selain Allah SWT, karena keterbatasan waktu, pengetahuan, pengalaman serta kesempatan yang ada penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, segala kritik dan saran yang membangun guna perbaikan skripsi ini akan penulis terima dengan senang hati.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu tersayang, Maryati, yang terus menjadi cahaya dan memberikan semangat dan dukungan baik secara moral maupun materi kepada penulis. Untuk Ayah, Tri Duarso, yang mengajarkan hidup mandiri dan memberikan dukungan untuk tidak pantang menyerah.

2. Bapak Suparto, M. Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Ibu Dr. Siti Napsiyah, BSW, MSW, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr.s

(7)

iv Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Bapak Dr.s Cecep Sastrawijaya, MA selaku Wail Dekan Bidang Kemahasiswaan.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial. Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA, selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.

4. Bapak M. Kholis Hamdy, M.Int.Dev, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, nasihat serta motivasi kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.

5. Para Dosen Program Studi Kesahteraan Sosial dan Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membuka wawasan dan memberikan ilmu serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan

6. Ibu Hasmita Hanum, selaku Asisten Manajer Umum dan Administrasi Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor. Pak Septian, Ibu Fani Agustina, dan Pak Ali selaku staf Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor yang selalu bersedia meluangkan waktunya dan menyumbangkan fikirannya dalam membantu penelitian yang penulis lakukan di Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor.

7. Bapak Muslim Yulianto, selaku Ketua Kelurahan Tajur Periode 2019-2021. Bapak Akos Kosasih, selaku Ketua RT 01 Kelurahan Tajur yang selalu membantu penulis melakukan penelitian agar mendapatkan data yang valid dan akurat.

(8)

v 8. Ibu Acih Juarsih dan Pak Suhaeri, yang sedia membantu dan meluangkan waktunya untuk penulis agar mendapatkan data yang valid dan akurat serta menyumbangkan fikiran dan memberikan nasehat yang positif kepada penulis.

9. Untuk kakak, Muhamad Zehan Faturrahman, yang tidak pernah lelah memberikan dukungan moral dan materi dan meminjamkan bahunya untuk berkeluh kesah. Untuk adik, Azalea Augustnine, yang memberikan keceriaan saat penatnya hidup.

10. Untuk sahabat-sahabat penulis, Ester Budiyono, Annisa Selviandari Putri, Risa Verany, Allya Najhan, Ningrum Danastri yang tidak pernah berhenti membantu di masa sulit dan menjadi teman sepemikiran, teman seperjalanan yang mengingatkan bahwa masa depan layak diperjuangkan. Untuk sahabat, Mutiara Tagrita dan Jihan Himatul Mala yang terus percaya dan sebagai teman berkeluh kesah di masa sulit dan senang.

11. Teman-teman Bobrok Genk, Maulina Suri Qintara, Siti Fadiah, Nurul Nabila, Eveline Ramdhiani, Siti Hajar dan Anisatul Luthfiyah yang selalu menemani, membantu penulis menjalani masa perkuliahan dan memberikan masa-masa kuliah ini berwarna dengan semua canda tangis dan tawanya.

12. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2017, atas dukungan serta kenangan yang akan selalu tersimpan di memori fikiran penulis

13. Untuk diri sendiri yang telah kuat dan mampu membuktikan bahwa mampu ada di fase ini. Untuk semua yang telah hadir

(9)

vi dan pergi dalam hidup, yang membuat penulis manjadi dirinya saat ini.

Penulis berdoa semoga amal baik dari orang-orang di atas mendapat balasan dari Allah SWT. Dan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, 21 September 2021

Sahnaz Fauzannah

(10)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 13

F. Metodologi Penelitian ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 24

1. Teori Evaluasi Program ... 24

2. Rumah Layak Huni ... 30

3. Corporate Social Responbility ... 34

4. Konsep Kesejahteraan ... 39

B. Kerangka Berpikir ... 44

BABIII GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN A. Profil Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor ... 45

1. Sejarah Perusahaan ... 45

2. Visi, Misi dan Kebijakan Mutu ... 48

3. Struktur Perusahaan ... 49

4. Program Perusahaan ... 51

5. Corporate Social Responbility di Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor ... 53

6. Kebijakan dan Perencanaan Penyelenggaran CSR ... 55

7. Manfaat Pelaksanaan CSR pada Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor ... 56

(11)

vii 8. Program CSR Perumda Tirta Pakuan Kota

Bogor ... 56

B. Profil Kelurahan Tajur ... 56

1. Sejarah Kelurahan Tajur ... 56

2. Visi dan Misi ... 58

3. Struktur Organisasi ... 58

4. Program Rumah Tidak Layak Huni ... 59

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Program RTLH pada CSR Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor ... 64

B. Data Masyarakat Penerima Manfaat Program RTLH CSR Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor ... 75

BAB V PEMBAHASAN A. Evaluasi Program Rumah Tidak Layak Huni terhadap Kesejahteraan Penerima Manfaat di Kelurahan Tajur Kota Bogor ... 100

1. Evaluasi Input ... 100

2. Evaluasi Proses ... 102

3. Evaluasi Hasil ... 104

B. Keberhasilan Pelaksanaan Program Rumah Tidak Layak Huni yang dilaksanakan oleh CSR Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor di Kelurahan Tajur ... 110

1. Keterbukaan ... 110

2. Akuntabilitas ... 111

3. Responbilitas ... 111

4. Kewajaran dan Kesetaraan ... 112

BAB VI PENUTUP A. Simpulan ... 119

B. Saran ... 122

Daftar Pustaka ... 124

Lampiran ... 131

(12)

viii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rancangan Informan Penelitian ... 20

Tabel 4.1 Data RTLH Tahun 2017 ... 76

Tabel 4.2 Data RTLH Tahun 2018 ... 76

Tabel 4.3 Data RTLH Tahun 2019 ... 77

Tabel 4.4 Data RTLH Tahun 2020 ... 77

Tabel 5.1 Perubahan Setelah Program RTLH ... 108

DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ... 44

(13)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... 50

Gambar 3.2 Struktur Organisasi CSR Perusahaan ... 51

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Kelurahan Tajur ... 58

Gambar 4.1 Survei RTLH Kelurahan Tajur ... 70

Gambar 4.2 Desain Rumah RTLH Kelurahan Tajur ... 72

Gambar 4.3 Kondisi Sebelum Program RTLH ... 80

Gambar 4.4 Kondisi Sesudah Program RTLH ... 82

Gambar 4.5 Peresmian Rumah atas nama Acih Juarsih ... 90

Gambar 4.6 Kondisi Sebelum Program RTLH ... 93

Gambar 4.7 Kondisi Setelah Program RTLH ... 94

Gambar 4.8 Peresmian Rumah atas nama Suhaeri... 98

(14)

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Lulus Seminar Proposal Skripsi Lampiran 2 Surat Tugas Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Skripsi Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian Skripsi Lampiran 5 Pedoman Wawancara

Lampiran 6 Transkrip Wawancara Lampiran 7 Dokumentasi

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu tentu ingin memiliki kehidupan yang lebih layak untuk memadai kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut dibagi menjadi tiga jenis tingkatan kebutuhan yang harus terpenuhi oleh manusia, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Kebutuhan primer meliputi kebutuhan yang penting dan mutlak dipenuhi untuk mempertahankan hidup yang layak seperti sandang, pangan dan papan.

Kebutuhan sekunder termasuk kebutuhan pendukung ketika kebutuhan primer individu tersebut sudah terpenuhi contohnya seperti alat-alat rumah tangga. Kebutuhan tersier umumnya sebagai kebutuhan penunjang yang dibutuhkan ketika individu tersebut sudah memenuhi kebutuhan primer dan sekunder contohnya seperti alat rumah tangga yang canggih, rumah dan kendaraan yang mewah dan pakaian mahal. Kebutuhan itulah yang diperlukan untuk memperoleh kesejahteraan hidup, namun tidak semua individu dapat memenuhi kebutuhannya karena permasalahan sosial yang dialaminya seperti kemiskinan.

Kemiskinan merupakan salah satu bentuk permasalahan sosial yang umum ditemukan di Indonesia. Permasalahan sosial ini terjadi karena ketidakmampuan masyarakat bersaing

(16)

2 dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang mengakibatkan tingkat kesejahteraan rendah. Selain itu, kemiskinan terjadi akibat ketidakmampuan masyarakat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, papan serta pendidikan dan kesehatan. Munculnya kemiskinan ditandai dengan permasalahan sosial seperti pengangguran, kejahatan, tingkat kesehatan yang rendah, keluarga yang memiliki rumah tidak layak huni dan lain-lain. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sejak 2015 hingga 2019 jumlah warga miskin di Kota bogor terus menurun tercatat tahun 2015 ada sebanyak 79,15 ribu orang, kemudian pada tahun 2016 turun menjadi 77,28 ribu orang dan tahun 2017 kembali menurun menjadi 76,53 ribu orang, pada tahun 2018 menurun menjadi 64,85 ribu orang dan pada 2019 turun menjadi 63,97 ribu orang atau 5,77 persen yang dapat dikatakan bahwa saat 2019 warga Kota Bogor berada di bawah garis kemiskinan. Akan tetapi saat ini berdasarkan data BPS angka kemiskinan pada bulan Maret 2020 meningkat menjadi 26,42 juta orang, hal ini diakibatkan karena adanya pandemi Covid-19.

Untuk menanggulangi permasalahan sosial seperti kemiskinan tentu perlu dilaksanakan berbagai upaya dan program yang didukung oleh pemerintah, lembaga non- pemerintah, badan usaha maupun masyarakat. Upaya tersebut antara lain melalui perluasan lapangan pekerjaan, akses pendidikan, kesehatan dan infrastruktur bagi masyarakat

(17)

3 miskin. Program yang dilakukan untuk mengatasi kemiskinan salah satunya adalah program Rumah Tidak Layak Huni (yang selanjutnya akan ditulis dengan RTLH), adanya program ini mengartikan bahwa rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, apabila tidak terpenuhi akan menimbulkan permasalahan sehingga fungsi sosialnya tidak terpenuhi atau tidak sejahtera. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menjelaskan mengenai kehidupan muslim dalam mencapai kesejahteraan, ayat tersebut tertulis dalam surah Al- Qasas ayat 77 (Al-Quran Cordoba, 2016) yang berbunyi:

َسنَت َلَ َو ۖ َة َرِخاَءْلٱ َراهدلٱ ُ هللَّٱ َك ٰىَتاَء ٓاَميِف ِغَتْبٱ َو َنِم َكَبي ِصَن َداَسَفْلٱ ِغْبَت َلَ َو ۖ َكْيَلِإ ُ هللَّٱ َنَسْحَأ ٓاَمَك نِسْحَأ َو ۖ اَيْنُّدلٱ

َنيِد ِسْفُمْلٱ ُّبِحُي َلَ َ هللَّٱ هنِإ ۖ ِض ْرَ ْلْٱ ىِف Artinya:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Ayat yang terkandung dalam surat Al-Qasas tersebut menjelaskan bahwa manusia harus berkehidupan dengan serba keseimbangan. Allah SWT memerintahkan manusia bekerja

(18)

4 dan berusaha untuk kepentingan urusan duniawi dan ukhrawi secara seimbang. Islam memerintahkan manusia agar berbuat baik terhdap sesamanya sebagimana Allah SWT berbuat baik kepada manusia. Menurut Quraish Shihab, ayat tersebut menjelaskan nasihat yang diberikan oleh beberapa pemuka kaum nabi Musa as kepada Qarun bahwa boleh saja berusaha untuk meraih kesuksesan dunia akan tetapi harus dengan cara yang dibenarkan Allah SWT dan jangan sampai melupakan tujuan manusia yang sesungguhnya yaitu beribadah kepada- Nya. Menurut Ibn’Asyur bahwa seseorang boleh saja menggunakan hartanya untuk tujuan kenikmatan duniawi selama hak Allah yang menyangkut harta telah dipenuhinya dan terlebih dahulu menunaikan kewajiban seperti zakat dan menggunakan kenikmatan tersebut untuk membantu sesama.

Rumah merupakan komponen yang paling penting untuk diperhatikan karena kondisi rumah akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup seseorang. Dalam (Presiden RI, 2000) Undang Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 28H, rumah sebagai salah satu hak dasar rakyat Indonesia, maka setiap warga negara berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Menurut pasal 1 ayat (7) Undang Undang No.1 tahun 2011 tentang perumahan dan pemukiman, rumah berupa bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal layak huni sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya serta aset bagi pemiliknya (Kemenkumham RI, 2011).

(19)

5 Untuk menjadi rumah tempat tinggal yang baik harus memenuhi fungsi kriteria fisik, psikis dan sosial. Kriteria fisik yaitu aman sebagai tempat berlindung, kriteria psikis pun harus dipenuhi seperti memenuhi rasa kenyamanan dan secara kriteria sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga, menjadi media bagi pelaksanaan bimbingan dan pendidikan keluarga (Yoga Tursilarini dkk., 2020). Dengan terpenuhinya rumah yang baik dan layak huni diharapkan dapat mencapai ketahanan keluarga. Rumah yang layak mampu meningkatkan kualitas hidup penghuninya dan tempat sebagai perlindungan dari segala situasi seperti keaadaan cuaca saat panas dan hujan serta tempat berlindung dari berbagai segala ancaman alam.

Untuk keberlangsungan hidup keluarga rumah merupakan kebutuhan dasar yang harus dimiliki. Akan tetapi, tidak semua keluarga mampu memiliki rumah sebagai tempat tinggal yang layak dan memenuhi syarat rumah yang baik, sehat, aman dan nyaman.

Terdapat 9 kriteria khusus dalam Permenpera nomor 22/Permen/M/2008 yang dapat dikatakan sebagai RTLH, yaitu luas lantai per kapita pada kota kurang dari empat meter persegi (4m2) dan desa kurang dari 10m2, sumber air tidak sehat serta akses untuk memperoleh air bersih terbatas, tidak ada akses MCK yang baik, bahan bangunan tidak permanen, tidak memiliki pencahayaan matahari dan ventilasi udara yang buruk, tidak memiliki pembagian ruangan, lantai dari papan bahan tidak permanen dan lantai dari tanah, letak rumah tidak

(20)

6 teratur dan berdempetan, kondisi rusak serta saluran pembuangan air yang tidak memenuhi standar, jalan setapak menuju rumah tidak teratur (Permenkumham RI, 2008).

Keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti tempat tinggal menjadikan keluarga yang tidak mampu untuk bertempat tinggal di tempat yang kurang layak, minim ventilasi, bahan bangunan yang kurang baik dan tata ruang yang kurang baik. Fungsi rumah selain untuk tempat berlindung adalah untuk tempat berinteraksi antar setiap anggota keluarga dan antara anggota keluarga dengan lingkungan sosialnya. Memiliki rumah yang layak akan menimbulkan rasa percaya diri serta meningkatkan status sosial di masyarakat dan kesejahteraannya.

Permasalahan RTLH yang dihuni oleh kelompok fakir miskin butuh kepedulian dan ditangani dengan melibatkan seluruh komponen masyakarat baik pemerintah pusat maupun daerah, badan usaha, LSM, lembaga non pemerintah dan lainnya. Untuk menangani permasalahan RTLH yang ada di Kota Bogor, pemerintah daerah Kota Bogor bekerjasama dengan perusaahan daerah yaitu Perumda Tirta Pakuan Bogor untuk membangun dan memperbaiki RTLH menjadi rumah yang sesuai dengan pedoman rumah yang layak huni.

Dengan adanya kerjasama tersebut terbentuklah program RLTH yang merupakan salah satu program pemerintah Kota Bogor yang telah dijalankan oleh Perumda Tirta Pakuan Bogor. Program ini telah dilakukan sejak tahun 2015 dan

(21)

7 termasuk salah satu program Corporate Social Responbility (CSR) Perumda Tirta Pakuan. CSR merupakan komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan komunitas luas. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat setempat yang bersifat aktif dan dinamis (Marnelly TR, 2012).

Program CSR merupakan suatu komitmen dan tanggung jawab sosial perusahaan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Dalam Marnelly TR (2012) Elkington mengemas CSR kedalam 3 fokus: 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). CSR yang baik juga dapat memadukan empat prinsip Good Corporate Governance (Supomo, 2004) yaitu Transparency, Accountability, Responbility, dan Fairness.

Penerapan prinsip Good Corporate Governance mendorong manajemen untuk mengelola perusahaan secara benar dalam pengimplementasian tanggung jawab sosialnya.

Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor adalah salah satu perusahaan daerah yang tugas utamanya sebagai public service untuk melayani publik dalam pelayanan air minum yang memanfaatkan sumber daya air sebagai kegiatan

(22)

8 produksinya. Hal yang dilakukan oleh Perumda Tirta Pakuan untuk menjaga kualitas sumber daya air ini adalah dengan adanya program tanggung jawab perusahaan atau CSR (Sinta, 2020). Tujuan dari pelaksanaan CSR Perumda Tirta Pakuan selain untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga kualitas air tetap baik juga bertujuan untuk meningkatkan citra perusahaan dimata masyarakat dan memberikan manfaaat untuk masyarakat tersebut.

Program RTLH yang telah dijalankan oleh CSR Perumda Tirta Pakuan Bogor ini tersebar di beberapa wilayah kecamatan yang ada di Kota Bogor. Pemilihan penerima manfaat program perbaikan RTLH berdasarkan rekomendasi dari seluruh kecamatan yang ada ada di Kota Bogor. Setiap tahunnya Perumda Tirta Pakuan Bogor melaksanakan program RTLH paling sedikit tiga rumah pada kecamatan yang berbeda yang ada di Kota Bogor. Salah satu sasaran wilayah program ini adalah kelurahan Tajur, terpilihnya wilayah ini berdasarkan rekomendasi dari Kecamatan Bogor Timur karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan juga wilayah ini berada pada lingkup kecamatan yang sama dengan perusahaan. Oleh karena itu, sudah dua kali kelurahan Tajur mendapatkan program RTLH yang dilakukan oleh CSR Perumda Tirta Pakuan Bogor. Kondisi RTLH yang berada di Kelurahan Tajur merupakan kondisi rusak berat sehingga perlu perhatian khusus dan tindakan yang cepat dalam penanganannya.

(23)

9 Dalam Laporan CSR Perumda Tirta Pakuan Bogor tahun 2017 sampai 2020 total pelaksanaan program perbaikan RTLH yaitu 20 rumah yang sudah menerima bantuan perbaikan RTLH. Salah satu penerima manfaatnya berasal dari Kelurahan Tajur yaitu Acih Juarsih yang beralamat di Jalan Raya Tajur RT 01 RW 02. Program perbaikan RTLH dilaksanakan berdasarkan rekomendasi dari seluruh kecamatan yang ada di Kota Bogor. Kondisi seluruh rumah yang mendapatkan program perbaikan RTLH merupakan rumah yang rusak dan tidak layak dihuni karena atap rumah yang hampir roboh, dinding yang rusak atau roboh, kamar yang lembab akibat rembesan air hujan yang masuk ke dalam rumah dan kamar mandi yang tidak memiliki penutup.

Kondisi rumah yang rusak dan tidak layak itulah mengakibatkan rendahnya tingkat kesejahteraan seseorang dapat dikatakan belum sejahtera. Dengan menjadi penerima manfaat dalam program RTLH diharapkan dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan tingkat kesejahteraannya.

Alur penerapan untuk program RTLH ini diawali dengan Camat mengajukan calon penerima manfaat kepada Perumda Tirta Pakuan Bogor dan sudah mempersiapkan berkas seperti surat dari RT/RW setempat, fotokopi KTP, fotokopi KK, surat dari kelurahan dan kecamatan, serta sertifikat rumah.

Selanjutnya tim CSR Perumda Tirta Pakuan melaksanakan survei, perencanaan, pelaksanaan serta monitoring dalam pembangunan rumah dari tahap survei sampai dilakukannya

(24)

10 renovasi. Dalam pelaksanaan renovasi RTLH tim CSR dibantu juga oleh Departemen Perencanaan Teknik, Pengawasan Teknik, dan Litbang Teknologi untuk melaksanakan survei dalam perencanaan pembangunan rumah tersebut.

Pendanaan yang dikeluarkan oleh Perumda Tirta Pakuan Bogor dalam pelaksanaan program RTLH sebesar Rp360.000.000 untuk enam rumah sedangkan untuk tiga rumah RTLH sebesar Rp175.000.000. Dana yang dikeluarkan untuk setiap rumah tentu saja berbeda tergantung seberapa kerusakan yang terjadi pada setiap rumah. Dengan besarnya dana yang digunakan untuk program RTLH, apakah sasaran yang dituju merasakan dampak pada perubahan kesejahteraanya. Sesuai dengan tujuan program yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Kota Bogor serta memperbaiki infrastruktur kepada masyarakat atau penerima manfaat yang kurang mampu sehingga mereka dapat memenuhi salah satu aspek penting dalam kebutuhannya yaitu memiliki rumah yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Program CSR RTLH Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor yang sudah berjalan tujuh tahun perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah program ini memberikan perubahan bagi kesejahteraan penerima manfaat dan bantuan yang diberikan sudah tepat sasaran.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk meneliti pelaksanaan program

(25)

11 RTLH di Kelurahan Tajur Kota Bogor sebagai judul penelitian yang hasilnya akan dituangkan ke dalam skripsi dengan judul

“Evaluasi Program CSR RTLH Perumda Tirta Pakuan Bogor terhadap kesejahteraan penerima manfaat di Kelurahan Tajur Kota Bogor”

B. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti membatasi masalah hanya pada evaluasi dan pelaksanaan program rumah tidak layak huni (RTLH) pada CSR Perumda Tirta Pakuan Bogor terhadap Kesejahteraan Penerima Manfaat di Kelurahan Tajur Kota Bogor.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana evaluasi Program Rumah Tidak Layak Huni terhadap kesejahteraan penerima manfaat di Kelurahan Tajur Kota Bogor?

2. Sejauh mana keberhasilan pelaksanaan Program CSR Rumah Tidak Layak Huni yang dilaksanakan oleh Corporate Social Responbility Perumda Tirta Pakuan Bogor di Kelurahan Tajur?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Peneltian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Program CSR Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Perumda Tirta

(26)

12 Pakuan Bogor terhadap Kesejahteraan Penerima Manfaat di Kelurahan Tajur Kota Bogor.

2. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan mengenai “Evaluasi Program CSR Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Perumda Tirta Pakuan Bogor terhadap Kesejahteraan Penerima Manfaat di Kelurahan Tajur Kota Bogor”. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi semua pihak dan juga diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran.

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian-penelitian lanjutan yang berhubungan dengan rumah tidak layak huni.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada Perumda Tirta Pakuan sebagai bahan evaluasi dan juga diharapkan penelitian ini dapat digunakan dalam rangka pengembangan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan serta dapat meingkatkan kepedulian sosial terhadap permasalahan sosial yang terjadi.

(27)

13 E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan kajian terdahulu terhadap beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, yaitu:

1. “DAMPAK BANTUAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH) BAGI KESEJAHTERAAN SOSIAL KELUARGA PENERIMA MANFAAT DI KABUPATEN BANGKA”

(Disusun Oleh: Tateki Yoga Tursilarini dan Trilaksmi Udiati, Jurnal Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol 44 No 1, April 2020) Dalam penelitian ini menjelaskan tentang dampak bantuan rutilahu bagi kesejahteraan sosial KPM dilihat dari aspek fisik rumah, psikis dan sosial dengan menggunakan jenis penelitian evaluasi dan pendekatan konvergen atau gabungan dari pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Peneltian ini dinilai berdasarakan tolak ukur yang ditentukan dengan skor tertinggi dalam tiga kategori yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Perbedaan dari penelitian ini dengan peneliti terletak dari metode penelitiannya dan fokus penelitian, penelitian sebelumnya menggunakan metode konvergen dan berfokus pada tiga kategori aspek sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisa model evaluasi menurut Pietrzak dkk dan indikator evaluasi menurut Feuerstein.

(28)

14

2. “EVALUASI DAMPAK PROGRAM

REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RLTH) MELALUI POLA BEDAH KAMPUNG DI KOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2013”

(Disusun Oleh: Diva Dwi Syam Pradita, Program Studi Kesejahteraan Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017)

Dalam skripsi ini menjelaskan tentang manfaat atau dampak yang diharapkan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Kota Payakumbuh dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dan menggunakan model logika program dalam mengevaluasi program RS-RTLH di Kota Payakumbuh. Persamaan dengan penelitian yaitu melihat evaluasi dari adanya program Rumah Tidak Layak Huni. Perbedaan terletak pada lokasi pelaksanaan program dan model program yang digunakan. Tentu saja pelaksanaan program pada setiap daerah berbeda pengaplikasiannya.

3. “EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM RUMAH TINGGAL LAYAK HUNI (RTLH) Studi pada Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kebupaten Tuban”.

(Disusun Oleh: Amir Hasan Arrosyid, Program Studi Administrasi Publik, Universitas Brawijaya, 2017)

(29)

15 Dalam skripsi ini menjelaskan bagaimana evaluasi pelaksanaan RTLH yang dikelola oleh Dinas Perumahan Rakyat dilihat melalui enam kriteria yaitu efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, ketepatan, kemudian melihat bagaimana dinamika penanganan program dan tantangan ke depan dalam pelaksanaan program RTLH dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan menganalisis data menggunakan model interaktif oleh Miles, Huberman & Saldana. Persamaan dengan penelitian ini yaitu membahas tentang program RTLH.

Perbedaan terletak pada lamanya subjek yang diteliti.

Penelitian yang akan peneliti angkat menggunakan model evaluasi teori Pietrzak dkk.

4. “PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR): PROGRAM PEDULI LINGKUNGAN DAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI PERUMDA TIRTA PAKUAN BOGOR”

(Disusun Oleh: Sinta Maulidiniah, Program Studi Teknik dan Manajemen Lingkungan, Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor, 2020)

Dalam Penelitian ini menjelaskan tentang penerapan Corporate Social Responbility secara umum dan terfokus pada identifikasi kendala pelaksanaan program peduli lingkungan serta memberikan saran pada Perumda Tirta Pakuan Bogor. Penelitian ini dilakukan bersama dengan praktik kerja lapangan.

(30)

16 Persamaan dengan penelitian ini terletak pada subjek penelitian yaitu Perumda Tirta Pakuan Bogor.

Penelitian ini menggunakan teori Elkington 3P untuk analisis penerapan CSR. Perbedaan terletak pada fokus penelitian yaitu program Rumah Tidak Layak Huni serta pengevaluasian programnya peneliti menganalisis menggunakan model evaluasi Pietrzark dkk yang nantinya akan dianalisis setiap aspek input, proses dan hasil. Hasil dari evaluasi hasil tersebut dikaitkan dengan menggunakan indikator evaluasi Feuerstein. Untuk menganalisis CSR peneliti menggunakan prinsip Good Corporate Governance Supomo dalam menganalisis tata kelola perusahaan yang baik. Peneliti juga melakukan cross check data antara penerima manfaat dan perusahaan guna mendapatkan data yang valid dan konkret.

F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2004, 6) kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain- lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

(31)

17 yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data baik tertulis maupun lisan dari penerima manfaat maupun pihak perusahaan. Dalam pendekatan ini penulis menggunakan model evaluasi menurut Pietrzak dkk yang terbagi menjadi tiga unsur, yaitu model evaluasi input, proses dan hasil. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena ingin menyajikan data secara akurat, meneliti secara mendalam, dan menggambarkan kondisi yang sebenar-benarnya yang di deskripsikan dalam bentuk kata-kata.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu peristiwa berdasarkan data yang diperoleh di lapangan secara terperinci dengan fokus penelitian yang ditetapkan. Menurut Nazir (2009, 54) tujuan penelitian deskriptif adalah untuk mengungkapkan penjelasan, gambaran, dan lukisan dengan sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat dan kenyataan serta hubungan antara peristiwa yang sedang diamati. Penelitian deskriptif adalah alat ukur yang tepat pada peristiwa sosial tertentu.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian

(32)

18 Penelitian ini dilakukan di Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor yang terletak di Jalan Siliwangi No.121 Rt.07/Rw 02, Sukasari, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor Jawa Barat.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian terhitung dilakukan pada bulan Februari 2021 dilakukan sampai dengan Juli 2021.

Peneliti melakukan riset berupa wawancara, observasi, dan studi dokumentasi selama kurang lebih 6 bulan.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah staff lembaga dan penerima manfaat yang menjadi sasaran program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Perumda Tirta Pakuan Bogor. Sedangkan objek penelitian ini adalah evaluasi program Rumah Tidak Layak Huni.

5. Sumber Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian lapangan.

Sumber data yang diperoleh untuk penelitian ini bersumber dari dua macam data, yaitu sumber data primer dan data sekunder, yang terdiri dari:

a. Data Primer, yaitu penulis memperoleh data secara langsung dari subyek penelitian bisa melalui wawancara dan observasi, yaitu 3 orang yang memiliki peran penting dalam penerapan program RLTH CSR Perumda Tirta Pakuan Bogor, serta 2 orang penerima manfaat dari

(33)

19 kegiatan penerapan program tersebut dan 2 orang tokoh masyarakat di wilayah Kelurahan Tajur.

b. Data Sekunder, yaitu penulis memperoleh data melalui dokumen, arsip-arsip, atau catatan tertulis lainnya baik berupa gambar atau benda-benda yang berkaitan dengan penelitian kegiatan program RTLH CSR Perumda Tirta Pakuan Bogor.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara adalah bentuk komunikasi secara langsung dan tatap muka yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam wawancara ini, penulis melakukan wawancara secara terstruktur dengan memberikan daftar pertanyaan yang telah ditentukan dengan menggunakan pedoman wawancara.

b. Observasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik kejadian-kejadian yang ada.

Pengamatan yang dilakukan penulis adalah dengan mendatangi langsung ke lokasi penelitian, selanjutnya mengamati program RTLH CSR Perumda Tirta Pakuan Bogor yang telah dilakukan. Hasil pengamatan akan dicatat dan dituangkan dalam laporan penulisan skripsi sesuai data yang dibutuhkan.

(34)

20 c. Studi Kepustakaan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data di lapangan yang didapat dari Perumda Tirta Pakuan Bogor dan laporan atau arsip kegiatan yang berkaitan dengan penelitian.

7. Teknik Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pemilihan informan berdasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki oleh subyek yang dipilih dan ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

Pemilihan informan tersebut berjumlah 7 orang yaitu:

Tabel 1.1 Rancangan Informan Peneliti

NO Jabatan Jumlah

1 Asmen Umum Adm dan Arsip

1 Orang

2 Tim CSR 2 orang

3 Kepala Kelurahan Tajur 1 Orang

5 Ketua RT 1 Orang

6 Penerima Manfaat 2 Orang

8. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah peneliti mengumpulkan semua data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan melalui proses mencari dan menyusun data secara sistematis kemudian data yang telah diperoleh dijabarkan ke dalam unit-unit dan

(35)

21 menyusun dalam bentuk pola serta memilih bagian data terpenting atau bagian data yang akan dipelajari untuk membuat hasil dan kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

9. Keabsahan Data

Untuk memeriksa dan memastikan keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data untuk membandingkan dan mengecek suatu informasi yang diperoleh dari berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara dengan wawancara lebih dari satu subjek.

10. Pedoman Penulisan Skripsi

Peneliti menggunakan teknik penulisan berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pedoman ini berdasarkan Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2007 tentang pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini secara sitematis. Penelitiannya dibagi ke dalam enam bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

(36)

22 Latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjuan kajian terdahulu, metode penelitian, sitematika penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Teori evaluasi program yang terdiri dari pengertian, tujuan, model evaluasi dan indikator evaluasi. Rumah Tidak Layak Huni yang meliputi pengertian, program rumah tidak layak huni, tujuan program, kriteria penerima manfaat, persyaratan pengajuan bantuan. Corporate Social Responbility yang terdiri dari pengertian, prinsip dan Model CSR di Indonesia.

Konsep Kesejahteraan yang terdiri dari pengertian, indikator, pengukuran kesejahteraan.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR

PENELITIAN

Meliputi profil Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor, Visi Misi dan Kebijakan Mutu, Struktur Perusahaan, Program Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor , Corporate Social Responbility di Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor dan meliputi Kebijakan dan

(37)

23 Perencanaan Penyelenggaraan CSR Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor. Profil Kelurahan Tajur Kota Bogor, Sejarah, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Program Rumah Tidak Layak Huni.

BAB IV DATA DAN TEMUAN ANALISIS Berisi uraian penyajian data dan temuan penelitian.

BAB V PEMBAHASAN

Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang, teori, dan rumusan teori baru dari penelitian

BAB VI PENUTUP

Simpulan dan saran.

(38)

24 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Evaluasi Program a. Pengertian

Suatu program tentu tidak akan terlepas dari proses evaluasi, karena evaluasi berfungsi untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan penentuan keputusan dari suatu program yang dilaksanakan. Menurut (Yunanda, 2009) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya (Widoyoko, 2012, 6)

Siagian (1995, 141) mengemukakan evaluasi adalah proses pengukuran dan membandingkan dari pada hasil pekerjaan yang nyata dipakai dan hasil-hasil yang seharusnya dicapai, evaluasi atau penilaian merupakan fungsi organisasi karena fungsi tersebut akan turut menentukan mati hidupnya suatu organisasi. Menurut

(39)

25 Manullang (1992, 187) pengertian evaluasi adalah menilai, membandingkan hasil pekerjaan bawahan dengan alat ukur yang sudah dikukuhkan.

Menurut Arikunto (2004, 3) program dapat dipahami dalam dua pengertian yaitu secara umum dan khusus.

Secara umum, program dapat diartikan dengan rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Sedangkan pengertian khusus dari program biasanya dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Sebuah program tidak hanya terdiri dari satu kegiatan melainkan rangkaian kegiatan lain yang membentuk satu sistem yang saling terkait satu sama lain dengan melibatkan lebih dari satu orang untuk pelaksanaannya.

Program merupakan suatu cara perusahaan untuk melaksanakan kebijakan yang disusun dan mempunyai tujuan tertentu. Pelaksanaan suatu program harus memperhatikan unsur pelaksanaan program yang mana bertanggung jawab dari awal sampai akhir program dan bagaimana program itu berjalan tepat sasaran atau tidak sehingga menghasilkan manfaat dari program yang ada.

Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang sudah tercapai dan yang belum tercapai serta mengetahui

(40)

26 penyebabnya perlu adanya evaluasi program. Tanpa evaluasi, suatu keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui. Menurut Arikunto (2004, 7) evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa definisi evaluasi adalah sebuah kegiatan untuk mengumpulkan informasi dari suatu program yang akan atau sudah dilakukan sehingga mendapat sebuah alternatif dalam menentukan keputusan. Evaluasi penting dilakukan oleh suatu organisasi agar dapat menilai kegiatan yang dilaksanakan sudah mencapai tujuan organisasi tersebut atau belum dan meninjau efektifitas dan efisiensi pelaksanaan rencana program.

b. Tujuan

Menurut Scriven dalam (Tayibnapis, 2000, 4) tujuan evaluasi memiliki dua fungsi, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif pada evaluasi digunakan sebagai perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk dan sebagainya) sedangkan fungsi sumatif pada evaluasi digunakan sebagai pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Evaluasi bertujuan untuk membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi,

(41)

27 motivasi, menambah pengetahuan, dan dukungan dari yang terlibat (Tayibnapis, 2000, 4).

Tujuan evaluasi yaitu untuk memperoleh informasi yang akurat dan obyektif tentang suatu program.

Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak atau hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang diigunakan untuk mengambil keputusan. Sukmadinata (2006, 121) menjelaskan tujuan evaluasi program sebagai berikut:

1. Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program

2. Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau perubahan program

3. Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau penghentian program

4. Menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program

5. Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial, politik dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor yang mempengaruhi program.

c. Model Evaluasi

Dalam melakukan evaluasi program, sebelumnya harus menentukan model evaluasi yang akan digunakan.

Model evaluasi program yang akan digunakan oleh penelitian ini adalah model pelaksanaan evaluasi menurut

(42)

28 Pietrzak, Ramler, Renner, Ford, dan Gilbert dalam (Rukminto, 2003, 128) yang dibagi menjadi tiga jenis unsur evaluasi meliputi: evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi hasil.

1. Evaluasi Input adalah evaluasi yang memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Terdapat tiga variabel utama yang terkait dengan evaluasi input, yaitu: klien (penerima manfaat), staf, dan program. Variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, susunan keluarga dan beberapa anggota keluarga yang ditanggung, variabel staf meliputi aspek demografi seperti latar pendidikan staf dan pengalaman staf, sedangkan variabel program meliputi lama waktu pelaksanaan program dan sumber-sumber rujukan yang tersedia. Pietrzak dkk dalam (Rukminto, 2003, 128) mengemukakan empat kriteria yang dapat dikaji, yaitu: tujuan program, penilaian terhadap kebutuhan komunitas, standar dari suatu praktik yang terbaik, dan biaya untuk pelaksanaan progam.

2. Evaluasi Proses memfokuskan pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan untuk mencapai tujuan program. Evaluasi ini dilakukan untuk

(43)

29 menilai apakah proses kegiatan progam sudah sesuai dengan rumusan rencana yang telah ditetapkan.

3. Evaluasi Hasil adalah evaluasi yang diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerima manfaat. Evaluasi hasil dilakukan untuk menilai seberapa jauh suatu program telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima manfaat akan menjadi berbeda setelah menerima bantuan program tersebut? Pertanyaan inilah yang berfungsi untuk mengukur keberhasilan program.

d. Indikator Evaluasi

Berikut merupakan indikator yang sering digunakan untuk mengevaluasi suatu program atau kegiatan menurut Feuerstein dalam (Rukminto, 2003, 130-132):

1. Indikator Ketersediaan, indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada.

2. Indikator Relevansi, indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu teknologi atau layanan yang ditawarkan.

3. Indikator Keterjangkauan, indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan.

(44)

30 4. Indikator Pemanfaat, indikator ini melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan, dipergunakan dan dimanfaatkan oleh kelompok sasaran.

5. Indikator Cakupan, indikator ini menunjukkan proporsi orang-orang yang membutuhkan sesuatu dan menerima layanan tersebut.

6. Indikator Efisiensi, indikator ini menunjukkan bahwa apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan.

7. Indikator Dampak, indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat.

2. Rumah Layak Huni a. Pengertian

Permasalahan utama dalam kepemilikan rumah layak huni adalah kemiskinan. Dengan melakukan usaha pengentasan kemiskinan artinya berusaha meningkatkan kepemilikan rumah layak huni. Permasalahan lain yang kita jumpai saat ini adalah sulitnya mendapatkan rumah yang sehat dengan lingkungan yang bersih, lokasi yang strategis serta harga yang terjangkau (Hariyono, 2007).

Berdasarkan Permenpera nomor 22/Permen/M/2008

(45)

31 (Permenkumham RI, 2008), rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Kriteria rumah layak huni meliputi:

a. Memenuhi persyaratan keselatan bangunan meliputi:

1. Struktur bawah/pondasi, pondasi harus ditempatkan pada tanah yang mantap yaitu tanah keras, dasar pondasi diletakkan lebih dalam 45 cm dibawah permukaan tanah.

2. Struktur tengah/kolam dan balak (beam), bangunan harus menggunakan kolom sebagai rangka pemikul dapat terbuat dari kayu, beton bertulang atau baja.

3. Struktur atas, rangka kuda-kuda harus kuat menahan beban atap.

b. Menjamin kesehatan meliputi pencahayaan minimal 50% dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tamu dan untuk ruang tidur minimal 10%, penghawaan minimal 10% dari luas lantai dan sanitasi minimal 1 kamar mandi dan jamban didalam atau luar bangunan rumah dan dilengkapi dengan septiktank atau sanitasi komunal.

(46)

32 c. Memenuhi kecukupan luas minimum 7,2 m2 /

orang sampai dengan 12 m2 / orang.

d. Teknologi dan bahan bangunan rumah layak huni yang sesuai dengan kearifan lokal disesuaikan dengan adat dan budaya daerah setempat.

b. Program Rumah Tidak Layak Huni

Program Rumah Tidak Layak Huni merupakan salah satu program yang dilakukan oleh Perumda Tirta Pakuan Bogor upaya mencapai target Kota Bogor bebas dari hunian kumuh. Program Rumah Tidak Layak Huni merupakan bantuan yang diberikan kepada masyarakat miskin yang memiliki rumah tidak layak dengan tujuan untuk peningkatan kualitas hidup dan meningkatkan harkat dan martabat masyarakat miskin.

Sasaran program ini merupakan kalangan masyarakat kelas bawah yang mempunyai rumah tidak memenuhi syarat keselamatan bangunan dan kecukupan minimal bangunan. Rumah tidak hanya sebagai tempat berteduh tetapi sebagai media interaksi sosial keluarga. Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan keluarga miskin dalam fungsi sosialnya serta memberikan perlindungan, bimbingan dan meningkanya kualitas kesehatan lingkungan permukiman.

c. Tujuan Program Rumah Tidak Layak Huni 1. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat

(47)

33 2. Tersedianya pelayanan perumahan yang layak

huni

3. Mengangkat harkat dan martabat keluarga miskin

4. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat 5. Terciptanya hidup yang lebih sejahtera d. Kriteria Penerima Manfaat Bantuan RTLH

1. Memiliki KTP/Identitas diri Kota Bogor

2. Sumber mata pencaharian kepala keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak 3. Memiliki rumah diatas tanah milik sendiri

dibuktikan dengan sertifikat atau surat keterangan kepemilikan dari kelurahan

4. Rumah yang ditempati adalah rumah tidak layak huni

5. Rusak atau tidak permanen

6. Dinding dan atap rumah terbuat dari bahan yang mudah lapuk dan kondisi rusak atau mau roboh 7. Lantai tanah/semen dalam kondisi rusak

8. Diutamakan rumah yang tidak memiliki fasilitas kamar mandi dan kakus

9. Fasilitas kamar mandi dan kakus rusak atau tidak sesuai standar.

10. Belum pernah mendapatkan bantuan perbaikan rumah dari pihak manapun.

e. Persyaratan Pengajuan Bantuan RTLH

1. Surat pernyataan dari RT/RW setempat

(48)

34 2. Permohonan bantuan diajukan secara kolektif oleh Kelurahan dalam bentuk proposal lalu diajukan kepada Kecamatan.

3. Calon penerima bantuan diutamakan belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah dan perusahaan lain.

4. Tingkat kerusakan rumah dalam kategori rusak berat.

5. Penduduk wilayah setempat dengan dibuktikan fotokopi KK dan KTP Kota Bogor

6. Menyerahkan fotokopi bukti kepemilikan tanah yang telah disahkan oleh Kelurahan setempat atau sertifikat rumah.

3. Corporate Social Responbility a. Pengertian

Menurut Suharto (2008) CSR adalah operasi bisnis dengan komitmen yang tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan finansial melainkan juga untuk membangun sosial-ekonomi secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Frynas (2005) dalam (Budiarti & Raharjo, 2014) mengibaratkan CSR sebagai sebuah konsep

‘payung’ yang artinya bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap dampaknya bagi masyarakat dan lingkungan alam, bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab untuk berperilaku dengan siapa mereka melakukan bisnis, dan bahwa bisnis perlu mengelola

(49)

35 hubungannya dengan masyarakat yang lebih luas dengan alasan komersial atau untuk nilai tambah terhadap masyarakat. Sebagai konsep ‘payung’ maka menjadi hal yang lumrah ketika melihat banyak dan beragamnya pemahaman mengenai CSR.

Menurut Elkingston’s dalam (Marnelly TR, 2012) CSR dikemas menjadi tiga komponen yang lebih dikenal dengan The Triple Bottom Line yaitu sustainable development atau economic growth, environmental protection, dan social equity. Elkingston’s juga mengemas CSR ke dalam tiga fokus:3P, singkatan dari profit, planet, people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka melainkan memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Ketiga konsep ini akan menjadi patokan bagi perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, perusahaan dan komunitas masyarakat yang bersifat aktif dan dinamis. Terdapat jenis konsep CSR dalam pengertian luas dan sempit. Dalam pengertian luas CSR berkaitan erat dengan tujuan untuk mencapai kegiatan ekonomi berkelanjutan. CSR dalam pengertian sempit menurut (Widjaja & Yeremia, 2008) adalah bentuk kerjasama antara perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) yang secara langsung

(50)

36 maupun tidak langsung berinteraksi dengan perusahaan untuk tetap menjamin keberadaan dan kelangsungan hidup usaha perusahaan tersebut. Menurut (Kotler &

Nance, 2005) dalam (Fairuz,R.A, dkk, 2019) CSR sebagai komitmen korporasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui kebijakan praktik bisnis dan pemberian kontribusi sumber daya korporasi.

b. Prinsip Corporate Social Responbility

Pelaksanaan CSR dalam perusahaan merupakan salah satu strategi jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk menciptakan citra perusahaan yang baik dan berkaitan dengan moral serta etika bisnis. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua perusahaan mampu menjalani CSR. Implementasi dari tanggung jawab sosial perusahaan tidak lepas dari penerapan prinsip Good Corporate Governance untuk mewujudkan praktek CSR yang baik pada perusahaan. Penerapan prinsip Good Corporate Governance mendorong manajemen untuk mengelola perusahaan secara benar dalam pengimplementasian tanggung jawab sosialnya. Good Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang memiliki agenda lebih luas di masa yang mendatang.

CSR yang baik dapat memadukan empat prinsip Good Corporate Governance (Supomo, 2004) yaitu sebagai berikut:

(51)

37 1. Keterbukaan (Transparency) yaitu perusahaan perlu menjaga objektifitas dalam menajalankan bisnisnya serta menyediakan informasi berupa material yang relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

2. Akuntabilitas (Accountability) yaitu perusahaan harus bertanggung jawab dengan kinerjanya secara tranparan dan wajar.

3. Responbilitas (Responsbility) yaitu perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya.

4. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) yaitu pada pelaksanaan kegiatannya perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya beradasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

CSR tidak hanya fokus pada hasil yang ingin dicapai melainkan pada prosos untuk mencapai hasil tersebut dengan memadukkan kepentingan shareholders dan stakeholders untuk mencapai Good CSR (Suharto, 2008).

c. Model Corporate Social Responbility di Indonesia Menurut Saidi dan Abidin (2004, 64-65) dalam Suharto (2008) sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:

1. Keterlibatan langsung

(52)

38 Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Dalam menjalankan tugas ini sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya seperti corporate secretary atau public affair manager yang menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan pada negara maju.

Biasanya perusahaan menyediakan dan awal, dana rutin dan dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.

3. Bermitra dengan pihak lain

Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial atau organisasi non-pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

Beberapa lembaga sosial atau non-pemerintah

(53)

39 yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa, Instansi pemerintah (LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos), Universitas (UI, ITB, IPB), media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.

Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”.

Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu dipercayai oleh perusahaan - perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

4. Konsep Kesejahteraan a. Pengertian

Dalam istilah umum, sejahtera merujuk pada keaadan yang baik, kondisi manusia yang dikatakan dalam keaadan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.

Menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2009 dalam

(54)

40 (Presiden RI, 2009) tentang Kesejahteraan Sosial.

Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warna negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi masyarakat yang artinya bahwa telah berada dalam kondisi yang sejahtera dimana kondisi orang-orangnya sudah dalam keadaan makmur, sehat, dan damai.

Badan Pusat Statistik Indonesia (2020) menerangkan bahwa untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran, antara lain adalah:

1. Tingkat pendapatan keluarga

2. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk pangan dengan non-pangan

3. Tingkat pendidikan keluarga 4. Tingkat kesehatan keluarga

5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.

Menurut Rambe (2004) dalam (Tamboto &

Manongko, 2019), kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk melakukan usaha-usaha pemenuhan

(55)

41 kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik- baiknya bagi diri, rumah tangga dan masyarakat.

Berdasarkan tingkat ketergantungan dari aspek standar hidup (standard of living) masyarakat, maka tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dibedakan dalam satu sistem kesejahteraan (well-being) dan dua subsistem,, yaitu subsistem sosial dan subsistem ekonomi dengan beberapa faktor seperti kesejahteraan manusia, kesejahteraan sosial, konsumsi, tingkat kemiskinan dan aktivitas ekonomi (Santamarina dkk, 2004).

b. Indikator

Menurut Sugiharto (2007) dalam (Tamboto &

Manongko, 2019) indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan, antara lain yaitu:

1. Pendapatan

Indikator pendapatan digolongkan menjadi 3 golongan yaitu pendapatan tinggi, sedang dan rendah.

2. Konsumsi atau pengeluaran keluarga

Indikator pengeluaran digolongkan menjadi 3 golongan yaitu tinggi, sedang dan rendah.

3. Keadaan tempat tinggal

Indikator tempat tinggal digolongkan dengan 5 golongan yaitu jenis atap rumah, dinding, status kepemilikan rumah, lantai dan luas lantai. Dari 5 golongan tersebut digolongkan lagi menjadi 3

(56)

42 yaitu permanen, semi permanen dan non permanen.

4. Fasilitas tempat tinggal

Indikator fasilitas tempat tinggal digolongkan menjadi 12 golongan yaitu pekarangan, alat elektronik, pendingin, penerangan, kendaraan yang dimiliki, bahan bakar untuk memasak, sumber air bersih, fasilitas air minum, cara memperoleh air minum, sumber air minum, fasilitas MCK, dan jarak MCK dari rumah. Dari 12 golongan tersebut kemudian digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu, lengkap, cukup, dan kurang.

5. Kesehatan anggota keluarga

Indikator kesehatan digolongkan menjadi 3 yaitu bagus, cukup dan kurang.

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan Indikator ini terdiri dari 5 yaitu jarak rumah sakit terdekat, jarak toko obat, penanganan obat- obatan, harga obat-obatan, dan alat kontrasepsi.

Kemudian 5 golongan tersebut digolongkan menjadi 3 yaitu mudah, cukup, dan sulit.

7. Kemudahan memasukkan anak kejenjang pendidikan

Indikator ini terdiri dari 3 golongan yaitu biaya sekolah, jarak ke sekolah, dan proses penerimaan. Kemudian dari 3 golongan tersebut

(57)

43 digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu mudah, cukup dan sulit.

8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

Indikator ini terdiri dari 3 yaitu ongkos kendaraan, fasilitas kendaraan dan status kepemilikan kendaraan lalu digolongkan lagi menjadi 3 yaitu mudah, cukup dan sulit.

(58)

44 B. Kerangka Berpikir

Corporate Social Responbility (CSR) Perumda Tirta Pakuan

Kota Bogor

Perumda Tirta Pakuan Bogor

Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)

Evaluasi

Input Proses Hasil

 Indikator Ketersediaan

 Indikator Relevansi

 Indikator Keterjangkauan

 Indikator Pemanfaat

 Indikator Cakupan

 Indikator Efisiensi

 Indikator Dampak

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Keberhasilan CSR

Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor

Good Corporate Governance

Kesejahteraan

(59)

45 BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Pofil Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor 1. Sejarah Perusahaan

Awal berdirinya Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Pakuan Bogor pada tahun 1918 yang diberi nama Gementee Waterleiding Buitenzorg (Pelayanan air minum yang dibangun oleh pemerintah Belanda) dengan memanfaatkan sumber mata air Kota Batu yang terletak di Kabupaten Bogor dengan jarak kurang lebih 7 km dari Kota Bogor memiliki kapasitas produksi sebesar 70 liter/detik. Sumber mata air Kota Batu ini merupakan cikal bakal berdirinya Perusahaan Air Minum di Kota Bogor dan sebagai awal mula adanya pelayanan air minum di Kota Bogor.

Pada tahun 1935 sampai tahun 1950, dilakukan penambahan kapasitas air sebanyak 30 liter/detik yang berasal dari sumber air kebun selada milik pemerintah khusus daerah ibu kota Jakarta yang disambungkan ke daerah pasar kecapi, bubulak serta air mancur. Tahun 1956, jumlah pelanggan mencapai ±7000 sambungan langganan dengan tingkat kehilangan air mencapai 50%. Persentase kehilangan air yang cukup besar ini diakibatkan oleh kurang baiknya mutu dan kondisi pipa distribusi yang sudah tua.

Referensi

Dokumen terkait

Bidang atau seksi yang menangani kerja sama melaporkan hasil penatausahaan kerja sama kepada Kepala UK/UPT, yang selanjutnya Kepala UK/UPT secara berjenjang wajib menyampaikan

Diharapkan kepada petani padi sawah di Kecamatan Peureulak Timur untuk dapat meningkatkan pendapatan usahatani yang dikelolanya dengan cara pengelolaan yang baik

• Sewaktu memesan part pengganti untuk selang bahan bakar, selang pemakaian umum dan selang vinyl yang standar, pakailah nomor part bo- rongan yang dicantumkan pada parts

Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan Fisioterapi dalam mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan kekuatan otot pada kasus Frozen Shoulder

Dokumentasi merupakan kejadian yang sudah berlalu dengan adanya bukti. Dokumentasi bisa berbentuk gambar, tulisan, karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen

Berdasarkan data yang terkumpul, dapat dikatakan bahwa semua responden mendukung diperlukan suatu perbaikan sistem tata kelola lembaga pendidikan Katolik. Lebih lanjut,

Analisis korelasi stabilitas membran sel dengan produktivitas tubuh buah dilakukan dengan menggunakan data nilai Kerusakan Relatif/Relative Injury (RI) pada suhu 30 o C

Dalam penulisan karya ilmiah ini, peneliti memiliki tujuan untuk menguji hubungan antara kebijakan kantong plastik sekali pakai terhadap kepatuhan masyarakat dalam