• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) yang telah tegas tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi :“Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum”.

Pengertian hukum menurut Mochktar Kusumaatmaja, dalam bukunya

“Hukum Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional”, mengatakan bahwa :1

Hukum adalah keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertivab yang meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunyakaedah itu sebagai kenyataan dalam masyarakat”.

Mewujudkan tujuan hukum pada sebuah negara, tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak masalah dan masalah yang harus dihadapi oleh Negara Indonesia pada khususnya masalah hukum.

Konsekuensi atas Indonesia sebagai negara hukum adalah sikap, kebijakan, dan populasi haruslah berdasarkan hukum.2

Menurut I Ketut Wirawa hukum memiliki beberapa unsur, antara lain adalah :3

1 I Ketut Wirawa, dkk, Buku Ajar : Pengantar Hukum Indonesia (PHI), Denpasar : FH Universitas Udayana, 2017. Hlm 18

2Carolina da Cruz, Legal Aspects of Justice in Criminal Law Enforecement, Jurnal Pembaharuan Hukum, 2019. Hlm 39

3I Ketut Wirawa, Op.Cit, Hlm 19

(2)

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan bebas;

2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib;

3. Peraturan itubersifat memaksa;

4. terhadap pelanggaran peraturan tersebut dapat dikenakan sanksi yang tegas.

Mengacu pada salah satu unsur hukum menurut I Ketut Wirawa pada poin bahwa seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap hukum dapat dikenai sanksi yang tegas. Pelanggaran terhadap hukum dan kaidah-kaidah yang berlaku semakin meningkat dan sudah ada dari zaman sebelum masehi.

Hal ini dapat dilihat dari berita-berita, baik elektronik maupun media cetak.

Salah satu fungsi hukum adalah memberikan ketertiban dalam lingkup masyarakat, dengan kata lain mencegah terjadinya tindakkan yang melawan hukum

Perbuatan melawan hukum adalah sebuah tindakan tercela atau biasa disebut sebuah kejahatan, khususnya pelanggaran hukum pidana. Hukum pidana atau dalam bahasa Belanda disebut strafrecht artinya keselurhan aturan tentang pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan suatu penderitaan. Dimaksud dengan perderitaan adalah berupa rasa tidak enak atau nestapa. Atau dapat pula disebutkan, bahwa hukum pidana adalah hukum yang memuat peraturan- peraturan yang mengandung keharusan atau larangan terhadap pelanggaran mana diancam dengan hukuman berupa siksaan badan. 4

4Ibid, Hlm 87

(3)

Kejahatan dapat diartikan secara kriminologis dan yuridis. Kejahatan dalam arti kriminologis yaitu perbuatan manusia yang menodai norma-norma dasar dari masyarakat. Hal ini dimaksudkan sebagai perbuatan unsur yang menyalahi aturan-aturan yang hidup dan berkembang di masyarakat.

Kejahatan yuridis yaitu perilaku jahat atau perbuatan jahat dalam arti hukum pidana maksudnya bahwa kejahatan itu dirumuskan di dalam peraturan- peratuaran pidana. Salah satu contoh kejahatan yaitu tindak pidana penadahan yang di aturdalam Pasal 480 sampai dengan Pasal 485 KUHP.

Praktik penadahan hasil pencurian sepeda motor di Kabupaten Pati marak terjadi, hal ini sebenarnya disebabkan oleh kultur masyarakat Pati yang tidak mau ambil repot dan wajah penegakan hukkum dalam berlalu lintas masih bisa di kompromi pada akhirnya membeli motor yang tidak lengkap, akibat tingginya permintaan masyarakat, maka membuat pencuri dapat mengkomunikasi barang hasil curianya untuk dapat di jual oleh pihak ketiga yang disebut penadah.

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa pencurian kendaraan bermotor merupakan kejahatan terhadap harta benda yang tidak lazim terjadi dinegara- negara berkembang. Sebagaimana dikatehui kendaraanbermotor merupakan sarana transportasidengan mobilitas yang tinggi.5Andi Hamzah berpendapat bahwa tindak pidana penadahan disebut tindak pidana permudahan yakni karena perbuatan menadah telah mendorong orang lain untuk melakukan kejahatan-kejahatan yang mungkin saja tidak akan dilakukan, seandainya

5 Soerjono Soekanto, et al, Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor Suatu Tinjauan Kriminologi, (Jakarta : Aksara, 1988), Hlm 20

(4)

tidak ada orang yang bersedia menerima hasil kejahatannya.6 Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin maraknya kasus pencurian kendaraanbermotor, maka semakin banyak pulatindak pidana penadahan kendaraan bermotor hasil dari pencurian tersebut.

Apabila kita temukan tindak pidana Penadahan dan tindak pidana Pencurian merupakan delik yang berbeda atau terpisah sendiri yang diatur dalam pasal-pasal yang berbeda pula, unsur-unsur tindak pidananya pun berbeda jadi walaupun tindak pidana penadahan sepeda motor tersebut pencurinya belum diketahui berkas perkara dapat dinyatakan lengkap oleh Penuntut Umum terkait penadahannya. Memang ada baiknya pencurinya diketahui untuk mempermudah pembuktian dalam pemeriksaan di pengadilan walaupun hal tersebut tidak mutlak.

Penyebab pencurian kendaraan bermotor dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor pendidikan, faktor penegakkan hukum, faktor individu dan faktor perkembangan global.7 Selain itu adanya kelengahan pemilik, seperti tidak menggunakan kunci ganda dan adanya penadah sebagai penampung kejahatan pencurian sehingga memudahkan pelaku untuk segera memperoleh keuntungan, sehingga pelaku tidak harus menjual sendiri hasil curiannya ke pembeli.8

6 Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu di Dalam KUHP, (Jakart Sinar Grafika, 2009), Hlm 11

7 Berdy Despar Magrhobi, Tinjauan Kriminologis Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang), Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2014. Hlm 16

8 M. Kholil, Tinjauan Empiris Pasal 480 KUHP Tentang Penadahan Menyangkut Hak- Hak Konsumen Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Jurnal Hukum Bisnis Bonum Commune Vol 1 No 1, 2018, Hlm 54

(5)

Moch. Anwar berpendapat bahwa dalam tindakan pidana/ perbuatan pidana penadahan, terdapat 2 (dua) kejahatan yang diatur, yaitu :9

1. Penadahan yang mempermudah kejahatan lain, sekedar tentang penampungan dari barang-barang yang diperoleh dari kejahatan lain yang telah ditentukan.

2. Kejahatan dengan alat cetak yang mempermudah kejahatan yang terdiri atas penghinaan dan penghasutan.

Pernyataan di atas diperkuat dengan salah satu kejadian pencurian dan penadahan kendaraan bermotor terjadi pada saat Operasi Sikat Jaran Candi 2020 di Mapolresbes Semarang. Pada saat pers conference Kapolresbes Semarang menyebutkan bahwa sitaan kegiatan tesebut adalah 2sepeda motor dan 3 unit mobil. Kapolresbes menyatakan, bahwa seluruh barang bukti curanmor berasal dari daerah kabupaten Pati. 10

Uraian di atas sekaligus menunjukkan bahwa tindak pidana penggelapan yang berakhir pada penadahan kendaraan bermotor sekarang ini, sesuatu yang tidak pernah diharapkan dan tidak akan dibiarkan begitu saja oleh masyarakat dimanapun juga. Masyarakat bersama pemerintah melalui aparat penegak hukumnya, akan selalu berusaha menanggulangi kejahatan atau minimal mengurangi angka kejahatan.

Beberapa upaya juga telah coba dilakukan untuk mengungkap dan membedah persoalan kasus penadahan. Polri yang juga merupakan alat

9 A. A Ngurah Wirasila, dkk, Buku Ajar : Tindak Pidana Tertentu Dalam KUHP, Universitas Udayana, 2017, Hlm 96

10 https://radarsemarang.jawapos.com/berita/semarang/2020/08/04/kasus-curanmor- terbanyak-dari-wilayah-pati/, diakses pada Kamis, 15 Oktober 2020 pukul 16.00 wib.

(6)

negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Kepolisian Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional satu kesatuan dalam melaksanakan perran sebagai pemelihara keamanan, pemelihara ketertiban masyarakat, pelaksana penegak hukum serta memberikan perlindungan dan pengayoman serta pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENADAHAN BARANG HASIL PENCURIAN SEPEDA MOTOR DALAM KONSTRUKSI SISTEM HUKUM YURISDIKSI KEPOLISIAN RESOR KABUPATEN PATI (STUDI KASUS PIDANA NO: 180/Pid.B/2019/PN Pti)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor apa saja yang menjadi penyebab bertambahnya angka tindak pidana penadahan hasil pencurian sepeda motor dalam sistem hukum yuridiksi Resor Kabupaten Pati?

2. Bagaimana tindakan penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Kabupaten Pati dalam konsepsi penegakan hukum?

(7)

C. Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan yang dilakukan seseorang sudah pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisa faktor apa saja yang menjadi penyebab bertambahnya angka tindak pidana penadahan hasil pencurian sepeda motor dalam sistem hukum yuridiksi Resor Kabupaten Pati

2. Untuk mengetahui dan menganalisa tindakan penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Kabupaten Pati dalam konsepsi penegakan hukum.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang didapat melalui penelitian diharapkan dapat berguna untuk:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kepustakaan dan pengembangan ilmu hukum, khususnya tentang penindakan kasus penadahan barang hasil curanmor di tingkat kepolisian.

2. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi khususnya bagi pihak kepolisisan terkait dengan penindakan kasus penadahan barang hasil curanmor

(8)

E. Kerangka Konseptual dan Kerangka Teoritik 1. Kerangka Konseptual

a. Tindak Pidana

Istilah tindak pidana dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda yaitu “strafbaar feit”. Simons, merumuskan strafbaar feit adalah “suatu tindakan melanggar hukum yang dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya, yang dinyatakan sebagai dapat dihukum”.11 Sedangkan menurut Pompe perkataan “straf-baar feit” itu secara teoritis dapat dirumuskan sebagai “suatu pelanggaran norma (ganggungan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman ter-hadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpelihanya tertib hukum dan terja-minnya kepentingan umum”.12

b. Penadahan

Apabila ia membeli, menyewa, menerima tukar, menerima gadai, menerima sebagai hadiah, atau karena hendak mendapat untung, menjual, menukarkan, menggadaikan, membawa, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu barang, yang diketahuinya atau yang patut disangkanya diperoleh karena kejahatan, maka ia disebut sebagai penadah.

11Andi Sofyan dan Nur Azisa, Buku Ajar Hukum Pidana, Makassar : Pustaka Pena Press, 2016, Hlm 98

12Ibid

(9)

c. Pencurian

Menurut KUHP, pencurian adalah mengambil sesuatu barang yang merupakan milik orang lain dengan cara melawan hak orang lain. Lebih jelasnya, dalam Pasal 362 KUHP dijelaskan mengenai pengertian Pencurian

.

d. Kepolisian Negara Republik Indonesia

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa Kepolisian ialah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

e. Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalahuntuk mewujudkan apa yang hendak dicapai oleh hukum. Tujuan hukumadalah mencapai keseimbangan agar hubungan yang ditimbulkan olehkepentingan masyarakat tidak terjadi kekacauan. Secara umum tujuanhukum adalah mencapai tiga hal yakni, kepastian hukum, keadilan dandaya guna.13.

13Teguh Prasetyo, Hukum dan Sistem Hukum Bersasarkan Pancasila, Yogyakarta : Media Perkasa, 2013, Hlm 54

(10)

2. Kerangka Teoritik

a. Teori Sistem Hukum Lawrence M. Friedman

Lawrence M. Friedman mengemukakan bahwa efektif dan berhasil tidaknya penegakan hukum tergantung tiga unsur sistem

hukum, yakni struktur hukum (struktur of law), substansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal culture). Struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum meliputi perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan hukum yang hidup (living law) yang dianut dalam suatu masyarakat.14

Friedman dalam bukunya yang berjudul American Law : An Introductionmenjelaskan bahwa struktur hukum adalah :

“To begin with, the legal sytem has the structure of a legal system consist of elements of this kind: the number and size of courts; their jurisdiction …Strukture also means how the legislature is organized …what procedures the police department follow, and so on. Strukture, in way, is a kind of crosss section of the legal system…a kind of still photograph, with freezes the action.”

Friedman juga berpendapat struktur dari sistem hukum terdiri, jumlah dan ukuran pengadilan, yurisdiksinnya (termasuk jenis kasus yang berwenang mereka periksa), dan tata cara naik banding dari pengadilan ke pengadilan lainnya. Struktur juga berarti bagaimana badan legislative ditata, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh presiden, prosedur ada yang diikuti oleh kepolisian dan

14 Didi Hilman dan Latifah Ratnawaty, Membangun Moral Berkeadilan Dalam Penegakan Hukum di Indonesia, Jurnal Yustisi Vol. 4 No. 1, 2017, Hlm 62

(11)

sebagainya. Jadi struktur (legal struktur) terdiri dari lembaga hukum yang ada dimaksudkan untuk menjalankan perangkat hukum yang ada. Struktur adalah Pola yang menunjukkan tentang bagaimana hukum dijalankan menurut ketentuan-ketentuan formalnya. Struktur ini menunjukkan bagaimana pengadilan, pembuat hukum dan badan serta proses hukum itu berjalan dan dijalankan.15 Sturktur sistem hukum di Indonesia di dalamnya terdiri atas institusi-institusi penegakan hukum seperti Kepolisian, Kejaksaaan, dan Pengadilan.

Substansi hukum menurut Friedman adalah:

“Another aspect of the legal system is its substance. By this is meant the actual rules, norm, and behavioral patterns of people inside the system …the stress here is on living law, not just rules in law books”.

Aspek lain dari sistem hukum adalah substansinya. Yang dimaksud dengan substansinya adalah aturan, norma, dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Jadi substansi hukum menyangkut peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi pedoman bagi aparat penegak hukum. Sedangkan mengenai budaya hukum, Friedman berpendapat:

“The third component of legal system, of legal culture. By this we mean people’s attitudes toward law and legal system their belief …in other word, is the climinate of social thought and social force wicch determines how law is used, avoided, or abused”.

15Adi Syahputra Sirait, Implikasi Pelaksanaan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3 Tahun 2014 Terhadap Eksistensi Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974, Jurnal Fitrah Vol 4 No 1, 2018, Hlm 119

(12)

Kultur hukum menyangkut budaya hukum yang merupakan sikap manusia (termasuk budaya hukum aparat penegak hukumnya) terhadap hukum dan sistem hukum. Sebaik apapun penataan struktur hukum untuk menjalankan aturan hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat tanpa didukung budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem dan masyarakat maka penegakan hukum tidak akan berjalan secara efektif.

Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat atau rekayasa sosial tidak lain hanya merupakan ide-ide yang ingin diwujudkan oleh hukum itu. Untuk menjamin tercapainya fungsi hukum sebagai rekayasa masyarakat kearah yang lebih baik, makabukan hanya dibutuhkan ketersediaan hukum dalam arti kaidah atau peraturan, melainkan juga adanya jaminan atas perwujudan kaidah hukum tersebut ke dalam praktek hukum, atau dengan kata lain, jaminan akan adanya penegakan hukum (law enforcement) yang baik.16 Jadi bekerjanya hukum bukan hanya merupakan fungsi perundang- undangannya belaka, malainkan aktifitas birokrasi pelaksananya.17 b. Teori Penegakan Hukum

Lazimnya, penegakan hukum oleh sebagian pihak dipandang sebagai proses tunggal yang terlepas dari anasir-anasir non hukum.

Hukum dijalankan pada suatu mekanisme yang independen sehingga intervensi faktor-faktor non hukum tidak dibenarkan. Penegakan

16Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2007), Hlm. 40

17Achmad Ali, OpCit, Hlm. 97

(13)

hukum dipandang menerapkan logika esoteris dan sepenuhnya diarahkan pada apa bunyi dan maksud dari peraturan-peraturan yang ada. Pandangan ini menganggap bahwa hukum harus dijalankan apa adanya, konsekuen, dan melepaskan diri dari sekalian kepentingan maupun anasir non hukum.18

Hakekatnya tujuan penegakan hukum adalah untuk mewujudkan apa yang hendak dicapai oleh hukum. Tujuan hukumadalah mencapai keseimbangan agar hubungan yang ditimbulkan olehkepentingan masyarakat tidak terjadi kekacauan. Secara umum tujuanhukum adalah mencapai tiga hal yakni, kepastian hukum, keadilan dandaya guna.19

Penegakan hukum seharusnya akuntabel, tidak memihak dan tidak mudah diintervensi sehingga hasilnya dapat dipertanggung- jawabkan dihadapan publik, karena penegakan hukum tak dapat berdiri sendiri tanpaadanya sistem hukum itu sendiri. Theo Hujibers berpendapat bahwa tujuan akhir hukum adalah keadilan,oleh karena itu segala usaha yang terkait dengan hukum mutlak harusdiarahkan untuk menemukan sebuah sistem hukum yang paling cocok dansesuai dengan prinsip keadilan. Hukum harus terjalin erat dengan keadilan,hukum adalah undang-undang yang adil. Bila suatu hukum konkrit, yakniundang-undang bertentangan dengan pinsip-prinsip keadilan, makahukum itu tidak bersifat normatif lagi dan tidak dapat

18Amran Suadi, Sosiologi Hukum: Penegakan, Realitas, dan Moralitas Hukum, Jakarta : Kencana, 2018, Hlm 248

19Teguh Prasetyo, Op.Cit. Hlm 54

(14)

dikatakan sebagaihukum lagi. Undang-undang hanya menjadi hukum bila memenuhiprinsip-prinsip keadilan. Dengan kata lain, adil merupakan unsurkonstitutif segala pengertian tentang hukum.20

Penegakan hukum yang akuntabel (bertanggung jawab) dapatdiartikan sebagai suatu upaya pelaksanaan penegakan hukum yang dapatdipertanggungjawabkan kepada publik, bangsa dan negara yang berkaitanterhadap adanya kepastian hukum dalam sistem hukum yang berlaku, jugaberkaitan dengan kemanfaatan hukum dan keadilan bagi masyarakat. Jannatul berpendapat bahwa proses penegakan hukum memang tidak dapat dipisahkan dengan sistemhukum itu sendiri. Sedang sistem hukum dapat diartikan merupakanbagian-bagian proses/tahapan yang saling bergantung yang harusdijalankan serta dipatuhi oleh penegak hukum dan masyarakat yangmenuju pada tegaknya kepastian hukum.21

Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto adalah:22

1) Faktor hukumnya sendiri, yang dimaksud adalah peraturan- peraturan yang mengatur adanya penegakan hukum.

2) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum.

3) Faktor sarana fasilitas yang mendukung penegakan hukum

20Nur Iftitah Isnantiana, Hukum dan Sistem Hukum Sebagai Pilar Negara, Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Vol. 2 No. 1, 2019, Hlm 29

21Ibid

22Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1986, Hlm 8.

(15)

4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

c. Teori Penegakan Hukum dalam Perspektif Hukum Islam

Aplikasi supremasi hukum di awal Islam pada prinsipnya ada di tangan Nabi, mengingat al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia. Sedang al-Hadis (perbuatan Nabi) sebagai penjelas dari al-Qur’an. Sesungguhnya hukum yang ditetapkan Nabi adalah hukum Allah, karena Allah memerintahkan supaya mengikuti perintah Nabi dan meninggalkan larangannya.

Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an yang wajib dilaksanakn. Pelaksanaan hukum-hukum tersebut ditaati oleh sahabat-sahabat Nabi, baik sewaktu beliau masih hidup atau sewaktu telah meninggal dunia. Praktek Rasul dalam penegakan hukum, baik yang menyangkut aspek pemeriksaan sampai kepada sistem pemidanaan menjadi sesuatu yang wajib diikuti.

Hukum Islam terdapat dua istilah yang kerap digunakan, yaitu jinayah dan jarimah. Dapat dikatakan bahwa kata jinayah yang

digunakan para fuqaha adalah sama dengan yang diartikan istilah jiramah.

Istilah lain kata jarimah disebut juga jinayah mempunyai beberapa pengertian, seperti yang diungkapkan Abdul Qodir Audah

(16)

pengertian jarimah adalah Suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, atau lainnya. Imam al-Mawardi memberikan definisi jarimah adalah perbuatanperbuatan yang dilarang oleh agama (syara') yang diancam dengan hukuman hadd atau ta’zir. Sedangkan menurut kalangan fuqaha, yang dimaksud dengan katakata jinayah ialah perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa atau harta benda ataupun yang lain-lainya. Dalam hukum Islam, kejahatan (jarimah/jinayat) didefinisikan sebagai larangan-larangan hukum yang diberikan Allah, yang pelanggarannya membawa hukuman yang ditentukan-Nya atau tidak melakukan suatu perbuatan yang tidak diperintahkan.

Jarimah memiliki unsur umum dan unsur khusus. Unsur umu jarimah adalah unsur-unsur yang terdapat pada setiap jenis jarimah, sedangkan unsur-unsur khusus adalah unsur-unsur yang hanya terdapat pada jenis jarimah tertentu yang tidak terdapat pada jenis jarimah yang lain.

Unsur umum jarimah terdiri ke dalam tiga unsur antara lain adalah sebagai berikut :23

1) Unsur formal (al-Rukn al –Syar’iy) adalah adanya ketentuan nash yang melarang atau memerintahkan suatu perbuatan serta mengancam pelanggarnya.

23 H.A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), Hlm 12

(17)

2) Unsur materiil (al-Rukn al-Madi) adalah adanya tingkah laku atau perbuatan yang terbentuk jarimah yang melanggar ketentuan formal.

3) Unsur moril (al- Rukn al Adabiy) adalah bila pelakunya seorang mukalaf, yakni orang yang perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Secara umum jarimah terbagi ke dalam tiga unsur di atas, akan tetapi secara khusus setiap jamirah memiliki unsur-unsur tersendiri dan inilah yang dinamakan dengan unsur khusus jarimah.24 Adapun pembagian jarimah pada dasarnya tergantung dari berbagai sisi.

Jarimah dapat ditinjau dari sisi berat -ringannya sanksi hukum, dari

sisi niat pelakunya, dari sisi cara mengerjakannya, dari sisi korban yang ditimbulkan oleh suatu tindak pidana, dan sifatnya yang khusus.

Ditinjau dari sisi berat ringannya sanksi hukum serta ditegaskan atau tidaknya oleh Al-Qur’an dan Hadist jarimah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :25

1) Tindak Pidana Hudud

Jarimah atau tindak pidana hudud merupakan tindak pidana

yang paling serius dan berat dalam hukum pidana Islam. Tindak pidana ini pada dasarnya merupakan tindak pidana yang menyerang kepentingan publik, namun bukan berarti tidak mempengaruhi kepentingan pribadi manusia sama sekali. Yang

24 Ibid, hlm.12.

25 Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam : Penegakan Syariat dalam Wacana dan Agenda,(Jakarta : Gema Insani Press, 2003), Hlm. 22

(18)

terpenting dari tindak pidana hudud ini adalah berkaitan dengan apa yang disebut hak Allah.

Ditinjau dari segi dominasi hak, terdapat dua jenis hudud, yaitu sebagai berikut: Pertama, hudud yang termasuk hak Allah.

Menurut Abu Ya’la, hudud jenis ini adalah semua jenis sanksi yang wajib diberlakukan kepada pelaku karena ia meninggalkan semua hal yang diperintahkan, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Kedua, hudud yang termasuk hak manusia. Hudud jenis ini adalah semua jenis sanksi yang diberlakukan kepada seseorang karena ia melanggar larangan Allah, seperti berzina, mencuri, dan meminum khamar.

2) Tindak Pidana Qishas/Diyat

Tindak pidana qishas atau diyat merupakan tindak pidana yang diancam dengan hukuman qishas atau diyat yang mana ketentuan mengenai hal ini sudah sitentukan oleh syara’. Qishas ataupun diyat merupakan hak manusia (hak indivitu) yang hukumannya bisa dimaafkan atau digugurkan oleh korban atau keluarganya.

Adapun definisi qishas menurut Ibrahim Unais adalah menjatuhkan hukuman kepada pelaku persis seperti apa yang dilakukannya.26 Oleh karena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku adalah menghilangkan nyawa orang lain, maka hukuman yang setimpal adalah dibunuh atau hukuman mati. Adapun dasar

26 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), Hlm 149

(19)

hukum qishas terkandung dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 178. Sedangkan pengertian diyat menurut Sayid Sabiq adalah sejumlah harta yang dibebankan kepada pelaku, karena terjadinya tindak pidana (pembunuhan atau penganiayaan) dan diberikan kepada korban atau walinya.27 Diyat merupakan uqubah maliyah (hukuman yang bersifat harta), yang diserahkan kepada korban apabila masih hidup, atau kepada wali (keluarganya) apabila korban telah meninggal. Adapun dasar hukum diyat tekandung dalam Al Qur’an surah An-Nisaa ayat 92.

3) Tindak Pidana Ta’zir

Tindak pidana ta’zir merupakan tindak pidana yang diancam dengan hukuman ta’zir. Pengetian ta’zir menuruth bahasa adalah ta’dib yang artinya memberi pelajaran.Ta’zir juga diartikan

dengan Ar-Raddy wal Man’u yang artinya menolak atau mencegah. Sedangkan pengertian ta’zir menurut Al-Mawardi adalah hukuman pendidikan atas dosa (tindak pidana) yang belum ditentukan hukumnya oleh syara’.28

H.A Djazuli memamaprkan bahwa tindak pidana ta’zir terbagi menjadi tiga bagian antara lain :29

a) Tindakan hudud atau qishas/diyat yang subhat atau tidak memenuhi starat, namun sudah merupakan maksiat. Misalnya

27 Ibid, Hlm 166

28 Ibid, Hlm xii

29 H.A. Djazuli, Op.Cit Hlm 13

(20)

percobaan pencurian, percobaan pembunuhan, dan pencurian di kalangan keluarga.

b) Tindak pidana yang ditentukan oleh Al Qur’an dan Hadist, namun tidak ditentukan sanksinya. Misalnya penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan amanah, dan melakukan penghinaan terhada agama.

c) Tindak pidana yang ditentukan oleh Ulul Amri untuk kemaslahatan umum. Dalam hal ini, nilai ajaran Islam dijadikan pertimbangan penentuan kemaslahatan umum.

Persyaratan kemaslahatan ini secara terinci diuraikan dalam bidang studi Ushul Fiqh. Misalnya pelanggaran atas peraturan lalu lintas.

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu.

Sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu. 30 Penelitian dapat diartikan pula sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, gejala atau hipotesa, usaha mana dilakukan dengan metode ilmiah. 31

30Soerjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 3., (Jakarta: UI Press, 1986), Hlm 3.

31Sutrisno Hadi, Metodelogi Penelitian Hukum, Surakarta: UNS Press, 1989, Hlm 4.

(21)

Beranjak dari uraian diatas, langkah yang digunakan agar mendapatkan data dan informasi secara metodologis, sistematis dan konsisten, maka metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologi adalah mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan yang nyata. 32 Pendekatan yuridis sosiologis adalah menekankan penelitian yang bertujuan memperoleh pengerahuan hukum secara empiris dengan terjun langsung ke objek penelitian yaitu mengetahui praktek penegakan hukum tindak pidana penadahan barang hasil pencurian sepeda motor (curanmor) oleh Kepolisian Resor Kabupaten Pati.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif yaitu menguraikan seara deskriptif terhadap permaslahan yang dihadapi dengan setiap apa yansg dinyatakan oleh informan baik secara tertulis maupun secara lisan juga perilakunya yang nyata, akan diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

Penelitian Deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memeberikan data yang seteliti mungkin dengan manusia, keadaan, dan gejala-gejala lainnya serta hanya menjelaskan keadaan objek

32Soerjono Soekanto, Op.Cit, Hlm 51

(22)

masalahnya tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku umum.

3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah data primer dan data sekunder.

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas.33 Sumber data diperoleh dari lapangan secara langsung melalui wawancara dengan Kepolisian Resor Kabupaten Pati.

b. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi :

1) Bahan Hukum Primer yang berupa peraturan perundang-undangan maupun konvensi-konvensi. Dalam penelitian ini digunakan antara lain KUHP, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2) Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi atau hal hal yang berkaitan dengan isi sumber primer serta implementasinya. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ialah wawancara, buku-buku, artikel-artikel dalam jurnal hukum, artikel-artikel yang terdapat di internet, makalah, skripsi, tesis, disertasi dan bahan sejenis lainnya.

33Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006, Hlm. 30

(23)

3) Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap sumber primer atau sumber sekunder. Adapun bahan hukum tersier yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Black’s Law Dictionary, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Terjemahan Inggris Indonesia.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yan dilakukan dalam penelitian in adalah sebagai beikut:

a. Studi Literatur

Teknik ini disebut juga dengan studi pustaka, yaitu dengan menelusuri kepustakaan yang berisi tentang teori-teori dari karya ilmiah baik yang telag diterbitkan, e book, makalah atau journal online.

b. Studi Lapangan

Merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti, yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara langsung dengan anggota Kepolisian Resor Kabupaten Pati bagian Sat Reskrim yang berhubungan dengan objek penelitian. Dari hasil observasi tersebut, diperoleh data pengamatan secara langsung pada bagian elemen-elemen yang diteliti sehingga diperoleh bagaimana penegakan hukum dalam membongkar penadahan barang hasil pencurian kendaraan yang dilaksanakaan oleh Kepolisian Resor Kabupaten Pati.

(24)

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitin ini adalah teknik analisa kualitatif. Teknik analisa kualitatifadalah analisa data non- statistik yang disesuaikan dengan data yang dikumpulkan yaitu data yang deskriptif dan data tekstual berwujud keterangan-keterangan atau penjelasan tertulis yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka. Selanjutnya, analisis kualitantif dilakukan dengan cara deskriptif dan preskriptif.

Analisis deskriptif bermaksud untuk memberikan gambaran umum terhadap sanksi pidana penjara, kemudian analisis preskriptif dimaksudkan untuk mendapatkan untuk masukan-masukan mengenai obyek kajian dalam penelitian sebagaimana yang diharapkan.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan menggunakan uraian sistematis, hal tersebut sangat berguna untuk lebih mempermudah dalam proses pengkajian dan pemahaman. Adapun sistematika penulisan penelitian, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Awal bab pertama dalam penelitian ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah penelitian akan dilakukan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.

(25)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab kedua dijelaskan tinjauan pustaka yang mendasari kerangka berfikir yang dipakai dalam membahas permasalahan yang ada dalam fungsi kepolisian resor kota Pati dalam membongkar penadahan barang hasil curanmor.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini Menjelaskan pembahasan atau analisis terhadap rumusan masalah dalam penelitian, yaitu: faktor apa saja yang menyebabkan peningkatan tindak pidana penadahan hasil pencurian sepeda motor dan bagaimana tindakan penagakan hukum yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Kabupaten Pati.

BAB IV PENUTUP

Bab IV penutup berisikan simpulan yang didapat dari isi Bab Pembahasan dan saran yang direkomendasikan kepada pihak terkait.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Hermi (2019) dan Herawaty (2019) menyatakan bahwa varia- bel profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dikarenakan

Alasan kenapa status gizi antara siswa di sekolah swasta dengan siswa di sekolah negeri hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan hasilnya sama dengan

Parameter kualitas air yang penting di sekitar keramba jaring apung di Danau Maninjau telah menunjukkan kadar yang tidak mendukung untuk kehidupan ikan di dalam

 penelitian dan dan lebih lebih detail detail mengenai mengenai kebutuhan kebutuhan penelitian penelitian yang yang lebih lebih spesifik. Perancangan awal

Metode yang digunakan dalam akuisisi data yaitu metode seismik refraksi dengan interpretasi data menggunakan Metode Hagiwara untuk menentukan kedalaman suatu lapisan tanah

Research report on development of sweet sorghum as an energy crop volume 1: Agricultural task.. USDOE,

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh penggantian Bovine Serum Albumin (BSA) dengan putih telur dalam pengencer dasar CEP-2 terhadap kualitas

Sebagai salah satu kesenian daeiah di Jawa Timur, ludruk mampu mengun- dang masyarakat penonton yang cukup banyak. la mampu pula menjangkau penonton sampai ke berbagai pelosok