• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK INVESTASI DANA PENSIUN TERHADAP KONDISI DANA PENSIUN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK INVESTASI DANA PENSIUN TERHADAP KONDISI DANA PENSIUN DI INDONESIA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

DANA PENSIUN TERHADAP KONDISI DANA PENSIUN DI INDONESIA

SKRIPSI

Program Studi Akuntansi

Nama : FATKHI FARDIAN N I M : 43206110116

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2008

(2)

Nama : Fatkhi Fardian

N I M : 43206110116

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK INVESTASI DANA PENSIUN TERHADAP KONDISI DANA PENSIUN DI INDONESIA

Tanggal Ujian Skripsi : 5 Juli 2008

Disahkan oleh : Pembimbing,

( Drs. Hadri Mulya, M.Si ) Tanggal :

Dekan, Ketua Jurusan Akuntansi,

( Drs. Hadri Mulya, M.Si ) ( H. Sabarudin Muslim, SE, M.Si )

Tanggal : Tanggal :

(3)

iv

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI SKRIPSI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR GRAFIK viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 6

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Dana Pensiun 7

B. Program Pensiun dan Jenis Dana Pensiun 8

C. Aktivitas Kegiatan Dana Pensiun 11

D. Investasi Dana Pensiun 12

E. Jenis Investasi Dana Pensiun 17

F. Variasi Perpajakan Dana Pensiun 18

G. Perpajakan Dana Pensiun di Negara Lain 19

H. Subjek Pajak Penghasilan 21

I. Objek Pajak Penghasilan 24

(4)

v

A. Gambaran Umum 29

B. Metode Penelitian 37

C. Variabel dan Pengukurannya 38

D. Metode Pengumpulan Data 38

E. Metode Analisis Data 39

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perkembangan Dana Pensiun di Indonesia 40

B. Analisis Hasil Penelitian 52

C. Pembahasan 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 80

B. Saran 82

DAFTAR PUSTAKA 83

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS 85

LAMPIRAN 86

(5)

vi

Halaman Tabel 4-1 Pertumbuhan Jumlah Dana Pensiun Tahun 2001-2005 41 Tabel 4-2 Pertumbuhan Jumlah Peserta Aktif Dana Pensiun 44 Tabel 4-3 Komponen Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Aktiva Bersih Tahun 2001-2005 46

Tabel 4-4 Penerimaan Iuran Tahun 2001-2005 47

Tabel 4-5 Tabel Pembayaran Manfaat Pensiun Tahun 2001-2005 48 Tabel 4-6 Komposisi Investasi Dana Pensiun Tahun 2004 dan 2005 53

Tabel 4-7 Tarif Pajak Manfaat Pensiun 72

Tabel 4-8 Hasil Investasi dan Pajak Investasi 78

(6)

vii

Halaman

Gambar 2-1 Kegiatan Dana Pensiun di Indonesia 11

Gambar 4-1 Pertumbuhan Asset Dana Pensiun 76

Gambar 4-2 Perbandngan Investasi, Hasil Investasi, Iuran, dan

Manfaat Terhadap Asset 77

(7)

viii

Halaman Grafik 4-1 Kegiatan Pengesahan, Pembubaran, dan Pengalihan

Program Dana Pensiun 42

Grafik 4-2 Aktiva Bersih Dana Pensiun 45

Grafik 4-3 Penerimaan Iuran Tahun 2001-2005 47

Grafik 4-4 Pembayaran Manfaat Pensiun Tahun 2001-2005 49 Grafik 4-5 Persentase Jumlah Nilai Wajar Investasi Terhadap Aktiva Bersih 50

Grafik 4-6 Pertumbuhan Investasi Dana Pensiun 51

(8)

ix

Halaman

Lampiran 1 Tax Treatment Of Personal Pensions Plans 86

(9)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Memasuki masa pensiun pada umumnya adalah bukan merupakan dambaan setiap karyawan. Hal ini disebabkan karena timbulnya pikiran mengenai risiko kehilangan kesinambungan penghasilan yang selama ini menghidupi diri dan keluarganya. Sehubungan dengan hal tersebut, sudah selayaknya menjadi tanggung jawab moral dan finansial kepada pemberi kerja untuk memikirkan dan membantu para karyawan, terutama karyawan yang berpenghasilan kecil, guna memelihara kesinambungan penghasilannya saat masa pensiun. Solusi yang tepat demi menjawab permasalahan tersebut di atas adalah dengan mengikutsertakan para karyawan sebagai peserta Dana Pensiun.

Dana Pensiun dipandang sebagai salah satu inovasi terbaik di bidang

sosial dan ekonomi. Selain dipandang mampu menjawab permasalahan

sosial yang disebabkan bertambahnya populasi penduduk, Dana Pensiun

juga memainkan peranan penting dalam memobilisasi dana yang diperlukan

untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan nasional serta

membiayai proyek pembangunan jangka panjang. Dengan adanya Dana

Pensiun, diharapkan ketergantungan akan utang luar negeri bagi negara

berkembang dapat dikurangi.

(10)

2 (OECD) pada tahun 2001 selama periode 10 tahun terakhir menunjukkan pada negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris mampu memupuk aktiva Dana Pensiun mencapai triliunan dollar. AS mengalami pertumbuhan aktiva sekitar 3,4 persen pertahun dari 58 persen GDP pada tahun 1996 menjadi 75 persen pada awal tahun 2001, Inggris bertumbuh sekitar 2 persen pertahun dari 75 persen GDP pada tahun 1996 menjadi 85 persen pada tahun 2000. Pertumbuhan yang pesat atas aktiva Dana Pensiun tersebut disebabkan oleh faktor berikut:

1. faktor demografi penduduk.

Data tahun 1998 menunjukkan bahwa jumlah penduduk AS yang berusia diatas 65 tahun meningkat sebanyak 4 % pertahun (650.000 orang) dan diproyeksikan pada tahun 2070 akan mencapai 82.458 ribu jiwa atau sekitar 22,65 % dari total seluruh penduduk AS sehingga kebutuhan akan program pensiun meningkat.

2. faktor pajak.

Internal Revenue Code (peraturan perpajakan di Amerika Serikat)

memiliki aturan yang dipandang menguntungkan bagi penyelenggaraan

program pensiun, seperti membebaskan pajak atas hasil investasi yang

diperoleh Dana Pensiun.

(11)

3 Masa Great Depression di akhir abad ke-19 menggugah kesadaran masyarakat atas pentingnya keamanan sosial dan ekonomi pada masa tua.

Di Indonesia, Dana Pensiun mulai dikenal sejak zaman Belanda yang pada saat itu didasarkan pada labour fund ordonance. Aturan ini tercantum dalam Staatsblad tahun 1926 No 37 yang kemudian diubah dengan Undang Undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun yang khusus mengatur penyelenggaraan Dana Pensiun yang bersifat sukarela (voluntary). Sejak diterapkannya aturan ini, aktiva Dana Pensiun mengalami pertumbuhan dari sekitar Rp 13,2 triliun pada tahun 1996 menjadi Rp 63,9 triliun pada tahun 2005 atau sekitar 5,5 triliun pertahun. Jika dibandingkan dengan PDB, aktiva Dana Pensiun baru mencapai jumlah 2,17% dari total GDP tahun 2005, jumlah yang terbilang kecil menurut standar internasional.

Perkembangan aktiva yang lambat ini menandakan adanya

hambatan bagi perkembangan Dana Pensiun di Indonesia. Penelitian yang

dilakukan oleh World Bank menyimpulkan bahwa salah satu penyebab

lambatnya pertumbuhan aktiva Dana Pensiun di Indonesia disebabkan oleh

aturan perpajakan yang kurang menguntungkan bagi penyelenggara

program pensiun (World Bank,1996). Untuk mendorong pertumbuhan

aktiva, pemerintah perlu memberikan insentif baru atas aturan pajak yang

berkaitan dengan hasil investasi Dana Pensiun.

(12)

4 terhadap program pensiun. Pertama, regime EET (exempt contributions, exempt investment income and then tax pension benefit) yang memberikan pembebasan pajak atas iuran dan hasil investasi Dana Pensiun dan mengenakan pajak terhadap manfaat yang dibayarkan. Kedua, regime TTE (tax contributions, tax investment income and then exempt pensions benefit) yang memungut pajak atas iuran yang dibayarkan tetapi membebaskan hasil investasi dan manfaat yang dibayarkan dari pajak. Persamaan yang dimiliki kedua regime ini adalah tidak mengenakan pajak terhadap hasil investasi program pensiun.

Kebijakan pemberian insentif yang dilakukan pemerintah terhadap Dana Pensiun saat ini terkesan setengah hati dan berusaha melindungi kepentingan pemerintah di sektor pajak. Dampak kebijakan tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan Dana Pensiun untuk menghimpun aktiva yang dipergunakan untuk membayar manfaat pensiun. Di sisi lain, dampak kebijakan pemberian fasilitas pajak di Dana Pensiun dapat mengurangi penerimaan negara dari sektor pajak. Praktik internasional memperlihatkan bahwa banyak negara bersedia mengalami hilangnya pendapatan dari pajak atas hasil investasi demi perkembangan program pensiun di negaranya. Berdasarkan hal di atas diketahui bahwa insentif pajak memiliki arti penting bagi perkembangan Dana Pensiun.

Pemahaman mengenai dampak kebijakan pajak investasi Dana

Pensiun tidak dapat dicapai tanpa terlebih dahulu memahami Dana Pensiun,

(13)

5 mana pengaruh kebijakan pajak investasi Dana Pensiun, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kebijakan Pajak Investasi Dana Pensiun terhadap Kondisi Dana Pensiun di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan informasi di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perlakuan perpajakan pada Dana Pensiun ?

2. Bagaimana pengaruh pemberian fasilitas pajak terhadap pertumbuhan asset Dana Pensiun ?

3. Bagaimana pengaruh fasilitas pajak terhadap hasil investasi Dana Pensiun ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terhadap pengaruh kebijakan pajak investasi Dana Pensiun terhadap kondisi Dana Pensiun di Indonesia. Namun secara khusus, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memberikan gambaran mengenai perlakuan perpajakan bagi Dana Pensiun di Indonesia;

2. Untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian fasilitas pajak terhadap

pertumbuhan asset Dana Pensiun;

(14)

6 terhadap hasil investasi Dana Pensiun.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa, diharapkan bermanfaat sebagai tambahan informasi untuk memperkaya literatur dan wawasan yang selama ini tidak didapat di perkuliahan;

2. Bagi Penulis, diharapkan bermanfaat sebagai tambahan informasi yang dapat digunakan untuk membuka wawasan penulis mengenai investasi Dana Pensiun dan perlakuan perpajakannya;

3. Bagi Dana Pensiun, diharapkan bermanfaat untuk mengetahui lebih mendalam mengenai dampak kebijakan pajak investasi Dana Pensiun;

4. Bagi Pemerintah, diharapkan bermanfaat dalam menetapkan kebijakan-

kebijkan bagi Dana Pensiun agar sesuai dengan fungsi pemerintah

sebagai lembaga pembina dan pengawas Dana Pensiun di Indonesia.

(15)

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Dana Pensiun

Istilah Dana Pensiun mulai dikenal setelah lahirnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Undang-undang tersebut merupakan dasar penyelenggaraan program pensiun bagi karyawan pemberi kerja/perusahaan. Sebelum adanya undang-undang tersebut, dasar penyelenggaraan program pensiun adalah Arbeiderfonsend Ordonantie Nomor 377 Tahun 1926, sebagai pelaksanaan dari Pasal 1601 s KUH Perdata buku III (Zulaini Wahab, 2001:1).

Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 menyebutkan bahwa Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Sedangkan yang dimaksud dengan manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun. Pada hakikatnya, pengelolaan dana oleh Dana Pensiun merupakan tabungan masyarakat (dalam hal ini peserta Dana Pensiun) yang mempunyai ciri sebagai tabungan jangka panjang untuk dinikmati hasilnya setelah peserta pensiun.

Dalam Dictionary of Accountng, Dana Pensiun diartikan sebagai dana

yang sengaja dihimpun secara khusus dengan tujuan untuk memberikan

manfaat kepada karyawan pada saat mereka mencapai usia pensiun,

(16)

8 meninggal dunia, atau cacat. Menurut Reyli dan Brown (2000:55) menyebutkan bahwa pengertian Dana Pensiun sebagai berikut :

“Pension fund are a major component of retirement planning. The funds are invested with the purpose of giving workers either a lump sum payment or the promise of an income stream after their retirement.”

Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola tabungan pensiun yang bersumber dari iuran yang disetorkan oleh perusahaan dan pekerja untuk dikelola dan hasilnya dipakai pada saat mereka pensiun atau pada saat mereka tidak memiliki kemampuan untuk mencari pekerjaan lain karena cacat fisik yang dialami.

B. Program Pensiun dan Jenis Dana Pensiun

Program Pensiun menurut Nikolai, et all (2000:105), adalah sebagai berikut:

“Pension Plan is an agreement between a company and its employee group whereby the company promises to provide income to its retired employees in return for the sevices that were provided by the employees during their employment.”

Sebelum lahirnya Undang-undang Dana Pensiun, dikenal beberapa istilah program pensiun, yaitu (Zulaini Wahab, 2001:1):

1. Program pensiun yang dikelola oleh perusahaan /pemberi kerja yang

dibayarkan dari cadangan perusahaan (book reserved) atau dari biaya

perusahaan (pay as you go);

(17)

9 2. Program pensiun yang dikelola oleh yayasan Dana Pensiun yang telah memperoleh persetujuan Menteri Keuangan sebelumnya, dan telah memperoleh fasilitas perpajakan dari pemerintah;

3. Program pensiun pegawai negeri sipi dn pejabat Negara yang dikelola oleh PT Taspen; dan

4. Program pensiun anggota TNI dan Polri yang dikelola oleh PT Asabri.

Program pensiun yang dikelola oleh perusahaan/pemberi kerja tersebut ada yang diatur dengan peraturan perusahaan dan ada pula yang diatur dengan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara Serikat Pekerja Perusahaan (mewakili karyawan/pekerja) dengan perusahaan. Program pensiun ini tidak memperoleh fasilitas perpajakan sebagaimana halnya yayasan dana pensiun, program pensiun PNS dan pejabat Negara serta program pensiun TNI dan Polri.

Di Indonesia, jenis Dana Pensiun dan jenis program pensiun diatur

berdasarkan Undang-undang No. 11 tahun 1992. Dalam Undang-undang

tersebut dinyatakan bahwa Dana Pensiun ada 2 (dua) jenis, yaitu : Dana

Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan

(DPLK). Dana Pensiun Pemberi Kerja merupakan Dana Pensiun yang dapat

didirikan oleh seseorang atau lembaga yang mempekerjakan karyawan dan

hanya untuk kepentingan karyawannya. Sedangkan Dana Pensiun Lembaga

Keuangan merupakan Dana Pensiun yang hanya dapat didirikan oleh Bank

(18)

10 atau Perusahaan Asuransi Jiwa untuk kepentingan masyarakat luas baik pekerja mandiri maupun karyawan perusahaan.

Adapun program pensiun yang dapat diselenggarakan oleh Dana Pensiun ada 2 (dua) macam yaitu Program Pensiun Manfaat Pasti (Define Benefit) dan Program Pensiun Iuran Pasti (Define Contribution).

Program Pensiun Manfaat Pasti merupakan program pensiun yang menjanjikan pembayaran manfaat pensiun pada saat yang ditetapkan (biasanya setelah mencapai usia 56 tahun) dengan jumlah yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. Sedangkan besar iurannya berubah-ubah dari waktu ke waktu tergantung pada kecukupan dana. Sedangkan Program Pensiun Iuran Pasti merupakan program pensiun yang menetapkan sejumlah iuran yang harus disetor ke Dana Pensiun, sedangkan besar manfaat pensiun tergantung dari jumlah akumulasi iuran ditambah hasil investasi.

Dana Pensiun Pemberi Kerja dapat menyelenggarakan Program

Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran Pasti, sedangkan Dana

Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat menyelenggarakan Program Pensiun

Iuran Pasti. Perbedaan pokok dari Program Pensiun Manfaat Pasti dan

Program Pensiun Iuran Pasti terletak pada risiko investasi. Dalam Program

Pensiun Manfaat Pasti, risiko ditanggung oleh Pendiri Dana Pensiun, karena

jika terjadi kegagalan investasi yang mengakibatkan kekurangan dana

(defisit), maka Pendiri wajib bertanggung jawab atas kecukupan dana dengan

membayar iuran tambahan, sehingga kewajiban pembayaran manfaat pensiun

terhadap peserta dapat terpenuhi. Sebaliknya jika terjadi keberhasilan investasi

(19)

11 yang mengakibatkan kelebihan dana (surplus), maka Pendiri tidak perlu membayar iuran lagi. Disisi lain peserta akan tetap memperoleh pembayaran besarnya hak atas manfaat pensiun sebesar rumus yang diperjanjikan tanpa terpengaruh dari kegagalan atau keberhasilan investasi Dana Pensiun.

Dalam Program Pensiun Iuran Pasti, risiko ditanggung oleh peserta, artinya jika terjadi kegagalan investasi akan mengakibatkan penurunan manfaat pensiun yang diterima Peserta. Sebaliknya jika terjadi keberhasilan investasi, maka peserta akan menikmati keberhasilan tersebut karena dengan keberhasilan investasi ini akan menaikkan manfaat pensiun. Disisi lain, Pendiri hanya tetap membayar iuran yang telah ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun.

C. Aktivitas Kegiatan Dana Pensiun

Kegiatan Dana Pensiun dalam menjalankan program pensiun dapat digambarkan pada diagram berikut :

Gambar 2.1

Kegiatan Dana Pensiun di Indonesia

Dana Pensiun

MICROSOFT CORPORATION

$

$ $

Treasurer

6

1

Peserta

5

2

3

4

Investasi pada Pasar Uang dan

Pasar Modal Pemberi

Kerja

Sumber : Basuki, J., Tesis S2, 2002, Program Pascasarjana Universitas Pelita Harapan,

Jakarta.

(20)

12 Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pendiri memungut iuran peserta.

2. Pendiri membayar iuran baik iuran pemberi kerja maupun iuran peserta yang dipungut pemberi kerja kepada Dana Pensiun.

3. Dana pensiun melakukan investasi di pasar uang maupun pasar modal.

4. Dana pensiun memperoleh hasil investasi.

5. Dana pensiun melakukan pembayaran biaya operasional.

6. Dana pensiun melakukan pembayaran manfaat pensiun kepada peserta.

Dari alur kegiatan di atas, dapat disimpulkan bahwa Dana Pensiun memiliki kegiatan sebagai berikut :

1. Penghimpunan dana, yaitu bahwa dana yang diperoleh Dana Pensiun adalah berasal dari iuran pemberi kerja maupun iuran peserta;

2. Pengembangan dana, yaitu penempatan dana yang dihimpun ke dalam portofolio investasi yang kemudian akan memberikan hasil investasi pada Dana Pensiun untuk meningkatkan asset;

3. Pengeluaran atau pencairan dana, yang sebagian besar diperuntukkan bagi pembayaran manfaat pensiun kepada yang berhak di samping biaya operasional Dana Pensiun.

D. Investasi Dana Pensiun

Definisi Investasi menurut Jones (2002) sebagai berikut : “ investment

can be defined as the commitment of fund to one or more assets that will be

held over some future period”. Sedangkan menurut Fisher dan Jordan (2000)

(21)

13 pengertian investasi ialah: “An investment is a commitment of fund made in expectation of some positive of return”.

Penghimpunan dana melalui iuran yang diterima berdampak pada akumulasi iuran dalam jumlah yang cukup besar. Akumulasi iuran ini merupakan asset Dana Pensiun yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional Dana Pensiun dan memenuhi kewajiban jangka panjangnya dalam beberapa tahun kedepan. Dalam upaya pemenuhan kewajiban itu, Dana Pensiun perlu melakukan kegiatan investasi.

Secara umum terdapat 3 (tiga) alasan utama yang mendasari perlunya Dana Pensiun melakukan investasi yaitu :

1. Adanya keinginan untuk menambah nilai asset dan melindungi asset;

2. Adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan sekarang yang belum mampu untuk dipenuhi saat ini;

3. Adanya inflasi.

Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa investasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai asset yang dimiliki saat ini, yang ditanamkan dalam jangka waktu tertentu dengan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) yang positif sehingga nilai asset yang diharapkan akan meningkat di masa yang akan datang. Oleh Gritman (2000), rate of return didefinisikan sebagai berikut :

”The return is measured as the total gains or loss experience on

behalf of its owner over period of time. It is commonly stated as

the change in value plus any cash distribution expressed as a

percentage of the beginning of period investment value.”

(22)

14 Alternatif investasi memiliki tingkat pengembalian yang berbeda-beda.

Perbedaan ini timbul sebagai akibat perbedaan risiko (risk) yang menyertai jenis investasi tersebut, semakin besar return yang diharapkan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi. Untuk mengurangi risiko yang akan dialami, penyelenggara Dana Pensiun membuat suatu panduan dalam melaksanakan kebijakan investasi yang disebut Arahan Investasi (AI). Dalam pelaksanaannya, panduan ini akan selalu mengalami penyesuaian guna menyesuaikan dengan kondisi perekonomian dan perkembangan dunia investasi.

Panduan untuk melaksanakan investasi Dana Pensiun dilakukan dengan memperhatikan 4 (empat) komponen penting yaitu:

1. Hasil investasi yang memadai.

Untuk menghindari menurunnya nilai asset Dana Pensiun karena inflasi ataupun real investment rate of return yang tidak memadai, pemberi kerja dapat menetapkan tingkat hasil investasi yang harus dicapai oleh pengelola asset. Tingkat hasil investasi yang memadai tersebut dinyatakan dalam Arahan Investasi. Berapakah hasil investasi yang memadai dapat ditafsirkan dengan banyak cara seperti menggunakan indeks, benchmark ataupun menggunakan nilai suku bunga deposito yang berlaku.

2. Keamanan dana investasi

Secara teori terdapat hubungan yang erat antara tingkat pengembalian dan resiko dari investasi atau dikenal dengan istilah risk – return trade off.

Artinya untuk mendapatkan return yang tinggi, seorang investor harus

(23)

15 berani menaggung resiko kegagalan yang tinggi pula. Panduan investasi harus menetapkan berapa besar risiko portofolio invetasi yang dapat ditolerir dari masing masing jenis investasi. Tujuannya adalah agar dana yang diinvestasikan aman, sehingga kelangsungan Dana Pensiun lebih terjamin.

3. Kecukupan likuiditas

Dalam berinvestasi, pengelola Dana Pensiun harus memperhatikan kecukupan likuiditas. Hal ini dikarenakan Dana Pensiun mempunyai kewajiban untuk membayarkan manfaat pensiun yang jatuh tempo.

Sehingga apabila telah tiba waktunya, Dana Pensiun dapat segera memenuhi kewajibannya kepada pihak yang berhak. Biasanya tingkat likuiditas ini dapat diperkirakan dengan menghitung perkiraan jumlah pensiunan tiap tahun.

4. Penyebaran portofolio investasi

Sesuai dengan teori portofolio Markowitz, diversifikasi asset ditujukan untuk mendukung ketiga komponen sebelumnya yaitu hasil yang memadai, keamanan dana investasi, kecukupan likuiditas. Panduan investasi memuat arahan yang jelas tentang obyek investasi yang boleh digunakan, batas maksimum asset yang ditempatkan perpihak maupun perjenis investasi.

Pemilihan portofolio investasi dilakukan melalui suatu proses investasi

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

(24)

16 1) Menentukan tujuan investasi

Hal penting yang harus dipertimbangkan untuk investasi adalah expected return, rate of risk dan ketersediaan dana yang akan di investasikan.

2) Melakukan analisis investasi

Analisis dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental yaitu mengidentifikasi prospek perusahaan melalui analisa terhadap berbagai faktor agar bisa memperkirakan nilai perusahaan di masa yang akan datang, sedangkan analisis teknikal yaitu memperkirakan nilai sekuritas di masa yang akan datang melalui analisa data harga di masa lalu.

3) Melakukan pembentukan portofolio investasi

Hal ini dilakukan dengan melakukan identifikasi efek yang dipilih dengan proporsi yang seimbang.

4) Melakukan evaluasi kinerja portofolio

Evaluasi dilakukan terhadap tingkap keuntungan dan resiko yang dihadapi dengan membandingkan kinerja antar efek.

5) Melakukan revisi kinerja portofolio

Dari hasil evaluasi, selanjutnya dilakukan revisi terhadap jenis investasi

yang membentuk portofolio tersebut jika dirasakan komposisi portofolio

tidak sesuai dengan tujuan investasi.

(25)

17 E. Jenis investasi Dana Pensiun

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 511/KMK.06/2002 tahun 2002 disebutkan bahwa :

Investasi Dana Pensiun hanya dapat ditempatkan pada jenis investasi sebagai berikut :

1. deposito berjangka pada Bank;

2. deposito on call pada Bank;

3. sertifikat deposito pada Bank;

4. saham yang tercatat di Bursa Efek;

5. obligasi yang tercatat di Bursa Efek;

6. penempatan langsung pada saham yang diterbitkan oleh badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia;

7. surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia;

8. tanah di Indonesia;

9. bangunan di Indonesia;

10. Tanah dan Bangunan di Indonesia;

11. Unit Penyertaan Reksadana sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Pasar Modal;

12. Sertifikat Bank Indonesia; dan atau

13. Surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Ketentuan ini merupakan perubahan dari ketentuan yang diatur dalam KMK No 78 tahun 1996 dan KMK Nomor 93 tahun 1998. Pokok pokok perubahan di bidang investasi Dana Pensiun adalah sebagai berikut :

1. Penambahan jenis investasi yang diperkenankan yaitu deposito on call dan

Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

(26)

18 2. Penghapusan jenis investasi yang diperkenankan yaitu Surat Berharga Pasar Uang yang diterbitkan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum di Indonesia dan Sertifikat Dana Reksa.

3. Perluasan jenis investasi yang berdasarkan peraturan sebelumnya tidak diatur dan sesuai dengan peraturan yaitu tanah di Indonesia dan Bangunan di Indonesia.

F. Variasi Perpajakan Dana Pensiun

Pemotongan/pemungutan pajak atas penghasilan Dana Pensiun dapat dilakukan pada tiga kegiatan yang berbeda:

1. Ketika kontribusi/iuran dibayarkan ke Dana Pensiun;

2. Ketika hasil atas investasi diperoleh oleh Dana Pensiun;

3. Ketika manfaat pensiun dibayarkan.

Dari ketiga kegiatan diatas, Andre Dilnot (2001:216) mengklasifikasikan perlakuan pajak berdasarkan setiap transaksi yang dikenakan pajak/taxed (T) atau tidak dikenakan pajak/extempt (E). Perlakuan pajak terhadap Dana Pensiun dibagi menjadi :

1. Metoda EET (extempt contributions, extempt investment income and tax pension benefit)

Metode ini dapat diartikan sebagai pembebasan pajak atas iuran yang

diterima, pembebasan pajak atas hasil investasi yang diperoleh dan

pengenaan pajak atas manfaat pensiun yang dibayarkan.

(27)

19 2. Metode ETT (extempt contributions, tax investment income and tax

pension benefit)

Metode ini dengan melakukan pembebasan pajak atas iuran tetapi mengenakan pajak atas hasil investasi yang diperoleh dan manfaat pensiun yang dibayarkan.

3. Metode TEE (tax contributions, extempt investment income and extempt pension benefit)

Metoda ini dengan mengenakan pajak atas iuran yang diberikan dan membebaskan pajak atas hasil investasi dan manfaat pensiun yang dibayarkan.

4. Metode TTE (tax contributions, tax investment income and extempt pension benefit)

Metoda ini dengan mengenakan pajak atas iuran dan hasil investasi yang diperoleh tetapi membebaskan pajak atas manfaat pensiun yang dibayarkan.

G. Perpajakan Dana Pensiun di Negara Lain

Indonesia bukan satu–satunya negara yang mengenakan pajak bagi

Dana Pensiun. Berdasarkan data OECD tahun 2001, menjelaskan perlakuan

pajak di 21 negara yang memiliki Dana Pensiun serta mengidentifikasikan

perpajakan di Dana Pensiun atas iuran, hasil investasi serta pembayaran

manfaat pensiun.

(28)

20 Dalam hal perlakuan pajak atas iuran yang dibayarkan kepada Dana Pensiun, dari 21 negara terdapat 5 negara yang melakukan pemungutan dan pemotongan pajak atas iuran yaitu Australia, Prancis, Iceland, Jepang dan New Zealand, dan negara lainnya membebaskan pajak atas iuran. Atau dengan kata lain, iuran yang dibayarkan ke Dana Pensiun berasal dari pendapatan bruto sebelum pajak.

Untuk perlakuan pajak atas hasil investasi, sebagian besar negara membebaskan pajak terhadap hasil investasi yang diperoleh. Pengecualian terjadi pada beberapa negara seperti Autralia dan Swedia yang menerapkan tarif khusus yang lebih rendah dari marginal income tax rate yang berlaku di negara tersebut.

Sedangkan perlakuan pajak atas pembayaran manfaat pensiun dan

manfaat yang dibayarkan terbagi atas akumulasi iuran dan akumulasi hasil

investasi, untuk New Zealand tidak memungut pajak atas manfaat pensiun

yang berasal dari akumulasi iuran dan akumulasi hasil investasi. Jepang dan

Autralia tetap mengenakan pajak atas manfaat pensiun yang berasal dari

akumulasi hasil investasi sedangkan untuk manfaat pensiun yang berasal dari

akumulasi iuran bebas pajak. Semua negara lainnya mengenakan pajak atas

akumulasi iuran dan akumulasi investasi.

(29)

21 H. Subyek Pajak Penghasilan

Subyek pajak adalah orang yang dituju undang-undang untuk dikenakan pajak. Dalam Pasal 2 Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 disebutkan yang menjadi Subjek Pajak adalah:

a. 1) orang pribadi;

2) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;

b. Badan;

c. Bentuk Usaha Tetap.

Dalam Penjelasan Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa :

1. Orang pribadi sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan Subjek Pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai Subjek Pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

2. Sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan

Tatacara Perpajakan, pengertian Badan adalah sekumpulan orang dan atau

modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun

tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan

komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau

Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,

(30)

22 Dana Pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana. Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama 3. Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat

usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin dan peralatan. Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.

Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan

selaku agen yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk dan atas

nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak

bertempat kedudukan di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat

tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia tidak dapat dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di

Indonesia apabila orang pribadi atau badan dalam menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan di Indonesia menggunakan agen, broker atau

perantara yang mempunyai kedudukan bebas, asalkan agen atau perantara

tersebut dalam kenyataannya bertindak sepenuhnya dalam rangka

menjalankan perusahaannya sendiri. Perusahaan asuransi yang didirikan

dan bertempat kedudukan di luar Indonesia dianggap mempunyai bentuk

(31)

23 usaha tetap di Indonesia apabila perusahaan asuransi tersebut menerima pembayaran premi asuransi di Indonesia atau menanggung risiko di Indonesia melalui pegawai, perwakilan atau agennya di Indonesia.

Menanggung risiko di Indonesia tidak berarti bahwa peristiwa yang mengakibatkan risiko tersebut terjadi di Indonesia. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pihak tertanggung bertempat tinggal, berada atau bertempat kedudukan di Indonesia.

Pada Pasal 2 ayat 2 Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 membagi subyek pajak menjadi subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar negeri. Perbedaan yang penting antara subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar negeri terletak pada pemenuhan kewajiban perpajakannya antara lain:

1. Subyek pajak dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkan subyek pajak luar negeri dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.

2. Subyek pajak dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan netto dengan tarif umum, sedangkan subyek pajak luar negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif sepadan.

3. Subyek pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan

Tahunan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam

suatu tahun pajak, sedangkan subyek pajak luar negeri tidak wajib

(32)

24 menyampaikan Pemberitahuan Tahunan, karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

I. Obyek Pajak Penghasilan

Sesuai dengan namanya, Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pungutan pemerintah atas penghasilan yang diterima wajib pajak. Dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan mendefiniskan penghasilan sebagai setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Dari definisi diatas, penghasilan yang dikenakan pajak mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

a. tambahan kemampuan ekonomis,

b. yang diterima atau diperoleh wajib pajak,

c. baik yang berasal dari Indonesia maupun yang berasal dari luar Indonesia, d. yang dipakai untuk konsumsi maupun yang dipakai untuk membeli

tambahan harta,

e. dengan nama dan dalam bentuk apapun juga.

Dalam Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 pasal 4 ayat 1

disebutkan bahwa yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,

baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

(33)

25 dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

c. Laba usaha;

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk;

e. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

f. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota;

g. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha;

h. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

i. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan biaya;

(34)

26 j. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang;

k. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

l. Royalti;

m. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

n. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

o. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

p. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

q. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

r. Premi asuransi;

s. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

t. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

Menurut Ayat 3 Undang-undang Pajak Penghasilan tahun 2000 menyebutkan mengenai penghasilan yang bukan objek pajak, yaitu :

a. 1. Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil

zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak;

(35)

27 2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; namun tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak- pihak yang bersangkutan;

b. Warisan;

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara,

atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha

yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat

dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan bagi perseroan

terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang

menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan

(36)

28 dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal disetor dan mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha;

i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh Dana Pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi;

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha/kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan tersebut

merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan

dalam sektor usaha ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan serta

sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

(37)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Gambaran Umum

1. Sejarah Singkat Berdirinya Dana Pensiun

Sejarah berdirinya Dana Pensiun di Indonesia terdiri dari : a. Tuntutan perlunya program pensiun;

b. Program pensiun sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;

c. Program pensiun setelah berlakunya Undang-undang Dana Pensiun.

a. Tuntutan Perlunya Program Pensiun

Pada sekitar tahun 1939, sejumlah buruh yang mencari

nafkah pada perusahaan besar, telah berani menuntut perbaikan

nasib agar mereka diberi jaminan hari tua dan pensiun sebagai

kesinambungan penghasilan apabila kelak tidak bekerja lagi karena

usia tua. Karena tuntutan tersebut demikian gencarnya sehingga

apabila tidak dipenuhi pengusaha khawatir dapat berakibat pada

kelangsungan jalannya perusahaan, pada akhirnya perusahaan

menerima tuntutan buruh untuk memberikan peningkatan

(38)

30

Wahab, Tesis 2002:27).

Lebih lanjut pada tingkat yang sederhana, perusahaan menyelenggarakan program pensiun dengan membentuk cadangan pensiun (book reserve) atau membebankannya pada biaya perusahaan (pay as you go) untuk pembayaran pensiun bagi buruh yang berhenti bekerja pada usia pensiun. Pada tingkat yang lebih maju, perusahaan mendirikan yayasan sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun bagi karyawannya.

Kelembagaan yayasan tersebut terpisah dari perusahaan pendiri yayasan tersebut.

b. Program Pensiun Sebelum Berlakunya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun

Program pensiun sebelum berlakunya Undang-undang Dana Pensiun ditandai oleh dua ciri utama sebagai berikut :

1) Program pensiun dikelola oleh yayasan

Untuk mendapatkan legalitas hukum atas usaha pengelolaan program pensiun tersebut, pemberi kerja melakukannya dengan membentuk sebuah Yayasan Dana Pensiun. Akan tetapi, pengelolaan program pensiun di bawah naungan sebuah yayasan Dana Pensiun tetap memiliki beberapa kelemahan yang esensial, misalnya :

a) Ketidakjelasan akan status yayasan Dana Pensiun;

(39)

31

konsisten;

c) Pengelolaan yayasan Dana Pensiun yang kurang profesional dan kurang memperhatikan kepentingan peserta;

d) Dana menjadi tidak terpusat dan hak peserta atas dana tidak terlindungi karena penggunaan metode pay as you go dan book reserve;

e) Membebani anggaran keuangan pemberi kerja;

f) Pengamanan atas aktiva tidak terjamin.

2) Pendiri bebas menetapkan peraturan pensiun;

Beberapa ketentuan yang termuat di dalam peraturan pensiun yang mencerminkan kuatnya pengaruh pendiri dalam menetapkan peraturan pensiun adalah sebagai berikut :

a) Peserta yang berhenti bekerja dengan tidak hormat tidak berhak atas manfaat pensiun;

b) Peserta wanita (karyawati) dianggap peserta lajang;

c) Investasi Dana Pensiun tidak pernah ditetapkan dalam peraturan pensiun.

c. Program Pensiun Setelah Berlakunya Undang-undang Dana Pensiun

Untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti telah

dikemukakan di atas, ditetapkanlah Undang-undang nomor 11

(40)

32

program pensiun. Undang-undang tersebut mengatur secara jelas, antara lain mengenai: status hukum bagi Dana Pensiun, pemupukan dana yang dilakukan dengan sistem pendanaan (Funding System), hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan program pensiun, seperti Pendiri, Pengurus, Dewan Pengawas dan Peserta. Dengan diakuinya kelembagaan Dana Pensiun sebagai badan hukum, memberikan jaminan kepastian penyelenggaraan program pensiun setelah berlakunya Undang-undang Dana Pensiun. Komitmen Undang-undang Dana Pensiun untuk menjadikan Dana Pensiun bebas dari praktik-praktik yang dapat merugikan kepentingan peserta, semakin memberikan jaminan kepastian penyelenggaraan program pensiun, dapat dilihat dari penjelasan Undang-undang Dana Pensiun yang menyebutkan sebagai berikut:

Undang-undang Dana Pensiun diharapkan membawa pertumbuhan Dana Pensiun di Indonesia secara lebih pesat, tertib dan sehat, sehingga membawa manfaat nyata bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

2. Ogan atau Alat Perlengkapan Dana Pensiun

Organ atau alat perlengkapan Dana Pensiun terdiri atas : a. Pendiri

Pendiri adalah organ atau alat perlengkapan organisasi yang

memegang kekuasaan tertinggi dalam Dana Pensiun dan

(41)

33

dewan pengawas atau pengurus. Undang-undang Dana Pensiun telah menetapkan secara terbatas pihak yang berwenang mendirikan Dana Pensiun, yaitu sebagai berikut :

1) Pendiri Dana Pensiun Pemberi Kerja adalah perorangan atau perusahaan berbentuk badan hukum.

2) Pendiri Dana Pensiun Lembaga Keuangan adalah bank atau perusahaan asuransi jiwa.

b. Dewan Pengawas

Dewan pengawas merupakan organ atau alat perlengkapan organisasi Dana Pensiun yang berfungsi melakukan pengawasan atas pengelolaan Dana Pensiun oleh pengurus. Dapat dikatakan bahwa tugas dewan pengawas kurang lebih adalah sama dengan tugas komisaris dalam perseroan terbatas.

c. Pengurus Dana Pensiun

Pengurus Dana Pensiun merupakan organ atau alat perlengkapan eksekutif Dana Pensiun yang bertugas mengelola jalannya Dana Pensiun dan berwenang mewakili Dana Pensiun di dalam dan di luar pengadilan. Pengurus wajib mengelola Dana Pensiun dalam mengutamakan kepentingan peserta dan pihak lain yang berhak atas manfaat pensiun.

Pada beberapa Dana Pensiun, jabatan pengurus sama dengan

istilah direksi. Istilah direksi dikenal dalam perseroan terbatas,

(42)

34

pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan baik di dalam maupn di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Pengurus bertanggung jawab atas pengelolaan Dana Pensiun dan pelaksanaan peraturan Dana Pensiun.

3. Asas-asas Dana Pensiun

Dalam penjelasan Undang-undang nomor 11 Tahun 1992 dikatakan bahwa Undang-undang tentang Dana Pensiun yang merupakan landasan hukum pembentukan Dana Pensiun dan penyelenggaraan program pensiun program pensiun memeliliki dan mengandung 5 asas pokok, yaitu:

a. Asas Keterpisahan Kekayaan ( Segregated Assets )

Keterpisahan kekayaan yang dimaksud oleh asas ini adalah

bahwa kekayaan yang dimiliki oleh Dana Pensiun diurus dan

dikelola secara terpisah dengan kekayaan yang dimiliki oleh

pemberi kerja. Hal ini dikarenakan status dana pensiun merupakan

suatu badan hukum tersendiri sehingga pengelolaannya harus

independen dari badan hukum pendirinya. Berdasarkan asas ini

kekayaan Dana Pensiun yang terutama berasal atau bersumber dari

iuran, terlindung dari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat

terjadi pada pendirinya.

(43)

35

b. Asas Sistem Pendanaan ( Funding System )

Asas ini menjadi acuan bagaimana pelaksanaan dan penyelenggaraan program pensiun dalam usahanya untuk memenuhi kewajiban pembayaran manfaat pensiun kepada peserta pada saat pensiun. Berdasarkan pada asas ini Dana Pensiun berusaha untuk melakukan pemupukan dana yang sumber utamanya berasal dari iuran, baik berasal dari pemberi kerja maupun peserta, dan hasil pengembangan atas investasi. Untuk terjaminnya pembayaran Manfaat Pensiun kepada peserta di masa yang akan datang, Dana Pensiun harus didanai mulai dari awal pembentukannya dan tidak dibenarkan lagi menggunakan sisem book reserve ( pembentukan cadangan dalam perusahaan ) atau sistem pay-as-you-go.

c. Asas Pembinaan dan Pengawasan ( Controlling )

Sesuai dengan pembentukan Dana Pensiun sebagai sarana untuk memberikan jaminan kelangsungan penghasilan bagi karyawan saat memasuki usia non-produktif, harus dihindarkan penggunaan kekayaan Dana Pensiun dari kepentingan-kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya maksud utama dari pemupukan dana yang dilakukan secara kontinyu tersebut.

Pembinaan dan pengawasan ini dalam pelaksanaannya dapat

berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

(44)

36

penyuluhan mengenai peraturan perundang-undangan dan Peraturan Dana Pensiun kepada semua pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan penyelenggaraan Dana Pensiun.

2) Mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan Dana Pensiun dengan melalui laporan-laporan yang disusun oleh pengurus, seperti laporan keuangan, informasi tentang kepesertaan dan lain-lain.

3) Membuat sistem pendanaan yang baik dan mengawasi pelaksanaan dari sistem tersebut.

4) Melakukan pemeriksaan terhadap Dana Pensiun yang dilakuka oleh Pemerintah, dalam hal ini diwakili oleh Biro Dana Pensiun, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan.

d. Asas Penundaan Manfaat ( Looking-in ),

Penyelenggaraan program pensiun dimaksudkan untuk

memenuhi pembayaran hak peserta berupa manfaat pensiun pada

saat peserta memasuki pensiun, agar tetap terjaga kesinambungan

atas penghasilannya. Seiring dengan asas penundaan manfaat ini,

pembayaran hak peserta diharuskan hanya dapat dilakukan setelah

peserta pensiun atau pada saat yang telah ditentukan dalam

Undang-undang tentang Dana Pensiun dengan cara pembayaran

berkala.

(45)

37

e. Asas Kebebasan/Sukarela ( Voluntary ).

Pembentukan Dana Pensiun bukanlah merupakan suatu keharusan bagi pemberi kerja. Oleh karenanya pemberi kerja memiliki hak untuk membentuk dana pensiun atau mengikutsertakan karyawannya di Dana Pensiun Lembaga Keuangan murni inisiatif dan prakarsa dari pemberi kerja itu sendiri. Keputusan di atas akan membawa konsekuensi pendanaan bagi program pensiun. Dengan demikian prakarsa tersebut harus berdasarkan kepada kemampuan keuangan pemberi kerja. Hal utama yang harus diingat oleh pemberi kerja adalah keputusan untuk menjanjikan manfaat pensiun merupakan komitmen yang membawa konsekuensi pembiayaan, bahkan dapat terjadi sampai pada saat Dana Pensiun dibubarkan.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penilitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari populasi (obyek) penelitian, sehingga penulis tidak perlu menerangkan saling hubungan (korelasi) atau pengaruh, dan juga tidak perlu menguji hipotesis.

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian secara deskriptif mengenai

(46)

38

investasi Dana Pensiun.

C. Variabel dan Pengukurannya

Variabel yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitiannya adalah variabel kebijakan pajak investasi Dana Pensiun (independent variables) dan variabel kondisi Dana Pensiun di Indonesia (dependent variable). Variabel-variabel tersebut dapat dibagi secara rinci sebagai berikut :

1. Variabel kebijakan pajak investasi 2. Variabel investasi

3. Variabel Dana Pensiun

4. Variabel Kondisi Dana Pensiun

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data berdasarkan : 1. Penelitian Kepustakaan (library research)

Yaitu penelitian terhadap teori dan konsep yang berhubungan

dengan materi yang akan dibahas. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dengan melakukan dokumentasi terhadap buku-buku,

literatur-literatur serta bahan bacaan lain yang relevan untuk dipelajari,

dikumpulkan kemudian mengambil hal-hal yang berhubungan dengan

teori dan data-data yang terkait dengan pokok permasalahan.

(47)

39

Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data mengenai informasi Dana Pensiun secara menyeluruh dari Departemen Keuangan sebagai Lembaga Pengawas dan Pembina Dana Pensiun di Indonesia. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan, laporan investasi, laporan pertumbuhan aktiva dan informasi lainnya yang terkait dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Dari data dan informasi yang telah di peroleh tersebut, akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan statistik deskriptif.

Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif.

Dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif, data-data

yang telah diperoleh akan dianalisis dan diolah lebih lanjut sehingga

menghasilkan informasi yang akan dituangkan dalam bentuk angka-angka,

persentase, frekuensi, rata-rata, proporsi, diagram maupun grafik agar

mudah dipahami.

(48)

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perkembangan Dana Pensiun di Indonesia

Di Indonesia, Dana Pensiun semakin berkembang sejak disahkannya Undang-undang nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Perkembangan Dana Pensiun dapat dilihat dari jumlah peserta dan kekayaan Dana Pensiun, investasi, iuran yang diperoleh serta manfaat pensiun yang dibayarkan.

Pengeluaran untuk biaya operasional juga merupakan indikator dalam perkembangan Dana Pensiun.

Tahun 2004 dan 2005 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi perkembangan Dana Pensiun. Meskipun aktiva bersih Dana Pensiun mengalami peningkatan dari Rp 57,8 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 63,9 triliun pada tahun 2005, pertumbuhan aktiva bersih pada dasarnya telah mengalami penurunan sejak tahun 2004. Pertumbuhan aktiva bersih sebesar 16,5% pada tahun 2004 menurun menjadi 9,74% pada tahun 2005.

Pertumbuhan aktiva bersih Dana Pensiun tersebut didorong oleh Dana

Pensiun yang selama ini telah beroperasi. Keikutsertaan baru dalam program

pensiun baik melalui pembentukan Dana Pensiun baru maupun melalui Dana

Pensiun lembaga keuangan masih sangat minim. Di sisi lain, jumlah Dana

Pensiun yang dibubarkan cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2004

bahkan terjadi pembubaran 17 Dana Pensiun yang merupakan jumlah

(49)

41 pembubaran Dana Pensiun terbesar dalam satu tahun sejak diperkenalkannya pelaksanaan program pensiun melalui Dana Pensiun.

1. Pertumbuhan Dana Pensiun

Sampai dengan akhir tahun 2005, sebanyak 395 Dana Pensiun telah memperoleh pengesahan Menteri Keuangan. Dana Pensiun dimaksud terdiri dari 309 DPPK-PPMP, 51 DPPK-PPIP, dan 35 DPLK. Dari jumlah tersebut, sampai dengan akhir tahun 2005, sebanyak 83 Dana Pensiun telah dinyatakan bubar. Tabel berikut menyajikan jumlah Dana Pensiun yang pernah mendapatkan pengesahan, jumlah Dana Pensiun yang telah memperoleh pengesahan pembubaran, jumlah Dana Pensiun yang beralih program dan jumlah Dana Pensiun yang masih menyelenggarakan programnya hingga akhir tahun 2005:

Tabel 4.1

Pertumbuhan Jumlah Dana Pensiun Tahun 2001-2005

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005

Dana Pensiun yang pernah disahkan

DPPK–PPMP 299 306 307 308 309

DPPK–PPIP 49 50 50 50 51

DPLK 31 34 34 35 35

Jumlah 379 390 391 393 395

Dana Pensiun yang dibubarkan

DPPK-PPMP 23 28 34 44 53

DPPK-PPIP 8 14 16 20 21

DPLK 4 5 5 8 9

Jumlah 35 47 55 72 83

Dana Pensiun yang beralih program

DPPK-PPMP ke DPPK-PPIP 1 1 2 2 6

Dana Pensiun aktif

DPPK-PPMP 275 277 271 262 250

DPPK-PPIP 42 37 36 32 36

DPLK 27 29 29 27 26

Jumlah 344 343 336 321 312

(50)

42 Pada tahun 2004 dan 2005, kecenderungan penurunan jumlah Dana Pensiun yang telah terjadi pada tiga tahun sebelumnya terus berlanjut, hal ini tercermin dengan semakin berkurangnya jumlah Dana Pensiun aktif.

Dalam kurun waktu tahun 2001-2005, jumlah Dana Pensiun yang dibubarkan lebih besar dari jumlah Dana Pensiun baru yang disahkan.

Kondisi tersebut menyebabkan jumlah Dana Pensiun aktif pada akhir tahun 2004 menurun menjadi 321 Dana Pensiun, dan pada akhir tahun 2005 jumlahnya menurun lagi menjadi 312 Dana Pensiun.

Terjadinya penurunan terhadap jumlah DPPK antara lain disebabkan oleh:

• Pemberi kerja mengalami kesulitan keuangan atau dibubarkan;

• Terjadinya penggabungan usaha pada pemberi kerja;

• Adanya keinginan peserta untuk membubarkan Dana Pensiun;

• Penyelenggaraan DPPK dialihkan kepada DPLK.

Grafik 4.1

Kegiatan Pengesahan, Pembubaran dan Pengalihan Program Dana Pensiun

11

1 2 2

5

12

8

17

11

1

4 4

2001 2002 2003 2004 2005

Pengesahan Baru Pembubaran Pengalihan Program

(51)

43 2. Pertumbuhan Jumlah Peserta Dana Pensiun

Pembubaran Dana Pensiun tidak serta merta berarti menurunnya jumlah karyawan dan atau individu yang ikut serta dalam program pensiun. Jika suatu Dana Pensiun bubar, Peserta yang belum berhak atas manfaat pensiun wajib dialihkan kepesertaannya pada Dana Pensiun lain.

Dengan demikian kepesertaan seseorang dalam program pensiun tidak seketika berhenti dengan dibubarkannya Dana Pensiun. Berhentinya seseorang dalam suatu program pensiun semata-mata hanya dapat dikaitkan dengan tercapainya usia tertentu (usia pensiun), meninggal dunia, atau cacat.

Berikut disajikan pertumbuhan jumlah peserta aktif Dana Pensiun

selama periode tahun 2001–2005. Yang dimaksud dengan peserta aktif

Dana Pensiun adalah peserta Dana Pensiun yang masih aktif bekerja pada

pemberi kerja atau peserta yang mengiur untuk dan atas namanya sendiri

(peserta mandiri pada DPLK). Pensiunan, penerima manfaat pensiun

(janda/duda/anak), dan peserta yang berhak atas manfaat pensiun ditunda

tidak masuk dalam kategori peserta aktif di atas. Jumlah peserta aktif Dana

Pensiun akan bertambah dengan masuknya seseorang menjadi peserta aktif

Dana Pensiun, dan akan berkurang jika peserta tersebut telah mencapai

usia pensiun, peserta berhak atas pensiun ditunda, meninggal dunia, atau

cacat .

(52)

44 Tabel 4.2

Pertumbuhan Jumlah Peserta Aktif Dana Pensiun

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005

(1) Peserta DPPK 1.087.271 1.090.379 1.082.774 1.058.571 959.300

(2) Peserta DPLK

i. Peserta mandiri 172.609 218.963 261.636 295.223 326.079 ii. Peserta kelompok 283.127 377.426 412.213 502.332 526.741 Total peserta DPLK 455.736 596.389 673.849 797.555 852.820 Total 1.543.007 1.686.768 1.756.623 1.856.126 1.812.120

Sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di atas, pertumbuhan rata- rata jumlah peserta Dana Pensiun selama lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan meningkat. Meskipun pada tahun 2005 sempat terjadi penurunan sebanyak 44.006 orang peserta atau berkurang 2,37% dari jumlah peserta tahun sebelumnya, namun secara rata-rata jumlah peserta Dana Pensiun meningkat sebesar 4,19% per tahun.

Dilihat dari tabel di atas, peserta DPPK cenderung mengalami

penurunan rata-rata sebesar 3,01% per tahun. Di sisi sebaliknya, jumlah

peserta DPLK menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Dalam lima

tahun terakhir, pertumbuhan rata-rata jumlah peserta DPLK per tahun

adalah sebesar 17,28%. Hal ini mengakibatkan jumlah peserta DPLK pada

tahun 2005 hampir mencapai dua kali lipat dari jumlah peserta DPLK pada

tahun 2001. Perubahan yang terjadi dalam komposisi peserta Dana

Pensiun di atas nampaknya terkait dengan meningkatnya jumlah DPPK

yang dibubarkan. Pada DPPK yang bubar sebagian pesertanya berpindah

menjadi peserta DPLK .

(53)

45 3. Pertumbuhan Aktiva Bersih Dana Pensiun

Pertumbuhan asset yang dinilai berdasarkan aktiva bersih Dana Pensiun (seluruh aktiva Dana Pensiun tidak termasuk piutang jasa lalu yang belum jatuh tempo, dikurangi dengan seluruh kewajiban kecuali kewajiban aktuaria) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada akhir tahun 2004, jumlah aktiva bersih Dana Pensiun mencapai Rp 57.828 milyar atau meningkat 16,50% dari jumlah aktiva bersih tahun 2003.

Sedangkan pada akhir tahun 2005 tercatat sebesar Rp 63.973 milyar atau meningkat 10,63% dibandingkan dengan tahun 2004. Pertumbuhan pada tahun 2005 tersebut merupakan merupakan angka pertumbuhan yang terendah selama periode tahun 2001-2005 sebagaimana terlihat pada grafik berikut ini:

Grafik 4.2

Aktiva Bersih Dana Pensiun (dalam milyar rupiah)

63.973 57.828

34.909 41.206

49.637

16,5%

10,7%

16,3% 18,0% 20,5%

2001 2002 2003 2004 2005

Aktiva Bersih Tingkat Pertumbuhan Aktiva Bersih

Apabila dilihat dari komponen-komponen yang mempengaruhi

pertumbuhan aktiva bersih, maka menurunnya angka pertumbuhan aktiva

bersih pada tahun 2004 diduga disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan

iuran. Pada tahun 2004, tercatat bahwa pertumbuhan iuran mencapai

Referensi

Dokumen terkait

Sistem proteksi disebut juga sebagai alat pengaman adalah suatu alat yang berfungsi melindungi atau mengamankan suatu sistem penyaluran tenaga listrik dengan

Berdasarkan hasil analisis SPSS 16, dapat diketahui bahwa: 1) dalam indikator pertama kompetensi profesional, dari 60 guru tersertifikasi, sembilan orang berada

Kekuatan dan keunikan organisasi yang sehat adalah mempunyai cara untuk menjadikan organisasi atau perusahaannya menjadi lebih sehat, lebih mampu menghadapi

penggalangan untuk melakukan pencegahan tindak pidana guna Adapun tugas Asisten Intelijen yaitu :.. mendukung penegakan hukum baik preventif maupun represif di bidang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel komunikasi atasan bawahan, hubungan interpersonal dan kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja

Penggunaan telur dalam pembuatan kue kering hanya dibutuhkan bagian kuningnya saja karena kuning telur membuat kue kering lebih renyah, empuk dan menambah warna pada kue kering,

peoples’ social attitudes and s ocial behavior, this will certainly vulnerable with the cause of social conflicts. In other aspect. The problems also arise in the

auf allen anderen behandelten, sehr heterogenen PC’s (2.) gab und gibt es bis jetzt keine Probleme mit nach der Installation nicht oder fehlerhaft laufenden Programmen..