• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam dan penghasil barang tambang. Dan kualitas dari barang tambang Indonesia sudah diakuinya dunia. Barang tambang yang dihasilkan juga bisa dijadikan sebagai sumber energi. Energi adalah kebutuhan primer manusia yang menjadi penggerak utama aktivitas hidup dan roda ekonomi negara. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan populasi manusia dengan berbagai aktivitas merupakan faktor utama penyebab naiknya kebutuhan terhadap energi di segala aspek. Semakin tinggi kebutuhan energi berbanding terbalik dengan sumber daya energi yang mengalami krisis tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia meningkat pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk mengakibatkan meningkatnya konsumsi energi perkapita.

Sejak tahun 2005 tercatat pertumbuhan konsumsi energi meningkat hingga 6 -7 % per tahun.

Peningkatan akan kebutuhan energi menuntut ketersediaan pasokan energi jangka panjang secara berkesinambungan, terintegrasi dan ramah lingkungan.

Menurut data dari Kementrian ESDM, potensi sumber daya dan cadangan mineral metalik Indonesia tersebar di 437 lokasi. Sejak tahun 1885 pencarian sumber minyak bumi mulai dilakukan dan mencapai puncaknya ditahun 1966. Dimana

(2)

Indonesia memulai era massive oil exploration atau eksplorasi minyak besar- besaran. Pada saat itu pemerintah Indonesia memperkenalkan konsep production sharing contract yang mampu menarik banyak investor asing.

Kejayaan industri migas di Indonesia terjadi pada tahun 1977 dengan pencapaian produksi hingga 1,69 juta barel minyak per hari. Sedangkan kebutuhan minyak dalam negeri hanya sekitar 250.000 barel. Hal ini mampu membuat Indonesia menjadi pengekspor minyak. Sejak tahun 2004, masa kejayaan industri migas Indonesia telah berakhir. Menurut data dari Kementrian ESDM, kebutuhan minyak dan gas berkisar 2,2 juta barrel perhari dimana 1,4 juta barrel diantaranya adalah kebutuhan terhadap minyak bumi, sementara produksi minyak Indonesia hanya berkisar 900.000 barrel perhari.

Indonesia kekurangan 500.000 barrel minyak per hari dan Hal ini yang menyebakan Indonesia menjadi Negara eksportir minyak sejak tahun 2008(Sudirman Said: 2015). Akibat tingginya konsumsi yang tidak dibarengi dengan produksi yang ada. Indonesia akan terus menjadi net importir jika tidak dilakukan langkah - langkah untuk mendapatkan cadangan minyak baru. 60%

kebutuhan BBM nasional masih impor dan semakin besar impor maka akan semakin besar ketergantungan Indonesia terhadap harga BBM dunia.

Selain minyak dan gas bumi, batubara juga merupakan sektor pertambangan yang dimiliki Indonesia. Batubara Indonesia memiliki kadar abu dan sulfur yang rendah sehingga ramah lingkungan. Dan hal ini membuat batubara Indonesia semakin kompetitf di pasar dunia, ditengah kesadaran lingkungan yang makin meningkat. Industri batubara berkembang baik selama

(3)

ditopang oleh kebijakan pemerintah yang memperkenalkan investasi asing secara agresif. Terdapat kenaikan yang sangat signifikan dimana 15 tahun yang lalu produksi hanya 31 juta ton dan saat ini meningkat hingga 8 kali lipat pada tahun 2010 menjadi 256 juta ton.

Volume ekspor batubara terus meningkat, ekspor batubara tahun 2010 mencapai angka 198 juta ton membuat Indonesia menjadi salah satu negara eksportir batubara. Dari yang sebelumnya negara eksportir minyak sekarang importir minyak. Sejalan dengan ekspor yang semakin meningkat, konsumsi batubara didalam negri juga mengalami peningktan. Tahun 2003 konsumsi terhadap batubara sebesar 30,7 juta ton, tahun 2007 sekita 49 juta ton dan tahun 2008 menjadi 50 juta ton. Tahun 2007 71,8% konsumsi batubara diserap oleh sektor kelistrikan (PLTU) (sumber : www.esdm.com)

Selama tahun 2008 – 2012, peningkatan volume ekspor batubara juga sejalan dengan kenaikan harga jual di pasar Internasional. Namun tahun 2012 harga batubara mengalami penurunan. Turunnya harga batubara hinggga mencapai level US$ 84.15 per ton atau turun 31% pada awal tahun 2012 dan terus menurun sampai akhir tahun 2014 membuat perusahaan-perusahaan batubara menderita kerugian. Rendahnya harga batubara saat itu tidak mampu untuk menutupi biaya operasional perusahaan. Kerugian terjadi akibat biaya operasional yang tingi dan tidak dapat menyesuaikan dengan harga jual batubara. Hal ini dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Yakni apabila perusahaan tidak dapat bertahan dalam keadaaan harga jual batubara yang terus mengalami penurunan,

(4)

serta kenaikan harga bahan bakar industri, perusahaan akan mengalami kerugian dan pada akhirnya mengalami financial distress.

Sebenarnya potensi sumber daya seperti minyak,gas bumi,batubara, mineral ataupun barang tambang lainnya di Indonesia masih cukup besar. Dan sangat potensial untuk dikembangkan namun belum dieksplorasi secara intensif.

Tetapi untuk dapat mengetahui potensi tersebut diperlukan biaya yang mahal, waktu yang memadai,efisiensi yang maksimal serta expertise dari sumber daya manusia terbaik. Di Indonesia krisis energi sangat besar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang kurang tepat di bidang energi. Kebijakan energi nasional selama ini belum mendorong percepatan kemandirian dan ketahanan energi bangsa.

Belum lagi liberalisasi energi yang semakin mengancam ketahanan energi nasional. Tata kelola energi saat ini sangat bergantung modal dari pihak asing sehingga menyebabkan posisi asing semakin kuat dalam proses penguasaan dan eksploitasi sumber-sumber energi di Indonesia. Bahkan liberalisasi energi disahkan sendiri oleh pemerintah melalui UU nomor 4 tahun 2009 tentang mineral dan batubara dan UU nomor 22 tahun 2001 tentang migas. Bukti paling nyata dari kekuasaan asing tersebut adalah banyaknya sumber energi yang dikuasai oleh perusahaan asing. Berdasarkan data dari Indonesian Resources Studies, Pertamina diketahui hanya memproduksi sebesar 15% dari total produksi migas dan 85 % sisanya diproduksi oleh asing.

Cukup ironis Pertamina sebagai badan usaha Negara tidak lagi memegang kendali monopoli perdagangan migas. Dengan dikuasainya produksi ke tangan

(5)

asing , maka praktis keuntungan dari eksploitasi sumber -sumber energi di bumi Indonesia mengalir ke kantong-kantong asing. Bukan hanya Pertamina tapi perusahaan pertambangan lainnya juga sudah banyak dikuasai asing. Dapat disimpulkan bahwa kekayaan energi di tanah sendiri tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini membuat kinerja perusahaan berkurang. Penilaian kinerja dimaksud untuk menilai keberhasilan suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.

Penilaian kinerja perusahaan bisa dilihat dari rasio keuangan yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keungan dengan pos lainnya mempunyai hubungan yang relevan dan signikan atau berarti (Harahap, 2007:297) dalam (Wulandari, 2010). Oleh karenanya perusahaan memerlukan suatu analisa untuk mengetahui sehat atau tidak sehat kondisi dalam perusahaan tersebut. Ada beberapa metode analisis yang dapat dipakai untuk memprediksi kondisi kesehatan keuangan dari suatu perusahaan. Tiga metode analisis kebangkrutan yang popular digunakan dan dianggap paling mendekati keakuratannya adalah analisa metode Z-Score Altman, analisa metode Springate dan analisa metode Zmijweski.

Analisa metode Z-Score dikembangkan oleh Edward Altman, seorang professor of Finance dari New York University School of Business pada tahun 1968. Analisa metode Springate dikembangkan oleh Gordon L.V Springate pada tahun 1978. Analisa metode Springate dikenal juga dengan nama metode S-Score.

Analisa Zmijweski dikembangkan tahun 1984. Analisa Zmijweski ini menggunakan rasio leverage dan likuidaitas dalam perhitungannya. Analisa ini

(6)

diterapkan pada 75 perusahaan yang telah bangkrut serta 3573 perusahaan sehat selama tahun 1972 sampai dengan 1978 untuk dijadikan sampel.

Beberapa penelitian terkait analisa kebangkrutan metode Z-Score, Springate dan Zmijweski sudah pernah dilakukan dan hasilnya juga berbeda- beda.

Menurut penelitian Wijaya (2014) dan Rindu (2011) analisa Z-Score bisa digunakan untuk memprediksi kebangkrutan. Lili dan Trisnadi (2014) menyatakan bahwa metode Zmijweski merupakan metode yang paling tinggi akurasinya.

Menurut penelitian Komang Devi (2014) dan Ida/Santoso (2011) hasil penelitian ketiga metode tersebut berbeda dan diharapkan perusahaan dapat menjadikan hasil penelitian sebagai bahan pembelajaran. Berdasarkan pemikiran diatas, penulis mengasumsikan bahwa berkurangnya cadangan minyak dan gas, dan barang tambang lainnya serta menurunnya harga batubara akan berpengaruh pada profibilitas perusahaan. Kebangkrutan merupakan masalah yang meresahkan bagi setiap perusahaan, karena masalah ini dapat terjadi pada saat yang tidak diduga.

Diperlukan suatu early warning system yang dapat memprediksi kebangkrutan. Masalah memprediksi kebangkrutan sudah lama dianalisa oleh kalangan akademisi. Dasar dalam mendiagnosa kebangkrutan adalah memonitor dan menguji kondisi finansial perusahaan. Tujuan utamanya menemukan sinyal awal kebangkrutan dan membangun usaha untuk menghindari terjadinya kebangkrutan. Penyebab kebangkrutan dapat berasal dari faktor internal dan eksternal.

(7)

Krisis ekonomi global seperti saat ini bisa menimbulkan faktor kebangkrutan sebuah perusahaan. Adapun faktor penyebabnya yakni dari faktor internal dan eksternal. Dari faktor eksternal yaitu inflasi, sistem pajak dan hukum, depresiasi mata uang asing, dan alasan lainnya. Faktor internal antara lain kurangnya pengalaman manajemen, kurangnya pengetahuan dalam mempergunakan asset dan liabilities secara efektif. Dengan menganalisa laporan keuangan perusahaan, menganalisa dinamika dan trend rasio keuangan dan tingkat persaingan, maka kita dapat mengamati sinyal awal kebangkrutan.

Prediksi kebangkrutan ini sangat penting bagi: manajemen perusahaan, kreditor dan investor, dan pemerintah. Kebangkrutan berhubungan dengan biaya dan risiko yang besar. Atas dasar alasan-alasan tersebut maka timbul banyak model untuk memforecast dan memprediksi kebangkrutan. Metode untuk memprediksikan kebangrutan sudah ada sejak akhir perang dunia kedua di Amerika Serikat yang menyebabkan banyak kebangkrutan perusahaan.

Awal tahun 1960 eksperimen pertama untuk menemukan model prediksi kebangkrutan dimulai. Model ini terus mengalami perkembangan sejalan dengan berkembangnya information technology pada tahun 1980. Banyak model yang dapat dipakai untuk memprediksi kebangkrutan. Menurut Nedzveckas, et al.

(2003), dari keseluruhan model tersebut dapat dibagi menjadi 2 kategori (1) model yang mempergunakan indikator financial, yang berdasarkan informasi dari neraca dan laporan keuangan, (2) model dengan metoda yang lebih sederhana, yaitu dengan menggunakan benchmark indikator keuangan pada perusahaan bangkrut dan perusahaan tidak bangkrut.

(8)

Model pertama dipercaya lebih efisien dan tepat, tetapi memiliki kelemahan sebagai berikut: (1) perusahaan yang buruk secara financial, biasanya menunda publikasi laporan keuangannya dan menghasilkan informasi yang kurang transparan. (2) dalam laporan yang diplubikasikan-pun biasanya terdapat informasi yang disembunyikan. Selama bertahun-tahun, banyak penelitian telah dilakukan dalam membangun model Multi Discriminant Analysis (MDA Model). MDA model merupakan metode yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan suatu fungsi diskriminan yang terdiri dari sejumlah rasio keuangan yang dikenal juga dengan istilah Z-Score.

Penelitian tentang MDA model antaralain dilakukan oleh Altman (1968,1980), Marais (1980), Taffler (1982, 1984), Koh and Killough (1990) and C.Y. Shirata (1998). Menurut Letza, et al. (2003), Model Z-SCORE Altman merupakan model yang memelopori model multi discriminant analysis dan telah digunakan secara luas di seluruh dunia. Z-SCORE dibangun pertama kali pada tahun 1968 oleh Edward Altman, seorang a financial economist dan profesor pada New York University's Stern School of Business. Formula Z- SCORE merupakan multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan financial suatu perusahaan dan merupakan alat yang kuat untuk mendiagnosa kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan dalam dua tahun sebelumnya.

Banyak studi telah dilakukan untuk menguji keefektifan Z-Score, dan model ini terbukti akurat untuk memprediksi kebangkrutan (dengan tingkat reliabilitas 70-80%). Z-Score yang merupakan MDA model ini telah

(9)

dikembangkan oleh Altman sehingga pada perkembangannya terakhir, analisa model ini terbagi menjadi 3 sesuai kategori jenis perusahaan, yakni: (1) Original Z-Score, suatu analisa Z-Score untuk perusahaan public manufacturer, (2) Model A Z-Score, suatu analisa Z-Score untuk private manufacurer, dan (3) Model B Z- Score, suatu analisa Z-Score untuk private general firm. Banyak penelitian telah dilakukan untuk membuktikan keakuratan model Altman dalam memprediksi kebangkrutan pada berbagai jenis perusahaan dan berbagai daerah secara luas, selama bertahun-tahun.

Altmanpun telah mengembangkan modelnya agar dapat digunakan dan diterapkan sesuai spesifikasi perusahaan. Selain analisa diskriminan Altman, masih banyak jenis model yang telah digunakan peneliti –peneliti sebelumnya memprediksi keadaan Financial distress suatu perusahaan. Misalnya saja Model Zmijweski, model Springate, model ohlson, model fulmer, model CA-Score dan lain sebagainya. Namun alat analisa kebangkrutan yang banyak digunakan yaitu analisa Z-Score model Altman, model Springate, dan model Zmijweski.

Diketahuinya metode untuk prediksi kebangkrutan tersebut, diharapkan manajemen dan investor atau calon investor bisa menganalisa kesehatan perusahaannya. Terdapat perbedaan tingkat akurasi dari ketiga model analisa potensi kebangkrutan. Sehingga muncul rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, apakah terdapat perbedaan potensi kebangkrutan pada sektor pertambangan yang terdaftar di BEI dengan metode Z-Score model Altman, model Springate, dan model Zmijweski?

(10)

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan bahwa menurunya sumber daya minyak dan gas bumi serta barang tambang lainnya serta menurunnya harga batubara. Dan pembahasan menganai tiga metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan. Maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai tingkat kebangkrutan yang dimiliki suatu perusahaan dengan metode tersebut khusunya pada sektor pertambangan dengan judul

“KOMPARASI METODE Z-SCORE ALTMAN, SPRINGATE DAN ZMIJWESKI DALAM MENILAI POTENSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI (2012 - 2014)”.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah tingkat kebangkrutan pada perusahaan pertambagan akibat menurunnya cadangan sumber daya alam. Dan mahalnya biaya untuk eksplorasi secara intensif sumber daya energy (barang tambang) didaerah terpencil. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dirumuskan beberapa masalah yaitu:

1. Bagaimanakah hasil dari perhitungan analisa Altman Z Score, Springate (S-Score) dan Zmijweski terhadap perusahan petambangan yang terdaftar di BURSA EFEK INDONESI (BEI).

2. Bagaimanakah hasil dari perhitungan komprasi analisa Altman Z Score, Springate (S-Score) dan Zmijweski terhadap perusahan petambangan yang terdaftar di BURSA EFEK INDONESI (BEI).

(11)

3. Manakah dari ketiga metode tersebut yang paling akurat dalam memprediksi kebangkrutan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk tujuan-tujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui hasil perhitungan analisa Altaman Z Score, Springate (S-Score) dan Zmijewski pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 – 2014.

b. Untuk mengetahui hasil dari perhitungan Komparasi analisa Altman Z Score, Springate (S-Score) dan Zmijweski terhadap perusahan petambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 – 2014.

c. Untuk mengetahui metode yang paling akurat dalam memprediksi kebangkrutan.

Kontribusi Penelitian 1. Bagi Penulis

Penelitian mengenai “Komparasi Metode Z-SCORE Altman, SPRINGATE Dan Zmijweski Dalam Menilai Potensi Kebangkrutan Pada Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI (2012 - 2014) diharapkan bisa menambah pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya analisa kebangkrutan dan metode yang lebih efektif dalam memprediksi

(12)

2. Bagi Perusahaan (Sektor Pertambangan)

Diharapkan penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam hal mengetahui kondisi kesehatan perusahaan, menilai dan menjaga atau memperbaiki kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang dengan adanya informasi yang dihasilkan dari analisa tentang tingkat kebangkrutan selama periode tahun 2012 - 2014.

3. Akademik

Untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam menganalisa suatu tingkat kebangkrutan.

4. Bagi Pengguna Laporan Keuangan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan terutama untuk masyarakat (calon investor), dan kreditor.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keparahan korban kecelakaan lalu lintas yang terbagi menjadi tiga kategori, yaitu meninggal dunia, luka berat, dan luka

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Penelitian ini membahas mengenai manfaat hasil belajar pencapan kasa datar sebagai kesiapan menjadi operator screen printing, dengan membatasi penelitian pada

Memproduksi sistem merupakan tahap dimana iklan yang telah dirancang diwujudkan secara nyata dalam sebuah video. Pada tahap ini pembuatan desain grafis yang mendukung

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap Salmonella Thypi dan Escherichia

Achsan Isa Al Anshori Kalimalang Malam achsan@staff.gunadarma.ac.id 1ID13 Maria Chrisnatalia Karawaci maria_c@staff.gunadarma.ac.id 1KA01 Ety Sutanty Depok

Dari pengamatan yang telah penulis lakukan berdasarkan hasil observasi langsung dengan Reservation Agent penulis telah memberi kesimpulan bahwa penanganan pemesanan kamar

Lelang jabatan atau seleksi dan promosi jabatan publik secara terbuka merupakan suatu sistem mekanisme yang dilakukan dalam mengimplementasikan pengangkatan pegawai