• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK DALAM OPERASI PENJUMLAHAN MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (ALAT PERMAINAN ABACUS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK DALAM OPERASI PENJUMLAHAN MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (ALAT PERMAINAN ABACUS)."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK DALAM OPERASI PENJUMLAHAN MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN

EDUKATIF (ALAT PERMAINAN ABACUS)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek Tahun Ajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

Ranti Noviyani

0902960

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

(2)

Meningkatkan Kemampuan Anak

dalam Operasi Penjumlahan Melalui

Penggunaan Alat Permainan

Edukatif (Alat Permainan Abacus)

Oleh Ranti Noviyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ranti Noviyani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)
(4)
(5)

4ABSTRAK

Meningkatkan Kemampuan Anak Dalam Operasi Penjumlahan Melalui Penggunaan Alat Permainan Edukatif (Alat Permainan Abacus)

Oleh: Ranti Noviyani 0902960

Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya kemampuan anak dalam operasi penjumlahan pada kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 13. Ditemukan permasalahannya yaitu banyak anak kelompok B yang belum mampu melakukan operasi penjumlahan yang hasilnya sampai 10, dan masih ada beberapa anak yang masih kesulitan dalam menghitung hasil penjumlahan. Hal ini disebabkan karena kurangnya penggunaan benda-benda konkret dalam pembelajaran operasi penjumlahan. Guru kurang kreatif dalam memfasilitasi kegiatan belajar anak yang dapat meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan. Terdapat rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Bagaimana kondisi obyektif kemampuan anak dalam operasi penjumlahan di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek pada kelompok B? (2) Bagaimana implementasi penggunaan alat permainan Abacus untuk meningkatan kemampuan operasi penjumlahan pada anak di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek pada kelompok B? (3) Bagaimana peningkatan kemampuan operasi penjumlahan pada anak setelah penerapan alat permainan Abacus di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek pada kelompok B?. Tujuan secara umum penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai penggunaan alat permainan Abacus dalam meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan,tindakan, observasi, dan refleksi. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 13 sebanyak 14 anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemampuan anak dalam operasi penjumlahan mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan dalam setiap siklusnya. Anak dapat menyebutkan dan menghitung hasil operasi penjumlahan yang hasilnya sampai 10. Anak juga dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan. Rekomendasi bagi guru dan peneliti selanjutnya dapat menggunakan alat permainan Abacus sesuai dengan rancangan yang disarankan, karena lebih mudah dieksplorasi oleh anak .

(6)

ABSTRACT

Improving Children’s Capability in Additional Operations Using Educative

Games Instrument (Abacus)

Oleh: Ranti Noviyani 0902960

This research is motivated by the lack of children’s capability in doing additional

operations especially the children from Group B at TK Kemala Bhayangkari 13. There are some children in Group B who have not been able to count the additional operations until the result of 10 and there are also some children who have been experienced difficulty in adding the numbers. It is because the lack of using concrete instruments in learning the additional operations. The teacher is not

creative enough to facilitate the children’s learning activities which can improve

their capability in the additional operations. There are some questions underlying

this research: 1) How is the objective condition of the children’s capability,

especially Group B at TK Kemala Bhayangkaro 13, in doing the additional operations? 2) How is the implementation in using Abacus to improve the

children’s capability of additional operations? 3) How is the progress of the

children’s capability after the implementation of Abacus? Moreover, the purpose

of this research is to acquire the representation about the use of Abacus in

increasing the children’s capability in the additional operations. The method used in this research is the method of class actions includes the planning, action, observation, and reflection. In addition, data are taken from 14 children of Group B at TK Kemala Bhayangkari 13. The data are analyzed through the observation,

investigation, and documentation. The children’s capability in doing the

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR DIAGRAM ...x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...7

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ...8

E. Struktur Organisasi ...8

BAB II KAJIAN TEORI ...9

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ...9

1. Hakikat Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ...9

2. Tahapan-tahapan Perkembangan Kognitif ...10

3. Tujuan Pengembangan Kognitif ...11

(8)

2. Konsep Operasi Penjumlahan Untuk Anak Usia Dini ...13

3. Standar Operasi Penjumlahan Untuk Anak Usia Dini ...14

4. Peran Guru dalam Pembelajaran Operasi Penjumlahan untuk Anak Usia Dini ...18

C. Konsep Bermain dan Permainan ...20

1. Hakikat Bermain dan Permainan ...20

2. Karakteristik Bermain ...21

3. Tahapan Bermain ...23

4. Fungsi Bermain ...24

5. Jenis Permainan ...25

6. Alat Permainan ...26

D. Alat Permainan Abacus ...27

1. Hakikat Alat Permainan Edukatif Sebagai Sumber Belajar ...27

2. Jenis Alat Permainan Edukatif Sebagai Sumber Belajar ...28

3. Pentingnya Alat Permainan Edukatif Sebagai Sumber Belajar...29

4. Alat Permainan Abacus ...30

E. Penelitian yang Relevan ...35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...37

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...37

B. Desain Penelitian ...37

C. Metode Penelitian ...41

D. Definisi Operasional ...42

(9)

vii

1. Profil TK Kemala Bhayangkari 13 ...51

2. Kegiatan Pengembangan Kemampuan Operasi Penjumlahan di TK Kemala Bhayangkari 13 ...52

3. Kondisi Objektif Kemampuan Anak dalam Operasi Penjumlahan Kelompok B di TK Kemala Bhayngkari 13 ...53

4. Tahap Implementasi Kegiatan ...59

a. Siklus I ...59

b. Siklus II ...73

B. Pembahasan ...87

1. Kondisi Objektif Kemampuan Anak dalam Operasi Penjumlahan Pada Anak Kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 13 ...87

2. Implementasi Alat Permainan Abacus ntuk Meningkatkan Kemampuan Anak dalam Operasi Penjumlahan...89

3. Peningkatan Kemampuan Anak dalam Operasi Penjumlahan Melalui Penggunaan Alat Permainan Abacus ...92

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...96

A. Simpulan ...96

B. Rekomendasi ...97

DAFTAR PUSTAKA ...99

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Prinsip dan Standar Pembelajaran Matematika pada Standar Bilangan dan Operasi Bilangan untuk Anak Usia Dini

menurut NCTM ...15 Tabel 2.2 Standar Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kompetensi

Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal ...16 Tabel 2.3 Pengembangan Konsep Bilangan, Lambang Bilangan, dan

Huruf pada Anak Usia 5- ≤ 6 Tahun Berdasarkan Peraturan

Menteri 58 ...16 Tabel 3.1 Format Kisi-kisi Instrumen Meningkatkan Kemampuan

Anak dalam Operasi Penjumlahan Melalui Penggunaan Alat Permainan Abacus ...43 Tabel 3.2 Format Pedoman Observasi Kemampuan Operasi

Penjumlahan pada Anak TK Kemala Bhayangkari 13 ...46 Tabel 3.3 Daftar Cek List Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam

(11)

ix

Tabel 4.3 Hasil Observasi Kemampuan Operasi Penjumlahan

Sebelum Diberi Tindakan (Pra-siklus) ...56

Tabel 4.4 Presentase Kemampuan Operasi Penjumlahan Sebelum Diberi Tindakan (Pra-siklus) ...58 Tabel 4.5 Perencanaan Siklus I (Tindakan I dan Tindakan II)

Meningkatkan Kemampuan Anak dalam Operasi Penjumlahan Melalui Penggunaan Alat Permainan Abacus ...61 Tabel 4.6 Hasil Observasi Kemampuan Operasi Penjumlahan

Siklus I (Tindakan I dan Tindakan II) ...69 Tabel 4.7 Presentase Kemampuan Operasi Penjumlahan

Siklus I (Tindakan I dan Tindakan II) ...70 Tabel 4.8 Perencanaan Siklus II (Tindakan I dan Tindakan II)

Meningkatkan Kemampuan Anak dalam Operasi Penjumlahan Melalui Penggunaan Alat Permainan Abacus ...74 Tabel 4.9 Hasil Observasi Siklus II (Tindakan I dan Tindakan II)

Meningkatkan Kemampuan Anak dalam Operasi

Penjumlahan Melalui Penggunaan Alat Permainan Abacus ...82 Tabel 4.10 Presentase Kemampuan Operasi Penjumlahan

(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Kemampuan Operasi Penjumlahan Sebelum Diberi

Tindakan (Pra-siklus) ...58 Diagram 4.2 Kemampuan Operasi Penjumlahan Pada Silus I ...70 Diagram 4.3 Kemampuan Operasi Penjumlahan Pada Siklus II ...84 Diagram 4.4 Peningkatan Keseluruhan Kemampuan Anak dalam

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat Permainan Abacus ...32

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ...38

Gambar 4.1 Alat Permainan Abacus Pada Siklus I ...60

Gambar 4.2 Alat Permainan Abacus Pada Siklus II ...74

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RKH (Rencana Kegiatan Harian) ...102

Lampiran 2 Format Lembar Observasi ...111

Lampiran 3 Pedoman Wawancara, Observasi Aktivitas Guru, dan Catatan Lapangan ...120

Lampiran 4 Hasil Penelitian ...131

Lampiran 5 Dokumentasi ...138

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk program pendidikan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Solehuddin (2000: 5) pentingnya menyelenggarakan pendidikan anak usia prasekolah secara professional yaitu agar mampu melahirkan generasi tangguh dan siap menghadapi kehidupan yang semakin kompetitif di masa mendatang.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa:

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu perrumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki rentang usia empat sampai enam tahun. Salah satu tujuan pendidikan TK (Djoehaeni, 2008:2) yaitu mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan. Lingkungan bermain tersebut dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Taman Kanak-kanak mengarahkan anak berdasarkan ruang lingkup kurikulum yang meliputi aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, berbahasa, fisik-motorik, dan kemampuan kognitif.

(16)
(17)

3

menyatakan bahwa terdapat hubungan erat antara pembelajaran matematika dengan kecerdasan logika karena secara tidak langsung matematika telah mengajarkan anak untuk mengembangkan pola pikir rasional.

Hariwijaya & Sukaca (2009: 75) menjelaskan bahwa anak pada usia 5-6 tahun belum bisa berpikir secara abstrak dan masih berpikir secara konkret, serta menjelaskan konsep sebagai berikut:

Misalnya saja kita mengajari anak penjumlahan 1 + 2. Anak dapat diberi penjelasan dengan alat peraga lidi. Anak disuruh mengambil satu lidi kemudian ditambahkan lagi satu lidi. Setelah itu anak diberi pengertian bahwa jika ada satu lidi ditambahkan dua lidi maka lidi tersebut akan berjumlah tiga batang. Dengan pengoperasian seperti ini akan menjadikan anak lebih memahami konsep matematika secara konkret sesuai dengan perkembangan usianya.

Konsep matematika dalam operasi penjumlahan dapat diberikan pada anak dengan cara menghadirkan benda-benda konkret untuk mengembangkan kemampuan matematikanya. Pembelajaran matematika yang diberikan oleh guru dapat melalui penggunaan berbagai media permainan yang dapat memungkinkan anak terlibat langsung dalam kegiatan individual, kelompok, maupun secara klasikal. Salah satu prinsip matematika sekolah (Wijaya, 2012:11) yang dirumuskan oleh NCTM (The National Council of Teacher of Mathematics), yaitu prinsip pembelajaran dimana siswa harus mempelajari matematika melalui pemahaman serta secara aktif membangun pengetahuan baru.

(18)

menyediakan media berupa cangkang kerang. Anak mengambil sejumlah cangkang kerang sesuai dengan angka yang terdapat pada setiap soal penjumlahan, setelah itu anak menghitung hasil penambahan dari kerang-kerang tersebut.

Keterbatasan media pembelajaran yang digunakan berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajaran matematika. Hal ini menyebabkan kurang tertariknya minat anak terhadap pembelajaran, karena anak merasa bosan dan terlihat tidak antusias dengan kegiatan yang diberikan oleh guru. Selain itu, anak kurang fokus dalam mengerjakan soal-soal matematika, sehingga ada anak yang lebih banyak mengobrol dengan temannya, ada anak yang tidak dapat mengerjakan tugasnya sampai selesai, ada juga anak yang kebingungan tidak mengerti dan sering bertanya kepada guru.

Pembelajaran matematika di kelas menekankan pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru memberi penugasan kepada anak untuk mengerjakan soal-soal yang terdapat pada majalah atau lembar kerja anak. Sriningsih (2009: 2) menjelaskan hasil penelitiannya bahwa beberapa lembaga pendidikan lebih menekankan penguasaan angka dan operasi melalui metode drill dan praktik-praktik paper pencil test. Lembar kerja anak ini merupakan salah satu bagian dari kegiatan paper pencil test. Kegiatan guru di kelas memberikan contoh soal dan cara menyelesaikannya di papan tulis, setelah itu anak diberikan kesempatan untuk mengerjakan setiap soal secara individual. Kemampuan operasi penjumlahan juga dilatih guru dengan cara hitungan mulut dan jari.

(19)

5

Standar operasi penjumlahan yang digunakan sekolah mengacu kepada Peraturan Menteri 58, yang dipadukan dengan Kurikulum 2004. Penjelasan Permen 58 dalam konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf untuk kelompok B terdapat indikator, yaitu mengenal lambang bilangan 1-20. Sedangkan indikator yang terdapat dalam Kurikulum 2004 yaitu anak memahami operasi penjumlahan dan pengurangan dengan hasil penambahan menggunakan benda sampai 10. Berdasarkan beberapa standar tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memahami operasi penjumlahan, terlebih dahulu anak harus menguasai lambang bilangan 1-20. Selanjutnya anak dapat melakukan operasi penjumlahan menggunakan benda dengan hasil sampai 10.

Seiring dengan standar operasi penjumlahan yang telah dipaparkan di atas, terdapat kesenjangan yang terjadi yaitu, kegiatan pembelajaran operasi penjumlahan yang dilakukan di sekolah, kurang sesuai dengan standar operasi penjumlahan bagi anak kelompok B. Dimana dalam kegiatan di kelas, guru memberikan soal-soal penjumlahan dengan hasil di atas 10, sedangkan standar operasi penjumlahan untuk kelompok B yaitu dengan hasil sampai 10. Kegiatan proses pembelajaran seperti ini akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap kemampuan matematika khususnya operasi penjumlahan. Pertumbuhan dan perkembangan anak akan mengalami hambatan yang menyebabkan timbulnya rasa cemas pada diri anak akan matematika. Menurut Sriningsih (2009: 39) matematika yang diajarkan tanpa melalui tahapan pembelajaran matematika yang tepat akan menimbulkan kecemasan terhadap matematika itu sendiri (mathphobia).

(20)

Bermain (Solehuddin, 2000:87) bagi anak usia dini merupakan bagian utama dari kehidupan anak. Melalui bermain atau permainan akan memberikan pengalaman yang menyenangkan dalam mengasah kemampuan anak. Pengalaman langsung dapat diperoleh anak melalui berbagai penggunaan benda konkret yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Ruseffendi (1980: 1) menjelaskan bahwa pada dasarnya anak belajar melalui benda konkret, Penggunaan benda konkret (riil) dalam proses pembelajaran matematika ini dapat lebih dipahami dan dimengerti oleh anak. Sejalan dengan itu, Sriningsih (2009: 29) tentang konsep matematika dapat dibentuk melalui pengalaman langsung (hands on experience) dalam melakukan berbagai percobaan dan penemuan. Anak melakukan berbagai percobaan terhadap segala bentuk kegiatan pembelajaran sehingga anak dapat menemukan pengalamannya secara langsung. Cara ini diberikan dalam kegiatan pembelajaran yang memungkinkan meningkatnya kemampuan operasi penjumlahan secara optimal.

(21)

7

meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak. Penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Operasi Penjumlahan Melalui Permainan Dadu Papan Penjumlahan ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di TK Islam Siti Khodijah dengan subjek penelitian sebanyak 14 anak. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemampuan operasi penjumlahan dapat ditingkatkan melalui permainan dadu papan penjumlahan. Hal ini dapat dilihat dari presentase pra siklus menuju pasca siklus, yaitu pada kategori baik (B) yang mulanya 59% meningkat menjadi 85,4%, selanjutnya pada kategori cukup (C) yang mulanya 16% berkurang menjadi 14,6% karena sebagian anak berkembang menjadi lebih baik, dan kategori kurang (K) yang mulanya 25% menjadi 0% karena sebagaian anak berkembang menjadi lebih baik yakni pada kategori baik dan cukup.

Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan penggunaan dadu papan penjumlahan sebagai alat permainan yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak kelompok B di TK Islam Siti Khodijah. Untuk itu alat permainan edukatif merupakan alat permainan yang dapat membantu anak dalam meningkatkan kemampuan belajar anak.

(22)

Terdapat berbagai alat permainan atau alat peraga seperti yang dikatakan Ruseffendi (1984) salah satunya adalah Abacus yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan. Alat permainan edukatif ini memiliki bentuk, ukuran dan warna serta berbagai macam bentuk model yang memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam operasi penjumlahan.

Berdasarkan hasil refleksi awal dan diskusi dengan guru, maka disepakati sebagai solusi tindakan untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak adalah melalui alat permainan Abacus. Oleh karena itu peneliti memfokuskan kajian pembahasan mengenai “Meningkatkan Kemampuan Anak Dalam Operasi Penjumlahan Melalui Penggunaan Alat Permainan

Edukatif (Alat Pemainan Abacus)”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pemanfaatan alat permainan edukatif dalam meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak usia dini?”

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti dalam kemampuan operasi penjumlahan pada anak usia dini adalah:

(23)

9

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi obyektif kemampuan anak dalam operasi penjumlahan di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek kelompok B. 2. Untuk mengetahui implementasi penggunaan alat permainan Abacus untuk

meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek pada kelompok B.

3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan operasi penjumlahan setelah penerapan alat permainan Abacus di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek pada kelompok B.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Manfaat penelitian ini adlah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa

Dengan penggunaan alat permainan edukatif dalam meningkatkan operasi penjumlahan pada anak ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan konsep matematika khususnya operasi penjumlahan, aktivitas dan hasil pembelajaran anak usia dini di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek.

2. Bagi Guru

Memberikan pengalaman kepada guru dalam merancang pembelajaran dan alat permainan edukatif khususnya dalam kegiatan pembelajaran matematika.

3. Bagi Peneliti

Meningkatkan kualitas pembelajaran dan menambah pengalaman khususnya dalam mengenalkan operasi penjumlahan matematika.

(24)
(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang akan digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah di TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek, sekolah tersebut beralamat di Jalan Ir. H. Juanda, Cikampek, Kabupaten Karawang.

Subjek pelaku tindakan adalah guru kelompok B dan subjek penerima tindakan adalah anak kelompok B1. Jumlah murid yang diberi tindakan dalam penelitian adalah sebanyak 14 anak.

B. Desain Penelitian

Menurut Lewin (1990, Aqib, 2009: 21), pelaksanaan penelitian dalam satu siklus terdiri atas empat langkah yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) Aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

(26)

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Perencanaan (Planning)

Pelaksanaan (Acting)

Pengamatan (Observing) Refleksi

(Reflecting) Siklus I

Perencanaan (Planning)

Pelaksanaan (Acting) Siklus I

Pengamatan (Observing) Refleksi

(27)

39

1. Perencanaan (Planning)

Kegiatan dimulai dengan cara mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kemampuan anak dalam operasi penjumlahan dan menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam melakukan penelitian. Bahan yang disiapkan yaitu RKH (Rencana Kegiatan Harian), alat permainan Abacus, setting kelas, format observasi, serta media lain yang dilibatkan dalam proses pembelajaran, seperti kerang-kerangan dan sebagainya.

2. Tindakan (Acting)

Perencanaan yang telah dibuat sebelumnya, dilaksanakan pada tahap tindakan ini. Menurut Arikunto (2009: 18) penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melihat kemampuan guru dalam menguasai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat permainan Abacus. aktivitas anak juga diperhatikan untuk melihat respon anak dan peningkatan kemampuan anak dalam operasi penjumlahan.

3. Observasi (Observing)

Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan untuk mengobservasi berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dirancang dengan instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Data-data tersebut berkaitan dengan penerapan alat permainan Abacus untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak yang telah direncanakan dan dipraktekan langsung di dalam kelas.

(28)

oleh anak pada tindakan I dan tindakan II pada setiap siklusnya. Peneliti menyediakan penilaian pada kategori baik (B) apabila anak mampu melakukan kegiatan secara mandiri, kategori cukup (C) apabila anak masih memerlukan bantuan dalam melakukan kegiatan, dan kategori kurang (K) apabila anak belum mampu melakukan kegiatan dan masih memerlukan bimbingan. Kemudian peneliti melakukan penghitungan untuk mencari presentase untuk setiap kategori melalui rumus:

Keterangan: P: Presentase (%)

A: Item dalam setiap kategori (B, C, K) B: Item dalam seluruh Indikator (20) C: Anak yang hadir

4. Refleksi (Reflecting)

(29)

41

C. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang dilakukan di dalam kelas berdasarkan hasil suatu pencermatan terhadap suatu masalah. Penelitian di TK Kemala Bhayangkari 13 dilakukan berdasarkan adanya permasalahan kemampuan anak dalam operasi penjumlahan. Menurut Rochman Natawijaya (1977, dalam Muslich, 2009: 9) PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.

Berdasarkan pengertian penelitian tindakan kelas di atas, maka PTK merupakan upaya seorang guru dalam menjalani profesinya dengan melakukan tindakan yang dapat membantu memecahkan masalah yang muncul di dalam kelas. Penelitian ini juga memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan operasi penjumlahan melalui perencanaan dan tindakan yang dilakukan sebagai salah satu upaya pengembangan kemampuan anak. Tindakan yang direncanakan dapat dirasakan langsung oleh guru dan hasil dari tindakan tersebut dapat dirasakan juga oleh anak.

Terdapat karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Muslich (2009: 12) adalah sebagai berikut:

1. Masalah PTK berasal dari guru

2. Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran 3. PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif

4. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas

5. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik

(30)

siswa ketika belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru. untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara berkesinambungan.

Penggunaan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam penelitian ini secara langsung dapat memberikan perbaikan terhadap masalah yang terjadi di kelompok B TK Kemala Bhayangkari 13 Cikampek Tahun Ajaran 2012-2013. Melalui langkah penelitian ini hendaknya dapat terjadi peningkatan kemampuan operasi penjumlahan anak melalui penggunaan alat permainan Abacus.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional yang dibuat oleh peneliti bertujuan untuk membatasi istilah dalam penelitian. Untuk itu definisi operasional tersebut dipaparkan sebagai berikut:

1. Kemampuan operasi penjumlahan pada anak Taman Kanak-kanak kelompok B merupakan kemampuan anak dalam menjumlahkan kedua angka yang memiliki hasil penjumlahan sampai 10, anak menghitung dan menyebutkan hasil penjumlahannya, serta menyebutkan hasil pasangan penjumlahan. 2. Alat permainan Abacus adalah salah satu alat permainan edukatif yang

(31)

43

E. Instrumen Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi untuk mengumpulkan data. Peneliti membuat kisi-kisi sebagai pedoman untuk mengetahui kemampuan anak dalam operasi penjumlahan melalui penggunaan alat permainan Abacus. Kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan sumber pengembangan instrument dari Kurikulum 2004 yang digambarkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Format Kisi-kisi Instrumen

Meningkatkan Kemampuan Anak dalam Operasi Penjumlahan Melalui Penggunaan Alat Permainan Abacus

Variabel Indikator Sub Indikator Pernyataan Butir

Item

Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 1

1 Observasi

Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 2

2

Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 3

3

Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 4

4

Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 5

5

Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 6

6

Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 7

7

Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 8

8

Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 9

(32)

Anak dapat

Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 1

11 Observasi

Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 2

12

Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 3

13

Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 4

14

Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 5

15

Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 6

16

Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 7

17

Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 8

18

Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 9

19

Anak dapat menyebutkan hasil pasangan operasi penjumlahan dengan menggunakan alat permainan Abacus

(33)

45

F. Proses Pengembangan Instrumen

Pengembangan intrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik validasi data. Hopkins (1993, dalam Kunandar, 2012: 108) menyatakan bahwa untuk menguji derajat kepercayaan atau derajat kebenaran penelitian ada beberapa bentuk validasi data yang dapat dilakukan. Hal pertama yang dilakukan adalah member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber (kepala sekolah, guru, teman sejawat, , orang tua siswa, dan sebagainya) yang relevan.

Selanjutnya melakukan validasi dengan triangulasi, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis dari peneliti dengan membandingkan hasil dari mitra peneliti.

Kemudian dengan audit trail, yaitu memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau prosedur yang digunakan peneliti dan dalam mengambil kesimpulan. Adapun dengan expert opinion, yaitu dengan meminta kepada ahli atau pakar untuk memeriksa serta memberikan arahan atau judgements terhadap

(34)

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

1. Observasi

Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses pembelajaran serta melihat pemanfaatan dari alat permainan Abacus untuk meningkatkan kemampuan anak dalam operasi penjumlahan di TK Kemala Bhayangkari 13. Hasil dari pengamatan tersebut dicatat dalam lembar observasi yang sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.

Adapun format pedoman observasi yang digunakan peneliti dalam memperoleh data mengenai kemampuan anak dalam operasi penjumlahan.

a. Pedoman Observasi Kemampuan Operasi Penjumlahan Pada Anak Tabel 3.2

Format Pedoman Observasi Kemampuan Operasi Penjumlahan Pada Anak TK Kemala Bhayangkari 13

No Indikator Kategori

B C K

1. Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 1

2. Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 2

3. Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 3

4. Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 4

5. Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 5

6. Anak dapat menyebutkan penambahan yang hasilnya 6

(35)

47

15. Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 5

16. Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 6

17. Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 7

18. Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 8

19. Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 9

20. Anak dapat menyebutkan hasil pasangan penjumlahan dari 10

Keterangan:

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan BSB : Berkembang Sangat Baik

Adapun pedoman observasi dengan format daftar check list bagi aktivitas guru dalam menggunakan alat permainan Abacus, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 3.3 Daftar Cek list

Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Penggunaan Alat Permainan Abacus

No Pernyataan Ya Tidak Ket

1. Guru mempersiapkan lingkungan belajar di kelas

2. Guru mempersiapkan media yang akan digunakan

3. Guru menjelaskan tentang tema dan alat

permainan Abacus yang akan digunakan

4. Guru mengkondisikan kelas

5. Guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan

6. Guru memberikan contoh mengenai cara

penggunaan alat permainan Abacus dan bahan

yang digunakan dalam pembelajaran

7. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

(36)

8. Guru mengarahkan anak untuk melakukan

kegiatan sesuai dengan aturan

9. Guru melibatkan anak dalam menggunakan alat

permainan Abacus

10. Guru selalu memberikan motivasi pada anak

ketika kegiatan pembelajaran

11. Guru mengamati setiap anak pada saat

melaksanakan kegiatan pembelajaran

12. Guru melakukan Tanya jawab mengenai kegiatan

yang telah dilakukan hari ini

13. Melakukan penilaian terhadap pembelajaran

dengan tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi guru, situasi lingkungan belajar, latar belakang peserta didik, bagaimana kemampuan anak dalam operasi penjumlahan, program yang digunakan dalam proses pembelajaran operasi penjumlahan, kendala serta upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak.

Adapun pedoman wawancara yang akan ditujukan kepada guru atau kepala sekolah untuk memperoleh data yang berkenaan dengan kemampuan anak dalam operasi penjumlahan. Peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan yang dituangkan dalam format pedoman wawancara.

a. Tabel wawancara sebelum tindakan

(37)

49

4. Strategi apa yang digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan anak dalam operasi penjumlahan?

5. Pembelajaran seperti apa saja yang diberikan guru kepada anak dalam mengembangkan kemampuan operasi penjumlahan?

6. Hambatan seperti apakah yang ditemui dalam proses pembelajaran operasi penjumlahan?

7. Upaya apa yang dilakukan dalam menghadapi hambatan proses pembelajaran?

8. Media seperti apa yang digunakan dalam pengenalan operasi penjumlahan pada anak?

b. Tabel wawancara setelah tindakan Tabel 3.5

Pedoman Wawancara Setelah Tindakan

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana kemampuan anak dalam operasi penjumlahan di kelompok B setelah menggunakan Abacus?

2. Pernahkah sebelumnya ibu memberikan kegiatan pembelajaran operasi penjumlahan menggunakan Abacus? 3. Bagaimana tanggapan ibu terhadap

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pada anak dengan menggunakan Abacus? 4. Adakah kendala yang muncul selama

kegiatan pembelajaran operasi penjumlahan dengan menggunakan Abacus?

(38)

3. Studi Dokumentasi

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan berupa foto-foto untuk merekam peristiwa-peristiwa atau kegiatan dalam setiap siklus pembelajaran, aktivitas kegiatan anak belajar, serta cara guru mengajar dalam pembelajaran menggunakan alat permainan Abacus untuk meningkatkan kemampuan anak dalam operasi penjumlahan. Selain kegiatan pembelajaran, peneliti juga mengumpulkan dokumen-dokumen sebagai bahan laopran penelitian.

H. Analisis Data

Menurut Sanjaya (2011: 106) menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Supardi (2009: 131) menyatakan bahwa pentingnya peneliti memahami teknik analisi data, karena analisis data akan memberi kehidupan dalam kegiatan penelitian.

(39)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Meningkatkan Kemampuan anak Dalam Operasi Penjumlahan Melalui Penggunaan Alat Permainan Abacus” yang dilaksanakan di TK Kemala Bhayangkari 13 kelompok B, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kondisi Objektif kemampuan anak dalam operasi penjumlahan kelompok B di TK Kemala Bhayang kari 13 masih rendah. Dari hasil observasi sebelum diberikannya tindakan yaitu masih banyak anak yang belum mampu mencapai indikator kemampuan operasi penjumlahan. khususnya penguasaan operasi penjumlahan yang hasilnya 5 sampai 10 dan pasangan penjumlahan. Anak yang berada pada kategori kurang (K) atau anak belum mampu melakukan kegiatan sebesar 25,3%. Anak yang memerlukan bantuan dalam melakukan kegiatan pada kategori cukup (C) sebesar 37,9%. Sedangkan anak yang dapat melakukan kegiatan secara mandiri pada kategori baik (B) yaitu sebesar 36,8%.

(40)

3. Kemampuan anak dalam operasi penjumlahan di kelompok B TK Kemala Bhayangkari 13 setelah digunakan alat permainan Abacus menunjukkan peningkatan dari sebelum diberi tindakan (pra-siklus). Pada siklusI dan siklus II kemampuan operasi penjumlahan berkembang secara optimal. Pada siklus I anak yang berada pada kategori baik (B) meningkat menjadi 52,1%, pada kategori cukup (C) menjadi 39,6%, dan pada kategori kurang (K) menjadi 8,33%. Sedangkan pada siklus II kemampuan anak mengalami peningkatan pada kategori baik (B) yaitu sebanyak 81, pada kategori cukup (C) 17,5% dan pada kategori kurang (K) menjadi 1,5% Berdasarkan hasil observasi dari setiap tindakan pada siklus, dapat disimpulkan bahwa alat permainan Abacus dapat meningkatkan kemampuan anak dalam operasi penjumlahan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan dari hasil penelitian mengenai meningkatkan kemampuan anak dalam operasi penjumlahan melalui penggunaan alat permainan edukatif (Alat Permainan Abacus) terdapat beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait antara lain:

1. Bagi Guru

(41)

98

digunakan pada kegiatan penutup melalui kegiatan evaluasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan dengan melakukan tanya jawab.

2. Bagi Lembaga PAUD

Sekolah dapat mendukung proses kegiatan pembelajaran dengan memfasilitasi atau menyediakan alat permainan Abacus pada setiap kelas. Penyediaan Abacus disesuaikan dengan tingkatan kelas yaitu kelompok A dan kelompok B dengan model Abacus yang berbeda pula. Kepala sekolah dan guru sebaiknya teratur dalam melakukan refleksi terhadap setiap kegiatan pembelajaran khususnya operasi penjumlahan.

3. Bagi Peneliti

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2009). Bermain, Pengantar bagi Penerapan Pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT dalam Dimensi PAUD). Bandung: RIZQI Press.

Arikunto, Suharsini. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto,S. Suhardjono. Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Z. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Djoehaeni, H. (2008). [Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran Di Taman Kanak-kanak] Pengembangan Profesi Guru TK. Bandung: UPI

Eliyawati, C. (2008). [Media dan Sumber Belajar di TK] Pengembangan Profesi Guru TK. Bandung: UPI

Eliyawati, C., Zaman, B. & Hernawan, A. H. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Hani.(2010). 15 Menit Belajar Matematika. Jakarta: Grasindo.

Hariwijaya & Sukaca, E.B. (2009). PAUD; Melejitnya Potensi Anak dengan Pendidikan Sejak Dini. Yogyakarta: Mahadika Publishing.

Haylock and Cockburn. (2009). Understanding Mathematics for Young Children. London: Sage.

(43)

100

Marzuq, I. (2010). Anak Pintar Berhitung dengan Sempoa dan Jarimatika. Surabaya: INDAH Surabaya.

Moselichatoen. (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: RINEKA CIPTA.

Mulyasa. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2009). Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research). Jakarta: Bumi Aksara.

Pakasi, S. (1970). Didaktik Berhitung. Jakarta: Bhratara Djakarta.

Rokiyah, H. S. (2012). Meningkatkan Kemampuan Operasi Penjumlahan Melalui Permainan Dadu Papan Penjumlahan. Skripsi pada UPI: tidak diterbitkan. Rudiyanto. (2008). [Strategi Pengembangan Fisik Motorik Anak] Pengembangan

Profesi Guru TK. Bandung: UPI

Ruseffendi. (1980). Pengajaran Matematika Modern. Bandung: Tarsito.

Saleh, A. (2008). Seni Mengajarkan Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk. Bandung: TINTA EMAS publishing.

Sanjaya, W. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Sasbadi. (2010). Gossary for Mathematics Primary School. Malaysia: Erlangga Semiawan, Conny. (2008). Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah

Dasar. Jakarta: Indeks.

Solehuddin. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: UPI.

Sriningsih, N. (2009). Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.

Sujiono, N. Y. (2008) Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

(2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Uisa Dini. Jakarta: INDEKS Suyadi. (2009). Permainan Edukatif yang Mencerdaskan. Jogjakarta: POWER

(44)

Gambar

Tabel 4.5 Perencanaan Siklus I (Tindakan I dan Tindakan II)
Gambar 2.1 Alat Permainan Abacus ...............................................................32
Gambar 3.1 Sumber: Arikunto (2006:16)
Tabel 3.1 Format Kisi-kisi Instrumen
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perancangan dan pengamatan menunjukkan program penyandi enkripsi dan dekripsi dengan algoritma Blowfish berhasil menyandikan data 64 bit dan program algoritma

Kompetensi yang berkenaan dengan sikap spiritual dikembangkan secara langsung ( direct teaching ), yaitu dibelajarkan secara langsung dan mengacu pada teks Alkitab, juga secara

Psychological well-being pada narapidana ditandai dengan rasa memiliki penerimaan diri yang baik, memiliki hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, tujuan hidup,

Bukti fisik (tangible) adalah bentuk aktualisasi nyata secara fisik dapat terlihat atau digunakan oleh pegawai sesuai dengan penggunaan dan pemanfaatannya yang

Perkembangan pembelajaran linguistik Indonesia dengan implementasi hasil pengem bangan materi ajar campur dan alih kode dalam pembelajaran sosiolinguistik berbasis bauran

Dengan adanya pembuatan website produk Nike ini, maka masyarakat akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi tentang produk produk Nike. Untuk membuat website, salah satunya

OAN I{TI]ILIIICAN IA$L YAIIG OITIIIIBUIMNIIYA OI PATAI{CKI (SUI\IIATERA

Limbah tulang ikan nila merah dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan gelatin karena kandungan kolagen yang dapat dihidrolisis oleh air pada suhu dan