• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN MODEL FUZZY MULTI ATRIBUTE DECISION MAKING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN MODEL FUZZY MULTI ATRIBUTE DECISION MAKING."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Metode Penelitian ... 5

(2)

vii

1.6.2 Metodologi Pengembangan Perangkat Lunak ... 6

1.7 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II Landasan Teori ... 10

2.1 Sistem Pendukung Keputusan ... 10

2.1.1Pengertian Pengambilan Keputusan ... 10

2.1.2 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan ... 11

2.1.3 Komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan ... 12

2.2 Penilaian Kinerja ... 15

2.2.1 Pengertian dan Fungsi ... 16

2.2.2 Elemen dan Proses Penilaian Kinerja ... 18

2.3 Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil ... 20

2.3.1 Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil ... 21

2.3.2 Tata Cara Penilaian ... 26

2.4 Teori Himpunan Fuzzy ... 28

2.4.1 Konsep Dasar Himpunan Fuzzy ... 28

2.4.2 Fungsi Keanggotaan ... 30

(3)

viii

2.5 Multiple Criteria Decision Making (MCDM) ... 32

2.5.1 Konsep Dasar Multi Atribute Decision Making (MADM) . 33 2.5.2 Simple Additive Mwthod (SAW) ... 34

2.5.3 Fuzzy Multi Attribute Decision Making (FMADM) ... 35

2.5.4 Metode MADM Klasik untuk Penyelesaian FMADM ... 37

BAB III Metodologi Penelitian ... 38

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 39

3.1.1 Alat Penelitian ... 39

3.1.2 Bahan Penelitian ... 39

3.2 Desain Penelitian ... 40

3.3 Metode Pengembangan Perangkat Lunak ... 42

3.4 Implementasi ... 43

3.3.1 Konsep Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil ... 43

3.3.2 Konsep Model Fuzzy Multi Attribute Decision Making ... 44

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 46

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

(4)

ix

4.1.2 Desain Sistem ... 51

4.2 Pembahasan ... 53

4.2.1 Model Fuzzy Multi Attriute Decision Making (FMADM) . 53 4.3 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak ... 55

4.3.1 Pengembagan Perangkat Lunak ... 57

4.3.2 Desain Perangkat Lunak ... 59

4.3.2.1 Pemodelan Fungsional ... 59

4.4 Implementasi ... 61

4.4.1 Lingkungan Implementasi ... 61

4.4.2 Pengimplementasian Sistem ... 62

4.4.3 Pengujian ... 62

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 81

5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 81

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini banyak terjadi perubahan di berbagai

bidang, misalnya di bidang kesehatan. Perubahan ini ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang. Untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi

pemerintah menyediakan sarana untuk kesehatan, yaitu rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Untuk menghadapi perkembangan teknologi di rumah sakit dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang luas. Dalam hal ini pegawai merupakan sumber daya manusia yang melakukan

tugasnya dalam kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan tujuan dapat mengelola sebuah rumah sakit dan melayani pasien. Rumah sakit menjadikan

seorang pegawai yang memiliki kinerja yang baik dengan suatu penilaian yang dinamakan penilaian kinerja pegawai, demikian pula dengan RSUD Dr. Slamet Garut. Di rumah sakit ini dilakukan berbagai cara dan usaha untuk mengevaluasi

pegawai secara periodik.

Pelaksanaan penilaian kinerja pegawai perlu dilakukan pada setiap organisasi atau instansi dengan melibatkan pihak manajemen. Penilaian kinerja

(6)

feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerja, meningkatkan produktivitas suatu organisasi, dan secara khusus dilakukan berkaitan dengan berbagai kebijaksanaan terhadap pegawai, seperti untuk tujuan

promosi jabatan, kenaikan gaji, pendidikan, latihan, dan lain-lain. Oleh karena itu, penilaian kinerja dapat menjadi landasan untuk mengetahui sejauhmana kegiatan

manajemen sumber daya manusia, seperti perekrutan, seleksi, penempatan, dan pelatihan dilakukan dengan baik dan efektif.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu bagian dari pegawai

rumah sakit di RSUD Dr. Slamet Garut. Pegawai Negeri Sipil memiliki penilaian berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) Pegawai Negeri Sipil terdiri atas unsur-unsur yang

dinilai dalam melaksanakan penilaian pekerjaan, yaitu kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan.

Dari proses penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil yaitu daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3), peran sistem pendukung keputusan sangat dibutuhkan guna meningkatkan efisiensi pengambilan keputusan. Peran sistem

pendukung keputusan akan membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuan dari penilaian kinerja pegawai, seperti promosi jabatan, tanpa mengesampingkan

parameter-parameter yang sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit.

Proses penilaian kinerja pegawai jika dilakukan secara manual, khususnya

(7)

itu untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengambilan keputusan, perlu didukung adanya sistem terkomputerisasi yang dapat membantu pihak manajemen

dalam mengambil suatu keputusan.

Model yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan promosi jabatan adalah Fuzzy Multi Attribute Decision Making (FMADM). Secara umum, Fuzzy Multi Attribute Decision Making memiliki suatu tujuan tertentu (kriteria) dengan ciri-ciri terbaik dan mengklasifikasikan alternatif berdasarkan peran tertentu (Simoes-Marques, 2000). Salah satu mekanisme untuk menyelesaikan

masalah Fuzzy Multi Attribute Decision Making adalah dengan mengaplikasikan metode Multi Attribute Decision Making (MADM) klasik untuk melakukan perankingan setelah terlebih dahulu dilakukan konversi data fuzzy ke data crisp

(Chen,1992). Data yang bersifat fuzzy mengikuti suatu aturan sistem berbasis aturan fuzzy yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu fuzzyfication, inference

dan deffuzification agar dihasilkan nilai crisp. Simple Additive Weighting Method (SAW) salah satu metode Multi Attribute Decision Making klasik dipilih karena metode ini menentukan penjumlahan terbobot untuk setiap atribut. Dengan

metode perankingan ini diharapkan penilaian akan lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dan bobot yang sudah ditentukan sehingga akan mendapatkan

hasil yang lebih akurat terhadap siapa yang akan menerima promosi jabatan.

1.2 Rumusan Masalah

(8)

dan implementasi sistem pendukung keputusan untuk penilaian kinerja pegawai menggunakan Fuzzy Multi Attribute Decision Making dengan mengaplikasikan Simple Additive Weighting Method dalam tujuan promosi jabatan”.

1.3 Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah yang dikaji, maka penulis membatasi atau memfokuskan masalah yang berkaitan dengan sistem pendukung keputusan penilaian kinerja pegawai, yaitu :

1. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Slamet Garut.

2. Promosi jabatan pegawai negeri sipil menggunakan Model Fuzzy Multi

Attribute Decision Making dengan mengaplikasikan multi attribute decision making klasik metode Simple Additive Weighting.

3. Kinerja atau ketentuan yang dinilai mencakup sasaran individu dan

kontribusi individu.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Membangun sistem pendukung keputusan yang dapat membantu

manajemen sumber daya manusia rumah sakit dalam proses penilaian

(9)

2. Menerapkan model fuzzy multi attribute decision making dengan

mengaplikasikan metode simple additive weighting dalam menentukan promosi jabatan sesuai penilaian kinerja pegawai negeri sipil dan aturan

rumah sakit.

1.5 Manfaat Penelitian

Pembangunan sistem pendukung keputusan penilaian kinerja pegawai ini diharapkan bisa memberikan manfaat. Adapun manfaat tersebut diantaranya :

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan

bagi peneliti khususnya tentang penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil. 2. Bagi rumah sakit, sistem ini dapat membantu manajemen dalam penilaian

kinerja pegawai secara efektif dan efisien.

3. Bagi pegawai, dapat mendorong pegawai untuk mencapai visi, tujuan

maupun nilai-nilai pada rumah sakit dan untuk memacu pegawai lain dalam prestasi kinerjanya.

1.6 Metode Penelitian

Untuk meneliti dan mendapatkan data sebagai bahan kajian dalam

penulisan skripsi dengan tujuan membuat suatu sistem pendukung keputusan.

1.6.1 Metodologi Pengumpulan Data

Untuk membangun sistem penilaian kinerja pegawai yang efisien dan efektif maka diperlukan beberapa metode penelitian antara lain :

(10)

Yaitu dengan mempelajari literatur berkaitan dengan teori dan pengaplikasian bahasa pemograman yang dibutuhkan untuk membangun sistem pendukung keputusan penilaian kinerja pegawai

negeri sipil.

b. Metode Wawancara dan angket

Untuk mendapatkan data seakurat mungkin, proses tanya jawab dan proses kuisioner perlu dilakukan secara langsung dengan pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan sistem penilaian kinerja pegawai ini

agar aplikasi yang dibuat sesuai dengan kebutuhan stakeholdernya c. Metode Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem penilaian kinerja pegawai. Observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung. Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang baik, harus dilakukan dalam waktu yang lama serta pengamat harus

membiasakan diri untuk tidak mengganggu kewajaran objek yang diamati sehingga hasil pengamatan dapat optimal.

1.6.2 Metodologi Pengembangan Perangkat Lunak

Metode yang digunakan dalam pengembangan perangkat lunak dalam

(11)

1. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak

Pada tahap awal dilakukan analisis kebutuhan, proses ini dilakukan untuk mengetahui informasi, model, dan spesifikasi dari sistem yang dibutuhkan,

proses ini dilakukan dengan melibatkan pihak rumah sakit yang akan menggunakan sistem.

2. Desain Perangkat Lunak

Setelah proses analisis kebutuhan selesai dilakukan, selanjutnya hasil analisis tersebut akan dimodelkan, model yang dibangun merujuk pada

pendekatan pengembangan perangkat lunak berbasis aliran data dengan model terstruktur (data flow oriented approach), analisis terstruktur ini

meliputi pemodelan data, pemodelan fungsional, dan tingkah laku. 3. Coding

Proses coding ini menterjemahkan desain yang telah dibuat kedalam

kode-kode dengan menggunakan bahasa pemograman. 4. Pengujian

Tahapan selanjutnya adalah proses pengujian perangkat lunak, proses pengujian ini dilakukan untuk memastikan perangkat lunak yang telah dibuat telah sesuai dengan kebutuhan, pengujian yang dilakukan

menggunakan teknik pengujian Black Box.

1.7 Sistematika Penulisan

(12)

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini penulis akan mengulas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini terdiri dari beberapa sub bab yang menjelaskan tentang konsep dasar sistem meliputi teori dari topik pembahasan skripsi ini yang menunjang dalam pemecahan masalah yang dianggap relevan dengan permasalahannya serta

menjelaskan konsep dasar sistem, konsep dasar informasi, kualitas informasi, teknik normalisasi, kegunaan database.

Bab III Metodologi Pembangunan Sistem

Bab ini berisi mengenai tahap-tahap pembangunan sistem. Pada Bab ini juga dijelaskan mengenai analisis dan perancangan awal sistem pendukung

keputusan penilaian kinerja pegawai menggunakan fuzzy multiple attribute decision making dengan mengaplikasikan metode Simple additive weighting yang perincian lebih lanjutnya terdapat pada dokumen teknis.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasannya setelah diuji

(13)

Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini penulis mencoba memberikan kesimpulan dari pembahasan dan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi penulis

(14)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

2.1.1 Pengertian Pengambilan keputusan

Persoalan pengambilan keputusan, pada dasarnya adalah bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih yang prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan harapan dapat menghasilkan sebuah keputusan yang

terbaik. Penyusunan model keputusan adalah suatu cara untuk mengembangkan hubungan-hubungan logis yang mendasari persoalan keputusan ke dalam suatu

model matematis, yang mencerminkan hubungan yang terjadi diantara faktor-faktor yang terlibat.

Simon (1960) mengajukan model yang menggambarkan pengambilan

keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu : a. Intelligence

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendekteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah. b. Design

Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan dan

(15)

c. Choice

Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut

kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.

2.1.2 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan

Konsep Sistem Pendukung Keputusan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management Decision

Model (Sprague, 1982). Konsep sistem pendukung keputusan ditandai dengan sistem interaktif berbasis komputer yang membantu pengambil keputusan

memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur.

Pada dasarnya sistem pendukung keputusan dirancang untuk mendukung

seluruh tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses

pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan interaktif.

Peranan sistem pendukung keputusan dalam konteks keseluruhan sistem informasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja melalui aplikasi teknologi

informasi. Terdapat sepuluh karakteristik dasar sistem pendukung keputusan yang efektif, yaitu :

1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada

(16)

2. Adanya interface manusia/ mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol

proses pengambilan keputusan

3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah

terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur

4. Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai

5. Memiliki kapabilitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan

kebutuhan – model interaktif

6. Output ditunjukkan untuk personil organisasi dalam semua tingkatan 7. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga

dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem

8. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan

informasi keseluruhan tingkatan manajemen

9. Pendekatan easy to use. Ciri suatu sistem pendukung keputusan yang

efektif adalah kemudahan untuk digunakan, dan memungkinkan keleluasaan pemakai untuk memilih atau mengembangkan

pendekatan-pendekatan baru dalam membahas masalah yang dihadapi.

10. Kemampuan sistem beradaptasi secara tepat, dimana pengambil keputusan

dapat menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat

menangani dengan cara mengadaptasi sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi.

2.1.3 Komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan

(17)

a. Subsistem Manajemen Basis Data (Data base Management Subsystem)

Sistem pendukung keputusan membutuhkan proses ekstraksi dan Data Base Management Subsystem (DBMS) yang dalam pengelolaannya harus cukup fleksibel untuk memungkinkan penambahan dan pengurangan secara cepat. Dalam hal ini, kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen

database dapat diringkas, sebagai berikut :

1. Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui

pengambilan dan ekstraksi data

2. Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara cepat dan

mudah

3. Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logikal sesuai

dengan pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat menentukan kebutuhan penambahan dan

pengurangan.

4. Kemampuan untuk menangani data secara personil sehingga pemakai

dapat mencoba berbagai alternatif pertimbangan personil 5. Kemampuan untuk mengelola berbagai variasi data

b. Subsistem Manajemen Basis Model (Model Base management Subsystem)

Salah satu keunggulan dalam sistem pendukung keputusan adalah kemampuan untuk mengintegrasikan akses data dan model-model

(18)

mekanisme integrasi dan komunikasi di antara model-model. Kemampuan yang dimilki subsistem basis model meliputi :

1. Kemampuan untuk menciptakan model-model baru secara cepat dan

mudah

2. Kemampuan untuk mengakses dan mengintegrasikan model-model

keputusan

3. Kemampuan untuk mengelola basis data dengan fungsi manajemen

yang analog dan manajemen basis data (seperti mekanisme untuk

menyimpan, membuat dialog, menghubungkan, dan mengakses model).

c. Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog (Dialog Generation

and Management Software)

Fleksibilitas dan kekuatan karakteristik sistem pendukung

keputusan timbul dari kemampuan interaksi antara sistem dan pemakai, yang dinamakan subsistem dialog. Bennet mendefinisikan pemakai,

terminal, dan sistem perangkat lunak sebagai komponen-komponen dari sistem dialog. Ia membagi subsistem dialog menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Bahasa aksi, meliputi apa yang dapat digunakan pemakai dalam

berkomunikasi dengan sistem.

2. Bahasa tampilan atau presentasi, meliputi apa yang harus diketahui

oleh pemakai.

(19)

Kombinasi dari kemampuan-kemampuan di atas terdiri dari apa yang disebut gaya dialog, misalnya meliputi pendekatan tanya jawab,

bahasa perintah, menu-menu dan mengisi tempat kosong.

Kemampuan yang harus dimilki oleh sistem pendukung keputusan untuk mendukung dialog/sistem meliputi :

1. Kemampuan untuk menangani berbagai variasi gaya dialog, bahkan

jika mungkin untuk mengkombinasikan berbagai gaya dialog sesuai dengan pilihan pemakai.

2. Kemampuan untuk mengakomodasi tindakan pemakai dengan

berbagai peralatan masukan.

3. Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format

data peralatan keluaran.

4. Kemampuan untuk memberikan dukungan yang fleksibel untuk

mengetahui basis pengetahuan pemakai.

2.2 Penilaian Kinerja

Organisasi atau perusahaan perlu mengetahui berbagai kelemahan dan kelebihan pegawai sebagai landasan untuk memperbaiki kelemahan dan

(20)

2.2.1 Pengertian dan Fungsi

Unjuk kerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Unjuk

kerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus dilakukan organisasi

untuk meningkatkannya. Salah satu diantaranya adalah penilaian unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja merupakan suatu proses organisasi dalam menilai unjuk kerja pegawainya. Tujuan dilakukannya penilaian unjuk kerja secara umum

adalah untuk memberikan feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi, dan secara

khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan, latihan, dan lain-lain. Sehingga penilaian unjuk kerja dapat menjadi landasan untuk penilaian

sejauh mana kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) seperti perekrutan, seleksi, penempatan dan pelatihan dilakukan dengan baik, dan apa

yang akan dilakukan kemudian seperti dalam penggajian, perencanaan karier dan lain-lain yang tentu saja merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam manajemen sumber daya manusia.

Arti pentingnya penilaian unjuk kerja secara rinci menurut William B. Wherter dalam buku Hariandja (2002, h. 195) dikemukakan sebagai berikut :

1. Perbaikan unjuk kerja memberikan kesempatan kepada karyawan untuk

(21)

2. Penyesuaisan gaji dapat dipakai sebagai informasi untuk mengkompensasi

pegawai secara layak sehingga dapat memotivasi mereka.

3. Keputusan untuk penempatan, yaitu dapat dilakukannya penempatan

pegawai sesuai dengan keahliannya.

4. Pelatihan dan pengembangan, yaitu melalui penilaian akan diketahui

kelemahan-kelemahan dari pegawai sehingga dapat dilakukan program pelatihan dan pengembangan yang lebih efektif.

5. Perencanaan karier, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan

perencanaan karier bagi pegawai dan menyelaraskannya dengan kepentingan organisasi.

6. Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan, yaitu

unjuk kerja yang tidak baik menunjukkan adanya kelemahan dalam penempatan sehingga dapat dilakukan perbaikan.

7. Dapat mengidentifikasi adanya kekurangan dalam desain pekerjaan, yaitu

kekurangan kinerja akan menunjukkan adanya kekurangan dalam

perancangan jabatan.

8. Meningkatkan adanya perlakuan kesempatan yang sama pada pegawai,

yaitu dengan dilakukannya penilaian yang obyektif berarti meningkatkan

perlakuan yang adil bagi pegawai.

9. Dapat membantu pegawai mengatasi masalah yang sifatnya eksternal,

(22)

10. Umpan balik pada pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia,

yaitu dengan diketahuinya unjuk kerja pegawai secara keseluruhan, ini akan menjadi informasi sejauh mana fungsi sumber daya manusia berjalan

dengan baik atau tidak.

2.2.2 Elemen dan Proses Penilaian Kinerja

Bilamana penilaian unjuk kerja harus dikaitkan dengan usaha pencapaian

unjuk kerja yag diharapkan, maka sebelumnya harus ditentukan tujuan-tujuan setiap pekerjaan, kemudian standar/ dimensi-dimensi kerja serta ukurannya,

diikuti dengan penentuan metode penilaian, pelaksanaan dan evaluasi. Proses tersebut dapat dilihat dari gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 Langkah-langkah Penilaian Unjuk Kerja

1. Penentuan Sasaran

Penentuan sasaran sebagaimana telah disebutkan harus spesifik, terukur, menantang, dan didasarkan pada waktu tertentu. Di samping itu pula

diperhatikan proses penentuan sasaran tersebut, yaitu diharapkan sasaran tugas individu dirumuskan bersama-sama antara atasan dan bawahan. Setiap sasaran

Penentuan Sasaran

Penentuan Standar/ Ukuran

Penentuan Metode dan Pelaksanaan Penilaian

(23)

merupakan sasaran yang diturunkan atau diterjemahkan dari sasaran yang lebih tinggi. Jadi, sasaran unit adalah bagian dari sasaran organisasi.

2. Penentuan Standar Unjuk Kerja

Pentingnya penilaian unjuk kerja menghendaki penilaian tersebut harus benar-benar obyektif, yaitu mengukur unjuk kerja pegawai yang

sesungguhnya, yang disebut dengan job related. Artinya, pelaksanaan penilaian harus mencerminkan pelaksanaan unjuk kerja yang sesungguhnya atau mengevaluasi perilaku yang mencerminkan keberhasilan pelaksanaan

pekerjaan. Untuk itu menurut William B. Wherter dalam bukunya Hariandja (2002, h. 199) sistem pelaksanaan pekerjaan harus :

a. Mempunyai Standar

Mempunyai dimensi-dimensi yang menunjukkan perilaku kerja yang sedang dinilai, yang umumnya diterjemahkan dari sasaran kerja,

misalnya kehadiran ditempat kerja. b. Memiliki ukuran yang dapat dipercaya

Mengandung pengertian bahwa bilamana digunakan oleh orang lain atau beberapa orang dalam waktu yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang sama maka harus memiliki ukuran-ukuran yang dapat

dipercaya.

c. Mudah digunakan

(24)

3. Penentuan Metode dan Pelaksanaan Penilaian

Metode yang dimaksudkan disini adalah pendekatan atau cara serta perlengkapan yang digunakan seperti formulir dan pelaksanaannya.

4. Evaluasi Penilaian

Evaluasi penilaian merupakan pemberian umpan balik kepada pegawai

mengenai aspek-aspek unjuk kerja yang harus diubah dan dipertahankan serta berbagai tindakan yang harus diambil, baik oleh organisasi atau pegawai dalam upaya perbaikan kinerja pada masa yang akan datang.

2.3 Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil

Penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil, adalah penilaian secara periodik pelaksanaan pekerjaan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan seorang

Pegawai Negeri Sipil, dan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

dalam melaksanakan tugasnya. Hasil penilaian kinerja digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil, antara lain pengangkatan kenaikan pangkat, pengangkatan dalam jabatan, pendidikan dan pelatihan, serta

pemberian penghargaan. Penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian

(25)

2.3.1 Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil

Unsur-unsur yang dinilai dalam melaksanakan penilaian pelaksanaan pekerjaan adalah :

1. Kesetiaan

Yang dimaksud dengan kesetiaan, adalah kesetiaan, ketaatan, pengabdian

kepada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah. Unsur kesetiaan terdiri dari sub-sub unsur penilaian sebagai berikut : a. Tidak pernah menyangsikan kebenaran Pancasila baik dalam ucapan,

sikap, tingkah laku dan perbuatan

b. Menjunjung tinggi kehormatan Negara atau Pemerintah, serta

senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang, atau golongan

c. Berusaha memperdalam pengetahuan tentang Pancasila dan

Undang-undang Dasar 1945, serta selalu berusaha mempelajari haluan Negara, politik pemerintah, dan rencana-rencana Pemerintah dengan tujuan

untuk melaksanakan tugasnya secara berdayaguna dan berhasilguna. d. Tidak menjadi simpatisan/ anggota perkumpulan atau tidak pernah

terlibat dalam gerakan yang bertujuan mengubah atau menentang

Pancasila Undang-Undang Dasar 1945, bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia atau Pemerintah.

e. Tidak mengeluarkan ucapan, membuat tulisan, atau melakukan

(26)

2. Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya

prestasi kerja seorang Pegawai Negeri Sipil dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman dan kesungguhan pegawai negeri sipil yang

bersangkutan. Unsur prestasi kerja terdiri dari atas sub-sub unsur sebagai berikut :

a. Mempunyai kecakapan dan menguasai segala seluk beluk bidang

tugasnya dan bidang lain yang berhubungan dengan tugasnya. b. Mempunyai keterampilan dalam melaksanakan tugasnya

c. Mempunyai pengalaman di bidang tugasnya dan bidang lain yang

berhubungan dengan tugasnya

d. Bersungguh-sungguh dan tidak mengenal waktu dalam melaksanakan

tugasnya

e. Mempunyai kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani yang baik f. Melaksanakan tugas secara berdayaguna dan berhasilguna.

g. Hasil kerjanya melebihi hasil kerja rata-rata yang ditentukan, baik

dalam arti mutu maupun dalam arti jumlah 3. Tanggungjawab

Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil

(27)

keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya. Unsur tanggung jawab terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut :

a. Selalu menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. b. Selalu berada di tempat tugasnya dalam segala keadaan.

c. Selalu mengutamakan kepentingan Dinas daripada kepentingan diri

sendiri, orang lain atau golongan.

d. Tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya kepada

orang lain.

e. Berani memikul risiko dari keputusan yang diambil atau tindakan yang

dilakukannya.

f. Selalu menyimpan dan atau memelihara dengan sebaik-baiknya

barang-barang milik Negara yang dipercayakan kepadanya. 4. Ketaatan

Ketaatan adalah kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang

berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan. Unsur ketaatan terdiri dari sub-sub unsur sebagai berikut : a. Menaati peraturan perundang-undangan dan atau peraturan kedinasan

yang berlaku

b. Menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang

(28)

c. Memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan sebaik-baiknnya

sesuai dengan bidang tugasnya. d. Bersikap sopan santun.

5. Kejujuran

Pada umumnya yang di maksud dengan kejujuran, adalah ketulusan hati

seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya. Unsur kejujuran terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut :

a. Melaksanakan tugas dengan ikhlas

b. Tidak menyalahgunakan wewenangnya.

c. Melaporkan hsil kerjanya kepada atasannya menurut keadaan yang

sebenarnya. 6. Kerjasama

Kerjasama adalah kemampuan seseorang Pegawai Negeri Sipil untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu

tugas yang ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Unsur kerjasama terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut :

a. Mengetahui bidang tugas orang lain yang ada hubungannya dengan

bidang tugasnya.

b. Menghargai pendapat orang lain

c. Dapat menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang lain, apabila

(29)

d. Bersedia mempertimbangkan dan menerima usul yang baik dari orang

lain

e. Selalu mampu bekerja bersama-sama dengan orang lain menurut

waktu dan bidang tugas yang ditentukan.

f. Selalu bersedia menerima keputusan yang di ambil secara sah

walaupun tidak sependapat. 7. Prakarsa

Prakarsa adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk

mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa

menunggu perintah dari atasan. Unsur prakarsa terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:

1. Tanpa menunggu petunjuk atau perintah dari atasan, mengambil

keputusan atau melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya, tetapi tidak bertentangan dengan

kebijaksanaan umum pimpinan

2. Berusaha mencari tatacara yang baru dalam mencapai daya guna dan

hasil guna yang sebesar besarnya;

3. Berusaha memberikan saran yang dipandangnya baik dan berguna

kepada atasan, baik diminta atau tidak diminta mengenai sesuatu yang

(30)

8. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk

melaksanakan tugas pokok. Unsur kepemimpinan terdiri atas sub-sub unsur sebagai berikut:

1. Menguasai bidang tugasnya;

2. Mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat;

3. Mampu mengemukakan pendapat dengan jelas kepada orang lain; 4. Mampu menentukan prioritas dengan tepat

5. Bertindak tegas dan tidak memihak; 6. Memberikan teladan baik;

7. Berusaha memupuk dan mengembangkan kerjasama;

8. Mengetahui kemampuan dan batas kemampuan bawahan;

9. Berusaha menggugah semangat dan menggerakkan bawahan dalam

melaksanakan tugas;

10. Memperhatikan dan mendorong kemajuan bawahan: 11. Bersedia mempertimbangkan saran-saran bawahan.

2.3.2 Tata Cara Penilaian

Penilaian dilakukan oleh Pejabat Penilai, yaitu atasan langsung Pegawai

(31)

lingkungannya pada akhir bulan Desember tiap-tiap tahun. Jangka waktu penilaian adalah mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun yang bersangkutan. Nilai pelaksanaan pekerjaan dinyatakan dengan sebutan dan angka

sebagai berikut:

a. amat baik = 91 - 100 b. baik = 76-90 c. cukup = 61-75

d. sedang = 51-60 e. kurang = 50 ke bawah

Nilai untuk masing-masing unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan, adalah

rata-rata dari nilai sub-sub unsur penilaian. Setiap unsur penilaian ditentukan dulu nilainya dengan angka, kemudian ditentukan nilai sebutannya. Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dituangkan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan.

Pejabat Penilai baru dapat melakukan penilaian pelaksanaan pekerjaan, apabila ia telah membawahkan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan. Apabila Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan diperlukan untuk suatu mutasi kepegawaian, sedangkan Pejabat Penilai belum 6 (enam) bulan membawahi Pegawai Negeri Sipil yang dinilai, maka Pejabat

(32)

2.4 Teori Himpunan Fuzzy

Pada akhir abad ke-19 hingga abad ke-20, teori probabilitas memegang peranan penting untuk penyelesaian masalah ketidakpastian. Teori ini terus

berkembang, hingga akhirnya pada tahun 1965, Lotfi A. Zadeh memperkenalkan teori himpunan fuzzy, yang secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa tidak

hanya teori probabilitas saja yang dapat digunakan untuk merepresentasikan masalah ketidakpastian. Namun demikian, teori himpunan fuzzy bukanlah pengganti dari teori probabilitas. Pada teori himpunan fuzzy, komponen utama

yang sangat berpengaruh adalah fungsi keanggotaan. Fungsi keanggotaan merepresentasikan derajat kedekatan suatu objek terhadap atribut tertentu,

sedangkan teori probabilitas lebih pada penggunaan frekuensi relatif (Ross,2005). Teori himpunan fuzzy merupakan kerangka matematis yang digunakan untuk merepresentasikan ketidakpastian, ketidakjelasan, ketidaktepatan,

kekurangan informasi, dan kebenaran parsial (Tettamanzi,2001).

2.4.1 Konsep Dasar Himpunan Fuzzy

Pada dasarnya, teori himpunan fuzzy merupakan perluasan dari teori himpunan klasik. Pada teori himpunan klasik (crisp), keberadaan suatu elemen pada suatu himpunan A, hanya akan memiliki dua kemungkinan, yaitu menjadi

anggota A atau tidak menjadi anggota A (Chak,1998). Suatu nilai yang menunjukkan seberapa besar tingkat keanggotaan suatu elemen (x) dalam suatu

(33)

nilai keanggotaan, yaitu µA(x)=1 untuk x menjadi anggota A dan µA(x)=0 untuk x

bukan anggota dari A.

Himpunan fuzzy memiliki dua atribut, yaitu :

a. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau

kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami.

b. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu

variabel

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami system fuzzy, yaitu : a. Variabel fuzzy

Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu

sistem fuzzy. b. Himpunan fuzzy

Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau

keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy. c. Semesta pembicaraan

Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioprasikan dalam suatu variabel fuzzy. Semesta pembicaraan merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton

dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat beupa bilangan positif maupun negatif. Adakalanya nilai semesta pembicaraan ini tidak dibatasi

(34)

d. Domain

Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioprasikan dalam suatu himpunan fuzzy.

Seperti halnya semesta pembicaraan, domain merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke

kanan. Nilai domain dapat berupa bilangan positif maupun negatif.

2.4.2 Fungsi Keanggotaan

Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang

menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (sering juga disebut dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval 0 sampai

1. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Ada beberapa fungsi keanggotaan yang bisa digunakan, diantaranya fungsi keanggotaan segitiga, dapat dilihat pada

(35)

2.4.3 Sistem Berbasis Aturan Fuzzy

Suatu sistem berbasis aturan fuzzy yang lengkap terdiri dari tiga komponen utama yaitu Fuzzyfication, Inference dan Defuzzyfivation. Fuzzyfication

mengubah masukan-masukan yang nilai kebenarannya bersifat pasti (crisp input) ke dalam bentuk fuzzy input, yang berupa nilai linguistik yang semantiknya

ditentukan berdasarkan fungsi keanggotaan tertentu. Inference melakukan penalaran menggunakan fuzzy input dan fuzzy rules yang telah ditentukan sehingga menghasilkan fuzzy output. Sedangkan Defuzzification mengubah fuzzy

output menjadi crisp value berdasarkan fungsi keanggotaan yang telah ditentukan .

Gambar 2.2 Diagram blok yang lengkap untuk sistem berbasis aturan fuzzy

fuzzyfication

inference

defuzzification

Crisp input µ

Fuzzy input

Fuzzy rules

Fuzzy output

Output µ

(36)

2.5 Multiple Criteria Decision Making (MCDM)

Multiple Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah

alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran-ukuran, aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan tujuannya, Multiple Criteria Decision Making dapat dibagi menjadi dua model (Zimmermann, 1991) yaitu Multi Attribute Decision Making (MADM) dan Multi Objective Decision Making (MODM). Secara umum dapat dikatakan

bahwa, Multi Attribute Decision Making menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif sedangkan Multi Objective Decision Making (MODM)

merancang alternatif terbaik.

Tabel 2.1 Perbedaan MADM dan MODM

Multi Attribute

Tujuan Implisit Eksplisit

Atribut Eksplisit Implisit

Alternatif Diskret, dalam jumlah terbatas

Kontinu, dalam jumlah tak terbatas

Kegunaan Seleksi Desain

Ada beberapa fitur umum yang akan digunakan dalam Multiple Criteria Decision Making (Yanko,2005), yaitu :

a. Alternatif

Alternatif adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan

(37)

b. Atribut

Atribut sering juga disebut sebagai karakteristik, komponen atau kriteria keputusan.

c. Konflik Antar Kriteria

Beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara satu dengan yang

lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan mengalami konflik dengan kriteria biaya.

d. Bobot Keputusan

Bobot keputusan menunjukkan kepentingan relatif dari setiap kriteria, W=(w1,w2,…,wn).

e. Matriks Keputusan

Suatu matriks keputusan X yang berukuran mxn, berisi elemen-elemen xij,

yang merepresentasikan rating dari alternatif Ai (i=1,2,…,m) terhadap

kriteria Cj (j=1,2,…,n).

2.5.1 Konsep Dasar Multi attribute Decision Making (MADM)

Pada dasarnya proses Multi Attribute Decision Making dilakukan melalui tiga tahap, yaitu penyusunan komponen-komponen situasi, analisis, dan sintetis

informasi (Rudolphi,2000).

Sebagian besar pendekatan Multi Attribute Decision Making dilakukan

(38)

melakukan perankingan alternatif-alternatif keputusan tersebut berdasarkan hasil agregasi keputusan.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa masalah multi attribute decision

making adalah mengevaluasi m alternatif Ai (i=1,2,…,m) terhadap sekumpulan

atribut atau kriteria Cj (j=1,2,…,n), dimana setiap atribut saling tidak tergantung

satu dengan yang lainnya. Matriks keputusan setiap alternatif terhadap setiap atribut X diberikan sebagai :

……… (2.2)

Dimana xij merupakan rating kinerja alternatif ke-i terhadap atribut ke-j. Nilai

bobot yang menunjukkan tingkat kepentingan relatif setiap atribut, diberikan

sebagai:

W={w1,w2,…,wn} …….. (2.3)

Rating kinerja (X) dan nilai bobot (W) merupakan nilai utama yang merepresentasikan preferensi absolut dari pengambil keputusan. Masalah multi atribut decision making diakhiri dengan proses perankingan untuk mendapatkan alternatif terbaik diperoleh berdasarkan nilai keseluruhan preferensi yang diberikan (Yeh,2002).

2.5.2 Simple Additive Weighting Method (SAW)

Metode simple addtive weighting sering juga dikenal dengan istilah penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode simple additive weighting adalah

x11 x12 … x1n

x21 x22 … x2n

. . . . . . Xm1 xm2 … xmn

(39)

Jika j adalah atribut keuntungan (benefit)

mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut (Fishburn, 1976)(MacCrimmon,1968). Metode simple additive weighting membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.

Dimana rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut Cj;

i=1,2,…,m dan j=1,2,…,n.Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai :

…… (2.5)

Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih.

2.5.3 Fuzzy Multi Attribute Decision Making (FMADM)

Apabila data-data atau informasi yang diberikan, baik oleh pengambil keputusan, maupun data tentang atribut suatu alternatif tidak dapat disajikan dengan lengkap, mengandung ketidakpastian atau ketidakkonsistenan, maka

metode multiple criteria decision making biasa tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Masalah ketidakpastian dan ketidaktepatan oleh

beberapapa hal, seperti informasi yang tidak dapat dihitung, informasi yang tidak lengkap, informasi yang tidak jelas dan pengabaian parsial (Chen, 1997). Untuk mengatasi masalah tersebut, maka beberapa penelitian tentang penggunaan

v wj

1

rij

Jika j adalah atribut biaya (cost)

(40)

metode fuzzy multiple criteria decision makling mulai banyak dilakukan, dan terbukti memiliki kinerja yang sangat baik.

Fuzzy multiple criteria decision makling dapat diklasifikasikan dalam dua

model (Ribeiro,1996)(Chen,1985) yaitu Fuzzy Multi-Multi-Objective Decision Making (FMODM) dan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (FMADM). Secara umum FMADM memiliki suatu tujuan tertentu, yang dapat diklasifikasikan dalam dua tipe (Simoes-Marques,2000), yaitu menyeleksi alternatif dengan atribut (kriteria) dengan ciri-ciri terbaik dan mengklasifikasikan

alternatif berdasarkan peran tertentu. Untuk menyelesaikan masalah fuzzy multi attribute decision making, dibutuhkan dua tahap,yaitu :

1. Membuat rating pada setiap alternatif berdasarkan agregasi derajat

kecocokan pada semua kriteria

2. Merangking semua alternatif untuk mendapatkan alternatif terbaik.

Metode-metode multi attribute decision making MADM) klasik memiliki beberapa kelemahan, antara lain :

1. Tidak cukup efisien untuk menyelesaikan masalah-masalah pengambilan

keputusan yang melibatkan data-data yang tidak tepat, tidak pasti, dan tidak jelas (Zhang,2005).

2. Biasanya diasumsikan bahwa keputusan akhir setiap alternatife-alternatif

diekspesikan dengan bilangan rill, sehingga tahap perangkingan menjadi

(41)

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan fuzzy multi attribute decision making (FMADM)(Zhang,2005).

2.5.4 Metode MADM Klasik untuk penyelesaian FMADM

Berdasarkan tipe data yang digunakan pada setia kinerja

alternatif-alternatifnya, fuzzy multi attribute decision making dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu semua data yang digunakan adalah data fuzzy, semua data yang digunakan adalah data crisp. Atau data yang digunakan merupakan campuran

antara fuzzy dan crisp.

Salah satu mekanisme untuk menyelesaikan masalah fuzzy multi attribute

decision making adalah dengan mengaplikasikan metode multi attribute decision makig klasik (seperti simple additive weighting (SAW), Weighted Product (WP), atau Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS))

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian merupakan proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian

yang digunakan menggunakan penelitian terapan, dimaksudkan untuk menguji teori/ilmu yang sudah ada untuk keperluan praktis yang bermanfaat secara langsung dalam kehidupan manusia. Tujuan dari penelitian terapan atau applied

research yaitu jenis penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Dalam kasus penelitian ini, maka penulis menggunakan pendekatan deskriptif atau survey yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap kualitas penilaian kinerja

pegawai, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya terhadap sistem pendukung keputusan penilaian kinerja pegawai negeri sipil.

Penulis berusaha untuk menerapkan model fuzzy multi attribute decision making dengan merepresentasikan metode multiple attribute decision making klasik khususya metode simple additive weighting ke dalam sistem pendukung

keputusan untuk menciptakan sebuah penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil yang dititikberatkan pada promosi jabatan yang akan dilakukan di Rumah Sakit

(43)

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.1.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu dari segi perangkat keras dan

perangkat lunak, yaitu :

1. Perangkat Keras

Processor AMD turion(tm) X2 2,1 GHz

• Ram 3 GB

• VGA Ati Radeon HD 3200

Hardisk 250 GB

2. Perangkat Lunak

Database MySQL

• Visual Basic (VB) 6.0

3.1.2 Bahan Penelitian

Bahan penelitian merupakan objek dari penelitian ini yang akan diolah

menjadi sebuah sistem, sistem yang dimaksud adalah penilaian kinerja pegawai. Beberapa objek yang dijadikan penelitian yaitu meliputi sample dari populasi

pemimpin dari setiap pegawai negeri sipil antar bagian rumah sakit, beserta data-data yang mendukung penelitian tersebut. Adapun beberapa objek lain yang menjadi bahan penelitian, yaitu :

1. Konsep penilaian kinerja pegawai negeri sipil rumah sakit bagian sumber

daya manusia (SDM) untuk mencapai suatu prestasi kinerja pegawai yaitu

(44)

2. Daftar Urut Kepangkatan (DUK) meliputi profil semua pegawai rumah

sakit berupa nama pegawai, nip, pangkat, jabatan, masa kerja, pendidikan

maupun tempat tanggal lahir.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam

gambar di bawah ini :

Pengembangan Perangkat Lunak

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan dari gambar di atas, yaitu :

1. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagian pendahuluan dalam perumusan masalah.

2. Studi Literatur

Proses studi literatur dalam penelitian ini dilakukan dengan mempelajari literatur-literatur yang meliputi konsep penilaian kinerja,

Rumusan Masalah

Studi Literatur

Analisis Kebutuhan Sistem Desain

Sistem Pengujian /

Evaluasi Coding

(45)

sistem pendukung keputusan, fuzzy multi attribute decision making dan simple additive weighting.

3. Pengumpulan Data

Metode wawancara dan angket merupakan tahap untuk mengumpulkan data dan pengumpulan informasi mengenai penilaian

kinerja pegawai negeri sipil. Proses wawancara ini dilakukan dengan salah seorang pegawai rumah sakit bagian sumber daya manusia dan proses angket dilakukan dengan para pemimpin pegawai negeri sipil dari setiap

bagian di rumah sakit. 4. Analisis Kebutuhan Sistem

Hasil dari proses pengumpulan data yang telah dilakukan selanjutnya dianalisis dan dilakukan perumusan kebutuhan dari perangkat lunak yang akan dibuat.

5. Desain Sistem

Setelah dilakukan analisis sistem maka kebutuhan perangkat lunak

dituangkan kedalam sebuah model perangkat lunak yang meliputi pemodelan data.

6. Coding

Setelah dilakukan desain sistem maka proses selanjutnya adalah proses coding, dalam penelitian ini perangkat lunak yang dibuat

(46)

7. Pengujian/Evaluasi

Tahap selanjutnya dilakukan proses pengujian, teknik pengujian yang digunakan adalah teknik pengujian Black Box.

3.3 Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Metode pengembangan perangkat lunak merupakan tahapan pemodelan rekayasa perangkat lunak pada penelitian. Dalam penelitian ini, metode pengembangan perangkat lunak menggunakan linear sequential model, atau

sering juga disebut dengan classic life cycle atau waterfall model. Model ini adalah model yang muncul sekitar tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno,

tetapi merupakan model yang paling banyak dipakai di dalam software engineering (SE). Adapun tahapan pengembangan dengan waterfall model ini menurut pressman adalah :

Gambar 3.2 model waterfall Pengembangan Perangkat Lunak

Keterangan dari gambar model waterfall diatas, yaitu :

1. Pada tahap analisis kebutuhan Perangkat lunak merupakan tahapan awal

dalam analisis kebutuhan sistem. Tujuan dari tahap ini yaitu untuk mengetahui informasi, model, dan spesifikasi dari sistem yang dibutuhkan.

pemodelan sistem

Desain

Sistem Coding Pengujian

(47)

Untuk mewujudkan tujuan dari proses ini maka penulis melibatkan pihak rumah sakit yang akan menggunakan sistem ini.

2. Setelah proses analisis kebutuhan selesai dilakukan, selanjutnya hasil

analisis tersebut akan dimodelkan, model yang dibangun merujuk pada pendekatan pengembangan perangkat lunak berbasis aliran. Ada empat

atribut yang dijadikan pada tahapan nya yaitu struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface dan detail algoritma.

3. Setelah dilakukan tahap desain sistem maka proses selanjutnya adalah

proses coding. Proses coding ini menterjemahkan desain yang telah dibuat kedalam kode-kode dengan menggunakan bahasa pemograman. Penelitian

ini menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0 dan MySQL. 4. Tahapan selanjutnya adalah proses pengujian perangkat lunak, proses

pengujian ini dilakukan untuk memastikan perangkat lunak yang telah

dibuat telah sesuai dengan kebutuhan. Semua tahapan beserta detail penjelasan dari pembangunan perangkat lunak ini dituangkan dalam

dokumen SKPL (Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak).

3.4 Implementasi

3.3.1 Konsep Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil

Penilaian kinerja pegawai Pegawai Negeri Sipil di rumah sakit Dr. Slamet

(48)

1. Pemahaman Konsep Penilaian kerja Pegawai Negeri Sipil di rumah

sakit

2. Menerapkan model fuzzy multi attribute decision making dengan

merepresentasikan multi attribute decision making klasik dengan metode simple addtive weighting dalam penilaian kinerja pegawai

negeri sipil berupa promosi jabatan dengan kriteria yang sudah ditentukan.

3. Membuat sistem penilaian kinerja pegawai negeri sipil rumah sakit

yaitu menerjemahkan hasil rancangan sistem sehingga nantinya rancangan sistem tersebut dapat dibaca oleh komputer.

3.3.2 Konsep model fuzzy multi attribute decision making (FMADM)

Salah satu mekanisme untuk menyelesaikan masalah fuzzy multi attribute

decision making (FMADM) adalah dengan mengaplikasikan metode multi attribute decision making (MADM) klasik seperti simple additive weighting (SAW), weighted product (WP) atau elimination Et Choix Traduisant la realite (ELECTRE) untuk melakukan perankingan, setelah terlebih dahulu dilakukan konversi data fuzzy ke data crisp (Chen,1992). Pengimplementasian metode fuzzy

multi attribute decision making metode simple additive weighting ini ke dalam sistem pendukung keputusan penilaian kinerja pegawai untuk promosi jabatan

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan kriteria-ktiteria yang akan dijadikan acuan dalam

(49)

dari hasil akhir penilaian DP3, pangkat/golongan, masa kerja, pendidikan dan latihan jabatan.

2. Memberikan nilai setiap alternatif (alternatif nya yaitu pegawai negeri

sipil) pada setiap kriteria yang sudah ditentukan, dimana nilai untuk DP3 dan masa kerja merupakan bilangan fuzzy yang dikonversikan ke

bilangan crisp. Untuk mendapatkan nilai crisp dari bilangan fuzzy yaitu melalui serangkaian tiga proses pada sistem berbasis aturan fuzzy yaitu fuzzyfication, inference dan deffuzification. Pada proses inference menggunakan model mamdani dan proses deffuzification menggunakan metode centroid method sehingga dari proses ini

menghasilkan crisp value.

3. Memberikan nilai bobot setiap kriteria berdasarkan keputusan

pengambil keputusan penilaian kinerja pegawai negeri sipil promosi

jabatan

4. Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria, kemudian

melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut sehingga diketahui matriks ternormalisasi R.

5. Hasil akhir diperoleh dari proses perankingan dengan metode simple

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Pada bab ini dideskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Slamet Garut, melalui proses penelitian dengan penyebaran instrumen berupa angket atau kuisioner yang merupakan proses

analisis kebutuhan dari perangkat lunak yang akan dibuat, selain itu bertujuan untuk mengetahui proses promosi jabatan melalui penilaian-penilaian yang

dilakukan kepada pegawai negeri sipil yang akan diterapkan pada suatu model perankingan yaitu model fuzzy multi attribute decision making (FMADM) metode simple additive weighting (SAW).

4.1.1. Analisis Kebutuhan Sistem

Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan menyebarkan instrumen

penelitian berupa angket penelitian yang bertujuan untuk menelusuri faktor-faktor yang dijadikan bahan untuk proses promosi jabatan melalui penilaian-penilaian Pegawai Negeri Sipil. Penyebaran kuisioner ini dilakukan sebagai proses analisis

kebutuhan sistem yang akan diterapkan pada suatu model fuzzy multi attribute decision making metode simple additive weighting, selain itu juga dilakukan pula wawancara tidak terstruktur kepada pihak pemimpin yang menilai PNS.

Berikut merupakan hasil perhitungan skor untuk kuisioner untuk analisis

(51)

Pada tahap ini dilakukan penyebaran angket kepada 20 responden kepada pemimpin yang terlibat langsung dalam penilaian kinerja PNS untuk mengetahui

proses penilaian kinerja pegawai negeri sipil khususnya promosi jabatan.

a. Beberapa kriteria yang dijadikan syarat pegawai negeri sipil untuk

dipromosikan jabatannya

Tabel 4.1 Hasil Angket Kriteria Promosi Jabatan PNS

(52)

Dalam hal syarat promosi jabatan untuk pegawai negeri sipil, sebagian besar responden setuju bahwa Daftar Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan (75%) , golongan (75%), masa kerja (70%), latihan jabatan (80%) dan pendidikan (85%) merupakan kriteria promosi jabatan untuk

pegawai negeri sipil.

b. Pengaruh tingkat kepentingan untuk kriteria golongan, pendidikan dan

latihan jabatan

Tabel 4.2 Hasil Angket Tingkat Kepentingan untuk Kriteria

Golongan dan pendidikan

Menurut hasil angket yang diperoleh dari tabel diatas sebanyak 75% responden setuju jika semakin tinggi golongan maka peluang untuk dipromosikan jabatan semakin besar dan sebanyak 75% responden setuju

(53)

c. Prioritas dari semua kriteria promosi jabatan

Tabel 4.3 Hasil Angket Prioritas Kriteria Promosi Jabatan PNS

No. Aspek Pilihan Jumlah nilai prioritas dari kriteria

DP3 nilai prioritas dari kriteria

golongan nilai prioritas dari kriteria

masa kerja nilai prioritas dari kriteria

latihan jabatan nilai prioritas dari kriteria

(54)

Berdasarkan hasil angket pada prioritas setiap kriteria, responden menyatakan DP3 mempunyai prioritas tinggi (45%), golongan sangat

tinggi (55%), masa kerja tinggi (70%), latihan jabatan cukup (60%), dan pendidikan tinggi (70%).

d. Analisis keperluan tentang perangkat lunak yang akan diimplementasikan

yaitu sebuah sistem penilaian kinerja pegawai negeri sipil

Tabel 4.4 Hasil Angket Keperluan Perangkat Lunak Sistem Pendukung Keputusan

Penilaian Kinerja PNS

No. Aspek Pilihan Jumlah profil dari setiap pegawai

PNS dari hasil akhir penilaian

Sangat perlu 3 15%

Perlu 17 85%

(55)

yang merupakan kandidat untuk promosi

jabatan dari nilai yang terendah sampai tertinggi

Tidak perlu Sangat tidak

perlu

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan fitur untuk perangkat lunak sistem pendukung keputusan penilaian kinerja PNS berupa fitur yang telah disediakan

oleh penulis maka hasil responden memerlukan (85%) sebuah sistem ini. Fitur yang disediakan juga menghasilkan responden dengan jawaban perlu untuk semua

fitur yang disediakan.

4.1.2 Desain Sistem

Desain sistem merupakan suatu tahapan yang dilakukan setelah melakukan analisis dari siklus pengembangan sistem, pendefinisian dari

kebutuhan-kebutuhan fungsional, persiapan rancang bangun implementasi, menggambarkan bagaimana suatu sistem tersebut di bentuk. Sistem yang dibentuk dapat berupa

penggambaran, perancangan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam suatu kesatuan yang utuh dan berfungsi, termasuk menyangkut konfigurasi dari komponen-komponen perangkat lunak dan

(56)

a. Desain output

Desain output (keluaran) merupakan bentuk dari sistem yang dapat

terlihat. Pada Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja PNS ini nantinya menghasilkan output dengan model fuzzy multi attribute decision

making yaitu perangkingan dengan metode simple additive weighting berupa promosi jabatan pegawai negeri sipil.

b. Desain input

Pada sistem pendukung keputusan penilaian kinerja PNS terdapat proses input. Proses input yang dilakukan oleh sistem ini dengan

melakukan tahapan pemasukan data (data entry) ke dalam sistem yang nantinya inputan tersebut akan mendapat respon dari sistem, sesuai dengan inputan yang dimasukkan. Pada sistem ini proses input yang harus

(57)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Model Fuzzy Multi Attriute Decision Making (FMADM)

Gambar 4.1 Skema Alur Perhitungan Untuk Model FMADM dan SAW

Dalam penelitian ini dilakukan proses FMADM dengan data menggunakan campuran antara data fuzzy dan crisp kemudian untuk melakukan

perankingan digunakan suatu metode simpe additive weighting (SAW). Berdasarkan hasil penelitian berupa angket yang telah dilakukan di RSUD Dr.

(58)

pangkat, masa kerja, latihan jabatan dan pendidikan sedangkan alternatif yang dijadikan objek dari penelitian yaitu pegawai negeri sipil. Karena kriteria masa

kerja dan dp3 yang digunakan bernilai tidak pasti atau samar maka dikonversikan ke bentuk fuzzy dengan menggunakan sistem berbasis aturan fuzzy melalui

serangkaian komponen untuk mendapatkan nilai crisp. Terdapat tiga komponen yaitu :

1. Fuzzification

Masukan-masukan yang nilai kebenarnnya bersifat pasti (crisp input) dikonversikan ke bentuk fuzzy input, yang berupa nilai linguistik

yang semantiknya ditentukan berdasarkan fungsi keanggotaan. 2. Inference

Proses memperhitungkan semua aturan yang ada dalam basis

pengetahuan. Dalam penelitian ini menggunakan model mamdani. Pada model mamdani model fuzzy didefinisikan sebagai :

IF x1 is A1 AND .. AND xn is An THEN y is B …….. (4.1)

3. Defuzzyfication

Pada proses ini terdapat beberapa metode yang digunakan yang

telah diaplikasikan untuk berbagai masalah. Untuk penelitian kasus sistem pendukung keputusan penilaian kinerja promosi jabatan

menggunakan metode Centroid Method dengan tujuan untuk mendapatkan nilai crisp dengan rumus sebagai berikut :

……. (4.2)

y* =

ΣΣΣΣ

yµR(y)

y µR(y)

(59)

Hasil crisp yang didapatkan merupakan nilai untuk melakukan penilaian rating kecocokan dari setiap alternatif pada kriteria masa kerja dan dp3.

Pengambil keputusan memberikan bobot preferensi bagi semua kriteria sedangkan untuk menentukan nilai kriteria golongan, latihan jabatan dan pendidikan sudah

ditentukan sebelumnya. Pengambil keputusan memberikan bobot preferensinya DP3, pangkat, masa kerja, latihan jabatan dan pendidikan sebagai kriteria promosi

jabatan.

Dari hasil data fuzzy yang di dapat maka proses berikutnya yaitu melakukan normalisasi matriks X, dengan rumus :

…….. (4.3)

Proses terakhir yaitu melakukan perankingan dimana dalam proses ini melakukan metode simple additive weighting (SAW) yang terlebih dahulu

melakukan matriks ternormalisasi dengan simbol R sebagai hasil dari matriks ternormalisasi X. Rumus untuk melakukan perankingan pada metode SAW yaitu:

v w r …… (4.4)

4.3 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak

Pada tahap awal dilakukan analisis kebutuhan, proses ini dilakukan untuk mengetahui proses informasi, model, dan spesifikasi dari sistem yang dibutuhkan,

proses ini dilakukan dengan melibatkan pihak rumah sakit yang akan menggunakan sistem. Pada penelitian yang dilakukan, proses analisis kebutuhan ini dilakukan melalui penyebaran angket terhadap sampel penelitian, sampel

rij= xij Max xij

(60)

penelitian yang digunakan adalah para pimpinan masing-masing sub bagian di RSUD Dr. Slamet Garut sebanyak 20 orang. Penyebaran angket ini dilakukan

untuk menelusuri kebutuhan yang diperlukan oleh sebuah sistem yang akan diterapkan pada model fuzzy multi attribute decision making metode simple

additive weighting. Untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan bagi pihak rumah sakit untuk aplikasi yang dibuat, penulis melakukan wawancara tidak terstruktur dengan seorang pemimpin jabatan yang menilai pegawai negeri

sipil sebagai admin dari sistem yang akan diimplementasikan, wawancara yang dilakukan membahas mengenai kebutuhan fungsional maupun non fungsional

yang diperlukan dalam sistem. Semua kebutuhan ini dijelaskan di dalam dokumen spesifikasi perangkat lunak yang telah disusun oleh penulis.

Berdasarkan hasil analisis perhitungan angket mengenai analisis

kebutuhan sistem, diperoleh fitur atau layanan yang dikembangkan untuk sistem penilaian kinerja pegawai, antara lain :

1. Data Pegawai Negeri Sipil

Sebuah fitur yang akan memudahkan admin dalam melihat profil semua pegawai rumah sakit.

2. Data pangkat, pendidikan, jabatan dan pelatihan

Gambar

Gambar 2.1 Langkah-langkah Penilaian Unjuk Kerja
gambar di bawah ini :
Gambar 2.2 Diagram blok yang lengkap untuk sistem berbasis aturan fuzzy
Tabel 2.1 Perbedaan MADM dan MODM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kondisi yang dihadapi oleh mitra SOJI dalam mengolah ikan Kurisi dan Swanggi menjadi produk scallop, bakso dan sosis, maka metode yang digunakan untuk

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelayanan administrasi di kantor Kecamatan Tualang Kabupatten Siak sudah cukup baik walaupun masih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku agresif yang ditunjukkan remaja pengamen jalanan meliputi perilaku agresif menyerang fisik, bentuk perilaku agresif

Metode interpolasi linier dapat diterapkan dalam perbesaran resolusi citra dengan cara proses membaca resolusi citra masukan yang berupa bitmap objek yang berguna

Dalam pembahasan empat jenis layanan bimbingan yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa dari seluruh layanan secara umum bertujuan untuk mengatasi kesulitan yang

Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh filler efektif sampai fraksi volume 20%, setelah itu karena kemungkinan filler menghalangi ikatan serat bambu dengan polyester,

AbdulMajid : Pengaruh Penggunaan Jejaring Sosial Facebook Terhadap Kepribadian Siswa Kelas X Di Madrasah Aliyah Negeri Ciledug – Kabupaten Cirebon. Penggunaan Jejaring

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang