• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR TIPE EMPIRIS INDUKTIF TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN TRANSPORTASI TUMBUHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR TIPE EMPIRIS INDUKTIF TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN TRANSPORTASI TUMBUHAN."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR TIPE EMPIRIS

INDUKTIF TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA

PEMBELAJARAN TRANSPORTASI TUMBUHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh:

DADAN HERDIANA 060884

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh penggunaan siklus belajar tipe empiris induktif terhadap penguasaan konsep dan respon siswa SMA pada pembelajaran transportasi tumbuhan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

pre-test post-test control group design. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Kasokandel

Kabupaten Majalengka dengan menggunakan dua kelas XI yang telah dipilih sebagai sampelnya. Instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda dan angket. Data diuji dengan menggunakan uji hipotesis dua pembeda (U Mann-Whitney). Dari hasil pengolahan dan analisis data terungkap adanya pengaruh penggunaan siklus belajar tipe empiris induktif terhadap penguasaan konsep siswa berupa nilai post-test pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai pre-testnya. Dari hasil pengolahan dan analisis juga terungkap bahwa perbandingan antara gain kelas eksperimen (32.82) dan kelas kontrol (19.33) berbeda signifikan. Data hasil angket mengungkapkan bahwa hampir seluruh siswa merasa senang pada pembelajaran transportasi tumbuhan dengan menggunakan siklus belajar tipe empiris induktif (94,8%).

Kata Kunci : Siklus belajar tipe empiris induktif, Penguasaan Konsep, pre-test post-test

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga pembelajaran biologi bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran biologi

diharapkan dapat dijadikan sarana berpikir bagi siswa untuk mempelajari dan

menemukan fenomena yang terjadi di dalam diri dan alam sekitar, serta

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006).

Pembelajaran biologi berkaitan dengan memahami fenomena yang terjadi

di dalam diri dan alam sekitar. Suatu pembelajaran biologi siswa harus dirangsang

untuk aktif berpikir melalui kegiatan observasi atau eksperimen disertai interaksi

sosial dengan siswa lain atau dengan gurunya, sehingga siswa dapat membangun

pengetahuan sendiri dalam benaknya. Menurut Rustaman et al. (2005) proses

belajar mengajar bukan hanya mengerjakan biologi sebagai produk berupa konsep

semata, melainkan juga mengajarkan siswa aktif berpikir melalui biologi.

Peningkatan kualitas pembelajaran biologi terus dilakukan, salah satunya

melalui pengembangan beberapa model pembelajaran yang dilandasi pandangan

konstruktivisme dari piaget. Pandangan ini berpendapat bahwa dalam proses

belajar anak membangun pengetahuannya sendiri dan memperoleh banyak

(4)

membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan

lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar.

Sesuai dengan prinsip mengajar menurut model konstruktivisme bahwa

mengajar bukan sebagai proses dimana gagasan-gagasan guru diteruskan pada

para siswa, melainkan sebagai proses-proses untuk mengubah gagasan-gagasan

siswa yang sudah ada. Dasar pemikiran para konstruktivis adalah bahwa

pengajaran efektif agar guru mengetahui bagaimana para siswa memandang

fenomena yang menjadi subjek pengajaran. Pelajaran dikembangkan dari gagasan

yang telah ada itu dan berakir dengan gagasan yang telah mengalami modifikasi

(Dahar, 1996 ).

Pengembangan beberapa model pembelajaran biologi tersebut harus

diikuti dengan pengimplementasian sutau model pembelajaran yang berlandaskan

konstruktivisme. Proses pembelajarannya memberikan peluang kepada siswa

untuk merangsang siswa aktif berpikir dalam membangun dan mengembangkan

pengetahuannya sendiri dengan cara menghubungkan informasi atau

pengetahuannya yang baru diperolehnya dengan pengetahuan atau pengalaman

yang telah dimilikinya. Pembelajaran tersebut lebih bermakna bagi siswa

dibandingkan dengan pembelajaran yang siswanya langsung diberikan

konsep-konsep yang sudah jadi. Hal ini senada dengan pernyataan Ausubel (dalam Dahar,

1996) dengan belajar bermakna siswa dapat mengingat informasi lebih lama

dibandingkan dengan belajar hafalan. Whiterington (Syamsudin Abin, 2005)

(5)

3

dibandingkan dengan hasil proses mental yang lebih tinggi atau hasil-hasil

pengalaman praktek yang berarti.

Model pembelajaran yang diimplementasikan di sini yaitu model siklus

belajar tipe empiris induktif. Pemilihan model ini didasarkan atas beberapa alasan.

Pertama, model siklus belajar tipe empiris induktif merupakan suatu model

pembelajaran yang komprehensif, yang mencakup berbagai metode. Kedua,

model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaitkan informasi baru

dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki sehingga pembelajaran akan lebih

bermakna. Ketiga, model ini memberikan peluang kepada siswa untuk

merangsang siswa aktif berpikir dalam membangun dan mengembangkan

pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa.

Keempat, jika ada suatu konsep yang belum dipahami oleh siswa, akan

dilaksanakan siklus ulang sampai siswa memahami konsep tersebut. Model ini

terdiri dari tiga tahapan atau fase, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep

dan fase aplikasi konsep.

Materi transportasi tumbuhan merupakan salah satu materi dalam

pelajaran Biologi yang dianggap sukar karena memiliki tingkat keabstrakan yang

cukup tinggi. Suatu konsep dikatakan sulit (konsep abstrak) apabila pernyataan

yang dikandungnya semakin jauh dari wujud fisik atau untuk diindera, biasanya

hanya dapat didekati dengan suatu model atau media (Tekayya, C, et al 2001).

Konsep-konsep yang terdapat pada pokok bahasan sistem transportasi tumbuhan

merupakan konsep yang dianggap sulit, maka tugas seorang guru untuk mencari

(6)

dengan baik oleh siswa. Model siklus belajar tipe empiris induktif merupakan

salah satu cara untuk merduksi tingkat kesulitan (kekomplekan, keabstrakan, dan

kerumitan) suatu bahan ajar menjadi bahan ajar yang lebih sederhana, sehinga

materi tersebut lebih mudah dapat dipahami oleh siswa (Anwar, 2004).

Beberapa penelitian tentang siklus belajar telah dilakukan, diantaranya

menyatakan bahwa penerapan model siklus belajar dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada konsep struktur dan fungsi organisasi seluler (Kania, 2006).

Selain itu siklus belajar juga dapat meningkatkan pencapaian indikator hasil

belajar siswa pada sub konsep reproduksi (Usman, 2001). Dengan demikian,

pembelajaran model siklus belajar ini banyak memberikan kontribusi dalam

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh siklus belajar tipe empiris induktif dalam pembelajaran tentang

transportasi tumbuhan. Penelitian yang digunakan mengenai bagaimana pengaruh

siklus belajar tipe empiris induktif terhadap penguasaan konsep siswa. Selain itu

peneliti juga ingin mengetahui respon siswa mengenai pembelajaran jaringan

tumbuhan dengan menggunakan siklus belajar.

B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengaruh siklus belajar tipe empiris

induktif terhadap penguasaan konsep siswa SMA pada pembelajaran transportasi

(7)

5

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dijabarkan beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa sebelum menggunakan model

siklus belajar tipe empiris induktif pada konsep transportasi tumbuhan?

b. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa setelah menggunakan model

siklus belajar tipe empiris induktif pada konsep transportasi tumbuhan?

c. Bagaimanakah perbedaan pengusaan konsep siswa pada kelas yang

menggunakan pembelajaran dengan siklus belajar tipe empiris induktif

dengan kelas kontrol ?

d. Bagaimanakah tanggapan siswa tentang penggunaan model siklus

belajar untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada konsep

transportasi tumbuhan?

D. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Penelitian ini dilakukan di SMA 1 Kasokandel kelas XI, semester 2.

b. Materi yang diteliti yaitu proses pengangkutan atau transportasi

tumbuhan. Namun tidak termasuk sub konsep transpirasi.

c. Model pembelajaran siklus belajar yang digunakan dalam peneliatian

ini yaitu siklus belajar tipe empiris induktif yang terdiri dari tiga fase

yaitu : Fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase aplikasi konsep

(8)

d. Metode pembelajaran yang digunakan sebagai kontrol dalam penelitian

ini adalah metode praktikum yang biasa digunakan sekolah tersebut.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

a. Mengetahui penguasaan konsep siswa sebelum menggunakan model

siklus belajar tipe empiris induktif pada konsep transportasi tumbuhan.

b. Mengetahui penguasaan konsep siswa sesudah menggunakan model

siklus belajar tipe empiris induktif pada konsep transportasi tumbuhan.

c. Mengetahui perbedaan penguasaan konsep siswa pada kelas yang

menggunakan model siklus belajar dengan kelas kontrol?

d. Mengetahui tanggapan siswa setelah menggunakan model siklus

belajar.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai

pihak, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Bagi peneliti lain

Dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan untuk penelitian sejenis

pada konsep biologi lainnya.

(9)

7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi guru

mengenai manfaat siklus belajar sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran.

c. Bagi siswa

Melalui siklus belajar diharapkan pembelajaan yang dilakukan oleh siswa

dapat lebih bermakna, karena siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya

untuk memahami suatu materi dalam pembelajaran

G. Asumsi

1. Semakin aktif siswa secara intelektual, manual dan sosial, semakin

bermakna pengalaman belajar siswa (Rustaman et al., 2005).

2. Model pembalajaran dengan learning cycle dapat meningkatkan pestasi

dalam ilmu pengetahuan, retensi yang lebih baik terhadap suatu konsep,

sikap baik terhadap pembelajaran ilmu pengetahuan, peningkatan

kemampuan penalaran, dan dapat menigkatkan keterampilan proses

dibandingkan dengan melakukan pembelajaran dengan menggunakan model

konvensional (ceramah) (Abraham & Renner, 1986 dalam Lawson, 1995).

3. Penggunaan siklus belajar memberikan keuntungan pada siswa untuk

mengungkapkan pengetahuan awal siswa dan memberikan kesempatan

(10)

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi yang telah diungkapkan sebelumnya, maka hipotesis

penelitian ini adalah “Model siklus belajar tipe empiris induktif dapat

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen

(eksperimen semu), dimana sampel penelitian diambil secara “cluster random

sampling” (Fraenkel & Wallen, 2009). Dalam penelitian eksperimen terdapat dua

variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah

penggunaan siklus belajar tipe empiris induktif dalam pembelajaran dan variabel

terikatnya adalah penguasaan konsep siswa.

1. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan

secara operasional untuk menghindari berbagai penafsiran. Penjelasan tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam menguasai

dan memahami konsep-konsep dalam materi transportasi tumbuhan yang

diukur melalui soal pilihan ganda dengan empat opsi pilihan dengan jenjang

dari C1 sampai C3, kemudian dilakukan uji coba terhadap soal yang

digunakan untuk melihat validitas dan reliabilitasnya.

b. Model siklus belajar tipe empiris induktif

Model siklus belajar tipe empiris induktif yang dimaksud dalam penelitian

(12)

secara praktikum melalui tiga fase atau siklus. Fase tersebut meliputi fase

eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-test Post-Test Control Group

Design (Ruseffendi, 1994).

O

1

X

O

2

O

1

-

O

2

Keterangan :

01 = Pre-Test

02 = Post-Test

X = Pembelajaran transportasi tumbuhan secara siklus belajar tipe empiris

induktif.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas

XI di SMAN 1 Kasokandel Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat.

Penelitian ini menggunakan dua kelas dari empat kelas yang ada. Pengambilan

sampel pada penelitian ini dilakukan secara acak kelas karena semua siswa

kelas X dianggap memiliki kemampuan yang sama. Kelas yang terpilih adalah

kelas XI IPA-2 dan XI IPA-3. Dua kelas yang terpilih kemudian dijadikan

(13)

32

eksperimen dan kelas kontrol pun dilakukan secara acak kelas. Kelas XI

IPA-3 terpilih untuk digunakan sebagai kelas kontrol dengan menggunakan metode

praktikum dan kelas XI IPA-2 digunakan sebagai kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran siklus belajar tipe empiris induktif dalam

pembelajaran transportasi tumbuhan. Jumlah siswa di kelas kontrol berjumlah

40 siswa sedangkan di kelas eksperimen berjumlah 39 siswa.

4. Instrumen

Instrumen yang digunakan berupa :

a. Soal pilihan ganda yang digunakan untuk menjaring penguasaan konsep

siswa yaitu berupa soal pre-test dan post-test. Soal yang digunakan berupa

soal pilihan ganda dengan jumlah 19 soal. Sebelum digunakan sebagai alat

untuk mengumpulkan data, instrumen soal yang digunakan dilakukan

judgment dan uji coba terlebih dulu. Hasil dari judgment dan uji coba

tersebut menghasilkan 15 soal yang digunakan untuk menjaring

penguasaan konsep siswa pada materi transportasi tumbuhan.

b. Angket respon siswa. Angket respon siswa ini terdiri dari 10 pertanyaan

untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran dengan

menggunakan siklus belajar tipe empiris induktif.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kuantitatif dan data

(14)

cara yaitu soal pre-test dan post-test serta angket. Pada awal pembelajaran

digunakan pre-test untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi

transportasi tumbuhan. Kemudian pada akhir pembelajaran digunakan

post-test untuk mengetahui nilai gain siswa. Gain yang didapatkan digunakan untuk

mengetahui pengaruh dari pembelajaran terhadap penguasaan konsep siswa

pada materi transportasi tumbuhan. Pengumpulan data kualitatif pada

penelitian ini diperoleh dari hasil angket. Pemberian angket dilakukan pada

akhir pembelajaran, angket yang diberikan di kelas eksperimen digunakan

untuk mengetahui respon siswa pada pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran dengan siklus belajar tipe empiris induktif yang telah dilakukan.

6. Pengolahan Data Uji Coba Instrumen

Instrumen soal pilihan ganda yang digunakan pada pre-test dan post-test

untuk menjaring penguasaan konsep siswa pada materi tentang transportasi

tumbuhan diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba soal ini dilakukan di SMA

kelas XI. Analisis ini meliputi uji validitas (korelasi skor butir dengan skor

total), reliabilitas, daya pembeda, dan uji tingkat kesukaran. Dari 19 soal yang

diujicobakan, terpilih 15 soal yang digunakan dalam penelitian. Uji butir soal

dilakukan dengan bantuan software Anatest TM 0.4 version. Berikut hasil

analisis uji butir soal yang telah dilakukan

a. Validitas Butir Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau

(15)

34

mengetahui instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini valid, maka

dilakukan analisis validitas empirik.

Nilai validitas soal yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk

menentukan validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Tabel Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai Kriteria

Dari hasil uji validitas soal (Lampiran C) didapatkan soal dengan kriteria

validitas sangat rendah terdapat pada nomor 6. Soal nomor 3, 14, 17 termasuk ke

dalam soal dengan kriteria rendah. Soal dengan validitas cukup yaitu pada

nomor1, 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 13, 15, 18, dan 19. Soal dengan kriteria validitas

tinggi terdapat vada soal nomor 11, 12, dan 16. Soal yang digunakan sebagai

instrument penelitian adalah soal yang termasuk dalam kriteria cukup dan tinggi.

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh

mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau

konsisten (tidak berubah-ubah) walaupun diteskan pada situasi yang

berbeda-beda (Arikunto, 2008). Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan

(16)

Nilai reliabilitas yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan

reliabilitas instrumen dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Interpretasi Reliabilitas Tes

Nilai r11 Kriteria

0,80 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < ≤ 0,60 Cukup

0,20 < ≤ 0,40 Rendah

0,00 < ≤ 0,20 Sangat Rendah

Sumber: Arikunto (2008)

Dari perhitungan reliabilitas instrumen yang diujicobakan, diperoleh nilai

reliabilitas penguasaan konsep adalah 0,71. Hal ini menunjukkan bahwa

instrumen tersebut termasuk dalam kategori “tinggi”.

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang

menjawab benar pada butir soal tersebut (Arikunto, 2008). Nilai tingkat kesukaran

yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir

(17)

36

Tabel 3.3. Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai P Kriteria

Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran soal (lampiran C) diketahui untuk

soal nomor 1, 3, 6, 10, 11, 14, 15, 17, 18 termasuk kategori soal yang mudah. Soal

nomor 2, 4, 5, 9, 12, 16, 19 termasuk ke dalam soal dengan kategori sedang. Soal

nomor 7, 8 dan 13 termasuk ke dalam soal yang sukar.

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah

(Arikunto, 2008). Nilai daya pembeda yang diperoleh dapat diinterpretasikan

untuk menentukan daya pembeda butir soal menggunakan kriteria pada Tabel 3.4

Tabel 3.4. Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

(18)

Dari hasil uji daya pembeda (Lampiran C), didapatkan hasil untuk kriteria

baik sekali terdapat pada nomor 12 dan 16. Soal dengan kriteria baik terdapat

pada nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 18, dan 19. Untuk soal dengan

kriteria cukup yaitu pada nomor 3. Soal dengan kriteria jelek terdapat pada soal

nomor 14 dan 17, sedangkan untuk soal nomor 6 termasuk ke dalam kriteria “soal

dibuang” karena nila daya pembedanya negatif.

7. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan terhadap data

kuantitatif dan kualitatif tersebut melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengolahan Data Kuantitatif

Data yang bersifat kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang diolah dengan

menggunakan program SPSS 17,0 for windows. Pengolahan data kuantitatif

dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap hasil data pre-test dan

post-test dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Langkah-langkah yang ditempuh untuk uji statistik data pre-test dan

post-test adalah sebagai berikut:

a) Nilai Siswa

Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pre-test dan post-test

penguasaan konsep pada pembelajaran melalui siklus belajar tipe empiris induktif

materi transportasi tumbuhan adalah sebagai berikut:

(19)

38

c) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data kedua kelas berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan rumus dari

Kolmogorov-Smirnov.

d) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui data yang diperoleh

memiliki varians yang homogen atau tidak dengan menggunakan rumus dari

Kolmogorov-Smirnov.

e) Melakukan Uji Hipotesis

Data pre-test dan gain yang diperoleh selanjutnya diuji dengan

menggunakan uji statistik Non Parametrik. Uji ini dilakukan karena data salah

satu kelas tidak berdistribusi normal, untuk pengujiannya digunakan uji U Mann

Whitney. Analisis statistik untuk uji hipotesis dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Analisis Statistik Uji Hipotesis

Uji Prasyarat

Uji Hipotesis

Uji Statistik

Nonparametrik

Uji Homogenitas Uji Normalitas Uji U Mann Whitney

Data homogen Data normal dan tidak

normal √

Dari hasil analisis statistik data yang ada, maka uji statistik yang

digunakan adalah uji Mann-Whitney karena karakteristik data yang ada

(20)

penggunaan model pembelajaran siklus belajar tipe empiris induktif terhadap

penguasaan konsep pada konsep transportasi tumbuhan dapat menggunakan

rumus indeks gain. Indeks gain yang diperoleh lalu dibandingkan dengan standar

yang diinginkan. Setelah data hasil penelitian (pre-test dan post-test) terkumpul,

kemudian dilakukan pengolahan data.

1) Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep, digunakan rumus nilai

indeks gain Hake (Meltzer, 2002)

Indeks gain yang yang diperoleh kemudian ditafsirkan dengan kategori

berdasarkan Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Kategori Indeks Gain Rentang Nilai Indeks Gain Kategori

G > 0,7 Tinggi

0,3 > G > 0,7 Sedang

G ≤ 0,3 Rendah

Sumber: Meltzer (2002)

b. Pengolahan Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari angket siswa. Berikut mekanisme

pengolahan data angketnya. Dalam menganalisis hasil angket, skala kulitatif

ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Angket respon siswa instrumen ini terdiri

dari 10 pertanyaan, digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap

(21)

40

Kemudian dilakukan interpretasi jawaban angket dengan cara membuat

kategori untuk setiap kriteria berdasarkan Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Katagori Interpretasi Data Angket

Persentase Kategori

Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian, meliputi:

a) Studi literatur dan perizinan penelitian.

b) Menyusun proposal dan instrumen penelitian.

c) Penyusunan instrumen.

(22)

f) Pertimbangan (judgement) instrumen penelitian kepada dosen ahli.

g) Revisi instrumen penelitian hasil pertimbangan dosen ahli.

h) Melakukan uji coba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan pada saat penelitian berlangsung di dalam

kelas, kegiatan ini meliputi:

a) Penjaringan data untuk mengetahui informasi tentang pengetahuan awal siswa

mengenai materi transportasi tumbuhan dengan menggunakan pre-test.

Pelaksanaan pre-test ini dilakukan di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

b) Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) tentang Transportasi Tumbuhan.

Untuk kelas eksperimen, kegiatan pembelajaran transportasi tumbuhan

dilakukan di kelas dengan menggunakan model pembelajaran siklus belajar

tipe empiris induktif. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan selama 2 x 45

menit. Sebelum melakukan siklus belajar tipe empiris induktif diberikan

pre-test terlebih dahulu untuk menjaring informasi mengenai pengetahuan awal

siswa pada materi tentang transportasi tumbuhan. Setelah itu dilanjutkan

dengan pembelajaran mengenai materi transportasi tumbuhan dimulai dari

transpor aktif, transpor pasif, pengangkutan ekstrafasikuker dan pengangkutan

intrafasikuker. Pada akhir pembelajaran diberikan post-test untuk memperoleh

nilai gain siswa. Gain ini dugunakan untuk mengetahui pengaruh siklus belajar

tipe empiris induktif terhadap penguasaan konsep pada materi tentang

transportasi tumbuhan. Pemberian angket pun dilakukan di akhir pembelajaran

(23)

42

siklus belajar tipe empiris induktif. Pada kelas kontrol kegiatan pembelajaran

dilakukan di dalam ruangan laboratorium, namun tidak menggunakan

menggunakan siklus belajar tipe empiris induktif. Pembelajaran di kelas

kontrol dilakukan dengan menggunakan metode praktikum yang biasa

dilakukan oleh sekolah tersebut. Pembelajaran di kelas kontrol dilakukan

selama 2 x 45 menit.

(24)

Kajian teoritis

 Pembuatan Instrumen  Judgment Instrumen

Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Uji coba instrumen

pretest

posttest

Angket Hasil pretest dan posttest

Pengambilan data

Hasil Belajar

Pengolahan data

(pretest, posttest, angket)

Kesimpulan

Revisi instrumen Judgement RPP

Revisi RPP

Revisi instrumen

(25)
(26)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan Siklus belajar

tipe empiris induktif terhadap penguasaan konsep siswa SMA pada pembelajaran

transportasi tumbuhan pada kelas XI di SMA Negeri 1 Kasokandel didapatkan

kesimpulan pengusaan konsep siswa sebelum menggunakan model siklus belajar

tipe empiris induktif pada konsep transporasi tumbuhan rendah. Hal ini

berdasarkan data hasil nilai pret-test yang dilakukan pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Pengusaan konsep siswa setelah menggunakan model siklus belajar tipe

empiris induktif mengalami peningkatan. Terdapat kenaikan nilai rata-rata

post-test pada siswa kelas eksperimen.

Perbedaan penguasaan konsep siswa pada kelas yang menggunakan

pembelajaran dengan siklus belajar empiris induktif dengan kelas kontrol berbeda

signifikan. Hal ini berarti penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan praktikum biasa.

Tangapan siswa tentang penggunaan model siklus belajar tipe empiris

induktif mendapat respon positif. Hampir seluruhnya siswa menyukai

(27)

60

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai pengaruh

penggunaan siklus belajar tipe empiris induktif terhadap penguasaan konsep SMA

pada pembelajaran transportasi tumbuhan, terdapat beberapa saran yaitu:

1. Bagi Guru:

a. Pemberian materi atau konsep dalam pembelajaran dengan siklus belajar tipe

empiris induktif harus direncanakan dan diberikan sebaik mungkin, agar

pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien serta hasil belajar yang

diperoleh maksimal.

b. Pemilihan materi untuk pembelajaran siklus belajar tipe empiris induktif perlu

dikembangkan dengan materi yang lebih beragam.

2. Bagi Peneliti Lain:

a. Untuk mengoptimalkan pembelajaran dengan menggunakan siklus belajar

tipe empiris induktif, pengajar harus sudah memahami betul sintaks yang ada

dalam pembelajaran.

b. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata dalam pembelajaran menggunakan

model pembelajaran siklus belajar tipe impiris induktif terdapat perbedaan

yang signifikan terhadap kelompok siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengembangan penelitian lebih lanjut agar pembelajaran dengan

menggunakan model siklus belajar tipe empiris induktif dapat berjalan

efektif.

(28)

yang lebih luas lagi. Selain itu perlu ada penelitian terhadap pokok bahasan

atau tingkat kelas yang berbeda, sehingga dapat terlihat pengaruh penggunaan

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. (2004). Reduksi Didaktik (didaktische Reduction) Bahan Perkuliahan Pasca Sarjana. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Satuan Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Yogyakarta: Bumi aksara

Armiza, et al. 2007. Model Siklus Belajar Abduktif Empiris. Jurnal Penelitian IPA Vol.1

No.1. 78-88

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

Blatner, A. (2009). Role Play In Education. [Online] Tersedia: http://www.blatner.com/roleplayedo.htm [9 September 2010]

Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2002). Biologi Jilid 1, edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2006). Permen No.22 tahun 2006 tentang Standar Kopetensi (SK) dan

Kompetensi dasar (KD). Jakarta: Tidak diterbitkan.

Evran, Ahli. (2006). The Effectiveness of The Learning Cycle Model to Increase Students’

Achievement In The Physics Laboratory.[Online].Tersedia:http://www.tused.org [28 agustus 2010]

Fajaroh, F., Dasan, I.W. (2007). Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar Learning Cycle. [Online]. Tersedia: http://lubisgraufa.wordpress.com [7 November 2011]

Fraenkel, J.R and Wallen, N.E (2009) How To Design and Evaluate Reseach in Education. New York : The McGraw-Hill Companies

Hijrianto, F. (2009). Metode Pembelajaran. [Online]. Tersedia : www. scribbled.com [13 Februari 2010]

Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Kania. (2006). Penerapan Model Siklus Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep

Struktur dan Fungsi Organisasi Seluler. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

(30)

kelas. Jakarta: Grasindo

Meltzer, D. (2002). The relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual

Learning Gain in Physics: A Posible “Hidden Variable in Diagnostic Pretest

Scores”. 70, (12), 1259-1268. [Online]. Tersedia: http://jps.alp.org/ajp. [30 November 2009]

Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara

Ramsey, J. (1933). “Developing Conceptual Story Lines With The Learning Cycle”. Journal

of Elemntary Science Education. 5 (2), 1-20.

Rapi, N. (2006). “Implementasi Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris-Induktif Dengan Peta Konsep Dalam Pembelajaran IPA Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Pada Siswa Kelas VIII SLTPN 3 Singaraja”. Jurnal Pendidikan dan

Pengajaran IKIP Negeri Singaraja

Rustaman, N. (2000). “Konstruktivisme dan Pembelajaran IPA/Biologi”. Makalah pada Seminar/Lokakarya Guru-guru IPA SLTP Sekolah Swasta, Bandung.

Rustaman, N. et al. (2005). Strategi Belajar dan Mengajar Biologi. Malang : UM press

Saktiyono. (2004). Sains Biologi SMP untuk kelas VIII. Jakarta : Esis

Syamsudin, A. (2005). Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Bandung : Rosdakarya

Silberman, M. (2002). Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Jogjakarta : Pustaka Insan Madani

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Sudiatmika. A. (2006). “Pengembangan Konsepsi Siswa Kelas 1 SLTP Dalam Pembelajaran Fisika”. Jurnal Pendidikan. Nomor : 4

(31)

64

Suparno, P. (2005). “Konstruktivisme, Konsepsi Alternatif, dan Perubahan Konseptual dalam Pendidikan IPA”. Jurnal Pendidikan Dasar. Nomor : 10

Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Mass Media Buana Pustaka

Tatang. (2005). Penerapan Model Learning Cycle untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa

Kelas II SMA pada Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang. Tesis pada Progam

Pendidikan IPA Sekolah Pasca Sarjana UPI.Bandung : Tidak diterbitkan

Tekayya, C., Ozkan, O and Sungur, S. (2001). “Biology Concepts Perceived as Difficult by Turkish high School Students”. Journal of Education 21:145-150

Tim Penyusun. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Usman. (2001). Penerapan Siklus Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Sub Konsep

Reproduksi. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Yusa. (2004). Sains Biologi untuk SMP kelas II (Kelas VIII) Semester I. Bandung: Grafindo Media Pratama

Yusa, Anwar. (2005). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Penghitungan Konstruksi

Bangunan Sederhana melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning cycle) di SMKN 5 Bandung. [online]. Tersedia : http://pkk.upi.edu/invtec_1-9.pdf [2 Oktober

2011]

Widodo, A. et al. (2004). Penerapan Lesson Study Dalam Peningkatan Kemampuan

Mengajar Mahasiswa Calom Guru. [Online]. Tersedia :

http://eprints.ums.ac.id/76/1/2_ARI_WIDODO.pdf [4 Oktober 2011]

Gambar

Tabel 3.1.  Tabel Klasifikasi Validitas Butir Soal
Tabel 3.2. Interpretasi Reliabilitas Tes
Tabel 3.3. Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tabel 3.5. Analisis Statistik Uji Hipotesis
+3

Referensi

Dokumen terkait

10) Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan tertibnya upacara bendera bagi yang tugas piket pada hari Senin/peringatan hari-hari nasional. 11) Melaporkan kejadian yang

Isi Tugas : Mempelajari kehilangan massa material pelapis geopolimer berbahan dasar abu vulkanik dan mengetahui pengaruh penggunaan grit amplas yang berbeda pada

© www.arithmetic4kids.com Sign up at: www.kizmath.com.

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. © Anggara Bayu

Penerapan Model Pembangkit Argumen D engan Metode Investigasi Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Pada Materi Kalor.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah sistem peradilan Indonesia memandang dissenting opinion sebagai suatu hal yang memberikan ruang bebas bagi hakim

Dalam mengoperasikan dua buah unit pembangkit, daya total minimum yang dapat dibangkitkan adalah sebesar 100 MW yang diperoleh dari penjumlahan daya minimum

Pada saat inputan dilakukan, pointer menunjuk alamat dari inputan struct kemudian mengakses value yang berada dalam memori tersebut dengan menggunakan tanda