• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh:

RAHMI NURFAIDAH R

060167

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penerapan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

SMA

Oleh

Rahmi Nurfaidah R

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

© Nurfaidah Rahmi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

RAHMI NURFAIDAH RAMDHANI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si. NIP. 196204261987031002

Pembimbing II

Lina Aviyanti, S.Pd, M.Si. NIP. 197705012001122001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(4)

i

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA

Rahmi Nurfaidah R Nim. 060167

Pembimbing I. Drs. Parlindungan Sinaga., Msi Pembimbing II. Lina Aviyanti., SPd., Msi JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA, FPMIPA-UPI

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA kelas XI IPA dalam pembelajaran fisika. Hasil belajar yang dimaksud terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Metode penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen dengan desain one

group pre-test and post-test design. Sampel pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas

XI IPA pada suatu SMA di Ciamis. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal pilihan ganda untuk mengukur aspek kognitif, lembar observasi untuk mengukur aspek afektif dan psikomotor, serta lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara keseluruhan terdapat peningkatan hasil belajar ranah kognitif yang ditunjukkan dengan nilai gain ternormalisasi 0.37 (kategori sedang). Pada aspek memahami (C2) nilai gain ternormalisasi yang diperoleh sebesar 0.21 (kategori rendah), pada aspek menerapkan (C3) nilai gain ternormalisasi yang diperoleh sebesar 0.42 (kategori sedang), sedangkan pada aspek menganlisis (C4) nilai gain ternormalisasi yang diperoleh sebesar 0.25 (kategori rendah.). Persentase IPK ranah afektif pada seri ke-1 adalah 71.07% (termasuk kategori netral), pada seri ke-2 sebesar 78.43% (kategori positif), dan pada seri ke-3 sebesar 88.33 % (termasuk kategori positif). Persentase IPK ranah psikomotor pada seri ke-1 adalah 75.00% (termasuk kategori terampil), pada seri ke-2 sebesar 81.62% (kategori terampil), dan pada seri ke-3 sebesar 87.25 % (termasuk kategori terampil).

Kata kunci: model pembelajaran inkuiri terbimbing, hasil belajar siswa, one group

(5)

ii

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA

Rahmi Nurfaidah R Nim. 060167

Pembimbing I. Drs. Parlindungan Sinaga., Msi Pembimbing II. Lina Aviyanti., SPd., Msi JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA, FPMIPA-UPI

Abstract

The purpose of this research is to find out how far the application of guided inquiry-based learning can raise an XI grade of senior high school students’ learning achievement in physics. The research method of this research is pre-experimental with one group pre-test adn post-test design. Sample of this research is students of XI grade science major in one of senior high school in Ciamis. The instruments of this research are multiple choice to measure cognitive domain, observation sheet for affective and psychomotoric domain, and also observastion sheet that resembled learning process achievement. Overall, student’s cognitive domain was raised by 0.37 (medium category). The result of this research shows that on understanding domain (C2) increased by normalized gain value 0.21 (low category), on applying domain (C3) increased by normalized gain 0.42 (medium category, and on analyzing domain (C4) increased by normalized gain 0,25 (low category). Students’ grade point average (GPA) of affective domain on 1st treatment is 71.07% (neutral category), on 2nd treatment is 78.43% (possitive category), and on 3rd treatment is 88.33% (possitive category). Meanwhile students’ grade point average (GPA) of psychomotoric domain on 1st treatment is 75.00% (skilled category), on 2nd treatment is 81.62% (skilled category), and on 3rd treatment is 87.25% (skilled category).

(6)

v

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Pembatasan Masalah ... 6

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Definisi Operasional... 7

1.6. Metode Penelitian ... 8

1.7. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 9

1.8. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1. Inkuiri ... 10

2.2. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri ... 12

2.3. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri ... 12

2.4. Jenis-jenis Model Pembelajaran Inkuiri ... 13

2.5. Inkuiri Terbimbing...16

2.6. Hasil Belajar ... 20

(7)

vi

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1Desain Penelitian ... 29

3.2Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

3.3Prosedur Penelitian... 30

3.4Instrumen Penelitian... 32

3.5Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 37

3.6Hasil Uji Coba Instrumen ... 40

3.7Teknik Pengolahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 46

4.2Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 53

4.3Hasil Belajar Ranah Afektif ... 63

4.4Hasil Belajar Ranah Psikomotor ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(8)

vii

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel

2. 1. Sintaks Model Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri dan Implementasinya

pada Model Pembelajaran Inkuiri dan Inkuiri Terbimbing ... 17

3.1. Desain Penelitian One Group Pre-test and Post-test Design... 28

3.2 Aspek yang dinilai pada rubrik penilaian afektif... 34

3.3 Aspek yang dinilai pada rubrik penilaian psikomotor... 35

3.4. Klasifikasi Validitas Butir Soal... 37

3.5. Interpretasi Reliabilitas... 38

3.6. Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 38

3.7. Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal... ... 39

3.8. Rekapitulasi Hasil Uji Coba... 40

3.9. Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi... 42

3.10 Kategori Tafsiran IPK untuk Ranah Psikomotor... 43

3.11Kategori Tafsiran IPK untuk Ranah Psikomotor... 43

3.12 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran... 44

4.1 Rekapitulasi keterlaksanaan model pembelajaran... 46

4.2 Keterlaksanaan model pembelajaran pada pertemuan ke-1... 46

4.3 Keterlaksanaan model pembelajaran pada pertemuan ke-2... 46

4.4 Keterlaksanaan model pembelajaran pada pertemuan ke-3... 47

4.5 Rekapitulasi Skor Pre-test dan Post-test Pada Sub Pokok Bahasan Elastisitas... 53

4.6 Rekapitulasi Skor Pre-test dan Post-test Pada Sub Pokok Bahasan Hukum Hooke... 55

4.7 Rekapitulasi Skor Pre-test dan Post-test Pada Sub Pokok Bahasan Rangkaian Pegas... 56

4.8 Hasil Rata-Rata Skor Gain Ternormalisasi... 57

4.9 Rekapitulasi skor pre-test dan post-test Ranah kognitif memahami (C2)... 59

(9)

viii

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.11 Rekapitulasi skor pre-test dan post-test Ranah kognitif menganalisis (C4).. 62

4.12 Indeks Prestasi Kelompok Ranah Afektif pada tiap Pertemuan... 63

4.13 Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa pada Pertemuan ke-1... 64

4.14 Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa pada Pertemuan ke-2... 65

4.15 Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa pada Pertemuan ke-3... 65

4.16 Indeks Prestasi Kelompok pada Ranah Psikomotor pada tiap Pertemuan.. 67

4.17 Hasil Observasi ranah Psikomotor Siswa pada Pertemuan ke-1... 68

4.18 Hasil Observasi Ranah Psikomotor Siswa pada Pertemuan ke-2... 68

(10)

ix

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Alur Penelitian... 32

4.1 Grafik Perkembangan Rata-Rata Skor Gain Ternormalisasi ... 58

4.2 Grafik Indeks Prestasi Kelompok pada ranah Afektif ... ... 64

4.3 Grafik Indeks Prestasi Kelompok untuk setiap indikator ranah afektif... 66

4.4 Grafik Indeks Prestasi Kelompok pada ranah Psikomotor... 68

(11)

x

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Perangkat Pembelajaran... 76

B. Instrumen Penelitian ...107

C. Analisis Tes dan Data ...160

D. Surat Keterangan ... 181

E. Dokumentasi Penelitian ...187

F. Format Bimbingan ...193

(12)

1

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Menurut Sund dan Trowbridge ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Dari definisi tersebut, disepakati bahwa belajar IPA tidak hanya belajar dalam wujud pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural berupa cara memperoleh informasi, yaitu langkah-langkah yang ditempuh para ilmuan untuk melakukan penyelidikan guna mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Menurut John Dewey, langkah-langkah tersebut meliputi merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merangkai eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis, dan menyimpulkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyebutkan bahwa fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di tingkat SMA/MA adalah sebagai berikut:

1. Menyadarkan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan YME;

2. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup; jujur dan obyektif terhadap data, terbuka dalam menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu, kritis terhadap pernyataan ilmiah, dan dapat bekerja sama dengan orang lain; 3. Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis

melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, menyusun laporan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis;

(13)

2

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah.

(Depdiknas, 2003: 7)

Dari uraian di atas tampak bahwa proses pembelajaran mata pelajaran fisika di Sekolah Menengah seharusnya mampu memfasilitasi para siswa untuk tidak hanya dapat menguasai pengetahuan, konsep, dan prinsip fisika saja, melainkan dapat melatih para siswa agar dapat memiliki keterampilan dan sikap ilmiah.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di salah satu SMA Negeri di Ciamis pada hari Senin, 13 Mei 2013 didapatkan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis ulangan harian.

Analisis ulangan harian siswa menunjukkan sekitar 43,8 % siswa yang nilainya dibawah 65, yang merupakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran fisika pada sekolah tersebut. Berdasarkan analisis soal-soal yang diberikan dalam pada ulangan harian tersebut, diketahui bahwa soal-soal dibuat untuk menguji kemampuan kognitif siswa yang mencakup aspek pemahaman dan mengaplikasikan konsep. Dari data tersebut dapat ditunjukan bahwa tingkat kemampuan kognitif siswa masih tergolong rendah.

2. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru.

(14)

3

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghendaki kegiatan eksperimen minimal dilakukakn dua kali tiap semsternya.

3. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada siswa.

Hanya 36% siswa yang menyukai pelajaran fisika dan 64% menyatakan tidak menyukai fisika. Sebanyak 51,2% siswa menyatakan bahwa metode pembelajaran yang sering dilakukan adalah metode ceramah. Sebanyak 63% siswa mengaku lebih menyukai kegiatan percobaan dibandingkan mendengarkan ceramah. Alasan yang dikemukakan siswa pun bervariasi tentang hal tersebut. Diantaranya, bahwa kegiatan eksperimen membuat mereka menyadari cara-cara yang ditempuh oleh para ilmuan dalam merumuskan teori maupun hukum-hukum fisika yang tercantum dalam buku. Dan sekitar 77% siswa mengaku bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen mampu mendorong mereka untuk lebih semangat belajar. Sebanyak 84,5% siswa mengaku bahwa soal-soal fisika termasuk dalam kategori sulit.

4. Berdasarkan hasil observasi di dalam kelas

Adapun berdasarkan hasil observasi selama kegiatan eksperimen mengenai Hukum Ohm, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan alat ukur masih sangat rendah, yaitu sekitar 92% siswa masih belum bisa menggunakan alat ukur listrik (amperemeter dan voltmeter) dengan benar. Selain itu, tidak semua anggota kelompok mengikuti kegiatan diskusi dalam kelompoknya masing-masing. Rata-rata 3 dari 5 siswa dalam kelompok tidak mengikuti kegiatan diskusi.

Berdasarkan temuan-temuan di atas, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika, diantaranya adalah sebagai berikut :

(15)

4

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Selain mengembangkan kemampuan psikomotorik, kegiatan eksperimen juga berperan dalam mengembangkan aspek afektif siswa. Sebagai contoh, kegiatan eksperimen dapat melatih kemampuan siswa dalam mempertimbangkan atau memilih data yang diperoleh. sehingga jika kegiatan eksperimen sering dilakukan siswa dapat menentukan karakteristik data yang paling tepat untuk digunakan.

3. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada siswa diperoleh informasi bahwa sebanyak 63% siswa mengaku lebih menyukai kegiatan eksperimen dibandingkan mendengarkan ceramah, dan 77% siswa mengaku bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen mampu mendorong mereka untuk lebih semangat belajar. Akan tetapi berdasarkan hasil angket serta wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah. Hal ini dikhawatirkan menjadi salah satu penyebab masih banyaknya siswa yang nilainya dibawah nilai KKM. Karena pada satu sisi siswa lebih menyukai kegiatan eksperimen, tetapi pada sisi yang lain kegiatan pembelajaran sebagian besar masih dilakukan dengan metode ceramah. 4. Pada kegiatan eksperimen selain melatih kemampuan psikomotorik dan

mengembangkan aspek afektif, siswa juga dilatih untuk mengembangkan pengetahuan faktual (factual knowledge) dan pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), yang dapat berupa pengetahuan mengenai fakta esensial, fakta, teori, dst. Hal ini sejalan dengan dimensi pengetahuan (knowledge dimension) yang dikembangkan baik oleh Bloom maupun Anderson (Wilson, 2006). Sehingga kegiatan eksperimen yang jarang dilakukan dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

(16)

5

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain itu, berdasarkan hasil observasi diatas menunjukkan bahwa proses pembelajaran fisika di sekolah tersebut masih belum sesuai dengan tuntutan KTSP serta hakikat pembelajaran IPA yang menghendaki adanya pengalaman belajar secara langsung. Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka perlu adanya suatu pembelajaran yang mengutamakan proses berupa penyelidikan seperti yang dilakukan oleh para ilmuan dalam memperoleh prinsip-prinsip atau konsep-konsep. Jadi, siswa diharapkan mengalami sendiri proses mencari tahu kebenaran tentang pengetahuan tersebut. Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Suchman (Triatno, 2007: 139) bahwa siswa akan lebih menyadari tentang proses penyelidikannya jika diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk melakukan penyelidikan adalah model pembelajaran inkuiri.

Model pembelajaran inkuiri tersusun secara sistematis dimulai dengan penyajian susatu permasalahan yang mengandung teka-teki sampai pembimbingan untuk menemukan pemecahannya. Diharapkan permasalahan yang disajikan dapat mengandung ketertarikan siswa, sehingga mereka termotivasi unutk melakukan penyelidikan terhadap permasalahan tersebut. Dalam pembelajarn inkuiri, kemampuan siswa tidak hanya dikembangkan dari segi pengetahuan kenseptual tapi juga diajarkan agar aktif menemukan sendiri suatu cara untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi dengan menggunakan prosedur ilmiah selayaknya ilmuan yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, melakukan analisis data dan membuat kesimpulan.

(17)

6

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rangka menyelesaikan masalah yang di berikan oleh guru juga dapat melatih kemampuan bereksperimen siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil belajar Belajar Siswa SMA “.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang ingin dibahas dalam pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif

setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing?

2. Bagaimanakah profil hasil belajar siswa pada ranah afektif setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing?

3. Bagaimanakah profil hasil belajar siswa pada ranah psikomotor setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing?

1.3Batasan Masalah

1. Hasil belajar belajar ranah kognitif pada penelitian ini berdasarkan revisi taksonomi Bloom oleh Anderson. Berdasarkan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan, hasil belajar ranah kognitif yang akan dievaluasi dibatasi hanya C2 sampai C4 saja . 2. Hasil belajar belajar ranah afektif pada penelitian ini berdasarkan 5

(18)

7

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Hasil belajar belajar ranah psikomotor pada penelitian ini berdasarkan kategori psikomotor yang dikemukakan oleh Dave yang meliputi imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan normalisasi. Ranah psikomotor yang dievaluasi dalam penelitian ini berdasarkan fungsi dan tujuan pembelajaran fisika yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga ranah psikomotor yang dievauasi dalam penelitian ini dibatasi hanya pada kategori imitasi, manipulasi dan presisi.

1.4Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Mengetahui profil hasil belajar aspek afektif siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

3. Mengetahui profil hasil belajar aspek psikomotor siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

1.5Definisi Operasional

1.5.1 Model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) menurut Alan Cornbun adalah pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. secara operasional keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing diukur berdasarkan persentase keterlaksanaan model pembelajaran yang diperoleh melalui lembar observasi .

(19)

8

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan dalam penelitian ini adalah revisi taksonomi Bloom ole Anderson dan Krathwol yang terdiri dari : mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), menilai/mengevaluasi (C5), dan menciptakan (C6). Secara operasional peningkatan hasil belajar ranah kognitif diukur berdasarkan nilai gain ternormalisasi yang diperoleh dari analisis skor pre-test dan post-test pada setiap pertemuannya.

1.5.3 Hasil belajar ranah afektif meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal emosional seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Penilaian hasil belajar afektif didasarkan pada kategori afektif menurut Bloom dan Krathwohl yang terdiri dari : penerimaan terhadap fenomena, tanggapan terhadap fenomena, penilaian, organisasi dan internalisasi terhadap nilai-nilai. Secara operasional peningkatan hasil belajar ranah afektif diukur berdasarkan persentase Indeks Prestasi Kelompok (IPK) yang diperoleh melalui lembar observasi.

1.5.4 Hasil belajar ranah psikomotor meliputi aktivitas motorik yang penting dalam pengembangan kemampuan siswa dalam memanipulasi benda-benda dan secara umum mengembangkan keterampilan motorik siswa. Penilaian hasil belajar psikomotor didasarkan pada pada kategori psikomotorik yang dikemukakan oleh Dave pada tahun 1967 yang terdiri dari kategori imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi serta naturalisasi. Secara operasional peningkatan hasil belajar ranah afektif diukur berdasarkan persentase Indeks Prestasi Kelompok (IPK) yang diperoleh melalui lembar observasi.

1.6Metode Penelitian

(20)

9

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.7Lokasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di suatu SMA Negeri di Ciamis. Sampelnya terdiri-dari 34 orang siswa-siswa kelas XI IPA 2 yang berdasarkan teknik pengambilan sampel termasuk ke dalam jenis sampel bertujuan atau purposive sample.

1.8Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Siswa

Meningkatkan kegiatan belajar siswa dalam berpikir dan berbuat sehingga penerimaan pelajaran tidak akan berlalu begitu saja, tapi dapat lebih dimengerti dan dipahami oleh siswa sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi meningkat.

b. Bagi Guru

(21)

29

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-test post-test design, yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja

yang dinamakan kelompok eksperimen tanpa ada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Skema one group pre-test post-test design ditunjukkan sebagai berikut :

Tabel 3.1

Desain penelitian one group pre-test post-test design

Pretest Treatment Postest

T1 X T2

Keterangan :

T1 : Tes awal (pre-test) sebelum perlakuan diberikan.

T2 : Tes akhir (post-test) setelah diberikan perlakuan.

X : Perlakuan (treatment) yaitu dengan menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Pada penelitian ini, pre-test dan post-test dilaksanakan pada setiap pertemuan. Hal ini dilakukan untuk mengontrol 3 hal yang mempengaruhi validitas internal. Validitas internal menunjukkan sejauh mana varabel eksternal dikontrol oleh penelitian dalam eksperimen ( Sukmadinata, 2012:197). Tiga hal yang mempengaruhi validitas internal tersebut adalah history, maturation, dan experimental mortality. History berhubungan dengan semua hal yang dilakukan

(22)

30

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mortality berhubungan dengan adanya kemungkinan pengurangan jumlah anggota

kelompok eksperimen.

3.2Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri di Ciamis. Sampelnya terdiri-dari 34 orang siswa-siswa kelas XI IPA 2 yang berdasarkan teknik pengambilan sampel termasuk ke dalam jenis sampel bertujuan atau purposive sample

3.3Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian adalah sebagai berikut ;  Tahap Persiapan Penelitian

1. Telaah kompetensi mata pelajaran fisika SMA

2. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian

3. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan.

4. Studi pendahuluan, meliputi pengamatan langsung pembelajaran di kelas, wawancara dengan guru dan siswa, yang dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas, kondisi siswa dan pembelajaran yang biasa dilaksanakan. 5. Perumusan masalah penelitian.

6. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian mengenai model pembelajaran inkuiri terbimbing.

7. Telaah kurikulum Fisika SMA dan penentuan materi pembelajaran yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian.

8. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penelitian 9. Membuat instrumen penelitian

(23)

31

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan penelitian dimulai dengan :

1. Melakukan pre-test sebanyak tiga kali sesuai bahasan yang dilakukan setiap pertemuan.

2. Kelas eksperimen tersebut dikenakan perlakuan (treatment), yaitu dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk tiga kali pertemuan.

3. Melakukan post-test sebanyak tiga kali sesuai bahasan yang dilakukan setiap pertemuan.

4. Membandingkan antara hasil pre-test dan post-test untuk menentukan besar perbedaan yang timbul. Jika terdapat perbedaan, maka perbedaan itu tidak lain disebabkan oleh pengaruh dari perlakuan (treatment) yang diberikan.

 Tahap Akhir

1. Mengolah data hasil penelitian.

2. Melakukan pembahasan hasil penelitian.

3. Melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

4. Menyampaikan laporan hasil penelitian.

(24)

32

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

Telaah kurikulum Studi pendahuluan Studi literatur

Masalah

Penyusunan instrumen pembelajaran

Uji coba instrumen

Pre-test pertemuan ke-1

(T )

Pre-test pertemuan ke-2

(T )

Pre-test pertemuan ke-3

(T )

Post-test pertemuan ke-1 Post-test pertemuan ke-2 Post-test pertemuan ke-3

Analisis data penelitian

Kesimpulan Gambar 3.1 Alur Penelitian Penyampaian sub

pokok bahasan : elastisitas

Penyampaian sub pokok bahasan : Hukum Hooke

Penyampaian sub pokok bahasan : rangkaian pegas

(25)

33

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Arikunto, 2006 : 160). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes aspek kognitif serta lembar observasi

1. Tes hasil belajar ranah kognitif

Tes hasil belajar ranah kognitif digunakan sebagai instrumen untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif siswa. Tes tersebut dibuat dalam bentuk pilihan ganda (multiplechoice) berdasarkan indikator – indikator pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Hasil belajar aspek kognitif yang diukur meliputi jenjang memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis

(C4). Penskoran yang digunakan adalah penskoran tanpa hukuman atau denda, artinya banyaknya skor yang diperoleh dihitung dari banyaknya jawaban yang benar. Dengan kata lain penskoran dilakukan dengan cara menghitung selisih dari jumlah butir soal yang dijawab benar dengan yang dijawab salah.

2. Rubrik sebagai pedoman penskoran ranah afektif dan psikomotor

John Mueller (2008) mendefinisikan rubrik sebagai skala penilaian yang digunakan untuk menilai kinerja siswa berdasarkan kriteria kerja tertentu. Sedangkan Lawrence P. Creedon (2011) menyatakan bahwa rubrik berhubungan dengan assesmen dan evaluasi, yang tidak bersifat subjektif maupun kompetitif, sebagaimana dikemukakannya bahwa:

Rubrics are neither subjective nor competitive. In using rubrics teacher subjective judgment is kept to a minimum and quotas are not used in controlling the number or percent of grades that can be awarded in a given category. Individual competence and mastery are the determinants.

Diane Ebert M (2011) menjelaskan bahwa rubrik (atau “alat penskoran”) merupakan cara dalam menjelaskan kriteria penilaian (atau “ standar penilaian” ) berdasarkan hasil yang diharapkan dan kinerja siswa. rubrik biasanya digunakan untuk menilai tugas-tugas tertulis maupun presentasi; akan tetapi rubrik juga dapat digunakan untuk menilai atau mengukur berbagai macam kinerja siswa. Diane juga menyatakan bahwa pada setiap rubrik terkandung satu set kriteria penskoran serta nilai yang diasosiasikan dengan kriteria tersebut.

(26)

34

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini rubrik akan digunakan dalam mengukur profil afektif serta psikomotor siswa. jenis rubrik yang digunakan dalam penelitian ini termasuk pada jenis rubrik analitik. Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik analitik dapat dianalisa kelemahan serta kelebihan siswa terletak pada kriteria yang mana (Puji Iryanti, 2004:13).

Proses penyusunan rubrik penilaian ranah afektif dan psikomotor siswa pada penelitian ini dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah pengembangan rubrik yang dikemukakan oleh Diane Ebert May yang terdiri dari menyusun tujuan-tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menentukan kriteria-kriteria yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, menyusun performance standars atau standar yang ingin dicapai untuk masing-masing tujuan pembelajaran, membedakan kategori-kategori penilaian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disusun, dan mengurutkan atau memberikan skor untuk masing-masing kategori.

1. Menyusun tujuan-tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Tujuan pembelajaran pada ranah afektif dan psikomotor pada penelitian ini didasarkan pada fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di tingkat SMA/MA dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) serta hakikat pembelajaran IPA yaitu:

 Memupuk sikap ilmiah yang mencakup; jujur dan obyektif terhadap data, terbuka dalam menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu, kritis terhadap pernyataan ilmiah, dan dapat bekerja sama dengan orang lain;

 Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, menyusun laporan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

(27)

35

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

psikomotor yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, maka kriteria-kriteria yang akan diujur pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Ranah afektif :

 penerimaan terhadap fenomena : menunjukkan keseriusan dalam pembelajaran.

 tanggapan terhadap fenomena : kerjasama dalam kelompok.  penilaian : mengakui kebenaran.

 organisasi : mempertimbangkan data yang diperoleh.  Ranah psikomotor :

 Imitasi : menyusun alat dan bahan sesuai dengan petunjuk.  manipulasi : menggunakan alat ukur

 presisi : ketelitian dalam menggunakan alat ukur dan menuliskan data yang diperoleh.

3. Membedakan kategori-kategori penilaian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disusun.

 Ranah afektif

Tabel 3.2 Aspek yang dinilai pada rubrik penilaian afektif No.

Siswa melakukan percobaan dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan apa yang dibicarakan oleh guru

Siswa melakukan percobaan dengan baik tapi tidak memperhatikan apa yang dibicarakan oleh guru

Siswa tidak melakukan percobaan tapi siswa masih

Siswa melakukan percobaan dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan apa yang dibicarakan oleh guru

Siswa melakukan percobaan dengan baik tapi tidak memperhatikan apa yang dibicarakan oleh guru

Siswa tidak melakukan percobaan tapi siswa masih

(28)

36

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh Siswa dapat menimbang baik-buruknya data yang diperoleh, tetapi tidak kembali mengambil data jika data yang diperolehnya kurang bagus

Siswa tidak dapat menimbang baik-buruknya data yang diperoleh sehingga memperoleh data seadanya

4. Mengakui

kebenaran

Siswa mau mengakui kebenaran dan mau mengubah pendapatnya jika tidak sesuai dengan fakta

Siswa mengakui kebenaran tetapi tidak mau mengubah pendapatnya

Siswa tidak mau mengakui kebenaran dan tidak mau mengubah pendapatnya.

 Ranah psikomotor

Tabel 3.3 Aspek yang dinilai pada rubrik penilaian psikomotorik No.

Siswa mampu menggunakan alat ukur dengan baik dan benar Siswa mampu menggunakan alat ukur dengan baik tetapi belum

benar

Siswa belum mampu menggunakan alat ukur dengan baik

2.

Menyusun alat sesuai

petunjuk

Siswa mampu menyusun alat sesuai petunjuk sampai diperoleh rangkaian yang benar dan tepat (arus dapat mengalir pada rangkaian)

Siswa mampu menyusun alat sesuai petunjuk sampai diperoleh rangkaian yang benar tetapi belum tepat (tidak ada arus yang mengalir dalam rangkaian)

Siswa belum mampu menyusun alat sesuai petunjuk

3. yang digunakan dengan baik dan benar, sehingga melakukan pengamatan sampai berkali-kali

Siswa memperhatikan skala alat ukur tetapi tidak memperhatikan batas alat ukur, tapi siswa melakukan pengamatan lebih dari satu kali

Siswa tidak memperhatikan skala alat ukur dan satuannya sehingga hanya melakukan pengamatan satu kali

4.

Menuliskan data yang diperoleh

Siswa mampu menuliskan data yang diperoleh dalam tabel dengan baik dan benar sehingga mudah dibaca oleh orang lain

Siswa mampu menuliskan data yang diperoleh dalam tabel dengan baik dan benar tetapi tidak dapat terbaca oleh orang lain

Siswa belum mampu menuliskan data yang diperoleh dalam tabel

(29)

37

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mengurutkan atau memberikan skor untuk masing-masing kategori.

Pemberikan skor untuk masing-masing kategori menggunakan skala 1-3 dan untuk lebih lengkapnya terdapat di lampiran B.2.

3. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas yang terjadi dalam proses pembelajaran, dalam hal ini aktivitas yang diukur adalah aktivitas keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

3.5Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Analisis instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui baik buruknya suatu perangkat tes yang terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

a. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2008:168). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien korelasi biserial. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan :

= �Σ − Σ Σ

√{�Σ − Σ }{�Σ − Σ }

(Arikunto, 2008:72)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y

(30)

38

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4 Klasifikasi Validitas Butir Soal

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan metoda rumus K-R 20. Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan perumusan:

= ( −∑ )

Keterangan :

r11 = reliabilitas secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ∑pq = jumlah hasil perkalian anatara p dan q

n = banyak item

S = standar deviasi dari tes (akar varians)

Nilai rxy Kriteria

0,80-1,00 Sangat Kuat

0,60-0,79 Kuat

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah

(31)

39

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas

Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal (Arikunto, 1999: 207). Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan persamaan :

Keterangan :

P = Tingkat Kesukaran atau Taraf Kemudahan

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran (TK) Butir Soal

Nilai TK Tingkat Kesukaran

0,00 – 0,30 Sukar membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah) ( Arikunto, 2003: 211). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan:

(32)

40

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

D = Daya pembeda butir soal

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.7 Interpretasi Daya Pembeda(DP) Butir Soal

3.6 Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba dilakukan untuk memastikan bahwa instrumen yang akan digunakan dalam penelitian merupakan instrumen yang layak untuk mengukur aspek kognitif siswa. Tingkat kelayakan instrumen tersebut ditunjukkan pada nilai validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan relliabilitas.

Instrumen yang diujicobakan berjumlah 40 soal pilihan ganda. Uji coba instrumen dilakukan di SMA populasi penelitian. Instrumen ini diujicobakan di kelas XI IPA 1 sesuai dengan rekomendasi guru Fisika kelas XI di sekolah tersebut.

Hasil uji coba menunjukkan bahwa tidak semua instrumen penelitian dapat digunakan. Soal yang akan digunakan dalam penelitian adalah soal yang

Nilai DP Daya Pembeda

Negatif Soal Dibuang

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

(33)

41

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nilai validitasnya dan daya pembedanya minimal termasuk dalam kategori cukup. Daya pembeda soal menunjukkan kemampuan item soal untuk membedakan kelompok siswa yang memiliki nilai tinggi dan kelompok siswa yang memiliki nilai rendah. Sedangkan validitas soal menunjukkan keabsahan item soal dalam mengukur kemampuan siswa berdasarkan indikator. Oleh karena itu, kategori validitas dan daya pembeda soal yang cukup representatif adalah kategori cukup.

Jumlah soal yang tidak memenuhi syarat adalah 10 butir soal yaitu soal nomor 9, 15, 16, 17, 23, 32, 34, 35, dan 39. Sedangkan soal yang akan digunakan dalam penelitian berjumlah 30 butir teridiri dari 11 butir soal untuk seri

pembelajaran ke-1, 9 butir soal untuk seri pembelajaran ke-2, dan 9 butir soal untuk seri pembelajaran ke-3.

Berikut ini adalah rekapitulasi hasil uji coba instrumen. Tabel 3.8. Rekapitulasi Hasil Uji Coba

No. Soal

(34)

42

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No.

1. Hasil Belajar Aspek Kognitif

Data yang diperoleh untuk mengukur aspek kognitif siswa diperoleh dari tes awal sebelum pembelajaran dan tes akhir setelah semua pembelajaran dilaksanakan. Pengolahan data hasil belajar aspek kognitif akan dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

 Pedoman penskoran

Pemberian skor untuk pilihan ganda dihitung dengan metode Right Only menggunakan rumus berikut:

S = R

dengan :

S = Skor siswa

R = Jawaban siswa yang benar

 Perhitungan Skor Gain dan Gain yang Dinormalisasi

Peningkatan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif terlihat secara kuantitatif melalui skor gain ternormalisasi. Tahap awal menghitung gain ternormalisasi adalah menghitung gain skor

(35)

43

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

awal/pretest dan skor tes akhir/ postest pada setiap seri pembelajaran. Skor gain (gain aktual) diperoleh dari selisih skor tes awal dan tes akhir. Perbedaan skor tes awal dan tes akhir ini diasumsikan sebagai efek dari treatment (Panggabean, 1996). Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain adalah:

f i

GSS

Keterangan : G = gain

Sf = skor tes

Si = skor tes akhir

Keunggulan/tingkat efektivitas pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan hasil belajar, akan ditinjau dari perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (normalized gain) yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan ;

< � >= (% % − %�− % �) � Keterangan : <g> = gain ternormalisasi

Sf = rata-rata skor post-test Si = rata-rata skor pre-test Tabel 3.9 Interpretasi Gain Skor Ternormalisasi

Nilai gain ternormalisasi <g> Kriteria

 0,7 Tinggi 0,3 ≤ (<g>) < 0,7 Sedang

< 0,3 Rendah

2. Hasil Belajar Ranah Afektif dan Psikomotor

Ranah afektif dan psikomotor siswa diukur dengan menggunakan pedoman observasi sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan pada setiap pertemuan Skor yang diperoleh siswa pada aspek afektif dan psikomotor kemudian dihitung dengan menggunakan rumus:

(36)

44

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

% Adapun kriteria kategori tafsiran IPK dapat dilihat pada di bawah ini:

Tabel 3.10 Kategori Tafsiran IPK untuk Ranah Psikomotor No. Kategori Prestasi Kelas Interpretasi

1 0,00-29,00 Tidak terampil 2 30,00-54,00 Kurang terampil 3 55,00-74,00 Cukup terampil 4 75,00-89,00 Terampil 5 90,00-100,00 Sangat terampil

Tabel 3.11 Kategori Tafsiran IPK untuk Ranah Afektif

No. Kategori Prestasi Kelas Interpretasi

1 0,00-29,00 Sangat negatif 2 30,00-54,00 Negatif 3 55,00-74,00 Netral 4 75,00-89,00 Positif 5 90,00-100,00 Sangat positif

3. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran

Pemantauan terhadap keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan untuk memperoleh informasi tambahan ketika menganalisis hasil pengkatan hasil belajar siswa di kelas sampel. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah jawaban “ya” atau yang “ditandai ceklis” yang telah diisi oleh observer pada Lembar Observasi Guru.

b. Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% � � �� � = ℎ ��ℎ �� � × %

(37)

45

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Menafsirkan atau menentukan kategori Keterlaksanaan model (KM) pembelajaran berdasarkan tabel 3.11 mengenai keterlaksanaan model pembelajaran.

Tabel 3.12 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran

No. % Kategori

Keterlaksanaan Model Kriteria

1 0 Tidak satupun kegiatan terlaksana

2 0 < KM < 25 Sebagian kecil terlaksana

3 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

4 KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

5 50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana

6 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

7 KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

(38)

71

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan penelitian yaitu:

1. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif secara keseluruhan mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan nilai gain ternormalisasi <g> sebesar 0.37 yang termasuk dalam kategori sedang. Pada aspek memahami (C2) nilai gain ternormalisasi yang diperoleh sebesar 0.21 (kategori rendah), pada aspek menerapkan (C3) nilai gain ternormalisasi yang diperoleh sebesar 0.25 (kategori rendah), sedangkan pada aspek menganlisis (C4) nilai gain ternormalisasi yang diperoleh sebesar 0.42 (kategori sedang).

2. Profil hasil belajar siswa pada ranah afektif setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami peningkatan ditunjukkan dengan persentase rata-rata IPK. IPK hasil belajar siswa pada ranah afektif pertemuan ke-1 adalah sebesar 75% yang termasuk dalam kategori netral, dan pada pertemuan ke-2 IPK hasil belajar ranah afektif siswa adalah sebesar 81,52 % yang termasuk kategori postif. Pada pertemuan ke-3 IPK hasil belajar ranah afektif siswa adalah sebesar 83.33% yang termasuk ke dalam kategori postif. dengan persentase rata-rata tiap seri menunjukkan kategori terampil. Secara keseluruhan rata-rata IPK hasil belajar ranah afektif siswa pada penelitian ini adalah 77.61 % yang termasuk dalam kategori positif.

(39)

72

hasil belajar ranah psikomotor siswa adalah sebesar 87.25% yang termasuk dalam kategori terampil. Secara keseluruhan rata-rata IPK hasil belajar ranah psikomotor siswa pada penelitian ini adalah 81.27 % yang termasuk dalam kategori terampil.

5.2Saran

Berdasarkan temuan dari penelitian ini beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam implementasi model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu:

1. Saat proses pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing berlangsung guru harus memberikan batasan-batasan waktu kepada siswa dalam menyelesaikan aktivitasnya.

2. Memaksimalkan pelaksanaan tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing sehingga siswa mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

3. Salah satu kendala dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing adalah siswa yang belum terbiasa dengan tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing. Oleh karena itu, disarankan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing terus dilatihkan agar siswa terbiasa dan dapat diperoleh hasil belajar yang maksimal.

(40)

73

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

[Admin]. 2009. Model Pembelajaran Inkuiri. [online]. Tersedia : http://gurupemula.co.cc/model-pembelajaran-inkuiri/ . [ Februari 2010] [Admin]. 2012. Pre-Experimental Design. [Online]. Tersedia:

http://csulb.edu/~msaintg/ppa696/696preex.htm . (Juni 2013)

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik:Edisi revisi ke 6. Jakarta: Rineka Cipta

---. (2008). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Campbell, Donald T dan Stanley, Julian C. (1979). Experimental and Quasi Experimental Design for Research. Boston: Houghton Mifflin Co.

Clark, Don. (2013). Bloom’s Taxonomy of Learning Domains. [Online]. Tersedia: http://nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html (Juni 2013).

Creedon, Larry. (2011). Rubrics-Origin, Purpose, Characteristics and Bloom

Based Applications. [Online]. Tersedia :

http://larrycreedon.wordpress.com/2011/08/15/rubrics-origins-purpose-characteristic-and-Bloom-based-applications/ (20 Mei 2013)

Colburn, Alan. (2000). An Inquiry Primer. Dalam Science Scope [Online], Vol 23

(7), 3 halaman. Tersedia: Ranah Kognitf : Kerangka Landasan untuk Pembelajaran. [Online]. Tersedia:http://www.ikippgrimadiun.ac.id/ejournal/sites/default/files/2_Im

(41)

74

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Iryanti, Puji. (2004) . Penilaian Unjuk Kerja- Paket Pembinaan Penataran. Yogyakarta : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah - Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika.

Luft, Julie. Bell, Randy L. dan Newsome, Julie G. (Eds). (2008). Science as Inquiry in the Secondary Setting. [Online]. Tersedia: http://tools4teachingscience.org/papers/pubs/NSTA_book%20chapter.pdf . (Januari 2013)

Katminingsih, Yuni. (2012). Mengenal Revisi Taksonomi Bloom oleh Anderson

dan Krathwol. [Online]. Tersedia:

http://yunikatminingsih.blogspot.com/2012/10/2-mengenal-revisi-taksonomi-bloom-oleh.html . (Januari 2013).

May, Diane Ebert. (2011). Classroom Assessment Techniques: Scoring Rubrics. [Online]. Tersedia : www.flaguide.org/cat/rubrics/rubrics7.php (Mei 2013).

Mc Bride, John W. (2004). Using Inquiry Approach to Teach Science to Secondary School Science Teachers. [Online]. Tersedia: http://iop.org/journals/physed. (Mei 2013).

Mueller, Jon. (2008). Authentic Assesment Toolbox – Rubrics. [Online]. Tersedia : http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/rubrics.htm (20 Januari 2011) Opara, Jacinta A dan Oguzor, N Silas. (2011). Inquiry Instructional Method and

the School Science Currículum. [Online]. Tersedia:

http://maxwellsci.com/print/crjss/v3-188-198.pdf (Januari 2013).

Pollalis, Spirro N. 1988. The Golden Gate 50th Anniversary. [Online]. Tersedia: http://goldengatebridge.org/research/documents/researchpaper_50th.pdf . (Juni 2013).

Rosenthal, Sandra B. (1981). John Dewey: Scientific Method and Lived Immediacy. [Online]. Tersedia : http://www.jstor.org/stable/40319940 (Juni 2013)

Rustaman, Nuryani Y. (2005). “Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains”. Makalah pada Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia, Bandung.

Sanjaya, Wina.(2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Grup.

(42)

75

Rahmi Nurfaidah R, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajara Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran Fisika. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Metode penelitian pendidikan: Cetakan ke- 8. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wena, Made. (2012). Strategi Pembelajran Inovatif Kontemporer – Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Westwood, Peter (2004). Effective Teaching to Reduce Educational Failure. Dalam Reducing Educational Failure-the Australian Journal of Learning

Disabilities, Vol 3 (3), 9 halaman. Tersedia:

http://thrass.com.au/research/EffectiveTeaching.pdf (Juni 2013)

Widodo, Wahono et al. (2010). Dimensi Afektif dan Psikomotorik. [Online]. Tersedia: http://pjjpgsd.unesa.ac.id/dok/3.Suplemen-3-Dimensi%20Keterampilan%20dan%20Sikap.pdf. (Januari 2012).

Gambar

Tabel
Gambar 3.1 Alur Penelitian............................................................................................
Desain penelitian Tabel  3.1 one group pre-test post-test design
Gambar 3.1 Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Daftar Perusahaan Yang Mengalami Underpricing Saham Perusahaan Yang Melakukan Initial Public Offering

Cerita Rakyat Jawa Barat Sebagai Gagasan Berkarya Seni Instalasi Dengan Teknik Pop-up Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

1. Karakteristik pembelajaran Discovery yang diterapkan pada Tema Perubahan Benda-benda di Sekitar Kita untuk meningkatkan literasi sains yang melalui beberapa

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi kontribusi dan manfaat bagi kosmetika halal khususnya untuk kosmetik Wardah, agar dapat merumuskan strategi Relationship

Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas (Broad Based Education).. Jakarta:

Milik Negara/Daerah pada laporan Keuangan Pemerintah Pusat/ Daerah yang akuntabel sesuai dengan nilai wajarnya, serta dalam rangka mewujudkan pengelolaan4. Barang Milik

[r]

APLIKASI MULTIMEDIA METODE PECS ( PICTURE EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM ) UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN KOMUNIKASI ANAK.. ASD ( AUTISME SPECTRUM