• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN HYPERMEDIA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL : Studi Eksprimen di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Nurul Fikri, Depok Tahun Pelajaran 2012/1013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN HYPERMEDIA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL : Studi Eksprimen di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Nurul Fikri, Depok Tahun Pelajaran 2012/1013."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN...i

ABSTRAK

...ii

KATA PENGANTAR

...iv

UCAPAN TERIMA KASIH

...vii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I. PENDAHULUAN...1

1.1.Latar Belakang Masalah...1

1.2.Rumusan Masalah...16

1.3.Tujuan Penelitian...17

1.4.Manfaat Penelitian...17

BAB II.Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

...19

2.1.KajianPustaka...19

2.1.1.Langkah- langkah dalam Kemampuan berpikir kritis...22

2.1.2.Metode Problem Based Learning (PBL)...27

2.1.2.1.Karakteristik Metode PBL...35

2.1.2.2.Tujuan, Tahapan, Keunggulan dan kelemahan PBL...39

2.1.3.Teori yang mendasari MetodePBL...43

2.1.3.1.Teori belajar Konstruktivisme...43

(2)

2.1.4.Hypermedia sebagai Media Pembelajaran...47

2.1.4.1. Pengertian Media Pembelajaran ...47

2.1.4.2. Manfaat Media Pembelajaran ...48

2.1.4.3. Jenis Media Pembelajaran...50

2.1.4.4. Multimedia...50

2.1.4.5. Hypermedia...53

2.2. Kerangka pemikiran...55

2.3. Pengajuan Hipotesis Penelitian...59

BAB III METODE PENELITIAN

...60

Metode, Desain, dan Teknik Pengumpulan Data...60

3.1. Metode Penelitian...60

3.2. Desain Penelitian...61

3.3. ObyekPenelitian...62

3.4. Sumber data ...62

3.5Variabel Penelitian...63

3.5.1 Kemampuan Berfikir Kritis...63

3.5.2 Problem Based Learning (PBL)...65

3.5.3 Hypermedia...65

3.6Instrumen Penelitian...66

3.6.1 Rencana Program Pembelajaran Berbasis Masalah ...66

3.6.2 Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ...67

(3)

3.8. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ...81

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian ...90

1. Kemampuan Berfikir Kritis Awal Siswa...91

2. Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Setelah Perlakuan...97

3.Perbedaan Kemampuan Berfikir Kritis siswa pretest dan postest...102

4. Peningkatan (N-Gain) Kemampuan Berfikir Kritis Siswa...108

B. Pembahasan...113

1. Peningkatankemampuanberfikirkritissiswa...113

2. Ketuntasan BelajarKemampuanBerfikirKritisSiswa...117

3. Sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran...120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

……...………....122

A. Kesimpulan...122

B. Saran...122

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Sebaran Hasil Kemampuan Berfikir Siswa SMPITNF ...13

Tabel 2.1 Expert Consensus Panel Definition...24

Tabel 2.2 Konsensus Para ahli terhadap Definisi Berfikir Kritis...25

Tabel 2.3 Tahap-tahap Pengembangan Pembelajaran Berbasis Masalah...41

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Berfikir Kritis...67

Tabel 3.2 Skenario Pembelajaran Kelas Eksprimen dan Kontrol...68

Tabel 3.3 Rekapitulasi Validitas Item Instrumen Kemampuan Berfikir Kritis....72

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ...74

Tabel 3.5 Reliability Statistic...74

Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran ...75

Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Butir Soal...76

Tabel 3.8 Interpretasi Daya Pembeda ...78

Tabel 3.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis...79

Tabel 3.10 Rincian hasil uji coba soal tes kemampuan berfikir kritis...80

Tabel 3.11 Kriteria Peningkatan Gain...83

Tabel 4.1 DeskripsiSkorPretesKelasEksperimendanKelasKontrol...91

Tabel 4.2HasilUjiNormalitasPretesKelasEksperimendanKelasKontrol...94

Tabel 4. 3HasilUjiHomogenitasVariansPretes...95

Tabel 4.4HasilUjiPerbedaanSkorPretest...96

Tabel 4. 5DeskripsiSkorPostest...97

(5)

Tabel 4. 7HasilUjiHomogenitasVariansPostest...101

Tabel 4. 8HasilUjiMann-Whitney Test...102

Tabel 4. 9HasilUjiNormalitaspretestdanpostest...103

Tabel 4.10Hasilujihomogenitaspretestdanpostest...105

Tabel 4.11HasilUjiMann-Whitney TestKelasEksperimendanKontrol ...106

Tabel 4.12HasilUjiNormalitas N-gainPretestdanPostest...108

Tabel 4.13HasilUjiHomogenitas N-gain ...109

Tabel 4.14HasilUjiMann-Whitney TestN-gain ...110

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1Hubungan antar variabel penelitian...59

Gambar 3.1 Langkah – langkahpenelitian...89

Gambar 4.1 Diagram Batang Rata-rata NilaiPretestdanPostest...107

Gambar 4.2 Diagram Batang Rata-rata Skor Gain...112

Gambar 4.3. Diagram BatangPerbandingannilaipretestpostest...116

(7)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A.

Bahan pembelajaran

Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran...129

Lampiran A.2 RPP Kelas Eksprimen 1...132

Lampiran A.3 RPP Kelas Eksprimen 2...139

Lampiran A.4 RPP Kelas Eksprimen 3...146

Lampiran A.5 RPP Kontrol 1...154

Lampiran A.6 RPP Kelas Kontrol 2...159

Lampiran A.7 RPP Kelas Kontrol 3...164

B.

Instrumen penelitian

B.1 Kisi – kisi instrumen kemampuan berfikir kritis...169

B.2 Soal tes seri 1 Materi Permintaan...170

B.3 Soal tes seri 2 Materi Penawaran...176

B.4 Soal tes seri 3 Materi Harga Keseimbangan...181

B.5Kunci Jawaban Soal Tes seri 1, 2, dan 3...186

C.

Data hasil uji coba instrumen

Lampiran C.1 Rekapitulasi skor jawaban ...187

Lampiran C.2 Hasil Uji Validitas ...189

(8)

Lampiran C.4 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ...191

Lampiran C.5 Hasil Uji Daya Pembeda...192

Lampiran C.6 RekapitulasiHasilUjiCobaSoalTes...193

D.

Data hasil penelitian

Lampiran D1. Daftar siswa peserta tes ...195

Lampiran D2. Skor nilai pretest siswa kelas eksprimen...196

Lampiran D3. Skor nilai siswa kelas kontrol...199

Lampiran D4. Rekapitulasi skor pretest...202

Lampiran D5. Skor postest kelas Eksprimen...203

Lampiran D 6. Skor postest kelas kontrol...206

Lampiran D 7. Rekapitulasi skor nilai postest...209

Lampiran D8. Rekapitulasi skor nilai Pretest dan Postest...210

Lampiran D 9. Rekapitulasi skor nilai PretestPostest Kelas Eksprimen...211

Lampiran D 10. Rekapitulasi Gain Pretest dan Postest...212

Lampiran D 11. Rekapitulasi N Gain Pretest dan Postest...213

Lampiran D 12. Olah data skor pretest...214

Lampiran D 13. Olah data postest...216

Lampiran D 14. Olah data pretest dan postest Kelas Kontrol...218

Lampiran D 15. Olah data pretest dan postest kelas eksprimen...220

Lampiran D 16. Olah data N Gain Kelas Eksprimen dan Kontrol...222

Lampiran D 17. Hasil Belajar Kelas Kontrol...224

(9)

E.

Data hasil penelitian

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang masalah

Pendidikan sebagai proses manusia memperoleh ilmu pengetahuan sangat penting dalam membentuk kemampuan berpikir. Pemahaman manusia terhadap kehidupan menimbulkan berbagai pertanyaan, ide dan makna yang terkandung didalamnya. Pembiasaan berpikir secara sistematis, logis, melatih imajinasi dan membentuk ide akan mengembangkan kemampuan manusia dalam memecahkan masalah kehidupan. Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran di sekolah sebagai pendidikan formal sangatpentingkarenaakan menentukan keberhasilan siswa yang pada akhirnya akan mempengaruhiperkembanganpesertadidik secara keseluruhan, sehingga masalah yang perlu dikaji adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa.

Dewey (Johnson. E. B, 2010: 187) mengatakan bahwa „Sekolah harus mengajarkan cara berpikir yang benar pada anak – anak‟. Sizer (Johnson. E. B, 2010: 181) memandang bahwa sekolah adalah tempat untuk berlatih berpikir dan memecahkan masalah, sebagaimana dikemukakan bahwa „Sekolah artinya belajar menggunakan pikiran dengan baik, berpikir kreatif menghadapi persoalan – persoalan penting, serta menanamkan kebiasaan untuk berpikir‟.Lebih lanjut Anderson (2004) menyatakan:

(11)

Kemampuan berpikir kritis siswa perlu dikembangkan pada era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini karena siswa akan mendapatkan pengetahuan dari konsep yang diajarkan guru. Pembelajaran yang masih memberikan materi standar sesuai dengan bahan ajar dari kurikulum pendidikan perlu pengembangan berpikir siswa. Melalui berpikir kritis siswa akan bertanya, mengaitkan ide, berpikir secara logis, mengetahui struktur suatu ilmu, baik dan buruk, benar dan salah, serta akibat suatu pemikiran. Siswa yang berpikir kritis dan mengetahui manfaat suatu pembelajaran akan serius belajar dan mampumemberikan ide serta solusi dalam menghadapi masalah sehari - hari.

Kemampuan siswa dalam mengembangkan berpikir kritis sehingga bermakna sangat dipengaruhi memori awal siswa seperti disampaikan Ausubel (Slavin,1994:17), memaparkan teori belajar bermakna, yaitu:

Setiap konstruksi pembelajaran yang masuk memorinya akan selalu berkaitan dengan informasi yang sudah tersimpan dalam memori awal siswa. Sehingga dalam menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki dan berkaitan dengan konsep-konsep yang akan dipelajari.

(12)

Pembelajaran yang terjadi di sekolah masih bersifat konvensional, orientasi pembelajaran masih mengejar nilai Ujian Nasional (UN) sehingga siswa diberikan pembelajaran instan dengan banyak mengerjakan latihan soal, kurangnya inovasi guru dalam mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan, pemahaman tentang metode pembelajaran yang tepat untuk siswa sesuai dengan teori pembelajaran juga masih rendah. Pelaksanaan pembelajaran masih teacher oriented atau teks book oriented dimana guru masih sangat dominan dalam pembelajaran dan tidak terjadi improfisasi kreatifitas guru dalam mengajar. Efek dari pembelajaran tersebut adalah siswa akan pasif dan kemampuan berpikir kritisnya tidak berkembang.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam standar Isi dan Standar kelulusan memacu guru mampu mengembangkan pembelajaran lebih menarik melalui metode dan media yang disampaikan dalam pembelajaran di kelas. Guru sebagai pengembang kurikulum memberikan kebebasan pada tingkat satuan pendidikan untuk merancang pembelajaran yang aktif, inspiratif, kooperatif, efektif dan menyenangkan, melalui eksplorasi pengetahuan siswa dan mengoptimalkan kemampuan berpikirnya sehingga siswa mampu memperoleh keahlian, pengetahuan dan pengalaman baru. Pembelajaran yang hanya mengajarkan konsep dan hafalan dan hanya sekedar mengajar serta mengejar penyampaian materidisampaikan Tinning dan Macdonald (Mahendra dkk : 2008 :

39)’…Teachers in school are not developing a reflective thinking, thus their

teachingtask is solely run as something routine, without any attempts to facilitate

(13)

sekolah tidak mengembangkan berpikir reflektrif, sehinggatugas mengajarnya hanya sebagai rutinitas, tanpa mencoba memfasilitasipembelajaran dengan berbagai jenis metode dan strategi pengajaran.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran yang diajarkan pada bangku Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) perlu adanya pembaharuan dalam pembelajaran secara kreatif dan inovatif. Dengan pembelajaran kreatif dan inovatif dikelas siswa akan mengkonstruksi makna ilmu pengetahuan secara mandiri, sehingga proses pembelajaran akan aktif, efektif, dan menyenangkan. Menurut Sumantri (2001:2) pembaharuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bahan pelajaran lebih banyak memperhatikan kebutuhan dan minat peserta didik; 2. Bahan pelajaran lebih banyak memperhatikan masalah-masalah sosial;3. Bahan pelajaran lebih banyak memperhatikan keterampilan berpikir, khususnya keterampilan menyelidiki;4. Bahan pelajaran lebih memberikan perhatian terhadap pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam sekitar.

Pembaharuan pembelajaran dalam IPS untuk meningkatkan keterampilan berpikir secara aktif, efektif dan menyenangkan sehingga mampu menumbuhkan minat peserta didik, memperhatikan keterampilan berpikir, dan memberikan perhatian terhadap pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam sekitar adalah pemilihan model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, teori belajar dan metode yang tepat dalam pembelajaran.

(14)

membangun kemampuan berpikir kritis siswa serta keterampilan memecahkan masalah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam pembelajaran sangat diperlukan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir. Hal tersebut disampaikan oleh Akinoglu & Tandagon (2006) pembelajaran bukan lagi proses yang standar dalam proses pembelajaran aktif, tetapi berubah ke dalam bentuk yang disesuaikan, dimana keterampilan pemecahan masalah, berpikir kreatif dan belajar untuk belajar dikembangkan. Sementara Seng (2000) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Guru harus mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang dipilihnya. Menurut R. Ibrahim dan Nana S. Sukmadinata (Rusman, 2011:78) mengemukakan bahwa: „Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai‟.

Pada saat ini banyak sekali metode yang berkembang sebagai bagian dari teori pembelajaran konstruktivistik sehingga seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat. Menurut Priyatmojo, A. et al. (2010) terdapat metode pembelajaran Student-centered learning (SCL) dan Student teacher aesthetic role-sharing (STAR) yaitu Individual Learning, Autonomous Learning, Active

Learning , Self-directed Learning, Collaborative Learning, Cooperative learning,

Competitive Learning, Case-Based Learning, Research-based Learning,

(15)

Salahsatu metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mampu memecahkan masalah melalui proses berpikir, sehingga mampu mengkonstruksi makna pembelajaran bagi kehidupan adalah Problem Based Learning (PBL).Jauhar. M, (2011: 37) menyampaikan pandangannya tentang PBl sebagai pembelajaran konstruktivistik sebagai berikut yaitu: ”1. Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, 2. Mengutamakan proses,3. Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial,4. Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman”.Salahsatu tokoh teori pembelajaran adalah Vygotsky (Jauhar. M, 2011:39) mengemukakan prinsip dalam pembelajaran konstruktivistik sebagai:

Zona of proximal development.Adalah daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

dari segi konsep metode PBL memacu siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran,menekankan pada proses dan pelatihan berulang yang akan bermuara pada penguasaan keahlian menghadapi dan memecahkan masalah.

Boud dan Felleti (1997:28) menyatakan bahwa “Problem Based Learning is

away of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on

student activity”. H.S. Barrows (1982) menyatakan bahwa :

(16)

PBL merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, karena di dalam PBL siswa dihadapkan pada masalah sebagai stimulus yang menjadi fokus dan harus dipecahkan dalam aktivitas belajar. Siswa memecahkan masalah sebagai pengetahuan untuk mengembangkan keilmuannya. Menurut Ramsay, J. dan Sorrell, E. ( 2006: 3- 4) mengemukakan bahwa:

Students possessing these skills and abilities will be well prepared for professional occupations where critical thinking and problem solving skills are requisite for success. Ultimately, PBL attempts to produce students who can: 1. Engage complex problems with initiative and enthusiasm. 2. Problem-solve effectively, employing self-directed learning skills when needed. 3. Continuously assess and acquire knowledge. 4. Collaborate effectively as a group member.

diterjemahkan bahwa siswa yang memiliki keterampilan dan kemampuan akan siap untuk menjadi pekerjaan profesional dimana pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah diperlukan untuk sukses. Pada akhirnya, PBL mencoba untuk menghasilkan siswa yang dapat: 1. Melibatkan masalah yang kompleks dengan inisiatif dan antusiasme. 2. Memecahkan masalah secara efektif, mempekerjakan mandiri keterampilan pembelajaran bila diperlukan. 3. Terus menilai dan memperoleh pengetahuan. 4. Berkolaborasi secara efektif sebagai anggota kelompok.

Metode PBL sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis juga disampaikan oleh Duch, Groh, and Allen (Savery, J. R. 2006:12) bahwa:

(17)

to demonstrate effective communication skills, and to use content knowledge and intellectual skills to become continual learners.

Diterjemahkan menjadi metodedigunakandalam PBL

danketerampilankhususdikembangkan, termasukkemampuanuntukberpikirkritis, menganalisadanmemecahkankompleks, masalah di dunianyata, untukmenemukan, mengevaluasi, danmenggunakansumberbelajar yang sesuai, untukbekerjasama, untukmenunjukkanketerampilankomunikasi yang efektif, danmenggunakanisipengetahuandanketerampilanintelektualuntukmenjadipembela jarterus-menerus.

Berbagai masalah dalam pendidikan disampaikan oleh Kunandar (2007:68):

Pendidikan kita dewasa ini menunjukkan kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut: pertama, memperlakukan peserta didik sebagai objek/klien, guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator; kedua, materi ajar bersifat subject oriented; ketiga manajemen pendidikan masih baru dalam transisi sentralistik ke desentralistik, akibatnya pendidikan kita mengisolasi diri dari kehidupan riil yang berada diluar sekolah, kurang relevan antara yang diajarkan dengan kebutuhan dalam pekerjaan, terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak sejalan dengan pengembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian; keempat, proses pembelajaran di dominasi dengan tuntutan untuk menghapalkan dan menguasai pelajaran sebanyak mungkin guna menghadapi ujian/tes, dan pada kesempatan tersebut peserta didik harus mengeluarkan apa yang telah dihapalkan. Akibat dari praktek pendidikan semacam itu munculah berbagai kesenjangan dalam hal akademik, okupasional (kesenjangan antar dunia pendidikan dengan dunia kerja) dan kultural.

(18)

aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat. Maka pembelajaran berbasis masalah sangat penting dikembangkan dalam rangka memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran, dimana selama ini kemampuan siswa untuk menyelesaikan suatu masalah kurang diperhatikan oleh guru.

Barrows danKelson (Brooke, S. L. 2006:145), menyampaikan isi metode PBL sebagai berikut:

ProblemBasedLearning (PBL) is: both a curriculum and a process. The curriculum consists of carefully selected and designed problems that demand from the learner acquisition of critical knowledge, problem solving proficiency, self-directed learning strategies, and team participation skills. The process replicates the commonly used systemic approach to resolving problems or meeting challenges that are encountered in life and career.

yang diterjemahkan menjadi pembelajaranberbasismasalah (PBL)terdiri kurikulumdan proses. Kurikulumterdiridarimasalahyang dipilih dan dirancang secara hati-hatibahwapermintaandaripengetahuan kritis daripelajar, kemampuanpemecahanmasalah, self-directed strategibelajar,

danketerampilantimpartisipasi. Proses

inimenirupendekatansistemikbiasadigunakanuntukmemecahkanmasalahataumeme nuhitantangan yang dihadapidalamhidupdankarir.

(19)

by Bloom, including the cognitive (mental and intellectual skills), affective

(feelings and attitudes) and the psychomotor (skills)” artinya adalah PBL

mengintegrasikan dan mengembangkan semua tiga domain pembelajaranseperti yang dijelaskanoleh Bloom, termasuk (keterampilan mental danintelektual) kognitif, afektif (perasaandansikap) danpsikomotorik (keterampilan).

Dalam PBL siswa dipacu untuk terlibat secara aktif mencari makna dalam pembelajaran sehingga mampu diterapkan pada kehidupan yang akan datang. Pembelajaran tersebut berlangsung secara terpola melalui proses yang bermuara pada penguasaan keahlian dalam memecahkan masalah. Melalui metode PBL siswa akan belajar secara otentik dan pembelajaran menjadi relevan terhadap kehidupan yang akn menjadi tantangan siswa dimasa depan.

Through PBL, traditional techers and student roles change. Students assume more resposibility and so are better motivated with more feeling of

accomplishment, “ Setting the pattern for them to become successful ;life long

learners.” They become better practitioners of their profession”(MCLI,2001). Learning becomes relevant and authentic, occurs in wayssimilars to how it will be used in the future, and higher-order thinking is promoted”(H.R.Lang : 2006 : 468).

(20)

Hasil penelitian Lespereance M.M (2008) menemukan bahwa Siswa dalam kelompok PBL mengatakan mereka menikmati kesempatan untuk belajar dengan mandiri, dan PBL tidak hanya memotivasi mereka untuk belajar tetapi juga meningkatkan sikap mereka yang terkait dengan belajar. Persepsi mereka terhadap kemampuan mencari informasi yang akurat juga meningkat. Meskipun dari hasil penelitiannya Lesperance M.M (2008) menemukan bahwa tak ada pengaruh signifikan problem based learning terhadap berpikir kritis siswa Kinesiology dengan menggunakan alat ukur California Critical Thinking SkillTest.PenelitianJaka Permana (2010) tentang penerapan metode belajar

berbasis masalah sosial dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kepekaan sosial siswa SD menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode PBL dibandingkan metode klasikal.Agus Budi Susilo.et al.(2012) tentangModel Pembelajaran IPA berbasis masalah untuk meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa

SMP”menunjukkan hasil belajar kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan dari 61,53menjadi 80,24 suatupeningkatanyang signifikan. Setyorini. U. et al (2011) Hasil kemampuan berpikir kritis siswa mengalamipeningkatan secara signifikan antara kelas eksperimenyang menggunakan model PBL dan kelas kontrol yang menerapkan direct instruksion dengan metode ceramah.

(21)

menarik, menantang dan bermanfaat bagi siswa. IPS dianggap sebagai pelajaran yang kurang penting baik dari nilai yang diperoleh maupun manfaat bagi kehidupan siswa, padahal banyak tantangan kehidupan siswa pada masa yang akan datang dalam bidang sosial.

Dalam pembelajaran kita mampu mengamati siswa yang fokus memperhatikan pembelajaran serta yang sekedar hadir dikelas. Dalam kajianAttention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), James Le Fanu (2008:195) menyampaikan sebagai berikut: “Secaraumumadatigaperilaku yang bisadihubungkandengan ADHD ini, inatentif (tidakmemperhatikan) ataudistraktif(mudahterusik), impulsif(semaunyasendiri) dan, hiperaktif”. Kita mampu mengarahkan siswa kita untuk aktif belajar mengoptimalkan perhatiannya dengan media pembelajaran.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat diharapkan akan mampu mempengaruhi interaksi pembelajaran dan pola berpikir siswa tentang IPS yang pada akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan permintaan, penawaran dan harga keseimbangan akan digunakan Metode PBL yang akan dicoba untuk diformulasikan dalam pembelajaran IPS pada pokok bahasan permintaan, penawaran, dan harga keseimbangan.

Rusman (2011: 51) memandang perlunya penggunaan media dan sumber belajar dalam sepuluh kompetensi yang harus dikuasai oleh guru meliputi:

(22)

Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, 10. Memahami dan menafsirkan penelitian guna keperluan pembelajaran.

Guru dalam pembelajaran mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang didalamnya terdapat metode dan media. Dalam pembelajaran konvensional guru dan buku adalah sumber dan media utama, tetapi pembelajaran konstruktivisme membutuhkan penguasaan guru terhadap media dan pembelajaran dengan metode yang mampu mengantarkan siswa pada proses berpikir dan memecahkan masalah. Media yang digunakan guru dalam menyampaikan pesan mampu menghadirkan pembelajaran lebih banyak kepada siswa melintasi batas waktu, tempat, dan menghadirkan secara nyata fakta dan masalah dalam pembelajaran.

Kemampuan berpikir kritis sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMPIT Nurul Fikri pada mata pelajaran IPS masih tergolong rendah. Hal tersebut terlihat dari hasilanalisissoalujiankenaikankelas (UKK) siswayang

dilakukanoleh guru bidangstudi IPS

dengansebarankemampuanmengerjakansoaldalamtabel1.1 berikut: Tabel1.1 Sebaranhasil kemampuan berpikirsiswa SMPITNF

No Tahun

Persentase rata-rata jawaban benar Ranah Kemampuan

C1 C2 C3 C4 C5 C6

1 2009/2010 22 18 20 21 9 9

2 2010/2011 23 19 29 13 10 6

3 2011/2012 21 24 25 15 8 7

Rata - rata 22 20 25 16 9 7

Sumber: Olah data nilai siswa SMPIT NF

(23)

16%, 9%, dan 7% lebih rendah dibandingkan penguasaan kemampuan c1, c2, dan c3 dengan rata-rata 22%, 20%, dan 25%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal kemampuan berfikir tingkat tinggi.

Penelitian yang dilakukanBobbi De Porter (NikenAriani danDanyHaryanto,2010: 6)Penggagas Quantum learning mengungkapkan, manusiadapatmenyerapsuatumaterisebanyak 70% dariapa yang dikenakannya, 50% dariapa yang didengardandilihat (audio visual), dan 30% dari yang dilihatnya, dariinformasi 20% dandari yang dibaca 10%. Dengan media pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan kesadaran belajar berbasis audio visual.

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini akan digunakan metode PBL menggunakan hypermedia. Denganmetodedan

media tersebutdiharapkanadanyapembelajaran yang

lebihinovatifuntukmeningkatkankemampuanberpikirkritissiswa.Dalam PBL, siswa dihadapkan pada berbagaimasalah yang menantang dalampembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompokkecil. Pembelajaran IPS pada pokok bahasan demand, suply, and price equelibrium membutuhkan kemampuan berpikir kritis

(24)

penawaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Melalui situasi masalah yang dimunculkan, para siswa dapat mencobamemahami masalah, merencanakan penyelesaiannya menurut tingkat berpikirnya dan pengalaman belajar sebelumnya, kemudian melaksanakan langkah-langkahpenyelesaian. Hasil dari pembelajaran akan menjadi ide siswa, pengalaman dan konsep yang baru yang dapat mengendap lebih lama sebagai kemampuan berpikir dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Hypermedia akan digunakan dalam metode PBL ini untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana sekolah yang didukung adanya ruang e-learning dan multimedia. Kapasitas ruang yang didukung dengan hotspot area denganfiber optikdan audio-visualsangat mendukung pelaksanaan pembelajaran, walaupun guru di sekolah belum menguasai dan memanfaatkan secara optimal. Perbaikan manajemen pembelajaran berbasis multimedia didukung oleh Lab Pusat Sumber Belajar (PSB) yang terdapat fasilitas Moodle dan web sekolah, sehingga dapat belajar secara online secara bersama dalam satu kelas pembelajaran melalui aplikasi yang disusun oleh guru meliputi materi ajar, dokumen pdf, power point, film pembelajaran, hyperlink dan akses materi berbasis website maupun soal secara online. Siswa dapat mengakses dan memanfaatkan dalam memecahkan masalah

pembelajaran melalui berpikir secara kritis.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini difokuskan

(25)

Learning menggunakan Hypermedia pada Pembelajaran IPS pokok bahasan

Demand, Suply and Price Equelibrium”.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaankemampuan berpikir kritis siswa antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas yang menggunakan metode problem based learning (PBL) dengan hypermedia (kelas eksprimen)?

2. Apakah terdapat perbedaankemampuan berpikir kritis siswa antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas yang menggunakan metode diskusi dengan multimedia (kelas kontrol)?

3. Apakah terdapat perbedaanpeningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode problem based learning (PBL) menggunakan hypermedia (kelas eksprimen) dengan kelas yang menggunakan metode diskusi

dengan multimedia (kelas kontrol)?

1.3. Tujuan Penelitian

(26)

1. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas yang menggunakan metode problem based learning (PBL) dengan hypermedia (kelas eksprimen).

2. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas yang menggunakan metode diskusi dengan multimedia (kelas kontrol).

3. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode problem based learning (PBL) menggunakan hypermedia (kelas eksprimen) dengan kelas yang menggunakan metode diskusi

dengan multimedia (kelas kontrol).

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan ada manfaat baik secara teoritis maupun praktis :

1. Manfaat secara teoritis

a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP dengan menerapkan metodePBL dan hypermedia dalam proses pembelajaran dikelasnya terutama untuk pembelajaran IPS. b. Penelitian ini mampu memberikan dukungan empiris terhadap khasanah

teori dan konsep pembelajaran terutama bagi konsep metode PBL dan hypermedia, yang mendorong untuk pengkajian lebih mendalam.

(27)

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam belajar.

b. Bagi guru, penelitian ini merupakan masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran, terutama dalam rangka meningkatkan kemempuan berpikir kritis siswa.

c. Bagi sekolah, penelitian dapat memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode pembelajaran dan pemanfaatan media untuk pelajaran IPS di sekolah.

d. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dengan menggunakan metode PBL dan hypermediadalam proses pembelajaran.

e.

Semua pihak yang berkepentingan untuk dapat dijadikan bahan rujukan
(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode, Desain, Obyek Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen atau “eksperimen

semu” yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen melakukan pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) menggunakan hypermedia dan kelas kontrol melakukan pembelajaran konvensional. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa meliputi kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi yang tujuannya untuk mengkaji sebuah situasi, fenomena, pertanyaan, atau masalah untuk mendapatkan sebuah hipotesis atau kesimpulan sebagai proses pengambilan keputusan secara rasional atas apa yang diyakini dan dikerjakan melalui aspek memberikan penjelasan dasar, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut, strategi dan taktik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Mc.Millan dan Schumacher (2001 ; 50) menjelaskan bahwa penelitianeksperimen merupakan “research in wich independent variable ismanipulated to investigate cause and effect relationship between the independent and dependent

(29)

acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok eksperimen maupun dalam kelompok kontrolnya.

3.2. Desain Penelitian

Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design. Menurut Creswell (1994 :132),Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design merupakan pendekatan yang paling populer dalam quasi eksperimen, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih bukan dengan cara random. Kedua kelompok diberi pre test dan post test dan hanya kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan.

The most commonly used quasi-experimental design ineducational research is the nonequivalent control groups design. Inthis design, research participants are not randomly assigned toexperimental and control groups, and both groups take a pretestand posttest. Except for random assignment, the steps involved inthis design are the same as for the pretest-posttest experimental control group design.

Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa desain quasi eksperimen yang paling banyak digunakan dalam penelitian pendidikan adalah noneqivalent control group design. Dalam desain ini, partisipan penelitian baik pada kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Diluar dari pemilihan partisipan atau responden, langkah-langkah dalam desain ini sama dengan pretest-posttest experimental control group design.

(30)

Keterangan :

 O1 = Tes awal pada kelomppok eksperimen dan kelompok kontrol  O2 = Tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol  X = Perlakuan dengan menggunakan Pembelajaran Metode Problem

Based Learning dan Hiper Media

3.3. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini Obyek penelitiannya adalah kemampuan berfikir kritis sedangkan unit analisisnya adalah Siswa SMPIT Nurul Fikrikota Depok

3.4. Sumber Data

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SMPIT Nurul Fikri, Kota Depok tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 423 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kels 8 semester 1 SMPIT Nurul Fikri. Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas eksperimendengan metode PBL menggunakan hypermedia dan sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Penentuan sampeldilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 2 dari 12 kelas dan dipilih kelas 8A dan 8B dengan

(31)

eksperimen yang mendapat pembelajaran denganmetode PBL menggunakan hypermedia, sedangkan kelas 8B sebagai kelas kontrol terdiri dari 35 orang

mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan metode diskusi menggunakan multimedia.

3.5. Variabel Penelitian

Penelitian inidiarahkan untuk mengukur pengaruh metode PBL dengan Hypermediaterhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada

pembelajaran IPS Ekonomi.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPS dengan metode PBL dan hypermedia, sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan berpikir kritis siswa.Untuk lebih jelasnya akan diuraikan setiap variabel dalam penelitian ini dan bagaimana variabel tersebut itu diukur sebagai berikut:

3.5.1. Kemampuan Berfikir Kritis

Berfikir kritis yang dimaksud dalam kajian ini adalah berpikir kritis yang didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam malakukan penafsiran, analisis, evaluasi,mengambil kesimpulan, dan penjelasan yang tercermin dalam instrument berpikir kritis.

(32)

a. Kemampuan Penafsiranyang terdiri darimemahami dan mengungkapkan arti atau pentingnya perbedaan pengalaman, situasi, data, kejadian, penilaian, penemuan, keyakinan aturan, prosedur atau criteria.

b. Kemampuan Analisis terdiri dari menetapkan hubungan sebab akibat,

memberi alasan terhadap suatu pernyataan, mengelompokkan data berdasarkan karakteristik tertentu, mencari persamaan dan perbedaan dan mencari kesesuaian dan ketidaksesuaian.

c. Kemampuan Evaluasiterdiri dari menilai argument yang dinyatakan, menetapkan kriteria berdasarkan asumsi, menyeleksi kriteria untuk membuat solusi, memutuskan hal yang akan dilakukan secara tentatif, menilai kredibilitas suatu sumber

d. Kemampuan inferensiyang terdiri dari dua caramembuat kesimpulan, pertama secara induksi yaitu meringkas data, membuat kesimpulan dari data yang ada, menilai kelogisan suatu kesimpulan, kedua deduksi yaitu membuat kesimpulan, mencari bukti yang mendukung dan menilaikelogisan bukti.

e. Kemampuan Penjelasan yang terdiri dari menyatakan hasil pemikiran;

mengesahkan pemikiran dalam kerangka bukti, konsep, metode, kriteria dan pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar pemikiran seseorang; dan untuk menyajikan pemikiran orang dalam bentuk argument yang kuat.

(33)

3.5.2. Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

metode pembelajaran yang menjadikan permasalahan yang berkaitan dengan topik-topik dalam kurikulum sebagai titik tolak dalam proses pembelajaran secara mandiri dan kolaboratif. Tahapan yang dipakai dalam proses pembelajaran dalam penelitian ini, terdiri dari langkah - langkah yaitu sebagai berikut: (a) mengorientasikan siswa pada masalah; (b) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (c) membimbing pemeriksaan individual atau kelompok; (d) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (e) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

3.5.3. Hypermedia

Hypermedia menjadi media pembelajaran yang sangat menarik karena

[image:33.595.113.515.237.526.2]

memberikan ide, informasi dan materi pembelajaran sesuai tingkat berfikir siswa.Hypermedia adalah gabungan berbagai media yang dikawal oleh hiperteks.Hypermedia dapat terdiri dari video, suara, musik, teks, animasi, filem,

grafik dan imej menggunakan penghubung (link) dan yang dihubungkan (nodes) sebagai bagian informasi yang ada dalam hypermedia yang meliputi ; video, suara, musik, teks, animasi, film, grafik , imej dan data. Sedangkan link adalah penghubung atau yang membuat hubungan antara nodes dengan pengguna.

(34)

siswa dalam belajar, mengefektifkan pemberian rangsangan belajar sehingga sangat cocok untuk menyampaikan materi pembelajaran demand, suply, and price equelibrium dengan metode PBL.

3.6.Instrumen Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi penerapan metode PBL dengan hypermediaterhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS Ekonomi. Oleh karena itu perlu dikembangkan beberapa instrumen penelitian yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan sebagai berikut:

3.6.1. Rencana Program PBL

(35)

3.6.2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis

[image:35.595.74.549.226.755.2]

Untuk mengukur kemampuan berfikir kritis siswa dikembangkan instrumen kemampuan berfikir kritis siswa yang akan diberikan penilaian menggunakan teknik tes obyektif dengan bentuk soal tes pilihan ganda seperti tercantum dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Instrumen Berpikir Kritis

No Komponen Indikator No. Soal

Tes 1

No. Soal Tes 2

No. Soal Tes 3

1 Penafsiran

1. Mengungkapkan arti dan pentingnya suatu kejadian, situasi, data, keyakinan aturan dan penemuan.

1, 2, 3 25, 26 42, 43

2. Membedakan kejadian berdasarkan

suatu pengalaman 4, 5 27, 28 44, 45

2 Analisis

3. Megidentifikasi dan mengkorelasikan kecenderungan kesimpulan aktual hubungan suatu pernyataan

6, 7 29, 30 46, 47

4. Menbuat kurva berdasarkan data

suatu informasi 8, 9 31, 32

48, 49, 50

3 Evaluasi

5. Menilai kredibilitas, kekuatan logis

dan korelasi suatu pernyataan

10, 11,

12 33, 34 55, 56

6. Mengidentifikasi suatu solusi solusi 13, 14 35 53, 54

4 Inferensi

7. Mengidentifikasi dan menilai

elemen/bukti kesimpulan secara logis 15, 16 36, 38 57, 58 8. Memilih informasi yang relevan

untuk membuat suatu kesimpulan 17, 18 37 51, 59

5 Penjelasan

9. Membuat kesimpulan pemikiran

dalam kerangka bukti, konsep, metode, criteria secara faktual

(36)

10. Membuktikan suatu pemikiran

secara kontekstual 21, 22 40 61

11. Menyajikan pemikiran dalam bentuk

argument yang kuat 23, 24 41 62

3.7. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan dua kelaspenelitian, pertama kelas eksperimen yang mendapat treatment (perlakuan)dengan menggunakan metode PBL dan hypermedia, kedua kelaskontrol yang menggunakan metodediskusi.

[image:36.595.112.532.110.754.2]

Pembelajaran dilakukan selama enambelas kali pertemuan dengan 3 kali pertemuan pembelajaran dikelas eksprimen dan 3 kali pembelajaran dikelas kontrol dengan materi yang berbeda. Sebelumnya dilakukan pengarahan penelitian kepada siswa dilanjutkan pretest sebanyak 2 kali pertemuan pada kelas eksprimen dan kelas kontrol serta 3 kali post test dikelas eksprimen dan kelas kontrol.Skenario pembelajaran kedua kelas tampak pada tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2

Skenario Pembelajaran Kelas Eksprimen dan Kelas Kontrol

Pembelajaran Kelas Eksprimen Pembelajaran

Kelas Kontrol

Fase 1Mengorentasi siswa pada masalah Dengan

Pembelajaran yang biasa digunakan guru (Diskusi):

Apresepsi:

Guru memberikan pengantar materi  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menginformasikan

model pembelajaran kontekstual dan metode PBL dalam melaksanakan pembelajaran

 Memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas penyelesaian masalah, meminta siswa terlibat langsung dan aktif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari, guru mengenalkan siswa pada masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

(37)

dan menjelaskan alat – alat (logistik) yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran diantaranya pemanfaatan media (Hypermedia) pada komputer, Soal, LKS, Video, PPT, PDF, Link materi, LCD dan alat tulis yang dibutuhkan.

Elaborasi:

Siswa diatur untukduduk sesuai dengan pengaturan kelas yang telah ada. Guru menentukantujuan pembelajaranyang akan dicapai Menjelaskanpembe lajaran dangambaran umum materi Guru menyajikanmateri dengan multimedia Guru mengajukanpertan yaan kepadasiswa Berdiskusi

bersama siswa tentang materi

yang telah

diajarkan

Konfirmasi: Guru

menyampaikankesi mpulan dari materi pembelajaran Guru memberikan

tugas individu Fase 2Mengorganisasi Siswa untuk belajar

 Guru meminta siswa untuk bergabung bersama kelompoknya, masing masing kelompok 4 orang dan menempati tempat yang telah tersedia

 Menetapkan ketua kelompok masing masing dan mendelegasikan tugas secara merata

 Memotivasi siswa untuk terlibat serius dalam kelompok masing masing dalam menyelesaikan tugas dengan menjadikan suatu turnament

 Guru membagikan LKS pada setiap kelompok, kemudian siswa membuka komputer yang telah tersedia materi dengan program Moodle berbasis Hypermedia serta melakukan eksplorasi pengetahuan sesuai dengan petunjuk LKS.

Fase 3Membimbing Investigasi individu

 Masing – masing individu dalam kelompok diberikan dorongan untuk mencari dan menggali, mengumpulkan informasi dan bukti yang berhubungan dengan permasalahan selama pembelajaran berlangsung.

Fase 4Mengembangkan dan menyajikan hasil karya  Guru membimbing siswa menulis laporan sesuai petunjuk

LKS

 Siswa mempresentasikan hasil kegiatannya di depan kelas yang diwakili oleh satu kelompok yang bersedia dipilih secara acak, sementara siswa yang lainnya menanggapi dengan memberikan pertanyaan atau pendapat.

Fase 5Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah

Guru mengarahkan siswa untuk melakukan tanya jawab mengenai pembahasan jawaban pertanyaan yang ada dalam LKS sampai siswa mendapatkan jawaban yang benar. Guru merefleksi proses pembelajaran dengan meninjau permasalahan awal melalui pertanyaan – pertanyaan.

(38)

Kumulatif nilai dari hasil praktek selama tiga kali pertemuan pembelajaran, 3. Hasil postest pada akhir pembelajaran yang ketiga.

Dalam proses pengembangan instrument ditempuh beberapa prosedur sebagai berikut:

1. Tes tertulis

a. Uji Validitas Instrumen

Validitas instrumen menurut Sugiyono (2002 :271) terdiri dari validitas konstruk (permukaan), validitas isi (content Validity), dan validitas eksternal. Untuk menguji validitas konstruk maka dapat digunakan pendapat dari ahli

(judgment expert).Para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah

disusun. Mungkin para ahli akan memberi pendapat instrument dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau dirombak total. Adapun jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti. (Sugiyono : 2002).

Setelah langkah di atas ditempuh maka proses selanjutnya adalah mengadakan uji coba pada sampel, hasilnya data ditabulasikan. Pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor yaitu dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat.

(39)

=

∑ − ∑ −(∑ )

∑ 22 2 − ∑ ²

keterangan:

ΣXY : merupakan jumlah skor X dikali Skor Y

ΣX : merupakan jumlah skor X

ΣY : merupakan jumlah skor Y

ΣX2

: merupakan jumlah kuadrat skor X

ΣY2

: merupakan jumlah kuadrat skor Y

Sebuah tes dikatakan mempunyai koefisien korelasi jika terdapat korelasi antara -1,00 sampai +-1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan koefisien positif menunjukkan kesejajaran.

Selanjutnya uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan membandingkan XY r (

r

hitung ) dengan nilai kritis

r

tabel (nilai tabel). Tiap item tes

dikatakan valid apabila pada taraf signifikasi



= 0,05 didapat

r

hitungӋ

r

tabel. Berikut

ini hasil uji validitas butir instrumen dengan menggunakan SPSS 18.0 pada



= 0,05 dengan derajat bebas (df) = jumlah kasus -2. Jumlah kasus atau butir soal pada uji coba kali ini adalah 62 soal. Maka

r

tabel padauji satu arah adalah r
(40)
[image:40.595.113.513.122.747.2]

Tabel 3.3

Rekapitulasi Validitas Item Instrumen Kemampuan Berfikir Kritis Butir

Soal

Corrected Item - Total

Correlation (

r

hitung)

r

tabel Validitas

1 0,285 0,254 Valid

2 0,379 0,254 Valid

3 0,313 0,254 Valid

4 0,404 0,254 Valid

5 0,564 0,254 Valid

6 0,504 0,254 Valid

7 0,331 0,254 Valid

8 0,455 0,254 Valid

9 0,614 0,254 Valid

10 0,270 0,254 Valid

11 0,578 0,254 Valid

12 0,355 0,254 Valid

13 -0,152 0,254 Tidak Valid

14 0,398 0,254 Valid

15 0,397 0,254 Valid

16 -0,187 0,254 Tidak Valid

17 0,426 0,254 Valid

18 -0,194 0,254 Tidak Valid

19 0,319 0,254 Valid

20 0,305 0,254 Valid

21 0,421 0,254 Valid

22 0,578 0,254 Valid

23 0,124 0,254 Tidak Valid

24 0,523 0,254 Valid

25 0,490 0,254 Valid

26 0,378 0,254 Valid

27 0,263 0,254 Valid

28 0,343 0,254 Valid

29 -0,112 0,254 Tidak Valid

30 0,299 0,254 Valid

31 0,356 0,254 Valid

32 0,441 0,254 Valid

33 0,126 0,254 Tidak Valid

34 0,282 0,254 Valid

35 0,439 0,254 Valid

(41)

37 0,276 0,254 Valid

38 0,441 0,254 Valid

39 0,471 0,254 Valid

40 0,561 0,254 Valid

41 0,296 0,254 Valid

42 0,396 0,254 Valid

43 0,295 0,254 Valid

44 0,389 0,254 Valid

45 0,358 0,254 Valid

46 -0,139 0,254 Tidak Valid

47 0,302 0,254 Valid

48 0,371 0,254 Valid

49 0,311 0,254 Valid

50 0,201 0,254 Tidak Valid

51 0,281 0,254 Valid

52 0,032 0,254 Tidak Valid

53 0,300 0,254 Valid

54 0,274 0,254 Valid

55 -0,139 0,254 Tidak Valid

56 0,327 0,254 Valid

57 -0,137 0,254 Tidak Valid

58 0,337 0,254 Valid

59 0,293 0,254 Valid

60 0,346 0,254 Valid

61 0,371 0,254 Valid

62 0,262 0,254 Valid

Uji coba soal tes kemampuan berfikir kritis ini terdiri dari 62 soal berbentuk pilihan ganda. Berdasarkan hasil uji coba, terdapat 51 soal valid dan 11 soal yang tidak valid. Jumlah soal kemampuan berfikir kritis yang digunakan untuk pretestdan posttest berjumlah 51 soal (lampiran C2 )

b. Uji Reliabilitas Instrumen

(42)
[image:42.595.113.509.164.576.2]

SPSS 18.0 dan diperoleh nilai r. Interpretasi dari nilai reliabilitas tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Tingkat Reliabilitas

Besarnya r Tingkat Reliabilitas

0,90 < r ӊ1,00 Sangat tinggi

0,70 < r ӊ0,90 Tinggi

0,40 < r ӊ0,70 Sedang

0,20 < r ӊ0,40 Rendah

r ӊ0,20 Sangat rendah

Selanjutnya nilai r yang diperoleh dari perhitungan ditafsirkandengan menggunakan interpretasi nilai r dari Guilford (Suherman &Kusumah, 1990) dan data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS18.0 untuk mengetahui nilai Alpha.Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefisien reliabilitas tes pilihan ganda sebesar 0, 883yang berarti soal-soal dalam tes yang diujicobakanmemiliki reliabilitastinggi. Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut:

c.Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran butir tes digunakan untuk mengklasifikasikaninstrumen tes kedalam tiga golongan, apakah instrumen itu tergolong mudah,sedang atau sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran setiap butir soal teskemampuan berpikir kritis, terlebih dahulu diurutkan skor totalseluruh siswa dari yang terbesar ke yang terkecil. Dari pengurutanskor itu, dipisahkan 25% skor sebelah atas yang

Tabel 3.5 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(43)

selanjutnya disebutkelompok atas dan 25% skor sebelah bawah yang selanjutnya disebutsebagai kelompok bawah. Indekskesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dihitung dengan rumus berikut:

=

Dengan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.

[image:43.595.114.509.191.703.2]

Skor tes kemampuan berpikir kritis berbentuk pilihan ganda denganskor terkecilnya 0 dan skor terbesarnya 1. Selanjutnya, jawaban yang benar dihitung 1 danjawaban yang salah dihitung 0. Banyak jawaban benar untuk kelompok atas dan kelompok bawah digunakan untuk menghitungtingkat kesukaran suatu butir soal. Untuk mengklasifikasikan tingkatkesukaran soal, digunakan interpretasi tingkat kesukaran dikemukakanoleh Suherman dan Kusumah (1990). Interpretasi tersebut disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.6

Interpretasi Tingkat kesukaran

Harga TK Klasifikasi

TK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < TK ӊ0,30 Soal sukar

0,30 < TK ӊ0,70 Soal sedang

0,70 < TK < 1,00 Soal mudah

TK = 1,00 Soal terlalu mudah

(44)
[image:44.595.124.473.184.756.2]

kategori mudah dan 2 soal dalam kategori sukar. Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7

Tingkat Kesukaran Butir Soal

No Butir Tingkat Kesukaran

(%) Kategori Soal

1 0,50 Sedang

2 0,56 Sedang

3 0,53 Sedang

4 0,74 Mudah

5 0,47 Sedang

6 0,59 Sedang

7 0,65 Sedang

8 0,50 Sedang

9 0,56 Sedang

10 0,47 Sedang

11 0,76 Mudah

12 0,53 Sedang

14 0,47 Sedang

15 0,82 Mudah

17 0,65 Sedang

19 0,71 Mudah

20 0,71 Mudah

21 0,62 Sedang

22 0,76 Mudah

24 0,59 Sedang

25 0,62 Sedang

26 0,29 Sukar

27 0,59 Sedang

28 0,47 Sedang

30 0,24 Sukar

31 0,68 Sedang

32 0,79 Mudah

34 0,41 Sedang

35 0,65 Sedang

36 0,35 Sedang

37 0,59 Sedang

38 0,68 Sedang

(45)

40 0,65 Sedang

41 0,62 Sedang

42 0,79 Mudah

43 0,47 Sedang

44 0,68 Sedang

45 0,62 Sedang

47 0,38 Sedang

48 0,38 Sedang

49 0,85 Mudah

51 0,56 Sedang

53 0,59 Sedang

54 0,35 Sedang

56 0,62 Sedang

58 0,41 Sedang

59 0,35 Sedang

60 0,38 Sedang

61 0,62 Sedang

62 0,35 Sedang

D. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda setiap butir soal tes kemampuanberpikir kritis, diawali dengan pengurutan skor total seluruh soal dariyang terbesar ke yang terkecil seperti pada perhitungan tingkatkesukaran soal. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan kelompokatas dan kelompok bawah. Perhitungan daya pembeda soalmenggunakan skor kelompok atas dan kelompok bawah. Adapunharganya dihitung dengan rumus berikut:

��

=

� − �

Dengan

(46)

JBA = Jumlah jawaban benar untuk kelompok atas

JBB = Jumlah jawaban benar untuk kelompok bawah

n = Jumlah siswa kelompok atas atau kelompok bawah

[image:46.595.114.514.221.552.2]

Penentuan jawaban benar dan salah dari soal tes kemampuanberpikir kritis dengan berbentuk instrumen pilihan ganda ini sama seperti padaperhitungan tingkat kesukaran butir soal tes. Jumlah jawaban benaruntuk masing-masing kelompok selanjutnya digunakan untukmenghitung harga DP dengan rumus di atas. Untukmengklasifikasikan daya pembeda soal, diggunakan interpretasi dayapembeda yang dikemukakan oleh Suherman dan Kusumah (1990).Interpretasi daya pembeda dari tes yang dilakukan itu disajikan dalam tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.8

Interpretasi Daya Pembeda

Nilai DP Klasifikasi

DP ӊ0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ӊ0,20 Jelek

0,20 DP ӊ0,40 Cukup

0,40 < DP ӊ0,70 Baik

0,70 < DP ӊ1,00 Sangat baik

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda 51 butir soal kemampuan berfikir kritis terdapat 20 butir soal dalam klasifikasi baik serta 33 butir soal dalam klasifikasi cukup. Selanjutnya semuanya akan digunakan untuk mengukur tes kemampuan berfikir kritis dalam penelitian. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal tes kemampuan berfikir kritis dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut:

(47)

Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

No Butir Daya Pembeda Klasifikasi Soal

1 0,29 Cukup

2 0,41 Baik

3 0,35 Cukup

4 0,41 Baik

5 0,59 Baik

6 0,59 Baik

7 0,35 Cukup

8 0,53 Baik

9 0,53 Baik

10 0,35 Cukup

11 0,47 Baik

12 0,35 Cukup

14 0,47 Baik

15 0,35 Cukup

17 0,47 Baik

19 0,35 Cukup

20 0,35 Cukup

21 0,41 Baik

22 0,47 Baik

24 0,47 Baik

25 0,53 Baik

26 0,35 Cukup

27 0,24 Cukup

28 0,24 Cukup

30 0,24 Cukup

31 0,41 Baik

32 0,41 Baik

34 0,24 Cukup

35 0,35 Cukup

36 0,47 Baik

37 0,24 Cukup

38 0,29 Cukup

39 0,41 Baik

40 0,35 Cukup

41 0,29 Cukup

42 0,29 Cukup

43 0,24 Cukup

(48)

45 0,29 Cukup

47 0,41 Baik

48 0,29 Cukup

49 0,29 Cukup

51 0,29 Cukup

53 0,24 Cukup

54 0,24 Cukup

56 0,29 Cukup

58 0,35 Cukup

59 0,24 Cukup

60 0,29 Cukup

61 0,29 Cukup

62 0,24 Cukup

[image:48.595.108.521.111.762.2]

Pengujian kesahihan tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dilakukan dengan menggunakan SPSS 18,0 setelah instrumen tes di-judgement oleh pembimbing terlebih dahulu. Rincian hasil uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut:

Tabel 3.10

Rincian hasil uji coba soal tes kemampuan berfikir kritis Butir

Soal Validitas

Reliabilitas Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Keterangan Nilai Kriteria

1 Valid

0,883 Tinggi

Sedang Cukup Dipakai

2 Valid Sedang Baik Dipakai

3 Valid Sedang Cukup Dipakai

4 Valid Mudah Baik Dipakai

5 Valid Sedang Baik Dipakai

6 Valid Sedang Baik Dipakai

7 Valid Sedang Cukup Dipakai

8 Valid Sedang Baik Dipakai

9 Valid Sedang Baik Dipakai

10 Valid Sedang Cukup Dipakai

11 Valid Mudah Baik Dipakai

(49)

13 Tidak Valid Tidak Dipakai

14 Valid Sedang Baik Dipakai

15 Valid Mudah Cukup Dipakai

16 Tidak Valid Tidak Dipakai

17 Valid Sedang Baik Dipakai

18 Tidak Valid Tidak Dipakai

19 Valid Mudah Cukup Dipakai

20 Valid Mudah Cukup Dipakai

21 Valid Sedang Baik Dipakai

22 Valid Mudah Baik Dipakai

23 Tidak Valid Tidak Dipakai

24 Valid Sedang Baik Dipakai

25 Valid Sedang Baik Dipakai

26 Valid Sukar Cukup Dipakai

27 Valid Sedang Cukup Dipakai

28 Valid Sedang Cukup Dipakai

29 Tidak Valid Tidak Dipakai

30 Valid Sukar Cukup Dipakai

31 Valid Sedang Baik Dipakai

32 Valid Mudah Baik Dipakai

33 Tidak Valid Tidak Dipakai

34 Valid Sedang Cukup Dipakai

35 Valid Sedang Cukup Dipakai

36 Valid Sedang Baik Dipakai

37 Valid Sedang Cukup Dipakai

38 Valid Sedang Cukup Dipakai

39 Valid Sedang Baik Dipakai

40 Valid Sedang Cukup Dipakai

41 Valid Sedang Cukup Dipakai

42 Valid Mudah Cukup Dipakai

43 Valid Sedang Cukup Dipakai

44 Valid Sedang Cukup Dipakai

45 Valid Sedang Cukup Dipakai

46 Tidak Valid Tidak Dipakai

47 Valid Sedang Baik Dipakai

48 Valid Sedang Cukup Dipakai

49 Valid Mudah Cukup Dipakai

50 Tidak Valid Tidak Dipakai

(50)

52 Tidak Valid Tidak Dipakai

53 Valid Sedang Cukup Dipakai

54 Valid Sedang Cukup Dipakai

55 Tidak Valid Tidak Dipakai

56 Valid Sedang Cukup Dipakai

57 Tidak Valid Tidak Dipakai

58 Valid Sedang Cukup Dipakai

59 Valid Sedang Cukup Dipakai

60 Valid Sedang Cukup Dipakai

61 Valid Sedang Cukup Dipakai

62 Valid Sedang Cukup Dipakai

Berdasarkan 62 butir soal tes kemampuan berfikir kritis yang telah dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda diatas terdapat 51 butir soal yang akan dipergunakan peda tes ke-1(satu) sebanyak 20 butir soal, tes ke-2 (dua) sebanyak 15 butir soal, dan tes ke-3 (tiga) sebanyak 16 butir soal.

3.8.Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Analisis data yang diuji secara statistik dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menskor tiap lembar jawaban tes siswa sesuai dengan kunci jawaban.

b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes. Jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu) dan jawaban salah diberi nilai 0 (nol).

c. Mengubah nilai ke dalam bentuk persentase dengan cara: (%) =∑�

∑ 100%

(51)

− = �

� 100%

e. Menghitung Normalisasi Gainantaranilai rata pretes dan nilai rata-ratapostes secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus(David E. Meltzer, 2002).

= − �

[image:51.595.116.507.223.446.2]

− � 100%

Tabel 3.11

Kriteria Peningkatan Gain

Gain Ternormalisasi (G) Kriteria Peningkatan

G < 0,5 Peningkatan rendah

0,5 ӊG ӊ0,7 Peningkatan sedang

G > 0,7 Peningkatan tinggi

f. Melakukan uji normalitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Pengujian normalitas untuk jumlah data lebih dari 30 orang menggunakan Chi-square (χ2) dengan derajat kebebasan tertentu sebesar banyaknya kelas interval dikurangi satu (dk = k - 1) dengan rumus :

2 =( − )²

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% dengan kriteria:  Jika diperoleh harga χ2hitung< χ2tabel, maka data terdistribusi normal

 Jika diperoleh harga χ2

(52)

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan SPSS 18.0 untuk menguji apakah sampel yang diselidikiberdistribusi normal atau tidak dilakukan dengan kaidah Asymp Sig atau nilai p.Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan terhadap skor pretestdan posttest,baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Interpretasi hasil uji normalitas dilakukan dengan melihat nilai sig.

Adapun interpretasi dari uji normalitasnya sebagai berikut.

a. Jika nilai sig lebih besar dari tingkat alpha 5% (sig> 0,05), dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang sebarannya berdistribusi normal.

b. Jika nilai sig lebih kecil dari tingkat alpha 5% (sig < 0,05), dapat disimpulkan bahwa data tersebut menyimpang atau berdistribusi tidak normal.

g. Melakukan uji homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji terhadap kesamaan(homoginitas) beberapa bagian sampel, yaitu seragam tidaknya varian sampelsampelyang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data sampel pada setiap kelompok dapat dikatakan homogen atau tidak, dan bisa atau tidaknya digabung untuk dianalisis lebih lanjut. Dalam hal ini, untuk menguji homogenitas data normalisasi gain dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus :

=

� (Riduan 2007)

(53)

dk pembilang = n-1 (untuk varians terbesar) dk penyebut = n-1 (untuk varians terkecil)

• Jika diperoleh harga Fhitung< Ftabel, maka kedua variansi homogen. • Jika diperoleh harga Fhitung> Ftabel, maka kedua variansi tidak homogen.

Dalam penelitian ini perhitunganhomogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS18.0.Uji homogenitas dilakukan pada skor hasil pretestdan posttest dengan ketentuan jikanilai signifikansi hitung lebih besar dari

taraf signifikansi 0,05 (5%) maka skorhasil tes tersebut tidak memiliki perbedaan varian atau homogen.

h. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data nilai pre test dan data Normalized Gain (N-Gain). Menurut Sugiyono (2006), untuk sampel independen (tidak berkorelasi)

mempunyai ketentuan, sebagai berikut:

Jika kedua data terdistribusi normal dan variansnya homogen maka dilanjutkan dengan uji t (test t). Adapun langkah-langkah uji t adalah sebagai berikut:

1) Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

2) Membuat Ha dan Homodel statistik

3) Mencari rata-rata (x), standar deviasi (s), varians (s2) dan korelasi 4) Mencari nilai t dengan rumus:

=

1− 2 12

1+

22 2

(54)

Keterangan:

n = jumlah sampel

1 = Rata-rata sampel ke-1 2 = Rata-rata sampel ke-2

S12 = varians sampel ke-1

S22 = varians sampel ke-2

5) Menentukan kaidah pengujian - Taraf signifikansinya (α=0,05)

- Derajat kebebasan (dk) dengan rumus: dk = n1 + n2 - 2 - Kriteria pengujian dua pihak

jika :-ttabel≤ thitung ≤ +ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

6) Membandingkan ttabel denganthitung

Jika kedua data terdistribusi normal tetapi variansnya tidak homogen maka

dilanjutkan dengan uji t’ ( test t’) dengan rumus sebagai berikut : " = 1− 2

( 12 1)+(

22 2)

(Sugiyono,2007)

Keterangan :

x1 = rata-rata skor pretes

x2 = rata-rata skor postes

S1 = standar deviasi data skor pretes

S2 = standar deviasi data skor postes

n1 = jumlah siswa pada saat pretes

(55)

Uji hipotesis dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan teknik uji-t.Uji-t digunakan untuk untuk menguji apakah nilai rata-rata dari kedua kelompoktersebut memiliki perbedaan yag signifikan atau tidak.Taraf keberterimaan hipotesis diuji dengan taraf signifikansi 5%. Apabila nilaithitung

lebih besar dari nilai –ttabel pada tingkat signifikansi 5% maka tidak

terdapatperbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.Akan tetapi, apabila nilai thitung lebih kecil dari nilai –ttabel pada tingkat

signifikansi5% maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dankelompok eksperimen. Untuk menghitung uji hipotesis ini menggunakan bantuan

komputer program SPSS 18.0.Jika salah satu atau kedua data terdistribusi tidak normal maka langkah selanjutnya digunakan tes Mann-Whitney. Tes ini dipilih karena kajian ini menggunakan dua sampel independen dan bila data tidak berdistribusi normal (Sugiyono 2006).

I. Langkah penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 24 September sampai dengan 26 Oktober 2012. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalahsebagai berikut:

1. Pemilihan sampel penelitian

Sampel dipilih dua kelas dari seluruh kelas yang ada di SMPITNurul Fikri dengan purposive sampling. Hasilnya, terpilih kelas VIII A dan kelasVIII B sebagai sampel penelitian.

Gambar

Tabel 4.11HasilUjiMann-Whitney TestKelasEksperimendanKontrol ........106
Gambar 3.1 Langkah – langkahpenelitian............................................................89
grafik dan imej  menggunakan penghubung (link) dan yang dihubungkan (nodes)
Tabel 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa metalanau sebagai litologi yang mengandung uranium di Sektor Lemajung mempunyai nilai rock mass rating (RMR) sebesar 56 atau kelas massa batuan III: fair rock pada kedalaman

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran lingkungan kerja non fisik, motivasi, dan kinerja karyawan di PT Pos Indonesia (Persero) Kantor Regional

Dari Latar Belakang yang dikemukakan maka penelitian ini mencoba untuk meneliti hal tersebut yaitu dengan mengambil topik yang berkaitan dengan “PENGARUH MERK DAN

Dari data yang tersaji pada Tabel 2 menunjukan bahwa nilai kadar abu mengalami penurunan yang cukup nyata hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan

Kegunaan Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap teori layanan penguasaan konten dalam meningkatkan konsep diri positif siswa

EVA &gt; 0, maka telah tejadi nilai tambah ekonomis (NITAMI) dalam perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan para penyandang dana dapat

Kemampuan orang tua untuk mengendalikan penggunaan gawai sesuai dengan teori mediasi orang tua berpendapat bahwa orang tua menggunakan strategi

Terkait tentang metode pembelajaran, Ramayulis seorang guru besar dalam bidang Ilmu Pendidikan Islam berpendapat, bahwa metode pembelajaran di Indonesia pada zaman