• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MOVEMENT PROBLEM BASED LEARNING (MPBL) DALAM PEMBELAJARAN MELAKUKAN PASSING DAN SHOOTING PADA AKTIVITAS PERMAINAN BOLABASKET :Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Cianjur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MOVEMENT PROBLEM BASED LEARNING (MPBL) DALAM PEMBELAJARAN MELAKUKAN PASSING DAN SHOOTING PADA AKTIVITAS PERMAINAN BOLABASKET :Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Cianjur."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ………. vi

DAFTAR ISI ………..……....………. viii BAB 2 TINJAUAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN …... 10 A. Tinjauan Teoretis ………...

1. Hakikat Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolabasket ……… 2. Hakikat Model Pembelajaran Movement Problem Based

Learning ... 3. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ...

(2)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB 3 METODE PENELITIAN ……….………..

Halaman

31

A. Objek Penelitian ………..…………..……….

B. Latar dan Subjek Penelitian ……….

C. Prosedur Penelitian ……….

D. Alat Pengumpul Data ………...

E. Teknik Analsis Data ……….………...

F. Cara Pengambilan Keputusan ………...

31

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 46

A. Profil SMA Negeri 2 Cianjur ………..

B. Hasil Penelitian ………...

1. Tindakan Pembelajaran I ... 2. Tindakan Pembelajaran II ...

C. Pembahasan ………

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 2006 disebutkan bahwa ruang lingkup materi pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas, dan kesehatan. Selanjutnya dirumuskan juga standar kompetensi yang berhubungan dengan aktivitas permainan dan olahraga adalah sebagai berikut “mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya”. Merujuk pada standar kompetensi tersebut dirumuskan pada kompetensi dasarnya untuk permainan dan olahraga sebagai berikut “mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri.” (Depdiknas, 2006:3).

(4)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

untuk melaksanakan proses pembelajaran aktivitas permainan bolabasket dalam rangka memenuhi standar kurikulum Penjasorkes.

Dengan demikian, pembelajaran aktivitas permainan bolabasket dalam konteks Penjasorkes bukan hanya sekedar mengembangkan keterampilan bermain bolabasket semata, tetapi melalui intervensi dan rekayasa guru dalam pelaksanaan pembelajaran, pembelajaran aktivitas permainan bolabasket harus mampu mendorong dan mengembangkan seluruh potensi-potensi kognitif dan afektif yang dimiliki siswa untuk ditumbuhkembangkan secara optimal.

Sebaliknya dalam paradigma pendidikan olahraga yang menekankan pada pembelajaran keterampilan bolabasket maka kecerdasan dan sikap mental anak (siswa) berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan belajar keterampilan bolabasket. Untuk dapat bermain bolabasket sangat dibutuhkan kecerdasan terutama dalam hal membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan teknik dan taktik bermain menuju kemenangan suatu permainan. Dalam dimensi afektif, untuk memiliki suatu keterampilan bermain bolabasket yang tinggi, sangat dibutuhkan pengendalian emosi, kekuatan mental, kerjasama yang solid dan semangat bertanding serta mental juara yang tinggi.

(5)

Misalnya dengan berlatih dan bermain bolabasket secara teratur, meskipun tanpa adanya guru dan pelatih yang membimbing, selain keterampilan bermain bolabasket itu sendiri dapat ditingkatkan, dapat ditingkatkan juga perkembangan fisik dan psikis atau kpribadian anak. Peningkatan tersebut diantaranya berupa petumbuhan fisik yang optimal, sehat fisik, mental dan spiritual, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, kesegaran jasmani, cerdas, kreatif, inovatif, jujur, disiplin, tanggung jawab, bekerjasama, dan mengembangkan sikap positif dan fair play. Apalagi jika kegiatan pembelajaran Penjasorkes tersebut diintervensi oleh guru penjas yang memiliki kompetensi sebagai pendidik. Maka nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam permainan bolabasket tersebut akan lebih dikembangkan lagi secara lebih luas.

Hal lain yang nyata dibutuhkan agar dapat bermain bolabasket adalah kemampuan fisik. Permainan bolabasket adalah permainan yang dinamis yang dilakukan dalam waktu tertentu, dalam waktu yang relatif lama dan intensitas gerak yang tinggi sehingga untuk dapat bermain bolabasket yang baik, sangat dibutuhkan kemampuan daya tahan umum dan khusus, kekuatan otot, kelincahan, ketepatan, dan aspek lain yang mempengaruhinya.

(6)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

pelaksanaan teknik, misalnya ketika tidak ada lawan yang menghadap, teknik mengoperkan bola dapat dilakukan dengan cara yang bebas.

Hal lain yang harus diperhatikan dalam pembelajaran permainan bolabasket adalah sarana dan prasarana seperti lapangan permainan. Pemain dapat bermain apabila sarana dan prasarananya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan sehingga prinsip-prinsip dasar bolabasket dapat aplikasikan dengan baik. Namun, tidak dipungkiri penguasaan prinsip-prinsip dasar dan kelengkapan sarana dan prasarana permainan bolabasket belum menjamin tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hasil belajar siswa mengenai keterampilan menyerang dan bertahan dalam permainan bolabasket masih dipengaruhi oleh masalah yang berasal dari dalam diri siswa dan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru.

Model pembelajaran yang digunakan guru turut menentukan terhadap keberhasilan pembelajaran aktivitas permainan bolabasket. Semakin tepat model pembelajaran yang digunakan, akan memberikan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga akan membuahkan hasil yang baik. Begitu juga dengan masalah yang dihadapi siswa dalam permainan bolabasket akan terpecahkan apabila model pembelajaran yang digunakan guru diaplikasikan dengan efektif dan efisien.

(7)

hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Cianjur pada kompetensi dasar ”mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu

bola besar dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri”, khususnya dalam permainan bolabasket, masih relatif rendah. Hal tersebut terbukti dari nilai yang dicapai siswa dalam permainan bolabasket pada umumnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan sebesar 70 padahal sarana dan prasarana yang ada, sudah memadai dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Rendahnya hasil belajar siswa dalam permainan bolabasket berpengaruh terhadap prestasi belajar mata pelajaran Penjasorkes. Oleh karena itu, jika hasil belajar permainan bolabasket dibiarkan rendah, maka pelajaran olah raga di sekolah tidak akan berhasil dengan baik.

Aktivitas dan hasil belajar siswa dalam permainan bolabasket dapat ditingkatkan, salah satunya melalui model pembelajaran movement problem based learning. Menurut Nurhadi (2004:5), “Model pembelajaran movement problem based learning merupakan pembelajaran dengan menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks siswa untuk belajar.” Titik tolak pembelajaran

(8)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antara disiplin, dan penyelidikan authentic.

Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran aktivitas permainan bolabasket berorientasi pada tujuan pembel-ajaran yang akan dicapai. Selain itu, disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik siswa, serta situasi atau kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran movement problem based learning disesuaikan dengan konsep aktivitas permainan bolabasket pada siswa SMA yakni siswa mencari dan menemukan dasar masalah belajar pada permainan bolabasket kemudian diarahkan untuk berpikir dan memecahkan berdasarkan pengalamannya sendiri.

Bertolak dari uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran movement problem based learning dalam melakukan kemampuan dasar passing dan shooting pada permainan bolabasket di SMA Negeri 2 Cianjur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran permainan bolabasket di sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, terdapat masalah yang selanjutnya diidentifikasi sebagai berikut.

(9)

2. Aktivitas permainan bolabasket dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik apabila sarana dan prasarana pembelajaran sangat lengkap seperti lapangan dan bola yang memadai serta waktu untuk berlatih cukup.

3. Aktivitas permainan bolabasket di kelas X SMA Negeri 2 Cianjur masih rendah karena dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat.

4. Peningkatan hasil belajar siswa dalam aktivitas permainan bolabasket menentukan terhadap kekuatan fisik dan nonfisik.

5. Model pembelajaran movement problem based learning merupakan salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil permainan bolabasket karena konsepnya lebih menekankan kepada pemahaman terhadap permasalahan yang dihadapi siswa untuk selanjutnya dipecahkan.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini disusun dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran movement problem based learning dalam pembelajaran melakukan passing dan shooting pada aktivitas permainan bolabasket di kelas X SMA Negeri 2 Cianjur?”

D. Tujuan Penelitian

(10)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

E. Batasan Masalah

Masalah penelitian perlu dibatasi agar terarah pada sasaran yang hendak dicapai yakni implementasi model pembelajaran movement problem based learning dalam pembelajaran keterampilan dasar passing dan shooting pada permainan bolabasket di kelas X SMA Negeri 2 Cianjur.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat bagi peneliti, siswa, guru, dan sekolah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai pengalaman dalam penulisan karya tulis tentang pengaruh penggunaan model pembelajaran movement problem based learning terhadap hasil belajar dalam permainan bolabasket.

2. Manfaat bagi Siswa

Penelitian ini bermanfaat dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam melakukan keterampilan dasar passing dan shooting pada permainan bolabasket.

3. Manfaat bagi Guru

(11)

4. Manfaat bagi Sekolah

(12)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

repository.upi.edu BAB III

METODE PENILITIAN

A. Objek Penelitian

Sebagaimana dikemukakan dalam batasan dan rumusan masalah pada bab I di atas bahwa penelitian ini ditekankan kepada penggunaan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga siswa diharapkan akan mampu memahami dan menguasai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu, objek tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran movement problem based learning dalam pembelajaran aktivitas permainan bolabasket di kelas X SMA Negeri 2 Cianjur. Rumusan kompetensi dasar ”mempraktikkan keterampil -an bermain salah satu permain-an d-an olahraga beregu bola deng-an menggunak-an peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai,

semangat, percaya diri” ini dapat disajikan sebagaimana dikutip dari Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA, Kurikulum Standar Isi (BSNP, 2006: 7) sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kompetensi Dasar Permainan Olahraga di Kelas X Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8. Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

8.2. Mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar dengan menggunakan peraturan yang

dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri **)

**) Materi pilihan, disesuaikan dengan fasilitas dan peralatan yang tersedia. (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA, BSNP, 2006: 7)

(13)

B. Latar dan Subjek Penelitian

Latar dan subjek penelitian mengacu kepada tempat, waktu, populasi, dan sampel penelitian. Uraian mengenai latar dan subjek penelitian dapat disajikan sebagai berikut.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Cianjur yang beralamat di Jalan Siliwangi Nomor 5 Cianjur. Pemilihan latar penelitian ini didasarkan kepada fakta sebagai berikut.

a. Bahwa prestasi oleh raga, khususnya bolabasket, di SMA Negeri 2 Cianjur sedang menunjukkan peningkatan prestasi yang cukup berarti di Kabupaten Cianjur.

b. Akibat dari peningkatan prestasi dan popularitas permainan bolabasket di SMA Negeri 2 Cianjur ini, pada pembelajaran formal mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dipilih permainan bolabasket sebagai kompetensi dasar pilihan.

c. SMA Negeri 2 Cianjur memiliki fasilitas pendukung olah raga bolabasket yang relatif baik dan memadai, sehingga pelaksanaan pembelajaran permainan bolabasket dapat dilaksanakan meskipun dalam batas-batas standar.

(14)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

repository.upi.edu

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2011-2012 sesuai dengan jam pelajaran tatap muka mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang telah diatur oleh Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum. Pelaksanaan tatap muka penelitian ini dijadwalkan pada bulan Maret dan April 2012.

Secara keseluruhan, rencana jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Jenis Kegiatan

Pelaksanaan Bulan

Feb Mar Apr Mei Jun Juli

1 Persiapan penelitian X

2 Pengajuan izin penelitian X

3 Penyusunan Instrumen Penelitian X

4 Pelaksanaan Penelitian X X

5 Pengolahan Data X X

6 Penyusunan Laporan Penelitian X X

(15)

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ditentukan atas dasar pertimbangan yang diberikan oleh guru pamong, yakni kelas X yang berjumlah 41 orang siswa.

Penentuan kelas ini sebagai subjek penelitian didasarkan kepada penjelasan dan masukan dari guru mata pelajaran Penjasorkes sebagai guru pamong yang mengemukakan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.

a. Kemampuan rata-rata siswa dalam aktivitas olah raga, khususnya olah raga permainan, masih berada di bawah rata-rata KKM yang dipersyarat-kan, yakni 70.

b. Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh siswa-siswa di kelas X tersebut dapat dimengerti dengan baik oleh peneliti, sehingga melalui komunikasi yang jelas diharapkan pengumpulan data yang sifatnya kualitatif yang terkait erat dengan konteks situasi pembelajaran dapat diperoleh lebih akurat.

c. Secara utuh jumlah subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 41 orang siswa. Dari siswa-siswa tersebut 23 orang perempuan dan 18 orang siswa laki-laki.

C. Prosedur Penelitian

(16)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

repository.upi.edu

rancangan solusi yang dimaksud adalah tindakan penerapan model pembelajaran movement problem based learning dalam mengajarkan kompetensi dasar

”mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama,

kejujuran, menghargai, semangat, percaya diri” di kelas X SMA. Dalam

menerapkan pendekatan pembelajaran tersebut digunakan tindakan berulang/siklus dalam setiap pembelajaran, artinya cara menerapkan model pembelajaran berbasis permasalahan gerak pada pembelajaran pertama, sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran kedua, pembelajaran ketiga, hanya refleksi terhadap setiap pembelajaran berbeda, tergantung dari fakta dan interpretasi data yang ada atau situasi dan kondisi yang dijumpai. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil yang maksimal mengenai cara penggunaan model pembelajaran movment problem based learning.

(17)

Gambar 3.1. Alur PTK menurut model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (Arikunto, Suharsimi, 2002: 83)

Penjelasan alur di atas adalah sebagai berikut.

1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tesebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara fihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamai proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi.

Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap ber-langsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti. Dalam tahap menyusun rancangan

SIKLUS I

Pengamatan

Pengamatan Perencanaan

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pelaksanaa n Refleksi

Refleksi

(18)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

repository.upi.edu

ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrurmen.

Penyusunan perencanaan penelitian yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan yang struktur penulisannya disesuaikan dengan yang digariskan dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2008 tentang Standar Proses, Pedoman Pengembangan Silabus (BSNP, 2006) serta dokumen Pusat Kurikulum tentang pengembangan silabus dan skenario pembelajaran (Pusat Kurikulum, 2004).

b. Substansi yang dituliskan dalam penelitian ini sesuai dengan hal yang akan diteliti, yaitu penerapan model pembelajaran movement problem based learning dalam pembelajaran aktivitas permainan bolabasket di SMA Negeri 2 Cianjur, termasuk di dalamnya merumuskan sistematika alat-alat pembelajaran dan cara-cara mengevaluasi hasil belajar siswa. RPP yang dibahas dalam perencanaan penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1 skripsi ini.

c. Merencanakan jadwal pelaksanaan pembelajaran.

(19)

2. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap kedua ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhati-kan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

3. Pengamatan (Observation)

Tahap ketiga, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dpisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap kedua diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat.

4. Refleksi (Reflecting)

(20)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

repository.upi.edu

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.

D. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu; (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai; dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, 2002:19). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secaraa klasikal. Di samping itu, untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat di mana kelemahannya, khususnya pada bagian mana tujuan pembelajaran atau indikator yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang dikumpulkan, maka juga digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

Dengan demikian, instrumen yang dipersiapkan dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Dokumentasi

(21)

dalam belajar, aktivitas siswa dalam melakukan permainan bolabasket, serta catatan-catatan observer dan peneliti selama berlangsungnya penelitian.

2. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a. Lembar observasi pengelolaan model pembelajaran berbasis per-masalahan gerak yang digunakan untuk mengamati kemampuan guru/ peneliti dalam mengelola pembelajaran (lihat Lampiran 3 dan 4)

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru untuk mengamati kegiatan belajar siswa dalam melakukan kemampuan dasar passing dan shooting selama proses pembelajaran (lihat Lampiran 5).

Baik lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran maupun lembar pengamatan aktivitas siswa, keduanya menggunakan penilaian secara kualitatif dengan rentang sangat baik baik cukup baik kurang baik. Setiap penilaian sangat baik menggunakan skor 4, penilaian

baik menggunakan skor 3, cukup baik dengan skor 2, dan penilaian

kurang baik dengan skor 1. Rentang penilaian ini digunakan pula sebagai

kesimpulan akhir penilaian dari hasil pengamatan atas aktivitas pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

(22)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

repository.upi.edu

3. Wawancara

Wawancara merupakan aktivitas pengumpulan data yang dilakukan secara langsung kepada siswa mengenai proses belajar yang telah dilaksanakan. Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara terbatas dengan beberapa siswa guna memperoleh penguatan atas data dan temuan yang dihasilkan oleh perangkat lain selama penelitian. Wawancara juga merupakan proses triangulasi untuk memperoleh reliabilitas dan validitas penelitian.

Alat yang digunakan untuk wawancara adalah pedoman wawancara sebagaimana terdapat pada lampiran 6 skirpsi ini.

4. Tes Keterampilan

Tes keterampilan digunakan untuk mengukur penilaian teknik dasar permainan bolabasket adalah skala penilaian dengan aspek yang dinilai seperti teknik passing dan teknik shooting serta pengembangannya. Penilaian atas aktivitas keterampilan passing dan shooting ini diatur dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

E. Teknik Analisis Data

(23)

mengguna-kan waktu berkali-kali dalam melakumengguna-kan penelitian tindamengguna-kan sehingga hasil yang diperoleh siswa pada pembelajaran ini memiliki validitas dan bukan merupakan suatu kebetulan.

Setiap data yang diperoleh dari hasil penelitian pada setiap siklus dianalisis dengan prosedur sebagai berikut.

1. Data kualitatif penelitian dihimpun dan dikategorikan berdasarkan per-masalahannya untuk dianalisis. Data kualitatif yang dihimpun meliputi catatan observer dalam setiap siklus pembelajaran, wawancara dengan siswa, serta catatan-catatan temuan yang dilakukan selama penelitian. 2. Data kuantitatif, berupa nilai hasil belajar siswa yang diperoleh pada setiap

siklus pembelajaran, dianalisis dengan cara membandingkannya dengan

kriteria ketuntasan minimum kompetensi dasar ”mempraktikkan keteram -pilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama,

kejujur-an, menghargai, semangat, percaya diri” dan KKM mata pelajaran

Penjasorkes di kelas X.

3. Hasil analisis data kualitatif maupun kuantitatif dijadikan dasar bagi pengembangan perbaikan perencanaan pembelajaran pada siklus berikut-nya.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana sebagai berikut.

(24)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

repository.upi.edu

1. Penilaian Tes Praktik

Penilaian dilakukan terhadap masing-masing siswa yang kemudian diakumulasikan dan diambil rata-ratanya pada setiap siklus untuk diperbandingkan satu sama lain. Tes praktik dilaksanakan secara khusus pada akhir pembelajaran.

Tes praktik passing terdiri atas melempar bola searah dada (chest pass) dan menangkap bola sebanyak 30 kali (untuk siswa laki-laki) atau 25 kali (untuk siswa perempuan) dalam waktu 30 detik. Sedangkan tes shooting dilakukan dengan menghitung jumlah shoot yang dilakukan selama 30 detik dengan perhitungan yang sama seperti passing.

2. Menentukan Ketuntasan Belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran dan Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimum (Depdiknas, 2007) yaitu seorang siswa telah tuntas belajar apabila telah lulus 75% dari indikator yang ditetapkan. Selanjutnya, pembelajaran telah dianggap tuntas jika sebanyak 85% siswa di kelas tersebut telah mencapai daya serap.

(25)

3. Mengolah Data Hasil Observasi

a. Pengolahan data hasil pengamatan atas pengelolaan pembelajaran. Data hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diakumulasikan untuk menentukan rata-rata skor yang dapat ditafsirkan. Untuk menentukan kriteria hasil pengamatan atas pengelolaan pembelajaran digunakan rumus sebagai berikut.

2 _P P

X 1 2

b. Pengolahan hasil pengamatan atas aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan cara yang sama sebagaimana yang digunakan pada pengolahan data hasil pengamatan atas pengelolaan pembelajaran. Data hasil pengamatan dari kedua pengamat diakumulasikan untuk dapat ditafsirkan sebagai nilai kualitatif.

F. Cara Pengambilan Keputusan

Prosedur pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut.

1. Penentuan kesimpulan atas konsepsi awal siswa diperoleh melalui hasil analisis pembelajaran siklus pertama. Hasil pembelajaran siklus pertama ini dianggap sebagai skemata dasar siswa untuk mengikuti pembelajaran dan dijadikan dasar perbandingan (komparasi) pada akhir pembelajaran dengan hasil tes pembelajaran pada siklus akhir.

Keterangan:

X = Rata-rata hasil penilaian P1 = pengamat 1

(26)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket

repository.upi.edu

2. Kesimpulan pada proses pembelajaran didasarkan kepada kriteria yang ditetapkan dalam lembar pengamatan dan penilaian secara kualitatif dengan skala nilai SB – B – C – K. Pembelajaran dianggap berhasil jika siswa rata-rata mencapai nilai B pada seluruh aspek dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. (Format pengamatan dan penilaian dapat dilihat pada lampiran).

3. Kesimpulan pada fase akhir pembelajaran diperoleh setelah dilakukan analisis atas data hasil pembelajaran yakni membandingkannya dengan KKM yang telah ditetapkan. Di samping itu, secara formal dilakukan juga analisis statistik deskriptif pada hasil-hasil pembelajaran setiap siklus sebagai hasil proses pembelajaran kontekstual.

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan rumusan dan batasan masalah serta proses pembelajaran dan analisis yang dilakukan, dapat disusun kesimpulan-kesimpulan hasil peneliti-an tindakpeneliti-an kelas sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran movement problem based learning pada kompetensi dasar ”mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar serta nilai kerja sama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri” berlangsung dalam bentuk komunitas belajar (kelompok belajar). Seluruh siswa dapat mengikuti pembelajaran sesuai arahan yang diberikan dengan menunjukkan sikap dan nilai-nilai kerja sama, kejujuran, saling menghargai satu sama lain, penuh semangat, serta dengan percaya diri yang baik.

(28)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Pada pembelajaran melakukan keterampilan shooting siklus I diperoleh nilai rata-rata hasil belajar (yang merupakan gabungan dari aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik) 66,70 dengan tingkat ketuntasan sebesar 17,07 %. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 77,23 dengan tingkat ketuntasan kelas sebesar 100 %. Dengan demikian, hasil pembelajaran melakukan kemampuan shooting siklus II dianggap telah berhasil karena taraf ketuntasan kelas telah melebihi 85%.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian tersebut dapat dibuktikan bahwa hipotesis tindakan yang berbunyi ”Model pembelajaran movement problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar passing dan shooting pada aktivitas permainan bolabasket siswa kelas X SMA Negeri 2 Cianjur semester 2 tahun pelajaran 2011-2012” dapat diterima.

B. Saran-saran

Setelah melaksanakan penelitian, saran dan rekomendasi yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut.

1. Pengembangan variasi metode pembelajaran sangatlah diperlukan oleh guru untuk menghindari kejenuhan siswa dalam menghadapi kegiatan pembelajaran. Prinsip-prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efisien, dan menyenangkan (PAIKEM) sebagiknya dapat diterapkan dalam konteks model atau metode pembelajaran yang digunakan.

(29)

Sosialisasi ini dapat dilakukan melalui kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Penjasorkes, sekurang-kurangnya di tingkat sekolah. 3. Penerapan model pembelajaran movement problem based learning merupakan

(30)

Lucky Ahmad Dzulkifly, 2012

Penerapan Model Pembelajaran Movement Problem Based Learning (Mpbl) Dalam PembelajaranMelakukan Passing Dan Shooting Pada Aktivitas Permainan Bolabasket Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Ali, H. M. (1992). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Dahlan, M. D. (1990). Model-model Mengajar (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar). Bandung: Diponegoro.

Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMA dan MA. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Husdarta dan Yudha M. S. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataan Guru SLTP Setara D-III.

Lutan, R. (1998). Asas-Asas Penfifikan Jasmani Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen Kerjasama dengan Dirjen Oleharaga.

Mahendra, A. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI. Margono, S. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nur. M. (1996). Pembelajaran Kooperatif dalam IPA. Makalah: Terjemahan dari

Karya Linda Lungdren, 1994.

Nurhadi. (2004). Pendekatan Kontekstual dan Penerapannya dalam KBM. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nuryanti, B. L. (2009). 99 Model Pembelajaran. Bandung: Bina Tugas Mandiri.

(31)

Ramli. (2009). Artikel: Model Pembelajaran Penjas (On-line). Terdapat pada http://ramliunmul.blogspot.com/2009/10/model-pembelajaran-penjas.html. Diunduh tanggal 15 Januari 2012.

Sagala, S. (2010). Kosep dan Makna Pembelajaran (Cet. 8). Bandung: CV Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Ed. 1 Cet. 6). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Grup. Sutiana, A. S. (2012). Divergen Style. Artikel Online, terdapat pada

http://sastraangga.blogspot.com/2012/01/divergen-style.html, diunduh tanggal 24 Januari 2012.

Seba, L dan Hendrayana, Y. (2005). Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI

Subroto, T dan Yudiana, Y. (2010). Modul Permainan Bola Voli. Bandung: FPOK UPI.

Sudjana, N. (2000). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suherman, A. (1998). Revitalisasi Ketelantaran Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sunarya, E. (2007). Filsafat Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi. Bandung: FPOK UPI

Supandi. (1991). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Susilana, R, et al. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: FIP UPI Syarifuddin A & Ateng A.K. 1979. Pengantar Buku Pegangan Guru Olahraga

S.P.G. Jakarta: PT. Karya Unipress Jakarta.

Uno, H, B.. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Tabel 3.1 Kompetensi Dasar Permainan Olahraga di Kelas X Semester 2
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Gambar 3.1. Alur PTK menurut model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (Arikunto, Suharsimi, 2002: 83)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir positif adalah suatu cara berpikir sehat yang sifatnya menyeluruh dan memusatkan perhatian pada sisi

Untuk mempersiapkan perang besar melawan Belanda, Sultan Hasanuddin harus menundukkan kerajaan yang sudah berhasil dibujuk oleh Belanda.. Buton harus ditaklukkan lebih

Konvensi Jenewa juga senada dengan Pasal 105 UNCLOS yang menyatakan Di Laut Lepas, atau disetiap tempat lain di luar yurisdiksi Negara manapun setiap Negara dapat menyita

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

Sesungguhnya masih banyak lagi konsep-konsep dalam fisika atau cabang ilmu pengetahuan alam lainnya yang dapat dibelajarkan dengan mengintegrasikan sains, teknologi, masyarakat, dan

Konsep wireless networking pada infrastruktur jaringan komputer antar kawasan adalah infrastruktur sebuah jaringan dalam kota dengan konsep Wireless network, tanpa menggunakan

Pelatihan berupa kegiatan memasak kuliner Jepang (Sushi,Onigiri,dan Takoyaki) dengan bahan dasar produk unggulan Kecamatan Rungkut yaitu bandeng dan udang yang masih belum

Bahwa perbedaan agama dalam sebuah keluarga di Indonesia adalah merupakan suatu yang lumrah, apakah hal itu karena perkawinan beda agama atau karena salah satu dari