• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PEER LED GUIDED INQUIRY (PLGI) PADA MATERI REDOKS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN PEER LED GUIDED INQUIRY (PLGI) PADA MATERI REDOKS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMBELAJARAN PEER LED GUIDED INQUIRY (PLGI) PADA MATERI REDOKS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Lanjutan

Oleh

SANDRA WITRA DEWI 0809018

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

ii

Lembar Pengesahan

PEMBELAJARAN PEER LED GUIDED INQUIRY (PLGI) PADA MATERI REDOKS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA Oleh :

SANDRA WITRA DEWI 0809018

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing :

Pembimbing I

Dr. F.M.TITIN SUPRIYANTI,M.Si. NIP.195810141986012001

Pembimbing II

Dr. H. KURNIA. NIP.195309061980021002

Mengetahui :

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

(3)

iii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pembelajaran Peer Led Guided Inquiry (PLGI) dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi redoks. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan one group pretest-postest design. Subyek penelitian terdiri dari 29 siswa SMA kelas X yang dibagi ke dalam tiga kategori kemampuan yaitu : kelompok tinggi, sedang dan rendah. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes tertulis, angket, pedoman wawancara, dan lembar observasi. Peningkatan hasil penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa dihitung menggunakan rumus nomalisasi gain dari Hake,R, sedangkan uji perbedaan rata-rata pretes dan postes dihitung dengan uji t-test pada taraf signifikansi α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui implementasi model pembelajaran PLGI, siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan hasil belajar yang signifikan dengan N-gain = 48,9%. Siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah masing-masing mengalami peningkatan hasil belajar sebesar 61,5% 41,5%, dan 43,9%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kategori sedang dan rendah tidak berbeda secara signifikan tetapi siswa kategori tinggi-sedang dan tinggi-rendah terjadi perbedaan secara signifikan. Peningkatan penguasaan sub konsep yang tertinggi terdapat pada redoks berdasarkan pengabungan dan pelepasan oksigen dengan N-gain sebesar 68%, kemudian sub konsep yang terendah terdapat pada menentukan bilangan oksidasi dengan N-gain sebesar 26% . Selanjutnya, pada keterampilan berpikir kritis yang tertinggi terdapat pada indikator (5) mendefenisikan istilah dan mempertimbangkannya dengan skor sebesar 79,3% kemudian indikator terendah pada (2) menganalisis argument dan mengidentifikasi alasan yang dinyatakan skor sebesar 51,7%. Berdasarkan hasil angket dan wawancara, pada umumnya siswa memberikan tanggapan yang positif karena siswa dilibatkan secara langsung dalam menemukan konsep dan terlibat aktif dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan motivasi belajar. Hasil wawancara dengan guru menunjukkan pembelajaran PLGI ini dapat meningkatkan pengusaan konsep, mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan membuat siswa aktif dalam menemukan konsep serta meningkatkan motivasi belajar.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdullillahirobbila’lamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga tesis yang berjudul PEMBELAJARAN PEER LED GUIDED INQUIRY (PLGI) PADA MATERI REDOKS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA , dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Megister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi Kimia SL SPs UPI Bandung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat bayak kekurangan dalam penulisan tesis ini, namun penulis berusaha seoptimal mungkin agar hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Walaupun demikian mudah-mudahan berbagai kekurangan ini menjadi pendorong bagi penulis untuk menemukan pengalaman dan pengetahuan agar lebih baik lagi.

(5)

v

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Dr. FM. Titin Supriyanti M.Si., selaku Pembimbing satu yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini,

2. Bapak Dr. Kurnia selaku Pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dengan penuh perhatian dalam penyusunan tesis ini,

3. Bapak Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia serta Bapak Prof. Furqon, Ph.D., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UPI, yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di SPs UPI Bandung,

4. Ibu Prof. Dr. Liliasari, M.Pd., selaku Ketua Program Studi IPA SPs UPI Bandung yang telah memberikan ilmu dan bimbingan sejak masa perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini,

5. Bapak Dr. Ahmad Mudzakir, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi dorongan dan arahan yang bermanfaat untuk penyempurnaan tesis ini, 6. Bapak dan Ibu dosen SPs UPI Bandung, khususnya Program Studi Pendidikan IPA,

seluruh karyawan dan karyawati SPs UPI Bandung atas segala bantuan dan kerjasama yang baik selama ini,

(6)

vi

8. Kepada teman-teman mahasiswa S2/ S3 Program Studi Pendidikan IPA khususnya konsentrasi Kimia SL angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan serta kerjasama yang baik selama penulis menjalani studi sampai penyelesaian penelitian hingga penyusunan tesis ini,

9. Bapak Drs. Yuliafriza, selaku Kepala SMA Negeri 1 Singingi Hilir yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut, 10.Secara khusus kepada kedua orang tuaku terutama mama sayang terimakasih atas

pengorbanannya selama ini, suamiku tercinta Gusril Anuar, S.Sos., yang selalu memberi motivasi, cahaya hidupku anakku yang cerdas : Mutiara Shahifa Anuar, dan adikku yang telah memberikan bantuan, dorongan, serta do’a untuk menyelesaikan tesis ini

Akhirnya kepada Allah jualah penulis mohonkan semoga amal baik semua pihak yang telah membantu, baik secara moril maupun materil dalam penyelesaian tesis ini mendapatkan balasan dan ridho Allah SWT dan semoga tesis ini memberi manfaat kepada kita semua.

Bandung, Juli 2010 Penulis

(7)

vii BAB II PEMBELAJARAN PEER LED GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA A. Pembelajaran Inkuiri ... 8

B. Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry (PLGI) ... 18

C. Penguasaan Konsep ... 20

D. Keterampilan Berpikir Kritis... 21

E. Deskripsi tentang Redoks... 26

(8)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 49

B. Analisis Data ... 58

C. Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... ….… 74

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Fase-fase Pembelajaran Inkuiri Terbimbing………. 14

Tabel 2.2 : Indikator Keterampilan Berpikir Kritis………. 23

Tabel 2.3 : Kompetensi Dasar dan Indikator dalam Materi Redoks………... 27

Tabel 3.1 : Desain Penelitian……….. 30

Tabel 3.2 : Pembagian Kategori Kelompok Siswa……...……….. 31

Tabel 3.3 : Strategi Pengembangan Pembelajaran PLGI……… 34

Tabel 3.4 : Kisi-kisi Angket……… 39

Tabel 3.5 : Kisi-kisi Wawancara Siswa……….. 40

Tabel 3.6 : Kisi-kisi Wawancara Guru……… 40

Tabel 3.7 : Kriteria Validitas Butir Soal………. 41

Tabel 3.8 : Kriteria Reliabilitas Butir Soal………. 42

Tabel 3.9 : Kriteria Tingkat Kesukaran……….. 43

Tabel 3.10 : Kriteria Daya Pembeda………. 43

Tabel 3.11 : Hasil Analisis Uji Coba Instrumen……… 44

Tabel 3.12 : Teknik Pengumpulan Data……… 45

Tabel 3.13 : Kriteria N-gain……….. 46

Tabel 4.1 : Data Hasil Pretes, Postes, dan N-gain Tiap kategori kelompok siswa…….. 53

Tabel 4.2 : Hasil Uji Normalitas Data ……….. 58

Tabel 4.3 : Hasil Uji Homogenitas Tiap Kategori kelompok Siswa……… 59

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

A.1 : ANALISIS KONSEP REDOKS……… 77

A.2 : PETA KONSEP………. 80

A.3 : Skenario Pembelajaran PLGI……… 81

A.4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……… 87

A.5 : Teks untuk Pemimpin Rekan(tutor sebaya)………... 99

A.6 : Lembar Kerja Siswa (LKS)……… 105

A.7 : KISI-KISI SOAL TES REDOKS……….. 114

LAMPIRAN B B.1 : ANGKET SISWA………. 119

B.2 : PEDOMAN WAWANCARA GURU……… 120

B.3 : PEDOMAN WAWANCARA SISWA……… 121

B.4 : HASIL ANGKET SISWA……….. 122

B.5 : HASIL WAWANCARA GURU……… 125

B.6 : HASIL WAWANCARA SISWA……… 126

B.7 : OBSERVASI……….. 133

C.5 : SKOR TOTAL PRETES, POSTES DAN N-GAIN……… 145

C.6 : PENGUASAAN KONSEP PADA TIAP SUB KONSEP.. 146

C.7 : SKOR PRETES, POSTES DAN N-GAIN KBKr ……….. 147

C.8 : UJI NORMALITAS……….. 148

(12)

xii

RIWAYAT HIDUP

Sandra Witra Dewi, lahir di Pekanbaru pada tanggal 22 Mei 1972, merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan suami istri Bapak Syahrir SA. Kuti (Alm) dan Ibu Dasli Taher. Menikah dengan Gusril Anuar, S.Sos. pada tanggal 19 Maret 2006 dan dikaruniai seorang anak. Yang bernama Mutiara Shahifah Anuar ( 3 tahun)

Menempuh Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 14 Lebuh, Tanjung Batu/Kundur, lulus pada tahun 1985. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tanjung Batu/Kundur lulus pada tahun 1988. Kemudian menempuh Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 (Simpang Tiga) Pekanbaru dan lulus pada tahun 1991. Dan melanjutkan Pendidikan tingkat Sanjana Muda di Universitas Riau Jurusan Teknik Kimia dan lulus pada tahun 1994. Selanjutnya melanjutkan pendidikan Guru Sekolah Menengah (PGSM) di FKIP pada jurusan pendidikan Kimia Universitas Riau dan lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun 2008 memperoleh kesempatan melanjutkan pendidikan Pascasarjana Program Studi IPA dengan jurusan Kimia Sekolah Lanjut di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan Beasiswa dari Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

Pengalaman sebagai seorang guru kimia dimulai semenjak tahun 2003 di SMA Negeri 1 Benai dan pada tahun 2006 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan bertugas di SMA Negeri 1 Singingi Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

(13)
(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia

berperan penting pada persaingan antar bangsa. Peningkatan sumber daya

manusia dapat dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan

proses pembelajaran dengan cara-cara yang lebih efektif dan mudah dimengerti

oleh peserta didik.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan

memperbaiki proses pembelajaran dan minat siswa, hal tersebut dicapai antara

lain dengan melibatkan siswa secara langsung pada fenomena-fenomena

kehidupan yang terjadi disekitarnya. Selain itu dapat dilakukan dengan cara

mendorong siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep kimia berdasarkan

fenomena-fenomena kehidupan.

Berdasarkan standar isi mata pelajaran Kimia SMA/MA tahun 2006 yang

berbasis kompetensi, proses pembelajaran Kimia diharapkan berpusat pada siswa,

sedangkan guru lebih bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Siswa sebagai

individu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginan untuk berkembang.

Hal ini perlu dimanfaatkan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu

bagaimana guru dapat merangsang siswa untuk mengajukan permasalahan atau

pertanyaan terhadap fenomena di sekelilingnya. Dalam lingkup proses

(15)

2

terutama kemampuan siswa untuk bernalar. Pengembangan daya nalar siswa,

khususnya Keterampilan Berpikir Kritis (KBKr), tampaknya kurang mendapat

perhatian guru dalam pembelajaran. Masalah yang berhubungan dengan KBKr ini

dalam pembelajaran sering luput dari perhatian guru (Liliasari, 1997).

Keterampilan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh siswa. Dengan berpikir

kritis, siswa dapat mengatur, menyesuiakan, mengubah, atau memperbaiki

pikirannya sehingga siswa dapat bertindak lebih cepat. Siswa yang berpikir kritis

adalah siswa yang dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari, dapat mengatasi tantangan dan memenangkan persaingan

global (Liliasari, 1997). Pelajaran kimia yang merupakan bagian dari sains

memerlukan keterampilan berpikir kritis siswa untuk terlibat dalam mencari

informasi dan menemukan konsep. Model pembelajaran yang dapat melibatkan

siswa untuk mencari dan menemukan konsep diantaranya adalah pembelajaran

inkuiri

Pembelajaran Inkuiri menurut Schmidt (Ibrahim, 2007) adalah

pembelajaran penemuan untuk mencari informasi dengan merumuskan suatu

hipotesis, melakukan observasi atau eksperimen dalam mencari jawaban atau

kesimpulan dan memecahkan masalah terhadap pertanyaan dengan menggunakan

kemampuan berpikir kritis dan logis.

Bruner (Dahar, 1989) mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri

(penemuan) merupakan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat manusia untuk

selalu mencari pengetahuan secara aktif. Dengan pembelajaran inkuiri ini, materi

(16)

3

mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir kritis untuk memecahkan

masalah berdasarkan pengetahuan atau konsep yang telah dibangun siswa.

Beberapa model pembelajaran inkuiri diantaranya yang dikembangkan

Lewis, et al,(2005) yaitu Peer Led Guided Inquiry (PLGI). Dari hasil penelitian

yang dilakukan Lewis, et al,. (2005) terungkap bahwa pada proses pembelajaran

PLGI siswa terlibat aktif untuk mencari informasi dan menemukan konsep atau

memahami konsep-konsep dalam pemecahan masalah dengan bantuan pemimpin

rekan (tutor sebaya). Pada pembelajaran tersebut guru dapat menyediakan

lingkungan belajar untuk terjadinya interaksi belajar mengajar yang lebih efektif

sehingga siswa dapat membangun pengetahuan sendiri dengan kelompok yang

terdiri dari 3 sampai 6 orang siswa dan siswa dilatih untuk berinkuiri dalam

kelompoknya. Agar pembelajaran PLGI efektif sebaiknya siswa dikelompokkan

berdasarkan kemampuan yang heterogen sehingga antara masing-masing

kelompok berimbang kemampuanya.

Menurut Sembiring (Windayana, 2009) Aktifitas pembelajaran dalam

kelompok mampu mengakomodasi proses belajar kimia dalam penguasaan konsep

dan mengembangkan kemampuan-kemampuan berpikir kritis. Sementara PLGI

merupakan pembelajaran kelompok juga, sehingga pada pembelajaran PLGI dapat

dikembangkan keterampilan berpikir kritis. Menurut Ennis (Costa,1985) terdapat

lima kelompok besar kemampuan KBKr yang dijabarkan menjadi 12 sub

indikator.

Bila ingin meningkatkan keterampilan berpikir kritis, menurut Beyer

(Wibowo, 2000) ada dua langkah yang harus dipenuhi. Pertama, kita harus

(17)

4

apa dan pengetahuan apa yang menunjang berpikir kritis. Kedua, kita harus

merencanakan pembelajaran yang sistematis dan melibatkan

keterampilan-keterampilan untuk melatih berpikir kritis di dalam kelas selama pembelajaran.

Sehubungan dengan pernyataan Beyer (Wibowo, 2000) tentang hal-hal

yang menunjang berpikir kritis, perlu pula dipertimbangkan materi apa yang dapat

mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Salah satu materi yang dapat

mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah materi redoks. Materi

redoks merupakan materi yang bersifat abstrak serta konsep-konsepnya saling

berkaitan dan urutannya berjenjang dalam mempelajarinya perlu kesinambungan.

Keterampilan berpikir kritis siswa akan tampak pada kegiatan

pembelajaran seperti pada konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen, KBKr yang dikembangkan yaitu mengidentifikasi atau merumuskan

kriteria untuk menentukan jawaban yang mungkin, Konsep redoks berdasarkan

pengikatan dan pelepasan elektron, KBKr yang dikembangkan yaitu menganalisis

argument dan mengidentifikasi alasan yang dinyatakan, membuat induksi dan

mempertimbangkannya (membuat suatu kesimpulan dari data yang ada), Konsep

redoks berdasarkan perubahan bilangan oksidasi, dan reaksi autoredoks, KBKr

yang dikembangkan yaitu membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan serta

mendefenisikan istilah dan mempertimbangkannya.

Mencermati latar belakang di atas, maka perlu dilalukan penelitian

mengenai bagaimana penerapan Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry (PLGI)

pada Materi Redoks untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan

(18)

5

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk memperjelas masalah dalam penelitian ini, maka dapat dijabarkan

kedalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kerakteristik pembelajaran PLGI yang diterapkan pada materi

redoks ?

2. Bagaimana penguasaan konsep siswa pada materi redoks setelah

diterapkannya PLGI untuk kelompok tinggi, sedang, dan rendah ?

3. Bagaimana pengusaan konsep siswa untuk masing-masing label konsep ?

4. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa pada materi redoks setelah

diterapkannya PLGI ?

5. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran PLGI yang telah diterapkan pada materi redoks?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Memperoleh informasi tentang karakteristik pembelajaran Peer Led

Guided Inquiry (PLGI) pada pada materi redoks.

2. Memperoleh informasi mengenai penguasaan konsep siswa dengan

pembelajaran Peer Led Guided Inquiry (PLGI) pada materi redoks untuk

kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

3. Memperoleh informasi mengenai penguasaan konsep siswa pada

masing-masing label konsep

4. Memperoleh informasi mengenai keterampilan berpikir kritis siswa

(19)

6

5. Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa dan guru terhadap

pembelajaran Peer Led Guided Inquiry (PLGI) pada pada materi redoks.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan

tentang penerapan pembelajaran PLGI yang dapat digunakan untuk

meningkatkan penguasaan konsep dan berfikir kritis pada materi redoks

2. Bagi Pembuat Kebijakan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dalam membuat kebijakan pendidikan, yaitu dalam pengembangan

pembelajaran pada tingkat nasional maupun tingkat operasional di sekolah.

3. Bagi Siswa, memberi kemudahan dalam penguasaan konsep dan

mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi redoks

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah

yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan

defenisi operasional sebagai berikut :

1. Peer Led Guided Inquiry (PLGI) merupakan proses pembelajaran yang

menciptakan interaksi antara siswa dalam kelompok-kelompok kecil dengan

pemimpin rekan (tutor sebaya) bertindak sebagai fasilitator. Dalam

pembelajaran penemuan terbimbing dengan tutor sebaya, peran siswa cukup

besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa.

(20)

7

anggota kelompok yang heterogen dilatih untuk berinkuiri yang dipimpin

oleh pemimpin rekan, siswa bekerja melalui satu atau dua kegiatan dari teks

yang diberikan oleh guru (Lewis, 2005).

2. Penguasaan konsep merupakan kemampuan untuk menyerap arti dari materi

atau bahan yang dipelajari, penguasaan konsep biasanya dinilai dengan

mengacu pada Taksonomi Bloom. Karakteristik taksonomi Bloom terbagi

menjadi dua dimensi: (1). Dimensi kognitif meliputi mengingat (C1),

mengerti (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan

mencipta (C6). Sedangkan dimensi pengetahuan meliputi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Jenjang taksonomi ini

merupakan hasil revisi dari taksonomi Bloom lama (Anderson et al., 2001).

3. Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan bernalar dan berpikir

reflektif yang difokuskan untuk menentukan apa yang diyakini dan apa yang

harus dilakukan. Kemampuan berpikir kritis meliputi lima kelompok besar

yang merupakan indikatornya. Kelima kelompok indikator itu meliputi:

pertama, memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification);

kedua, membangun keterampilan dasar (basic support); ketiga, membuat

inferensi (inferenting); keempat, membuat penjelasan lebih lanjut (advanced

clarification); kelima, mengatur strategi dan taktik (stategis and tactic)

(21)

323

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode

penelitian Quasy-experiment, one group pretes-postes design, yakni metode yang tidak

menggunakan kelompok pembanding, artinya memberikan perlakuan pada kelompok

eksperimen tanpa dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pengaruh perlakuan yang

diberikan dapat dilihat dari perbedaan pretes dan postes. Secara umum desain kuasi

eksperimen dirumuskan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen T1 X T2

Keterangan :

T1 : Pretes (tes awal sebelum perlakuan diberikan) X : Perlakuan

T2 : Postes (tes akhir setelah perlakuan diberikan)

Dalam penelitian ini dilakukan pretes dan postes. Pretes dilakukan sebelum

perlakuan, sedangkan postes dilakukan sesudah perlakuan (eksperimen). Perbedaan

hasil antara pretes dan postes yang didapat merupakan efek dari perlakuan, yaitu :

implementasi pembelajaran Peer Led Guided Inquiry (PLGI). Data yang akan

menjawab pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada bab 1, berupa hasil

pretes dan postes yang didapat dari tes tertulis penguasaan konsep dan keterampilan

(22)

333 3

3 3

guru dan siswa mengenai pembelajaran PLGI didapat berdasarkan data hasil angket

dan wawancara.

B. SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X pada salah satu SMA diKabupaten Kuansing, propinsi Riau pada semester II tahun pelajaran 2009-2010. Subyek yang digunakan berjumlah 29 siswa, yang dibagi menjadi tiga kategori kelompok siswa, tinggi, sedang dan rendah berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran kimia. Pengelompokkan ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pembelajaran PLGI yang dikembangkan terhadap seluruh kategori siswa. Pembagian kelompok diambil 27% nilai tertinggi dijadikan sebagai siswa kategori tinggi, 27% nilai terendah dijadikan sebagai siswa kategori rendah, dan sisanya sebesar 46% dijadikan sebagai siswa kategori sedang dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini : (Arikunto, 2005)

Tabel 3.2 Pembagian Kategori Kelompok Siswa

No Kategori Siswa Jumlah Siswa 1

(23)

343 3

3 3

C. DESAIN PENELITIAN

Secara umum alur penelitian dapat digambarkan melalui bagan berikut :

3

Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Analisis materi redoks pada buku teks kimia

Perencanaan instrumen penelitian

Penyusunan Instrumen (Tes, LKS, Observasi,Angket dan Wawancara)

Validitas - Reliabilitas instrumen tes dan revisi Tes Awal (pretes)

Implementasi Pembelajaran Peer Led Guided Inquiry

Angket dan wawancara

Tes Akhir (postes) Observasi

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian

(24)

353 3

3 3

Sebelum melakukan penelitian, tahap awal yang dilaksanakan yaitu perumusan masalah dan tujuan penelitian serta melakukan analisis buku teks kimia untuk materi redoks dan analisis keterampilan berpikir kritis serta melakukan studi pustaka mengenai pembelajaran PLGI yang akan diterapkan. Setelah itu, melakukan penyusunan perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya menyusun instrument yang terdiri dari alat evaluasi, angket, lembar observasi, LKS, dan pedoman wawancara. Instrumen tersebut sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan proses uji validitas. Instrumen hasil uji validitas mengalami revisi sehingga diperoleh instrumen yang valid dan reliabilitas. Untuk prosedur percobaan (LKS) yang dijadikan panduan dalam praktikum dilakukan melalui uji coba prosedur praktikum dan selanjutnya diterapkan dalam pembelajaran PLGI yang disesuaikan dengan skenario pembelajaran

Pada tahap kedua, setelah pengujian reliabilitas dan validitas instrumen, dilakukan tes awal berupa pretes untuk mengetahui pengetahuan konsep awal siswa berupa tes penguasaan konsep. Pada tahap ketiga, memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen berupa kegiatan belajar mengajar pada materi redoks dengan menggunakan pembelajaran PLGI. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran PLGI dan aktivitas siswa. Selain itu, digunakan LKS untuk membantu proses pembelajaran.

(25)

363 3

3 3

analisis data secara statistik untuk mendapatkan kesimpulan. Ringkasan penelitian dapat dilihat pada bagian berikut dalam prosedur penelitian.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Pengumpulan data pada penelitian ini ada beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Persiapan

a. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian

b. Analisis buku teks materi redoks untuk mempersiapkan dan menyusun rencana pelaksanaan pembalajaran serta skenario pembelajaran PLGI dengan yang terdiri dari 5 (lima) kolom seperti tabel berikut ini :

Tabel 3.3. Strategi Pengembangan Pembelajaran PLGI

Pada kolom 1 menunjukkan konsep berdasarkan analisis konsep yang akan dikembangkan. Kolom 2 berisi indikator Keterampilan Berpikir Kritis (KBKr). Kolom 3 berisi Penguasaan Konsep. Kolom 4 menunjukkan Pertemuan dan metode yang dipakai dalam proses belajar berupa diskusi dan demontrasi. Kolom 5 menunjukkan strategi/ model pembelajaran Peer Led Guided Inquiry (PLGI) dengan beberapa tahapan.

(26)

373 3

3 3

d. Mempersiapkan dan menyusun prosedur praktikum yang ada dalam LKS e. Mengujicobakan instrumen penelitian yang telah divalidasi kepada kelas di

luar subyek yang telah mempelajari materi redoks untuk mendapat instrumen yang valid dan reliabilitas. Aspek-aspek yang diuji dari instrumen antara lain, validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, serta daya pembeda.

f. Mengujicobakan prosedur praktikum (LKS) di laboratorium kepada kelas diluar subyek yang telah mempelajari materi redoks.

2. Tahap Pelaksanaan a. Pelaksanaan pretes

Pretes yang dilakukan berupa tes penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi redoks. Pretes dilaksanakan pada tanggal 1 April 2010 selama 45 menit.

b. Pemberian Perlakuan

Pada tahap ini, subyek diberi perlakuan berupa implementasi pembelajaran PLGI yang dilaksanakan selama 3 kali pertemuan yaitu pada tanggal 1 april 2010 sampai dengan 8 April 2010. Data yang terkumpul pada tahap ini berupa data hasil observasi selama pembelajaran.

c. Pelaksanaan postes

(27)

383 3

3 3

berpikir kritis siswa pada materi redoks. Postest dilaksanakan pada tanggal 8 April 2010 selama 45 menit.

d. Pengisian Angket

Penyebaran angket bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap implementasi model pembelajaran PLGI yang terapkan. Pengisian angket dilaksanakan diluar jam pelajaran yaitu pada tanggal 10 April 2010

e. Pelaksanaan wawancara dengan siswa dan guru

Wawancara dilakukan dengan 6 orang siswa yaitu 2 orang dari kategori tinggi, 2 orang dari kelompok sedang dan 2 orang dari kelompok rendah. Wawancara dilaksanakan setelah pengisian angket.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan

Tahap ini, adalah tahap pengolahan data dan dianalisis data, yang meliputi

a. Mengolah data hasil penelitian secara statistik

b. Menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan

E. Instrumen Penelitian

(28)

393 3

3 3

1. Tes Tertulis

Tes tertulis dipakai sebagai alat ukur, dapat memberikan umpan balik yang diperlukan dalam program perbaikan (remedial) serta dalam peningkatan kualitas proses belajar mengajar, maka tentunya tes harus memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran. Selain itu, tes pun harus mampu mengukur tingkat pengetahuan (intelegensi), mengukur keterampilan berpikir kritis siswa serta kemampuan atau bakat lainnya yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda yang disusun sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator hasil belajar yang ingin dicapai. Perangkat tes dapat dilihat pada lampiran A.

2. LKS

(29)

403 3

3 3

3. Lembar Observasi

Menurut Margono, observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terhadap kegiatan siswa selama proses pembelajaran untuk melihat aktivitas siswa dalam melakukan praktikum serta keterlaksanaan pembelajaran PLGI pada materi redoks

Observasi yang digunakan merupakan observasi langsung. Alat observasi yang digunakan berupa check list yaitu suatu daftar yang berisi faktor-faktor yang akan diteliti. Observasi ini bertujuan untuk membuat catatan observasi menjadi lebih sistematis.

4. Angket

(30)

413 3

3 3

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket

No Pertanyaan

1 Sikap siswa terhadap pembelajaran kimia 2 Sikap siswa terhadap bahan ajar

3 Sikap siswa terhadap implementasi pembelajaran PLGI 4 Sikap siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan

5. Pedoman Wawancara

Menurut Hamalik (2000), pada dasarnya wawancara merupakan kuosioner yang disajikan secara verbal. Wawancara merupakan alat yang efektif untuk mengetahui objektivitas suatu data. Wawancara terhadap siswa bertujuan untuk memperoleh informasi yang tepat dan mendalam terhadap tanggapan-tanggapan mengenai implementasi pembelajaran PLGI, kesulitan-kesulitan yang dihadapai selama pembelajaran, minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran kimia, materi pembelajaran hingga media pembelajaran yang digunakan. Sementara, wawancara terhadap guru dilakukan untuk mengetahui tanggapan guru mengenai sikap siswa terhadap materi kimia dan pembelajaran PLGI yang diterapkan pada materi redoks

(31)

423 3

3 3

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Wawancara Siswa

No Pertanyaan N0

1 Respon siswa terhadap pembelajaran kimia 1,7,8

2 Kesulitan siswa dalam memahami konsep 2

3 Keterlibatkan siswa dalam proses pembelajaran PLGI 3,4,5,6,9

4 Motivasi belajar siswa 10

Berikut adalah kisi-kisi wawancara terhadap guru, dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Wawancara Guru

No Pertanyaan

1 Tanggapan guru mengenai sikap siswa terhadap pelajaran kimia 2 Tanggapan guru terhadap model pembelajaran PLGI

F. Uji Coba Instrumen penelitian

Untuk mendapatkan suatu instrument penelitian yang valid dan reliabilitas maka perangkat soal tersebut harus diuji coba terlebih dahulu. Aspek-aspek yang perlu diuji dari instrument penelitian antara lain, validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Uji coba instrument tes penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis terhadap 30 siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Kecamatan Singingi Hilir, Kabupaten Kuansing, provinsi Riau.

a. Validitas

(32)

433 3

3 3

kesahihan suatu instrument sehingga mampu megukur apa yang hendak diukur. Untuk menguji validitas digunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson, dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2005).

=

∑ (∑ )(∑

∑ (∑ ) ∑ (∑ )

Keterangan

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y n = Jumlah peserta tes

x = skor siswa pada tiap butir soal y = skor total

Kriteria validitas butir soal menurut Arikunto (2005) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.7

(33)

443 3

3 3

mendekati konsisten dalam mengukur subyek yang hendak diukur. Instrument yang digunakan dihitung berdasarkan rumus Spearman-Brown berikut (Arikunto, 2005).

r 11= korelasi skor-skor setiap belahan tes = jumlah variasi skor tiap-tiap item = variansi skor total setiap item n = banyaknya butir soal

Adapun kriteria tingkat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto adalah sebagai berikut :

Tabel 3.8

Kriteria Reliabilitas Butir Soal

Batasan Kriteria

0,80 - 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 - 0,80 Tinggi (baik)

0,40 - 0,60 Cukup (sedang) 0,20 - 0,40 Rendah (kurang)

0,00 - 0,20 Sangat rendah (sangat kurang) d. Tingkat Kesukaran

(34)

453

B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes (Arikunto, 2005)

Tabel 3.9

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah. Penghitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus sebagai berikut : (Arikunto, 2005).

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

(35)

463 3

3 3

f. Hasil Analisis Uji coba soal

Hasil analisis uji coba soal penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.11

Hasil Analisis Uji Coba Instrumen

3

Berdasarkan hasil uji coba soal dan analisis tes, diperoleh hasil bahwa dari 20 soal penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis pilihan ganda yang diuji cobakan termasuk validitas cukup dengan nilai berkisar antara 0,41 sampai dengan 0,53. Soal-soal tersebut memiliki daya pembeda yang baik dengan tingkat kesukaran termasuk kategori sedang dengan nilai dari 0,53 sampai dengan 0,70. Disamping itu tes penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis memiliki nilai reliabilitas sebesar

No Soal

Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Validitas Keterangan

(36)

473 3

3 3

0,80 yang termasuk kedalam kategori tinggi, untuk data lengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.2

G. Pengumpulan data

(37)

483 menggunakan kriteria sebagai berikut :

1. Untuk item yang dijawab benar diberi skor satu (1) 2. Untuk item yang dijawab salah diberi skor nol (0)

b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes dengan menggunakan rumus :

(%) =∑ ∑ " " ! # 100 %

c. Normalisasi gain (N-gain) dihitungan dengan menggunakan rumus Hake, R (1999) Tabel 3.13 Kriteria N-Gain

Tingkat Nilai N-Gain

Tinggi >0,70

Sedang 0,3< N-gain < 0,70

(38)

493 3

3 3

d. Uji normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data pretes dan postes penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS for Windows versi standar 17.0 dengan penafsiran sebagai berikut : jika nilai signifikansi pada kolom asymp.sig (2-tailed) atau probabilitas > 0,05 maka data terdistribusi normal. Jika nilai signifikansi pada kolom asymp.sig (2-tailed) atau probabilitas < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal

e. Uji homogenitas

Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data pretes dan postes penguasaan konsep dan keterampilan berpikr kritis siswa apakah homogeny atau tidak. Uji homogen dilakukan dengan program SPSS for Windows versi standar 17.0 penafsiran sebagai berikut : jika Fhitung < Ftabel maka kedua variansinya homogen dan jika Fhitung > Ftabel maka kedua variansinya tidak homogen.

f. Uji perbedaan rerata

Uji signifikansi dengan menggunakan Pared-sample T-Test untuk menguji perbedaan rata-rataa skor pretes dan postes melalui program SPSS for Windows versi standar 17.0 dengan penafsiran sebagai berikut :

(39)

503 3

3 3

perbedaan yang signifika antara rata-rata skor pretes dan postes yaitu berupa peningkatan penguasaan semua konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Pengolahan Data Angket

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap likert. Jenis skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang menunjukkan tingkatan. Penentuan bobot skor skala likert dilakukan dengan cara setiap pernyataan diberi skala 5-4-3-2-1. Kemudian skala tersebut diimplementasikan ke dalam jawaban sangat setuju dengan skala 5, setuju dengan skala 4, tidak berpendapat dengan skala 3, tidak setuju dengan skala 2, dan sangat tidak setuju dengan skala 1. (Arikunto, 2005) Untuk menghitung hasil angket siswa, digunakan rumus :

& &!" =∑ ' # 100 %

Keterangan :

f = frekuensi alternative jawaban benar x = skor skala likert

N = jumlah sampel

3. Pengolahan Wawancara

(40)

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pada permasalahan penelitian, hasil dan pembahasan sebagaimana dikemukakan pada bab I dan bab IV, maka dapat diambil kesimpulan :

1. Model pembelajaran PLGI pada materi redoks mempunyai karakteristik dengan proses pembelajaran terdiri dari 3 pertemuan, Pertama, tutor sebaya berdiskusi dengan kelompok untuk merancang eksperirmen dengan bimbingan guru, Kedua, tutor sebaya berperan aktif dalam kelompoknya untuk menjelaskan konsep-konsep redoks, Ketiga, siswa dan tutor sebaya mempresentasikan hasil diskusi dan guru sebagai fasilitator dalam menyimpulkan hasil diskusi hingga di dapat pemahaman konsep siswa yang benar tentang konsep redoks berdasarkan : (a) pengikatan dan pelepasan oksigen, KBKr yang dikembangkan mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk menentukan jawaban yang mungkin, (b) pelepasan dan penerimaan elektron, KBKr yang dikembangkan menganalisis argument dan mengidentifikasi alasan yang dinyatakan, membuat induksi dan mempertimbangkannya (membuat suatu kesimpulan dari data yang ada), (c) perubahan biloks, dan (e) reaksi autoredoks, KBKr yang dikembangkan membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan serta mendefenisikan istilah dan mempertimbangkannya.

(41)

72

61,5%, untuk kelompok sedang sebesar 41.5% dan untuk kelompok rendah sebesar 43,9%, semua peningkatan penguasaan konsep tergolong dalam kategori sedang.

3. Model pembelajaran PLGI yang disusun dapat meningkatkan semua sub konsep, peningkatan yang tertinggi pada konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen, dengan N-gain sebesar 68%, termasuk pada kategori sedang, peningkatan terendah pada sub konsep bilangan oksidasi dengan N-gain sebesar 26%, termasuk dalam kategori rendah

4. Model Pembelajaran PLGI yang diimplementasikan dapat meningkatkan pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa. Pencapaian indikator keterampilan berpikir kritis yang paling tinggi terdapat pada mendefinisikan istilah dan mempertimbangkannya dengan skor sebesar 79,3%, sedangkan pencapaian yang terendah pada indikator menganalisis argument dan mengidentifikasi alasan yang dinyatakan dengan skor sebesar 51,7%

(42)

73

B. SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disarankan hal-hal sebagai

berikut :

1. Pembelajaran PLGI dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru kimia dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Dalam pengembangan pembelajaran PLGI lebih lanjut diharapkan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran disesuaikan antara beban materi pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia karena dengan beban materi yang banyak atau sulit serta banyak perhitungan, akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk siswa dapat memahaminya.

(43)

74 Daftar Pustaka

Anderson, L. W., et al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing; A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. NY : Addison Wesley Longman Inc.

Arifin, M. dkk. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UPI.

Arikunto. S.(2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta

Blonder, R. et al.(2008). Analyzing inquiri questionof High-School Students in A Gas Chromotography Open-ended Laboratory Experiment. Journal Science Education. 9, 250-258.

Bloom, B.S. (1979). Taxonomy of Educational Objective, The Classification Of Educational Goals, Hand Book : Cognitive Domain, USA : Longman Inc. Costa, A. L. (ed).(1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking,

Alexandria: ASCD

Dahar, R.W. (1996) Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahlan, M. D. (1990). Model-model Mengajar. Bandung : CV Diponegoro

Devi, P. K. (2001) Pengembangan Model Pembelajaran Sifat Koligatif Larutan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Kegiatan Eksperimen dan Non Eksperimen. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

(44)

75 Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores.[Online]. Tersedia :

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing change-Gain. pdf.

Hassard, J. (2000). Minds On Science. [Online]. Tersedia: http/scied.gsu.edu/Hassard/mos/chapter 7.htm [30 Juni 2006].

Hamalik, O.(2000). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Hofstein, et.al. (2005).Depeloving Students Ability To Ask More and Better Question Resulting Inquiry Type Chemistry Laboratories. Journal Of Science Teaching.42.(7).791-806

Ibrahim, M. (2007). Pembelajaran Inkuiri. [Online]. Tersedia:

http://org/index.php?option=com_frontpage&itemid=28. [24 Juli 24 2007].

Joyce, B & Weil. (2000). Models of Teaching. Sixth edition.USA: Allyn & Bacon Publ. Company.

Lewis, S. E. et al. (2005). Departing From Lectures : An Evaluation of a Peer-Led Guided Inquiry Alternative.Journal Of Chemical Education Vol.82 (1)

Liliasari. (1997). Pengembangan Model Pembelajaran Materi Subjek Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru IPA. Laporan Penelitian IKIP Bandung. Tidak diterbitkan

Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta : PPPG Matematika.

National Research Council (NRC). (1996). Inquiry and The National Science Education Standards : A Guid for Teaching and learning. Washington : National Academy Press.

Rustaman, N.Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri Malang.

(45)

76 Soesanti, N. (2005). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided inquiry) dan Inkuiri Tidak Terbimbing ( Free Inquiry) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Konsep Struktur Tumbuhan. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sopamena, O. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2004).Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Usman, M.U. (1999). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja RosdaKarya. Wahyudin. (2008) Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung : UPI Wibowo, B. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Pencemaran Udara untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrahsah Aliyah Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Sains. Tesis UPI Bandung.Tidak diterbitkan.

(46)
(47)
(48)
(49)
(50)

Gambar

Gambar 3.1   :  Bagan Alur Penelitian…………………………………………………   32
Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian
Tabel 3.4  Kisi-Kisi Angket
Tabel 3.5  Kisi-Kisi Wawancara Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan karakteristik modul Fisika berbasis interactive demonstration ; (2) mengetahui kelayakan modul Fisika berbasis

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI KELARUTAN

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, peneliti memilih materi pembelajaran Fluida statis sebagai materi ajar yang akan dikaji dalam penelitian ini. Materi ajar

434 Secara garis besar, informasi pada kegiatan pembelajaran konsep reaksi redoks dengan menggunakan lembar kerja siswa terdiri dari dua yaitu bahan ajar

Pada pertemuan pembelajaran yang pertama yaitu peneliti memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran yang konvensional yaitu

dirumuskan masalah yang akan dikaji adalah apakah LKS yang dikembangkan dengan menggunakan metode guided inquiry dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis

POGIL atau Process Oriented Guided Inquiry Learning adalah salah satu model pembelajaran yang memiliki kegiatan inkuiri dalam tahapannya dengan berorientasi pada

Tabel 3 Data Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Fase PBL Pertemuan pertama Pertemuan kedua Pertemuan ketiga Rata-rata skor Predikat Rata-rata skor Predikat Rata-rata skor