Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Dalam penelitian ini telah dilaksanakan suatu perancangan program pelatihan yang diberikan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2007 Universitas ‘X’ Bandung yang memiliki kemandirian bidang akademik yang rendah sebagai sampel penelitian. Program pelatihan ini dirancang untuk dapat meningkatkan kemandirian bidang akademik pada mahasiswa dan dilaksanakan selama dua hari. Penelitian ini dikelompokkan ke dalam penelitian quasi-eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian single group pre–post test design untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemandirian bidang akademik pada mahasiswa melalui uji statistik Wilcoxon. Metode yang digunakan untuk mengevaluasi program pelatihan ini adalah evaluasi berdasarkan cognitive outcomes dan affective outcomes (Kirkpatrick, 1998).
Berdasarkan hasil pengumpulan data, terlihat adanya peningkatan skor kemandirian bidang akademik pada mahasiswa. Artinya, terdapat peningkatan kemandirian bidang akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2007 Universitas ‘X’ Bandung yang memiliki kemandirian bidang akademik yang rendah. Program pelatihan ini juga secara umum dinilai positif oleh peserta, baik dalam hal materi, instruktur, metode pelatihan, waktu pelatihan, maupun fasilitas yang disediakan selama pelatihan.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat perubahan tingkat kemandirian bidang akademik setelah mengikuti pelatihan; perubahan pada area kognisi, afeksi, dan perilaku membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemandirian bidang akademik; faktor-faktor yang menunjang keberhasilan pelatihan ini, yaitu materi yang diberikan, instruktur, metode pelatihan, waktu pelatihan, dan fasilitas yang disediakan selama pelatihan berpengaruh terhadap aspek kognisi, afeksi, dan perilaku mahasiswa sehingga kemandirian bidang akademik pada mahasiswa menunjukkan adanya peningkatan; metode role play merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pelatihan ini; pada umumnya peserta memberikan penilaian yang positif dalam evaluasi reaksi peserta terhadap program pelatihan; faktor yang paling mendukung keberhasilan pelatihan ini berdasarkan evaluasi reaksi peserta terhadap program pelatihan adalah instruktur; penyelenggaraan pelatihan dinilai memiliki kualitas yang cukup baik dan sangat bermanfaat untuk pengembangan diri mahasiswa dan kehidupan mahasiswa sehari-hari, khususnya dalam bidang akademik.
Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
In this research have been done a design of training program that been given to Faculty of Psychology “X” University year 2007 student in Bandung who have a low autonomy in academic field as research sample. This training program have been design to improve student autonomy in academic field and have been done in two days. This research is a quasi-experimental research using pre-post test single group research design which use to recognize if there is any improvement in student autonomy in academic field through Wilcoxon statistic test. Method that been used to evaluated this research program is evaluation based on cognitive outcomes and affective outcomes (Kirkpatrick, 1998).
Based on data collecting result, there is an improvement in student autonomy in academic field. It means, there is autonomy in academic field improvement in Faculty of Psychology “X” University year 2007 student who have a low autonomy in academic field before. Generally, student positively valued this autonomy in academic field training program in subject, instructor, training method, training time, even facility that have been provide along this training.
Summary of this research is changing in autonomy in academic field level after attending this training; changing in cognition, affection and behavior aspect help student to improve autonomy in academic field; factors which supporting this training to become successfully are the subject that have been given, instructor, training method, training time, and facility that have been provide along this training influenting student cognition, affection and behavior aspect until improved the student autonomy in academic field; generally, participant give positive value to participant reaction evaluation result to the training program; factor which most supporting this training to become successfully based on participant reaction evaluation to the training program is instructor; the training valued as have a good enough quality and very usefull for student self-development and student daily behave, especially in academic field.
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
ABSTRACT...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI………...vii
DAFTAR SKEMA………...xi
DAFTAR TABEL………..xii
DAFTAR LAMPIRAN……….xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….1
1.2. Rumusan Masalah………...11
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian………...12
1.3.1. Maksud………...12
1.3.2. Tujuan………...12
1.4. Kegunaan Penelitian……….12
1.4.1. Kegunaan Teoretis………12
1.4.2. Kegunaan Praktis………..13
1.5. Metodologi………...14
Universitas Kristen Maranatha
2.1.1. Kemandirian Sebagai Suatu Isu Penting pada Remaja…………...15
2.1.2. Pengertian Kemandirian………....17
2.1.3. Fungsi Kemandirian………..18
2.1.4. Aspek-aspek Kemandirian………....19
2.1.4.1. Emotional Autonomy...19
2.1.4.2. Behavioral Autonomy……….26
2.1.4.3. Value Autonomy………...29
2.1.5. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Perkembangan Kemandirian……….37
2.2. Masa Remaja (Adolescence)……….39
2.2.1. Batasan Masa Remaja………...39
2.2.2. Karakteristik Masa Remaja………...40
2.2.3. Perkembangan Psikososial pada Masa Remaja……….42
2.2.4. Relasi dengan Keluarga dan Teman Sebaya……….43
2.2.5. Transisi dari Sekolah Menengah Atas Menuju Universitas………..44
2.3. Perkuliahan………....46
2.3.1. Pembagian Mahasiswa Berdasarkan Kelas Akademik…………...46
2.3.2. Pembelajaran di Universitas………..47
2.4. Pelatihan Sebagai Metode Belajar………48
2.4.1. Pengertian Pelatihan………..48
2.4.2. Area Pembelajaran………....49
2.5. Merancang Program Pelatihan………..52
Universitas Kristen Maranatha
2.5.1.1. Metode Ceramah (Lecturing)……….53
2.5.1.2. Metode Experiential Learning………...55
2.5.2. Instruktur………..60
2.6. Evaluasi Program Pelatihan..………60
2.6.1. Definisi Evaluasi Perancangan Program Pelatihan………..60
2.6.2. Proses Evaluasi Program Pelatihan………...61
2.6.3. Outcomes yang digunakan dalam Evaluasi Perancangan Program Pelatihan………....63
2.6.4. Alasan Evaluasi Program Pelatihan Dilaksanakan………..66
2.6.5. Tipe Evaluasi Program Pelatihan…...……….67
2.6.6. Tujuan Evaluasi Program Pelatihan………67
2.7. Kerangka Pemikiran………....68
2.8. Asumsi...87
2.9. Hipotesis...87
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian……….88
3.2. Metode Penyusunan Pelatihan………...89
3.2.1. Variabel Penelitian……….89
3.2.2. Definisi Operasional………...90
3.2.3. Kuesioner Kemandirian dalam Bidang Akademik………91
3.2.4. Data Pribadi dan Data Penunjang...94
Universitas Kristen Maranatha
3.2.6. Program Pelatihan...96
3.3. Metode Evaluasi Perancangan Program Pelatihan………96
3.4. Subyek Penelitian dan Waktu Pelatihan………....97
3.5. Instruktur………...98
BAB IV HASIL DAN PEMAHASAN 4.1. Hasil Penelitian...99
4.1.1. Hasil Uji Statistik...99
4.1.2. Hasil Evaluasi Reaksi Peserta terhadap Program Pelatihan...100
4.2. Pembahasan...108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...121
5.2. Saran...122
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR SKEMA
Gambar 1.1. Skema Metodologi………....14
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir………...86
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Skor Item Positif dan Item Negatif………..92
Tabel 3.2. Aspek Kemandirian, Indikator, dan Nomer Item………...93
Tabel 4.1. Hasil Pre Test dan Post Test...100
Tabel 4.2. Reaksi peserta terhadap materi pelatihan hari pertama (Kemandirian bidang akademik dan aspek-aspeknya)...101
Tabel 4.3. Reaksi peserta terhadap instruktur pelatihan hari pertama (Kemandirian bidang akademik dan aspek-aspeknya)...102
Tabel 4.4. Reaksi peserta terhadap metode pelatihan hari pertama (Kemandirian bidang akademik dan aspek-aspeknya)...102
Tabel 4.5. Reaksi peserta terhadap waktu pelatihan hari pertama (Kemandirian bidang akademik dan aspek-aspeknya)...103
Tabel 4.6. Reaksi peserta terhadap fasilitas pelatihan hari pertama (Kemandirian bidang akademik dan aspek-aspeknya)...104
Tabel 4.7. Reaksi peserta terhadap materi pelatihan hari kedua (SWOT)...105
Tabel 4.8. Reaksi peserta terhadap instruktur pelatihan hari kedua (SWOT)...105
Tabel 4.9. Reaksi peserta terhadap metode pelatihan hari kedua (SWOT)...106
Tabel 4.10. Reaksi peserta terhadap waktu pelatihan hari kedua (SWOT)...106
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Kemandirian dalam Bidang Akademik
Lampiran 2 Alat Ukur Try Out
Lampiran 3 Kisi-kisi Alat Ukur Try Out
Lampiran 4 Hasil Analisa Item (Validitas Alat Ukur)
Lampiran 5 Surat Kesediaan Belajar
Lampiran 6 Modul Pelatihan Untuk Meningkatkan Kemandirian dalam Bidang
Akademik
Lampiran 7 Evaluasi Program Pelatihan Hari Pertama dan Kedua
Lampiran 8 Evaluasi Umum Keseluruhan Program Pelatihan
Lampiran 9 Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)
Lampiran 10 Materi Pelatihan Hari Pertama dan Kedua
Lampiran 11 Hasil Kualitatif Evaluasi Program Pelatihan Hari Pertama dan
Kedua
Lampiran 12 Hasil Evaluasi Umum Keseluruhan Program Pelatihan
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik
dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat
diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat
melanjutkan cita-cita bangsa serta membawa bangsa ke arah perkembangan yang
lebih baik. Untuk menjadi generasi penerus yang dapat diandalkan, remaja tidak
hanya memerlukan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas, mereka juga harus
memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.
Remaja di Indonesia dipandang sebagai generasi muda yang memiliki
peranan sangat penting dan strategis dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan
negara, yaitu sebagai generasi penerus nilai-nilai bangsa dan cita-cita
pembangunan. Oleh karena itu, remaja diharapkan dapat tumbuh dan berkembang
menjadi manusia dewasa yang berkualitas, bertanggung jawab, dan memiliki
kemandirian yang tinggi. Remaja yang memiliki kemandirian yang tinggi akan
selalu berusaha untuk menyelesaikan sendiri masalahnya serta memiliki
pertimbangan rasional terhadap masalah yang dihadapi, termasuk dalam hal
mengambil keputusan sendiri dan melaksanakan keputusan tersebut dengan penuh
tanggung jawab. Dengan demikian, ia tidak mudah menyerah dalam menghadapi
berbagai tantangan yang akan ia hadapi. Selain itu, remaja tersebut juga akan
Universitas Kristen Maranatha 2
menghasilkan ide-ide baru yang berguna bagi dirinya maupun orang lain. Dengan
demikian, remaja tersebut akan mampu bersaing dalam meraih keberhasilan di
masa yang akan datang dan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Tanpa adanya kemandirian di dalam diri remaja, ia tidak akan dapat membawa
bangsanya ke arah perkembangan yang lebih baik. Menjadi seorang individu yang
memiliki kemandirian yang tinggi merupakan salah satu tugas perkembangan
pokok pada masa remaja. Perubahan tingkah laku yang dituntut pada masa remaja
adalah perubahan dari tingkah laku yang tidak mandiri menuju pada tingkah laku
yang mandiri. Remaja yang memiliki kemandirian yang tinggi juga akan
memperlihatkan harga diri yang tinggi (Santrock, 2004).
Pada saat remaja memasuki masa awal perkuliahan, maka mereka telah
memasuki masa remaja akhir (late adolescence), di mana pada masa tersebut
seorang individu mulai berkembang dari masa kanak-kanak yang tidak matang
menuju individu dewasa yang matang. Tuntutan yang diberikan orangtua dan
dosen kepada remaja pada masa ini pun menjadi semakin tinggi. Mereka
menuntut agar remaja dapat memiliki kemandirian yang tinggi, terutama dalam
bidang akademik. Dengan demikian, mereka diharapkan mampu memperoleh
prestasi yang baik yang akan menjadi bekal bagi mereka dalam meraih
keberhasilan di masa yang akan datang. Remaja yang telah memasuki masa
perkuliahan sangat dituntut untuk memiliki kemandirian yang tinggi dalam bidang
akademik agar mereka mampu untuk menghadapi persaingan di masa yang akan
Universitas Kristen Maranatha 3
kerja, maka remaja sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dituntut
untuk lebih mandiri dan kreatif dalam mengembangkan kemampuannya.
Secara umum, kemandirian dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mengatur diri sendiri secara bertanggungjawab dalam ketidakhadiran atau jauh
dari pengawasan langsung dari orangtua ataupun orang dewasa lain (Steinberg,
2002). Kemandirian pada masa remaja meliputi tiga aspek, yaitu emotional
autonomy, behavioral autonomy, dan value autonomy. Emotional autonomy merupakan aspek kemandirian yang berhubungan dengan perubahan kedekatan
hubungan emosional individu, terutama dengan orangtua. Behavioral autonomy
merupakan suatu kemampuan membuat keputusan-keputusan secara bebas dan
siap melaksanakan keputusan tersebut dengan penuh tanggung jawab. Sedangkan
value autonomy merupakan kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, tentang apa yang penting dan tidak penting (Steinberg, 2002).
Hal ini dapat berarti bahwa remaja mampu menentukan sendiri apa yang harus
dilakukannya tanpa tergantung pada orang lain, terutama orangtuanya.
Kemandirian merupakan perwujudan kemampuan seorang remaja untuk
menampilkan diri pada kehidupan sosialnya. Kemandirian sebagai salah satu
aspek dari tugas perkembangan remaja tidak muncul begitu saja, tetapi perilaku
tersebut ada karena hasil interaksi antara individu yang satu dengan individu yang
lainnya yang diawali sejak dalam lingkungan keluarga dan diteruskan dalam
lingkungan di luar keluarga.
Remaja yang memiliki kemandirian yang tinggi di bidang akademik
Universitas Kristen Maranatha 4
apa pun kegiatan yang dikerjakannya harus dilakukan dengan penuh tanggung
jawab. Dengan demikan, ia dapat menyelesaikan tugas-tugas perkuliahannya
tersebut sampai tuntas. Semakin sering remaja belajar untuk mengatasi atau
menguasai sendiri masalah-masalah yang dihadapinya dalam perkuliahan, akan
semakin besar kesempatan bagi remaja tersebut untuk mengembangkan
kemandirian dalam bidang akademik. Remaja yang memiliki kemandirian yang
rendah dan sangat tergantung pada orang lain akan mengalami kesulitan untuk
berpisah dengan orang lain. Hal ini akan menghambat perkembangan kepribadian
remaja tersebut. Sebagai contoh, seorang mahasiswi mengatakan bahwa ia sangat
tergantung pada temannya, seperti dalam hal pemilihan mata kuliah. Ia merasa
tidak nyaman dan gelisah jika ia mengambil mata kuliah yang berbeda dengan
temannya dan berada di kelas yang berbeda dengan temannya tersebut. Karena
ketergantungannya tersebut, ia menjadi tidak mampu untuk membuat keputusan
sendiri. Mahasiswi tersebut seringkali mengeluhkan perilakunya yang tidak
mandiri dan ketergantungannya kepada temannya sehingga ia menjadi tidak
berani untuk membuat keputusan sendiri, namun ia tidak berani untuk mengubah
perilakunya tersebut dan lebih memilih untuk tetap tergantung kepada temannya.
Kemandirian bagi remaja memang sangat diperlukan untuk mendukung
perkembangan jiwanya. Oleh karena itu, kemandirian memegang peranan yang
penting dan membawa dampak yang positif bagi remaja karena kemandirian itu
merupakan suatu bagian dari tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai oleh
Universitas Kristen Maranatha 5
Persaingan di dunia kerja saat ini semakin tinggi. Setiap individu saling
berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan yang terbaik agar mereka bisa
memperoleh masa depan yang cerah. Sebagian besar perusahaan saat ini menuntut
syarat-syarat umum yang harus dipenuhi oleh para pelamar kerja. Salah satunya
adalah memiliki gelar Sarjana (S1). Dengan pendidikan S1, individu diharapkan
memiliki lebih banyak kemampuan dan kompetensi sesuai dengan bidang yang
dipilihnya, dibandingkan bila hanya lulusan SMU. Oleh karena itu, Perguruan
Tinggi saat ini menjadi tujuan yang banyak diminati oleh para individu setelah
lulus SMU. Berdasarkan hal tersebut, salah satu tujuan mahasiswa menjalani
perkuliahan adalah agar ia bisa lulus dari Perguruan Tinggi dan memperoleh gelar
Sarjana sehingga ia bisa bekerja.
Untuk dapat lulus kuliah dan mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas
Psikologi Universitas ‘X” Bandung, mahasiswa diharuskan memperoleh IPK di
atas 2.00 karena mahasiswa dengan IPK di bawah 2.00 tidak diperkenankan untuk
mengikuti sidang Sarjana. Selain itu, sebagian besar Perusahaan biasanya
mempersyaratkan para pelamar kerja memiliki IPK antara 2.75 – 3.00. Untuk
memperoleh IPK yang baik dan pencapaian prestasi yang optimal, diperlukan
usaha dan tekad yang kuat dari setiap mahasiswa, serta kemandirian yang tinggi
dalam bidang akademik. Beberapa usaha yang harus dilakukan mahasiswa di
antaranya adalah rajin mengikuti perkuliahan dan tidak terpengaruh oleh ajakan
teman-temannya untuk membolos, bertanya kepada dosen ataupun teman
mengenai materi perkuliahan yang tidak dimengerti, meminjam catatan milik
Universitas Kristen Maranatha 6
menentukan sendiri mata kuliah pilihan sesuai dengan minatnya tanpa tergantung
pada orang lain, menyelesaikan sendiri tugas-tugas perkuliahan tanpa tergantung
pada orang lain dan mengumpulkannya tepat waktu, mengerjakan sendiri
soal-soal kuis dan ujian tanpa mencontek milik teman, berani mengemukakan pendapat
ketika berdiskusi dalam kelompok ataupun di dalam kelas, membuat skala
prioritas yang harus diutamakan dalam mengatur rencana kegiatan perkuliahan,
mempersiapkan ujian dengan sebaik-baiknya, dan mengatur waktu belajar yang
efisien.
Beberapa perilaku di atas harus dilakukan oleh mahasiswa agar mereka
dapat memperoleh prestasi yang optimal. Namun pada kenyataannya, tidak semua
mahasiswa menunjukkan perilaku seperti yang telah disebutkan di atas.
Berdasarkan hasil survai awal terhadap 25 orang mahasiswa Fakultas Psikologi
angkatan 2007 Universitas ‘X’ Bandung, sebanyak 11 orang mahasiswa
mengeluhkan bahwa mereka memiliki kemandirian yang rendah dalam bidang
akademik dan hal tersebut dirasakan mengganggu mereka untuk memperoleh
prestasi yang optimal, namun mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan agar
kemandirian mereka dalam bidang akademik dapat meningkat. Mereka merasa
kesulitan untuk menunjukkan perilaku yang telah disebutkan di atas. Selain itu,
salah seorang dosen di Fakultas ini pun mengatakan bahwa sebagian besar
mahasiswa saat ini memiliki kemandirian yang rendah dalam bidang akademik.
Mahasiswa tersebut cenderung tergantung pada temannya dalam mengerjakan
tugas-tugas perkuliahannya atau seringkali bertanya pada asisten dosen apa yang
Universitas Kristen Maranatha 7
Mereka lebih senang meminjam catatan materi perkuliahan milik temannya
karena mereka kurang memiliki kemauan untuk mencatat materi perkuliahan dan
kurang percaya diri dengan catatan yang dimilikinya. Sebanyak 14 orang
mahasiswa lainnya mengatakan bahwa mereka memiliki kemandirian yang tinggi
dalam bidang akademik. Selain itu, mereka juga sudah menunjukkan usaha-usaha
untuk memperoleh prestasi yang optimal. Pada dasarnya para dosen wali memiliki
peranan yang sangat besar untuk memotivasi mahasiswa agar bisa memperoleh
prestasi yang optimal, namun sebagian mahasiswa seringkali tidak memanfaatkan
dengan baik peranan dosen wali tersebut.
Sebanyak 14 orang mahasiswa Fakultas psikologi angkatan 2007
Universitas ‘X’ Bandung yang memiliki kemandirian yang tinggi dalam bidang
akademik mengatakan bahwa mereka rajin mengikuti perkuliahan dan tidak
terpengaruh oleh ajakan teman-temannya untuk membolos. Mereka memiliki
inisiatif untuk bertanya kepada dosen ataupun teman mengenai materi perkuliahan
yang tidak dimengerti. Mereka berusaha untuk meminjam catatan milik teman jika
tidak masuk kuliah karena sakit atau ada hal penting lainnya agar tidak tertinggal
materi perkuliahan. Mereka dapat menentukan sendiri mata kuliah pilihan sesuai
dengan minatnya tanpa tergantung pada orangtua ataupun temannya. Mereka
mampu menyelesaikan sendiri tugas-tugas perkuliahan tanpa tergantung pada
temannya ataupun tergesa-gesa meminta bantuan dari temannya dan
mengumpulkannya tepat waktu. Mereka mampu mengerjakan sendiri soal-soal
kuis dan ujian tanpa mencontek milik teman. Mereka berani mengemukakan
Universitas Kristen Maranatha 8
pendapatnya tersebut berbeda dengan teman-temannya. Mereka mampu membuat
skala prioritas yang harus diutamakan dalam mengatur rencana kegiatan
perkuliahan. Mereka mampu mempersiapkan ujian dengan sebaik-baiknya dan
mengatur waktu belajar yang efisien.
Sebanyak 11 orang mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2007
Universitas ‘X’ Bandung yang memiliki kemandirian yang rendah dalam bidang
akademik mengatakan bahwa mereka seringkali malas untuk mengikuti
perkuliahan dan mudah terpengaruh oleh ajakan teman-teman untuk membolos,
terutama pada mata kuliah yang tidak mereka senangi atau mereka anggap sulit.
Mereka kurang memiliki inisiatif untuk bertanya kepada dosen ataupun teman
mengenai materi perkuliahan yang tidak dimengerti dan cenderung bersikap
pasrah jika tidak mengerti. Mereka tidak berusaha untuk meminjam catatan milik
teman jika tidak masuk kuliah dan cenderung bersikap cuek walaupun mereka
tertinggal materi perkuliahan. Mereka kurang dapat menentukan sendiri mata
kuliah pilihan sesuai dengan minatnya dan cenderung tergantung pada orangtua
ataupun mengikuti apa yang menjadi pilihan temannya. Mereka kurang memiliki
kemauan untuk menyelesaikan sendiri tugas-tugas perkuliahan tanpa tergantung
pada temannya. Mereka seringkali meminta bantuan dari temannya untuk
mengerjakan tugas-tugas perkuliahan karena mereka merasa kurang percaya diri
jika harus mengerjakannya sendiri dan terkadang tidak tepat waktu
mengumpulkannya, bahkan terkadang tidak mengumpulkan tugas tersebut.
Mereka kurang mau berusaha untuk mengerjakan sendiri soal-soal kuis dan ujian
Universitas Kristen Maranatha 9
pendapat ketika berdiskusi dalam kelompok ataupun di dalam kelas terutama jika
pendapatnya tersebut berbeda dengan teman-temannya. Mereka kurang mampu
membuat skala prioritas yang harus diutamakan dalam mengatur rencana kegiatan
perkuliahan, misalnya mereka seringkali tidak dapat menolak ajakan temannya
untuk bermain walaupun besok ada ujian. Mereka kurang mampu mempersiapkan
ujian dengan sebaik-baiknya dan kurang mampu mengatur waktu belajar yang
efisien.
Remaja yang memiliki kemandirian yang rendah sangat rentan terhadap
pengaruh dari luar dirinya, termasuk teman-temannya. Hal ini dapat membuat
remaja tersebut terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak baik, misalnya
menggunakan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, ataupun perkelahian antar
pelajar yang pada akhirnya akan menghancurkan masa depan mereka. Hal yang
memprihatinkan adalah karena remaja yang menggunakan obat-obatan terlarang
sebagai suatu cara untuk mengatasi stres, menunjukkan bahwa hal ini dipengaruhi
oleh kurangnya kemandirian di dalam diri mereka karena mereka kurang memiliki
keterampilan menghadapi masalah secara kompeten dan pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab (Santrock, 2004).
Perubahan-perubahan kognitif dari remaja dapat berperan dalam
perkembangan kemandirian. Bagian yang paling penting dalam kemandirian
adalah kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan sendiri dan
melaksanakan keputusan tersebut dengan penuh tanggung jawab atau yang disebut
juga sebagai behavioral autonomy (Steinberg, 2002). Menurut Santrock (2004),
Universitas Kristen Maranatha 10
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan remaja dalam pengambilan
keputusan yang merupakan bagian penting dalam perkembangan kemandirian
remaja. Melatih remaja dalam berkegiatan secara berkelompok untuk
mengajarkan bagaimana menyelesaikan masalah atau tantangan di dalam
kehidupannya akan meningkatkan kepercayaan diri remaja dalam membuat suatu
keputusan sehingga akan membentuk kemandirian dalam kehidupan remaja
tersebut.
Dari hasil survai awal yang telah diuraikan di atas, sebanyak 11 orang
mahasiswa masih memiliki kemandirian yang rendah dalam bidang akademik.
Tanpa adanya kemandirian dalam bidang akademik, remaja akan mengalami
kesulitan untuk memasuki masa dewasa dan dunia kerja yang penuh dengan
tantangan dan persaingan. Selain itu, mereka juga akan cenderung untuk mudah
menyerah bila dihadapkan pada situasi yang sulit. Berdasarkan situasi tersebut,
maka perlu dilakukan berbagai usaha untuk mengatasinya, salah satunya adalah
dengan diadakannya pelatihan kemandirian bidang akademik pada mahasiswa.
Pelatihan merupakan suatu perancangan proses pembelajaran yang disusun secara
sistematis dan terkendali agar sasarannya tepat (Bramley, 1996). Pelatihan ini
mencakup area kognisi, afeksi, dan perilaku. Pembelajaran di area kognisi
meliputi mengenal dan mengingat konsep dasar dari kemandirian dalam bidang
akademik. Pembelajaran di area afeksi meliputi pembelajaran untuk merubah
minat, sikap, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh remaja melalui sharing dengan
tujuan agar kemandirian mereka dalam bidang akademik bisa meningkat.
Universitas Kristen Maranatha 11
play bertujuan agar remaja berkesempatan untuk mengalami suatu peran di mana mereka dilatih untuk melakukan kemandirian dalam bidang akademik, terutama
dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan-keputusan sendiri agar
mereka bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelatihan ini
diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemandirian dalam
bidang akademik agar dapat mendukung pencapaian prestasi yang optimal.
Pelatihan kemandirian bidang akademik ini belum pernah disusun dan
dilaksanakan untuk para mahasiswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
menyusun rancangan program pelatihan kemandirian bidang akademik serta
melakukan pelatihan tersebut. Setelah dilakukan pelatihan, kemudian peneliti
akan melakukan evaluasi terhadap rancangan program pelatihan kemandirian
bidang akademik tersebut dengan tujuan membuat perubahan dalam rangka
meningkatkan program pelatihan yang akan datang.
1.2. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini akan disusun suatu rancangan program pelatihan
kemandirian bidang akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2007
Universitas ‘X’ Bandung yang diharapkan dapat mendukung pencapaian prestasi
yang optimal, serta dilakukan evaluasi terhadap rancangan program pelatihan
Universitas Kristen Maranatha 12
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud
Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat
kemandirian dalam bidang akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi
angkatan 2007 Universitas ‘X’ Bandung yang memiliki kemandirian yang rendah
dalam bidang akademik sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kemandirian
bidang akademik.
1.3.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
pelatihan kemandirian bidang akademik yang diberikan pada mahasiswa Fakultas
Psikologi angkatan 2007 Universitas ‘X’ Bandung yang memiliki kemandirian
bidang akademik yang rendah. Kemudian berdasarkan pelatihan yang telah
dilakukan tersebut, hasilnya akan dievaluasi untuk memperbaiki perancangan
program pelatihan di masa yang akan datang.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoretis
- Memberikan informasi bagi ilmu Psikologi, khususnya bidang Psikologi
Pendidikan tentang rancangan program pelatihan kemandirian bidang
akademik pada mahasiswa.
- Sebagai landasan informatif untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan
Universitas Kristen Maranatha 13
1.4.2. Kegunaan Praktis
- Memberikan informasi bagi mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2007
Universitas ‘X’ Bandung mengenai tingkat kemandirian mereka dalam bidang
akademik serta gambaran hasil evaluasi dari penyusunan rancangan program
pelatihan kemandirian bidang akademik sebagai salah satu upaya yang dapat
mendukung pencapaian prestasi yang optimal.
- Sebagai masukan bagi Student Development Center Universitas ‘X’ Bandung
mengenai tingkat kemandirian mahasiswa dalam bidang akademik serta
gambaran hasil evaluasi rancangan program pelatihan kemandirian dalam
bidang akademik sebagai salah satu upaya untuk memberikan bimbingan serta
bantuan psikologis pada mahasiswa yang memiliki kemandirian yang rendah
dalam bidang akademik sehingga dapat mendukung mahasiswa tersebut untuk
memperoleh prestasi yang optimal.
- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada dosen wali
mengenai tingkat kemandirian mahasiswa dalam bidang akademik sehingga
dapat membantu dosen wali dalam memahami mahasiswa yang memiliki
kemandirian yang rendah dalam bidang akademik agar dapat mendukung
Universitas Kristen Maranatha 14
1.5. Metodologi
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Mengetahui Menyusun Pelaksanaan Melakukan Evaluasi Kebutuhan Rancangan Program terhadap Rancangan Pelatihan Program Pelatihan Program Pelatihan Pelatihan
121 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data
terhadap delapan orang mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2007 Universitas
‘X’ Bandung yang memiliki kemandirian bidang akademik yang rendah, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Terdapat perubahan tingkat kemandirian bidang akademik setelah mengikuti
pelatihan kemandirian bidang akademik. Dalam hal ini, tingkat kemandirian
bidang akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2007
Universitas ‘X’ Bandung yang memiliki kemandirian bidang akademik yang
rendah mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan.
2. Perubahan pada area kognisi, afeksi, dan perilaku dapat meningkatkan
kemandirian dalam bidang akademik pada mahasiswa.
3. Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan pelatihan kemandirian bidang
akademik, yaitu materi yang diberikan, instruktur, metode pelatihan, waktu
pelatihan, dan fasilitas yang disediakan selama pelatihan berpengaruh terhadap
aspek kognisi, afeksi, dan perilaku mahasiswa sehingga kemandirian bidang
akademik pada mahasiswa menunjukkan adanya peningkatan.
4. Metode role play merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan
122
Universitas Kristen Maranatha 5. Pada umumnya peserta memberikan penilaian yang positif dalam evaluasi
reaksi peserta terhadap program pelatihan hari pertama dan kedua.
6. Faktor yang paling mendukung keberhasilan pelatihan kemandirian bidang
akademik berdasarkan evaluasi reaksi peserta terhadap program pelatihan
adalah instruktur.
7. Penyelenggaraan pelatihan dinilai memiliki kualitas yang cukup baik dan
sangat bermanfaat untuk pengembangan diri mahasiswa dan kehidupan
mahasiswa sehari-hari, khususnya dalam bidang akademik.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :
1. Mahasiswa yang memiliki kemandirian bidang akademik yang rendah dapat
mengikuti pelatihan kemandirian dalam bidang akademik sebagai metode yang
dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemandirian dalam bidang
akademik.
2. Student Development Center Universitas ‘X’ Bandung dapat menggunakan
pelatihan kemandirian dalam bidang akademik sebagai metode untuk
membantu mahasiswa yang memiliki kemandirian bidang akademik yang
rendah agar kemandirian bidang akademik mahasiswa dapat meningkat.
3. Dosen wali dapat memanfaatkan pelatihan kemandirian bidang akademik untuk
membantu mahasiswa yang memiliki kemandirian bidang akademik yang
123
Universitas Kristen Maranatha 4. Tampilan audio visual dalam menyajikan materi pelatihan kemandirian bidang
akademik agar dibuat lebih menarik.
5. Memperbanyak metode diskusi kelompok dan games dalam pelatihan
kemandirian bidang akademik.
6. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan pelatihan kemandirian bidang
akademik disesuaikan dengan waktu kuliah mahasiswa.
Diharapkan dengan adanya usulan-usulan di atas, program pelatihan
kemandirian bidang akademik ini dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa yang
memiliki kemandirian bidang akademik yang rendah agar kemandirian bidang
akademik mahasiswa dapat ditingkatkan.
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Adams, Gerald R. ; Berzonsky, Michael D. 2003. Blackwell Handbook of Adolescence. Oxford : Blackwell Publishing.
Bloom, Benjamin S., etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives : The Classification of Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New York : Longmans, Green and Co.
Bramley, Peter. 1996. Evaluating Training Effectiveness, 2nd Edition. England : McGraw Hill Publishing Company.
Graziano, Anthony M. & Michael L. Raulin. 2000. Research Methods, A Process of Inquiry. Neidham Height : A Pearson Education Company.
Hall, Calvin S. & Gardner Lindzey. 1985. Introduction to Theories of Personality. New York : John Wiley & Sons.
Kirkpatrick, Donald L. 1998. Evaluating Training Program, The Four Level 2nd Ed.. San Fransisco : Berret-Koehler Publishers, Inc.
Krathwohl, David R., Benjamin S. Bloom, Bertram B. Masia. 1956. Taxonomy of Educational Objective, The Classification of Educational Goals, Handbook II Affective Domain. New York : David Mckay Company, Inc. Noe, Raymond. 2002. Employee Training and Development. New York : McGraw
Hill.
Posavac, Emil J., & Raymond G. Carey. 1992. Program Evaluation, Methods & Case Studies 4th Ed.. New Jersey : Prentice Hall.
Santrock, John, W. 2004. Life Span Development. Nine edition, New York : McGraw-Hill Inc.
Siegel, Sidney. 1997. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Mu’tadin, Zainun. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja. www.e-Psikologi.com.
Pekasa, Stefanie Andriyani. 2007. Perancangan Modul Pelatihan untuk Meningkatkan Empati Perawat Unit Rawat Inap yang Telah Bekerja Kurang dari 1 Tahun di Rumah Sakit Imanuel Bandung.
Sutendy, Dedi. 2002. Melihat Dunia dari Mata Remaja. www.e-Psikologi.com.