PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO TEMATIK KELAS V TEMA 2 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 4 KURIKULUM 2013
TAHUN AJARAN 2014/2015
Ignasius Bayu Prayoga Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis audio visual berupa video tematik sesuai dengan kurikulum 2013 kelas V SD Kanisius Duwet dengan memaparkan kualitas pengembangan produk berupa video tematik. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa media video tematik pada pembelajaran 4 subtema 1 tema 2 kelas V beserta perangkat pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (R&D) menurut Borg and Gall. Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk video tematik melalui lima tahapan yaitu (1) analisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran, (2) kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran, (3) pengembangan program pembelajaran, (4) memproduksi media audiovisual berupa video pembelajaran, dan (5) uji coba serta revisi produk. Validasi dilakukan oleh pakar media, guru kelas, dan siswa. Validasi oleh siswa terdiri dari dua tahap, yaitu uji coba perorangan oleh 5 orang siswa dan uji coba kelompok kecil oleh 10 orang siswa, dengan subjek ujicoba pengembangan adalah siswa kelas V. Data yang dikumpulkan berupa hasil penilaian mengenai kualitas produk serta saran untuk merevisi produk.
Hasil pengembangan video tematik divalidasi oleh pakar media, guru, dan siswa. Hasil validasi dari pakar media menunjukkan skor rerata 3,0 dengan kategori baik. Validasi dari guru kelas menunjukkan skor rerata 3,3 dengan kategori sangat tinggi. Penilaian kualitas video tematik pada ujicoba perorangan menunjukkan skor rerata 3,25 dengan kategori baik. Penilaian kualitas video tematik pada ujicoba kelompok kecil menunjukkan skor rerata 3,20 dengan kategori baik. Kesimpulan dari penelitian pengembangan ini adalah media video tematik untuk siswa kelas V SD sudah “layak” digunakan sebagai media pembelajaran kurikulum 2013.
THE DEVELOPMENT OF THEMATIC VIDEO MEDIA BASED ON CURRICULUM 2013 FOR GRADE V THEME 2 SUBTHEME 1
LEARNING 4 ACADEMIC YEAR 2014/2015
Ignasius Bayu Prayoga produce a product in the form of thematic video media on learning 4 subtheme 1 theme 2 grade V along with learning instruments.
This research used Research and Development method (R&D) according to Borg and Gall. This development research produces thematic video through five phases, they include (1) the analysis of the needs of development learning program, (2) the review of competency standards and learning materials, (3) the development of learning program, (4) the producing audio visual in the form video learning, and (5) the validation and revision of the products. The validation is done by the media experts, teachers, and students. Validation by the students consists of two phases: individual validation by 5 students and a small group validation by 10 students, with the validation development subjects are grade V. The data collected in the form of the assessment results about the quality of the product as well as suggestions for revising the products.
The results of the development of thematic video validated by media experts, teachers, and students. The results of the validation from media experts showed the average score of 3.0 with categories good. The validation from teachers showed the average score of 3.3 with categories very good. The assessment of thematic video quality on individual validation showed the average score of 3.25 with categories good. The assessment of thematic video quality on small group validation showed the average score of 3.20 with a good categories. The conclusion from this development research is the thematic video media for grade V of elementary school already "good" is used as a learning media based on curriculum 2013.
i
PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO TEMATIK KELAS V
TEMA 2 SUB TEMA 1 PEMBELAJARAN 4 KURIKULUM 2013
DI SD KANISIUS DUWET TAHUN AJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Ignasius Bayu Prayoga
NIM : 111134234
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kesempatan, berkat, dan
penyertaan dalam menempuh dan akhirnya menyelesaikan studi
Kedua orang tuaku, Bapak Antonius Suhardi dan Ibu Yustina Samilah yang
telah memberikan dukungan, doa, dan perhatian yang lebih selama ini
Kakak ku Nely Setyawati beserta keluarga, Aan Anjar Wibowo beserta
keluarga, dan adikku Maria Nadila Tiaraningrum yang telah mendoakan dan
mendukungku selama ini
Christin Setyaningrum
Yang telah memberikan pencerahan, doa, dan dukungan selama menempuh studi
dan dalam penyusunan skripsi
Seluruh rekan kelompok payung yang telah membantu dan bekerja sama
dalam penyusunan skripsi
v MOTTO
Aku tidak bisa mengubah orang lain, aku harus menjadi perubahan yang ku
harapkan dari orang lain
(Mahatma Gandhi)
Jangan mengharapkan keluarga mengerti apa yang kamu lakukan, tapi bantu
mereka memahami bahwa semua yang kamu lakukan adalah untuk mereka.
(Film Act Of Valor)
Succes is walking from failure to failure with no loss of enthusiasm
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015
Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ignasius Bayu Prayoga
NIM : 111134234
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO TEMATIK KELAS V
TEMA 2 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 4 KURIKULUM 2013
DI SD KANISIUS DUWET TAHUN AJARAN 2014/2015
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO TEMATIK KELAS V TEMA 2 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 4 KURIKULUM 2013
TAHUN AJARAN 2014/2015
Ignasius Bayu Prayoga Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis audio visual berupa video tematik sesuai dengan kurikulum 2013 kelas V SD Kanisius Duwet dengan memaparkan kualitas pengembangan produk berupa video tematik. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa media video tematik pada pembelajaran 4 subtema 1 tema 2 kelas V beserta perangkat pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (R&D) menurut Borg and Gall. Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk video tematik melalui lima tahapan yaitu (1) analisis kebutuhan pengembangan program pembelajaran, (2) kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran, (3) pengembangan program pembelajaran, (4) memproduksi media audiovisual berupa video pembelajaran, dan (5) uji coba serta revisi produk. Validasi dilakukan oleh pakar media, guru kelas, dan siswa. Validasi oleh siswa terdiri dari dua tahap, yaitu uji coba perorangan oleh 5 orang siswa dan uji coba kelompok kecil oleh 10 orang siswa, dengan subjek ujicoba pengembangan adalah siswa kelas V. Data yang dikumpulkan berupa hasil penilaian mengenai kualitas produk serta saran untuk merevisi produk.
Hasil pengembangan video tematik divalidasi oleh pakar media, guru, dan siswa. Hasil validasi dari pakar media menunjukkan skor rerata 3,0 dengan kategori baik. Validasi dari guru kelas menunjukkan skor rerata 3,3 dengan kategori sangat tinggi. Penilaian kualitas video tematik pada ujicoba perorangan menunjukkan skor rerata 3,25 dengan kategori baik. Penilaian kualitas video tematik pada ujicoba kelompok kecil menunjukkan skor rerata 3,20 dengan kategori baik. Kesimpulan dari penelitian pengembangan ini adalah media video tematik untuk siswa kelas V SD sudah “layak” digunakan sebagai media pembelajaran kurikulum 2013.
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF THEMATIC VIDEO MEDIA BASED ON CURRICULUM 2013 FOR GRADE V THEME 2 SUBTHEME 1
LEARNING 4 ACADEMIC YEAR 2014/2015
Ignasius Bayu Prayoga produce a product in the form of thematic video media on learning 4 subtheme 1 theme 2 grade V along with learning instruments.
This research used Research and Development method (R&D) according to Borg and Gall. This development research produces thematic video through five phases, they include (1) the analysis of the needs of development learning program, (2) the review of competency standards and learning materials, (3) the development of learning program, (4) the producing audio visual in the form video learning, and (5) the validation and revision of the products. The validation is done by the media experts, teachers, and students. Validation by the students consists of two phases: individual validation by 5 students and a small group validation by 10 students, with the validation development subjects are grade V. The data collected in the form of the assessment results about the quality of the product as well as suggestions for revising the products.
The results of the development of thematic video validated by media experts, teachers, and students. The results of the validation from media experts showed the average score of 3.0 with categories good. The validation from teachers showed the average score of 3.3 with categories very good. The assessment of thematic video quality on individual validation showed the average score of 3.25 with categories good. The assessment of thematic video quality on small group validation showed the average score of 3.20 with a good categories. The conclusion from this development research is the thematic video media for grade V of elementary school already "good" is used as a learning media based on curriculum 2013.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“
PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO TEMATIK KELAS V
TEMA 2 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 4 KURIKULUM 2013
DI SD KANISIUS DUWET
TAHUN AJARAN 2014/2015”
.
Skripsiini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta
memberikan motivasi sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas
Sanata Dharma.
3. Ibu Christiyanti Aprianastuti, S.Si., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I,
yang telah membimbing, mengarahkan, mendukung, dan memberi
semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
xi
5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II,
telah memberikan bimbingan, masukan, dukungan, dan semangat,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Theresia Yunia S, S.Pd., M.Hum., selaku pakar media, yang telah
memvalidasi produk penulis, serta memberikan saran dan komentar
terhadap produk yang dikembangkan oleh penulis.
7. Margarita Nova Kurniawati, S.Pd, selaku wali kelas V SD Kanisius Duwet
yang telah membantu dan membimbing penulis, sehingga dapat
melaksanakan penelitian dengan baik.
8. Siswa kelas V semester gasal SD Kanisius Duwet tahun ajaran 2014/2015
yang telah mendukung pelaksanaan penelitian.
9. Para dosen PGSD, yang dengan sabar dan selalu mendampingi serta
mendidik penulis selama menempuh ilmu di PGSD.
10. Sekretariat PGSD, yang dengan sabar dan ramah telah memberikan
kemudahan berbagai urusan.
11. Kedua orang tua penulis, yang telah mendoakan, mendukung, dan segala
sesuatu dalam mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman kelompok payung, yang telah membantu dan memberi
xii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhirnya semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015
Penulis
xiii
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRAC ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
xiv
E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 10
F. Definisi Operasional ... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 13
1. Kurikulum 2013 a. Pengertian Kurikulum 2013 ... 13
b. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 14
c. Tujuan Kurikulum 2013 ... 16
2. Pendekatan Tematik Integratif a. Pengertian Tematik Integratif ... 18
b. Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif ... 21
c. Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif ... 23
d. Kekurangan dan Kelebihan Tematik Integratif... 24
3. Pendekatan Saintifik a. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 26
b. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik ... 27
4. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran ... 28
b. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran ... 29
c. Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 29
d. Jenis Media Pembelajaran... 30
e. Fungsi Media Pembelajaran ... 31
xv
B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 36
C. Kerangka Berpikir ... 40
D. Pertanyaan Penelitian ... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42
B. Setting Penelitian ... 43
C. Prosedur Pengembangan ... 44
D. Uji Coba Produk ... 47
E. Instrumen Penelitian ... 48
1. Instrumen Analisis Kebutuhan ... 48
2. Instrumen Validasi Ahli ... 54
3. Instrumen Uji Coba Lapangan ... 56
F. Teknik Pengumpulan Data ... 58
G. Teknik Analisis Data... 58
1. Data Kualitatif ... 58
2. Data Kuantitatif ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN A. Analisis Kebutuhan ... 61
1. Data Analisis Kebutuhan ... 61
2. Data Analisis Wawancara dengan Guru ... 71
3. Data Analisis Wawancara dengan Siswa ... 74
B. Deskripsi Produk Awal ... 76
xvi
E. Kajian Produk Akhir ... 120
1. Kelebihan Produk... 121
2. Kekurangan Produk ... 122
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 123
B.Keterbatasan Penelitian ... 124
C.Saran ... 124
xvii
Lampiran RPP Kurikulum2013 dan LKS ... 130
Lampiran LKS dan Materi ... 144
Lampiran Petunjuk Penggunaan Video ... 183
Lampiran Desain Skenario Film ... 186
Lampiran Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ... 189
Lampiran Penilaian Produk oleh Ahli Media ... 194
Lampiran Penilaian Produk oleh Guru ... 198
Lampiran Hasil Penilaian Uji Coba Perorangan... 202
Lampiran Hasil Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil ... 207
Lampiran Dokumentasi Penelitian ... 210
Lampiran Surat Ijin Penelitian ... 214
xviii
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 46
Tabel 3.2 Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 47
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 49
Tabel 3.4 Wawancara Analisis Kebutuhan Guru ... 49
Tabel 3.5 Kisi-kisi Wawancara Siswa ... 50
Tabel 3.6 Pertanyaan Wawancara dengan Siswa ... 51
Tabel 3.7 Kisi-kisi Pedoman Observasi di kelas ... 51
Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Ahli Media dan Guru ... 52
Tabel 3.9 Kuesioner Validasi Ahli Media dan Guru ... 52
Tabel 3.10 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Siswa ... 53
Tabel 3.11 Kuesioner Validasi Siswa ... 54
Tabel 3.12 Konservasi Nilai Skala Likert ... 57
Tabel 4.1 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 1 ... 62
Tabel 4.2 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 2 ... 64
Tabel 4.3 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 3 ... 65
Tabel 4.4 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 4 ... 67
Tabel 4.5 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 5 ... 68
Tabel 4.6 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator 6 ... 70
Tabel 4.7 Data Kuesioner Analisis Kebutuhan Indikator7 ... 71
Tabel 4.8 Hasil Validasi Ahli Media ... 85
Tabel 4.9 Pedoman Konservasi Data Kuantitatif ke Kualitatif Skala 4 ... 87
Tabel 4.10 Hasil Validasi Guru Kelas ... 88
xix
Tabel 4.13 Analisis Data Penilaian Ahli Media ... 94
Tabel 4.14 Analisis Data Penilaian Guru ... 96
Tabel 4.15 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 1 ... 98
Tabel 4.16 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 2 ... 99
Tabel 4.17 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 3 ... 101
Tabel 4.18 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 4 ... 102
Tabel 4.19 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 5 ... 103
Tabel 4.20 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 6 ... 104
Tabel 4.21 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 7 ... 105
Tabel 4.22 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 8 ... 106
Tabel 4.23 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 9 ... 108
Tabel 4.24 Analisis Data Ujicoba Perorangan Indikator 10 ... 109
Tabel 4.25 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 1... 110
Tabel 4.26 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 2... 111
Tabel 4.27 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 3... 113
Tabel 4.28 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 4... 114
Tabel 4.29 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 5... 115
Tabel 4.30 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 6... 116
Tabel 4.31 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 7... 118
Tabel 4.32 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 8... 119
Tabel 4.33 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 9... 120
Tabel 4.34 Analisis Data Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 10... 121
xx
Gambar 4.1 Tampilan Awal Video... ... ... 74
Gambar 4.2 Tampilan Penggalan Pem... ... 74
Gambar 4.3 Tampilan Penggalan Setting Video ... ... 75
Gambar 4.4 Tampilan Inti Media Video (1) ... ... 76
Gambar 4.5 Tampilan Inti Media Video (2) ... ... 77
Gambar 4.6 Tampilan Inti Media Video (3) ... ... 77
Gambar 4.7 Tampilan Inti Media Video (4) ... ... 78
Gambar 4.8 Tampilan Inti Media Video (5) ... ... 78
Gambar 4.9 Tampilan Penutup Media Video (1) ... ... 79
Gambar 4.10 Tampilan Penutup Media Video (2) ... ... 79
Gambar 4.11 Tampilan Penutup Media Video (3) ... ... 80
Gambar 4.12 Diagram Batang Penilaian Ahli Media ... ... 91
Gambar 4.13 Diagram Batang Penilaian Guru Kelas ... ... 92
Gambar 4.14 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 1 ... ... 93
Gambar 4.15 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 2 ... ... 94
Gambar 4.16 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 3 ... ... 96
Gambar 4.17 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 4 ... ... 97
Gambar 4.18 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 5 ... ... 98
Gambar 4.19 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 6 ... ... 100
Gambar 4.20 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 7 ... ... 101
Gambar 4.21 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 8 ... ... 102
Gambar 4.22 Diagram Batang Ujicoba Perorangan Indikator 9 ... ... 104
xxi
Gambar 4.25 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 2 ... ... 108
Gambar 4.26 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 3 ... ... 109
Gambar 4.27 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 4 ... ... 110
Gambar 4.28 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 5 ... ... 111
Gambar 4.29 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 6 ... ... 113
Gambar 4.30 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 7 ... ... 114
Gambar 4.31 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 8 ... ... 115
Gambar 4.32 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 9 ... ... 117
Gambar 4.33 Diagram Batang Ujicoba Kelompok Kecil Indikator 10 ... ... 118
Gambar 4.34 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli Media dan Guru ... ... 119
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan
penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang diharapkan, dan (6)
definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Dalam konteks pendidikan, hampir semua aktivitas yang dilakukan
merupakan aktivitas belajar, yaitu proses memperoleh pengetahuan. Menurut
Slameto (2010), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar merupakan proses di mana manusia menemukan hal baru, mengetahui,
dan mengalami sesuatu yang baru. Di Indonesia, pendidikan merupakan salah satu
sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan
melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, seperti yang
disebutkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3 yang
menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak seperti peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan penjelasan tersebut pendidikan menjadi kunci untuk kemajuan
dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai
warga masyarakat. Pendidikan yang ideal merupakan pendidikan yang
diimplementasikan ke dalam proses kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran merupakan suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan
bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki
menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat, dilihat dari aspek
sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dalam
penerepannya, dibutuhkan pedoman/acuan bagi penyelenggara pendidikan untuk
mengatur dan menjalankan proses pendidikan dengan efektif.
Di Indonesia terdapat kurikulum 2013 sebagai pedoman dalam menjalankan
kegiatan pendidikan. Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang dicetuskan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 (Kemendikbud, 2013).
Kurikulum 2013 mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter,
sehingga siswa tidak hanya dituntut untuk memahami materi, namun juga aktif
dalam berdiskusi dan presentasi, serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif. Kurikulum 2013 menuntut guru untuk terus berkreasi
dan terus mencari terobosan baru dalam melaksanakan pendidikan di kelas. Hal
yang perlu diperhatikan para guru adalah mengembangkan sebuah metode
pembelajaran yang dapat merancang siswa untuk secara aktif mengikuti pelajaran
yang terjadi dilapangan saat ini adalah masih terdapat guru yang belum peduli
pada perkembangan siswa secara menyeluruh. Siswa membutuhkan metode
pembelajaran yang beragam, media pembelajaran, dan sumber belajar yang tidak
hanya bersumber dari guru.
Saat ini, metode ceramah merupakan metode umum dan satu-satunya yang
dipergunakan guru dalam menyampaikan materi dikelas, dan ini tidak sesuai
dengan apa yang termuat di dalam kurikulum 2013. Siswa menjadi kurang tertarik
pada pelajaran apabila metode yang digunakan guru dalam menyampaikan
pelajaran sangat tidak bervariasi/monoton. Guru harus jeli dengan kebutuhan
siswa, dan guru tidak hanya menjadi mentor bagi siswa tetapi juga menjadi
fasilitator dan mediator yang baik. Salah satu solusi bagi guru agar dapat
menyelenggarakan pendidikan yang benar dan sesuai dengan ketentuan dalam
kurikulum 2013 adalah dengan menentukan metode pembelajaran yang efektif
seperti diskusi, tanya jawab, debat, dan lain-lain. Pemilihan metode dan media
pembelajaran tidak hanya bermanfaat bagi siswa, namun juga bagi guru.
Melalui penyediaan media dan metode pembelajaran yang tepat siswa dapat aktif
mengikuti pelajaran dan membantu siswa dalam memahami materi yang
disampaikan guru. Di sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin mendorong berbagai upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil
teknologi dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran oleh guru
dapat juga dijadikan sarana untuk menyampaikan pokok-pokok bahasan materi
dalam bentuk sajian yang lebih kreatif dan mudah dipahami oleh siswa. Media
pembelajaran. Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar merupakan
suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena dapat membantu tugas guru
dalam menyampaikan berbagai pesan dari bahan pelajaran yang diberikan guru
kepada siswa. Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan harus dengan
pertimbangan yang matang, karena akan mempengaruhi hasil belajar dari siswa.
Contoh dari media pembelajaran yang digunakan guru di sekolah berupa media
gambar, buku, majalah, koran, poster, alat peraga, dan video pembelajaran.
Media berupa video pembelajaran merupakan media pembelajaran yang masih
jarang digunakan di Indonesia, karena membutuhkan proses yang panjang dalam
merangkai sebuah video untuk menjadi media pembelajaran yang baik.
Menerapkan media video pembelajaran di kelas juga membutuhkan alat
pendukung lain, seperti OHP/LCD dan speaker/pengeras suara. Media video
merupakan perpaduan antara suara dan gambar atau audiovisual yang menyajikan
bentuk tampilan secara nyata sesuai yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga mempermudah siswa dalam memahami isi dari materi yang diberikan.
Guru juga dituntut untuk mampu menggunakan alat atau media yang digunakan
dalam pembelajaran dan mampu menggembangkan keterampilan membuat media
pembelajaran yang akan digunakannya jika media tersebut belum tersedia di
sekolah. Kenyataan tersebut menuntut guru di dalam melaksanakan tugasnya
sebagai perancang, maupun pengelola pembelajaran untuk memiliki keterampilan
dalam menyusun rencana pengajaran maupun melakukan interaksi dengan siswa,
mengelola kelas, menggunakan sumber belajar termasuk di dalamnya
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Kanisius Duwet,
implementasi kurikulum 2013 sudah diterapkan di beberapa tingkat kelas, salah
satunya yaitu kelas V. Namun dalam proses pembelajaran di kelas V, guru belum
sepenuhnya menggunakan media pembelajaran untuk memfasilitasi pemahaman
siswa, baik media berupa gambar, majalah, koran, alat peraga, ataupun berupa
video pembelajaran. Dengan demikian, peneliti memilih kelas V SD Kanisius
Duwet sebagai obyek penerapan media pembelajaran berupa video pembelajaran
tematik. Sehubungan dengan penjelasan di atas, video tematik yang
dikembangkan mempelajari berbagai hal yang dimuat dalam sebuah tema belajar
yang termuat dalam Tema 2 Subtema 1 Pembelajaran 4 Kelas V Sekolah Dasar.
Dalam pembelajaran ini, siswa mempelajari materi pembelajaran tentang
pengertian kegiatan industri, dampak negatif dan positif dari kegiatan industri,
manfaat air dalam kegiatan industri, contoh kegiatan kemasyarakatan, dan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan konsep matematika menggunakan
perkalian dan pembagian. Materi pembelajaran tersebut dirasa masih sulit dan
terlalu abstrak jika dipelajari di jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Video
pembelajaran yang berisi contoh kegiatan industri, contoh dampak positif dan
dampak negatif dari kegiatan industri, dan contoh pemanfaatan air dalam kegiatan
kegiatan industri, serta contoh kegiatan kemasyarakatan dan pemecahan masalah
yang berkaitan dengan matematika dapat membantu siswa dalam memahami
secara konkrit materi tersebut. Selain menggunakan media video, guru juga dapat
mengajak siswa untuk secara langsung mengamati kegiatan industri dengan
sekitar sekolah. Hal tersebut dikarenakan bahwa suatu kegiatan pembelajaran
seharusnya mempunyai arah yang menuju pemberdayaan semua potensi siswa
agar dapat menjadi kompetensi yang diharapkan seperti yang menjadi tujuan pada
penerapan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan
pada hari Senin, tanggal 11 Februari 2015 di kelas V SD Kanisius Duwet, peneliti
menyimpulkan bahwa penggunaan dan pemanfaatan media masih kurang karena
guru lebih dominan menyampaikan materi pelajaran menggunakan metode
ceramah dan keterbatasan sekolah dalam memfasilitasi pengadaan media
pembelajaran yang cukup. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa, diketahui
bahwa guru lebih dominan menyampaikan materi melalui ceramah dan mencatat
materi dipapan tulis, guru hanya kadang-kadang meminta siswa mempraktikan
contoh kegiatan, dan siswa lebih menyukai aktivitas belajar yang lebih beragam
seperti diskusi, tanya jawab dan presentasi.
Selanjutnya, pada hari yang sama peneliti melakukan kegiatan wawancara
kepada guru tentang sikap dan pandangan guru terhadap implementasi kurikulum
2013, dan hasil dari wawancara tersebut guru menyampaikan pendapatnya
tentang penerapan kurikulum 2013 di mana guru belum sepenuhnya memahami
kurikulum 2013, karena sekolah juga baru mulai menerapkan kurikulum 2013,
guru sudah menggunakan beberapa media pembelajaran seperti gambar, video,
dan media lain yang tersedia di sekolah. Namun yang sering digunakan adalah
gambar. Media yang ada di sekolah juga masih media berdasarkan kurikulum
sekolah beberap seperti alat peraga, buku, gambar, kaset video, dan media
lainnya.
Berkaitan dengan kesulitan-kesulitan yang dialami, guru menyampaikan
kesulitan-kesulitan yang dialami antara lain pada tahap penilaian. Menurut
keterangan guru, proses mengamati setiap individu itu yang susah, membutuhkan
ketelitian dan ketekunan untuk menilai. Guru berpendapat, akan lebih baik jika
penilaian menggunakan kurikulum 2013 diterapkan di kelas dengan jumlah siswa
maksimal hanya 10 siswa. Menurut guru, kurikulum 2013 masih sangat butuh
penyempurnaan, karena belum cocok diterapkan di Indonesia, atau pada karakter
siswa di Indonesia. Guru masih memerlukan penggunaan media belajar yang
mengacu pada langkah-langkah saintifik, seperti video pembelajaran yang bersifat
kontekstual agar guru mampu mengembangkan media pembelajaran secara
mandiri sesuai dengan kurikulum 2013. Guru juga memberikan masukan berupa
saran agar bahan ajar kurikulum SD 2013 sedikit disesuaikan dengan budaya lokal
yang ada di sekolah, saran guru pada kurikulum SD 2013 yang sudah tersedia
adalah akan lebih baik jika buku tematik yang ada untuk siswa tidak disajikan
berdasarkan per tema, serta penempatan mata pelajaran harus diatur ulang agar
sesuai dengan kondisi yang ada. Sebagai contoh, pada hari tertentu, matematika
ada pada jam terakhir. Hal ini dirasa kurang sesuai karena belajar matematika
membutuhkan pemikiran lebih, sedangkan jika siang hari kondisi fisik dan psikis
siswa sudah mulai berkurang. Pengetahuan tidak bisa ditransfer oleh guru siswa
begitu saja, tetapi pengetahuan tersebut dibangun terlebih dahulu didalam pikiran
yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa. Guru
lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas, peneliti mencoba
memberikan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan
melakukan pengembangan media pembelajaran berupa video pembelajaran
tematik tema 2 sub tema 1 pembelajaran 4 untuk kelas V Sekolah Dasar. Dengan
demikian,peneliti menyusun penelitian pengembangan dengan judul:
“Pengembangan Media Video Tematik Kelas V Tema 2 Sub tema 1 Pembelajaran
4 Kurikulum 2013 Di SD Kanisius Duwet Tahun Ajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan media video tematik kelas V Tema 2 Sub Tema
1 Pembelajaran 4 di SD Kanisius Duwet?
2. Bagaimana kualitas pengembangan media video tematik kelas V Tema 2
Subtema 1 Pembelajaran 4 di SD Kanisius Duwet?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian pengembangan
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengembangkan media video tematik kelas V Tema 2 Sub Tema 2
2. Mengetahui kualitas pengembangan media video tematik kelas V Tema 2
Sub Tema 2 Pembelajaran 4 di SD Kanisius Duwet.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat dari penelitian pengembangan
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan
informasi bagi peneliti dalam hal pengembangan media pembelajaran
berupa video tematik pada tema 2 Sub Tema 1 Pembelajaran 4 kelas V
sekolah dasar di SD Kanisius Duwet sebagai upaya ikut mengembangkan
pendidikan di Indonesia.
2. Praktis
a. Siswa
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi dan membantu
siswa dalam memahami materi pembelajaran, serta menumbuhkan rasa
ingin tahu dan mendorong siswa untuk membentuk pemikirannya
sendiri secara mandiri, sehingga minat dan motivasi siswa meningkat
dan menghasilkan prestasi yang membanggakan.
b. Guru
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan
Sekolah Dasar agar dapat memilih, mengembangkan, serta
menggunakan media pembelajaran yang kreatif, mendidik, dan
menyenangkan bagi siswa.
E. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah:
1. Media video tematik, yang dikembangakan berdasarkan materi berbagai
mata pelajaran yang terdapat dalam pembelajaran 4 subtema 1 tema 2
Kurikulum 2013 untuk kelas V SD.
2. Video pembelajaran yang dikembangkan memuat materi dari berbagai
mata pelajaran seperti Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang contoh
kegiatan yang ada di masyarakat, Matematika tentang pemecahan masalah
yang berkaitan dengan konsep matematika menggunakan operasi hitung
perkalian dan pembagian, Bahasa Indonesia tentang dampak negatif dan
dampak positif kegiatan industri, dan PPKn tentang arti kerjasama. Dalam
video ini juga ditampilkan contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari,
hal ini bertujuan memudahkan siswa dalam memahami materi.
F. Definisi Operasional
Berikut dijelaskan beberapa definisi operasional yang terdapat
dalam penelitian pengembangan ini.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan di
Indonesia sejak Juni 2013 atau tepatnya pada awal tahun pelajaran
2013/2014. Kurikulum 2013 menerapkan pendidikan karakter pada setiap
pembelajarannya. Kurikulum ini juga menggunakan pendekatan tematik
dan melibatkan siswa secara langsung pada setiap tahap pembelajaran.
Fungsi guru sebagai sumber utama belajar juga beralih menjadi seorang
fasilitator. Kurikulum 2013 juga mempunyai karakteristik yang
menerapkan pembelajaran inovatif dan terintegrasi antar pelajaran, yang
menjadikan suatu pembelajaran terasa menarik dan menantang bagi
peserta didik. Juga menekankan kompetensi pada ranah sikap, kognitif,
keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan
pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD.
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat atau benda yang dipergunakan
untuk membantu peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan
saat pembelajaran, atau alat yang mampu berfungsi memperjelas isi yang
disampaikan guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Pendekatan Tematik Integratif dan Saintifik
Pembelajaran yang dirancang khusus berdasarkan tema-tema
tertentu dengan mengaitkan pokok bahasan pada setiap mata pelajaran.
Pembelajaran tematik menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada
peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran.
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode
ilmiah. Pendekatan saintifik mengarah pada kegiatan yang mengandung
unsur 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah/memproses,
menyajikan/mempublikasikan.
4. Media video
Media video pembelajaran adalah alat yang digunakan guru berupa
perpaduan tampilan video dansuara sebagai media belajar yang membantu
guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan membantu siswa dalam
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan (a) kajian pustaka, (b) kajian penelitian yang
relevan, (c) kerangka berpikir, dan (d) pertanyaan penelitian.
A. KAJIAN PUSTAKA 1. Kurikulum 2013
a. Pengertian Kurikulum 2013
Menurut Zais dalam Widyastono (2014:1), kurikulum adalah: “a
racecource of subject matters to be masterred”. Hal tersebut diartikan bahwa kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan oleh
guru dan dipelajari oleh peserta didik. Selaras dengan pengertian tersebut,
Hamalik (2007:3) mendefinisikan kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Sedangkan, Alberty dalam
Widyastono (2014:5) menyatakan bahwa kurikulum: “All of the activities that are
provided for students by the school”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kurikulum sebagai segala aktivitas guru dan dan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah.
Pengertian Kurikulum 2013 berbasis kompetensi menurut Kusnandar
(2013:26) adalah “outcomes-based curriculum” dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian komtensi yang dirumuskan
dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Demikian pula penilaian hasil belajar
diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen
kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Dari berbagai pengertian kurikulum di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
kurikulum adalah pedoman dasar bagi penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum
menjadi dasar acuan bagi pelaku pendidikan seperti guru, kepala sekolah, dan
peserta didik untuk mencapai tujuan akademik yang telah ditentukan.
b. Karateristik Kurikulum 2013
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi menurut Kusnandar (2013:26)
adalah:
(1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke
dalam Kompetensi Dasar (KD).
(2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas, dan mata pelajaran.
(3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta
didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.
(4) Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kogniti, keterampilan
psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata
pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD
(5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,
generalisasi, topik, atau sesuatu yang berasal dari pendekatan
“disciplinariy-based curriculum” atau “content-based curriculum”.
(6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
(7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada
tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten
kompetensi di mana pengetahuan adalah konten bersifat tuntas.
Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan
konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan
penguasaan konten yang lebih selit dikembangkan dan memerlukan proses
pendidikan yang tidak langsung.
(8) Penilaian hasi belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat
formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk
memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria
Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).
Menurut Widyastono (2014:131), kurikulum 2013 dikembangkan dengan
beberapa karakteristik, yaitu mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kreativitas, dan kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik
secara seimbang, memberikan pengalaman belajar terencana saat peserta didik
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
Muzamiroh (2013:142-145) mengemukakan bahwa karakteristik kurikulum
ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang di antaranya: proses
pembelajaran, jumlah mata pelajaran, dan jumlah jam pelajaran.
Dari berbagai pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karateristik
kurikulum 2013 adalah adanya penerapan pembelajaran yang inovatif dan
terintegrasi antar pelajaran, yang menjadikan suatu pembelajaran terasa menarik
dan menantang bagi peserta didik. Juga adanya penekanan kompetensi pada ranah
sikap, kognitif, keterampilan psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan
pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh banyaknya KD.
c. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 memiliki tujuan, yaitu untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia
(Widyastono 2014:131). Senada dengan tujuan kurikulum tersebut, Mulyasa
(2013:65) menyatakan bahwa tujuan kurikulum 2013 adalah untuk menghasilkan
insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Hidayat (2013:113) menyatakan bahwa tujuan kurikulum 2013 adalah proses
terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude),
Menurut Fadlilah (2013:25), kurikulum 2013 memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skill dan soft
skill melalui kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam rangka
menghadapi tantangan global yang terus berkembang.
2. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif,
dan inovatif.
3. Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan
administrasi mengajar.
4. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga
masyarakat scara seimbang dalam mengendalikan kualitas pelaksanaan
kurikulum di tingkat satuan pendidikan.
5. Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
Dari beberapa pendapat tersebut mengenai tujuan kurikulum 2013, peneliti
menyimpulkan bahwa yang menjadi karakteristik kurikulum 2013 adalah untuk
mengembangkan keseimbangan kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan mampu berkontribusi dalam
2. Pendekatan Tematik Integratif a. Pengertian Tematik Integratif
Berikut ini pengertian tematik integratif menurut Mulyasa dan Ahmadi &
Sofan Amri. Mulyasa (2013:170) mengatakan bahwa di dalam implementasi
kurikulum 2013 semua murid sekolah dasar tidak lagi mempelajari
masing-masing mata pelajaran secara terpisah, tetapi berdasarkan tema yang nantinya
akan digabungkan dengan mata pelajaran lainnya. Ahmadi dan Sofan Amri
(2014:90), mendefinisikan pendekatan tematik integratif sebagai pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran,
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Menurut
Ahmadi dan Sofan Amri (2014), pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah
pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu
(intergrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan
otentik.
Berdasarkan perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia pada
saat ini, model pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah model
pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model
pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989). Konsep
pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
secara sengaja mengaitkan bebearapa aspek baik dalam intramata pelajaran
maupun antan mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga pembelajaran
jadi bermakna bagi para peserta didik. Bermakna artinya bahwa pada
pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan
antar konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan
pendekatan konvensional, pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik aktif
terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan.
BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik
menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu,
pendidik dituntut untuk mampu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar
dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan
agar dapat hidup di masyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui
pengalaman belajar di sekolah. Oleh sebab itu, pengalaman belajar di sekolah
sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan
untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya
lebih luas dibandingkan hanya sekedar keterampilan.
Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang
suatu tema. Kata tema berasal dari kata Yunani rithenaiyang berarti
“menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami
perkembangan, sehingga kata rithenai berubah menjadi tema. Menurut arti
katanya, tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah ditempatkan” (Gorys Keni, 2001:107)
Pengertian secara luas, tema merupakan alat atau wadah untuk
mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam
satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan
membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak
mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Pembelajaran tematik
merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran
untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan
aspek belajar mengajar.
Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pealajran
sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang
digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep konsep baik yang
berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi
(2) Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi
yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan
dan perkembangan anak.
(3) Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara
stimulan.
(4) Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda
dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang khusus berdasarkan
tema-tema tertent dengan mengaitkan pokok bahasan pada tiap-tiap mata
pelajaran. Pembelajaran tematik menyediakan kedalaman implementasi
kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk
memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran.
b. Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif
Prinsip Pembelajaran Tematik Integratif
Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif menurut
Ahmadi dan Sofan Amri (2014) adalah sebagai berikut:
(1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan
dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat
(2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran
yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih
dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi
pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam
standar isi.
(3) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan
kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif
harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang
termuat dalam kurikulum.
(4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu
mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kamampuan,
kebutuhan, dan pengetahuan awal.
(5) Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi
yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.
Pendekatan tematik integratif diterapkan dengan memperhatikan beberapa
prinsip. Ahmadi dan Sofan Amri (2014:95) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip
tersebut di antaranya: (1) terintegrasi dari lingkungan, (2) bentuk belajar disusun
agar siswa menemukan tema yang sudah ditentukan, dan (3) adanya efisiensi.
Daryanto dan Herry Sudjendro (2014:84) menjabarkan prinsip pendekatan ini
menjadi dua hal, yaitu pada penggalian tema dan pelaksanaan pembelajaran
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip
utama dari pendekatan tematik integratif adalah adanya integrasi antara
pokok-pokok bahasan pada tiap mata pelajaran, yang kemudian dikembangkan dalam
satu tema yang aktual dan tidak bertentangan dengan tujuan kurikulum. Pokok
bahasan pada tiap pelajaran yang dikaitkan juga harus mempunyai unsur materi
yang fleksibel, berhubungan jika dikaitkan dengan materi lain. Pendekatan
tematik integratif juga disusun untuk mempermudah siswa dalam memahami
suatu permasalahan tertentu.
c. Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memliki karakteristik-karateristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator
yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa utnuk melakukan
aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan penglaman langsung kepada siswa
(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini siswa dihadapkan pada
sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak.
Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema
yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagi mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal in diperlukan untuk membantu siswa
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes di mana pun dapat mengaitkan bahan ajar
dari suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehiudpan siswa dan keadaan lingkungan di mana
sekolah dan siswa berada.
6. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Ahmadi dan Sofan Amri (2014:192) mengungkapkan bahwa pendekatan
tematik integratif memiliki kerakteristik di antaranya: (1) berpusat pada siswa, (2)
memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (3) pemisahan antar mata
pelajaran tidak nampak, (4) menyajikan konsep dan berbagai mata pelajaran dala
suatu proses pembelajaran, (5) bersifat luwes (fleksibel), dan (6) hasil
Dari berbagai penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karateristik
dari pendekatan tematik integratif adalah berpusat pada siswa dan melibatkan
siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk memperoleh pengalaman
belajar bagi siswa.
d. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran tematik memliki kelebihan, yaitu:
1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan
tingkat perkembangan dan kubutuhan anak didik.
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4. Mengembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan
yang dihadapi.
5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang
lain.
7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang
dihadapi, dalam lingkungan anak didik.
Kekurangan pembelajaran tematik adalah pada perencanaan dan pelaksanaan
evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan
tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.
Menurut Daryanto dan Herry Sudjendro (2014:53), pendekatan tematik
menyesuaikannya dengan kebutuhan peserta didik, (2) menyatukan pembelajaran
peserta didik, pemahaman yang diperoleh peserta didik dapat dilakukan sambil
mencegah terjadinya inkonsistensi antar mata pelajaran, (3) merefleksikan
pengalaman yang dialami peserta didik di rumah dan lingkungannya, dan (4)
selaras dengan cara peserta didik dalam berpikir.
Dari beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
kekurangan dari pendekatan tematik integratif adalah menuntut guru untuk terus
berfikir dan berinovasi menggali materi yang akan dikaitkan menjadi satu tema.
Namun dibalik itu, terdapat kelebihan dari pendekatan tematik integratif seperti
menyenangkan bagi siswa dan menimbulkan pengamalaman belajar secara
langsung pada siswa, serta menumbuhkan rasa percaya diri dan kerja sama antar
peserta didik.
3. Pendekatan Saintifik
a. Pengertian Pendekatan Saintifik
Menurut Sudarwan dalam Majid (2012:194), pendekatan saintifik
memiliki ciri yang menonjol, yaitu pengamatan, penalaran, penemuan,
pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dalam pelaksanaan
pendekatan saintifik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memaparkan
karakteristik pendekatan saintifik yaitu: (1) berpusat pada peserta didik, (2)
melibatkan keterampilan proses sains, (3) melibatkan proses-proses pengetahuan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan (4) dapat mengembangkan karakter
peserta didik.
Kurniasih (2014:29) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses
ilmiah, sehingga kurikulum 2013 mengamanatkan pendekatan saintifik atau
ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik adalah
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara
aktif membangun konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data,
dan mengomunikasikan konsep yang telah ditemukan. Tujuannya untuk membuat
peserta didik menyadari bahwa pengetahuan dapat berasal dari mana saja dan
kapan saja, tidak bergantung pada guru. Oleh karena itu, guru sebaiknya dapat
menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik dalam
mencari tahu dari berbagai sumber melalui pengamatan mandiri.
Dari berbagai penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengertian
pendekatan saintifik ialah pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan
kemampuan dasar siswa dari aspek kognitif, sikap, keterampilan, dan pengetahuan
pribadi siswa melalui pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa.
b. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata
meliputi: (1) mengamati, (2) menanya, (3) menalar, (4) mencoba, (5) membentuk
jaringan (mengolah,menyaji,menciptakan). 5M atau aktivitas belajar tersebut
merupakan aktivitas dalam mengembangkan keterampilan berpikir untuk
mengembangkan ingin tahu siswa. Dengan itu diharapkan siswa termotivasi untuk
mengamati fenomena yang terdapat di sekitarnya, mencatat atau mengidentifikasi
fakta, lalu merumuskan masalah yang ingin diketahuinya dalam pernyataan
menanya. Dari langkah ini diharapkan siswa mampu merumuskan masalah atau
merumuskan hal yang ingin diketahuinya.
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu usaha sadarguru/pengajar untuk membantu
siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kbutuhan dan
minatnya. Dengan kata lain pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana
dalam memanipulasi sumber sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri
siswa (Arief Sadiman, 1984:7 dalam Kustandi Cecep 2011).
Secara harafiah, media berarti perantara atau pengantar. Sadiman (1993:6)
mengemukakan bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
ke penerima pesan. Gagne (dalam Sadiman, dkk., 1993:1) menyatakan bahwa
media adalaah berbagai jenis komponen dan lingkungannya. Media dalam proses
pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk
Djamarah (1995:136) menjelaskan bahwa media adalah alat bantu apa
saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001:4) media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pengertian media adalah alat peraga yang dipergunakan guru untuk segala sesuatu
yang dapat menyalurkan maksud/pengetahuan narasumber agar para peserta
didik akan tertarik untuk mengikuti dan memhami materi, dan merangsang
pikiran serta kemauan peserta didik untuk belajar atau memperhatikan demi
tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Landasan Pengguanaan Media Pembelajaran
Dalam penggunaan media pembelajaran terdapat beberapa landasan untuk
menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1) Pengalaman langsung (enactive)
2) Pengalaman piktorial/gambar (iconic)
3) Pengalaman abstrak (syimbolic)
c. Ciri-ciri Media Pembelajaran
1. Ciri fiksatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekan, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi, suatu peristiwa atau objek. Suatu
peristiwa atau objek dapat diurutkan dan disusun kembali dengan media.
2. Ciri Manipulatif
Transformasi suatu kejadian atau dimungkinkan karena media memilki
ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat
disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik
pengambilan gambar.
3. Ciri Distributif
Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan
melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan keapada
sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama
mengenai kejadian itu.
d. Jenis Media Pembelajaran
Menurut Heinich and Molenda (2009), terdapat enam jenis dasar dari media
pembelajaran, yaitu:
1) Teks. Merupakan elemen dasar dalam menyampaikan suatu informasi
yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya
memberi daya tarik dalam penyampaian informasi.
2) Media audio. Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih
persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman
suara, dan lainnya.
3) Media visual. Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan
visual seperti gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun,
poster, papan buletin, dan lainnya.
4) Media proyeksi gerak. Termasuk di dalamnya film gerak, film gelang,
program TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD).
5) Benda-benda tiruan/miniatur. Termasuk di dalamnya benda-benda
tiga dimensi yang dapat disentuh dan diraba oleh siswa. Media ini
dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik obyek maupun situasi
sehingga proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik.
6) Manusia. Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di
bidang/materi tertentu.
Rudi Bretz (2003) mengidentifikasi jenis-jenis media berdasarkan tiga unsur
pokok yaitu suara, visual, dan gerak. Dari ketiga unsur tersebut Bretz
mengklasifikasikannya ke dalam tujuh kelompok, yaitu media audio, media cetak,
media visual diam, media visual gerak, media audio semi gerak, media semi
gerak, media audio visual diam, dna media audio visual gerak.
e. Fungsi media pembelajaran