KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunianya maka kami dapat menyelesaikan Makalah Seni Musik dan Seni Suara Untuk Anak Usia Dinia ini dengan baik. Ucapan terimakasih dipersembahkan untuk anggota kelompok atas kerjasama yang baik demi terselesainya makalah ini. Ucapan terimakasih juga kami persembahkan untuk dosen mata kuliah Seni Musik dan Seni Suara Anak Usia Dini atas bimbingan yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat dengan tujuan utama yaitu sebagai tugas kelompok yang diberikan oleh dosen mata kuliah ini, sekaligus menjadi bahan referensi bagi mahasiswa/i khususnya program studi PG-PAUD dalam pembelajaran Seni Musik dan Seni Suara untuk anak usia dini. Makalah ini berisi penjabaran Penjabaran dalam makalah ini adalah mengenai latar belakang materi yang kami pilih dalam pembelajaran hubungan seni musik dengan kecerdasan visual spasial, kajian teori, serta pembahasan lebih dalam tentang materi tersebut.
Demikianlah makalah ini disusun dan semoga dapat bermanfaat bagi semua. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk evaluasi dalam pembuatan makalah pada kesempatan-kesempatan selanjutnya.
Palembang, Februari 2015
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usia prasekolah adalah merupakan usia emas bagi anak. Pada usia ini sel-sel otak anak berkembang dengan pesat. Menyadari betapa pentingnya usia ini maka sebagai calon tenaga pendidik harus menstimulasi hal tersebut melalui pembelajaran Sains untuk Anak Usia Dini agar anak memiliki keterampilan Sains sejak dini. Pembelajaran Sains anak usia dini lebih menekankan pada proses bukan pada konsep. Dalam proses belajar, anak akan belajar menghargai suatu hasil sehingga mereka akan terus mencoba dari kegagalan mereka.
Dalam proses pembelajaran anak usia dini harus melibatkan aspek pengetahuan, afektif, dan psikomotor sehingga pengetahuan untuk memahami konsep diperoleh melalui proses berfikir dengan memiliki keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pemahaman ini bermanfaat bagi anak dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Menyadari hal tersebut, dalam praktek pembelajaran yang akan dilakukan beberapa waktu lalu, kami memilih magnet sebagai bahan materi praktek. Dengan materi yang kami pilih ini diharapkan agar anak akan memahami konsep magnet dengan melakukan observasi dan melalui proses berfikir sehingga anak akan dapat memecahkan masalah ketika mereka dihadapkan pada benda semacam magnet.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan musik?
2. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan visual-spasial? 3. Apa hubungan musik dengan kecerdasan visual-spasial?
4. Bagaimana cara mengembangkan kecerdasan visual-spasial melalui musik?
1. Memberikan gambaran tentang pengertian musik itu sendiri. 2. Memberikan gambaran tentang kecerdasan visual-spasial.
3. Memberikan gambaran tentang tentang hubungan musik dan kecerdasan visual-spasial.
4. Memberikan informasi tentang cara mengembangangkan kecerdasan visual-spasial melalui musik.
A. Pengertian Musik
Musik sangat erat dalam kehidupan umat manusia. Dewasa ini banyak digunakan untuk berbagai hal didalam berbagai bidang seperti bidang kesehatan yang memanfaatkan musik sebagai alat terapi, dll. Dalam perkembangannya, musik memilki daya tarik yang sangat besar dalam kehidupan umat manusia. Selain daya tarik yang besar, musik juga memilki ikatan yang sangat signifikan dalam setiap pengungkapan perasaan kehidupan setiap orang.
Musik merupakan lambang suatu keindahn suara yang dapat dinikmati melalui indra pendengaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “musik adalah 1 ilmu atau seni penyusunan nada atau suara dalam urutan, kombinas, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan; 2 nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu)”.
Herbert Read dalam Dharsono Sony Kartika menyatakan bahwa, “musik adalah sebuah karya hayati yang dapat dirasakan dan dipahami melalui indra pendengaran” (2004). Yang mempunyai arti setiap manusia/individu memiliki media pengungkapan yang dirasakan melalui indera pendengaran yang dapat menjadi sebuah karya nyata yang langsung dipahami dan dirasakan.
Selain itu, Bellavia Ariestia Dofi mengemukakan pendapat bahwa, “musik adalah hasil karya cipta dari produk pikiran dan perilaku yang mempunyai sentuhan aspek kejiwaan” (2010). Menurut http://wikipedia.com “musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilakan dari alat-alat yang dapat menghasilakn irama”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa musik adalah seni suara yang mengandung irama yang beraturan dan keharmonisan nada dan dapat didengarkan dengan indra pendengaran.
Konsep Kecerdasan
Teori kecerdasan majemuk merupakan istilah yang relatif baru yang dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini”. Teori KM didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya di Universitas Harvard. Gardner berkenaan dengan teori tersebut, yaitu Frame of Mind (1983) menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits). Berikut ini dijelaskan secara ringkas satu persatu dari bentuk-bentuk kecerdasan yang dimaksud oleh Gardner.
Pengertian dan Jenis-jenis Kecerdasan
Kecerdasan adalah perihal cerdas, kesempurnaan akal budi manusia. Kata kecerdasan ini diambil dari akar kata cerdas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia cerdas berarti sempurna perkembangan akal budi seseorang manusia untuk berfikir, mengerti, tajam pikiran dan sempurna pertumbuhan tubuhnya.
Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan adalah : 1. Kemampuan untuk memecahkan suatu masalah
2. Kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan
3. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat.
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen – elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang. Kecerdasan visuap – spasial merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan insinyur mesin.
Kecerdasan visual spasial atau cerdas gambar
Memuat kemampuan seorang anak untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara objek dan ruang. Anak-anak ini memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi. Setelah dewasa biasanya mereka akan menjadi pemahat, arsitek, pelukis, desainer, dan profesi lain yang berkaitan dengan seni visual.
Kecerdasan ini merupakan kemampuan memahami bangun tiga dimensi (ruang secara tepat). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang dan hubungan antar unsur-unsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan membeyangkan, dan menyampaikan ide dalam bentuk gambar dua maupun tiga dimensi.
Kemampuan yang terkait dengan kecerdasan visual-spasial adalah:
Mengenal bentuk, misalnya bentuk-bentuk geometri (bola, lingkaran, balok, wajik, segitiga, kubus, dll)
Mengenal warna
Membuat bentuk atau rancang bangun
1. Bermain Warna
Orangtua atau pendidik dapat mengenalkan berbagai macam warna pada anak melalui krayon dan cat air. Permainan dengan cat air dapat dilakukan dengan mengenal warna-warna tertentu dan mencampur berbagai warna untuk mendapatkan warna baru. Permainan ini bermanfaat untuk melatih kepekaan anak pada berbagai warna, kemampuan selanjutnya akan mengembangkan jiwa seni anak.
2. Bermain Balok Kayu
Permainan balok kayu bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan anak untuk membuat rancang bangun tertentu. Dalam permainan ini anak dilatih membut berbagai bentuk bangun dari balok-balok kayu, seperti membuat rumah, menara, istana, jembatan, dll.
3. Bermain Bongkar Pasang
Permainan ini terbuat dari benda-benda kecil yang sama yang dapat dihubungkan satu dengan yang lain. Permainan bongkar pasang dapat merangsang kemampuan anak untuk membuat bentuk benda atau bengunan tertentu (misalnya mobil-mobilan, pistol-pistolan, dll). Permainan ini ditujukan untuk dapat merangsang kreatifitas anak.
Bermain pasir memang membuat anak nampak kotor. Namun anak sangat senang dan menikmati jenis permainan ini. Pemainan ini dapat mengembangkan kemampuan anak merancang bangun dan mengembangkan kreatifitas anak. Orang tua dan pendidik perlu mengijinkan dan mengajak anak untuk bermain pasir yang ada di lingkungan dengan tetap melakukan pengawasan dan pengarahan tentang segala macam aktifitas anak.
Kecerdasan yang muncul lebih awal pada manusia selain kecerdasan musik yaitu kecerdasan visual-spasial.
Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence) Kecerdasan ruang kadang-kadang disebut juga dengan kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran mental dan ungkapan artistik (Shearer, 2004). Gardner (2003 : 173) mengakui bahwa “Pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan modifikasi terhadap persepsi awal atas pengelihatan, dan mampu menciptakan kembali aspek dari pengalaman visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus fisik yang berhubungan dengan pengalaman visualnya”. Ada banyak profesi atau ciri orang yang memerlukan kecerdasan ruang seperti, seorang pelaut memerlukan kemampuan untuk mengemudikan perahunya dengan bantuan peta; seorang arsitek dapat memanfaatkan sepetak ruang untuk membuat bangunan, dan seorang gelandang harus mampu memperkirakan seberapa jauh penyerang dapat menerima operan bola (Checkley, 1997). Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
ruang dan hubungan antar unsur-unsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan membeyangkan, dan menyampaikan ide dalam bentuk gambar dua mapun tiga dimensi. Kemampuan yang terkait dengan kecerdasan visual-spasial adalah:
1) Mengenal bentuk, misalnya bentuk-bentuk geometri (bola, lingkaran, balok, wajik, segitiga, kubus, dll)
2) Mengenal warna
3) Membuat bentuk atau rancang bangun
Kecerdasan visual spasial Memuat kemampuan seorang anak untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara objek dan ruang. Anak-anak ini memiliki kemampuan menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi. Setelah dewasa biasanya mereka akan menjadi pemahat, arsitek, pelukis, desainer, dan profesi lain yang berkaitan dengan seni visual.
Psikolog perkembangan anak dari Klinik Anakku, Ike R Sugianto mengatakan cerdas visual spasial adalah kemampuan memahami, memproses, dan berpikir dalam bentuk visual. Anak dengan kecakapan ini mampu menerjemahkan bentuk gambaran dalam pikirannya ke dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Pemahaman tata letak, arah dan posisi yang baik juga bagian dari kecerdasan ini. “Anak yang cepat menghapal jalan di usia 3-4 tahun bisa dikatakan cerdas visual spasial,” katanya.
Anak dengan kecerdasan ini, lanjutnya, bisa terlihat anak mudah dan cepat memahami konsep visual-spasial serta terlihat antusias ketika melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan ini seperti bermain puzzle, lego, balok-balok, menggambar dan mewarnai dan membuat peta. Misalnya ketika anak Anda berusia 4-5 tahun diminta membangun rumah-rumahan dari balok, jangan kaget melihatnya menyusun balok dengan tepat dan cepat tanpa bantuan pola atau contoh gambar.
akan dapat menyelesaikan masalah ruang (spasial). Anak mampu mengamati dunia spasial secara akurat, bahkan membayangkan bentuk-bentuk geometri dan tiga dimensi, serta kemampuan memvisualisasikan dengan grafik atau ide tata ruang (spasial). “Anak dengan kecerdasan visual spasial adalah pengamat dunia, mereka peka terhadap tanda-tanda alam dan mengamatinya secara menyeluruh,” ujarnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Gardner, orang-orang yang memiliki kepintaran visual spasial ini lebih banyak dipengaruhi otak kanan, yaitu bagian otak yang bertugas memproses ruang. Kecerdasan ini dibantu, orangtua harus bisa menstimulasi kemampuan ini melalui beragam kegiatan. Biasanya anak tipe ini sangat menggemari permainan-permainan ‘melihat melalui pikiran’ seperti menggambar atau membayangkan obyek dan permainan acting atau berpura-pura. “Latihan bisa diterapkan saat anak di usia balita awal lewat kegiatan sehari-harinya.
Komponen Kecerdasan Visual Spasial
Komponen inti dari kecerdasan visual spasial adalah kepekaan pada garis, warna, bentuk, ruang, keseimbangan, bayangan, harmoni, pola dan hubungan antar unsur tersebut. Komponen lainnya adalah kemampuan membayangkan mempresentasikan ide secara visual dan spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat. Komponen inti dari kecerdasan visual spasial benar-benar bertumpu pada ketajaman melihat badan ketelitian pengamatan.
Indikator Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini
1. Anak menonjol dalam kemampuan menggambar, mampu menunjukkan detil unsur daripada anak-anak sebayanya.
2. Anak memiliki kepekaan terhadap warna, cepat mengenali warna , serta cepat dan mampu memadukan warna dengan lebih baik daripada anak-anak sebayanya.
3. Anak suka menjelajah lokasi di sekitarnya dan memperhatikan tata letak benda-benda disekitarnya, sertacepat menghafal letak benda-benda-benda-benda.
5. Anak suka melihat-lihat dan memperhatikan buku yang berilustrasi atau buku-buku penuh gambar.
6. Anak suka mewarnai berbagai gambar yang ada di buku, menebalkan garisnya dan menirunya.
7. Anak menikmati bermain kolase dari berbagai unsur
8. Anak memperhatikan berbagai jenis grafik, peta dan diagram. 9. Anak menikmati foto-foto dialbum
10. Anak senang bercerita tentang mimpinya.
11. Anak senang dengan profesi yang terkait dengan penggunaan kecerdasan visual spasial secara optimal seperti pelukis.
12. Anak dapat merasakan pola-pola sederhana dan mampu menilai pola mana yang lebih bagus dari pola lainnya.
Kecerdasan Visual-Spasial Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah, dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain seperti dekorasi, srsitektur, lukisan, patung.
Anak yang cerdas dalam visual-spasial :
(1) Memiliki kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk, ruang, dan bangunan.
(2) Memiliki kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara visual dan spasial (dalam bentuk gambar atau bentuk yang terlihat mata) (Armstrong, 1996)
(3) Memiliki kemampuan mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada dari sudut pandang yang berbeda.
(4) Mampu memperkirakan jarak dan keberadaan dirinya dengan sebuah objek (Indra Supit, dkk., 2003:39).
(5) Suka mencoret-coret, membentuk gambar, mewarnai, dan menyusun unsur-unsur bangunan seperti puzzle dan balok-balok;
menyerupai gambar orang. Kemampuan dan kecenderungan membayangkan suatu bentuk mewarnai aktivitas bermain mereka.
Guru dapat merangsang kecerdasan visual-spasial dengan melalui :
(1) Berbagai program seperti melukis, membentuk sesuatu dengan plastisin, mengecap, dan menyusun potongan gambar;
(2) Menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan anak mengembangkan daya imajinasi mereka, seperti alat-alat permainan konstruktif (lego, puzzle, lasie,), balok-balok bentuk geometri berbagai warna dan ukuran, peralatan menggambar, pewarna, alat-alat dekoratif (kertas warna-warni, gunting, lem, benang) dan berbagai buku bergambar
(3) Menyediakan beberapa miniatur benda-benda yang disukai anak, seperti mobil-mobilan, pesawat terbang, rumah-rumahan, hewan, dan orang-orangan.
Menurut Howard Gardner (1993), kecerdasan visual-spasial mempunyai lokasi di otak bagian belakang hemisfer kanan. Kecerdasan ini berkaitan erat dengan kemampuan imajinasi anak. Pola pikir topologis (bersifat mengurai bagian-bagian dari suatu objek) pada awal masa kanak-kanak memungkinkan mereka menguasai kerangka pikir euclidean pada usia 9-10 tahun. Kepekaan artistik pada kecerdasan ini tetap bertahan hingga seseorang itu berusia tua.
Hubungan Musik dengan Keceradasan Visual-Spasial
Musik memiliki pengaruh dan makna yang sangat besar dalam kehidupan. Dimana setiap pengungkapan rasa dapat diperlihatkan melalui nada-nada yang dirangkai menjadi sebuah musik.
Dengan media musik, anak yang memiliki keceradasan visual-spasial dapat lebih mudah mempelajari/mendalami hal-hal yang mengenai bentuk, misalnya bentuk-bentuk geometri (bola, lingkaran, balok, wajik, segitiga, kubus, dll), mengenal warna, membuat bentuk atau rancang bangun, dll. Anak dapat belajar hal-hal diatas sambil mendengarkan lagu/memainkan musik, guru juga dapat mengembangkan metode pembelajaran dengan menggunakan musik, misalnya bahan materi yang akan diajarkan kepada murid-murid dipersiapkan dengan menjadikan materi tersebut sebuah lagu yang dapat lebih mudah dipahami oleh anak-anak.
Musik juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan aktivitas kehidupan terutama pendidikan. Musik mempunyai hal-hal penting dalam mengaitkan pendidikan dengan kecerdasan yang dimiliki anak, terutama kecerdasan visual-spasial. Dalam mengaitkan hal inilah, sebagai pendidik dapat mengembangkan kemampuan setiap peserta didik. Musik juga dapat dijadikan sebagai pembelajaran kepada anak, anak dapat mengetahui hal-hal apa saja yang terkait dengan musik, seperti ketika anak mendengar lagu, anak dapat sekalian meransang kemampuan otak nak, anak dapat berkonsentrasi dalam belajar, anak dapat melapaskan rasa jenuh mereka dengar mendengar musik. Kelebihan-kelebihan inilah yang dapat merangsang otak anak.
Tidak hanya otak anak yang dapat dirangsang, tapi juga emosi pada anak juga dapat dikembangkan melalui musik. Dengan musik emosi anak dapat dikendalikan juga dengan baik. Musik dapat menjadi media penting untuk merubah semua perasaan pada anak. Ketika anak sedang sedih/marah, dengan mendengarkan musik yang gembira, perasaan anak tersebut otomatis akan merubah perasaan yang mereka miliki, menjadi lebih baik, gembira, dan senang. Begitu juga dengan emosi-emosi lain.
Tidak hanya pada anak-anak, hal-hal seperti mengembangkan otak maupun emosi dapat terjadi, ini juga dapat dilakukan oleh setiap individu orang dewasa dari dulu hingga sampai saat ini.
1. Menggambar dan menulis 2. Mencoret-coret
3. Menyanyi, mengenal dan membayangkan suatu konsep 4. Membuat prakarya
5. Mengunjungi berbagai tempat
6. Melakukan permainan konstruktif dan kreatif 7. Mengatur dan merancang
Dengan musik cara-cara diatas dapat juga dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan visual-spasial pada anak. Seperti contoh dengan musik anak dapat mengembangkan kemampuan anak dalam mencoret-coret di buku mereka, ketika anak melakukan pekerjaan tersebut anak sambil bernyanyi dan melakukan tugasnya dengan baik, selain itu anak juga mendapatkan kemampuan lebih, seperti ketika anak-anak menggambar dan menulis, guru juga dapat memberi materi tentang not-not balok dan angka kepada murid-muridnya sambil memperkenalkan musik kepada anak tersebut, dan anak tersebut dapat lebih mengenal dan mengetahui maupun mendapatkan lebih banyak ilmu ketika guru menggunakan metode tersebut.
http://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-dan-jenis-jenis-kecerdasan.html
https://didikz888.wordpress.com/tag/kecerdasan-visual-spasial-atau-cerdas-gambar/
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/MULTIPLE%20INTELLIGENCES %20III.pdf
http://www.talentcoach.co.id/talent_coach.php?tc=detail_artikel&kd_artikel=5 https://kloponom.wordpress.com/paud/kecerdasan-majemuk/kecerdasan-visual-spasial/
http://anak-usiadini.blogspot.com/2012/01/kecerdasan-interpersonal-dan-visual.html
Anonim, http://wikipedia.com, Pengertian Musik (diakses pada 15 Februari 2015).
Dofi, Bellavia Ariestia. 2010. Psikologi Musik; Terapi Kesehatan. Jakarta: Golden Terayon Press