• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apa Itu Etis Sumber and Artikel Top My S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Apa Itu Etis Sumber and Artikel Top My S"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Apa Itu Etis

Sumber & Artikel Top

(2)

Penjelasan tentang etika disini akan lebih dalam, tidak sekadar deskripsi umum tentang organisasi yang etis saja karena etika dalam pekerjaan dan bisnis meruakanrefleksi dari aspek-aspekyang mempengaruhi idividu atau lingkungan

yang lebih luas.

Tulisan ini dimaksudkan bukan untuk memberitahu anda mana yang etis atau tidak, tetapi untuk membantu kita menentukan bagi kita sendiri dengan cara yang

lebih baik, apa itu etis dan tidak etis.

Jadi, apa itu etis?

Jawaban singkatnya, sayangnya tidak ada. Tidak ada atran mutlak apa itu etis dan

tidak etis.

Definisi yang ada selama ini memang dibuat untuk lebih memdahkan pemahaman.

Definisi yang sederhana dan umum dipakai untuk kata etis adalah 'fair' atau 'adil', dalam pengertian yang luas. Ini tentu bukan definisi ilmiah yang baku, tetapi sebagaimana akan jelas nanti, bahwa akan sangat sulit mendefinisikannya secara

ilmiah dan pasti tentang etis itu.

Contohnya, Undang-undang Perlindungan Konsumen Inggris yang baru dan efektif berlaku sejak 6 Mei 2008, dimana para pebisnis harus memperhatikan akibat dari peratran baru itu kalau hendak menjual produk atau jasa kepada konsumen. Sebelumnya cara-cara yang dipakai sudah dianggap (tetapi hanya sekedar) tidak etis, tetapi sekarang sudah dijadikan ilegal.

Definisi menurut English Dictionary menyebutkan:"Ethical - Relating to moral principles or the branch of knowledge dealing with these..."

(3)

Dapatkah bisnis yang menguntungkan bisa etis?

Moral atau moralitas biasanya muncul dalam upaya merumuskan pengertian etis. Moralitas itu sendiri didefinisikan oleh Oxford English Dictionary sebagai ".... prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pembedaan antara benar dan salah atau perilaku baik dan buruk ....," Jelas terlihat definisi tersebut tidak iliah dan pasti.

Bagusnya, kamus tersebut membantu dengan memberikan penjelasan tambahan

tentang etika, yang rangkmannya begini:

Filosofi etika di dunia Barat secara umum dapat dibagi menjadi 3 tipe:

 Kebaikan (virtue) seperti keadilan, kedermawanan dankemurahan hati yang memberi mafaat bagi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya. (Berdasarkan ide Aristoteles)

 Etika adalah pusat dari moralitas - tugas manusia - berdasarkan pada rasa hormat dari orang-orang yang rasional terhadap orang yang rasional. (Ini didukung oleh Kant)

 Prinsip yang menjadi panduan, didasarkan pada tindakan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar atau manfaat bagi orang banyak, (Ini merefer pada utilitarianisme)

Jelas kan, kalau memang sulit mendefinisikan etis secara pasti.

Ok, dalam hal yang praktis, diluar apa yang diliputi oleh hukum atau standar-standar yang lain, sesuatu itu dikatakan etis atau tidak oleh masyarakat (media, pasar, pelanggan, dll), biasanya adalah opini secara umum. Sama seperti halnya moralitas. Kedua konsep itu - etika dan moralitas - sangat subyektif dan merupakan refleksi suatu masyarakat dan budaya, dan tentu saja dapat berubah

(4)

Isu atas etika tertentu saat ini ada yang sudah dimasukkan ke dalam peraturan dan perundangan. Dalah hal seperti itu, etika menjadi pasti (lihat kasus di Inggris diatas).

Etika yang tidak diatur oleh undang-undang biasanya menjadi persoalan pertimbangan, khususnya oleh alasan mayoritas, artinyamayoritas orang (secara siknifinan) memandang atau menentukan apakah sesuatu itu etis atau tidak.

Dalam keidupan atau dunia pekerjaan, opini -terutama dalam skala besar- akan lebih menentukan dari pada aturan atau hukum, khususnya dalam hubungannya dengan pasar, publisitas, dan sikap masyarakat, yang berwujud dala perlaku

pelanggan dan karyawan.

Misalnya, secara hukum adalah pelanggaran kalau mengendarai mobil agak sedikit lebih cepat dari batas kecepatan, tetapi kebanyakan orang melihatnya sebagai dapat diterima, jadi ok-lah (lihat saja di jalan tol kita). Contoh lain adalah maling diamuk massa, sepeda motor jalan seenaknya, dll.

Jadi, tapaknya sikap masyarakat lebih berkuasa daripada hukum. Hukum adalah refleksi dari sikap dan toleransi publik, bukan sebagai akibat darinya.

Jadi jangan sekali-kali menganggap remeh pentingnya pertimbangan etika karena ia dapat secara subyektif menentukan atau menghakimi, dan sulit memastikannya secara hukum. Opini publik adalah hukuman paling keras yang tak terampuni.

(5)

~Lahir di Kupang -Timor, NTT~ http://jappy.8m.com http://jappy.8k.com

0inShare

Etika, Etiket, Etik, Etis

Etika atau ilmu (keseluruhan pengetahuan dan pemahaman tertulis maupun tidak) tentang yang baik dan jahat; tentang hak dan kewajiban moral. Etika dihasilkan oleh kebudayaan; dan etika difungsikan atau sangat berguna dalam hubungan antar manusia yang berbudaya.

Etika yang difungsikan di dan dalam interaksi sosial menghasilkan hal-hal yang baik, benar, sopan, beradab, tata tertib, dan lain-lain; atau semua hal yang sesuai etika.

Hal-hal yang sesuai etika itu disebut etis atau kata-kata dan tindakan-tindakan yang sesuai dengan azas yang disepakati secara umum.

Etika dan etis hanya dapat terlihat jelas melalui tindakan-tindakan ataupun kata-kata dari orang yang memilikinya. Jika seseorang tidak mempunyai etika yang baik, maka ia bertindak tidak etis; dan sebaliknya. Wujud nyata dari etika dan etis disebut etiket.

(6)

biasanya, etiket juga menunjukkan isi, kualitas, kapasitas, derta kegunaan dan mutu atau faedah dari sesuatu.

Di sisi lain, berarti tata cara (adat, sopan santun, perilaku yang baik, kebiasaan, dan lain-lain) pada masyarakat (yang berbudaya) untuk membangun dan

mempertahankan hubungan baik dengan sesamanya.

Sehingga, jika etiket hanya dihubungakan dengan perilaku manusia, maka menunjukkan tampilan diri seseorang; tampilan diri yang memperlihatkan kualitas hidup dan kehidupan beradab, sopan, santun, perilaku yang baik dan benar, menarik; sekaligus ramah dan menghargai sesamanya.

Karena etika (dan segala sesuatu yang bertalian dengannya) menyangkut interaksi antar manusia, maka mengalami perkembangan menjadi etika agama-agama (Etika Kristen, Etika Islam; Etika Budha, dan seterusnya); etika politik; etika profesi; etika pelayanan; etika medis; dan lain sebagainya. Kesemuanya itu, kemudian menghasilkan atau dibentuk suatu kode etik yang lebih spesifik sesuai bidang masing-masing profesi. Misalnya, kode etik kedokteran; kodek etik pengacara; kode etik rohaniawan; dan seterusnya.

Lalu, apa gunanya kita (anda dan saya) mengetahui dan memahami semuanya itu!? Banyak orang tak merasa penting; tapi juga tak sedikit yang sebaliknya.

Hanya manusia anti sosial dan mempunyai kelainan-gangguan jiwa sajalah, yang tak mau tahu tentang apa itu etika, etik, etiket, etis, dan sejenisnya. Biasanya, mereka tak mau terikat pada norma-norma (yang baik dan benar) yang berlaku pada/di/dalam masyarakat. Silahkan anda mencari dan menemukan contoh di/pada konteks hidup dan kehidupan sehari-hari, pasti bertemu dengan mereka.

(7)

terkenal, dan lain sebagianya), mereka mampu menciptakan hal-hal yang bersifat ethos - pathos - logos.

PENJELASAN ISTILAH-ISTILAH ETIKA, ETIS, ETIK, DAN ETIKET

ETIKA, ETIS, ETIK, DAN ETIKET

I. Definisi Etika, Etis, Etik dan Etiket A. Pengertian Etika

Etika (etimologi), berasal dari bahasa Yunani ”Ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dari kata lain “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga adat atau cara hidup (Zubair, 1987:13). Sedangkan Etika menurut para ahli sebagai berikut (Abuddin, 2000: 88-89):

1. Ahmad Amin berpendapat, bahwa Etika merupakan ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

2. Soegarda Poerbakawatja mengartikan Etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.

(8)

merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.

Adapun Perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘Etika’ yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953-mengutip dari Bertens, 2000), Etika mempunyai arti sebagai: “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘Etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu Etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang membaca sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis Etika merosot terus” maka kata ‘Etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘Etika’ dalam kalimat tersebut bukan Etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘Etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap.

(9)

1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Misalnya, jika orang berbicara tentang Etika orang Jawa, Etika agama Budha, Etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan Etika di sini bukan Etika sebagai ilmu melainkan Etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.

2. Kumpulan asas atau nilai moral.

Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik

3. ilmu tentang yang baik atau buruk.

Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.

B. Pengertian Etis

Menurut Kamus Bahasa Indonesia

1. Berhubungan (sesuai) dengan Etika;

2. Sesuai dengan asas perilaku yang disepakati secara umum.

C. Pengertian Etik

Menurut Kamus Bahasa Indonesia

1. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

(10)

D. Pengertian Etiket

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu :

1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu.

2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

II. Etika Guru Dalam Profesionalisme Pendidikan A. Pengertian Guru

Guru adalah Orang yang mengajar. Perkataan guru adalah hasil gabungan dua suku kata yaitu `Gu’ dan `Ru’. Dalam bahasa jawa, Gu diambil daripada perkataan gugu bermakna boleh dipercayai sedangkan Ru diambil daripada perkataan tiru yang bermaksud boleh diteladani atau dicontohi. Jadi yang dimaksud dengan GURU adalah seseorang yang boleh ditiru perkataannya, perbuatannya, tingkah lakunya, pakaiannya, amalannya dan boleh dipercayai amanahnya yang dipertanggungjawabkan kepadanya untuk dilakukan dengan jujur.

B. Pengertian Profesi

(11)

Jabatan guru sebagai suatu profesi. Jabatan guru dapat dikatakan sebuah profesi karena menjadi seorang guru dituntut suatu keahlian tertentu (mengajar, mengelola kelas, merancang pengajaran) dan dari pekerjaan ini seseorang dapat memiliki nafkah bagi kehidupan selanjutnya. Hal ini berlaku sama pada pekerjaan lain. Namun dalam perjalanan selanjutnya, mengapa profesi guru menjadi berbeda dari pekerjaan lain. Menurut artikel “The Limit of Teaching Proffesion,” profesi guru termasuk ke dalam profesi khusus selain dokter, penasihat hokum. Kekhususannya adalah bahwa hakekatnya terjadi dalam suatu bentuk pelayanan manusia atau masyarakat. Orang yang menjalankan profesi ini hendaknya menyadari bahwa ia hidup dari padanya, itu haknya; ia dan keluarganya harus hidup akan tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang menjadi motivasi utamanya, melainkan kesediaannya untuk melayani sesama.

Di lain pihak profesi guru juga disebut sebagai profesi yang luhur. Dalam hal ini, perlu disadari bahwa seorang guru dalam melaksanakan profesinya dituntut adanya budi luhur dan akhlak yang tinggi. Mereka (guru) dalam keadaan darurat dianggap wajib juga membantu tanpa imbalan yang cocok. Atau dengan kata lain hakikat profesi luhur adalah pengabdian kemanusiaan.

C. Dua Prinsip Etika Profesi Luhur

Tuntutan dasar Etika profesi luhur adalah sebagai berikut :

(12)

2. Adalah bahwa para pelaksana profesi luhur ini harus memiliki pegangan atau pedoman yang ditaati dan diperlukan oleh para anggota profesi, agar kepercayaan para klien tidak disalahgunakan. Selanjutnya hal ini kita kenal sebagai kode etik. Mengingat fungsi dari kode etik itu, maka profesi luhur menuntut seseorang untuk menjalankan tugasnya dalam keadaan apapun tetap menjunjung tinggi tuntutan profesinya.

Singkatnya jabatan guru juga merupakan sebuah profesi. Namun demikian profesi ini tidak sama seperti profesi-profesi pada umumnya. Bahkan boleh dikatakan bahwa profesi guru adalah profesi khusus luhur. Mereka yang memilih profesi ini wajib menyadari bahwa daya dorong dalam bekerja adalah keinginan untuk mengabdi kepada sesama serta menjalankan dan menjunjung tinggi kode etik yang telah diikrarkannya, bukan semata-mata segi materinya belaka.

D. Tuntutan Seorang Guru

Di atas telah dijelaskan tentang mengapa profesi guru sebagai profesi khusus dan luhur. Berikut akan diuraikan tentang dua tuntutan yang harus dipilih dan dilaksanakan guru dalam upaya mendewasakan anak didik. Tuntutan itu adalah:

1. Mengembangkan visi anak didik tentang apa yang baik dan mengembangkan self esteem anak didik.

2. Mengembangkan potensi umum sehingga dapat bertingkah laku secara kritis terhadap pilihan-pilihan. Secara konkrit anak didik mampu mengambil keputusan untuk menentukan mana yang baik atau tidak baik.

(13)

diajarkan bahwa untuk mengerti akan apa yang baik tidak hanya bertitik tolak pada diri siswa sendiri tetapi perlu mengerti konsep ini dari orang lain atau lingkungan sehingga menutup kemungkinan akan timbulnya visi bersama (kelompok) akan hal yang baik.

Berbeda dengan tujuan yang pertama, tujuan yang kedua lebih menekankan akan kemampuan dan peranan lingkungan dalam menentukan apa yang baik tidak hanya berdasarkan pada diri namun juga pada orang lain berikut akibatnya. Di lain pihak guru mempersiapkan anak didik untuk melaksanakan kebebasannya dalam mengembangkan visi apa yang baik secara konkrit dengan penuh rasa tanggung jawab di tengah kehidupan bermasyarakat sehingga pada akhirnya akan terbentuklah dalam diri anak “sense of justice” dan “sense of good”. Komitmen guru dalam mengajar guna pencapaian tujuan mengajar yang kedua lebih lanjut diuraikan bahwa guru harus memiliki loyalitas terhadap apa yang ditentukan oleh lembaga (sekolah). Sekolah selanjutnya akan mengatur guru, KBM dan siswa supaya mengalami proses belajar-mengajar yang berlangsung dengan baik dan supaya tidak terjadi penyalahgunaan jabatan. Namun demikian, sekolah juga perlu memberikan kebebasan bagi guru untuk mengembangkan, memvariasikan, kreativitas dalam merencanakan, membuat dan mengevaluasi sesuatu proses yang baik (guru mempunyai otonomi). Hal ini menjadi perlu bagi seorang yang profesional dalam pekerjaannya.

E. Etika Keguruan

(14)

1. Bahwa tujuan, tingkah laku dan pemikirannya mendapat bimbingan Tuhan (Rabbani), seperti disebutkan oleh Allah SWT dalam Firman-Nya :

ننككللول هكللا نكوندد نمك ىللك اددابلعك انوندونكد سكانللللك لدونقديل مللثد ةلوللبدنلدلاول ملكنحدلناول بلاتلككلنا هدللا هديلتكؤنيد نأل ررشلبللك نلاكل امل

نلوسدرددنتل منتدمنكد املبكول بلاتلككلنا نلونمدللكعلتد منتدننكد املبك نلينيلكنكابللرل انوندونكد

Artinya : Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” akan tetapi (Dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani (ialah orang yang Sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah SWT), Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (Q.S. Al-Imram : 79).

2. Bahwa ia mempunyai persiapan ilmiah, vokasional dan budaya menerusi ilmu-ilmu pengkhususannya seperti geografi, ilmu-ilmu-ilmu-ilmu keIslaman dan kebudayaan dunia dalam bidang pengkhususannya.

3. Bahwa ia ikhlas dalam kerja-kerja kependidikan dan risalah Islamnya dengan tujuan mencari keredhaan Allah S.W.T dan mencari kebenaran serta melaksanakannya.

4. Memiliki kebolehan untuk mendekatkan maklumat-maklumat kepada pemikiran murid-murid dan ia bersabar untuk menghadapi masalah yang timbul.

(15)

6. Bahwa ia fleksibel dalam mempelbagaikan kaedah-kaedah pengajaran dengan menggunakan kaedah yang sesuai bagi suasana tertentu. Ini memerlukan bahwa guru dipersiapkan dari segi professional dan psikologikal yang baik.

7. Bahwa ia memiliki sahsiah yang kuat dan sanggup membimbing murid-murid ke arah yang dikehendaki.

8. Bahwa ia sedar akan pengaruh-pengaruh dan trend-trend global yang dapat mempengaruhi generasi dan segi aqidah dan pemikiran mereka.

9. Bahwa ia bersifat adil terhadap murid-muridnya, tidak pilih kasih, ia mengutamakan yang benar. Seperti makna firman Allah SWT dalam surah al-Maidah ayat ke 8,

ولهد انولددكعنآ انولددكعنتل لللأل ىللعل مرونقل ندائلنلشل منكدنللملركجنيل للول طكسنقكلنابك ءلآدلهلشد هكللللك نلينمكاوللقل انوندونكد انوندملاءل نلينذكلللا اهليلدأليل

نلونلدملعنتل املبك ررينبكخل هلللا نللإك هلللآ انوقدتللآول ىولقنتللللك بدرلقنأل

Artinya : Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Maidah : 8).

Inilah sifat-sifat terpenting yang patut dipunyai oleh seorang guru Muslim di atas mana proses penyediaan guru-guru itu harus dibina. Buku-buku pendidikan telah juga memberikan ciri-ciri umum seorang guru, ciri-ciri itu tidak keluar dan sifat-sifat berikut:

1. Tahap pencapaian ilmiah

2. Pengetahuan umum dan keluasan bacaan

(16)

4. Keseimbangan jiwa dan kestabilan emosi

5. Optimisme dan Antusiasme dalam pekerjaan

6. Kekuatan sahsiah

7. Memelihara penampilan (mazhar)

8. Positif dan semangat optimisme

9. Yakin bahwa ia mempunyai risalah

Dari uraian di atas jelaslah bahwa seorang guru Muslim memiliki peranan bukan saja di dalam sekolah, tetapi juga diluarnya. Oleh yang demikian menyiapkannya untuk di dalam sekolah dan di luar sekolah. Tanggungjawab ini harus dipikul bersama oleh institusi-institusi penyiapan guru seperti fakultas-fakultas pendidikan dan maktab-maktab perguruan bersama-sama dengan masyarakat Islam sendiri, sehingga guru-guru yang dihasilkannya adalah guru yang soleh, membawa perbaikan (muslih), memberi dan mendapat petunjuk untuk menyiarkan risalah pendidikan Islam.

III. Etika Guru Dalam Pendidikan Islam

Istilah Etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan oleh para ilmuan barat. Bila Etika barat sifatnya ”antroposentrik” (berkisar sekitar manusia), maka Etika islam bersifat ”teosentrik” (berkisar sekitar Tuhan). Dalam Etika Islam suatu perbuatan selalu dihubungkan dengan amal saleh atau dosa, dengan pahala atau siksa, dengan surga atau neraka (Musnamar, 1986: 88).

(17)

perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itulah perbuatan yang buruk (Ya’qub, 1985: 96).

Karakter khusus Etika Islam sebagian besar bergantung kepada konsepnya mengenai manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, dengan alam dan masyarakat (Naquib,1993: 83).

Al-Quran dan Al-Hadits adalah dua pusaka Rasulullah Saw yang harus selalu dirujuk setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian asfek kehidupan yang sangat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Quran dan As-Sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Persepsi atau gambaran masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyahnya saja. Padahal, itu hanyalah salah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim antara lain :

1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih).

Salimul Aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya.

Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah. Firman-Nya ;

(18)

Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. Al-An’am : 162). Karena aqidah yang bersih merupakan sesuatu yang amat penting, maka pada masa awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan Aqidah, Iman dan Tauhid.

2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar).

Shahihul Ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat“. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh).

Matinul Khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah SWT maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.

Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an. Allah berfirman :

مرينظكعل قرلدخد ىللعللل كلنللإكول

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (Q.S. Al-Qalam : 4).

4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani).

(19)

dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah. (HR. Muslim)

5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir).

Mutsaqqoful Fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah Fathonah (cerdas). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Allah SWT berfirman :

Artinya : (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S. Az-Zumar : 9).

6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu).

(20)

Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)

7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu).

Harishun Ala Waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti Wal Fajri, Wad Dhuha, Wal Asri, dan seterusnya.

Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tidak sedikit manusia yang rugi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tidak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fii Syuunihi (teratur dalam suatu urusan).

Munazhzhaman Fii Syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Quran maupun As-Sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah Ubudiyah maupun Muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.

(21)

bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.

9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri).

Qodirun Alal Kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tidak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena, pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.

Dalam kaitan menciptidakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.

10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain).

Nafi’un Lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.

(22)

Menurut Hasyim Asya’ri ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik islam, bebera hal tersebut adalah adab atau Etika bagi alim / para guru. Paling tidak menurut Hasyim Asya;ri ada dua puluh Etika yang harus dipunyai oleh guru ataupun calon guru diantaranya :

1. Selalu berusah mendekatkan diri kepada Allah dalam keadaan apapun, bagaimanapun dan dimanapun.

2. Mempunyai rasa takut kepada Allah, takut atau khouf dalam keadaan apapun baik dalam gerak, diam, perkataan maupun dalam perbuatan.

3. Mempunyai sikap tenang dalam segala hal.

4. Berhati-hati atau wara’ dalam perkataan maupun dalam perbuatan.

5. Tawadhu, tawadhu adalah dalam pengertian tidak sombong, dapat juga dikatakan rendah hati.

6. Khusyu’ dalam segala ibadahnya.

7. Selalu berpedoman kepada hukum Allah dalam segala hal.

8. Tidak menggunakan ilmunya hanya untuk tujuan duniawi semata.

9. Tidak rendah diri dihadapan pemuja dunia.

10. Zuhud, dalam segala hal.

11. Menghindari pekerjaan yang menjatuhkan martabatnya.

12. Menghindari tempat–tempat yang dapat menimbulkan maksiat.

13. Selalu menghidupkan syi’ar islam.

(23)

15. Menjaga hal- hal yang sangat di anjurkan.

16. Bergaul dengan sesama manusia secara ramah,

17. Menyucikan jiwa.

18. Selalu berusaha mempertajam ilmunya.

19. Terbuka untuk umum, baik saran maupun kritik. Selalu mengambil ilmu dari orang lain tentang ilmu yang tidak diketahuinya.

20. Meluangkan waktu untuk menulis atau mengarang buku.

Dengan memiliki dua puluh Etika tersebut diharapkan para guru menjadi pendidik yang baik, pendidik yang mampu menjadi teladan anak didik. Di sisi lain, ketika pendidik mempunyai Etika, maka yang terdidik pun akan menjadi anak didik yang beretika juga, karena keteladanan mempunyai peran penting dalam mendidik akhlak anak. Untuk itu perlu kiranya para calon pendidik maupun yang telah menjadi pendidik untuk memiliki etika tersebut.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian atau dari teori-teori para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia dan merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Penilaian baik dan buruk tersebut berdasarkan pendapat akal pikiran dan bimbingan A;-Quran juga As-Sunnah.

(24)

Dalam dunia Pendidikan ada yang namanya kode etik guru. Kode etik guru diartikan sebagai aturan tata susila keguruan. Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) dilihat dari segi susila. Dengan demikian kode etik guru merupakan norma secara formal dalam mengatur tingkah laku guru. Karena guru sebagaimana kita ketahui merupakan suri tauladan bagi siswa atau peserta didiknya.

Tingkah laku atau moral guru pada umumnya merupakan penampilan lain dari kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil, guru adalah contoh teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang pertama sesudah orang tua yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan dan bergaul juga merupakan penampilan kepribadian lain, yang juga mempunyai pengaruh terhadap anak didik.

Kebebasan, Tanggung Jawab dan Hati

Nurani

I. Kebebasan

Di antara masalah yang menjadi bahan perdebatan sengit dari sejak dahulu hingga sekarang adalah masalah kebebasan atau kemerdekaan menyalurkan kehendak dan kemauan.

Dalam kaitannya dengan keperluan kajian akhlak, tampaknya pendapat yang mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan yang akan dilakukannya sendiri. Sementara golongan yang menyatakan bahwa manusia tidak memiliki kebebesan juga akan di bahas di sini dengan menentukannya secara proporsianal.

(25)

Paham di sebut bebas negative, karena hanya dinyatakan bebas dari apa, tetapi tidak di tentukan bebas untuk apa.

Seseorang di sebut bebas apabila :

 dapat menentukan sendiri tujuan-tujuan dan apa yang di lakukannya.

 dapat memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang ada baginya.

 tidak di paksa atau terikat untuk membuat sesuatu yang akan di pilihnya sendiri ataupun di cegah dari berbuat apa yang di pilih sendiri, oleh kehendak orang lain, negara atau kekuasaan apapun.

Selain itu kebebasan meliputi segala macam perbuatan manusia, yaitu kegiatan yang di sadari, disengaja dan dilakukun demi suatu tujuan yang selanjutnya di sebut tindakan.

Dilihat dari segi sifatnya kebebasan dapat di bagi tiga yaitu :

a. kebebesan jasmani

Yaitu kebebasan untuk mrnggerakkan dan mempergunakan anggota badan yang kita miliki.

b.kebebesan rohaniah.

Yaitu kebebasan menghendaki sesuatu.Jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh jangkauan kemungkinan untuk berpikir,karena manusia dapat memikirkan apa saja.

c.kebebasan moral

(26)

kebebasan yaitu bebas berbuat apabila terdapat kemungkinan-kemungkinan untuk berbuat.

Paham adanya kebebasan pada manusia ini sejalan pula dengan isyarat al-Quran. Perhatikan ayat di bawah ini yang artinya :

I.Q.S Al-Kahfi : 29

Artinya : “ katakanlah kebenaran datang dari tuhanmu, siapa yang mau percaya percayalah ia, siapa yang tidak mau janganlah ia percaya “.

II.Q.S Fushilat 41;40

Artinya; “Buatlah apa yang kamu kehendaki,sesungguhnya Ia melihat apa yang kamu perbuat.”

II.Tanggung jawab

Bertanggung jawab merupakan sikap moral yang dewasa. Dan tak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan, maka disinilah letak hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab.

Selanjutnya kebebasan mengandung beberapa arti diantaranya :

a. kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri

b. kemampuan untuk bertanggung jawab.

c. Kedewasaan manusia.

(27)

Sejalan dengan adanya kebebasan atau kesengajaan, orang akan bertanggung jawab atas tindakannya yang di sengaja dan berarti bahwa ia harus dapat mengatakan dengan jujur bahwa tindakannya itu sesuai dengan penerangan.

Orang yang melakukan perbuatan tapi dalam keadaan tidur atau mabuk dan semacamnya tidak dapat di katakana sebagai perbuatan yang dapat di pertanggung jawabkan karena perbuatan tersebut tidak dilakukan berdasarkan akal sehatnya.

Selain itu tanggung jawab erat hubungannya dengan hati nurani atau intuisi yang ada dalam diri manusia yang selalu menyuarakan kebenaran.

III.Hati nurani

Hati nurani atau intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat memperoleh saluran ilham dari tuhan. Hati nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidak suka kepada keburukan. Hati nurani menjadi salah satu pertimbangan dalam melaksanakan kebebasan yang ada dalam diri manusia, yaitu kebebasan yang tidak menyalahi atau membelenggu hati nuraninya, karena kebebasan yang demikian itu pada hakikatnya adalah kebebasan yang merugikan secara moral.

Dari pemahaman kebebasan yang demikian itu, maka timbullah tanggung jawab, yaitu bahwa kebebasan yang yang di perbuat itu secara hati nurani dan moral harus dapat di pertanggung jawabkan.

IV.Hubungan kebebasan, hati nurani dan akhlak.

(28)

Dengan demikian perbuatan yang berakhlak itu ialah perbutan yang di lakukan dengan sengaja secara bebas. Selanjutnya perbuatan akhlak juga harus dilakukan atas kemauan sendiri dan bukan karena paksaan. Perbuatan seperti inilah yang dapat dimintai pertanggung jawabannya dari orang yang melakukannya.dengan demikian kita dapat melihat pentingnya hubungan tanggung jawab dengan akhlak.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai program diklat ini, maka metode diklat yang akan digunakan adalah proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran untuk orang dewasa

Jadi meskipun pada penelitian ini tingkat kevalidan testimonial menduduki tingkat tertinggi dibandingkan variabel lain, hasil pengujian parsial tidak menunjukkan pengaruh

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Perubahan Atas

Ini merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.. Ini merupakan struktur

Sertifikat Hak Tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan apabila debitur

Penelitian yang dilakukan penulis meliputi pengaruh penerapan Modernisasi Administrasi Perpajakan, Kinerja Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di

Dengan kuasa resmi untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas nama (nama perusahaan/Joint Operation) dan setelah memeriksa serta memahami sepenuhnya seluruh isi

Perawatan pada pasien dengan maloklusi kelas II skeletal masa pertumbuhan yang disebabkan oleh prognati maksila dan retrognati mandibula, maka diperlukan alat