• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKANAN ARTERI RERATA DENGAN TINGKAT KESADARAN PADA PASIEN STROKE PERDARAHAN DI RSUD WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TEKANAN ARTERI RERATA DENGAN TINGKAT KESADARAN PADA PASIEN STROKE PERDARAHAN DI RSUD WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TEKANAN ARTERI RERATA DENGAN TINGKAT KESADARAN PADA PASIEN STROKE PERDARAHAN

DI RSUD WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO

AMY EKA PUTRA 1212010003

Subject : Tekanan Arteri rerata, Stroke perdarahan, Kesadaran

Tekanan darah arteri rata-rata (Mean Arterial Pressure) merupakan gaya utama yang digunakan untuk mendorong darah ke seluruh tubuh. Penurunan MAP maka dapat menimbulkan hipoksia otak, yang akan menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tekanan arteri rerata dengan penurunan kesadaran pada pasien stroke perdarahan.

Desain penelitian ini analitik korelasional dengan pendekatan crossectional. Variabel penelitian ini yaitu tekanan rerata arteri sebagai variabel independen dan tingkat kesadaran sebagai variabel dependen. Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita stroke perdarahan di RSUD Wahidin Mojokerto pada tahun 2015 dari bulan Januari – Mei sebanyak 11 responden. Sampel diambil dengan teknik total sampling. Data diambil dari catatan rekam medik dan diuji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan dari 11 responden yang mempunyai tekanan arteri rerata tinggi terdapat 1 responden (6,7%) yang dalam kondisi sadar dan 10 responden (66,7%) dalam kondisi tidak sadar. Dan dari 4 responden yang mempunyai tekanan arteri rerata normal terdapat 3 responden (20%) dalam kondisi sadar dan 1 responden (6,7%) dalam kondisi tidak sadar.

Hasil uji chi squaremenunjukkan nilai ρ = 0,425 dan α = 0,05 sehingga ρ >α maka H0diterima dan H1ditolak sehingga tidak ada hubungan antara tekanan arteri rerata dengan kesadaran pasien stroke. Hal ini terjadi karena kondisi MAP juga merupakan respon tubuh terhadap kondisi fisiologis yang abnormal begitu pula tingkat kesadaran seseorang apabila mengalami gangguan itu menunjukkan adanya suplai aliran darah yang tidak adekuat pada otak sebagi pusat kesadaran.

ABSTRACT

Arterial blood pressure averages (Mean Arterial Pressure) is the main style used to propel blood throughout the body. The drop in the MAP (Mean Arterial Preasure) then it can cause brain hypoxia, that influence of . When onset of unconsciousness. The purpose of this research was to understand the relationship between and correlational mean arterial pressure and decreasing consciousness in patients of hemorrhagic stroke.

(2)

Data was taken from the records of medical record and tested with chi square. The results suggest that from 11 respondents with high average of arterial pressure, 1 respondents (6,7%) is conscious and 11 others (66,7%) are unconscious. While from 4 respondents with normal average arterial pressure, 3 respondents (20%) are conscious and 1 respondents (6,7%) is conscious.

Chi squaretest results suggest the value ρ = 0.425 and α = 0.05 so that ρ> α then H0 is accepted and H1 rejected so that there is no relationship between mean arterial pressure with stroke patient consciousness. This happens because the conditions of MAP is also the body's response to abnormal physiological condition as well as a person's level of consciousness if impaired. It shows inadequate blood supply to the brain as the center of consciousness

Key Words : Mean Arterial Pressure, CVA Bleeding, Consciousness

Contributor : I :Rifa’atul Laila Mahmudah, M.Farm-Klin II : Umul Fatkhiyah, . S.Kep. Ns

Date : 03 September 2015 Type Material : Laporan Penelitian Right : Open Document

SUMMARY Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke dapat didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) ataupun perdarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Stroke dapat terjadi akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat menjadi kronis apabila arteri yang mengalirkan darah ke otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga pemasukan darah ke otak berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2009). Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel – sel neuron, sel tersebut tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju ke otak (Batticaca, 2008).

(3)

penduduk (Profil Dinkes Jatim). Berdasarkan studi pendahuluan catatan rekam medik RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo diperoleh data jumlah penderita stroke perdarahan tahun 2014 sebanyak 119 penderita.

Beberapa variabel yang mempengaruhi regulasi kardiovaskuler yaitu curah jantung (cardiac output), tahanan periperal (peripheral resistance), dan tekanan darah (blood pressure). Regulasi kardiovaskuler bertujuan untuk menjaga perubahan aliran darah tepat waktu, berada di dalam area yang benar dan tidak menimbulkan perubahan tekanan dan aliran darah secara drastis pada organ vital. Mekanisme yang mempengaruhi regulasi kardiovaskular yaitu mekanisme autoregulasi lokal, saraf, dan hormonal (Martini, 2011). Autoregulasi merupakan penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap kebutuhan dan pasokan darah. Pada individu normotensi, aliran darah otak masih tetap pada fluktuasi Mean Atrial Pressure (MAP) 60-70 mmHg. Bila MAP turun di bawah batas autoregulasi, maka otak akan mengeluarkan oksigen lebih banyak dari darah untuk kompensasi dari aliran darah yang menurun. Bila mekanisme ini gagal, maka akan terjadi iskemia otak dengan manifestasi klinik seperti mual, menguap, pingsan dan sinkop.

Apabila tekanan darah sistole > 180 mmHg atau MAP > 130 mmHg tanpa disertai gejala dan tanda peningkatan tekanan intrakranial, tekanan darah diturunkan secara hati-hati dengan menggunakan obat antihipertensi intravena kontinu atau intermitten dengan pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau tekanan darah 160/90 mmHg. Pada perdarahan subaraknoid (PSA) aneurismal, tekanan darah harus dipantau dan dikendalikan bersama pemantauan tekanan perfusi serebral untuk mencegah resiko terjadinya stroke iskemik sesudah PSA serta perdarahan ulang. Untuk mencegah terjadinya perdarahan subaraknoid berulang, pada pasien stroke perdarahan subaraknoid akut, tekanan darah diturunkan hingga tekanan darah sistole 140 – 160 mmHg. Sedangkan tekanan darah sistole 160 – 180 mmHg sering digunakan sebagai target tekanan darah sistole dalam mencegah resiko terjadinya vasospasme, namun hal ini bersifat individual, tergantung pada usia pasien, berat ringannya kemungkinan vasospasme dan komorbiditas kardiovaskuler (Guideline, 2011).

Pasien stroke yang mengalami penurunan kesadaran dapat dilakukan pengkajian neurologik yang termasuk didalamnya GCS (Glasgow Coma Scale), tanda-tanda vital ukuran dan reaksi pupil, dan kekuatan ektremitas. Pada pemeriksaan GCS digunakan untuk mengevaluasi status neurologik seperti respon mata, respon verbal maupun respon motorik dengan nilai terendah 3 (respon paling sedikit) dan 15 (paling berespon) nilai 8 atau dibawah 8 umumnya dikatakan sebagai koma dan membutuhkan intervensi keperawatan bagi pasien stroke (Brunner dan Suddarth, 2007).

(4)

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini analitik korelasional dengan pendekatan crossectional. Variabel penelitian ini yaitu tekanan rerata arteri sebagai variabel independen dan tingkat kesadaran sebagai variabel dependen. Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita stroke perdarahan di RSUD Wahidin Mojokerto pada tahun 2015 dari bulan Januari – Mei sebanyak 11 responden. Sampel diambil dengan teknik total sampling. Penelitian ini menggunakan bentuk data sekunder yang diperoleh dari rekam melakukan observasi catatan tekanan darah dan keadaan kesadaran pasien. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi. Kemudian peneliti melakukan prosed editing, coding, scoring dan tabulating sehingga hasil atau data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dilakukan uji statistikchi square

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan arteri rerata di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Bulan Mei 2015 menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai klasifikasi tekanan arteri rerata (MAP) dalam kategori tinggi sebanyak 11 responden (73,3%). Hasil penilaian kesadaran pasien di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Bulan Mei 2015 menunjukan bahwa sebagian besar responden sebagian besar responden dalam kondisi tidak sadar sebanyak 9 responden (81,8%). Hubungan Tekanan Arteri Rerata dengan kesadaran di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Bulan Mei 2015 menunjukan bahwa dari 11 responden yang mempunyai tekanan arteri rerata tinggi terdapat 1 responden (6,7%) yang dalam kondisi sadar dan 10 responden (66,7%) dalam kondisi tidak sadar. Dan dari 4 responden yang mempunyai tekanan arteri rerata normal terdapat 3 responden (20%) dalam kondisi sadar dan 1 responden (6,7%) dalam kondisi tidak sadar.

Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo diperoleh data sebagian besar responden mempunyai klasifikasi tekanan arteri rerata (MAP) dalam kategori tinggi sebanyak 11 responden (73,3%). Tingginya tekanan arteri rerata yang terjadi pada responden penelitian ini karena adanya tekanan darah yang tinggi sehingga menyebabkan sirkulasi darah menjadi tidak stabil. Tekanan arteri rata-rata dikonTrol oleh baroreseptor yang tedapat di system sirkulasi. Apabila baroreseptor mendeteksi tekanan yang abnormal, ia akan mengaktivasi sistem respon reflex untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normal. Sistem saraf otonom yang mensarafi jantung, vena dan arteriol akan diaktivasi untuk mengubah curah jantung dan resistensi perifer total. Sistem saraf otonom akan bertindak dalam jangka pendek unutk mengontol tekanan darah. Penyesuaian jangka pangjang melibatkan penyesuian volume darah total dengan mengawal keseimbangan garam dan air melalui pengaturan sistem renin-angiotensin-aldosteron. Besarnya volume darah total, akan menimbulkan efek nyata pada curah jantung dan tekanan arteri rata-rata (Sherwood L,2006).

(5)

output dan tahanan perifer dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi (asupan natrium, stres, obesitas, genetik dan lain-lain). Hipertensi terjadi jika terdapat abnormalitas faktor-faktor tersebut. Faktor lingkungan menyebabkan perubahan homeostasis kardiovaskular (prehypertension), namun belum cukup meningkatkan tekanan darah sampai tingkat abnormal; walaupun demikian cukup untuk memulai kaskade yang beberapa tahun kemudian menyebabkan tekanan darah biasanya meningkat (early hypertension). Sebagian orang dengan perubahan gaya (pola) hidup dapat menghentikan kaskade (proses) tersebut dan kembali ke normotensi. Sebagian lainnya akhirnya berubah menjadi established hypertension (hipertensi menetap) yang jika berlangsung lama dapat menyebabkan komplikasi pada target organ (Corwin, 2011).

Hasil peenlitian in menunjukkan bahwa tekanan arteri rerata yang terjadi pada responden penelitian ini sebagian besar dalam kategori tinggi, sehingga dengan kategori tersebut menunjukkan bahwa mereka mempunyai tekanan darah yang tidak stabil yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah perifer sehingga dengan adanya peningkatan pada pembuluh darah eprifer tersebut meingkatkan tekanan pada intracranial dan menyebabkan terjadinya stroke atau cva.

Berdasarkan usia responden diperoleh data sebagian besar responden berusia 51-60 tahun sebanyak 10 responden (66,6%). Hal ini menunjukkan usia responden yang menderita hipertensi berusia dewasa akhir yang dalam usia ini menunjukkan semakin meningkat resiko terserang penyakit tekanan darah.

Semakin tua usia kejadian tekanan darah semakin tinggi. Hal ini dikarenakan pada usia tua perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2001). Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa usia responden termasuk usia dewasa akhir dimana dengan usia tersebut responden sudah mempunyai pengalaman dan pemahaman bahwasannya semakin usia responden bertambah maka keadaan penyakit tekanan darah yang diderita akan semakin meningkat sehingga responden harus dapat melakukan penatalaksanaan dalam melakukan pencegahan terjadinya penyakit cva.

(6)

tampak mengantuk, selalu ingin tidur dan tidak responsif terhadap rangsangan yang ringan, tetapi masih memberikan respons pada rangsangan yang kuat,Sopor pasien tidak memberikan respons ringan maupun sedang, tetapi masih memberikan respons sedikit pada rangsangan yang kuat dengan adanya refleks pupil terhadap cahaya yang yang masih positif,Komapasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulasi atau rangsangan apapun sehingga refleks pupil terhadap cahaya tidak ada. Penilaian kesadaran secara kuantitatif dapat diukur dengan menggunakan skala Glasgow Coma Scale (GCS) dapat memberikan jalan pintas yang sangat berguna. Skala tersebut memungkinkan pemeriksa membuat peringkat tiga respon utama klien terhadap lingkungan seperti respons mata, verbal dan motorik. Penurunan kesadaran pada responden penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur GCS yang diukur dari respon mata, respon verbal dan respon motoric seseorang yang ditentukan dengan penilaian tingkat kesadaran.

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa 11 responden yang mempunyai tekanan arteri rerata tinggi terdapat 1 responden (6,7%) yang dalam kondisi sadar dan 10 responden (66,7%) dalam kondisi tidak sadar. Dan dari 4 responden yang mempunyai tekanan arteri rerata normal terdapat 3 responden (20%) dalam kondisi sadar dan 1 responden (6,7%) dalam kondisi tidak sadar. Hasil uji chi squaremenunjukkan nilai ρ = 0,425 dan α = 0,05 sehingga ρ > α maka H0ditolak dan H1 diterima sehingga tidak ada hubungan antara tekanan arteri rerata dengan kesadaran pasien stroke di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Tahun 2015.

(7)

respons adaptasi atau toleransi tubuh setiap individu berbeda-beda pada bebrapa kasus dalam penelitian ini terdapat MAP yang normal namun seorang individu tidak sadar ini dipengaruhi banyak faktor fisiologis dan penyakit yang diderita oleh individu, dan ada beberapa kasus juga yang MAP yang tidak normal tetapi individu sadar ini dapat disebabkan kemungkinan ambang toleransi individu disini sangat tinggi terhadap gangguan yang terjadi pada tubuhnya. Namun pada dasarnya kondisi kesadaran dapat dipengaruhi oleh beberapa factor yang salah satunya adalah MAP. Kondisi MAP yang terlalu tinggi atau terlalu rendah merupakan kondisi patologis yang sangat berbahaya bagi seseorang klien yang harus segera mendapatkan tindakan yang intensif. Kondisi MAP juga merupakan respon tubuh terhadap kondisi fisiologis yang abnormal yang terjadi pada individu sehingga keadaan MAP sangat bervariasi sesuai factor yang mempengaruhi. Begitu pula tingkat kesadaran seseorang apabila mengalami gangguan itu menunjukkan adanya suplai aliran darah yang tidak adekuat pada otak sebagi pusat kesadaran

Simpulan

1. Tekanan arteri rerata pada pasien stroke di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto diperoleh data sebagian besar dalam kategori tinggi sebanyak 11 responden (73,3%)

2. Tingkat kesadaran pada pasien stroke di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto diperoleh data sebagian besar dalam kategori tidak sadar sebanyak 11 responden (73,3%)

3. Tidak ada hubungan antara tekanan arteri rerata dengan tinfkat kesadaran pada pasien stroke di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.

Rekomendasi

Bagi responden diharapkan melakukan perubahan gaya hidup yaitu melakukan olah- raga secara rutin dan mengkonsumsi makanan yang sehat sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan hipetensi dan Bagi keluarga pasien untuk selalu memberikan motivasi kepada pasien agar lebih patuh terhadap diit hipertensi dan pencegahan terjadinya kekambuhan pada pasien dengan hipertensi.

Alamat Corespondensi :

Desa Tegalsari Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Email : amyeka93@yahoo.com

Telepon : 085707406172

Referensi

Dokumen terkait

Spektrum mempunyai bandwidth 2x bipolar dan mempunyai zero DC level pada tiap-tiap bit, sehingga deretan bit-bit 0 tidak menyebabkan kehilangan sinyal clock...

S : Karena air jernih adalah benda bening sehingga semua cahaya yang mengenainya akan menembus air itu sehingga tulisan dibuku terkena semua cahaya yang menembus air itu maka

Untuk meningkatkan lingkungan kerja yang lebih baik pada PT Dhanarmas Concern, sebaiknya perusahaan memperhatikan semua hal yang berhubungan dengan lingkungan kerja

3) Terlihat kejenuhan siswa dalam belajar sehingga perlu diadakan kegiatan penyegaran seperti diadakannya lomba dalam rangka memperingati HUT RI. 4) Ruang perpustakaan

Metode AHP memiliki beberapa keunggulan yaitu : (1) dapat memecahkan berbagai persoalan yang kompleks; (2) dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah untuk dipahami oleh

Saran bagi praktisi pendidikan adalah: (1) Guru harus menciptakan, mendesain, dan mampu mengimplemen-tasikan model-model pembelajaran yang kreatif dan

tetap melakukan investasi pada industri properti namun, tidak dengan jumlah

Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Miftahul Huda Sumberejo pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan strategi