• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian dampak Sarang Burung Walet terhad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian dampak Sarang Burung Walet terhad"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

• Pemerintah daerah telah menerbitkan perda No 14 Tahun 2011 tentang pengelolaan usaha sarang burung walet

dengan tujuan untuk menata dan menertibkan terkait pengelolaan usaha sarang burung walet buatan di beberapa kecamatan yang telah tersebar di Kutai Kartanegara

• Salah satu amanah perda ini adalah

a. adanya persyaratan kepada para pelaku usaha walet sebelum membuat gedung /rumah walet

(3)

Disebabkan

harga

sarang burung walet yang

tinggi,

fungsi dan perannya yang baik untuk

kesehatan

memicu perkembangan budidaya

sarang burung walet di wilayah kabupaten Kutai

Kartanegara hingga saat ini cukup pesat.

Bahkan isu yang berkembang tidak hanya

sekedar

jumlah sarang burung walet yang

meningkat

, akan tetapi dampak lingkungan akibat

keberadaan sarang burung walet buatan di

sekitar

pemukiman

telah

menimbulkan

(4)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah keberadaan sarang burung walet berpotensi memberikan dampak terhadap lingkungan fisik, sosial ekonomi dan kesehatan

2. Apa saja yang menjadi dampak penting pada usaha sarang burung walet yang perlu mendapat perhatian untuk dikelolah dan dipantau

(5)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi dampak potensial pada usaha sarang burung walet buatan yang ada di lokasi penelitian

2. Mengkaji dan mengevaluasi dampak penting usaha sarang burung walet buatan terhadap lingkungan fisik, sosial ekonomi, dan kesehatan Masyarakat

(6)

1.4. Output/Keluaran

1. Diketahui dampak potensial usaha sarang burung walet di Kabupaten Kutai Kartanegara

2. Diketahui dampak penting yang perlu dikelola atau dikendalikan guna untuk mengeliminir dampak negatif dan mengembangkan dampak positif terhadap lingkungan fisik, sosial ekonomi, dan kesehatan

(7)

II. Tinjauan Pustaka

• Burung Walet merupakan burung pemakan serangga

dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kaki dan paruhnya sangat kecil, serta tidak pernah hinggap di pohon.

(8)

• Menurut penelitian para ahli, sarang walet

memiliki nilai ekonomi tinggi dan mengandung

protein 47,81%, lemak 1,54%, karbohidrat

15,21%, kalsium 0,4%, phosphor 0,007% dan abu 6,97%.

• Sarang burung walet mengandung senyawa

pembugar tubuh yang tak dimiliki bahan pangan lain.

• Selanjutnya dinyatakan bahwa Sarang burung, yang berasal dari air liur burung walet

mengandung glyco-protein yang

(9)

Berdasarkan warnanya sarang burung walet di bagi dua jenis. Ada sarang burung putih (Aerodramus fuciphagus)

yang seluruhnya terbuat dari air liur burung walet, dan

sarang burung hitam (Aerodramus maximus), yang

terbuat dari campuran air liur dan bulu – bulu burung.

• Sarang burung walet yang berwarna putih lebih mahal harganya. Sarang burung yang putih bersih, harganya bisa mencapai 14 juta rupiah per kg, sedang yang

hitam sekitar 1-2 juta per kg.

(10)

• Pencemaran suara yang bersifat terus-menerus dengan tingkat kebisingan di atas 80 dB dapat mengakibatkan efek atau dampak yang merugikan kesehatan manusia. Efek samping negatif dari pencemaran suara :

a. stres b. gila

c. perubahan denyut nadi d. tekanan darah berubah e. gangguan fungsi jantung f. kontraksi perut

• Berikut ini adalah contoh kebisingan yang menimbulkan pencemaran suara :

1. Orang ngobrol biasa = 40 dB 2. Orang ribut / silat lidah = 80 dB 3. Suara kereta api / krl = 95 db 4. mesin motor 5 pk = 104 dB

(11)

• Burung walet bisa menyebabkan 24 jenis penyakit pada manusia jika letak kandangnya tidak sesuai dengan

aturan. Ke-24 jenis penyakit ini menyerang otak, syaraf, dan penyakit lainnya yang ada pada burung walet.

• Menurut peneliti burung dari Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nurjito, penyakit

tersebut disebarkan melalui air liur, napas, dan kotoran walet. Orang yang terkena virus dari burung walet

(12)

Selanjutnya dr. Aminuddin dan dr. Armyn saat

seminar sarang burung walet di Bontang

menyatakan bahwa para pelaku usaha sarang

harus menjaga kebersihan karena sawang burung

walet dapat

mendatangkan penyakit demam

berdarah

Apalagi dengan bentuk tertutup dan

ventilasi yang jarang, terutama pada musim

hujan. Keberadaan sarang walet tersebut sangat

berpotensi

menyebarkan

penyakit

demam

berdarah. Selain itu,

timbunan kotoran walet

yang

bertahun-tahun

lamanya

dapat

menyebabkan

penyakit batuk berdarah dan

(13)

Hasibuan (2010) menyatakan bahwa beberapa

akses sosial yang ditimbulkan oleh keberadaan

sarang burung walet adalah

kebisingan suara

walet yang menganggu masyarakat

,

limbah dari

kotoran walet yang bisa menimbulkan penyakit

dan mengotori lokasi sekitar penangkaran walet

.

Selain itu,

kesenjangan antara warga sekitar

dengan pemilik penangkaran walet juga bisa

memicu konflik

antara pengusaha dengan

masyarakat sekitar jika tidak segera dipikirkan

solusinya.

(14)
(15)

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dirancang dalam tiga tahapan

berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.

1. mengidentifikasi dampak potensial

2. mengevaluasi dampak potensial menjadi

dampak penting

(16)

3.2. Pengambilan Sample

• Sampel diambil pada sebagian pelaku usaha sarang burung walet buatan di 5 kecamatan yakni : Kecamatan Muara Jawa, Samboja, Anggana, Muara Badak, dan Sanga-sanga.

• Responden dibedakan atas 3 yaitu :

a. Masyarakat disekitar pelaku usaha sarang burung walet,

• b. Para pelaku usaha dan

• c. Aparatur kecamatan/desa/kelurahan setempat.

• Pengambilan sampel dilakukan secara aksidental sampling dan

(17)

3.3. Teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan :

a. Menyebarkan kuisioner,

b. Observasi Lapangan, dan

c. Wawancara mendalam (

indepth interview

)

d. Studi Literatur, mengumpulkan data dengan

(18)

3.4. Teknik Analisis Data

• Studi ini menggunakan metode deskriptif. Analisis deskriptif (Deskriftive Analysis) diartikan sebagai analisis untuk

menjelaskan dan menggambarkan suatu kondisi dari objek yang dikaji dari hasil pengumpulan data melalui kuesioner, observasi, wawancara, dan penelusuran pustaka

• Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan

berbagai informasi terkait kegiatan usaha sarang burung walet buatan di 5 kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara dan dampaknya terhadap masyarakat sekitar baik dampak sosial, ekonomi, maupun lingkungan fisik dan kesehatan, serta

langka dan cara pengelolaan dampak tersebut.

(19)

a. Data kualitatif dan kuantitatif dianalisa melalui

pendekatan isi dan kedalaman menterjemahkan

suatu fenomena berdasarkan standar porsentase.

b.Sedangkan data kuantitatif diklasifikasi dan diolah

sebagai dasar pengukuran dan analisis untuk

memberikan penjelasan dan penilaian terkait

dengan dampak usaha sarang burung walet

buatan di 5 kecamatan di Kutai Kartanegara

(20)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SLTA 18%

Sarjana 82%

Gambar 1. Pendidikan responden aparatur kecamatan/ desa/kelurahan

(21)
(22)

23%

18% 50%

9%

Tidak Tamat SD SLTP SLTA Diploma Sarjana

(23)

Retribusi IMB Gedung SBW

NO Kecamatan Retribusi

Tahun 2010

1 Muara badak 2.734.892.000 Jumlah 2.734.892.000

Tahun 2011

1 samboja 341.202.000 2 Anggana 12.096.000 3 Muara Jawa 108.093.000 4 Tenggarong 40.320.000 5 Loa Kulu 2.772.000 6 Muara Badak 3.260.497.500 Jumlah 3.764.980.500

Tahun 2012

1 Saboja 42.252.000 2 Tenggarong 10.080.000 3 T. Seberang 9.261.000 4 Marangkayu 13.440.000 Jumlah 75.033,000

Januari s/d Agustus 2012

(24)

NO Pelaku Usaha Walet Per

Gambaran Umum Usaha SBW

di 5 Kecamatan

Tabel 1.

Lama usaha, luas bangunan, hasil panen, jumlah tenaga kerja dan informasi

(25)

No Pertanyaan

Responden

Aparatur

Kecamatan/Desa Pelaku Usaha

Pernah

Apakah pernah ada

pembinaan atau bantuan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah atau camat, SKPD terkait, luruh, kepala desa

- 100 % - 100 %

2.

Jenis pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah/lurah/camat

(pelatihan/dampak lingkungan dll)

- 100 % - 100 %

3.

Pendataan usaha sarang burung walet yang

diusahakan

88 % 12 % 64 % 36 %

4. lembaga pendata Aparatur Kecamatan

Aparatur

kecamatan/Desa/ kelurahan

5. Penarikan pajak dari usaha

sarang burung walet - 100 % 18 % 82 % Tabel 2.

Pembinaan,

(26)

Komponen

Tahap Operasi Tahap Pasca

2. Sosial ekonomi -Kesempatan kerja -Peningkatan pendapatan -Konflik sosial -presepsi dan sikap

masyarakat

3. Kesehatan

1. jenis penyakit 2. bau yang tidak

I.Tahap Prakonstruksi (persiapan)

1.Penerimaan tenaga kerja

2. Konsultasi publik/ sosialisasi

II.Tahap Kontruksi

1.Pembangunan sarana dan prasarana

III. Tahap Operasi

1. Menghidupkan alat pemanggil burung 2. Masa Pembuatan

sarang burung 3. panen

IV. Pasca Operasi

1. Pemutusan hubungan kerja

(27)

No Sebelum Persen

(%) Sesudah

Persen (%)

Jenis Penyakit Jenis Penyakit

1. Demam/Flu/Batuk 84 Demam/Flu/Batuk 93

2. Types 11 Types 7

3. Lainnya 5 Lainnya 0

Total 100 % 100 %

Tabel 4. Penyakit dan jenis penyakit sebelum dan sesudah pelaku usaha berusaha walet

(28)

NO Pernyataan

Aparatur

Kec./desa Masyarakat

Pelaku Usaha penyakit kulit, flu, dan demam

3 21 23 59 - - -

(29)

NO Pernyataan

Aparatur kec/desa Masyarakat Pelaku Usaha SBW

n Persen (%) n Persen (%) N Persen (%)

Keterangan : 1 (setuju); 2 (tidak setuju); 3 (tidak tahu)

DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN FISIK

(30)

NO Pernyataan

Aparatur kec/desa Masyarakat Pelaku Usaha SBW

N

Sumber data : Hasil Analisis (2012)

keterangan : 1 = Pernah; 2 = Tidak Pernah; 3 = Tidak Tahu

Tabel 7. Keberatan masyarakat terhadap keberadaan sarang burung walet disekitar pemukiman penduduk

(31)

DAMPAK TERHADAP EKONOMI

Gambar 4. Usaha pelaku sarang burung walet

sebelum berusaha sarang burung walet

(32)

No Pernyataan % Pernyataan % 1 Pelaku usaha walet masih

pempertahankan usaha lama 76

Tidak mempertahankan

usaha lama 24

No Pernyataan % Pernyataan %

Alasan mempertahankan usaha lama

Alasan tidak mempertahankan usaha lama

1. usaha walet dapat dikerjakan

bersama usaha lama 62

walet dapat memenuhi

kebutuhan keluarga 58

2.

Usaha lama masih lebih menguntungkan

dibandingkan usaha walet

5

Usaha lama tidak

menguntungkan 42

3. Walet hanya usaha sampingan 33 - -

Total 100 Total 100

Tabel 8. Dampak peralihan usaha lama ke usaha walet

(33)

64% 9%

9%

18%

ya tidak sama saja lainnya

(34)
(35)

Tabel 9.

Hasil evaluasi dampak

penting akibat Keberadaan sarang

burung walet

Komponen Lingkungan

Dampak Penting Hipotetik

Kegiatan SBW

Tahap Operasi Tahap Pasca

2. Sosial ekonomi -Kesempatan kerja -Peningkatan pendapatan -Konflik sosial -presepsi dan sikap

masyarakat

3. Kesehatan

1. jenis penyakit 2. bau yang tidak

I.Tahap Prakonstruksi (persiapan)

1.Penerimaan tenaga kerja

2. Konsultasi publik/ sosialisasi

II.Tahap Kontruksi

1.Pembangunan sarana dan prasarana

III. Tahap Operasi

1. Menghidupkan alat pemanggil burung 2. Masa Pembuatan

sarang SBW 3. panen

IV. Pasca Operasi

1. Pemutusan hubungan kerja

(36)

Usaha Pengelolaan Dampak Sarang Burung Walet

No Pernyataan

Penggunaan Kotoran Sarang Burung Walet

Total (n)

Persen (%) Aparatur Kec/Desa Masyarakat Pelaku Usaha

n Persen

Tabel 10. Pengelolaan kotoran burung walet

(37)

No Pernyataan

Pembersihan Sarang Burung Walet

Total (n)

Persen (%)

Aparatur Kec/Desa Masyarakat Pelaku Usaha

n Persen

(%) n

Persen

(%) N

persen (%)

1. Pernah 11 65 15 31 22 100 48 55

2. Tidak

Pernah 6 35 33 69 0 0 39 45

Total 17 100 48 100 22 100 87 100

Tabel 11. Pengelolaan sarang burung walet melalui pembersihan sarang

(38)
(39)

No Pernyataa n

Kepemilikan UKL-UPL

Total (n)

Persen (%)

Aparatur

Kec/Desa Masyarakat Pelaku Usaha

N Persen (%) n

Persen

(%) n

persen (%)

1. Ada 0 0 0 0 2 9 2 2

2. Tidak ada 17 100 48 100 20 91 85 98

Total 17 100 48 100 22 100 87 100

Tabel 12. Kepemilikan dokumen UKL-UPL pelaku usaha sarang burung walet

(40)

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

1. Keberadaan sarang burung walet dapat memberikan dampak terhadap lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi, dan kesehatan

(41)
(42)

5.2. Rekomendasi

1. Pelaku usaha

Pelaku usaha sarang burung walet dalam mengatasi atau mengendalikan dampak lingkungan diwajibkan agar sebelum berusaha sarang burung walet harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan syarat yang terdapat dalam perda No 14 Tahun 2012 tentang pengelolaan usaha sarang burung walet, yaitu harus mendapat izin dari penduduk yang berada di sekitar lokasi pembangunan rumah walet, berjarak 100 meter dari rumah penduduk, dan membuat dokumen usaha pengelolaan lingkungan dan usaha pemantauan lingkungan (UKL-UPL) atau SPPL agar dapat meminimalisir dampak negatif dan meningkatkan dampak positif.

(43)

2. Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah harus melakukan sosialisasi perda no 14 tahun 2012 yang telah diterbitkan atau diperlakukan terutama yang terkait dengan persyaratan membangunan rumah walet dan kewajiban-kewajiban para pelaku usaha dalam berusaha sarang burung walet

(44)

3. Masyarakat

Diharapkan kepada masyarakat sekitar usaha

sarang burung walet agar menjaga ketertiban

dan keamanan agar tidak terjadi konflik sosial

dengan pelaku usaha SBW

(45)

Gambar

Gambar 2.  Pendidikan responden masyarakat di sekitar usaha sarang burung
Gambar 3.  Pendidikan responden pelaku usaha sarang burung
Gambaran Umum
No Kecamatan/Desa Pelaku Usaha Pertanyaan Aparatur Tabel 2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari dampak terhadap lingkungan perkotaan Rantauprapat, penelitian ini menyarankan agar pemerintah Kabupaten Labuhan Batu seharusnya tidak membiarkan kegiatan pengusahaan

Analisis terhadap krim sarang burung walet dilakukan dengan melihat karakteristik pemisahan pita protein sarang walet hasil ekstraksi protein dari sampel sediaan

Di mana alat ini berfungsi untuk menghitung jumlah burung walet yang keluar masuk dari sarang menggunakan sensor sebagai pendeteksi keluar masuknya burung walet

Tujuan dari kegiatan yang dilakukan adalah merancang alat pembersih dan pemroses sarang burung walet, agar dapat meningkatkan kualitas sarang burung walet hasil budidaya walet

Berbeda dengan panen sarang burung walet di daerah lain, panen sarang burung walet yang ada di Karang Bolong Kabupaten Kebumen menjadi budaya tersendiri karena dalam

Dengan kata lain, potensi pajak sarang burung walet ini tidak serta merta dapat langsung dijadikan sebagai target penerimaan pajak sarang burung walet oleh DPPKA karena kendala

Melihat majunya industri walet rumah di Jawa dan meningkatnya produksi sarang dari tahun ke tahun, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sarang burung walet telah dapat dilakukan

Di mana alat ini berfungsi untuk menghitung jumlah burung walet yang keluar masuk dari sarang menggunakan sensor sebagai pendeteksi keluar masuknya burung walet