BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang diakibatkan oleh atau dihubungkan dengan lingkungan kerja3. Lingkungan kerja tidak hanya terbatas pada tempat kerja formal seperti pabrik atau tempat kerja lain yang terorganisir dengan baik tetapi dapat juga tempat kerja informal seperti industri rumah tangga, industri tekstil yang dikelola secara sederhana, pengelolaan timbal aki bekas,penggunaan pestisida oleh petani, penggunaan solder timah pada jasa perbaikan alat elektronik dan lain-lain3. Penyakit akibat kerja yang tersering adalah yang mengenai saluran nafas yaitu asma dan rhinitis1. Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran respiratorik dengan banyak sel yang berperan khususnya sel mast, eosinophil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing berulang,sesak nafas,rasa dada tertekan khususnya pada malam atau dini hari. Berat dan frekuensi serangan asma pada tiap penderita bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan sesak nafas yang singkat dan ringan yang terjadi sewaktu-waktu2.
Dilaporkan adanya peningkatan prevalensi asma di seluruh dunia secara umum dan peningkatan frekuensi perawatan penderita asma di RS atau kunjungan ke unit emergensi. Hal ini diduga disebabkan oleh peningkatan kontak dan interaksi dengan allergen di rumah (asap, merokok pasif) dan allergen di atmosfer (debu kendaraan bermotor). Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada orang dewasa, dalam 10 tahun terakhir meningkat sebesar 50%. Prevalensi asma di Jepang dilaporkan meningkat hampir 3 kali lipat jika dibandingkan dengan prevalensi tahun 1960, yaitu dari 1,2% menjadi 3,14%, lebih banyak terjadi pada usia muda2.
Sampai saat ini, penyakit asma masih menujukkan prevalensi yang tinggi1. Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien asma mencapai 400 juta. Selain itu setiap 250 orang, ada satu orang meninggal karena asma setiap tahunnya. Prevalensi asma di dunia sangat bervariasi dan penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa kekerapan asma semakin meningkat terutama di negara maju. Data dari berbagai negara menunjukkan bahwa prevalensi penyakit asma berkisar antara 1-18% (GINA, 2011)2.
negara dengan yang lain tergantung pada lingkungan pekerjaannya, secara umum terjadi sekitar 5-10 % penduduk. Dari hasil observasi American Thoracis society (ATS) dinegara maju, para pekerja 15 % menderita asma akibat kerja dan merupakan penyakit tersering akibat kerja. Dari penelitian The Surveillance
of Work Occupational Respiratory Disease (SWORD) penderita asma akaibat kerja
sekitar 26 % di Inggris dan diperkirakan 52 % terdapat di Columbia. Di Amerika Serikat diperkirakan 15 % penderita asma akibat kerja. Di Jepang 15 % dari kasus asma adalah asma akibat kerja, makin lama penderita asma akibat kerja semakin meningkat, terlihat dari laporan di Kanada, dimana tahun 1977 asma kerja peringkatnya dibawah penderita asbetosis dan silikosis, namun tahun 1986 berada diurutan teratas 4. Di Indonesia belum ada data pasti tentang penyakit asma akibat kerja namun diperkirakan 2-10 % penduduk dan 2 % dari seluruh penderita asma tersebut adalah asma akibat kerja, sedangkan Karnen melaporkan bisinosis pada 30 % karyawan pemintalan dan 19,25 % karyawan pertenunan1.