• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Kota Santri Kabupaten Jomban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertumbuhan Kota Santri Kabupaten Jomban"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pertumbuhan Kota Santri (Kabupaten Jombang ) dari Pertanian menuju

Kota Industri

Oleh:

Anita Lucky Kurniasari NIM 041411131003

Program Studi Ekonomi Pembanguan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Surabaya

Email: anita.luckykurniasari@gmail.com

Abstrak

Jombang adalah sebuah kota kecil didaerah Jawa Timur yang memiliki iklim kota dengan masyarakat yang agamis dengan beberapa pondok pesantren besar didalamnya. Selain itu Kabupaten Jombang juga merupakan sebuah kota dimana salah satu aliran Agama Islam terbesar di Indonesia di lahirkan. Salah satu titik awal sejarah pertumbuhan kabupaten Jombang adalah adanya tempat peristirahatan terakhir Presiden Republik Indonesia ke 4, KH. Abdurrahman Wahid, hal inilah yang menjadikan Jombang menjadi destinasi perjalanan wisata religi masyarakat Indonesia. Perjalanan selanjutnya adalah pembangunan infrasutuktur jalan tol Surabaya-Solo yang melintasi kabupaten Jombang. Pola perkembangan kabupaten Jombang semakin terlihat sejak peristiwa tersebut terjadi di wilayah kabupaten Jombang. Dalam paper ini saya akan membahas beberapa teori perkembangan kota yang pernah dijelaskan oleh beberapa ekonom dunia dan bagaimana pola perkembangan Kabupaten Jombang ini sendiri. Pada paper ini menggunakan tiga indikator untuk melihat dan menganalisa pola perkembangan kota pada kabupaten Jombang.Pada paper ini juga dijelaskan lebih lanjut mengenai ekspansi yang terjadi dibeberapa wilayah Jombang yang berapa pada zona peralihan pada teori konsentrasi dan fakto apa saja yang mendasari ekspansi dari wilayah-wilayah tersebut. Paper ini akan lebih menjelaskan alasan-alasan ekspansi kecamatan Diwek yang mengalami ekspansi yang sangat pesat.

Pendahuluan

Jombang adalah sebuah kota kecil di bagian tengah Jawa timur dengan luas wilayah kurang lebih 1.159,50

Km

2. Kabupaten Jombang memiliki posisi yang cukup strategis karena berada di persimpangan jalur lintas utara, dari pulau Jawa (Surabaya-Madiun-Solo-Yogjakarata) jalur Surabaya-Tulungagung dan jalur Malang-Tuban. Jombang juga dikenal dengan sebutan ‘kota santri’ karena banyak ditemukan pondok pesantren yang cukup terkenal di Indonesia berada di wilayah Jombang. Ada setidaknya 7 pondok pesantren besar yang ada di wilayah Jombang ini, bahkan ada sebuah pameo yang mengatakan bahwa Jombang adalah pusat pondok pesantren di wilayah Jawa. Selain dari posisi yang cukup strategis, Jombang juga memiliki beberapa tokoh terkenal Indonesia diantaranya adalah Presiden Republik Indonesia ke-4, KH. Abdurrahman Wahid, pahlawan nasional KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim, tokoh intelektual Islam Nurcholis Madjid, serta budayawan Emha Ainun Najib dan seniman Cucuk Espe.

Kabupaten Jombang terdiri dari 21 kecematan dan 306 desa yang tersebar diseluruh wilayah kabupaten Jombang. Disisi sisi pendidikan Jombang memiliki beberapa perguruan tinggi ataupun sekolah tinggi kesehatan dan ada sekitar 525 sekolah negeri dan 29 sekolah swasta yang terdiri dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan, baik dari sekolah biasa hingga sekolah berbasis agama di wilayah Jombang dari data terbaru pada akhir tahun 2014. Untuk segi ekonomi ada beberapa sektor pendukung perkonomian di Jombang diantaranya pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan dan industri manufaktur, dimana penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Jombang adalah dari sektor pertanian untuk urutan pertama, untuk posisi kedua adalah sektor perdagangan dan sektor ketiga penyumbang PDRB terbesar di Jombang adalah industri manufaktur.

(2)

PDRB terbesar adalah di sektor pertanian, tetapi dalam beberapa tahun ini perkembangan sektor industri dan pariwisata di kabupaten Jombang ini mengalami pertumbuhan yang cukup mengejutkan dan menarik untuk bahan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor pendorong dari perubahan perekonomian masyarakat Jombang. Selain dari perubahan pada sektor ekonomi perkembangan kota juga dapat kita lihat lebih dalam pada jumlah penduduk di Jombang serta konsentrasi persebarannya di kecamatan-kecamatan di kabupaten Jombang. Tidak hanya dari sisi ekonomi dan kependudukan perkembangan kota juga dapat kita analisis dari pembangunan infrastruktur dan sarana umum yang ada disebuah kota, begitu juga dengan Kabupaten Jombang. Pada tulusan saya ini, saya akan membahas perkembangan Kabupaten Jombang dengan melakukan analisis kepada 3 indikator perkembangan kota, yaitu penduduk, industri dan perkembangan infrastruktur di Kabupaten Jombang. Selanjutkan setelah kita melakukan analisa terhadap indikator penentu perkembangan kota, nantinya kita dapat memutuskan sampai tahap mana Kabupaten Jombang melalui tahapan perkembangan kota yang ada.

Tinjauan Pustaka

Menurut R.Bintarto, kota merupakan sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alamiah yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistik dibandingkan dengan daerah disekitarnya.

Berdasarkan peraturan mentri Dalam Negeri RI Nomor 4 tahun 1980, pada hakekatnya kota mempunyai 2 macam pengertian, yaitu:

1. Suatu wadah yang memiliki batasan administratif wilayah, seperti kotamadya dan kota administratif sebagaimana telah diatur oleh perundang-undangan.

2. Sebagai lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris.

Teori Konsentrasi

Gambar 1.1 Struktur Kota Zona Konsentris

Teori konsentrasi ini menggambarkan bagian-bagian dari sebuah kota dimana daerah nomor 1 disebut daerah pusat kegiatan atau disebut juga inti kota pada daerah terdapat bangunan pemerintahan atau pusat pemerintahan suatu daerah, banyak tempat

industri dan sarana dan prasarana umum seperti sekolahan atau bangunan peribadatan. Didaerah ini biasanya polusi (udara kotor) terdapat dimana-mana.

Daerah nomor 2 disebut daerah peralihan dengan ciri-ciri pada daerah ini terdapat ciri-ciri seperti pada inti kota, tapi pada daerah ini pemukiman penduduk sudah terlihat berdampingan dengan bangunan industri ataupun pabrik-pabrik. Daearah nomor 3 adalah daerah pemukiman pekerja pada daerah ini banyak terdapat bangunan hunian tempat tinggal sederhana, biasanya wilayah ini merupakan tempat tinggal bagi para pekerja di daerah industri dari zona 1 dan 2.

Daerah nomor 4 yaitu pemukiman yang lebih baik, di zona 4 ini adalah hunian dipinggiran kota dengan banyak rumah-rumah mewah yang jauh dari pusat kota. Udara di zona ini cukup bersih dan tidak terlalu banyak polusi karna jauh dari tempat industri. Zona nonor 5 adalah daerah pengelaju daerahyang paling jauh dari pusat kota dan daerah ini adalah sebuah daerah tertinggal dari kota tersebut.

Klasifikasi Kota

Klasifikasi kota secara numerik (Kuantitatif) adalah cara penggolongan kota yang didasarkan atas kuantitas, seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk, luas wilayah kota ataupun perbandingan jenis kelamin (sex ratio). Menurut Pemerintah Republik Indonesia penggolongan kota berdasarkan jumlah penduduk dapat dibedakan sebagai berikut:

Tabel 1.1 Klasifikasi Kota Berdasarkan Kuanntitas No Jenis Kota Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 Kota Kecil 200.000 s/d 500.000 2 Kota Sedang 500.000 s/d 1.000.000 3 Kota Besar 1.000.000 s/d 10.000.000 4 Kota Metropolis di atas 10.000.000

Sumber : Urban Population Growth of Indonesia, 1980-1990

Teori Perkembangan Kota

Ada beberapa teori yang mendasari perkembangan perkotaan di dunia yang telah dikemukakan oleh beberapa ekonom dunia salah satu teori proses perkembangan kota menurut Lewis Munford. Menurut Lewis proses kerkembangan kota ini melalui 6 tahapan penting, yaitu:

1. Stadium Epolish

Ciri-ciri dari stadium Epolish, antara lain adalah sebagai berikut:

- Hasil perkembangan desa yang telah maju

- Mata pencaharian penduduk dominan dari sektor ekstratif (hasil alam)

(3)

Ciri-ciri dari stadium Polish, antara lain adalah sebagai berikut:

- Muncul kota-kota kecil yang baru - Mulai tumbuhnya kegiatan industri - Terdapat pasar yang besar dan bebas 3. Stadium Metropolish

Ciri-ciri dari stadium Metropolish, antara lain adalah sebagai berikut:

- Fungsi kota telah berjalan baik - Perkembangan kota cukup pesat

- Kegiatan penduduk di sektor industri dan jasa

4. Stadium Megapolish

Ciri-ciri dari stadium Megapolish, antara lain adalah sebagai berikut:

- Orientasi masyarakat matrealistis - Terdapat standarisasi produk

- Merupakan puncak kejayaan suatu kota 5. Stadium Tyranipolish

Ciri-ciri dari stadium Tyranipolish, antara lain adalah sebagai berikut:

- Terjadi penurunan ekonomi - Somasi terhadap nilai materi - Ketidak pedulian sosial

- Munculnya premanisme yang merajalela - Banyak terjadi konflik dan peperangan 6. Stadium Nekropolish

Ciri-ciri dari stadium Nekropolish, antara lain adalah sebagai berikut:

- Kehancuran/kematian suatu kota

- Tidak terdapat kegiatan penduduk karena benca alam atau pencemaran berat

Perkembangan Kota

Perkembangan kota merupakan kebutuhan dan keinginan warga kota karena adanya pertambahan penduduk, kemajuan pendidikan, kemajuan kebudayaan dan adanya kemajuan teknologi. Selain itu unsur geografi seperti topografi, tanah dan sumber air juga menjadi penyebab timbulnya kota dan perkembangannya.

Tanda perkembangan kota dapat dilihat dari perluasan atau ekspansi kota dari suatu proses waktu, dan mengakibatkan semakin luas daerah jangkauannya. Hal ini memungkinkan terjadi kota gabungan yang dikenal dengan konurbasi. Dalam proses konurbasi ini, maka daerah yang disebut selaput inti kota meluas terus ke arah luar. Bersamaan dengan itu pula selaput inti kota lain juga mengalami ekspansi. Kemudian kedua batas kota akhirnya akan bertemu dan dengan demikian akan terjadi semacam peleburan antara dua daerah perkotaan dengan dua inti kota.

Pemekaran kota pada umumnya digerakan oleh pengaruh dari dalam dan pengaruh dari luar. Pengaruh-pengaruh dari dalam berupa rencana-rencana pengembangan dari para perencana-rencana kota,

desakan-desakan warga kota akibat dari angka kelahiran. Pengaruh dari luar berupa berbagai daya tarik dari daerah belakang kota atau hinterland kota. Apabila kedua pengaruh itu bekerja pada saat yang sama, maka pemekaran kota akan terjadi lebih cepat. Adanya perkembangan kota juga dapat dilihat pada perubahan struktur yaitu dengan terjadinya perubahan dari struktur agraris ke struktur yang non agraris. Demikian pula nampak pada cara pnduduk kota menggunakan gedung atau perumahan mereka.

Hasil dan Pembahasan

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, diolah

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang

Pada beberpa dekade terakhir, data sensus penduduk (de facto) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik setiap 10 tahun menunjukkan bahwa pada tahun 2010 penduduk Indonesia berjumlah 1.202.407 jiwa. Sedangan untuk sex ratio di Kabupaten Jombang terdiri dari 692.421 jiwa penduduk laki-laki (sekitar 50,50% dari seluruh jumlah penduduk di Kabupaten Jombang) dan 579.076 jiwa penduduk perempuan -data pada tahun 2014. Secara de jure menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil jumlah penduduk Jombang pada tahun 2014 adalah 286.728 jiwa berdasarkan dari kepemilikan akta kelahiran. Jumlah penduduk terbesar berada di pusat pemerintahan Kabupaten Jombang (zona inti kota), kecamatan Jombang dan kecamatan Diwek (zona peralihan), sedangkan wilayah dengan penduduk paling sedikit adalah kecamatan Plandaan, yang merupakan daerah terluar kota Jombang dengan sarana prasarana dan infrastruktur yang buruk.

Perubahan jumlah penduduk adalah sebuah hal yang biasa setiap tahunnya, perubahan ini didasarkan pada beberapa faktor seperti fertilitas, mortalitas dan migrasi. Berikut adalah perubahan jumlah penduduk di kabupaten Jombang karena faktor migrasi.

(4)

Grafik 1.2 Perbandingan Migrasi Masuk dan Keluar di Kabupaten Jombang

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, diolah

Grafik 1.3 Perbandingan Migrasi Keluar per-kecamatan di Kabupaten Jombang

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, diolah

Grafik 1.4 Perbandingan Migrasi Masuk per-kecamatan di Kabupaten Jombang

Perubahan Jumlah penduduk karena faktor migrasi di kabupaten Jombang terjadi paling banyak pada migrasi masuk antar kecamatan dengan tujuan destinnasi paling bayak ada di kecamatan Jombang, Diwek, Peterongan dan Jogoroto, begitu juga besarnya orang yang bermigrasi keluar dari kabupaten Jombang berasal dari empat kecamatan tersebut. Sedangkan Net Migrasi (Migrasi Masuk-Migrasi Keluar) Kecamtan Jombang memiliki net migrasi negatif pada sisi migrasi antar kecamatan atau dalam arti bahwa jumlah orang yang keluar dari kecamatan Jombang jauh lebih banyak daripada jumlah orang yang masuk, sedangkan utnuk ketiga kecamatan lainnya adalah positif.

Besarnyanya angka migrasi dari ke empat kecamatan tersebut salah satunya adalah karena pengaruh dari adanya bagunan penunjang kehidupan atau aktifitas mereka seperti Pondok Pesantren dan pabrik industri di daerah tersebut. Ada 7 Pondok pesantren yang cukup besar di Kabupaten Jombang ini dan ada beberapa di Kabupaten Jombang, diantaranya:

Tabel 1.2 Tabel Persebaran Pondok Pesantren dan Industri besar di Kabupaten Jombang

Nama Pondok Pesantren Nama Industri Besar Nama Lokasi Nama Lokasi

Selain 8 pabrik atau Industri besar, Jombang juga memiliki 2 pabrik gula yaitu di daerah denanyar(Jombang) dan cukir (Diwek). Dari grafik dan tabel ditas kita dapat mengambil kesimpulan sementara bahwa besarnya jumlah migrasi ini juga dapat dipengaruhi oleh destinasi kegiatan mereka di wilayah tujuan. Setelah kita mengambil kesimpulan tentang koreasi hubungan antara jumlah migrasi dan lokasi pondok atau pabrik, kita akan mempelajari lebih lanjut apakah perkembangan industri dijombang akan mempengaruhi perubahan pola perkembangan kota.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, diolah

Grafik 1.5 Jumlah Tenaga Kerja yang dibutuhkan di Industri Menengah dan Besar

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, diolah

(5)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, diolah

Grafik 1.7 Total Produksi yang dihasilkan di Industri Menengah dan Besar

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, diolah

Grafik 1.8 Total Output yang dihasilkan oleh Industri Tahun 2013

Dari Grafik yang telah disajikan dapat dilihat tren penyerapan tenaga kerja di dua industri yang ada di kabupaten Jombang. Pada tahun 2013 industri menengah hampir menyerap 58% tenaga kerja dan sisanya diserap oleh industri besar. Meskipun penyerapan tenaga kerja pada industri besar lebih sedit dari industri menengah, tetapi industri ini dapat menghasilkan output dua kali lipat lebih besar dari output yang dihasilkan oleh industri menengah. Ada gap sebesar 2% antara output dan penyerapan tenaga kerja di dua industri tersebut.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, diolah

Grafik 1.9 Total Investasi pada Sektor Industri Tahun 2013

Meskipun penyerapan tenaga kerja di sektor industri menengah sekitar 58% dari semua tenaga kerja yang bekerja di sektor industri di Jombang, tapi investasi yang diberikan para investor sangat rendah pada industri ini.. Terdapat gap yang besar antara investaasi di sektor menengah dan besar. Pada tahun 2013 investasi untuk industri menengah hanya ada 17% dan sisinya diberikan pada industri besar,

sedangkan tenaga yang mampu diserap oleh industri menengah ini adalah 54%.

Adanya perubahan jumlah penduduk karena faktor migrasi berkorelasi positif terhadap perkembangan industri di Jombang. Pesatnya kegiatan industri atau pusat kegiatan lainnya mendorong

ekspansi suatu wilayah. Seperti halnya dengan wilayang Diwek yang semakin berekspansi dan melebar mendekati inti kotanya, Jombang. Dapat kita lihat bahwa fasilitas sarana dan prasarana di Diwek terpenuhi dengan sangat baik.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, diolah

Grafik 1.10 Total Pelanggan PDAM Kabupaten Jombang

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, diolah

Grafik 1.11 Total Air yang Disalurkan PDAM Kabupaten Jombang Tahun 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang, diolah

Grafik 1.12 Total Listrik Terpsang oleh PLN di Kabupaten Jombang

Ekspansi dari perkembangan kota mampu menciptakan fasilitas dan sarana prasana yang lebih baik pada daerah ekspansi. Dari penyedian listrik dan air PDM di kabupaten Jombang telah 5 tahun terakhir menunjukkan tren positif dimana fasilitas air dan listrik yang disalurkan terus bertambah setiap tahunnya.

(6)

industri dan non-industri. Webster menekankan bahwa dalam mendefinisikan penggerak urbanisasi, dua kekuatan harus dipertimbangkan: kekuatan sentripetal (penggerak dari dalam) dan sentrifugal (penggerak dari luar) dalam sebuah perluasan wilayah perkotaan. Kekuatan sentrifugal pada beberapa negara dengan pendapatan menengahmeliputi investasi manufaktur, pembangunan cepat dari expressways dan pasar lahan perkotaan, dimana harga lahan perkotaan lebih rendah di wilayah pinggiran. Sementara kekuatan sentripetal mungkin berhubungan dengan struktur ekonomi yang mendorong urbanisasi. Hal ini dapat meliputi sektor tertentu, seperti jasa yang cenderung terkonsentrasi pada area spesifik.

Simpulan

Dari tahapan-tahapan perkembangan kota dan jenis kota berdasarkan jumlah penduduknya kita dapat menyimpulkan bahwa Kabupaten Jombang termasuk kedalam kota besar jika dilihat dari jumlah penduduk secara defacto yaitu 1.202.407 jiwa. Sedangkan jika kita melihatnya secara dejure jumlah penduduk Kabupaten Jombnag yang berjumlah 286.728 jiwa masuk kedalam katagori kota kecil. Dari data penduduk di kabupaten Jombang selama 4 tahun berturut-turut terdapat perubahan struktur dan jumlah penduduk, salah satunya adalah karena faktor migrasi, besarnya angka migrasi dibeberapa wilayah di Kabupaten Jombang berkorelasi positif dengan adanya sebuah pusat kegiatan baik tempat industri, sekolah ataupun pondok pesantren. Perkembangan industri di Jombang juga mengalami tren positif yang menunjukkan kenaikan setiap tahunnya baik dalam segi penyerapan tenaga kerjanya, output yang dihasilkan serta besarnya investasi. Penyerapan tenaga kerja terbesar di jombang adalah dari industri menengah, tetapi mengejutkan tentang hasil output dan investasi yang diberikan oleh investor, karena penyerapan tenaaga kerja memiliki korelasi negatif terhadap output dan investasinya.

Adanya pertumbuhan pada sektor industri menyebabkan adanya ekspaansi dari suatu wilayah seperti di kecamatan diwek, pada wilayah ini pertumbuhan penduduknya cukup pesat dan pembangunan insfrastruktur diwilayah ini cukup pesat selama beberapa tahun ini setelah karena diwek menjadi destinasi utama imigran baik untuk pendidikan (ada sekolah mulai sekolah dasar hingga menengah atas berbasis agama, perguruan tinggi dan pondok pesantren yang cukup besar di Jawa), bekerja (terdapat 2 pabrik yang cukup besar yaitu: pabrik gula dan sebuah industri saos dan banyak industri dan kecil), tujuan wisata religi ( adanya makam KH. Abdurachaman Wachid).

Jumlah penduduk pada kota-kota lapis kedua terus meningkat, namun rata-rata laju pertumbuhan per tahunnya lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk wilayah inti kota atau kecamatan sekitarnya. Wilayah pinggiran tumbuh lebih cepat sebagai luapan aktivitas ekonomi dari kota utama membentuk kawasan perkotaan yang luas melewati batas administrasi. kota administratif dimana suatu wilayah (kota) memiliki status perkotaan resmi (kota otonom) dan kedua, kota secara fungsional, dimana sebuah desa dapat didefinisikan sebagai kota sesuai dengan kriteriakriteria yang telah ditentukan. Kriteria yang dimaksud yaitu (1) kepadatan penduduk; (2) persentase permukiman terhadap sektor pertanian; (3) fasilitas perkotaan dan aksessibiltas kawasan.

Jumlah penduduk perkotaan juga terus meningkat, meskipun laju pertumbuhannya semakin melambat. Migrasi merupakan suatu proses yang terjadi beriringan dengan pembangunan sosial ekonomi masyarakat sehingga cenderung akan terus terjadi. Namun pertumbuhan kota lapis kedua sulit untuk bisa menyamai pertumbuhan dari kota utama karena perbedaan kekuatan politik yang dimiliki

Referensi dan Sumber Data

Luh Kitty Katherina. (2014). Tren Urbanisasi Pada Secondary Cities di Indonesia Periode Tahun 1990-2010. Bandung: Pusat Penelitian Kependudukan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Sumber data:

Gambar

Gambar 1.1 Struktur Kota Zona Konsentris
Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang
Grafik 1.5 Jumlah Tenaga Kerja yang dibutuhkan di
Grafik 1.7 Total Produksi yang dihasilkan di Industri

Referensi

Dokumen terkait

Laporan ini terdiri dari lima bagian. Bagian pertama berisi tentang konteks sejarah konflik dan politik moratorium hutan di Indonesia yang meliputi: laju deforestasi dan

Tahap dewasa muda (20-40 tahun) merupakan perkembangan puncak dari kondisi fisik, dalam tahap ini setiap individu memiliki kemampuan kognitif dan penilaian moral

(kemampuan) lulusan merupakan modal utama untuk bersaing di tingkat global, karena persaingan yang terjadi adalah pada kemampuan sumber daya manusia. itu, penerapan

Untuk Kota Bogor, berdasarkan kelompok sektor maka laju per- tumbuhan ekonomi wilayah ini di- dominasi oleh kelompok sekunder dengan laju pertumbuhan pada tahun. 2005 sebesar

Dimana nilai K merupakan konstanta kerugian lokal, yang diperhitungkan konstan pada setiap peralatan selama aliran tersebut ialah turbulen. Pada tabel-tabel di dalam

Loyalitas Kerja Karyawan Menurut Allen dan Grissafe (2001, dalam Javed et al, 2014), loyalitas adalah suatu keadaan mental yang menggambarkan hubungan karyawan dengan

Untuk menganalisis tingkat risiko kredit atau pembiayan yang dihadapi oleh BJB Syariah digunakan metode CreditRisk+, sementara itu untuk mengkaji pengelolaan dan pengendalian

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 42 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum