• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Nilai Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus antara Cystatin C dan Kreatinin pada Penyakit Ginjal Kronik Anak Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Nilai Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus antara Cystatin C dan Kreatinin pada Penyakit Ginjal Kronik Anak Chapter III VI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain

Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan metode potong

lintang (cross sectional) untuk menilai perbandingan antara cystatin C dan

kreatinin sebagai penanda LFG pada pasien anak dengan PGK .

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di poliklinik Divisi Nefrologi Anak dan atau ruang

rawat inap bagian anak RSUP Haji Adam Malik Medan. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai Maret 2016.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah anak usia antara 2-18 tahun yang datang ke

RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel pada penelitian ini adalah bagian

dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dipilih secara

consecutive sampling, yaitu: pasien anak usia 2-18 tahun yang datang ke

poliklinik Divisi Nefrologi Anak dan atau dirawat inap di bagian anak RSUP

(2)

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel uji

kesesuaian berdasarkan rumus Kappa Cohen.43

n =

��

2 1−�

�2

1

− �

1

2

+

� 2−� 2� 1−�

n = besar sampel

K = nilai kappa minimal yang dianggap memadai = 0,8

�= prediksi hasil pemeriksaan positif yang sesungguhnya =0,5

d = presisi nilai kappa = 0,2

� = kesalahan yang masih dapat diterima = 0,05

Z�= deviat baku alpha = 1,96

Dengan menggunakan rumus di atas maka didapatkan besar sampel :

n = 36

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria inklusi :

1. Pasien anak yang telah terdiagnosa dengan Penyakit Ginjal

Kronik berdasarkan pemeriksaan klinis , laboratorium atau

(3)

3.5.2. Kriteria eksklusi :

1. Pasien dengan gagal ginjal yang sedang dan atau pernah

menjalani dialisa ( terapi pengganti ginjal)

2. Pasien yang sedang menjalani terapi dengan penyakit

keganasan

3. Pasien yang telah menjalani transplantasi ginjal

3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) / Informed Consent

Persetujuan telah diminta dari subjek penelitian dan orang tua setelah

terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai kondisi penyakit yang dialami

dan pemeriksaan yang akan diobervasi. Formulir persetujuan terlampir.

3.7 Etika Penelitian

Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1 Cara Kerja

a. Sampel dipilih secara consecutive sampling dimana pasien

yang masuk ke dalam kriteria inklusi disertakan dalam

(4)

b. Pasien dan orang tua diberikan penjelasan dan informed

consent yang menyatakan setuju untuk mengikuti penelitian ini.

c. Data dasar diperoleh berdasarkan riwayat anamnesa dari

keluarga dan status rekam medis, pemeriksaan klinis dan

penunjang (laboratorium, pencitraan) yang mendukung

diagnosa Penyakit Ginjal Kronik

d. Dilakukan pengukuran berat badan (BB) pada anak yang

ditentukan dengan menggunakan alat penimbang yang telah

ditera sebelumnya dan anak ditimbang dalam keadaan tanpa

alas kaki dan dengan pakaian sehari-hari.

e. Selanjutnya dilakukan pengukuran tinggi badan (TB) pada anak

yang ditentukan dengan menggunakan alat microtoa 2 M

terbuat dari metal, diukur pada posisi tegak lurus menghadap ke

depan tanpa alas kaki, tumit dan bokong menempel pada

dinding.

f. Dilakukan pemeriksaan serum kreatinin dan cystatin C dengan

persetujuan dari pasien dan orang tua.

g. Sampel darah sebanyak 5 ml diambil oleh petugas laboratorium

dari vena perifer dan dilakukan sentrifugasi untuk mendapatkan

serumnya. Serum selanjutnya diperiksa di laboratorium Prodia.

h. Pemeriksaan serum cystatin C dengan metode

(5)

Nephelometer (BN II/BN ProSpec System). Pemeriksaan serum

kreatinin dengan metode enzymatic dengan Architect.

i. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan serum cystatin C

dihitung dengan persamaan :

Persamaan CKD-EPI 2012 :

LFG = 70,69 x (SCysC) -0,931

j. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan serum kreatinin

dihitung dengan persamaan :

Persamaan CKD-EPI 2012 :

LFG = 41,3 x(tinggi badan/SCr)

(6)

3.8.2. Alur Penelitian

Gambar 3.1. Alur penelitian

Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Pengukuran antropometri

Pengambilan sampel darah

Pemeriksaan kadar serumCystatin C

Pemeriksaan kadar serumkreatinin

Penilaian LFG dengan persamaan CKD-EPICys

Penilaian LFG dengan persamaan CKD-EPI

(7)

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Jenis kelamin : nominal dikotom

Usia : numerik

Tinggi Badan : numerik

Berat Badan : numerik

Variabel tergantung Skala

Kreatinin : numerik

Cystatin C : numerik

LFG CKD-EPI Cys C : numerik/kategorik

LFG CKD-EPI : numerik/kategorik

3.10. Definisi Operasional

1. Penyakit Ginjal Kronik: suatu keadaan abnormalitas struktur maupun

fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan LFG atau LFG kurang dari

60ml/menit/1.73m2 bila tanpa gejala yang tersebut di atas, yang kesemuanya berlangsung dalam waktu tiga bulan atau lebih.

2. Laju Filtrasi Glomerulus: pemeriksaan yang dianggap paling mampu

(8)

sisa pada plasma darah yang difiltrasi dari glomerular kapiler ginjal

yang keluar dan yang bukan diserap maupun disekresi oleh tubulus

yang didapat dari suatu persamaan setelah pemeriksaan dengan

penanda tertentu. LFG terdiri atas pemeriksaan dengan penanda

eksogen (yang paling akurat) dan penanda endogen (hanya menilai

estimasi/perkiraan)

3. Kreatinin serum : pemeriksaan kreatinin dengan menggunakan serum

darah. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam mg/dL dan harus dihitung

dalam persamaan tertentu untuk mengukur LFG. Nilai normal kreatinin

serum bervariasi, biasanya adalah < 1.0 ( usia : 1 – 18 tahun)

4. Cystatin C serum: pemeriksaan cystatin C dengan menggunakan

serum darah. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam mg/L dan harus

dihitung dengan persamaan tertentu untuk mengukur LFG. Nilai

normal systatin C bervariasi, biasanya adalah 0.57 – 0.96 mg/L

(laki-laki) dan 0.50 – 0.96 mg/L (perempuan).

5. CKD-EPI Cys : adalah salah satu persaman yang digunakan untuk

menghitung LFG berdasarkan cystatin C. Penilaian LFG menggunakan

rumus :

(9)

6. CKD-EPI : adalah salah satu persamaan yang digunakan untuk

menghitung LFG berdasarkan kreatinin. Penilaian LFG menggunakan

rumus:

LFG = 41,3 x (tinggi badan/SCr)

7. Tinggi badan : pengukuran tinggi badan dengan alat pengukur tinggi

badan yang dinyatakan dalam satuan cm. Tinggi badan kemudian

diplot ke dalam kurva WHO atau CDC untuk kemudian dibagi ke dalam

kategori tinggi badan normal dan perawakan pendek (stunted). Dalam

penelitian ini dianggap perawakan pendek (stunted) bila TB/U (baca:

tinggi badan menurut usia) < 70 % dan atau berada di bawah persentil

3 atau < - 3 SD.

8. Berat badan : pengukuran berat badan dengan alat pengukur berat

badan yang dinyatakan dalam satuan kg. Berat badan kemudian diplot

ke dalam kurva WHO dan CDC untuk kemudian dibagi ke dalam

kategori berat badan normal (normoweight), berat badan kurang

(underweight) dan berat badan lebih (overweight).

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang terkumpul dilakukan dengan menggunakan perangkat

lunak komputer dengan menggunakan SPSS versi 18.0. Untuk menilai

(10)

PGK berdasarkan stadium digunakan uji chi square dan uji fischer. Dalam

mengetahui perbedaan proporsi antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin

dan cystatin C dalam menilai penurunan LFG<90ml/menit/1.73m2 digunakan uji McNemar. Untuk menilai hubungan estimasi LFG berdasarkan kadar

cystatin C dan nilai kreatinin dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya

digunakan uji t tidak berpasangan dan regresi linear. Tingkat kemaknaan

(11)

BAB 4. HASIL

Penelitian dilaksanakan di poli rawat jalan dan ruang rawat divisi nefrologi

anak RSUP Haji Adam Malik Medan selama bulan Januari – Maret 2016.

Total jumlah pasien yang diikutsertakan dalam penelitian adalah 36 anak

yang dinyatakan menderita penyakit ginjal kronik (PGK) dan telah memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi.

Usia rerata penderita adalah 10.1 tahun dengan perbandingan jumlah

yang sama antara subyek yang berusia kurang dari 10 tahun dan lebih dari

10 tahun. Jenis kelamin lelaki lebih banyak dibandingkan perempuan dengan

19 anak berbanding 17 anak. Sebagian besar status berat badan anak

adalah berat badan kurang (underweight) dengan 18 orang sedangkan

status tinggi badan didominasi dengan tinggi badan normal (normoheight)

sebanyak 20 orang. Sindroma nefrotik (SN) merupakan penyebab terbanyak

penyebab PGK pada penelitian ini yaitu sebanyak 27 orang.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan rerata kadar kreatinin

adalah 0.9 mg/dl dengan simpangan baku 1.19 dan rerata kadar cystatin C

adalah 1.4 mg/L dengan simpangan baku 1.24. Rerata LFG kreatinin pada

(12)

berdasarkan kreatinin dan cystatin C dengan (mean difference 36.8, 95 % IK

29.0 – 44.9, P=0.001). Hal ini ditunjukkan dalam tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Karakteristik dasar subjek penelitian

Karakteristik (N =36)

Usia (tahun), rerata(SB) 10.1 (4.38)

Jenis kelamin, n

- Perawakan pendek (stunted) 16

Etiologi PGK, n

- Kelainan kongenital (CAKUT) 3

- Sindroma Nefrotik (SN) 27

- Lain-lain (SLE,ISK Kompleks,dll) 6

Kreatinin, rerata (SB), mg/dl 0.9(1.19)

Cystatin C, rerata (SB), mg/L 1.4(1.24)

LFG Kreatinin (ml/min/1,73 m2), rerata (SB) 109.7(51.56)

(13)

Tabel 4.2 Hubungan jenis kelamin, usia , berat badan dan tinggi badan dengan estimasi LFG kreatinin dan cystatin C

Karakteristik N

Pada analisis hubungan antara estimasi LFG yang diperoleh dari

kadar kreatinin dan cystatin C dengan persamaan menurut CKD-EPI 2012

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

estimasi LFG menurut kreatinin dan cystatin C dengan jenis kelamin, usia,

(14)

Tabel 4.3 Perbandingan derajat PGK berdasarkan estimasi LFG antara

Tabel 4.3 menunjukan perbedaan derajat PGK dengan

membandingkan estimasi LFG menurut kreatinin dan cystatin C sebagai

penandanya. Dari tabel dapat dilihat perbedaan derajat PGK berdasarkan

kadar kreatinin dan cystatin C yang bermakna secara statistika, yaitu bila

PGK dengan LFG yang menyatakan fungsi ginjal masih normal atau tinggi

(dinyatakan dengan stadium G1) dibandingkan dengan derajat G2

(penurunan fungsi ginjal ringan) dan G3a+G3b (penurunan fungsi ginjal

menengah) dengan nilai P<0.05. Sedangkan derajat G1 dibandingkan

dengan derajat G4+G5 didapatkan nilai P>0.05 dan tidak bermakna secara

statistika. Derajat G1 dibandingkan dengan derajat G2 mempunyai nilai RP

(15)

derajat G1 dibandingkan derajat G2 bila menggunakan kreatinin

dibandingkan menggunakan cystatin C. Begitu juga jika dibandingkan derajat

G1 dengan G3a+G3b maka didapatkan 3.513 kali lebih banyak dijumpai pada

derajat G1 jika dibandingkan derajat G3a+G3b bila menggunakan kreatinin

dibandingkan menggunakan cystatin C. Prevalensi rasio yang tidak jauh

berbeda ditunjukkan antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin

C pada stadium G4 dan G5 dimana telah terjadi kerusakan ginjal berat

hingga gagal ginjal.

Tabel 4.4 Proporsi antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C dalam membedakan fungsi ginjal normal dan yang mengalami penurunan.

LFG Cystatin C

Normal Menurun Total P

LFG Kreatinin Normal 9 (25) 17 (47.2) 26 (72.2) 0.001 *

Menurun 0 (0) 10 (27.8) 10 (27.8)

Total 9 (25) 27 (75) 36 (100)

Ket : * Uji McNemar

(16)

Tabel 4.4 menunjukkan proporsi antara estimasi LFG berdasarkan

kreatinin dan cystatin C dalam membedakan fungsi ginjal normal dan yang

mengalami penurunan dengan menggunakan uji McNemar dengan nilai

P<0.05, sehingga secara statistika terdapat perbedaan bermakna dalam

penilaian fungsi ginjal antara estimasi LFG berdasarkan kreatinin dengan

(17)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah masalah kesehatan yang sangat penting

di seluruh dunia. Tingginya prevalensi dengan hasil akhir yang buruk dan

pembiayaan yang tinggi menyebabkan terjadinya perubahan paradigma

dimana tata laksana PGK lebih diarahkan kepada pencegahan PGK, deteksi

dini dan manajemen terpadu dari berbagai bidang dibandingkan dengan

melakukan tindakan lanjutan atau terapi pengganti ginjal.44

PGK pada anak juga dapat berkembang menjadi gagal ginjal bila tata

laksana yang dilakukan tidak tepat atau terlambat. PGK pada anak memiliki

dampak yang sangat bermakna dimana angka kematian pada anak dengan

gagal ginjal diperkirakan 30 kali lebih tinggi dari populasi anak pada

umumnya.45 Evaluasi fungsi ginjal dengan menilai LFG sangat penting untuk dilakukan. Suatu studi di Amerika Serikat memperkirakan terjadinya

penurunan fungsi ginjal pada pasien PGK kira-kira 3 sampai 5 ml/min/1,73m2 setiap tahunnya yang berarti besar kemungkinan pasien dengan gagal ginjal

sebelumnya telah mengalami PGK stadium awal pada masa anak dan

remaja.45

Salah satu strategi yang dianggap paling baik untuk memperbaiki

(18)

cairan dan elektrolit serta penyesuaian dosis obat-obatan untuk menjaga

fungsi ginjal dan menghindarinya dari toksisitas dapat dilakukan segera.45-46 LFG adalah indeks terbaik yang menggambarkan fungsi ginjal secara

keseluruhan. Pemeriksaan LFG yang akurat dengan penanda eksogen

hampir tidak dapat mungkin untuk dilakukan di sentra kita sehingga

penelitian ini kami lakukan untuk membandingkan antara serum kreatinin

sebagai rujukan baku dengan cystatin C sebagai penanda endogen potensial

lain dalam menilai estimasi LFG .

Serum kreatinin yang digunakan sebagai penanda LFG selama lebih

dari 100 tahun telah diketahui memiliki banyak keterbatasan.47 Kreatinin dianggap tidak dapat mendeteksi penurunan fungsi ringan dan menengah

atau yang dikenal dengan “creatinine blind area” sehingga sering terjadi over

estimasi LFG yang menyebabkan banyak kasus PGK menjadi terlambat

terdiagnosa.48 Hal ini sesuai dengan hasil yang kami dapatkan dalam penelitian ini dimana proporsi yang ditunjukkan antara estimasi LFG

berdasarkan cystatin C dan kreatinin pada pasien PGK berbeda secara

bermakna dalam membedakan fungsi ginjal normal (LFG≥ 90ml/min/1,73 m2)

dan menurun (LFG < 90ml/min/1,73 m2 )

Pada penelitian ini juga dijumpai perbedaan nilai estimasi LFG antara

kreatinin dan cystatin C yang bermakna pada stadium awal PGK akan tetapi

tidak terlalu jauh berbeda bila dibandingkan pada stadium lanjut. Perbedaan

(19)

dengan stadium G2 dan G3a+G3b (penurunan fungsi ginjal ringan hingga

sedang). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya pada tahun 2008 di

Kolombia yang menyimpulkan bahwa cystatin C lebih sensitif dibandingkan

kreatinin pada stadium awal PGK.49 Penelitian dengan hasil yang sama di Malaysia tahun 2013 juga menyatakan bahwa cystatin C secara bermakna

meningkat pada stadium 2 PGK (penurunan fungsi ginjal ringan)

dibandingkan kreatinin.39 Hal ini menunjukkan bahwa cystatin C memiliki kesesuaian yang baik dengan kreatinin dan dapat diandalkan sebagai

penanda LFG akan tetapi memiliki performa yang lebih baik saat bekerja di

stadium awal PGK.

Beberapa penelitian lain sebelumnya juga telah banyak

membandingkan antara kedua penanda ini. Studi lain yang dilakukan di India

pada tahun 2014 yang membandingkan pemeriksaan estimasi LFG antara

kreatinin dan cystatin C dengan menggunakan baku emas 99Tc-DTPA juga menemukan bahwa estimasi LFG menurut cystatin C memiliki presisi yang

lebih tinggi dibanding kreatinin (13.1 vs 25.6 mL/min/1,73 m2).13 Studi di Colombia tahun 2008 juga menyimpulkan bahwa cystatin C adalah opsi yang

sangat menarik dapat menggantikan serum kreatinin dalam mendiagnosa

dan memonitor fungsi ginjal pada anak.49 Suatu studi meta analisa tahun 2013 yang menggunakan persamaan CKD-EPI sebagaimana penelitian ini

(20)

mengenali resiko lanjutan PGK karena sangat berhubungan dengan penilaian

LFG dan klasifikasi PGK.50

Penelitian yang dilakukan di RS HAM tidak menggunakan kontrol

ataupun pemeriksaan baku emas sehingga tidak dapat dinilai akurasinya,

baik sensitivitas maupun spesifisitasnya. Studi ini juga bukan penelitian

diagnostik karena hanya merupakan uji kesesuaian dengan menggunakan

rujukan baku yaitu kreatinin. Pada penelitian ini kami juga hanya melakukan

perhitungan estimasi LFG dengan menggunakan persamaan CKD-EPI untuk

mendapatkan perbandingan yang lebih setara sesuai rekomendasi yang

terbaru dikeluarkan.

Selain sifatnya yang tidak sensitif kreatinin juga dianggap memiliki nilai

yang tidak konstan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, jenis

kelamin, massa otot , status diet dan hal-hal lain. Cystatin C dianggap bebas

dari pengaruh tersebut termasuk oleh kondisi inflamasi dan keganasan.51 Suatu studi yang dipublikasikan di Turki tahun 2015 dengan menggunakan

kontrol untuk menilai hubungan faktor-faktor tersebut dengan estimasi LFG

menurut kreatinin dan cystatin C menemukan bahwa nilai kreatinin memiliki

korelasi yang bermakna dengan usia, tinggi badan dan indeks massa tubuh

(IMT) sementara cystatin C tidak.52 Pada penelitian ini kami mendapati bahwa usia, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan sama-sama memiliki

korelasi yang lemah dengan nilai estimasi LFG berdasarkan kreatinin

(21)

Cystatin C selain memiliki lebih banyak keunggulan dalam menilai

estimasi LFG ternyata juga memiliki keterbatasan. Beberapa tulisan juga

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kadar cystatin C dengan

status thyroid pasien dan penggunaan steroid.25 Pada studi ini kendati kami menanyakan status penggunaan steroid pada pasien , kami tidak melakukan

analisa hubungan antara penggunaan steroid dengan kadar cystatin C.

Pemeriksaan hormon tiroid juga tidak dilakukan dan tidak ada penilaian

status hormon tiroid pada sampel kami. Masih diperlukan penelitian lebih

lanjut mengenai berbagai faktor diluar LFG yang dapat mempengaruhi kadar

cystatin C mengingat sindrom nefrotik dengan penggunaan steroid yang lama

juga terjadi pada sebagian besar kasus PGK.

Cystatin C dengan segala keunggulannya dibandingkan kreatinin

dalam menilai estimasi LFG ternyata belum dapat menggantikan kreatinin

yang masih digunakan secara luas di seluruh dunia. Hal ini juga berhubungan

dengan faktor biaya dimana pemeriksaan cystatin C berkisar antara 5 sampai

6 kali dibandingkan kreatinin dan juga standarisasi yang sangat bervariasi di

berbagai tempat dan negara. Suatu penelitian di Korea tahun 2011

menemukan bahwa peningkatan serum cystatin C yang ringan dengan nilai

kreatinin yang normal tidak memberikan perbedaan yang bermakna secara

(22)

menimbulkan pembiayaan yang jauh lebih tinggi bila penatalaksanaan PGK

dilakukan terlambat.

Penelitian lebih lanjut mengenai persamaan yang digunakan dalam

menilai estimasi LFG menurut kreatinin dan cystatin C juga masih diperlukan.

Penelitian lain di Swiss tahun 2013 tentang perbandingan antara persamaan

CKD-EPI dan Schwartz yang menggunakan baku emas inulin menemukan

bahwa persamaan CKD-EPI tidak dianggap lebih baik dibandingkan

persamaan Schwartz dalam menilai estimasi LFG53 Sayangnya kami tidak melakukan perbandingan antara persamaan Schwartz dan CKD-EPI dalam

penelitian ini.

Kelemahan lain pada studi ini populasi yang sedikit dan tidak

dilakukannya pemeriksaan LFG dengan menggunakan baku emas yaitu

inulin ataupun dengan penanda eksogen lain sehubungan biaya yang mahal

(23)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini ditemukan perbedaan antara estimasi LFG

berdasarkan kreatinin dan cystatin C. Perbedaan bermakna antara

estimasi LFG berdasarkan kreatinin dan cystatin C ditunjukkan

terutama pada stadium awal PGK dan menjadi hal yang sangat

penting mengingat deteksi dini penurunan fungsi ginjal sangat

mempengaruhi tata laksana PGK secara keseluruhan. Estimasi LFG

antara kreatinin dan cystatin C tidak menunjukkan perbedaan

bermakna bahkan hampir sama pada stadium PGK menengah dan

lanjut menunjukkan bahwa cystatin C juga dapat berperan sebagai

penanda LFG sebagaimana kreatinin yang saat ini digunakan sebagai

standar referensi dalam menilai LFG. Jenis kelamin, berat badan dan

tinggi badan juga bukan merupakan faktor yang mempengaruhi

perbedaan estimasi LFG antara kreatinin dan cystatin C.

6.2. Saran

PGK pada anak adalah masalah dengan dampak jangka panjang

(24)

menemukan bahwa cystatin C dapat dijadikan penanda endogen yang

dapat menilai estimasi LFG dengan lebih baik dibandingkan kreatinin

pada stadium awal dan menengah PGK. Perlu dipertimbangkan untuk

melakukan pemeriksaan cystatin C terutama pada pasien PGK dengan

resiko tinggi terjadinya penurunan fungsi ginjal.

Aspek pembiayaan juga perlu dipertimbangkan untuk

menjadikan cystatin C sebagai pengganti kreatinin dalam menilai

estimasi LFG . Sebaiknya dilakukan study dengan jumlah sampel yang

lebih banyak dan menggunaan baku emas sehingga data yang

diperoleh dapat dibandingkan dengan lebih akurat dalam menentukan

Gambar

Gambar   3.1.    Alur penelitian
Tabel 4.1  Karakteristik dasar subjek penelitian
Tabel 4.2 Hubungan jenis kelamin, usia , berat badan dan tinggi
Tabel 4.3 Perbandingan  derajat PGK berdasarkan estimasi LFG   antara kreatinin dan cystatin C

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan

Pada kondisi reaksi penataan ulang Claisen yang sama, kemurnian produk penataan ulang Claisen senyawa alil isoeugenol eter lebih rendah bila dibandingkan dengan

Dalam kasus Kashmir SAARC sebagai mediasi menjadi actor yang netral memberikan wadah perundingan dan kerjasama antar Negara asia selatan termasuk india

• kemudian kita akan membuat diagram, pie chart, histogram dan lain-lain dari data yang kita miliki dengan langkah :. o untuk pie chart, pilih menu Graph &gt; pie dan akan muncul

Berdasarkan hasil pengujian sistem dalam kondisi standar pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 menunjukkan bahwa particle filter dapat melakukan pelacakan posisi wajah (Xest,

“ Saya mengetahui tren hijab saat ini bagus, tetapi ada juga tren hijab dengan model baju nya yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, masih banyak yang

Pembakaran didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan cahaya (api) dan panas akibat kombinasi kimia walaupun secara umum pembakaran dikenal sebagai suatu proses reaksi kimia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan padi transgenik DB 1, Taichung-65, IR64 dan Ciherang terhadap penggerek batang padi kuning ( Scirpophaga incertulas )