• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia dengan Belanja Daerah Sebagai Variabel Intervening Pada Kabupaten Kota di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia dengan Belanja Daerah Sebagai Variabel Intervening Pada Kabupaten Kota di Sumatera Utara"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1Landasan Teori

Pada landasan teori akan dibahas lebih lanjut mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bantuan Keuangan Provinsi (BKP), Dana BOS dan Belanja Daerah yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. Teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu akan dijabarkan lebih luas dengan keterangan tambahan yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

(2)

2.1.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

(3)

Berbagai indikator untuk melihat pencapaian pembangunan suatu wilayah telah dibuat namun tidak semua dapat dijadikan ukuran standar yang dapat diperbandingkan antar wilayah atau antar negara. Oleh karena itu UNDP menetapkan suatu standar ukuran untuk pembangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). IPM merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pembangunan manusia, baik itu dari sisi dampaknya terhadap kondisi fisik manusia yang tercermin dari Angka Harapan Hidup (kesehatan dan kesejahteraan) maupun yang bersifat non-fisik yang dapat dilihat dari kualitas pendidikan masyarakat (Widawanto, 2015).

IPM merupakan indeks komposit atas 3 indeks yaitu:

1. Indeks Harapan yaitu sebagai perwujudan dimensi umur panjang dan sehat. Besarnya nilai maksimum dan minimum telah disepakai oleh 175 negara sebagai standar UNDP yaitu 85 tahun sebagai batas atas dan 25 tahun sebagai batas terendah.

(4)

3. Indeks Pendapatan yaitu sebagai perwujudan dimensi hidup layak. Perhitungan yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto Riil yang disesuaikan untuk UNDP, sedangkan Badan Pusat Statistik menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.

Tabel 2.1

Diagram Perhitungan IPM

Dimensi Umur panjang dan Pengetahuan Kehidupan yang

Sehat Layak

INDIKATOR Angka Harapan Angka melek Rata-rata Pengeluaran per Hidup pada saat huruf lama sekolah kapita riil yang

Lahir yang disesuaikan

(PPP rupiah)

INDEKS Indeks Harapan Indeks Pendidikan Indeks Pendapatan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Berdasarkan skala internasional IPM dapat dikategorikan menjadi empat yaitu: kategori tinggi (IPM>80), kategori menengah (66<IPM<80), kategori menengah bawah (50<IPM<66) dan kategori rendah (IPM<50).

(5)

2.1.2 Dana Perimbangan

Salah satu agenda reformasi yang dicita-citakan adalah pemberian otonomi daerah yang seluas-luasnya. Untuk merealisasikan agenda tersebut pada tahun 1999 terbentuklah undang-undang yang dikenal dengan Undang-undang Otonomi Daerah yaitu UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang kemudian disempurnakan dengan UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004. Otonomi daerah yang dimaksud adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan aspirasi masyarakat daerah itu sendiri. Penyerahan wewenang ini disebut dengan desentralisasi. Penelitian Mehmood dan Sadiq (2010) menyebutkan bahwa desentralisasi fiskal mengacu pada pengalihan kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Diharapkan pemberian otonomi yang luas kepada daerah akan mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.

Penyelenggaraan otonomi daerah ini tentu memerlukan pendanaan yang besar dan akan terlaksana dengan optimal apabila dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya daerah diberi sumber penerimaan yang cukup. Sesuai pasal 5 UU No. 33 tahun 2004 dimana sumber pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah.

(6)

pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan selain dimaksud untuk membantu daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintah antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintah antar daerah (Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri, 2013). Menurut Permendagri No. 13 tahun 2006, dana perimbangan dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan untuk pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berdasarkan UU No. 33 tahun 2004 pasal 29 Proporsi DAU antar daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota. Tujuan dari DAU adalah untuk mengurangi kesenjangan keuangan horizontal antar-daerah dan mengurangi kesenjangan vertikal Pusat-Daerah, mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar daerah dan untuk menciptakan aktivitas perekonomian di daerah (Abdullah dan Halim, 2003). DAU bersifat “Block Grant” yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah

sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah (Budiriyanto, 2011).

b. Dana Alokasi Khusus (DAK)

(7)

membiayai kebutuhan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam APBN. DAK disebut juga dana infrastruktur karena merupakan belanja modal untuk membiayai investasi pengadaan dan/atau perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang.

c. Dana Bagi Hasil (DBH)

Menurut UU No. 33 tahun 2004, dana bagi hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pasal 11 Undang-undang No. 33 tahun 2004 menyebutkan bahwa dana bagi hasil dibagi menjadi dua yaitu dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25 dan pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh pasal 21.

(8)

efektif mulai tahun 2011. Demikian juga untuk hasil penerimaan pajak provinsi sebagian diperuntukkan kabupaten/kota yang terdiri dari hasil penerimaan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor, hasil penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor, hasil penerimaan pajak rokok dan hasil penerimaan pajak air permukaan (Widarwanto, 2015).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyerahan dan pemberian sumber pendanaan dalam bentuk kebijakan perimbangan keuangan pada daerah otonom ditujukan untuk memberikan keleluasaan pemerintah daerah untuk menyikapi aspirasi dan mempercepat peningkatan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat yang diharapkan berdampak pada pembangunan manusia sehingga dapat meningkatkan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tersebut.

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(9)

a. Pajak daerah yaitu pajak yang ditetapkan dengan peraturan daerah atau pajak negara yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan kepada daerah (Sutrisno, 1984)

b. Restribusi daerah yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersil karena pada dasarnya dapat disediakan oleh sektor swasta (Pasal 1 PP No. 66 tahun 2002).

c. Bagian Laba Perusahaan Daerah yaitu sumber pendapatan yang berasal dari perusahaan daerah yang berorientasi kepada keuntungan. Keuntungan yang didapat perusahaan daerah sebagian diserahkan ke kas daerah. Prinsip pengelolaannya berdasarkan atas asas-asas ekonomi perusahaan. d. Pendapatan lain-lain yang sah yaitu penerimaan yang berasal dari usaha

dinas-dinas daerah yang bersangkutan yang bukan merupakan penerimaan pajak, restribusi atau laba perusahaan daerah. Penerimaan ini bisa berasal dari sewa rumah dinas milik daerah, hasil penjualan barang-barang (bekas) milik daerah, penerimaan kios milik daerah dan penerimaan uang langganan majalah daerah (Hirawan, 1987).

(10)

2.1.4 Bantuan Keuangan Provinsi (BKP)

Untuk membantu pemerintah kabupaten/kota, provinsi memberikan bantuan dalam bentuk dana yang menjadi sumber pendapatan bagi kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan daerah tersebut. Bantuan keuangan provinsi tersebut dimasukkan ke dalam kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah. Bantuan diberikan untuk mengurangi ketimpangan dan meningkatkan efisiensi pengeluaran kabupaten/kota.

(11)

2.1.5 Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Program dana Bantuan Operasional Sekolah atau Dana BOS dilaksanakan pada tahun 2005 untuk mendukung program pendidikan pemerintah wajib belajar 9 tahun. Dana BOS dialokasikan dalam APBN untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Dana BOS dialokasikan untuk SD/MI/SDLB dan SMP/MTs/SMPLB serta digunakan untuk:

a. Biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar, dan

b. Mendanai beberapa kegiatan lain sesuai petunjuk teknik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Dana BOS merupakan pelengkap dari kewajiban daerah untuk menyediakan anggaran pendidikan dan bukan merupakan pengganti BOS Daerah (BOSDA). Kebutuhan alokasi dana BOS diusulkan oleh Kemendikbud untuk kemudian disalurkan dari rekening kas Negara ke rekening kas umum daerah provinsi untuk selanjutnya diteruskan ke sekolah dengan mekanisme hibah.

(12)

dana BOS terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2005 dana yang dikeluarkan pemerintah sebesar Rp 5,1 trilyun, tahun berikutnya menjadi Rp 11,6 trilyun dan berdasarkan PMK No. 201/PMK 07/2012 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2012 dana yang dialokasikan untuk BOS pada tahun 2012 semakin meningkat menjadi 23,6 trilyun. Dana BOS yang diterima oleh setiap sekolah berbeda-beda tergantung dari jumlah siswa. Adapun besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah termasuk untuk BOS Buku pada tahun anggaran 2011 dengan ketentuan :

1. SD/MI/SDLB di kota : Rp 400.000,-/siswa/tahun 2. SD/MI/SDLB di kabupaten: Rp 397.000,-/siswa/tahun 3. SMP/SMPLB/SMPT di kota: Rp 575.000,-/siswa/tahun 4. SMP/SMPLB/SMPT di kabupaten: Rp 570.000,-/siswa/tahun

Perlakuan yang sama diberikan baik untuk sekolah negeri atau sekolah swasta, perbedaan hanya pada pengelolaannya.

2.1.6 Belanja Daerah

(13)

subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga (Masdjojo, 2009).

Selanjutnya di Permendagri 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dinyatakan bahwa Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud pada Permendagri 13/2006 diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Apabila hal ini dapat dilaksanakan daerah dengan baik maka tujuan pembangunan untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif akan terwujud sehingga dapat meningkatkan nilai Indeks Pembangunan Manusia suatu daerah.

2.2 Review Peneliti Terdahulu

(14)

Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan Pengalokasian Belanja Modal sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pemerintah Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi (X1) terbukti tidak mempunyai pengaruh terhadap IPM (Y) melalui pengalokasian Belanja Modal (X5), sedangkan DAU (X2), DAK (X3) dan PAD (X4) terbukti berpengaruh positif terhadap IPM (Y) melalui pengalokasian anggaran Belanja Modal (X5) dan pengalokasian anggaran Belanja Modal yang diproksikan dengan Belanja Modal berpengaruh positif terhadap IPM (Y).

Penelitian oleh Mehmood dan Sadiq (2010) mengenai Impact of Fiscal Decentralisation on Human Development: A Case study of Pakistan, menunjukkan bahwa variabel desentralisasi fiskal berpengaruh positif terhadap IPM. Desentralisai fiskal dari sisi pengeluaran lebih efektif untuk Pembangunan Ekonomi karena desentralisasi fiskal penggunaannya merupakan wewenang daerah sehingga apabila daerah bijaksana menggunakannya maka sumber dana yang ada pada daerah tersebut bisa di manfaatkan dengan maksimal untuk kesejahteraan masyarakat.

(15)

Penelitian Sari (2011) mengenai Analisis Pengaruh Tingkat Kemandirian Fiskal, PAD terhadap Indeks Pembangunan Manusia melalui Belanja Modal di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa Tingkat Kemandirian Fiskal (X1) dan PAD (X2) berpengaruh signifikan terhadap IPM (Y) dan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Kemandirian Fiskal (X1) melalui Belanja Modal (Z) sebagai variabel intervening berpengaruh secara tidak langsung terhadap IPM (Y).

Penelitian Marbun (2011) mengenai Pengaruh Kapasitas fiskal terhadap IPM pada Pemerintah kota/Pemerintah Kabupaten di Sumatera Utara menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen yaitu PAD (X1), DAU (X2) dan DBH (Pajak dan bukan pajak) (X3) berpengaruh secara positif terhadap IPM (Y). Secara parsial hanya variabel DAU (X2) yang berpengaruh terhadap IPM (Y), sedangkan variabel lain yaitu PAD (X1), DAU (X2), dan DBH (pajak dan bukan pajak) (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap IPM (Y).

(16)

Penelitian Ardiansyah (2014) mengenai Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa PAD, DAU, dan DAK berpengaruh signifikan terhadap IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian Amalia dan Purbadharmaja (2014) mengenai Pengaruh Kemandirian Keuangan Daerah dan Keserasian Alokasi Belanja Terhadap Indeks Pembangunan Manusia menunjukkan bahwa kemandirian keuangan daerah (X1) dan keserasian alokasi belanja (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Indek Pembangunan Manusia (Y) kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2008-2012. Secara parsial kemandirian keuangan daerah (X1) dan keserasian alokasi belanja (X2) terutama di bidang kesehatan dan pendidikan memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM (Y1).

(17)

Penelitian Putra dan Ulupui (2015) mengenai Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus untuk Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia menunjukkan bahwa PAD, DAU dan DAK berpengaruh positif signifikan terhadap IPM. Terutama untuk variabel PAD dan DAK, peningkatan PAD dan DAK suatu daerah akan meningkatkan IPM daerah tersebut. Penelitian ini bersifat kualitatif yang merupakan simpulan dari beberapa penelitian yang sama.

Penelitian Widarwanto (2015) mengenai Pengaruh DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP terhadap IPM dengan Belanja Pelayanan Dasar sebagai Moderating Variabel (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota se Sumatera Utara) menunjukkan bahwa hasil riset ini menunjukkan secara simultan variabel DAU (X1), DAK (X2), PAD (X3), DBH (X4) dan BKP (X5) berpengaruh terhadap IPM. Secara parsial variabel DAU, PAD dan DBH berpengaruh secara positif terhadap IPM, namun variabel DAK (X2) dan BKP (X5) secara parsial tidak berpengaruh terhadap IPM. Hasil pengujian juga membuktikan bahwa belanja pelayanan dasar yang merupakan variabel moderating mengindikasikan bahwa besarnya alokasi belanja pelayanan dasar tersebut akan memoderasi hubungan DAU, DAK, PAD, DBH, BKP terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

(18)

Tabel 2.2 Review Peneliti Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Putra dan Ulupui (2015)

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,

Hasil pengujian pada

penelitian ini

menunjukkan bahwa PAD, DAU dan DAK berpengaruh positif signifikan terhadap IPM.

Pengaruh transfer dana bos, Jamkesnas dan

PNPM terhadap

pencapaian Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) model regresi data panel 33 provinsi tahun 2008-2010. dana Jamkesnas tidak. Hasil regresi data panel pada 33 provinsi menunjukkan Secara bersama-sama model regresi data panel hubungan transfer dana

(19)

keuangan daerah dan keserasian alokasi

belanja terutama

dibidang kesehatan dan pendidikan memiliki

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PAD, DAU dan DAK berpengaruh signifikan

terhadap IPM

kabupaten /kota di Provinsi Jawa Tengah

Lugastoro dan Ananda (2013)

Analisis pengaruh PAD dan dana Perimbangan

terhadap Indeks

Pembangunan Manusia kabupaten/kota di Jawa Timur. terhadap belanja modal

dan pertumbuhan terhadap belanja modal merupakan variabel yang tidak signifikan

(20)
(21)

berpengaruh secara

Belanja Modal terhadap

IPM pada

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

PAD dan belanja

Gambar

Tabel 2.1 Diagram Perhitungan IPM
Tabel 2.2 Review Peneliti Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Proyeksi timbulan sampah pada tahun 2027 akan digunakan untuk menghitung potensi daur ulang sampah rumah tangga Kecamatan Sangkapura serta untuk mengetahui berapa

Hasil uji statistik diperoleh mean jenis kelamin laki-laki lebih besar dari pada jenis kelamin perempuan yang artinya remaja laki-laki di Pekanbaru yang diteliti

Dengan demikian hasil penelitian menyimpulkan bahwa hasil belajar Biologi siswa kelas X materi Ekosistem semester 2 tahun ajaran 2011/2012 MA Al-Khairiyah yang diajarkan

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrat dengan jenis leguminosa yang berbeda terhadap konsentrasi NH 3 dan protein total rumen secara..

Peningkatan penggunaan konsentrasi plasticizer pada edible film berpengaru h nyata (α=0,05) terhadap kadar air, ketebalan, kecerahan (L*), kelarutan, transmisi uap

JUDUL : PENANGULANGAN DBD, SEBARAN NYAMUK DIPERLUAS. MEDIA :

Ada beberapa pandangan mengenai keyakinan orang tua bahwa anak pada dasarnya jahat. Beberapa tindakan kekerasan dilakukan oleh orang tua dengan keyakinan bahwa anak tidak