• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Kinerja Tahunan - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur Rencana Kerja 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Kinerja Tahunan - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur Rencana Kerja 2017"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

DINAS PETERNAKAN

Jl. Bhayangkara No. 54. Telp: (0541) 743921 /

7427745 Fax: (0541) 736228

Samarinda, Indonesia

E-mail: dinaspeternakankaltim@gmail.com

(2)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan peternakan merupakan salah satu bagian dari lima komoditas strategis nasional tersebut pada dasarnya adalah untuk penyediaan pangan hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) maupun kuantitas dan turut berperan dalam mendorong terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia dari sisi pemenuhan gizi melalui penyediaan konsumsi protein hewani asal ternak yaitu daging, telur dan susu. Selain itu mendorong tumbuhnya ekonomi yang berkerakyatan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat peternakan.

Pencanangan target 2 (dua) juta ekor sapi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara oleh Gubernur Kaltim pada acara puncak bulan bakti peternakan dan kesehatan hewan di Samarinda pada tanggal 23 Nopember 2013 menjadi landasan penetapan kebijakan strategis pembangunan peternakan dan kesehatan hewan di Kalimantan Timur.

Penetapan program, kegiatan dan operasional pelayanan yang ada dirancang secara berjenjang, melalui mekanisme musyawarah pembangunan yang diformulasikan pada setiap tahunnya sebagai penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Peternakan. Peran pemerintah lebih banyak kepada peran-peran stimulasi, dinamisasi, regulasi dan fasilitasi bagi masyarakat dan pelaku usaha peternakan. Oleh karena itu partisipasi masyarakat terus akan didorong pada setiap tahapan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan. Peran masyarakat dalam pengawasan pembangunan saat ini telah berkembang dengan pesat sebagai dampak dari keterbukaan informasi publik sehingga perlu dilakukan pengelolaan dengan baik melalui media cetak, elektronik, website maupun bertatap muka.

Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Penyusunan rancangan Renja SKPD merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum disempurnakan menjadi dokumen Renja SKPD yang definitif.

Dalam prosesnya, penyusunan rancangan Renja SKPD mengacu pada kerangka arahan yang dirumuskan dalam rancangan awal RKPD. Oleh karena

itu penyusunan rancangan Renja SKPD dapat dikerjakan secara

simultan/paralel dengan penyusunan rancangan awal RKPD, dengan fokus melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap kondisi eksisting SKPD, evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun-tahun sebelumnya dan evaluasi kinerja terhadap pencapaian Renstra SKPD.

Penyusunan Renja SKPD yang dilakukan melalui dua tahapan yang merupakan suatu rangkaian proses yang berurutan, mencakup:

1. Tahap perumusan rancangan Renja SKPD; dan

(3)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 2

Adapun program prioritas Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 – 2018 adalah : 1. Percepatan pengentasan kemiskinan

2. Percepatan transformasi ekonomi 3. Pengembangan agrobisnis

4. Penguatan cadangan pangan

5. Pemenuhan kebutuhan energi ramah lingkungan

Untuk mencapai sasaran program seperti tersebut di atas, maka disusunlah Rencana Strategis SKPD Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018. Renstra ini diwujudkan setiap tahun melalui Rencana Kerja (Renja) SKPD yang memberikan gambaran tentang program dan kegiatan, dimana pelaksanaannya, berapa dana yang dibutuhkan oleh SKPD untuk mencapai sasaran program/kegiatan dalam satu tahun anggaran. Selain itu, Renja SKPD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur mengakomodasi Renja SKPD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota dan stakeholder terkait lain.

1.2. Landasan Hukum

Beberapa perundangan-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan penyusunan renja SKPD tahun 2017 adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

2. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

3. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. 4. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah.

5. Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri No. 13 tahun 2006

8. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2000/II/Bangda, tanggal 28

Februari 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerinta Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

(4)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 3

11. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018;

12. Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 21 Tahun 2016 tanggal 16 Mei 2016 tentang Penetapan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016;

13. Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor Tahun 2016 Tanggal 16 Juni 2016 tentang Pengesahan Renja SKPD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017.

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagai bahan acuan dan arahan bagi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur dalam melaksanakan program/kegiatan bidang peternakan dan kesehatan hewan di Kalimantan Timur, sehingga tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan fasilitasi bidang peternakan dan kesehatan hewan di Kalimantan Timur, antara lain diindikasikan dalam hal :

1. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur);

2. Meningkatkan efisiensi budidaya peternakan dan kelestarian lingkungan; 3. Meningkatkan jaminan keamanan pangan produk peternakan.

Tujuan yang diharapkan dari Renja SKPD ini adalah :

1. Terjabarkannya Renstra SKPD berdasarkan RKPD tahun 2017

2. Tersedianya gambaran yang jelas tentang program dan kegiatan SKPD pada tahun 2017.

3. Tersedianya acuan dan arahan dalam pencapaian sasaran SKPD tahun 2017 4. Tersusunnya dokumen perencanaan SKPD pada tahun 2017.

1.4. Sistematika Penulisan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah dan Permendagri No.54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah maka sistematika penyusunan Rancangan Rencana Kerja SKPD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017 secara garis besar adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(5)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 4

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU

Bab ini memuat evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu dan capaian Renstra SKPD, analisis kinerja pelayanan SKPD, isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD, review terhadap rancangan awal RKPD, dan penelaahan usulan program dan kegiatan masyarakat.

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

Bab ini memuat telaahan terhadap kebijakan nasional, tujuan dan sasaran Renja SKPD, program dan kegiatan.

BAB IV PENUTUP

(6)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 5

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2015

2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2015 dan capaian Renstra SKPD

Dalam Dokumen Rencana Strategis Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009-2013 telah ditetapkan Program dan kegiatan untuk mewujudkan visi dan misi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur sebagai operasionalisasi dalam mensukseskan visi dan misi Gubernur Kalimantan Timur yang sekaligus sebagai visi dan misi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Pada tahun 2015, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur melaksanakan program dan kegiatan yang mengacu pada RKPD dan Renstra SKPD Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009-2013 melalui 6 (enam) Progam dengan 9 (sembilan) kegiatan. Rekapitulasi evaluasi hasi renja SKPD dan pencapaian renstra SKPD s/d tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran 1 (terlampir).

1). Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.

Program ini mempunyai dana sebesar Rp.5.751.174.400,- dialokasikan untuk 2 (dua) kegiatan yang terdiri dari :

a. Kegiatan Pemeliharaan dan pencegahan penyakit menular ternak sebesar Rp.3.800.000.000,-

b. Kegiatan Pelayanan Laboratorium keswan dan kesmavet sebesar Rp.1.951.174.400,-

Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai penyakit hewan sehingga Kalimantan Timur bebas dari penyakit hewan menular strategis maupun yang bersifat ekonomis, sehingga mampu menyediakan bahan pangan asal ternak yang ASUH.

Dari pelaksanaan kedua kegiatan tersebut, secara umum dapat terlihat capaian kinerja sebagai berikut :

➢ Peningkatan status wilayah Jembrana sebesar 60% atau dengan capaian sebesar 75% dari target 80% karena kejadian kasus jembrana masih terjadi sebanyak 1 (satu) kasus di Berau. Pada tahun 2013, kejadian Jembrana 30 kasus terjadi di 2 kabupaten yaitu Balikpapan (8 kasus) dan Kukar (22 kasus). Sedangkan pada tahun 2014 terjadi pada Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) sebanyak 9 kasus, sehingga dari 10 kabupaten/kota hanya 6 kabupaten/kota yang terbebas dari kasus Jembrana antara lain Kabupaten Kutim, Kubar, Paser, Samarinda, Mahakam Hulu dan Bontang.

(7)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 6

Balikpapan (1 kasus), sehingga dari 10 kabupaten/kota di Kaltim hanya 2 kabupaten yang terbebas dari AI yaitu Paser dan Mahakam Hulu.

Kegiatan tersebut terealisasi secara fisik 100% dan keuangan sebesar 93,53% atau sebesar Rp.5.378.782.302,-

2) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

Program ini mempunyai dana sebesar Rp.27.923.020.134,- dan dialokasi untuk 3 (tiga) kegiatan yang terdiri dari :

a. Kegiatan Pengembangan agribisnis peternakan b. Kegiatan Pengembangan perbibitan dan budidaya c. Kegiatan Pembibitan dan Perawatan Ternak

Tujuan program ini adalah meningkatkan produksi dan produktifitas ternak di Kalimantan Timur sehingga menjadi daerah yang ketercukupan akan kebutuhan daging, telur dan susu yang memiliki aspek jaminan keamanan pangan ASUH. Sasaran kegiatan tersebut adalah meningkatnya populasi dan produksi ternak, sehingga diharapkan pendapatan masyarakat meningkat.

Capaian program (outcome) ini adalah jumlah produksi daging dan telur. Keterkaitan capaian outcome dengan sasaran adalah

▪ Keterkaitan jumlah produksi daging dengan ketersediaan lokal daging adalah produksi daging sebesar 61.493,50 ton untuk memenuhi konsumsi daging sebesar 64.089,40 ton maka kita mampu memasok dari lokal sebesar 68,09% artinya semakin tinggi tingkat konsumsi daging maka ketersediaan daging dari lokal pun semakin terpenuhi. Sehingga keterkaitan dengan capaian tujuan adalah semakin tinggi ketersediaan daging dari lokal maka populasi ternak di Kaltim juga semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan daging.

▪ Keterkaitan jumlah produksi telur dengan ketersediaan lokal telur adalah produksi daging sebesar 9.722,80 ton untuk memenuhi konsumsi sebesar 16.174,90 ton maka kita mampu memasok dari lokal sebesar 51,72% artinya pemenuhan konsumsi telur hanya 50% saja dari lokal sehingga keterkaitan dengan capaian tujuan adalah populasi ayam buras dan petelur tidak mencapai target.

Kegiatan di atas sudah terlaksananya secara fisik sebesar 68,02% dengan realisasi keuangan yang terserap sebesar 36,04% atau sebesar Rp. 10.063.690.129,-

3) Program Peningkatan dan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

Program ini mempunyai pagu dana sebesar Rp.1.850.000.000,- dan dialokasikan untuk :

a. Kegiatan Pengembangan Pemasaran hasil produksi Peternakan

(8)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 7

Capaian outcome dari program ini yaitu jumlah usaha pengolahan hasil peternakan. Pada tahun 2015 mencapai 4 unit usaha pengolahan hasil peternakan yaitu usaha telur asin Bu Endang di Kutai Kartanegara, ayam kampung Q-TA di Kutai Timur, Abon Ayam Bintang Milono di Balikpapan dan Kelompok bakso Arema di Samarinda.

Kegiatan ini sudah terlaksananya secara fisik sebesar 100% dengan realisasi keuangan yang terserap sebesar 99,44% atau sebesar Rp.1.839.640.000,-

4) Program Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan

Program ini mempunyai dana sebesar Rp. 10.775.000.000,- dan dialokasikan untuk :

a. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan teknologi Peternakan tepat guna (Inseminasi buatan dan embrio transfer).

Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan kawasan peternakan yang nantinya diharapkan menjadi usaha peternakan rakyat.

➢ Capaian program ini adalah jumlah kawasan peternakan yang terealisasi sebanyak 6 kawasan di Paser Kabupaten Paser yaitu 1).Longkali (1.382 ekor); 2).Long ikis (9.154 ekor); 3).Kuaro (3.242 ekor); 4).Pasir Belengkong (2.854 ekor); 5).Batu Engau (1.113 ekor); 6) Muara Komam (754 ekor).

➢ Sedangkan realisasi tahun 2014 juga terbentuk 6 kawasan peternakan di Kabupaten Kutai Timur yaitu yaitu 1) Kecamatan Rantau Pulung (1.873 ekor); 2) Kecamatan Kaliorang (2.118 ekor); 3) Kecamatan Long Mesangat (1.452 ekor); 4) Bengalon (783 ekor) 5) Muara Wahau (1.039 ekor) 6) Kongbeng (1.194 ekor). Dengan demikian jumlah ternak di 6 kecamatan tersebut sebanyak 8.459 ekor, sehingga berdasarkan kriteria kawasan peternakan telah memenuhi lebih 3.000 ekor sapi, maka Kutai Timur dijadikan sebagai kawasan peternakan.

➢ Target jumlah kawasan peternakan di akhir periode Renstra Tahun 2018 sebanyak 25 kawasan peternakan sedangkan dari tahun 2013 sampai dengan 2015 sudah terbentuk kawasan peternakan sebanyak 12 kawasan. Sehingga masih diperlukan 13 kawasan untuk mencapai akhir periode Renstra. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra tahun 2018 adalah dengan penyebaran ternak melalui dana bantuan Pemerintah Daerah maupun Pusat, pendataan dan pengawasan perkembangan ternak bantuan pemerintah secara intensif baik oleh Provinsi maupun Kabupaten/kota.

➢ Keterkaitan jumlah kawasan peternakaan ketersediaan lokal daging adalah dengan terbentuknya kawasan peternakan 12 kawasan di Kaltim, maka untuk memenuhi konsumsi daging dari lokal dapat terpenuhi dan keterkaitan dengan capaian tujuan adalah bahwa dengan terbentuknya 12 kawasan peternakan maka jumlah populasi sapi potong di Kaltim semakin meningkat. Artinya populasi sapi potong berkembang di kawasan peternakan.

Kegiatan ini sudah terlaksananya secara fisik sebesar 100% dengan realisasi keuangan yang terserap sebesar 96,59 % atau sebesar Rp. 10.407.503.600,-

(9)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 8

Program ini mempunyai pagu dana sebesar Rp.300.000.000,- dan dialokasikan untuk Kegiatan Pelatihan Keterampilan Pengembangan Budidaya Ternak. Program ini dimaksudkan untuk menanggulangi kemiskinan melalui subsektor peternakan

➢ Program ini merupakan program prioritas indikator RPJMD Provinsi Kalimantan Timur. Capaian outcome program ini adalah jumlah masyarakat miskin yang beternak kambing (KK). Sesuai reviu Renstra bahwa target indikator jumlah masyarakat miskin yang beternak kambing tidak ada karena Kepala Keluarga (KK) miskin baru dilatih di tahun 2015 sebanyak 75 KK, sehingga KK tersebut akan menerima ternak kambing di tahun 2016. Pelatihan budidaya ternak kambing sebanyak 75 KK di Kutai Timur terdiri dari 55 KK di Kecamatan Rantau Pulung (desa tanjung labu 20 KK, desa tepian makmur 15 KK dan desa margo mulyo 20 KK) dan 20 KK di Kecamatan Bengalon desa tepian langsat.

➢ Keterkaitan jumlah masyarakat miskin yang beternak kambing dengan ketersediaan lokal daging adalah bahwa masyarakat miskin yang telah diberi pelatihan budidaya dan beternak kambing akan meningkatkan ketersediaan daging dari lokal. Sehingga dampaknya bagi capaian tujuan adalah apabila ketersediaan daging dari lokal terpenuhi, maka tentunya populasi ternak kambing di Kaltim juga semakin meningkat.

Kegiatan ini sudah terlaksananya secara fisik sebesar 100% dengan realisasi keuangan yang terserap sebesar 69,27 % atau sebesar Rp. 207.801.000,-

6) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan

Program ini mempunyai dana sebesar Rp. 8.163.693.750,- dan dialokasikan untuk :

b. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan teknologi Peternakan tepat guna (Inseminasi buatan dan embrio transfer).

Program ini dimaksudkan untuk melakukan pemanfaatan teknologi tepat guna, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat dari hasil rekayasa teknologi. Dengan teknologi tepat guna diharapkan peternak mampu untuk meningkatkan produksi ternaknya.

➢ Capaian program ini adalah produksi pakan hijauan, S/C, CR dan produksi biogas yang dihasilkan.

(10)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 9

➢ Capaian S/C tahun 2015 ini sebesar 2,1 sedangkan nilai CR sebesar 47,62%. Artinya nilai kesuburan sapi betina cukup baik karena S/C yang paling baik antara 1,6 - 2. Sedangkan nilai CR nya rendah dimana nilai CR yang baik 60-80% artinya angka konsepsinya rendah dikarenakan tingginya jumlah sapi yang di IB sampai dengan bunting lebih dari satu kali, sehingga mempengaruhi angka konsepsinya. Keterkaitan capaian outcome dengan capaian sasaran adalah nilai S/C dan CR rendah mempengaruhi keberhasilan kebuntingan sehingga dari 3.035 akseptor hanya 2.050 ekor sapi yang berhasil bunting. Bila dilihat dari capaian tujuan, dari 2.050 ekor sapi yang bunting hasil IB terdapat kelahiran hasil IB 1.462 ekor atau sebesar 71,32% dari kebuntingan hasil IB, sehingga sapi yang bunting pada bulan mei ke atas kelahirannya di tahun depan.

➢ Capaian produksi biogas yang dihasilkan sebesar 189 m3 karena jumlah instalasi biogas yang terbangun sebanyak 105 unit. Keterkaitan capaian outcome dengan capaian sasaran adalah dengan adanya produksi biogas yang dihasilkan maka biogas tersebut telah digunakan dan dimanfatkan oleh peternak dengan kriteria 1 unit biogas dapat dimanfaatkan untuk 1 KK, sehingga instalasi biogas yang dibangun sebanyak 105 unit maka dapat dimanfaatkan oleh 105 KK. Bila dikaitkan lagi dengan capaian tujuan, dari jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas 105 KK maka akan terbentuk kawasan mandiri energi yang berbasis biogas.

Kegiatan ini sudah terlaksananya secara fisik sebesar 100% dengan realisasi

keuangan yang terserap sebesar 96,79 % atau sebesar Rp.

7.901.686.283,00,-

Dalam melaksanakan pembangunan peternakan di Provinsi Kalimantan Timur selain bersumber dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Propinsi Kalimantan Timur, juga bersumber dari dana APBN yang berasal dari kegiatan Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dengan pengalokasian berupa dana Konsentrasi, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Dukungan anggaran APBD dan APBN sejak tahun 2008 sampai dengan Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.

(11)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 10

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

Pada Tahun anggaran 2015, Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp.

80.919.778.040,-

termasuk belanja langsung dan tidak langsung. Realiasi keuangan selama tahun 2015 mencapai

74,52%

atau sebesar

60.297.800.436,-.

Sedangkan realisasi fisik sebesar 80%.

Sisa anggaran APBD pada tahun 2015 sebesar Rp.22.240.745.465,- dikarenakan:

1. Adanya efisiensi/penghematan anggaran belanja terhadap lelang barang dan jasa karena penawaran pihak ketiga di bawah plafon anggaran yang tersedia. 2. Adanya Pegawai Negeri Sipil yang pensiun dan mutasi sehingga adanya dana

kelebihan tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja.

3. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur hanya terealisasi 65,46% karena merupakan sisa kontribusi yang sudah dialokasikan tetapi dalam pelaksanaannya sudah ditanggung oleh pelaksana.

4. Kegiatan pengadaan sapi indukan Brahman Cross (BC) impor sebanyak 855 ekor tidak terealisasi karena :

➢ Menunggu revisi Permentan tentang impor indukan yang dilakukan sebanyak 2 (dua) kali sehingga memakan waktu hingga bulan September 2015 baru selesai revisi.

➢ IKHS (Instalasi Karantina Hewan Sementara) yang dibuat oleh rekanan masih dianggap belum layak, sehingga Pihak Australia menunda ijin ekspor sambil menunggu kelayakan IKHS. Oleh karena itu, perlu perbaikan IKHS.

➢ Pengiriman indukan pada shipment kedua terkendala karena banyak indukan yang sudah bunting di atas 6 bulan sehingga berdasarkan aturan di Pemerintah Australia tidak memenuhi syarat untuk diimpor.

(12)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 11

2.2. Analisis Kinerja Pelayanan SKPD

A. Analisis Gambaran Tupoksi SKPD

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur merupakan unsur pelaksana Pemerintah Propinsi di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Kalimantan Timur melalui Sekretaris Daerah.

Dasar pembentukan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur adalah Peraturan Daerah Nomor 48 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah (OPD) SKPD Provinsi Kalimantan Timur dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 61/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, maka oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur perangkat daerah tersebut dilakukan penataan kembali.

Susunan organisasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur tersebut terdiri atas 1 (satu) Eselon II yaitu Kepala Dinas; 7 (tujuh) Eselon III yaitu 1 (satu) Sekretaris, 4 (empat) Kepala Bidang dan 2 (dua) Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas; 21 (dua puluh satu) Eselon IV yaitu 5 (lima) orang Kepala Sub Bagian dan 16 (lima belas) Kepala Seksi serta kelompok jabatan fungsional.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur, membawahi 7 (tujuh) unit Esselon III, meliputi:

1. Sekretaris, membawahi 3 (tiga) sub bagian, yaitu: a. Sub Bagian Perencanaan Program

b. Sub Bagian Umum c. Sub Bagian Keuangan

2. Bidang Perbibitan dan Budidaya Peternakan, membawahi 3 (tiga) seksi), yaitu:

a. Seksi Perbibitan Ternak

b. Seksi Budidaya Ternak dan Alat dan Mesin Peternakan c. Seksi Penataan Kelembagaan dan Penyebaran Ternak

3. Bidang Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan, membawahi 3 (tiga) seksi), yaitu:

a. Seksi Pengembangan Kawasan dan Pakan Ternak b. Seksi Pelayanan Usaha dan Pembiayaan Peternakan c. Seksi Data dan Informasi Peternakan

4. Bidang Kesehatan Hewan, membawahi 3 (tiga) seksi), yaitu: a. Seksi Perlindungan Hewan

b. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan

(13)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 12

5. Bidang Pasca Panen dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, membawahi 3 (tiga) seksi), yaitu:

a. Seksi Pengolahan Hasil dan Pengawasan Mutu Produk b. Seksi Promosi dan Pemasaran

c. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner

6. UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan, membawahi 3 (tiga) seksi), yaitu:

a. Sub Bagian Tata Usaha

b. Seksi Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak c. Seksi Inseminasi Buatan dan Saprodi

7. UPTD Laboratorium Kesehatan Hewan dan Kesmavet, membawahi 3 (tiga) seksi), yaitu:

a. Sub Bagian Tata Usaha

b. Seksi Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan

c.

Seksi Penyidikan dan Pengujian Kualitas Hasil Peternakan

8.

Kelompok Jabatan Fungsional

(14)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 13

KASUBBAG TATA USAHA KASUBBAG TATA USAHA

KASI PEMBIBITAN TERNAK DAN

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAMPIRAN XXII PERDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR : 48 TAHUN 2016

TANGGAL : 01 DESEMBER 2016

(15)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 14

2014 2016

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Ketersediaan Lokal :

- Daging Persen 70,91 75,09 68,09 71 80

- Telur Persen 65,95 40,90 51,72 66,5 70

TARGET RPJMD NO INDIKATOR SATUAN REALISASI

2013

REALISASI 2014

REALISASI 2015

B. Analisis Capaian Kinerja Pelayanan SKPD

Capaian Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat

terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur)

Persentase Ketersediaan Lokal Daging dan Telur

Tabel 2. Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 1 (satu) ketersediaan lokal daging dan telur

Permintaan daging sapi diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan penduduk, perbaikan ekonomi masyarakat, dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani. Pengukuran kinerja terhadap sasaran ini terutama ketersediaan lokal daging baik, karena mencapai 68,09% dengan capaian 93,27%. Namun untuk ketersediaan lokal telur cukup baik karena baru mencapai 51,72% dengan capaian 76,62%.

Tabel 3. Realisasi Kinerja 2014 dan 2015 ketersediaan lokal daging dan telur

Pada tahun 2014, ketersediaan lokal daging mencapai 75,09% dan ketersediaan lokal telur mencapai 40,90%. Hal ini menunjukkan bahwa ada penurunan ketersediaan lokal daging sebesar 9,32%. Namun ketersediaan lokal terhadap telur mengalami peningkatan disebabkan karena peningkatan populasi ayam petelur 42,61% dan ayam buras 23,67%.

Tabel 4. Realisasi Kinerja dari tahun 2013 s.d 2015 ketersediaan lokal daging dan telur

NO INDIKATOR SATUAN 2014 2015 KINERJA

NAIK/TURUN

1 2 3 4 5 6

1 Ketersediaan Lokal :

- Daging Persen 75,09 68,09 -9,32

(16)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 15

Grafik 1. Produksi dan Konsumsi Daging (dalam Ton)

Grafik 2. Produksi dan Konsumsi Telur (dalam Ton)

Pencapaian kinerja ketersediaan lokal daging dan telur dari tahun 2013 s.d 2015 terlihat fluktuatif. Namun capaian tahun 2015 ketersediaan lokal daging dan telur belum mencapai target kinerja pada akhir RPJMD pada tahun 2018 yaitu ketersediaan lokal daging sebesar 80% dan ketersediaan telur sebesar 70%. Sedangkan realisasi tahun 2014 ketersediaan lokal daging 70,91% dan ketersediaan lokal telur 65,95%.

Pada grafik 1 terlihat adanya peningkatan produksi daging diiringi dengan peningkatan konsumsi daging. Hal ini menunjukkan bahwa adanya permintaan daging yang semakin meningkat setiap tahunnya sebagai akibat dari peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang berdampak pada peningkatan gizi disamping itu juga tumbuh dan berkembangnya perusahaan asing (perusahaan pertambangan) di Kalimantan Timur. Produksi daging secara keseluruhan pada tahun 2015 mencapai 61.493,5 ton sedangkan Konsumsi daging mencapai 64.089,4 ton, hal ini terdapat selisih dengan produksi daging sebesar 2.595,9 ton, kekurangan ini dipenuhi dengan pemasukan daging beku. Untuk konsumsi daging secara keseluruhan, kita mampu memasok dari lokal sebesar 68,09 % dan dari luar Kaltim sebesar 31,91 %. Namun, jika dilihat dari kemampuan pasokan sapi potong lokal, kita baru mampu memasok sapi potong sebanyak 141.855 ekor atau 39,43 % dari populasi ternak sapi kita tahun 2014 yaitu sebanyak 101.743 ekor

0,00 20.000,00 40.000,00 60.000,00 80.000,00

Produksi Daging Konsumsi Daging

Produksi Daging 47.593,80 51.158,50 58.656,40 59.707,50 61.493,50

Konsumsi Daging 49.848,60 52.883,10 61.491,20 66.767,80 64.089,40

2011 2012 2013 2014 2015

0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00

Produksi Telur Konsumsi Telur

Produksi Telur 13,284.5 14,112.6 16,072.2 9,286.20 9,722.80

Konsumsi Telur 21,335.0 18,822.1 20,925.8 21,765.5 16,174.9

(17)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 16

Pada grafik 2 terlihat adanya peningkatan konsumsi telur dibandingkan produksi telur. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan telur meningkat setiap tahunnya sedangkan produksi telur menurun disebabkan karena total afkir ayam petelur pada tahun 2014 sejumlah 896.334 ekor dengan jumlah yang keluar kaltim 530.000 ekor dan jumlah yang dipotong 266.334 ekor serta kematian 4,38% atau sebanyak 52.339 ekor. Pada tahun 2015 produksi telur mencapai 9.722,80 ton atau 60,11% dari kebutuhan konsumsi. Kebutuhan konsumsi telur tahun 2015 sebesar 16.174,90 ton sehingga masih diperlukan pemasukan telur dari luar Kaltim sebesar 6.452,1 ton atau 39,89%. Pemasukan telur berasal dari Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Pulau Jawa. Untuk konsumsi telur secara keseluruhan, kita mampu memasok dari lokal sebesar 51,72% dan dari luar Kaltim sebesar 48,28 %.

Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai ketersediaan lokal daging dan telur adalah :

1) Ketersediaan lokal diperoleh melalui pemotongan sapi lokal, sedangkan populasi sapi lokal masih rendah. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan daging Prov.kaltim didatangkan dari luar. Selama ini untuk mencukupi kebutuhan daging lokal terbesar dipenuhi dari produksi daging ayam potong.

2) Para peternak banyak beralih usaha ke bidang ayam potong sehingga populasi ayam buras dan ayam petelur menurun signifikan.

Target persentase ketersediaan lokal daging dan telur di akhir periode Renstra tahun 2018 yaitu ketersediaan lokal daging sebesar 80% dan telur 70%, namun realisasi tahun 2015 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 ketersediaan lokal daging baru mencapai 68,09% dan ketersediaan lokal telur baru mencapai 51,72%, sehingga untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018 diperlukan upaya-upaya untuk memenuhi ketersediaan lokal daging dan telur antara lain :

1) meningkatkan kemampuan para peternak sapi potong dalam rangka meningkatkan produksi daging, serta

2) dilakukan pemasukan sapi potong siap potong untuk meningkatkan pemotongan sekaligus produksi daging sapi, serta

3) meningkatkan produksi daging ayam maupun telur dengan memberikan pelayanan serta pelatihan terhadap peternak agar dapat memelihara ternak mereka lebih baik.

(18)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 17

Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat efisiensi sasaran ini sangat baik. Hal ini menunjukkan sasaran sebesar 84,95% dapat tercapai dengan serapan anggaran sebesar 58,32. Artinya untuk mencapai target sasarandiperlukan serapan anggaran yang tinggi. Namun hasilnya akan lebih optimal apabila pengadaan indukan sapi potong impor dapat terealisasi, sehingga dengan penambahan indukan sapi potong dapat meningkatnya ketersediaan lokal daging di Kaltim dan impactnya adalah adanya penambahan populasi sapi potong di Kaltim.

Program yang sudah dilakukan oleh Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur untuk meningkatkan ketersediaan lokal daging dan telur pada tahun 2015 adalah :

1. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

2. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak 3. Program Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan 4. Program Penanggulangan Kemiskinan Bidang Peternakan.

Selain itu, program/kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan lokal daging dan telur melalui dukungan APBN yaitu Program pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat melalui kegiatan peningkatan produksi ternak. Salah satu kegiatannya adalah pengembangan indukan sapi potong melalui integrasi sapi sawit sebanyak 1.926 ekor indukan sapi Brahman Cross (BC) impor dan pengadaan sapi lokal sebanyak 674 ekor. Diharapkan dapat menambah dan meningkatkan populasi sapi potong di Kalimantan Timur.

Capaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya penerapan teknologi peternakan tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam terbarukan

Indikator pada capaian sasaran 2 (dua) ini adalah :

1) Jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas (KK) 2) Jumlah kebuntingan hasil IB (ekor)

3) Jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan (KK)

Penjelasan analisis sasaran 2 (dua) antara lain :

1. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas (KK)

(19)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 18

Tabel 6. Pengukuran capaian sasaran strategis 1 (satu) pada sasaran 2.1

Tabel 7. Realisasi Kinerja 2014 dan 2015 pada sasaran 2.1

Pengukuran kinerja terhadap sasaran ini sangat baik, karena mencapai 105 KK dengan capaian 100% dari target 105 KK. Sesuai kriteria ketentuan bantuan instalasi biogas kepada peternak bahwa 1 (satu) KK mendapatkan 1 (satu) unit biogas. Artinya dari instalasi biogas yang dibangun sebanyak 105 unit, maka masyarakat (KK) yang memanfaatkan biogas sebagai sumber energi alternatif ada 105 KK. Pada tahun 2014, capaiannya 115 KK sesuai jumlah alokasi unit biogas yang terbangun sebanyak 105 unit dari dukungan APBD dan 10 unit dari dukungan APBN.

Tabel 8. Realisasi Kinerja dari tahun 2013 s.d 2015 pada sasaran 2.1

(20)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 19

0 50 100 150

Unit Biogas KK

Unit Biogas 29 72 117 115 105

KK 29 72 117 115 105

2011 2012 2013 2014 2015

Dari grafik di atas terlihat adanya peningkatan jumlah biogas seiring dengan peningkatan jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas. Hal ini menunjukkan permintaan dan minat masyarakat dalam memanfaatkan teknologi biogas cukup tinggi karena dampak dari penggunaan biogas sangat dirasakan sekali oleh peternak terutama dalam penyediaan bahan bakar untuk memasak sehari-hari dan hasil samping dari pengolahan pupuk organik yang merupakan limbah dari pengolahan biogas dengan nilai harga yang cukup menjanjikan mengingat Kalimantan Timur merupakan daerah pertanian yang memiliki potensi dalam penggunaan pupuk kandang/organik yang cukup banyak, terlebih pada daerah-daerah lahan bekas tambang yang memerlukan pupuk kandang untuk reklamasi lahan. Peran Dinas Peternakan adalah memfasilitasi para peternak tersebut mendapatkan akses dalam menjalin kerjasama dengan pihak luar sehingga pupuk dari hasil pengolahan biogas mendapat nilai ekonomi yang baik.

Beberapa keuntungan biogas bagi peternak adalah sebagai berikut :

1) Keluarga-keluarga yang menggunakan Biogas sudah tidak

membutuhkan pembelian bahan bakar karena sudah bisa terpenuhi kebutuhannya dari kotoran ternak yang dipeliharanya;

2) Bagi peternak yang biasanya mencari/memotong kayu bakar di hutan kini waktunya bisa dipergunakan untuk kegiatan yang memberikan nilai tambah ekonomis, dengan pekerjaan sambilan yang lain;

3) Kotoran ternak menjadi sangat berharga, oleh karena itu para peternak rajin merawat ternaknya sehingga kondisi kandang menjadi bersih dan kesehatan ternak menjadi lebih baik, pada akhirnya membawa keuntungan dengan penjualan ternak yang lebih cepat dan berharga lebih tinggi;

4) Keluarga peternak yang biasanya menggunakan pupuk kimia untuk menanam, kini bisa menghemat biaya produksi karena sudah tersedia pupuk organik dalam jumlah yang memadai dan kualitas pupuk yang lebih baik.

Dalam pencapaian sasaran ini tidak mengalami kendala karena tercapainya realisasi masyarakat yang memanfaatkan biogas didukung program/kegiatan yang bersumber dana APBD yaitu :

(21)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 20

➢ Program Peningkatan Teknologi Peternakan melalui Kegiatan Pengembangan Teknologi Peternakan Tepat Guna. Capaian outcome dari program ini adalah produksi gas yang dihasilkan sebesar 189 m3 karena jumlah instalasi biogas yang terbangun sebanyak 105 unit. Keterkaitan capaian outcome dengan capaian sasaran adalah dengan adanya produksi biogas yang dihasilkan maka biogas tersebut telah digunakan dan dimanfatkan oleh peternak dengan kriteria 1 unit biogas dapat dimanfaatkan untuk 1 KK, sehingga instalasi biogas yang dibangun sebanyak 105 unit maka dapat dimanfaatkan oleh 105 KK. Bila dikaitkan lagi dengan capaian tujuan, dari jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas 105 KK maka akan terbentuk kawasan mandiri energi yang berbasis biogas.

➢ Jika kabupaten/kota penerima bantuan biogas dapat mengalokasikan dana pendampingan dari dana APBD II (Kab/Kota), maka hasilnya akan lebih optimal, karena adanya monitoring yang dapat dilakukan oleh dinas Kab/Kota.

Target jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas di akhir periode Renstra tahun 2018 ada 770 KK, namun realisasi dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 sebanyak 337 KK, sehingga masih terdapat kekurangan sebanyak 433 KK untuk mencapai target akhir periode Renstra 2018.Untuk itu, realisasi renstra 2018 perlu didukung dari alokasi anggaran yang

disediakan untuk Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur

untukmencukupi jumlah KK yang telah ditargetkan. Selain itu, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra melalui dukungan dana APBN maupun APBD II (Kab/Kota), sehingga kegiatan ini tidak bertumpu pada satu alokasi anggaran di APBD Provinsi. Jika ingin menjadikan kawasan mandiri energi di kalimantan timur, maka perlu adanya komitmen dari masing-masing kepala daerah dalam membangun kesejahteraan masyarakat yang merata dan berkeadilan karena masyarakat di perdesaan terutama petani/peternak sangat memerlukan bantuan tersebut.

2. Jumlah kebuntingan hasil IB (Ekor)

Tabel 9. Pencapaian Sasaran Strategis 1 (satu) pada sasaran 2.2

(22)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 21

Indikator ini menjelaskan bahwa banyaknya Inseminasi Buatan (IB) yang dilakukan pada sapi betina sampai ternak tersebut berhasil bunting. Pengukuran kinerja terhadap sasaran ini cukup baik, karena jumlah kebuntingan hasil IB mencapai 2.050 ekor dengan capaian 79,67% dari target 2.573 ekor. Kebuntingan hasil IB tergantung jumlah akseptor yang di IB. Namun keberhasilan kebuntingan hasil IB sangat dipengaruhi jumlah partus induk sapi yang diukur dengan seberapa besar S/C dan CR pada sapi. S/C atau (Service per conception) adalah banyaknya perkawinan atau inseminasi buatan yang dilakukan hingga ternak menjadi bunting, sedangan CR atau (Conception Rate) adalah angka persentase sapi betina yang bunting pada perkawinan pertama.

Pada tahun 2014, jumlah kebuntingan hasil IB mencapai 1.750 ekor. Bila dilihat dari capaian 2015 menunjukkan adanya peningkatan jumlah kebuntingan hasil IB sebanyak 300 ekor atau kenaikan sebesar 17,14%.

Tabel 11.Realisasi Kinerja dari tahun 2013 s.d 2015 pada sasaran 2.2

Dari tabel di atas, terlihat jumlah kebuntingan hasil IB fluktuatif setiap tahunnya. Bila dibanding capaian tahun 2013 dan 2014 terlihat adanya penurunan kebuntingan hasil IB sebanyak 608 ekor. Sedangkan pada tahun 2015, terlihat adanya peningkatan jumlah kebuntingan hasil IB sebanyak 300 ekor karena dari akseptor IB 3.035 ekor yang berhasil bunting 67,55% atau sebanyak 2.050 ekor dan sapi yang di IB pada bulan oktober sampai dengan desember 2015 maka baru dapat diketahui kebuntingannya 3 – 4 bulan setelah pelaksanaan IB, sehingga kebuntingan hasil IB dapat diketahui pada tahun berikutnya. Angka kebuntingan hasil IB merupakan hasil dari pelaksanaan IB dari Bulan Januari sampai dengan Oktober tahun 2014. Kolektif laporan dari kabupaten/kota kurang maksimal karena petugas di lapangan tidak memiliki pencatatan yang baik.

(23)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 22

0 20 40 60

CR (%) 20 29 39 48,08 47,62

S/C 2,8 3,62 2,56 2,48 2,1

2011 2012 2013 2014 2015

Pada grafik diatas, nilai S/C tiap tahunnya belum baik yakni masih menunjukkan angka diatas 2, padahal nilai S/C yang paling baik berkisaran antara 1,6 - 2. Apabila S/C rendah, maka nilai kesuburan sapi betina semakin tinggi dan apabila nilai S/C tinggi, maka semakin rendah tingkat kesuburan sapi betina tersebut. Berarti perlu menggunakan 2-3 straw/semen beku untuk dapat membuntingkan satu ekor sapi betina produktif, sehingga produktivitas ternak dianggap rendah, padahal banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka S/C, yaitu :

1) Kurangnya ketersediaan N2 Cair di lapangan sehingga straw yang digunakan untuk melaksanakan IB sampai ke lapangan sudah terjadi penurunan kualitas straw/semen beku, kebanyakan petugas di lapangan melakukan thawing (proses pengenceran semen beku) di pos IB/Depo Straw dan bukan di lokasi IB. Sehingga straw/semen beku yang digunakan dalam kondisi kualitas yang kurang baik (sperma di dalam semen banyak yang mati).

2) Peternak terlambat mendeteksi saat berahi atau terlambat melaporkan berahi sapinya kepada inseminator,

3) Adanya kelainan pada alat reproduksi induk sapi,

4) Inseminator kurang terampil,

5) Fasilitas pelayanan inseminasi yang terbatas,

6) Kurang lancarnya transportasi.

Keberhasilan IB dapat juga dilihat dari nilai CR (Conception Rate). Angka CR dari tahun 2011 – 2015 di bawah 60%-80% yaitu 47,62%. Ini menunjukkan bahwa angka konsepsinya rendah dikarenakan tingginya jumlah sapi yang di IB sampai dengan bunting lebih dari satu kali, sehingga mempengaruhi angka konsepsinya. Hal tersebut banyak dipengaruhi beberapa faktor seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Besarnya angka konsepsi juga dapat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan ternak/sapi betina. Peningkatan keterampilan petugas inseminator, keterampilan peternak dalam mendeteksi

(24)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 23

berahi ternaknya, penanganan semen beku (handling straw) di pos IB/Depo IB dan kemudahan sarana komunikasi maupun prasarana jalan dan peralatan IB yang lengkap adalah solusi yang dapat dilakukan untuk perbaikan manajemen IB di Lapangan.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan IB yaitu :

1) Jangkauan wilayah yang masih relatif luas dengan jumlah tenaga teknis yang masih sedikit;

2) Ketersediaan sarana operasional (kendaraan roda 2) masih terbatas; 3) Masih adanya rangkap jabatan petugas dan alih fungsi petugas

dilapangan;

4) Masih adanya perbedaan-perbedaan persepsi antara kabupaten/kota dengan provinsi.

5) Sumber N2 cair yang jauh dan hanya didominasi oleh satu perusahaan yang berada di Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara sehingga jarak yang ditempuh untuk penyediaan N2 Cair pada 5 Kab/Kota (Kutim, PPU, Paser, Kubar, Bontang) cukup sulit, membuat harga N2 cair masih relatif mahal dan perlu ada bantuan untuk biaya tambahan transportasi.

6) Tenaga Inseminator swadaya masih terbatas.

7) Kurangnya pelaporan/petugas recording di Kab/Kota dan Kurang berjalannya sistem pelaporan yang baik dari tingkat petugas inseminator, kabupaten hingga ke provinsi;

8) Pola pemeliharaan sapi yang di adopsi masyarakat peternak di kalimantan timur secara ekstensif dan semi intensif yakni di gembalakan di kebun kelapa sawit dan perkebunan lainnya, sehingga pengontrolan ternak berahi jarang dilakukan dan biasanya kawin secara alami. Padahal potensi betina produktifnya sangat besar mengingat sapi yang digembalakan di perkebunan memiliki kondisi tubuh yang baik;

9) Peternakan di Provinsi Kalimantan Timur merupakan peternak konvensional, dimana mutu bibit, penggunaan teknologi dan keterampilan peternak relatif masih rendah terlebih dalam mendeteksi sapi yang berahi. Sehingga sapi banyak terjadi kawin alam, sedangkan pejantan yang digunakan memiliki mutu genetik yang kurang baik dan berdarah campuran dengan sapi lokal dan silsilahnya hampir tidak di ketahui. Maka keturunan yang akan dihasilkan akan semakin kurang baik;

10) Calving interval akseptor IB di masyarakat semakin panjang akibat pelaksanaan IB dengan cara di silangkan antara sapi lokal dengan sapi ras eropa yang memiliki bobot badan lebih besar. Sehingga menurunkan target akseptor setiap tahunnya. Peternak lebih memilih sapi eksotik karena bobot badan yang cukup baik.

(25)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 24

Beberapa langkah yang dipersiapkan dan sedang dilakukan dalam peningkatan pelaksanaan dan pengembangan Inseminasi Buatan di Provinsi Kalimantan Timur adalah :

1) Mengusahakan penambahan Inseminator melalui pelatihan baik itu di BIB Lembang maupun di BPPT Batu;

2) Mengintensifkan koordinasi dengan Kabupaten/Kota dan melakukan pertemuan koordinasi petugas inseminator di Kab/Kota;

3) Mengusulkan penambahan kendaraan operasional melalui APBN, APBD I maupun APBD II;

4) Membuka ULIB-ULIB baru khususnya pada daerah-daerah yang padat ternak dan potensial untuk dilakukan IB dengan penyediaan sarana dan prasarana IB berupa Container Depo, Distribusi dan container lapangan;

5) Mengupayakan penambahan tenaga Inseminator swadaya (KADER);

6) Memberikan pelatihan recording untuk petugas di Kab/Kota;

7) Merangsang peternak agar membuat kandang di belakang rumah, dengan cara membangun biogas melalui dana APBD I maupun II, agar para peternak dapat menerapkan pola pemeliharaan secara intensif;

8) Sosialisasi penggunaan bibit/straw pejantan yang sejenis dengan sapi yang akan dikawinkan sebagai langkah pemurnian sapi-sapi yang

berada di masyarakat dan membuat buku petunjuk

teknis/poster/leaflet guna meningkatkan para peternak dalam mengidentifikasi ternak yang berahi;

9) Alokasi operasional bagi petugas inseminator di lapangan dengan membuktian hasil pekerjaan berupa laporan kegiatan inseminasi buatan;

Target jumlah kebuntingan hasil IB di akhir periode Renstra tahun 2018 ada 15.957 ekor, namun realisasi tahun 2013 s.d 2015 baru mencapai 6.158 ekor, sehingga masih diperlukan kebuntingan hasil IB 9.799 ekor sapi untuk mencapai target akhir Renstra tahun 2018. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan Kinerja dan Sinergi Kelembagaan Inseminasi Buatan antara Kabupaten/Kota dan Provinsi atau antara SPIB II dengan SPIB I;

2) Membuat sistem pelaporan online yang lebih efektif dengan memaksimalkan fungsi jaringan internet;

3) Meningkatkan motivasi dan Brainstroming para inseminator atau petugas lapangan/SDM yang telah terlatih untuk melakukan Inseminasi Buatan pada Ternak yang ada di Kabupaten/Kota;

(26)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 25

Program yang sudah dilakukan oleh Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur untuk meningkatkan jumlah kebuntingan hasil IB adalah

1. Program Peningkatan Teknologi Peternakan melalui Kegiatan Pengembangan Teknologi Peternakan Tepat Guna. Program ini merupakan dukungan dari APBD. Indikator outcome dari program ini adalah service per conception (S/C) dan CR (conception Rate). Capaian outcome tahun 2015 adalah S/C 2,10 dan CR 47,62%. Keterkaitan capaian outcome dengan capaian sasaran adalah nilai S/C dan CR rendah mempengaruhi keberhasilan kebuntingan sehingga dari 3.035 akseptor hanya 2.050 ekor sapi yang berhasil bunting. Bila dilihat dari capaian tujuan, dari 2.050 ekor sapi yang bunting hasil IB terdapat kelahiran hasil IB 1.462 ekor atau sebesar 71,32% dari kebuntingan hasil IB, sehingga sapi yang bunting pada bulan mei ke atas kelahirannya di tahun depan.

2. Program pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat melalui kegiatan peningkatan produksi ternak. Program ini merupakan dukungan APBN. Capaian dari program ini adalah tersedianya distribusi semen beku dan operasional IB, tersedianya N2 cair, penguatan manajemen IB serta penyediaan sarana dan peralatan IB. Capaian ini merupakan dukungan terhadap capaian sasaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah kebuntingan hasil IB.

3. Jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan (KK)

Ketersediaan hijauan sangat dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan, tanaman pakan ternak dapat tumbuh baik, sehingga kebutuhan pakan hijauan dapat tercukupi. Sebaliknya pada musim kemarau, tanaman hijauan yang dihasilkan sangat berkurang dalam jumlah dan kualitasnya. Oleh sebab itu, berbagai teknologi pakan ternak diperlukan untuk mempertahankan ketersediaan pakan terutama pada masa musim kering yang panjang, meningkatkan kualitas pakan atau mengoptimumkan kerja rumen, sehingga produksi ternak dapat ditingkatkan.

Tabel 12. Pengukuran capaian sasaran strategis 2 (dua) pada sasaran 2.3

Tabel 13. Realisasi Kinerja 2014 dan 2015 pada sasaran 2.3

NO INDIKATOR SATUAN 2014 2015

KINERJA NAIK/ TURUN

1 2 3 4 5 6

3 Jumlah peternak yang KK 30 74 146,67 memanfaatkan teknologi

(27)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 26

Pengukuran kinerja terhadap sasaran ini sangat baik, karena jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan mencapai 74 KK dengan capaian 113,85% dari target 65 KK. Peternak yang memanfaatkan teknologi pakan tergantung alokasi bantuan alat pengolahan pakan dan pelatihan teknologi pakan yang diberikan kepada peternak. Sesuai kriteria penerima bantuan alat pengolah pakan bahwa 1 unit termanfaatkan oleh 10-15 KK. Pada tahun 2015. Teknologi pakan yang diterapkan adalah teknologi silase sebanyak 74 KK antara lain Balikpapan 9 KK, Kukar 5 KK, Berau 6 KK, Paser 12 KK, Kutim 5 KK, PPU 3 KK dan Kubar 1 KK serta teknologi amoniase 33 KK di Kutai Kartanegara.

Pada tahun 2014, jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan ditargetkan pada tahun 2014 mencapai 30 KK sehingga terdapat kenaikan peternakan yang memanfaatkan teknologi pakan 44 KK atau dengan capaian 146,77%. Hal ini menunjukkan semakin banyaknya minat peternak dalam menggunakan teknologi pakan untuk mempermudah pemberian pakan ternak serta dapat menghemat tenaga dan waktu.

Tabel 14. Realisasi Kinerja dari tahun 2013 s.d 2015 pada sasaran 2.3

Dari tabel di atas, terlihat perkembangan peternak yang memanfaatkan teknologi pakan terlihat fluktuatif. Bila dilihat dari capaian 2013, terdapat penurunan pemanfaatan teknologi pakan dari tahun 2013 ke 2014 karena penggunaan teknologi pakan ternak dilakukan bila ketersediaan pakan tidak mencukupi sehingga peternak belum memanfaatkan teknologi pakan ternak secara optimal dan adanya penghematan dana APBD. Namun capaian 2014 terhadap 2015 terlihat adanya peningkatan jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan.

Pada grafik di atas, terlihat adanya peningkatan masyarakat yang memanfaatkan teknologi pakan. Ini berarti menunjukkan bahwa ketertarikan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi pakan cukup baik, sehingga diharapkan penggunaan teknologi pakan tidak hanya karena ketersediaan

20

25

45 30

74

2011 2012 2013 2014 2015

(28)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 27

pakan masih cukup namun bisa dimanfaatkan untuk menekan biaya pakan yang cukup tinggi.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pemanfaatan teknologi pakan adalah minat dan ketertarikan peternak untuk memanfaatkan teknologi pakan serta pengetahuan peternak yang belum memahami tentang penggunaan teknologi pakan.

Solusi yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui sosialisasi pakan ternak kepada peternak mengenai teknologi merubah bentuk yang tidak bisa dimanfaatkan menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan dan memfasilitasi penyediaan pakan ternak melalui prasarana dan sarana pengembangan pakan ternak.

Target jumlah masyarakat yang memanfaatkan teknologi pakan di akhir periode Renstra tahun 2018 ada 340 KK, namun realisasi dari tahun 2013 ke 2015 mencapai 149 KK, sehingga masih diperlukan 191 KK untuk mencapai target akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra yaitu :

1) Peningkatan pengetahuan peternak mengenai wawasan teknologi pakan ternak melalui sosialisasi dan pembinaan agar peternak dapat memanfaatkan teknologi pakan ternak untuk meningkatkan produksi ternak dan dapat menekan biaya pakan.

2) Diperlukan fasilitasi penyediaan pakan ternak yang dapat menjamin penyediaan pakan secara kontinyu melalui pembangunan lumbung-lumbung pakan dari tingkat yang paling bawah, yaitu di tingkat peternak atau kelompok, sampai tingkat Provinsi atau wilayah tertentu.

Program yang sudah dilakukan oleh Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur untuk meningkatkan jumlah peternakan yang memanfaatkan teknologi pakan adalah :

(29)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 28

selama ini penggunaan teknologi pakan ternak dilakukan bila ketersediaan pakan tidak mencukupi.

2. Program pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat melalui kegiatan peningkatan produksi pakan ternak. Program ini merupakan salah satu dukungan dari dana APBN. Capaian dari program ini adalah tersedianya alat pengolahan pakan dalam pengembangan indukan sapi potong melalui integrasi sapi-sawit berupa APPO. Penggunaan APPO sebagai salah satu penerapan teknologi pakan ternak. Pada tahun 2015, APPO yang sudah dimanfaatkan oleh peternak ada 43 KK yaitu kelompok ternak yang sudah mendapat sapi indukan Brahman Cros di Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara (PPU).

Tabel 15. Alternative Solusi pada Sasaran 2 (dua).

Dari tabel tersebut terlihat tingkat efisiensi capaian sasaran ini sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa capaian sasaran tinggi apabila serapan anggarannya tinggi. Untuk itu, solusi terhadap pemecahan masalah dapat teratasi dengan Program Peningkatan Teknologi Peternakan melalui Kegiatan Pengembangan Teknologi Peternakan Tepat Guna dan Program pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat.

Capaian Sasaran Strategis 3 : Menurunnya tingkat keresahan masyarakat terhadap pemalsuan daging

Jumlah Usaha yang memperoleh Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV)

(30)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 29

Tabel 16. Pencapaian Sasaran Strategis 3 (tiga)

Tabel 17. Realisasi Kinerja 2014 dan 2015 pada sasaran 3

Pengukuran kinerja terhadap sasaran ini sangat baik, karena jumlah usaha yang memperoleh sertifikat Nomor Kontrol Veteriner/NKV mencapai 8 usaha atau dengan capaian sebesar 160% dari target 5 usaha. Usaha peternakan telah memenuhi persyaratan higienis dan sanitasi akan memperoleh NKV. Pada tahun 2014 usaha yang memperoleh sertifikat NKV ada 2 usaha sedangkan pada tahun 2013 ada 11 usaha. Dengan tersertifikasinya NKV pada unit usaha pangan asal hewan, maka unit usaha tersebut telah dapat dipercaya oleh pemerintah untuk memasarkan usahanya. Legitimasi yang diberikan pemerintah tersebut sebagai bentuk kepercayaan Pemerintah pada unit usaha untuk melakukan aktivitasnya dalam pengelolaan hewan atau bahan dan hasil bahan asal hewan. Sertifikat tersebut tidak diberikan secara langsung, namun harus melalui sistim audit baik audit syarat administrasi maupun audit unit usaha yang dimiliki.

Tabel 18.Realisasi Kinerja dari tahun 2013 s.d 2015 pada sasaran 3

(31)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 30

Tabel 19. Pelaku usaha yang memperoleh NKV tahun 2015 di Kaltim

NO NAMA PELAKU

RPH Giri Mukti PPU RPH 640930004-020

2 Distributor/Ritail/kios

Permasalahan yang dihadapi dalam memperoleh sertifikat NKV yaitu pelaku usaha belum sepenuhnya memahami tentang higienis dan sanitasi terhadap produk yang dihasilkan. Pada kelompok usaha pangan asal ternak, distributor dan retail sebagian belum menerapkan pangan asal ternak yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Selain itu, usaha pengolahan yang ada masih sebagai usaha sampingan sehingga pelaku usaha tidak konsisten dalam menjalankan usahanya tergantung ketersediaan bahan baku.

Solusi/langkah-langkah yang dilakukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dalam memecahkan permasalahan yaitu

1) sosialisasi NKV kepada pelaku usaha dan masyarakat melalui pemberian brosur-brosur mengenai NKV;

2) pembinaan melalui higienis sanitasi usaha pengolahan hasil peternakan, public awareness, Good Manufacturing Produk (GMP)/Pengolahan Produk yang Baik;

3) Fasilitasi peralatan yang memadai serta

4) mendorong pelaku usaha untuk memiliki izin usaha.

(32)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 31

ini yaitu jumlah usaha pengolahan hasil peternakan. Pada tahun 2015 mencapai 4 unit usaha pengolahan hasil peternakan yaitu usaha telur asin Bu Endang di Kutai Kartanegara, ayam kampung Q-TA di Kutai Timur, Abon Ayam Bintang Milono di Balikpapan dan Kelompok bakso Arema di Samarinda.

Tabel 20. Alternative Solusi pada Sasaran 3 (tiga).

Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat efisiensi sasaran ini sangat baik. Sasaran tercapai sebesar 160% karena serapan anggaran tinggi mencapai 99,44%. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan melalui pelaksanaan Program Peningkatan Pemasaran Hasil Peternakan melalui kegiatan Pengembangan pemasaran hasil peternakan. Sehingga capaian sasaran akan tercapai apabila realisasi program/kegiatannya tinggi.

Target usaha yang memperoleh sertifikat NKV pada target akhir Renstra tahun 2018 adalah 44 unit usaha, namun realisasi dari tahun 2013 ke 2015 mencapai 21 unit usaha, sehingga masih diperlukan 23 unit usaha baru yang bersertifikat NKV dan perpanjangan sertifikat NKV jika usaha tersebut telah habis masa berlakunya NKV. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra antara lain

1) adanya komitmen dan kerja sama secara baik dari semua pihak baik Pemerintah (Pembuat Kebijakan dan Instansi terkait) komitmen membuat aturan/regulasi guna menciptakan unit usaha pangan asal hewan dengan perijinan yang tertib,

2) operasional unit usaha sesuai aspek kesehatan yang berwawasan ramah lingkungan,

3) pembinaan dan pengawasan berkelanjutan;

4) Pelaku Usaha komitmen memenuhi rambu–rambu yang ditetapkan pemerintah guna menyediakan pangan asal hewan yang berkualitas;

5) Surveilans pra NKV dan NKV; serta

6) Pembinaan penerapan kesrawan pada unit usaha ternak.

(33)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 32

NKV, bila perlu menanyakan apakah ritel atau cold storage atau tempat pengolahannya telah berNKV. Kepedulian konsumen sangat memotivasi para pelaku usaha untuk lebih bertanggung jawab dengan membuat unit usahanya tersertifikasi NKV, hal ini memberikan pengaruh yang sangat baik dalam penyediaan produk yang berkualitas dan ASUH dari unit usaha tersebut.

PENGADAAN TERNAK

Pengadaan Ternak bibit setiap tahun cenderung meningkat baik bersumber dari Anggaran APBD maupun dari Anggaran APBN. Pengadaan ternak sejak tahun 2009 sampai dengan 2015 dari anggaran APBD Provinsi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Pengadaan Ternak Tahun 2009-2015

No Tahun Jenis Ternak Target (ekor)

Realisasi (ekor)

Presentase (%)

2009 Sapi Bali 920 920 100

Kerbau 30 30 100

Kambing 235 235 100

2010 Sapi Bali 1.116 1.116 100

Kerbau 30 30 100

Kambing - - -

2011 Sapi Bali 1.219 1.219 100

Sapi BC 100 100 100

Babi 175 175 100

Kerbau 50 62 124

Kelinci - - -

Kambing/Domba - - -

Itik 3.300 3.300 100

2012 Sapi Bali 1.900 1.820 96

Sapi BC 100 150 150

Babi 175 175 100

Kerbau 30 30 100

Itik 3.300 3.300 100

Kerbau 100 100 100

2013 Sapi Bibit 1.800 1478

Sapi Bakalan 400 250

Sapi Potong 125.953 100.080

Sapi BC 175

2014 Sapi Bibit 1.580 1.580 100

(34)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 33

No Tahun Jenis Ternak Target (ekor)

Realisasi (ekor)

Presentase (%)

Sapi Potong 195 195 100

2015 Sapi Bibit 483 483 100

Sapi Bakalan 472 472 100

Sapi Potong 200 200 100

Babi 125 125 125

Sapi BC 950 95 10

PERMASALAHAN DAN SOLUSI

A. Permasalahan

a. Untuk mendukung program 2 juta ekor sapi diperlukan terobosan dalam pengadaan bibit dengan melakukan peningkatan pesan swasta untuk pengembangan usaha peternakan sapi dan masyarakat seperti melalui CSR Perusahaan Sawit dan Pertambangan serta keterlibatan pihak perbankan seperti Bank Kaltim dan BRI dalam pemanfaatan sumber pembiayaan dan permodalan yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah.

b. Belum adanya regulasi yang mendukung keterlibatan swasta dalam pengadaan ternak bibit, yang dapat membantu peningkatan populasi melalui pola integrasi sapi sawit dan reklamasi lahan eks tambang.

c. Kebutuhan tenaga/aparat peternakan dalam daerah kabupaten/kota masih dirasakan belum terpenuhi, baik secara kuantitas maupun kualitas.

e. Masalah yang berkaitan dengan produktifitas antara lain :

➢ Tingkat kelahiran masih rendah yaitu sekitar 15 %.

➢ Adanya kecenderungan memotong sapi pada berat antara 250 - 300 Kg yang sebenarnya masih bisa digemukkan hingga berat mencapai 400-600 Kg.

➢ IB belum bisa berjalan dengan baik akibat dari beberapa hal seperti satuan lokasi SPIB masih sangat luas dari jangkauan petugas, kemampuan petugas sebagian masih rendah serta kesadaran petani juga masih rendah.

f. Masalah yang terkaitan dengan Pembibitan Ternak :

➢ Sulitnya mencari sumber bibit karena adanya beberapa provinsi yang telah menghentikan pengeluaran bibit.

➢ Bibit yang tersedia pada daerah sumber bibit kurang memenuhi kriteria bibit.

(35)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 34

g. Tingkat kepedulian mengenai kesehatan hewan/ternak masih rendah, sehingga penularan terhadap ternak lain banyak terjadi, oleh karena itu perlu mendapat perhatian lebih serius. Seperti kasus Zoonosis, penyakit Avian Influenza (Al), Anthrax hal ini sudah terjadi pada provinsi / daerah lainnya. Di samping itu Penyakit Jembrana sudah banyak terjadi di seluruh kabupaten / kota yang menyebabkan kematian.

h. Terbatasnya sarana transportasi bagi pelaksana di lapangan dengan jangkauan wilayah binaannya yang cukup luas serta tingkat kesulitan geografis di Provinsi Kalimantan Timur menyebabkan pelayanan kesehatan hewan terhadap masyarakat kurang cepat.

i. Arus lalu lintas ternak antara provinsi maupun antara perbatasan yang masuk ke wilayah Provinsi Kalimantan Timur tanpa dapat terkontrol menyebabkan penyakit mudah terjadi.

j. Laporan perkembangan ternak pemerintah tidak dibuat secara teratur. Banyak hal yang mempengaruhi keadaan ini diantaranya, lokasi penyebaran yang jauh dengan jumlah petugas yang terbatas, peran kelompok tani kurang aktif, sarana dan prasarana serta kurangnya dana pendukung bagi petugas di lapangan untuk memantau dan membuat laporan perkembangan ternak .

B. Solusi

1. Setiap tahunnya telah diupayakan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia baik melalui pendidikan, pelatihan penjenjangan dan pelatihan teknis peternakan.

2. Untuk mengatasi penurunan populasi ternak antara lain melalui penyebaran / pengadaan ternak bibit yang bermutu, pengembangan usaha penggemukan, pengawasan pemotongan hewan betina produktif dan penerapan skala usaha yang ekonomis.

3. Perlu adanya dukungan pemerintah (Pusat, Provinsi, Kab/Kota) dalam upaya mendukung program 2 juta ekor sapi, terutama dalam hal pengadaan bibit ternak dan pendukung lainnya.

4. Untuk meningkatkan produktifitas antara lain melalui peningkatan kelahiran melalui program IB, seleksi pejantan pada lokasi-lokasi dengan sistem mini ranch, menekan tingkat kematian ternak dan perbaikan pengelolaan pakan ternak.

5. Untuk menangani masalah perbibitan diharapkan, daerah dapat melakukan impor ternak bibit/sapi bunting.

(36)

Perubahan Renja APBD Prov.Kaltim TA 2017

Page 35

2.3. Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD

Beberapa isu dan permasalahan mendesak dalam pengembangan peternakan di Kalimantan Timur, adalah sebagai berikut :

1). Populasi ternak khususnya sapi potong masih rendah, hal ini terkait dengan bibit ternak yang masih sedikit, tingkat kelahiran yang relatif masih rendah dan pemotongan ternak terutama yang masih produktif masih relatif tinggi.

2). Pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan dan kesadaran

masyarakat terhadap nilai gizi yang berasal dari protein hewani asal ternak. 3). Masih terjadinya kasus penyakit hewan menular Jembrana pada Sapi dan

tingginya gangguan reproduksi pada sapi dan kerbau serta penyakit zoonosis AI

4). Pengembangan energi alternatif terbarukan dan ramah lingkungan 5). Peningkatan daya saing dan nilai tambah produk peternakan 6). Jaminan keamanan pangan produk peternakan (daging dan telur).

2.4. Review terhadap Rancangan Awal SKPD

Program-program prioritas Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur seperti Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, Program Peningkatan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan, Program Pengembangan Kawasan Peternakan serta Program Penanggulangan Kemiskinan Bidang Peternakan yang diusulkan sesuai dengan kebutuhan SKPD dan telah terakomodasi dalam rancangan awal RKPD.

2.5. Penelahaan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat

Kajian usulan program dan kegiatan dari masyarakat merupakan bagian dari kegiatan jaring aspirasi terkait kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan, terhadap prioritas dan sasaran pelayanan serta kebutuhan pembangunan tahun yang direncanakan, sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD.

Gambar

Tabel 1.  Dukungan Anggaran APBD Provinsi dan APBN tahun 2008 s/d 2015
Tabel 2. Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 1 (satu) ketersediaan lokal daging dan telur
Grafik 1. Produksi dan Konsumsi Daging (dalam Ton)
Tabel 5. Alternative Solusi pada sasaran 1 (satu)
+7

Referensi

Dokumen terkait

The concept of neighborhood unit in the area of Menara Kudus settlement in term of physical closeness may be seen through the maintained building shape and environment of the

Knock-down houses for Tsunami survivors from Meulingge village, Pulo Aceh Sub-district, Aceh Besar, built together by people of Meulingge,ATMI and

[r]

On August 15, the Indo- nesian government and the Free Aceh Movement (known as GAM) signed a historic peace agreement in Helsinki, Finland.. The Memorandum of Under- standing

[r]

In Meulaboh : 77 volunteer teachers were recruited and trained; 175 candidates for scholarship were registered; 88 assistant teachers were recruited (50 more in progress);

Susunan kepanitiaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) dan Festifal Lomba Seni Siswa Nasional (FL2SN) Tingkat Sekolah dasar Gugus III Kecamatan.

Jika harga transaksi memberikan bukti terbaik atas nilai wajar pada saat pengakuan awal, maka instrumen keuangan pada awalnya diukur pada harga transaksi dan selisih antara