• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Ketinggian Mandibular Alveolar Ridge Pada Wanita Edentulus Dan Bergigi Menggunakan Radiografi Panoramik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Ketinggian Mandibular Alveolar Ridge Pada Wanita Edentulus Dan Bergigi Menggunakan Radiografi Panoramik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Mandibula

2.1.1 Definisi dan Anatomi Mandibula

Mandibula adalah tulang rahang bawah yang berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi dan berbentuk seperti tapal kuda. Mandibula merupakan satu-satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak dan terdiri dari dua bagian, yaitu:

A. Korpus

12,13

Merupakan bagian tengah yang melengkung horizontal, yang membentuk dagu dan tempat tersusunnya gigi geligi rahang bawah. Pada permukaan eksternal korpus dapat terlihat sebuah tonjolan tulang halus yang disebut simfisis mandibula yang merupakan tempat pertemuan embriologis dari dua buah tulang. Bagian yang menonjol pada sisi kiri dan kanan simfisis, pada daerah bawah mandibula disebut mental tubercles. Pada sisi anterolateral dari korpus mandibula terdapat suatu saluran terbuka yang disebut foramen mental. Foramen ini dilalui oleh arteri, vena dan nervus mentalis. Korpus mandibula mempunyai dua buah pinggir, yaitu:

1.) Tulang alveolar

Merupakan tempat perlekatan dari gigi geligi. Terdapat delapan lekukan dari masing-masing belahan mandibula yaitu dua untuk gigi insisif, satu untuk kaninus, dua untuk gigi premolar, dan dua untuk gigi molar.

2.) Basis mandibula

Bagian inferior dari korpus mandibula mempunyai tepi yang lengkung dan tebal.

B. Ramus

(2)

masing-masing sisi disebut angulus mandibula. Pada ujung dari masing-masing-masing-masing ramus terdapat dua buah tonjolan yang disebut prosesus kondiloideus dan prosesus koronoideus. Pada bagian tengah ramus terdapat foramen mandibula.

A B Gambar 1. A. Gambaran anatomi mandibula aspek anterior, B. Aspek lateral13

2.2 Alveolar Ridge

Tulang alveolar (alveolar bone) atau yang biasa disebut prosesus alveolaris adalah bagian dari tulang maksila dan mandibula yang terbentuk menebal seperti dinding (ridge) dan mendukung soket gigi (alveoli). Seluruh dinding tulang alveolar membentuk kesatuan atau lengkungan rahang yang dapat disebut dengan alveolar ridge. Tulang ini terbentuk sewaktu gigi erupsi yang berfungsi untuk memberikan tempat perlekatan bagi ligamen periodontal yang akan terbentuk. Pada gigi yang tidak erupsi seperti pada kasus anodonsia, tulang alveolar tidak terbentuk. Kelainan pertumbuhan tulang alveolar terjadi oleh karena tidak adanya respon tulang akibat tidak adanya benih gigi.14

Tulang alveolar dibagi menjadi tulang alveolar sejati ( alveolar bone proper ) dan tulang alveolar pendukung ( supporting alveolar bone ). Tulang alveolar sejati adalah lapisan soket gigi. Meskipun tulang alveolar sejati terdiri dari tulang kompak, tetapi mengandung banyak lubang dimana kanal Volkman melewati tulang alveolar ke ligamen periodontal. Tulang alveolar sejati memiliki batas yang paling luar yang

(3)

disebut alveolar crest. Pada jaringan periodontal yang sehat, puncak alveolar sedikit apikal ke cementoenamel junction (CEJ) sekitar 1,5 - 2 mm. Tulang alveolar pendukung terdiri dari tulang kortikal dan tulang trabekular. Tulang kortikal atau plat kortikal, terdiri dari plat tulang kompak pada permukaan wajah dan lingual dari tulang alveolar. Plat kortikal biasanya sekitar 1,5 - 3 mm diatas gigi posterior, tetapi ketebalan sangat bervariasi pada gigi anterior. Plat kortikal maksila lebih tebal dibandingkan dengan mandibula. Tulang trabekular terdiri dari tulang kanselus yang terletak antara tulang alveolar sejati dan lempeng tulang kortikal.14

Gambar 2. Komponen anatomi gigi dan tulang alveolar14

2.2.1 Resorpsi Alveolar Ridge

(4)

Ten Cate (1994) menggambarkan urutan terjadinya proses resorpsi sebagai berikut :

1. Perlekatan osteoklas pada permukaan tulang yang teremineralisasi.

16

2. Pembentukan penutup lingkungan asam melalui aksi pompa proton, dimana tulang teremineralisasi dan terbukanya matriks organik.

3. Degradasi matriks organik yang telah terbuka dengan unsur pokok asam amino oleh aksi enzim yang dikeluarkan, seperti asam fosfat dan cathepsine.

4. Penghancuran ion mineral dan asam amino di dalam osteoklas.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Resorpsi Alveolar Ridge

1. Faktor anatomi

Faktor anatomi berpengaruh terhadap resorpsi alveolar ridge yaitu kuantitas dan kualitas tulang dari alveolar ridge. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa jika volume tulang lebih besar, maka resorpsi yang terjadi akan terlihat. Faktor anatomis lain yang sangat penting untuk peningkatan resorpsi adalah kepadatan tulang. Kepadatan tulang pada suatu waktu tidak menunjukkan status metabolisme tulang yang telah terjadi meliputi aktivitas osteoklastik dan osteoblastik.

2. Stres dan efek strain

2

Jaringan osteoid yang menerima rangsangan mekanik konstan dapat menyeimbangkan aktivitas osteoklastik dan aktivitas osteoblastik. Ketika tulang dalam keadaan imobilisasi atau weightlessness, stres mekanik berkurang sehingga tidak dapat mempertahankan proses remodeling tulang yang normal yang menghasilkan penurunan massa tulang yang dikenal sebagai atrofi disuse.

3. Peran mediator inflamasi

1

(5)

2.3 Rahang Edentulus

Kehilangan seluruh gigi di rahang atas dan di rahang bawah dapat disebut rahang tidak bergigi atau edentulus.19 Kehilangan gigi geligi meningkat seiring dengan bertambahnya usia akibat efek kumulatif dari karies dan penyakit periodontal.20 Kehilangan gigi menyebabkan menurunnya rangsangan mekanis. Rangsangan mekanis menurun akibat beban eksternal berkurang. Rangsangan mekanis yang menurun menyebabkan berkurangnya produksi aliran fluida ke dalam sel. Aliran fluida berguna untuk memberikan informasi biologis untuk osteosit memulai metabolisme tulang.

Osteosit yang diaktifkan secara mekanis menghasilkan molekul sinyal seperti bone morphogenetic proteins ( BMP ) dan prostaglandin E2 ( PGE2). Osteosit adalah mechanosensors yang mengirimkan sinyal ke permukaan tulang, melalui jaringan kanalikuli, menstimulasi osteoblas untuk pembentukan tulang. Kurangnya sinyal osteosit pada permukaan tulang menstimulasi osteoklas untuk resorpsi tulang.

21

22

Akibat jumlah dan aktivitas osteoklas yang lebih tinggi dibandingkan osteoblas proses resorpsi tulang tidak diikuti aposisi tulang, proses remodeling tulang menurun sehingga terjadi resorpsi tulang alveolar.

Pada rahang edentulus terjadi penurunan fungsi dan status kesehatan mulut. Menurut evaluasi hubungan antara fungsi mulut dan gigi, rahang dengan gigi dibawah 20 gigi, yaitu dibawah sepuluh hingga sembilan pasang gigi kontak, mengakibatkan gangguan efisiensi pengunyahan, kinerja, dan kemampuan mengunyah.

23

24

(6)

2.4 Tinjauan Umum Radiografi Panoramik

2.4.1 Definisi

Radiografi panoramik disebut juga pantomography atau dental panoramic tomography, merupakan teknik radiografi yang menghasilkan satu gambaran tomografi struktur wajah termasuk lengkung gigi maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya.25 Radiografi panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi. Salah satu kelebihan panoramik adalah dosis radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi yang diterima pasien untuk satu kali foto panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intraoral.26

2.4.2 Gambaran Radiografi Mandibular Alveolar Ridge

(7)

Gambar 4. Alveolar ridge (tanda panah) dilihat sebagai garis batas tulang alveolar yang tampak radiopak pada rontgen foto27

2.4.3 Pengukuran Alveolar Ridge Rahang Edentulus pada Radiografi Panoramik

(8)

Perhitungan proporsi menggunakan rumus sebagai berikut :

Panjang garis dari midline sampai premolar pertama atau molar pertama (B/C)

Panjang garis dari midline sampai batas posterior ramus ( garis A )

Gambar 5. Pengukuran ketinggian alveolar ridge pada pasien bergigi. Garis X-garis inferior mandibula; garis Y-garis ramus; garis P,Q,R-garis yang ditarik pada midline, distal premolar pertama dan distal molar pertama; garis A,B,C- menunjukkan proporsi jarak horizontal posterior ramus, molar pertama dan premolar pertama.6

Gambar 6. Pengukuran ketinggian alveolar ridge pada pasien edentulus. Garis X-garis inferior mandibula; garis Y-garis ramus; garis P, Q,R- garis yang ditarik pada midline, distal premolar pertama, dan distal molar pertama; garis A, B, C- menunjukkan proporsi jarak horizontal posterior ramus, molar pertama dan premolar pertama.6

X 100 %

x

(9)

2.5 Kerangka Teori

Tinjauan Umum Mandibula

Definisi Alveolar Ridge

Rahang Edentulus

Definisi edentulus

Radiografi Panoramik

Gambaran radiografi mandibular alveolar

ridge

Pengukuran alveolar ridge rahang edentulus pada radiografi panoramik Resorpsi alveolar

ridge

Faktor-faktor yang mempengaruhi resorpsi

(10)

2.6 Kerangka Konsep

Wanita edentulus Pemeriksaan Radiografi

Panoramik

Wanita bergigi

Pengukuran ketinggian mandibularalveolar ridge

Gigi I1, P1, M1

Terdapat perbedaan

Gambar

Gambar 1. A. Gambaran anatomi mandibula aspek anterior, B. Aspek lateral13
Gambar 3. Edentulus sebagian dan edentulus total3

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran ketinggian maxillary alveolar ridge pada sampel bergigi dengan radiograf panoramik ... Pengukuran ketinggian maxillary alveolar ridge pada sampel edentulus

Penelitian Putra (2015) di Indonesia dengan menggunakan radiografi panoramik, mendapatkan hasil bahwa nilai rata-rata ketinggian maxillary alveolar ridge pada pria kelompok

Tulang alveolar (alveolar bone) atau yang biasa disebut prosesus alveolaris adalah bagian dari tulang maksila dan mandibula yang terbentuk menebal seperti dinding (ridge)

Pada tabel 1, terlihat bahwa pengukuran nilai rata-rata ketinggian maxillary alveolar ridge baik pada gigi insisif, gigi premolar kanan, gigi molar kanan, gigi premolar kiri dan

Residual bone height measured by panoramic radiography in older edentulous korean patients.. Zhang W, Skrypczak A,

yang berjudul “Perbedaan Ketinggian Mandibular Alveolar Ridge Pada Wanita.. Edentulus Dan Bergigi Menggunakan

kondilus mandibula pada penderita rahang tidak bergigi dengan

Di dalam praktek klinis radiografi panoramik bermanfaat untuk diagnosa mengenai masalah yang terjadi pada tulang rahang seperti untuk mengevaluasi trauma, mendeteksi posisi