• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Makna Simbolik Pada Perayaan Festival Koinobori Di Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Makna Simbolik Pada Perayaan Festival Koinobori Di Jepang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kesehariannya berinteraksi dengan

sesamanya dengan menghasilkan apa yang disebut dengan peradaban. Semenjak terciptanya

peradaban dan seiring dengan terus berkembangnya peradaban tersebut, melahirkan berbagai

macam bentuk kebudayaan. Manusia dikatakan sebagai makhluk social, dikarenakan pada

diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain yang didasari

oleh kesamaan ciri atau kepentingan (Setiadi, dkk 2009:67-68).

Koentjraningrat (1976:28) mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan

dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi

pekertinya. Dan konsep tentang kebudayaan itu adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan

dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia

dengan belajar. Sehingga dapat ditarik suatu pengertian yaitu kebudayaan adalah segala hasil

karya cipta dan gagasan manusia yang mengalami suatu proses adaptasi sehingga

menciptakan suatu sistem dalam masyarakat, baik itu berupa ilmu pengetahuan, nilai, norma

dan juga sistem kepercayaan di dalam kehidupan masyarakat.

Ienaga Saburo dalam Situmorang (2009:2-3) menjelaskan kebudayaan dalam arti luas

dan arti sempit. Dalam arti luas kebudayaan adalah seluruh cara hidup manusia (ningen no

seikatsu no itonami kata). Ienaga menjelaskan bahwa kebudayaan ialah keseluruh hal yang

bukan alamiah. Sedangkan dalam arti sempit kebudayaan adalah terdiri dari ilmu

pengetahuan, sistem kepercayaan dan seni, oleh karena itu Ienaga mengatakan kebudayaan

(2)

memenuhi kebutuhannya. Sedangkan kebudayaan dalam arti sempit ialah sama dengan

budaya yang berisikan sesuatu yang tidak sementara atau yang bersifat semiotik.

Kebudayaan Jepang tidak terlepas dari hal-hal yang berbau dengan kepercayaan yang

sudah berlangsung lama dalam masyarakat Jepang. Jepang adalah negara yang memiliki

sistem kepercayaan politheisme yaitu melakukan penyembahan kepada Kami (Dewa) yang

sangat banyak. Menurut Suryohadiprojo (1982:196-197), Jepang memiliki berbagai

kepercayaan yang dianut oleh warganegaranya. Mulai dari kepercayaan kuno yang

diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun maupun kepercayaan yang terus

bermunculan sesuai perkembangan zaman, dan juga kepercayaan yang berasal dari luar

jepang seperti Buddhisme, Taoisme dan Kristen.

Jepang merupakan Negara yang mempunyai empat musim yaitu musim semi (haru),

musim panas (natsu), musim gugur (aki) dan musim dingin (fuyu). Sama halnya dengan

Negara lain yang mempunyai empat musim, Jepang juga mengalami perubahan musim tiap

periode tertentu. Yang membedakan adalah Jepang selalu mengadakan suatu perayaan atau

festival yang identik dengan musim yang akan atau sedang berlangsung. Inilah yang menjadi

ciri khas Jepang.

Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki banyak kebudayaan yang cukup

unik. Uniknya kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang biasanya dipengaruhi pula oleh

kebudayaan bangsa-bangsa di dataran Asia lainnya seperti China, Korea, Mongol, dan

sebagainya. Di Jepang cukup banyak terdapat perayaan ( 祭 ; Matsuri ) dan hampir setiap bulan orang Jepang merayakan perayaan-perayaan itu.

Ada beberapa perayaan di Jepang yang biasanya dijadikan sebagai hari libur nasional.

(3)

Di Jepang, setiap tahunnya diadakan festival Koinobori,yaitu tepatnya di bulan Mei

untuk memperingati Hari Anak Laki-Laki(Koinobori) yang jatuh pada tnggal 5 Mei. Sejak 5

Mei 1948, perayaan Anak Laki-Laki (Koinobori) menjadi hari libur nasional dan perayaan ini

biasanya dirayakan oleh seluruh keluarga di Jepang, terutama oleh keluarga yang memiliki

anak laki-laki. Hingga kini tradisi itu masih dirayakan sebagai perayaan anak laki-laki.

Koinobori ( 鯉 ぼ ), yaitu sejenis bendera berbentuk ikan koi berwarna hitam, merah, biru atau hijau. Koinobori ( 鯉 ぼ ) berasal dari kata “ koi no taki nobori “.

Menurut mitos yang berkembang di China, zaman dahulu ikan koi dipercaya sebagai ikan

yang paling kuat.

.

Mereka percaya bahwa ikan koi dapat mendaki air terjun, dan ikan koi

yang berhasil mendaki air terjun akan berubah menjadi naga. Lalu kepercayaan itu pun mulai

masuk dan berkembang di Jepang. Pada awalnya, di Jepang koinobori dipasang pada saat

bayi laki-laki lahir.

Pada mulanya, perayaan ini dinamakan Tango No Sekku , semacam perayaan untuk

menandai datangnya musim panas dan dirayakan di hari kelima di bulan kelima. Di jaman

modern ini dikenal juga sebagai harinya anak laki-laki. Nah di hari inilah para keluarga

Jepang memasang bendera ikan koi satu untuk setiap laki-laki (baik ayah maupun anak), yang

menurut legenda China; ikan koi bisa berubah menjadi naga yang bisa menerjang apapun

(alias kuat) dan membawa keberuntungan.

Pada saat itu orang Jepang percaya kalau dengan memasang koinobori ( 鯉 ぼ ) di pekarangan rumahnya, maka ketika dewa turun akan memberkati dan melindungi bayi

laki-laki mereka. Konon warna-warna koinobori ( 鯉 ぼ ) dipercaya dapat menarik perhatian dewa yang turun dari langit untuk memberkati. Pada saat ini masyarakat Jepang memasang

(4)

Koinobori ( 鯉 ぼ ) biasanya mulai dipasang sebulan sebelum perayaan Kodomo no Hi ( 子 日 ) yaitu pada bulan April. Koinobori ( 鯉 ぼ ) dipasang secara berurutan dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Koinobori ( 鯉 ぼ ) yang paling besar akan dipasang paling atas setelah fukinagashi ( sejenis kincir ). Berdasarkan

kepercayaan orang Jepang, koinobori ( 鯉 ぼ ) dipasang paling atas adalah koinobori ( 鯉

ぼ ) berwarna hitam yang merupakan simbol seorang ayah yang kuat dan tegar.

Lalu di bawahnya dipasang koinobori ( 鯉 ぼ ) berwarna merah yang merupakan simbol seorang ibu, dan di bawahnya lagi dipasang koinobori ( 鯉 ぼ ) berwarna biru yang merupakan simbol seorang anak. Ketiga koinobori ( 鯉 ぼ ) itu dipercaya sebagai simbol perdamaian, kehidupan, kecerdasan, pertumbuhan, dan keluarga yang sejahtera.

Warna putih, hitam, merah, biru atau hijau yang terdapat pada koinobori ( 鯉 ぼ ) adalah warna tradisional Jepang dan dipercaya sebagai warna yang membawa keberuntungan.

Adapun pertimbangan penulis membahas mengenai koinobori ( 鯉 ぼ ) adalah mengapa sampai sekarang koinobori ( 鯉 ぼ ) masih digunakan pada perayaan Kodomo no Hi ( 子供 日 ), dan mitos-mitos apa saja yang terdapat pada koinobori ( 鯉 ぼ ). Biasanya, setiap 5 Mei keluarga yang memiliki anak laki-laki memajang boneka bersimbol

peperangan ( 武蔵人形 ; mushaningyou ), menyantap nasi kepal terbungkus daun bambu ( 粽 ; chimaki ) dan kue ketan berisi kacang manis yang terbungkus daun ek (柏 餅 ;

kashiwamochi ), serta memasang koinobori di pekarangan rumahnya.

Mereka juga membuat masakan musim semi seperti Takenoko Zushi (sushi dari rebung)

disertai dengan meminum sake dari bunga iris. Bunga iris ini dikenal sebagai tanaman obat

dengan kekuatan ajaib yang umumnya digunakan untuk menghalau dan mencegah kekuatan

(5)

ofuro (bak mandi). (http:// freeandzz.wordpress.com/.../upacara-tradisonal-dan-festival-di

-jepang.)

Pada umumnya koinobori ( 鯉 ぼ ) hanyalah salah satu simbol dari perayaan Kodomo no Hi (子 日), tetapi dibalik dari semuanya itu koinobori ( 鯉 ぼ ) mengandung makna lain yang perlu penulis teliti lebih jauh. Bedasarkan latar belakang

tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang perayaan hari anak laki-laki

(koinobori) di Jepang, khususnya makna simbol yang terkandung di dalamnya, melalui

skripsi yang berjudul : Analisis Makna Simbol pada Perayaan Koinobori di Jepang.

1.2 Perumusan Masalah

Masyarakat Jepang mempunyai berbagai macam perayaan yang dilaksanakan setiap

tahunnya, salah satunya perayaan hari anak laki-laki yang dikenal dengan Koinobori.

Festival Koinobori ini dirayakan oleh keluarga yang mempunyai anak laki- laki. Pada hari

ini anak laki-laki memakai pakaian tradisional Jepang, yakni hakama. Dekorasi atau

hiasan yang terdapat pada festival ini ada dua macam, yaitu dekorasi eksternal ( koinobori

dan musha e nobori ) dan dekorasi internal (Dan-Kazari dan Hira- Kazari ).Dengan

Dengan memasang dekorasi eksternal dan internal pada festival Koinobori, diharapkan anak

laki – laki bisa tumbuh sehat dan kuat, serta mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya. Banyak simbol –simbol pada perayaan hari anak laki-laki (Koinobori) yang dipedomani masyarakat jepang sampai saat ini. Hoebel dan Murdock, Clifford Geertz mendefinisikan

kebudayaan sebagai suatu simbol pola makna yang ditularkan secara historis, yang

diwujudkan dalam simbol-simbol, suatu sistem konsep yang diwarisi, terungkap dalam

bentuk bentuk simbolis, yang menjadi sarana untuk menyampaikan, mengabadikan, dan

mengembangkan pengetahuan mereka tentang sikap sikap mereka terhadap hidup.Yang

(6)

memiliki makna atau arti. Jadi, penafsiran kebudayaan pada dasarnya adalah penafsiran

simbol simbol, sebab simbol simbol bersifat teraba, terucap, umum, dan konkret. Dengan

demikian, kebudayaan dipandang sebagai suatu sistem simbol dan pedoman dalam

berperilaku. Makna simbol disampaikan melalui kode kode simbol yang dilihat sebagai

acuan bagi kehidupan bermasyarakat

Terdapat keyakinan dalam diri masyarakat Jepang bahwa, apabila ritual perayaan hari

anak laki dilaksanakan dengan baik, maka dewa akan senantiasa memberkati anak

laki-laki mereka sehat dan masa depannya baik. Dengan latar belakang tersebut, dapat dilihat

adanya keterikatan antara perayaan koinobori dengan nilai-nilai religi, baik secara agama

Shinto maupun Budha.

Demikian halnya juga penulis melihat bahwa perayaan koinobori masih dipelihara dan

dilaksankan oleh masyarakatnya. Walaupun Negara Jepang adalah Negara yang sangat maju

dan modern, tetapi peradaban kebudayaannya masih sangat terpelihara dengan sangat baik

sampai saat ini.

Berdasarkan pernyataan di atas, adapun pertanyaan yang mendasari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Makna dan tujuan apa saja yang terkandung pada perayaan Koinobori dan harapan

masyarakat Jepang pada perayaan Koinobori.

2. Makna simbolik apa saja yang terkandung pada simbol yang digunakan dalam

perayaan (Koinobori) di Jepang ?

1.3Ruang Lingkup Pembahasan

Agar pembahasan dalam penelitian tidak terlalu meluas yang dapat menyulitkan

pembaca untuk memaahami pokok permasalahan, maka penulis membatasi masalah yang

(7)

Pembahasan lebih di arahkan untuk menjelaskan tentang makna simbol-simbol yang

ada pada perayaan hari anak laki-laki (Koinobori) tersebut, simbol-simbol tersebut

mempunyai makna masing-masing. Nilai religi yng terkandung pada setiap persiapannya

dilaksanakan berdasarkan agama Shinto dan Budha. Kedua agama inilah yang menjadi

pedoman dalam perayaan hari anak tersebut.

Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung pada setiap kegiatan penulis akan menjelaskan

kegiatan dan hal-hal apa saja yang mempunyai makna yang tersirat. Perayaan ini berlangsung

hanya satu hari saja, namun untuk mempersiapkannya tidak cukup satu hari. Karena terdapat

banyak hal yang harus dipersiapkan, seperti : koinobori, bunga iris, pajangan boneka dan

sajian khusus utuk melengkapi perayaan tersebut.

Sebelum memaparkan fokus pembahasan, penulis juga akan memaparkan tentang

Nenjugirei(ritus-ritus sepanjang tahun), Tsukagirei(life stage) daur hidup mnusia dan

perayaan yang ada di Jepang.

1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori

a. Tinjauan Pustaka

Setiap manusia dimanapun mereka berada tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain

karena manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri sehingga perlu adanya

jalinan kerjasama antara manusia yang satu dengan yang lain. Tidak dapat dibayangkan

bagaimana kehidupan manusia jika tidak berada dalam masyarakat (sosial) sebab setiap

individu tidak dapat hidup dalam keterpencilan selama-lamanya. Manusia membutuhkan satu

sama lain untuk bertahan hidup dan untuk hidup sebagai manusia. Saling ketergantungan ini

menghasilkan bentuk kerjasama tertentu dan menghasilkan bentuk masyarakat tertentu.

Mac Iver dan page dalam Hasan (2009: 28) menyatakan bahwa masyarakat ialah suatu

sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok

(8)

Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah. Jepang

adalah Negara kepulauan dan merupakan salah satu Negara yang memiliki panorama alam

yng indah, baik pada saat pagi hari maupun malam hari. Selain keindahan alamnya, jepang

juga memiliki keindahan budaya yang beragam dan terpelihara sejak dahulu sampai sekarang.

Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya perayaan atau festival-festival yang dilaksanakan

oleh Negara yang terkenal akan bunga sakuranya ini. Berbagai jenis dan bentuk perayaan

digelar dalam setahun, dan upacara keagamaan sampai upacara hari-hari besar Negara

Jepang. Perayaan atau pesta rakyat di Jepang terdiri dari festival, hari raya dan upacara

khusus. Secara umum perayaan-perayaan yang berlangsung di Jepang tersebut pastinya

memiliki makna yang berkaitan dengan religi(agama) dan kebudayaan. Dari segi agama,

Jepang dikenal dengan adanya upacara pemujaan. Ritual pemujaan tersebut selain

dilaksanakan untuk memuja dewa, juga ditujukan kepada leluhur.

Ada banyak ritual keagamaan seperti pemujaan terhadap roh para leluhur, yang

dilaksanakan mulai dari upacara kelahiran sampai upacara kematian, yang pelaksanaannya

sudah ditetapkan kalender Jepang. Pandangan masyarakat Jepang akan roh ini merupakan

pandangan tradisional yang dipengaruhi oleh agama Shinto dan Budha (

Situmorang,2000:30).

Berdasarkan atas kepercayaan dan mayoritas dianut oleh masyarakat Jepang, maka

perayan hari anak dilaksanakan menurut kepercayaan dari agama Shinto dan Budha.

Kebudayaan bagi masyarakat Jepang merupakan hal yang mendasar dan penting. Oleh sebab

itu, masyarakat Jepang masih melaksanakan dan melestarikan kebudayaan yang ada sejak

dulu, sehingga Negara Jepang merupakan salah satu Negara yang kaya akan budayanya.

b. Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian perlu adanya kerangka teori untuk mendukung penelitian

(9)

proses berfikir deduktif yang bergerak dari bentuk abstrak kedalam bentuk yang nyata.

Dalam penelitian kebudayaan masyarakat diperlukan satu atau lebih teori pendekatan yang

sesuai dengan objek dan tujuan dari penelitian ini.

Dalam hal ini, penulis menggunakan teori pendekatan semotika, konsep simbol dan

konsep Religi untuk meneliti perayaan hari anak laki-laki (koinobori) yang dilaksanakan di

Jepang.Pada mulanya, istilah semiotik (semieon) digunakan oleh orang yunani untuk merujuk

pada sains yang mengkaji sistem perlambangan atau sistem tanda dalam kehidupan manusia.

Semiotik adalah ilmu tentang tanda, Semiotik digunakan untuk meneliti banyak bidang ilmu,

berbagai teori terkemuka mengenai pembahasan semiotika, akan tetapi dalam penelitian ini

peneliti juga menggunakan kosep simbol.

Simbol adalah tanda yang paling canggih, karena sudah berdasarkan persetujuan dalam

masyarakat (konvensi). Contoh : bahasa merupakan simbol, karena berdasarkan konvensi

yang telah ada dalam suatu masyarakat.kebebasan untuk menciptakan simbol-simbol dengan

nilai-nilai tertentu dan menciptakan simbol-simbol lainnya adalah penting bagi apa yang kita

sebut proses simbolik.( Mulyana.1990:83)

Menurut Susanto (1987:63) “ Makna simbol secara harfiah bersifat religius”, untuk mendapatkan perlindungan dari roh nenek moyang atau dewa harus diselenggarakan berbagai

upacara ritual. Untuk menyampaikan keinginan dan harapan-harapannya untuk kebaikan,

maka digunakanlah ungkapan-ungkapan simbolis untuk menyampaikan harapan. Dalam hal

ini diyakini bahwa “ simbol berbicara lebih banyak dari pada yang bisa diungkapkan dengan kata-kata” (parlaungan.1997:10-11)

Dalam menjalankan kegiatan keagamaan berdasarkan keparcayaannya, masyarakat

Jepang meyakini keberadaan Sang Pencipta. Keyakinan itulah yang membuat masyarakat

Jepang selalu memelihara tradisi keagamaan mereka demi mendapat lindungan dari dewa

(10)

penting yang dapat diekspresikan dalam kebiasaan-kebiasaan tak tertulis,

pantangan-pantangan dan sanksi-sanksi.( Mulyana.1990:73)

Penulis juga menggunakan konsep yang berhubungan dengan religi yang bertujuan

untuk menganalisa dengan lebih baik terhdap keterkitannya dengan peryaan hari anak

laki-laki di Jepang. Konsep religi menurut Koentjaraningrat (1976 : 137), yaitu sistem

kepercayaan yang mengandung keyakinan dan bertujuan mencari hubungan antara manusia

dengan Tuhan, dewa-dewa atau makhluk halus yang mendiami alam gaib. Kosep historis atau

sejarah juga digunakan penulis dalam penelitian ini, karena penulis juga menjelaskan tentang

latar belakang sejarah perayaan hari anak laki-laki (koinobori) di Jepang. Menurut kaelan

(2005:61), Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sedangkan

menurut Nevin dalam Kaelan. (2005 :61), sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari

keadaan-keadaan, kejdian-kejadian atau fakta-fakta yang terjadi pada masa lampau yang

ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.

1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui makna simbolik apa saja yang terkandung pada simbol yang

digunakan pada perayaan (Koinobori) di jepang.

2. Untuk mendeskripsikan makna simbol- simbol pada perayaan hari anak laki-laki

(koinobori) di Jepang.

b. Manfaat penelitian

(11)

1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mmengenai makna simbolik

perayaan koinobori di jepang.

2. Menambah wawsan bagi penulis dan pembaca mengenai makna simbol-simbol

pada perayaan koinobori di Jepang.

1.6 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian sangat diperlukan metode-metode yang mendukung

penelitian untuk menunjang keberhasilan tulisan yang akan disampaikan penulis kepada para

pembaca.metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitif dan

studi pustaka. Menurut Cresswell dalam Somantri, (2005: 58) metode kualitatif berusaha

mengkonstruksi realitas dan memahami makna, sehingga biasanya sangat memperhatikan

proses, peristiwa dan otensitas. Penelitian kualitatif bercirikan informasi yang berupa ikatan

konteks yang akan menggiring pada pola atau teori yang akan menjelaskan fenomena soaial.

Selain itu digunakan juga metode deskriptif. Deskriptif menurut Mulyadi (2004:51)

adalah tulisan menggambarkan bentuk objek pengamatan. Pengembangan data terseut ditulis

dengan tetap mengacu kepada sumber informasi dan data yang berkitan dengan

permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini.

Penulis juga menggunakan studi pustaka. Menurut Nasution (1996 : 14), metode

kepustakaan atau Library research adalah mengumpulkan data dan membaca referensi yang

berkaitan dengan topic permasalahan yang dipilih penulis. Dengan membandingkan antara

referensi dari sumber yang satu dengan sumber yang lainnya untuk mendapatkan informasi

yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Kemudian rangkaianny menjadi satu informasi yang

mendukung peulisan penelitian ini, guna menghimpun data sekunder yang bersumber dari

buku, jurnal ilmiah, hasil penelitian, serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan

(12)

Selain itu, penulis juga memperoleh data-data dari beberapa situs di internet yang

mendukung yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Agar bahan dan data

Referensi

Dokumen terkait

Dengan bantuan acang dan media moodle siswa dengan kemapuan kreativitas rendah dan sedang terfasilitasi untuk berprestasi sehingga memiliki rata – rata prestasi

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan tahun 2016, Komponen Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) memiliki sumber pertumbuhan

www.rb.lapan.go.id | 10 2011 2014 2019 2025 Seluruh Kementerian dan lembaga (K/L) serta pemda ditargetkan telah memiliki komitmen dalam melaksanakan proses

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(3) Verifikasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan untuk memperoleh bukti formil melalui pertemuan di desa yang dihadiri oleh unsur

kehilangan statusnya sebagai BUT, disyaratkan adanya permohonan WP yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT tersebut tidak. memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan

Pada saat kini para bankir menyadari bahwa dalam menjalankan fungsi jasa – jasa keuangan, bank harus dapat mengelola berbagai jenis risiko keuangan secara efektif, agar dampak

Wayang wong adalah bentuk teater tradisional Jawa yang berasal dari Wayang Kulit yang dipertunjukan dalam bentuk berbeda: dimainkan oleh orang, lengkap dengan menari dan