• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Era globalisasi yang semakin berkembang belakangan ini, membuat

perusahaan semakin terpacu untuk mengembangkan bisnisnya. Globalisasi akan

semakin mendorong ketatnya persaingan diantara perusahaan-perusahaan, dan

hanya perusahaan yang mempunyai strategi dan kemampuan bisnis yang baiklah

yang mampu bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Dengan semakin ketatnya

persaingan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional, perusahaan

dituntut untuk dapat meningkatkan daya saingnya untuk mampu bertahan dalam

persaingan yang ketat.

Dengan adanya persaingan yang begitu ketat, setiap perusahaan akan

dituntut untuk bisa menghadapi tantangan dan hambatan yang timbul dari adanya

persaingan tersebut. Perusahaan diharapkan dapat menggunakan strategi yang

tepat untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya, serta penggunaan strategi

bisnis yang tepat oleh perusahaan dapat dijadikan sebagai alat untuk

meningkatkan nilai (value) bagi perusahaan, terutama dalam hal peningkatan laba perusahaan.

Sejumlah dana yang besar diperlukan perusahaan untuk dapat bertahan dan

mengembangkan bisnisnya. Pemenuhan kebutuhan dana untuk membiayai

aktivitas operasional perusahaan dapat ditempuh dengan berbagai upaya. Salah

(2)

umum melalui pasar modal. Dalam proses go public sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek) terlebih dahulu saham perusahaan

yang go public dijual di pasar perdana (primary market) yang biasa disebut IPO (Initial Public Offering).

Terdapat dua alasan mengapa perusahaan melakukan IPO yaitu untuk

perluasan usaha dan perusahaan tak ingin menambah hutang baru dan kedua untuk

mengganti sebagian hutang dengan ekuitas yang diperoleh dari penawaran

perdana. Sementara itu, dilihat dari tujuan terdapat tiga tujuan, pertama untuk

perluasan usaha, kedua untuk memperbaiki struktur modal dan ketiga untuk

divestment atau pengalihan pemegang saham, sedangkan dilihat dari segi manfaat perusahaan yang go public adalah pertama perusahaan memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak per termin), kedua dana yang diperoleh

dapat digunakan untuk memperluas usaha dan memperbaiki struktur modal, dan

yang ketiga untuk memacu perusahaan untuk lebih profesional dikarenakan

tuntutan dari publik/pemegang saham, serta yang keempat agar perusahaan

menjadi dikenal masyarakat.

Tabel 1.1

Nilai Rata-rata Initial Return dari 19 Negara

(3)

No. Negara Jumlah Sampel Periode Waktu Rata-rata Initial Return

Sumber: Ritter et all, Pacific-Basin Finance Journal

Selain di Indonesia fenomena underpricing juga terjadi dibeberapa negara lain. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa semua perusahaan di ke-19 negara diatas

mengalami underpricing pada saat initial public offering mereka, hal ini ditunjukkan dari dokumentasi nilai rata-rata initial return yang positif. Initial return positif menunjukkan bahwa investor mendapatkan keuntungan saat menjual saham yang mereka beli saat initial public offering. Dibandingkan dengan negara lain yang ada di tabel 1.1, underpricing di Indonesia masih dapat diterima dengan nilai average initial return positif 22.7%. Yang tertinggi adalah China dengan nilai average initial return 137,4%, dan yang terendah Argentina dengan nilai average initial return 4.4%.

Tabel 1.2

Fenomena Underpricing di Indonesia tahun 2007-2012

(4)

2010 23 22 95,65%

2011 25 14 56%

2012 22 17 77,2%

Sumber: yahoo.finance.com (data diolah)

Di Indonesia kondisi underpricing dapat dilihat dari Tabel 1.2 yang

menunjukkan bahwa dalam 6 tahun (2007-2012) jumlah perusahaan yang

underpricing mencapai lebih dari 50% dari jumlah perusahaan yang melakukan initial public offering. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan IPO tahun 2007-2012 tidak mendapatkan pendapatan yang maksimal dari initial public offering yang mereka lakukan.

Penetapan harga saham perdana suatu perusahaan adalah hal yang tidak

mudah. Salah satu penyebab sulitnya menetapkan harga penawaran perdana

adalah karena tidak adanya informasi harga yang relevan. Hal ini terjadi karena

sebelum pelaksanaan penawaran perdana, saham perusahaan belum pernah

diperdagangkan sehingga kesulitan untuk menilai dan menentukan harga yang

wajar. Di samping itu, keterbatasan informasi mengenai apa dan siapa perusahaan

yang akan go public membuat perusahaan penjamin emisi (underwriter) maupun calon investor harus melakukan analisa yang baik sebelum memutuskan untuk

membeli saham.

Penentuan harga saham yang akan ditawarkan pada saat IPO merupakan

faktor penting, baik bagi emiten maupun underwriter karena berkaitan dengan jumlah dana yang akan diperoleh emiten dan risiko yang akan ditanggung oleh

(5)

per saham maka dana yang diterima akan semakin besar. Hal ini mengakibatkan

emiten seringkali menentukan harga saham yang dijual pada pasar perdana

dengan membuka penawaran harga yang tinggi, karena menginginkan pemasukan

dana semaksimal mungkin. Sementara itu, underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan risiko agar tidak mengalami kerugian akibat tidak

terjualnya saham-saham yang ditawarkan.

Informasi mengenai perusahaan yang akan melakukan IPO sangat penting

dimiliki oleh para pihak yang akan menentukan harga saham pada saat IPO yaitu

pihak emiten dan pihak underwriter. Ketidaksamaan informasi yang dimiliki oleh para pihak inilah yang dapat mengakibatkan perbedaan harga sehingga

memungkinkan terjadinya underpricing. Baik pada pasar perdana maupun pasar sekunder, asimetri informasi ini selalu terjadi (Beatty, 1989; Leiland dan Pyle,

1977).

Prospektus perusahaan, yang merupakan salah satu sumber informasi yang

relevan dan dapat digunakan untuk menilai perusahaan yang akan go public, dimaksudkan untuk mengurangi adanya kesenjangan informasi yang terjadi

seperti diuraikan sebelumnya. Menurut UU No. 8 Tahun 1995, prospektus adalah

setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar

pihak lain membeli efek. Informasi yang diungkapkan dalam prospektus akan

membantu investor untuk membuat keputusan yang rasional mengenai risiko dan

nilai saham sesungguhnya yang ditawarkan oleh emiten (Kim et al., 1995). Harga saham pada IPO ditentukan berdasarkan kesepakatan antara

(6)

ditentukan oleh mekanisme pasar atau permintaan dan penawaran. Permasalahan

penting yang dihadapi emiten pada saat melakukan IPO adalah penutupan

besarnya harga saham perdana. Emiten sebagai pihak yang membutuhkan dana

menginginkan harga yang tinggi, sebaliknya underwriter berusaha untuk meminimalkan resiko yang ditanggungnya. Hal ini disebabkan oleh tipe

penjaminan yang berlaku di Indonesia adalah full commitment, artinya pihak underwriter akan membeli saham yang tidak habis terjual saat IPO. Keadaan ini membuat underwriter berupaya untuk meminimalkan resiko dengan melakukan negosiasi dengan emiten agar harga saham-saham tersebut tidak terlalu tinggi,

bahkan cenderung underpricing.

Di saat yang bersamaan, reputasi auditor juga mempengaruhi IPO.

Perusahaan yang akan melakukan IPO akan memilih Kantor Akuntan Publik

(KAP) yang memiliki reputasi baik karena reputasi auditor berpengaruh pada

kredibilitas laporan keuangan ketika suatu perusahaan go public. Kredibilitas laporan keuangan akan sangat berguna bagi investor untuk informasi dalam

menentukan investasinya. Auditor yang bereputasi tinggi mempunyai komitmen

yang lebih besar dalam mempertahankan kualitas auditnya sehingga laporan

perusahaan yang telah diperiksa oleh auditor bereputasi tinggi akan memberikan

keyakinan yang lebih besar kepada investor akan kualitas informasi yang

disajikan dalam prospektus dan laporan keuangan perusahaan. Widayani dan Yasa

(7)

Variabel lain yang berpengaruh terhadap underpricing selain reputasi auditor adalah umur perusahaan dan Earning P er Share (EPS). Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per

saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan

deviden. Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

pendapatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang. Variabel EPS menunjukkan laba perlembar saham perusahaan yang diharapkan dapat

memberikan gambaran bagi investor mengenai keuntungan yang yang dapat

diperoleh dalam suatu periode tertentu. Maka dapat dikatakan investor akan lebih

meminati saham yang memiliki EPS tinggi dibandingkan saham yang memiliki EPS rendah. EPS yang rendah cenderung membuat harga saham turun. Penelitian Wijayanto (2010) menunjukkan bahwa variabel EPS memiliki pengaruh terhadap underpricing.

Perusahaan dengan umur operasi yang lama kemungkinan akan

menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dibandingkan dengan

perusahaan yang baru saja berdiri. Informasi ini akan bermanfaat bagi investor

dalam mengurangi tingkat ketidakpastian perusahaan. Selain itu umur perusahaan

juga memunjukkan seberapa matangnya perusahaan dan kemampuan perusahan

untuk bersaing dan memecahkan masalah dalam perusahaan. Penelitian Putra

(2010) menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan berpengaruh signifikan

(8)

Berdasarkan pemaparan pada paragraf-paragraf sebelumnya maka peneliti

tertarik untuk meneliti Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing

saham pada saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah reputasi underwriter berpengaruh terhadap underpricing pada saat IPO?

2. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap underpricing pada saat IPO? 3. Apakah earning per share berpengaruh terhadap underpricing pada saat

IPO?

4. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap underpricing pada saat IPO?

5. Apakah reputasi underwriter dan reputasi auditor, earning per share, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap underpricing pada saat IPO?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan

sebagai berikut :

1. Menganalisis pengaruh reputasi underwriter terhadap underpricing pada IPO.

(9)

3. Menganalisis pengaruh earning per share terhadap underpricing pada IPO. 4. Menganalisis pengaruh umur perusahaan terhadap underpricing pada IPO. 5. Menganalisis pengaruh reputasi underwriter, reputasi auditor, earning per

share, dan umur perusahaan pada IPO.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1)Bagi investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi mengenai

faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat sebuah

keputusan investasi pada saat membeli saham perdana dengan tujuan

memperoleh return yang diharapkan 2)Bagi Emiten

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam

mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai fair price dan menghindarkan underwriter dari risiko saham tidak laku terjual. 3)Bagi Dunia Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menamba pengetahuan tentang

Gambar

Tabel 1.1 Initial Return

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun berasal, ditemukan, atau dikembangkan oleh seseorang atau sekelompok orang dari suatu kebudayaan, peradaban atau agama tertentu, nilai estetis independen tidak terkait dgn

Karakteristik yang mempengaruhi pengukur- an kekasaran dengan metode pengenalan obyek pada machine vision ini adalah capture image ( set-up external terhadap kualitas

Gejala fisik, yaitu sakit kepala, sakit nyeri lambung, mudah kaget, banyak berkeringat, gangguan pola tidur, lesu, kaku pada leher belakang sampai punggung, dada terasa

Penyebab kekurangan produk anggrek tersebut adalah permintaan yang terus meningkat dan tidak disertai dengan penyediaan produk anggrek ini, dapat dikatakan

• Untuk sistem pembayaran user yang tidak mempunyai kartu kredit maka pada check out dari session shopping cart, user tersebut dapat memilih metode pemba- yaran transfer rekening

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang merasakan kelelahan tingkat ringan, sedang, dan tinggi dengan gejala stress kerja sangat tinggi dan

Persentase morfologi spermatozoa itik lokal dalam 15 perlakuan yang digunakan dalam medium Tris, PBS, Ringer laktat yang dikombinasikan dengan kuning telur

Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pematah angin dapat memperkecil kecepatan angin sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dari pada tanpa pematah