18
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan studi deskriptif melalui pengamatan secara prospektif terhadap kejadian infeksi luka AV fistula pada pasien gagal ginjal untuk tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalani operasi AV fistula untuk tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
Medan.
3.3 Kriteria inklusi dan Eksklusi 3.3.1 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah pasien gagal ginjal yang menjalani operasi AV Fistula untuk tindakan hemodialisa yang bersedia menjadi responden, Divisi Bedah Thorax dan cardiaovascular di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. 3.3.2 Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :
1. Pasien dengan Phlebitis sebelum operasi
2. Pasien di sekitar kulit lokasi untuk rencana AV fistula dijumpai tanda-tanda infeksi .
3.4 Besar Sampel
Pada penelitian ini besar sampel dihitung dengan mengunakan simple random Sampling, yang dimama seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi dihitung dengan rumus : n=
n=31,36 dibulatkan menjadi 32 pasien Keterangan:
n: Jumlah sampel
Zα: Tingkat kepercayaan, yaitu sebesar 95% maka nilai Zα = 1.96 P: Prevalensi kejadian infeksi pasien dengan AV shunt yaitu 20% Q: 1-P
d: tingkat ketepatan absolut yang di kehendaki
3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Alat pengumpul data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini lembar pengamatan luka operasi. 3.5.2 Pelaksanaan pengumpulan data
Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu : 1. Tahap Persiapan
a. Pada tahap ini peneliti melakukan pengurusan perizinan ke lokasi penelitian. b. Melakukan pengumpulan data awal. Data sekunder penelitian ini diperoleh
data Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, serta dari jurnal penelitian.
c. Peneliti berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit untuk mengetahui identitas pasien
2. Tahap Pelaksanaan
b. Melakukan operasi AV Fistulam, pasca operasi pasien tidak mendapat antibiotik apapun.
c. Melakukan pengamatan kejadian infeksi luka operasi pasca operasi AV fistula hari ke-3 dan hari ke-7.
d. Pengamatan dilakukan dengan cara membuat apusan ( swab ) pada luka, selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan, dan dilihat apakah terdapat pertumbuhan bakteri pada luka operasi tersebut.
ALUR PENELITIAN
3.6 Definisi Operasional
Adapun definisi operasional variabel – variabel penelitian adalah sebagai berikut : 1. Tindakan AV fistula adalah tindakan operasi yang dilakukan untuk membuat
hubungan arteri dengan vena (radial-cephalic fistula, brachial-cephalic fistula, brachial-basilic fistula).
Sampel memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Tindakan AV fistula Pemberian antibiotik profilaksis (30 - 60 menit sebelum operasi)
Pengamatan lokal hari ke-3
Pengamatan lokal dan swab hari ke-7
2. Pemberian antibiotik profilaksis adalah antibiotika yang diberikan 30-60 menit sebelum penderita yang menjalani pembedahan , tujuannya ialah untuk mencegah terjadinya infeksi akibat tindakan pembedahan yaitu infeksi luka operasi. Antibiotik yang digunakan adalah Sefalosforin (generasi I yaitu cefazolin 1 gram injeksi secara intra musculus )
3 Pemantauan untuk infeksi pada luka pasca operasi AV Fistula dengan tanda – tanda lokal:
• Keluarnya cairan serosanguinolen, • Keluarnya pus, disertai rasa nyeri • Edema,
• Pertumbuhan bakteri dari sedian apusan luka operasi, yang dievaluasi dengan jangka waktu pengamatan hari ke-7
4 Jenis Kuman adalah yang semua tubuh dipiring pembiakan kuman.
3.7 Rencana Pengolahan dan Penyajian Data
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah adalah kasus kejadian infeksi operasi pasca AV Fistula dengan pemberian antibiotik profilaksis sebanyak 32 orang dari Desember 2014 sampai dengan Maret 2015 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Gambaran penelitian ditunjukan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-laki 20 62,5
Perempuan 12 37,5
Total 32 100
Tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan pasien perempuan yaitu berjumlah 21 orang (63,6%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ruang Operasi AV Fistrula
Ruang Operasi Frekuensi %
I 2 6,3
III 1 3,1
V 27 84,4
VIII 1 3,1
X 1 3,1
Total 32 100
Berdasarkan tabel diatas, menjelaskan bahwa ruang operasi V digunakan paling banyak yaitu sebanyak 27 orang (84,4%) sedangkan ruang operasi I hanya 2 kali (6,3%) dan sisanya dipakai ruang operasi III, VIII dan X masing-masing 1 kali
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Usia Responden
Berdasarkan tabel di atas bahwa rerata usia pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 53,75 tahun dengan simpangan baku 11,4 tahun. Usia termuda 29 tahun dan tertua 72 tahun.
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Lama Operasi
Lama Operasi (menit)
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan rerata lama operasi adalah 71,4 menit dengan simpangan baku 20,08 menit. Lama operasi tercepat adalah 45 menit dan terlama adalah 117 menit.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tanda Infeksi Pada Hari Ke 3 Pasca Operasi AV Fistula
Tanda Infeksi Frekuensi %
Ada infeksi 0 0
Tidak ada infeksi 32 100
Total 32 100
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pertumbuhan Bakteri Hari Ke-3 Pasca Operasi
Petumbuhan Bakteri Frekuensi %
Negatif Bakteri 31 96,9
Berdasarkan pemantauan hari ke 3 pada bekas luka pasca operasi AV Fistula, dari hasil swab di dapati 1 responden (3,1%) terpapar kuman Staphylococcus epidermidis sementara bekas luka operasi pasca AV Fistula tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi sedangkan hasil swab pada 31 pasien (96,9) yang lain tidak dijiumpai kontaminasi kuman.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tanda Infeksi Pada Hari Ke 7 Pasca Operasi AV Fistula
Tanda Infeksi Frekuensi %
Ada infeksi 0 0
Tidak ada infeksi 32 100
Total 32 100
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pemeriksaan terhadap ada tidaknya infeksi pada luka pasca operasi AV fistula, tidak didapati satupun pasien yang mengalami infeksi pasca operasi AV fistula di RSUP.H. Adam Malik Medan, seperti rasa panas (calor), kemerahan (color), pengerasan (tumor) dan keluar nanah (pus).
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pertumbuhan Bakteri Hari Ke-7 Pasca Operasi
Pertumbuhan Bakteri Frekuensi %
Negatif Bakteri 31 96,9
Proteus sp 1 3,1
BAB 5 PEMBAHASAN
Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan salah satu komplikasi pasca bedah yang ditakuti oleh dokter spesialis bedah dan merupakan masalah yang serius, karena dapat meningkatkan morbiditas dan lama perawatan yang tentunya akan menambah biaya, dan dapat pula mengakibatkan cacat bahkan kematian. Pasien yang menjalani tindakan pembedahan mempunyai risiko tinggi mengalami infeksi luka operasi. Pemilihan antibiotika profilaksis yang sesuai pada tindakan pembedahan sangat menentukan keberhasilan dalam mencegah terjadinya infeksi luka operasi.
Penelitian ini diikuti oleh 32 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah pasien laki –laki lebih banyak dibandingkan pasien perempuan yaitu berjumlah 21 orang (62,5%) dan perempuan berjumlah 12 orang (37,5%). Penelitian yang dilakukan oleh Chiou dkk pada tahun 2006 menyatakan bahwa lebih banyak pasien wanita dengan ILO, dengan perbandingan pria dan wanita 7:10.25
Rerata usia pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 53,75 tahun dengan simpangan baku 11,4 tahun. Usia termuda 29 tahun dan tertua 72 tahun. Pada penelitian rerata usia pasien dengan ILO pada laryngektomi adalah 61 tahun. Dengan 10 orang pasien > 60 tahun dan 5 orang pasien < 60 tahun dari total 26 pasien mengalami ILO.26
Rerata lama operasi adalah 71,4 menit dengan simpangan baku 20,08 menit. Lama operasi tercepat adalah 45 menit dan terlama adalah 117 menit. Semakin lama proses operasi maka semakin besar risiko terjadinya ILO. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Leong tahun 2006 menyatakan bahwa operasi THR (Total Hip Replacement) yang lebih dari 4 jam mempunyai resiko lebih besar terjadinya ILO.27
Dari hasil pemeriksaan terhadap ada tidaknya infeksi, diperoleh tidak satupun pasien yang mengalami infeksi pasca operasi AV Fistula pada hari ke-3. Sedangkan berdasarkan pemantauan hari ke-7, dijumpai hanya 1 responden
(3,1%) yang menunjukkan infeksi Proteus sp secara pertumbuhan bakteri ( Swab ) sedangkan 31 pasien (96,9%) yang lain tidak mengalami infeksi.
Staphylococcus adalah sel sferis gram-positif, biasanya tersusun dalam
kelompok ireguler seperti anggur. Organisme ini mudah tumbuh pada banyak jenis medium dan aktif metabolis, memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua. Beberapa anggotanya adalah flora normal kulit dan membran mukosa manusia lainnya menyebabkan supurasi, pembentukan abses, berbagai infeksi piogenik dan bahkan septikemia yang fatal. Staphylococcus patogen sering kali menghemolisis darah, menyebabkan koagulasi plasma dan menghasilkan berbagai toksin serta enzim ektraseluler. Keracunan makanan yang paling umum oleh enterotoksin Staphylococcus yang stabil panas. Staphylococcus dengan cepat menjadi resisten terhadap banyak agen antimikroba
dan menimbulkan persoalan terapu yang sulit.28
Genus Staphylococcus mempunyai paling sedikit 40 spesies. Tiga spesies yang paling sering dijumpai yang mempunyai kepentingan klinis adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus
saprophyticus. S. aureus bersifat koagulase positif, yang membedakannya dari spesies yang lain. S. aureus merupakan patogen utama untuk manusia. Hampir setiap orang akan mengalami beberapa jenis infeksi S. aureus sepanjang hidup, dengan kisaran keparahan dari keracunan makanan atau infeksi kulit minor hingga infeksi berat yang mengancam jiwa. Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia dan kadang-kadang menyebabkan infeksi, sering berkaitan dengan alat implan, seperti protesis sendi, shunt, dan kateter intravaskular, terutama pada pasien-pasien yang berusia sangat muda, tua.. Sekitar 75% infeksi-infeksi ini disebabkan oleh Staphylococcus koagulase negatif, yaitu Staphylococcus epidermidis; infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus
lugdunensis, Staphylococcus warneri, Staphylococcus hominis, dan spesies lain
kedokteran hewan (Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2002).
Bahwasanya Proteus sp hanya menyebabkan infeksi pada manusia jika bakteri tersebut berada diluar saluran cerna. Organisme ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan menyebabkan bakteremia, pnemonia dan lesi fokal pada pasien dengan kelemahan umum atau pasien yang diinfus. P. mirabilis menyebabkan infeksi saluran kemih. Proteus vulgaris dan Morganella morganii merupakan patogen nosokomial yang penting (Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2002).
Spesies Proteus menghasilkan urease, yang menyebabkan hidrolisis urea dengan cepat disertai pelepasan amonia. Oleh karena itu pada infeksi saluran kemih oleh Proteus, urine menjadi basa, yang memacu pembentukan batu dan menyebabkan pengasaman nyaris mustahil dilakukan. Pergerakan Proteus yang cepat mungkin berperan dalam invasi bakteri tersebut ke saluran kemih, sedangkan antibiotik yang paling aktif terhadap anggota grup Proteus lainnya adalah aminoglikosida dan sefalosporin (Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2002).
Di Amerika Serikat 2 – 6 % pasien yang dirawat terkena infeksi tahun 1986 – 1996 data yang dikumpulkan oleh National Nosokomial Infectious Surveillance System ( NNIS ) mencakup kurang lebih 120 rumah sakit dari semua
tipe (Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI, 2012).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari evaluasi kejadian infeksi pada luka operasi pasca AV Fistula pada 32 pasien dengan pemberian antibiotik profilaksis Cefazolin tidak ditemukan pasien yang mengalami tanda klinis infeksi luka operasi. Hasil swab pada luka bekas operasi 1 pasien hari ke 3 pasca operasi AV Fistula di jumpai pertumbuhan kuman Staphylococcus epidermidis yang resisten Cefazolin, 1 pasien lainnya di jumpai
pertumbuhan kuman Proteus sp. dan pada hari ke 7, tanpa tanda klinis infeksi dan merupakan kontaminasi. Oleh karena itu tidak dijumpai infeksi nosokomial pada operasi pasca AV fistula dikamar operasi RSUP. H. Adam Malik Medan.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan tentang evaluasi kejadian infeksi pada luka operasi Pasca AV Fistula tidak diperlukan pemberian antibiotik pasca operasi / antibiotik terapetik di RSUP.H. Adam Malik Medan.