KRISIS EROPA: APA YANG AKAN DILAKUKAN INDONESIA? Eko Atmadji
Krisis ekonomi Eropa telah mencapai puncaknya. Lima negara Eropa dianggap sebagai sumber bencana ekonomi, yaitu Yunani, Portugal, Irlandia, Spanyol, dan Italia. Yang paling parah adalah Yunani. Krisis ini merupakan dampak susulan dari krisis ekonomi AS 2008. Ketika perekonomian AS perlahan mulai pulih, perekonomian Eropa mulai menunjukkan penurunannya sampai akhirnya Yunani menyatakan tidak bisa membayar hutang pemerintahnya. Akibatnya Yunani kekurangan uang dalam membiayai pembangunannya. Hal ini berdampak pada pengangguran yang meningkat. Hal yang sama terjadi pada Irlandia, Portugal, Spanyol, dan Italia dalam derajat yang berbeda.
Krisis Eropa akhirnya berdampak pada perekonomian AS dan Asia lainnya. Barang-barang ekspor Asia ke Eropa menurun pengirimannya sebagai akibat penurunan daya beli rakyat Eropa. Cina sudah mulai mengalaminya. Sebelumnya, Jepang dan Korea sudah terkena dampaknya. Asia Tenggara juga terasa, tak terkecuali Indonesia. Telah terjadi penurunan ekspor Indonesia sehingga bulan Mei 2012 terjadi pertama kali semenjak tahun 1970 bahwa nilai impor barang kita lebih besar daripada nilai ekspor barang kita. Tentu ini akan menggerus devisa Indonesia. Devisa kita akan terus tergerus karena digunakan pula untuk membayar cicilan hutang pemerintah dan swasta serta menstabilkan nilai tukar Rupiah.
Krisis Eropa menyebabkan para Fund Manager enggan memegang uang Euro dan mengalihkan ke USD. Akibatnya sekarang USD makin menguat ke berbagai mata uang dunia lainnya termasuk Indonesia. Kurs Rupiah terhadap USD makin merosot. Untuk menahan turunnya nilai tukar itu, pasar valas harus diintervensi yang akhirnya harus mengurangi devisa Indonesia. Menurunnya nilai kurs Rupiah terhadap USD membawa dampak positif, harga barang ekspor kita makin murah. Hal ini akan dapat membawa dampak meningkatnya volume ekspor Indonesia.
Bagaimana kira-kira strategi pemerintah RI dalam mengantisipasi krisis ini. Diduga, kebijakan lama dengan mengandalkan konsumsi domestic masih akan dipakai karena terbukti dapat menghindarkan Indonesia dari krisis ekonomi dunia 2008. Oleh sebab itu, belanja konsumsi domestic tetap ditingkatkan. Hanya saja akan berdampak pada meningkatnya impor barang konsumsi maupun barang input. Oleh sebab itu, saat ini pemerintah getol untuk berkampanye cinta buatan Indonesia.