• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Perjuangan Dalam Novel Harimau Harimau Karya Mochtar Lubis: Tinjauan Sosiologi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-Nilai Perjuangan Dalam Novel Harimau Harimau Karya Mochtar Lubis: Tinjauan Sosiologi Sastra"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

73 Lampiran I

Sinopsis Harimau! Harimau!

Buyung dan keenam temannya adalah sekelompok pendamar yang sudah terbiasa keluar masuk hutan rimba. Keenam temannya itu adalah Pak Haji, Wak Katok, Sutan, Talib, Sanip,dan Pak Balam. Mereka bertujuh disenangi dan dihormati orang-orang kampung karena mereka dikenal sebagai orang-orang sopan, mau bergaul, mau bergotong royong, dan taat dalam agama. Dalam perjalanan kali ini, semua hal juga berjalan seperti biasanya. Seperti biasa Wak Katok juga membawa senapan yang terkadang dia percayakan kepada Buyung untuk merawat dan mempergunakannya. Di tengah hutan mereka menginap di Pondok Wak Hitam ini. Wak Hitam memiliki ilmu gaib dan senang tinggal berbulan-bulan di hutan atau di ladangnya bersama Siti Rubiah, istri keempatnya yang cantik dan masih muda belia. Mereka bertujuh tertarik akan keindahan tubuh Rubiah. Buyung anggota rombongan yang paling muda dan satu-satunya yang masih bujangan, tergila-gila akan kecantikan Rubiah. Dalam hatinya ia membandingkan kelebihan Rubiah dari Zaitun, gadis pujaan hatinya di kampung.

Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan mengintai Rubiah mandi di sungai. Dalam perjalanan pulang ke pondok, dengan dalih memberi manik-manik,

ditariknya Rubiah masuk ke dalam belukar. Pada kesempatan lain, ketika hendak pulang ke kampung, Buyung memeriksa perangkap kancil yang ia buat, ia pun

melihat Rubiah mandi di sungai dan kemudian menghampirinya. Rubiah pun menceritakan penderitaan yang dialaminya selama menjadi istri Wak Hitam. Buyung merasa jatuh hati dan merasa wajib melindungi dan menyelamatkan Rubiah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya terpadu dan membeku. Terjadilah perbuatan terlarang yang tidak dapat mereka kendalikan lagi.

Pada saat perjalanan pulang, Buyung, Wak Katok, dan Sutan berhasil memburu seekor kijang betina. Ketika menguliti kijang tersebut, terdengar auman seekor harimau. Harimau tersebut sebenarnya telah mengintai kijang itu lebih dahulu dibanding mereka. Harimau ini menjadi marah karena mangsanya telah direbut oleh Buyung dan teman-temannya, harimau itu pun mulai memburu

(2)

74

mereka. Mereka sadar akan hal tersebut, mereka pun berusaha berhati-hati dan mempercepat langkah mereka menuju desa. Namun karena kecerobohan, harimau itu berhasil menerkam Pak Balam dan diseretnya ke hutan, namun dengan kerja sama, mereka dapat menyelamatkan Pak Balam. Dalam kondisi yang sangat lemah Pak Balam menceritakan mimpi buruknya yang berkaitan dengan perbuatan dosanya. Ia juga menceritakan perbuatan dosa yang telah dilakukan Wak Katok. Pak Balam menyuruh mereka semua untuk saling mengakui dosa masing-masing. Ia berpendapat bahwa hanya dengan cara saling mengakui dosa masing-masing mereka akan dapat keluar dari masalah yeng mereka hadapi. Namun anggota kelompok yang lain tidak setuju dengan saran Pak Balam.

Ketika mereka meneruskan perjalanan pulang, harimau menerkam Talib. Atas usaha teman-temannya, Talib yang telah luka parah dapat direbut dari cengkraman harimau. Sebelum ia meninggal, Talib masih sempat mengaku bahwa ia pernah melakukan dosa bersama Sanip. Karena kejadian itu, Pak Balam semakin mendesak teman-temannya agar mengakui perbuatan dosa yang pernah mereka lakukan. Sanip pun mulai mengakui dosa-dosanya. Di antara dosa tersebut, ada juga perbuatan dosa yang ia lakukan bersama Sutan. Sutan marah dan jengkel kepada Sanip.Di hari berikutnya, ketika Wak Katok, Buyung, dan Sanip pergi untuk

memburu harimau,Sutan dan Pak Haji mendapat tugas untuk menjaga Pak Balam. Namun Sutan tidak sanggup lagi terus berada bersama dengan Pak Balam, yang

terus memaksa mereka untuk mengakui dosa. Sutan pun memutuskan untuk menyusul rombongan Wak Katok. Tapi di tengah perjalanannya, Sutan pun mati diterkam harimau yang kelaparan

Setelah semua kejadian ini, Wak Katok yang mereka anggap sebagai pemimpin yang berani ternyata berubah menjadi seorang pengecut, ia berencana menyelamatkan dirinya sendiri dan berniat mencelakakan Buyung, Sanip dan Pak Haji. Namun mereka balik melawan, tapi pada saat perlawanan ini Pak Haji ditembak mati oleh Wak Katok, dan dengan kerja sama Buyung dan Sanip berhasil mengalahkan Wak Katok. Wak Katok diikat dan dijadikan umpan untuk memancing harimau.Wak Katok diikatkan pada sebatang pohon. Pada saat harimau

(3)

75

hendak memangsa Wak Katok, Buyung melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimau pun mati. Kini mengertilah Buyung maksud kata-kata Pak Haji bahwa untuk keselamatan kita hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di dalam diri kita. Untuk membina kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesama manusia dan ia akan sungguh-sungguh mencintai Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal-hal yang bersifat takhyul, mantera-mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari Wak Katok.

Lampiran II

Daftar Riwayat Hidup Mochtar Lubis

Mochtar Lubis lahir pada tanggal 7 Maret 1922 di Padang, Sumatera Barat, dan meninggal pada tanggal 2 Juli 2004 di Jakarta, pada umur 82 tahun. Mochtar Lubis adalah seorang jurnalis dan pengarang ternama asal Indonesia. Sejak zaman pendudukan Jepang, ia telah bekerja dalam lapangan penerangan. Ia turut mendirikan Kantor Berita ANTARA, kemudian mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang telah dilarang terbit. Ia mendirikan majalah sastra Horizon bersama-sama kawan-kawannya. Pada waktu pemerintahan rezim Soekarno, ia dijebloskan ke dalam penjara hampir sembilan tahun lamanya dan baru dibebaskan pada tahun 1966. Pemikirannya selama di penjara, ia tuangkan dalam buku Catatan Subversif (1980).

Mochtar Lubis pernah menjadi Presiden Press Foundation of Asia, anggota Dewan Pimpinan International Association for Cultural Freedom (organisasi CIA), dan anggota World Futures Studies Federation.Novelnya, Jalan Tak Ada Ujung (1952 diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh A.H. John menjadi A Road With No End, London, 1968), mendapat Hadiah Sastra BMKN1952; cerpennya Musim Gugur menggondol hadiah majalah Kisah tahun 1953; kumpulan cerpennya Perempuan (1956) mendapatkan Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955-1956; novelnya, Harimau! Harimau! (1975), meraih hadiah Yayasan Buku Utama Mengarang (1951),Teknik Menulis Skenario Film (1952),Harta Karun (cerita anak, 1964), Tanah Gersang (novel, 1966), Senja di Jakarta (novel, 1970; diinggriskan

(4)

76

Claire Holt dengan judul Twilight in Jakarta, 1963),Judar Bersaudara (cerita anak, 1971), Penyamun dalam Rimba (cerita anak, 1972), Harimau! Harimau! (novel, 1975), Manusia Indonesia (1977),Berkelana dalam Rimba (cerita anak, 1980), Kuli Kontrak (kumpulan cerpen, 1982), Bromocorah (kumpulan cerpen, 1983).

Karya jurnalistiknya antara lain adalah:Perlawatan ke Amerika Serikat (1951), Perkenalan di Asia Tenggara (1951), Catatan Korea (1951), Indonesia di Mata Dunia (1955). Mochtar Lubis juga menjadi editor dari beberapa karya, yaitu:Pelangi: 70 Tahun Sutan Takdir Alisyahbana (1979),Bunga Rampai Korupsi (bersama James C. Scott, 1984), Hati Nurani Melawan Kezaliman: Surat-Surat Bung Hatta kepada Presiden Soekarno (1986). Selain itu, Mochtar Lubis juga menjadi penerjemah dari beberapa karya penulis asing, yaitu: Tiga Cerita dari Negeri Dollar (kumpulan cerpen, John Steinbeck, Upton Sinclair, dan John Russel, 1950), Orang Kaya (novel F. Scott Fitgerald, 1950), Yakin (karya Irwin Shaw, 1950), Kisah-kisah dari Eropa (kumpulan cerpen, 1952), Cerita dari Tiongkok (terjemahan bersama Beb Vuyk dan S. Mundingsari, 1953.

http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/04/biografi-mochtar-lubis.html. Diakses pada tanggal 26 April 2015.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Saat ini alat yang umum digunakan untuk mengukur kadar gula darah adalah glucometer berbasis sensor kimia dengan enzim glucose oxidase sebagai bahan aktifnya.. Para pasien

a) 0,1 Mandor @ Rp. Mencari Nilai tim/hari untuk 1 m 2 pekerjaan pasangan dinding, plesteran, dan acian dilakukan dengan cara pengamatan produktifitas kerja pekerja yang

[r]

pada saat pengadaan ini dilaksanakan, DIPA Balai Diklat Keuangan Malang Tahun Anggaran 2013 belum ditetapkan. Dalam hal DIPA tidak ditetapkan atau alokasi anggaran

Setiawan Sedjati. Alamat :

Pejabat

Setelah Pukul 09.05 WI TA jumlah peserta yang memasukkan penawaran masih kurang dari 3 (tiga) perusahaan maka pembukaan penawaran ditunda selama 2 (dua) jam yakni