• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Hipertensi dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit HKBP Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2013-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Hipertensi dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit HKBP Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2013-2015"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi

2.1.1 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Gaya yang menghasilkan kekuatan memungkinkan darah membawa oksigen serta zat-zat lain yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh dapat beredar sehingga seluruh jaringan tubuh dapat hidup dan dapat melaksanakan masing-masing tugasnya (Kertohoesodo, 1979).

(2)

Tekanan darah sistolik dan diastolik yang normal penting untuk mempertahankan fungsi efisien pada organ-organ vital seperti jantung, otak dan ginjal, dan untuk seluruh kelangsungan hidup (WHO, 2013).

2.1.2 Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat / tenang (Depkes RI, 2007). Batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg (WHO, 2011).

Menurut petunjuk WHO-ISH dalam Joewono (2003), klasifikasi hipertensi menyerupai JNC VI, yaitu:

a. Optimal bila tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg

b. Normal bila tekanan sistolik <130 mmHg dan tekanan darah diastolik <85 mmHg

c. Normal tinggi bila tekanan sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 85-89 mmHg

d. Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg

(3)

f. Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg

g. Hipertensi sistolik (Isolated Sistolic Hypertension) bila tekanan sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik <90 mmHg

Etiologi hipertensi tidak diketahui pada lebih dari 95% kasus kenaikan tekanan darah. Kajian epidemiologi selalu menunjukkan adanya hubungan yang penting dan bebas antara tekanan darah dan berbagai kelainan, terutama penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan kerusakan fungsi ginjal (Laporan komisi pakar WHO, 2001).

2.2 Klasifikasi Hipertensi 2.2.1 Berdasarkan Etiologi

a. Hipertensi Primer atau Esensial

Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Hipertensi primer memiliki populasi kira-kira 90% dari seluruh pasien hipertensi. Hipertensi primer kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah (Ruhyanudin, 2007).

b. Hipertensi Sekunder atau non Esensial

(4)

1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Ruhyanudin, 2007).

Menurut Yasmin (1996), Sekitar 5% prevalensi hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat dikelompokkan seperti di bawah ini:

a. Penyakit parenkim ginjal (3%). Setiap penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) akan menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal.

b. Penyakit renovaskular (1%). Terdiri atas penyakit yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum dibagi atas aterosklerosis, yang terutama mempengaruhi sepertiga bagian proksimal arteri renalis dan paling sering terjadi pada pasien usia lanjut, dan fibrodisplasia yang terutama mempengaruhi 2/3 bagian distal.

c. Endokrin (1%). Pertimbangan aldosteronisme primer (sindrom Conn) jika terdapat hipokelemia bersama hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan (overload) natrium dan air.

2.2.2 Berdasarkan TDS dan TDD

Menurut Joint Comitte on Detection and Treatment of High Pressure 7(JNC 7) tahun 2003, hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah

penderita sebagaimana terlihat dibawah ini :

(5)

b. Prehipertensi apabila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg.

c. Hipertensi derajat 1 apabila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.

d. Hipertensi derajat 2 apabila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥100 mmHg.

2.3 Gejala Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan di otak (Ruhyanudin, 2007).

(6)

2.4 Komplikasi

Hipertensi berpengaruh terhadap hampir semua bagian tubuh terutama jantung, pembuluh darah, otak, ginjal dan mata. Adapun komplikasi yang mungkin timbul tergantung pada berapa tinggi tekanan darah, berapa lama telah dialami, adakah faktor-faktor risiko lain dan bagaimana penyakit tersebut ditangani (Kemenkes RI, 2012).

Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan seperti membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Palmer, 2007). Bila tekanan darah tinggi tidak dapat dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskular seperti angina atau rasa tidak nyaman di dada dan serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, gagal ginjal, masalah mata, dan hipertensif encephalopathy (Yasmin, 1996).

a. CVD (Cardiovascular Disease)

Penyakit pembuluh darah terjadi ketika pembuluh darah menyempit.

Penyempitan pada pembuluh darah menghasilkan penurunan transportasi darah

kaya oksigen ke bagian-bagian tubuh yang berbeda. Penyakit pembuluh darah

juga dikenal sebagai VCD (Cardiovascular Diesease). Pembuluh darah dalam

tubuh bertanggung jawab untuk transportasi oksigen, darah dan nutrisi ke seluruh

(7)

menjadi prioritas pengendalian penyakit pembuluh darah adalah : Hipertensi, penyakit jantung koroner, dan stroke (Corwin, 2009).

Penyakit ini umumnya disebabkan karena penyempitan pembuluh darah

oleh lemak dan kolesterol selama jangka waktu yang panjang. Lemak jenuh

ditemukan dalam makanan digoreng dan junk masuk dan berkumpul pada dinding

pembuluh darah, akhirnya menutup jalan bagi aliran darah. Riwayat keluarga,

usia, dan jenis kelamin meningkatkan kemungkinan mendapatkan penyakit

pembuluh darah. Orang-orang di atas usia 45 atau yang memiliki anggota

keluarga dengan jantung seperti penyakit pembuluh darah atau beresiko lebih

besar tertular penyakit ini. Selain itu, kondisi tertentu seperti diabetes, merokok,

tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas dan gaya hidup dapat

menyebabkan masalah pembuluh darah(Corwin, 2009).

b. Gagal Ginjal

(8)

2.5 Epidemiologi Hipertensi 2.5.1 Berdasarkan Orang

Menurut Kaplan (1991) prevalensi penderita hipertensi umumnya paling tinggi dijumpai pada usia 40-45 tahun. Penderita kemungkinan mendapat komplikasi pembuluh darah otak 6-10 kali lebih besar pada usia tersebut.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas secara nasional mencapai 31,7%. Berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi terdapat pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 63,5% dan pada kelompok umur diatas 75 tahun yaitu 67,3%. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi hipertensi pada laki-laki sebesar 31,3% dan pada perempuan 31,9% (Riskesdas, 2007).

2.5.2 Berdasarkan Tempat

Prevalensi hipertensi tertinggi ditemukan di Afrika yaitu sekitar 46% pada orang dewasa usia 25 tahun ke atas dan prevalensi terendah yaitu sekitar 35% ditemukan di Amerika. Secara keseluruhan, di negara yang berpenghasilan tinggi memiliki prevalensi hipertensi yang lebih rendah yaitu sekitar 35% dibandingkan kelompok lain sekitar 40% (WHO, 2013).

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). (Riskesdas, 2007).

(9)

lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan yang lebih banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.

2.5.3 Berdasarkan Waktu

Pada tahun 2008, di seluruh dunia, sekitar 40% orang dewasa berusia 25 tahun keatas telah didiagnosa mengalami hipertensi. Jumlah orang yang mengalami hipertensi meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013).

Hasil survei kesehatan rumah tangga pada tahun 2001 di kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi. Terdapat 50% penderita tidak sadar sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan menghindari faktor risiko. Sebanyak 90% kasus hipertensi adalah kasus hipertensi esensial dan hanya 10% penyebabnya diketahui seperti gagal ginjal, kelainan hormonal dan kelainan pembuluh darah. Angka kesakitan hipertensi pada dewasa sebanyak 6-15% dan kasusnya cenderung meningkat menurut peningkatan usia (Sugiharto, 2007).

(10)

2.6 Faktor Risiko Hipertensi 2.6.1 Umur

Pada sebuah studi, semakin tua usia seseorang maka semakin besar risiko mengalami hipertensi, karena dengan semakin bertambahnya usia, kemampuan elastisitas pembuluh darah akan mengalami penurunan (Maric,2005)

Tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja. Orang berusia muda yang menyandang hipertensi cenderung memiliki tekanan diastolik tinggi sedangkan orang lanjut usia cenderung memiliki tekanan sistolik tinggi. Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada orang berusia lebih dari 60 tahun karena tekanan darah secara alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia (Palmer, 2007).

Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan (1993), kejadian hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun. Pada sebagian besar populasi di negara barat, TDS cenderung meningkat secara progresif pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa untuk mencapai nilai rata-rata 140 mmHg pada usia 70-an atau 80-an.

Di Inggris, prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20% dan meningkat lebih dari 50% pada usia diatas 60 tahun. Tekanan darah tinggi juga dapat terjadi pada usia muda namun prevalensinya rendah yaitu kurang dari 20% (Palmer, 2007).

2.6.2 Jenis Kelamin

(11)

terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan darah antara laki-laki dan wanita. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria menunjukkan kecenderungan yang lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Perubahan pada masa tua antara lain dapat dijelaskan dengan tingkat kematian awal yang lebih tinggi pada pria pengidap hipertensi.

Pada usia 45 tahun, pria memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipertensi dibandingkan wanita. Tetapi pada usia 55 hingga 64 tahun, pria dan wanita memiliki kemungkinan yang sama untuk mengalami hipertensi. Pada usia 65 tahun ke atas, wanita memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipertensi dibandingkan pria (Maric, 2005).

2.6.3 Genetika

Faktor genetik juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Oleh karena itu, orang yang memiliki riwayat keluarga mengalami hipertensi, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipertensi (CDC, 2015).

Sekitar 20-40% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor genetik. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibanding dengan anak adopsi. (Laporan komisi pakar WHO, 2001).

2.6.4 Ras atau Suku Bangsa

(12)

Alaska. Orang kulit hitam juga mengalami hipertensi lebih awal dibandingkan dengan orang kulit putih (CDC,2015).

2.6.5 Pola Makan

Pola makan penduduk yang tinggi di kota-kota besar berubah dimana makanan instan dan makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang dikonsumsi sehari-hari. Makan ikan secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak. (Joewono, 2003).

2.6.6 Konsumsi Garam

Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang sempit. Akibatnya adalah hipertensi. (Hull, 1996).

2.6.7 Kelebihan Berat Badan

Menurut Kaplan (1991), anak dan dewasa yang kegemukan menderita lebih banyak hipertensi dan penambahan berat badan biasanya diikuti oleh kenaikan tekanan darah. Walaupun kalori tambahan yang bertanggung jawab bagi kenaikan berat badan, dapat menginduksi hipertensi karena ia membawa natrium tambahan.

(13)

hipertensi. Pada populasi Barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh kelebihan berat badan diperkirakan 30-65%.

2.6.8 Rokok

Rokok merupakan campuran beracun yang terdiri dari 7000 bahan kimia. Kebanyakan dari bahan kimia tersebut merupakan racun. Ketika bahan-bahan kimia ini masuk ke dalam tubuh maka akan terjadi kerusakan. Seiring berjalannya waktu, kerusakan tersebut memicu timbulnya penyakit. Merokok meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi melalui efek vasokonstriksi akutnya (CDC, 2010)

Menurut Dekker (1996), rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan juga menyebabkan pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar nikotin, akibatnya viskositas darah meningkat sehingga timbul hipertensi.

2.6.9 Stres

Ketika individu mengalami stres, terjadi pelepasan hormon katekolamin, adrenalin, dan kortisol yang merupakan hormon stres utama. Hormon-hormon ini dilepaskan ke dalam darah yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan vasokonstriksi dari pembuluh darah untuk membawa darah yang lebih banyak ke pusat tubuh daripada ke ekstremitas. Vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan denyut jantung juga meningkatkan tekanan darah (Bruchie, 2011). 2.6.10 Status Olahraga

(14)

fisik yang kurang meningkatkan risiko untuk terjadinya hipertensi sedangkan aktifitas fisik yang teratur menurunkan tekanan darah (WHO, 2014).

Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang, dan aerobik (Palmer,2007).

2.7 Pencegahan Hipertensi 2.7.1 Pencegahan Primordial

Pencegahan primodial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor risiko terhadap penyakit hipertensi yang merupakan pencegahan tahap awal, agar masyarakat yang sehat tidak sampai terkena penyakit hipertensi. Dalam pencegahan primodial itu sendiri dengan cara melakukan pendekatan populasi maupun perorangan. Antara lain dengan cara mempertahankan gaya hidup yang sehat (Sobel, 1996).

2.7.2 Pencegahan Primer

Menurut Sobel (1996), hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan primer adalah:

(15)

b. Lingkungan : kesadaran atas stress kerja, menerapkan dan meningkatkan pola hidup sehat, hindari kegiatan yang menimbulkan stres.

c. Pelayanan kesehatan : pendidikan kesehatan dan pemeriksaan tekanan darah. 2.7.3 Pencegahan Sekunder

Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO (2001), sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses penyakit lebih lanjut dan timbulnya komplikasi. Pemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggi mempunyai beberapa tujuan:

a. Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi b. Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular

c. Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya d. Mencari kemungkinan penyebabnya

(16)

Menurut Sobel (1998), pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan berkala

a. Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter secara teratur merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi atau tidak

b. Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa obat-obatan anti hipertensi

2. Pengobatan/perawatan

a. Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit hipertensi dapat segera dikendalikan

b. Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia, diabetes mellitus dan lain-lain

c. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun

d. Mengobati penyakit penyerta seperti dibetes mellitus, kelainan pada ginjal, hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ. 2.7.4 Pencegahan Tersier

Menurut Sobel (1998), tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi. Pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sebagai berikut:

(17)

b. Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan kelumpuhan anggota badan

c. Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi 2.8 Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Hipertensi Rawat Inap 1. Sosiodemografi

Umur

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan dalam mengenal huruf hijaiyah melalui metode bermain pada anak usia 4-5 tahun di

Clustering K-Means terhadap dosen berdasarkan publikasi jurnal nasional dan internasional di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Pada kelas eksperimen memiliki persentase sebesar 83,33 % yang tergolong sangat kuat, sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah pembelajaran dengan menggunakan

Penelitian yang dilakukan oleh Iga Trimurthy tentang analilis hubungan persepsi pasien tentang mutu pelayanan dengan minat pemanfaatan ulang pelayanan rawat jalan

Kaki kiri: Tungkai kiri dengan arah diagonal depan level rendah, tungkai kiri bawah berada di diagonal belakang kanan level rendah, telapak kaki arah diagonal depan kiri

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta inayahnya, sehingga skripsi yang berjudul “Efektivitas Pelatihan Kader IVA sebagai Upaya

memuaskan, dengan kemampuan guru merancang rencana pembelajaran yang menarik membuat hasil belajar membaca pemahaman pada pelajaran bahasa Indonesia di kelas VA

Kesimpulan berdasarkan sub masalah sebagai berikut: (1) Lingkungan belajar di sekolah SMK Mamdiri Pontianak sudah baik untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran hal