• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Pasien Kemoterapi di RSU.Dr.Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Pasien Kemoterapi di RSU.Dr.Pirngadi Medan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep nutrisi

2.1.1 Defenisi nutrisi

Tubuh memerlukan nutrisi untuk kegiatan kelangsungan hidup. Nutrisi

yang diperlukan tubuh adalah nutrien yang terdapat dalam makanan karena

mengandung nutrien esensial bagi kelangsungan metabolisme sel tubuh. Nutrien

esensial yang diperlukan antara lain karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.

Proses pencernaan dan penyerapan nutrien esensial tersebut sangat dipengaruhi

oleh kemampuan kerja organ system pencernaan (Astuti, 2010).

Nutrisi merupakan proses pengambilan dan penggunaan zat gizi oleh

tubuh. Proses ini mencakup 3 tahap, yaitu tahap memasukkan makanan atau

minuman ke dalam tubuh, tahap pemecahan makanan atau minimum menjadi

unsur gizi, dan tahap pendistribusian zat gizi tersebut melalui sirkulasi darah ke

seluruh tubuh, dimana makanan tersebut disajikan bahan bakar untuk berbagai

keperluan tubuh. Pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi, perlu asupan

nutrisi yang mengandung cukup nutrien: vitamin, mineral, protein, karbohidrat,

(2)

2.1.2 Faktor faktor yang mempengaruhi nutrisi

a) Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

mempengaruhi pola konsumsi makanan. Hal tersebut dapat disebabkan

oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam

memahami kebutuhan nutrisi.

b) Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis makanan tertentu juga

mempengaruhi status nutrisi. Misalnya, dibeberapa daerah, tempe yang

merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan

makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap

bahwa makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.

c) Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan

dapat mengakibatkan kurangnya nutrisi. Misalnya, dibeberapa daerah

terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja.

Padahal, makanan tersebut sumber vitamin yang sangat baik. Adapula

larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat

mengakibatkan cacingan.

d) Kesukaan

Kesukaan yang berlebih terhadap suatu jenis makanan dapat

mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak

(3)

mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food). Makanan ini tentu saja

dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu

sering dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik.

e) Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status nutrisi karena

penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.

Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi

biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan

dengan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.

2.1.3 Jenis jenis nutrisi

a. Karbohidrat

Karbohidrat tersusun atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat

dikelompokkan menjadi karbohidrat sederhana dan kompleks. Karbohidrat

sederhana tersususun atas gula sederhana, dan karbohidrat tersusun lebih

dari dua unit gula sederhana di dalam satu molekul.

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama tubuh, karbohidrat

juga memberikan rasa manis pada makanan terutama monosakarida dan

disakarida. Karbohidrat juga berperan dalam menghemat penggunaan

protein, mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna,

membantu mengeluarkan feses dengan mengatur peristaltik usus dan

memberikan bentuk pada feses. Bentuk karbohidrat yaitu monosakarida,

(4)

b. Protein

Protein bagian penyusun tubuh yang paling besar setelah air. Seperlima

bagian dari tubuh terdiri dari protein. Separuh jumlah protein terdapat

dalam otot, seperlima di dalam tulang, dan tulang rawan, sepersepuluh di

dalam kulit, dan selebihnya dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Unsur

utama protein yakni nitrogen sebanyak 16% berat protein, yang tidak ada

pada ikatan karbohidrat dan lemak. Protein juga dapat mengandung unsur

fosfor, besi, iodium, dan kobalt. Protein juga memiliki fungsi membangun

dan memelihara sel-sel dan jaringan tubuh, membentuk ikatan-ikatan

esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh

yang bertibdak sebagai buffer, pembentukan antibody, mengangkut zat-zat

gizi, dan sebagai sumber energi.

c. Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber energy, sumber asam lemak esensial, alat

pengangkut vitamin yang larut dalam lemak, menghemat penggunaan

protein, dapat memberikan rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas,

menjaga suhu tubuh, dan melindungi organ tubuh. Kebutuhan lemak yang

dianjurkan WHO (1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanya 15-30%

kebutuhan energi total yang dianggap baik untuk kesehatan. Di antara

lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari

kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak

tidak jenuh ganda. Sumber utama lemak yaitu minyak tumbuh-tumbuhan

(5)

,mentega, margarine, dan lemak hewan. Sumber lemak lainnya yaitu

kacang-kacangan, biji-bijian, daging, krim, susu, dan kuning telur serta

makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak.

d. Vitamin

Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutukan dalam

jumlah sangat kecil dan tidak dibentuk oleh tubuh. Vitamin berfungsi ikut

berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energy, pertumbuhan,

dan pemeliharaan tubuh, umumnya sebagai koenzim atau bagian dari

enzim. Sebagian besar vitamin sebagai koenzim berbentuk apoenzim,

dimana vitamin berikatan dengan protein.

Kelompok vitamin:

1. Larut dalam lemak:vitamin A, D, E dan K

2. Larut dalam air:vitamin B, dan C

e. Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh da memegang peranan penting

dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ

maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan ke dalam

mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang

dibutuhkan tubuh lebih darin 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro

dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Fungsi umum mineral adalah

sebagai bahan pembentuk bermacam-macam jaringan tubuh, memelihara

keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh, mengatalisis reaksi yang

(6)

2.1.4 Efek kanker pada status nutrisi

Efek kanker pada status nutrisi dibagi menjadi dua yaitu, efek sistemik dan

efek lokal. Efek sistemik diantaranya adalah anoreksia, defisiensi vitamin A, B,C,

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, hiperkalsemia, sindrom ketidakpatenan

sekresi hormon antidiuretik, imunokompeten. Efek lokal diantaranya adalah

kerusakan pencernaan (mengunyah, menelan, obstruksi, distensi, dan peristaltis),

nyeri, fisura usus, malabsorpsi (Otto, 2005).

2.1.5 Manajemen nutrisi pada efek samping kemoterapi

Efek samping kemoterapi dapat meliputi mual, muntah, diare, konstipasi,

dehidrasi, kembung, luka pada mulut, perubahan cita rasa, mulut kering,

penurunan dan penambahan berat badan (Herbold, 2013)

Tindakan yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh perawat dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang menjalani kemoterapi terkait masalh

efek samping yang ditimbulkan oleh kemoterapi adalah:

1. Mual dan muntah

a. Pasien ditempatkan di ruangan yang sejuk.

b. Hindari makan di dalam ruangan dimana terdapat bau masakan

atau keadaan yang terlalu panas.

c. Cuci mulut sebelum dan sesudah makan.

d. Hindari makan 1-2 jam sebelum dan sesudah kemoterapi.

e. Hindari makanan yang menyebabkan mual seperti makanan pedas,

(7)

f. Makan makanan dingin atau pada suhu ruangan dengan porsi kecil

beberapa kali sehari.

g. Minum air sedikit demi sedikit dan tingkatkan asupan cairan.

h. Batasi cairan pada saat makan.

i. Hindari penggunaan bumbu yang berlebihan pada makanan.

j. Elevasi kepala dilakukan selama 1 jam setelah makan.

k. Menghisap permen seperti pepermin atau lemon bila mulut terasa

tidak enak.

l. Pada periode mual hebat, melakukan aktivitas yang bersifat

relaksasi seperti membaca atau tidur.

m. Menjaga kebersihan mulut dan berolahraga

n. Pemberian antimetik untuk mengurangi gejal.

2. Diare

a. Makan makanan (sup, pisang) dan minuman untuk mengganti

cairan serta elektrolit yang hilang.

b. Hindari makanan berminyak, minuman panas atau dingin dan

kafein.

c. Hindari makanan tinggi serat terutama kacang kering dan sayuran

(brokoli, kubis).

d. Makan makanan tinggi protein.

e. Asupan cairan ditingkatkan.

f. Batasi susu sampai 2 gelas per hari atau hindari susu dan produk

(8)

g. Obat antidiare dapat diberikan.

3. Kembung

a. Makan dan minum secara perlahan.

b. Turunkan asupan serat.

c. Makan makanan porsi kecil dengan frekuensi sering.

d. Hindari makanan yang dapat memproduksi gas.

e. Olahraga secara teratur bila memungkinkan.

f. Batasi makanan yang mengandung laktosa bila tidak dapat

ditoleransi.

4. Konstipasi

a. Makan makanan yang mengandung serat, direkomendasikan

asupan serat 25-35 gram per hari.

b. Minum 8-10 gelas per hari.

c. Melakukan aktivitas fisik seperti berjalan dan berolahraga secara

teratur.

d. Jika telah terjadi konstipasi, lanjutkan makan makanan tinggi serat

dan minum air yang cukup, menjaga aktivitas fisik dan berikan

medikasi.

5. Luka pada mulut

a. Makan makanan lunak yang mudah dikunyah dan ditelan seperti

buah yang lunak (pisang, melon, pir, keju, kentang yang lunak).

b. Makan makanan yang mengandung tinggi kalori/protein.

(9)

d. Makan makanan perlahan-lahan bila perlu gunakan sedotan.

6. Dehidrasi

a. Minum 8-12 gelas per hari, dapat berupa air putih, susu atau

makanan yang mengandung air yang cukup seperti pudding, es

krim.

b. Batasi minuman yang mengandung kafein seperti soda, kopi, teh.

c. Gunakan obat untuk mengurangi mual muntah.

7. Mulut kering

a. Meningkatkan asupan cairan.

b. Memilih makanan yang lunak.

c. Permen dapat digunakan sebagai stimulasi pengeluaran saliva.

d. Hindari alkohol dan rokok.

2.1.5 Tujuan Terapi Nutrisi

Tujuan terapi nutrisi pada pasien kemoterapi antara lain:

a. Memperbaiki kekurangan nutrisi atau mencegah malnutrisi

b. Mencegah komplikasi dan efek samping yang berhubungan dengan

nutrisi

c. Mencegah berkurangnya massa otot, tulang, darah, organ dan massa

tubuh yang lain

d. Memberikan kekuatan dan energi bagi tubuh

e. Mencegah terkena infeksi

(10)

2.2 Konsep Dasar Kemoterapi 2.2.1 Pengertian Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan sitotoksik dalam terapi

kanker. Hal ini merupakan salah satu dari empat modalitas pembedahan, terapi

radiasi, kemoterapi dan bioterapi yang menyediakan kesembuhan, kontrol

penyakit, atau sebagai terapi paliatif. Kemoterapi bersifat sistemik dan berbeda

dengan terapi lokal seperti pembedahan dan terapi radiasi (Otto, 2005).

Kemoterapi merupakan terapi kanker menggunakan obat-obatan dengan

tujuan menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik membunuh sel secara

langsung maupun dengan menghentikan pertumbuhan selnya. Tidak seperti

antibiotik yang hanya membunuh bakteri dan membiarkan sel normal di sekitar

kanker tetap hidup, terapi kanker juga dapat membunuh sel normal. Kejadian

inilah yang disebut efek samping, yang dapat mengenai sel darah (eritrosit,

leukosit, trombosit), sel rambut, kulit, organ-organ tubuh lain (jantung, paru, hati) dan sel di dalam saluran cerna (Noorwati, 2007)

Dian (2012) menyatakan bahwa kemoterapi adalah bagian terpadu dari

berbagai pengobatan untuk kanker. Dari berbagai ragam pengobatan kanker

kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker yang berkeliaran di dalam

darah. Kemoterapi berasal dari dua kata yaitu kemo yang berarti zat kimia dan

terapi yang berarti pengobatan. Jadi, kemoterapi adalah pengobatan dengan zat

(11)

2.2.2 Tujuan Kemoterapi

a. Terapi adjuvan: kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau

bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah

bermestase.

b.Terapi neoadjuvan: kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk

mengecilkan massa tumor , biasanya dikombinasi dengan radioterapi.

c.Kemoterapi primer: digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang

kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi hanya digunakan untuk

mengontrol gejalanya.

d.Kemoterapi induksi: digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa berikutnya.

e.Kemoterapi kombinasi: menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.

2.2.3 Sifat kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan sebagai terapi utama maupun terapi tambahan.

Sebagai terapi utama, kemoterapi dapat diberikan bagi kanker-kanker yang

kemosensitif, seperti leukemia, limfoma maligna, koriokarsinoma, kanker paru oat

cell, sarkoma ewing, dll, maupun bagi kanker yang telah menyebar jauh

(umumnya stadium IV) untuk tujuan paliatif, seperti karsinoma payudara, serviks,

paru-paru, kulit, mulut, dll.

Sebagai terapi adjuvan kanker lokal atau lokoregional (seperti mammae,

(12)

dan pascaradioterapi untuk kanker yang kemoresponsif. Pemberian kemoterapi

adjuvan didasarkan pada kenyataan bahwa pasien kanker yang kelihatan telah

bebas kanker, setelah beberapa bulan atau tahun, akan kembali mengalami kanker

(residif) atau metastasis kanker. Ini menunjukkan bahwa sel kanker mikroskopik

masih hidup di dalam lapangan operasi atau sudah ada metastasis jauh subklinis

sewaktu pasien menjalani operasi atau radioterapi. Kemoterapi adjuvan ternyata

mampu mengurangi frekuensi kanker residif atau metastasis (Rasjidi, 2013).

2.2.4 Kontraindikasi kemoterapi

Terdapat dua kontraindikasi penggunaan kemoterapi, yakni kontraindikasi

mutlak/absolut dan relatif. Kontraindikasi absolut kemoterapi meliputi kanker

stadium terminal, hamil trimester pertama (kecuali akan digugurkan), septikemia,

dan koma. Kontraindikasi relatif kemoterapi meliputi usia lanjut (terutama

penderita tumor yang lambat bertumbuh dan kurang sensitif), status tampilan yang

sangat buruk, gangguan berat fungsi organ vital (contoh hati, ginjal, jantung,

sumsum tulang), demensia, pasien tidak mampu mengunjungi kilinik secara

teratur, pasien tidak kooperatif, tumor resisten terhadap obat, dan tidak ada

fasilitas penunjang yang memadai (Rasjidi, 2013).

2.2.5 Farmakologi kemoterapi

Prinsip farmakologi umum harus diketahui di dalam memilih dan

memakai antikanker, termasuk mekanisme kerja, absorpsi, distribusi metabolisme

dan ekskresi. Faktor-faktor ini dapat memengaruhi efektivitas dan/atau oksisitas

(13)

2.2.6 Cara pemberian kemoterapi

Cara pemberian memengaruhi pemilihan obat. Pemilihan cara pemberian

bergantung kepada kelarutan, keperluan aktivasi obat, toleransi jaringan setempat,

kemampuan psien, dan pajanan obat yang optimal terhadap tumor (area under the

concertration time curve (AUC) untuk obat dan metabolik aktif). Efektivitas tiap

obat kemoterapi bergantung kepada AUC yang optimal terhadap lokasi tumor.

Jadwal kemoterapi perlu diperhatikan , kemoterapi berikutnya diberikan ketika

sel atau jaringan normal pulih sementara sel tumor belum pulih. Kemoterapi

tunggal masih memungkinkan sel tumor tumbuh. Interval antar seri pengobatan

juga perlu diperhatikan, bila terlalu pendek, sel normal belum pulih, sementara

bila terlalu panjang sel tumor sudah berkembang lagi (Rasjidi,2013).

Teknik pemberian kemoterapi kebanyakan melalui intravena dan ada

obat-obat yang bisa diberikan secara oral dan intrathekal, sedang pemberian secara

intra arterial perlu alat khusus untuk menekan cairan kemoterapi memasuki aliran

darah. Ada lagi cara perfusi dimana aliran darah tungkai bawah misalnya

dipindahkan melewati alat jantung-paru seperti pada operasi jantung terbuka,

aliran vena tungkai masuk ke alat jantung-paru, diberi oksigen dan kemoterapi di

dalam alat tersebut, lalu darah dimasukkan kembali melalui arteri. Ada pula yang

ditanamkan ke dalam jaringan subkutan, sehingga bila ingin memberikan

kemoterapi berkali-kali tidak perlu memasukkan jarum setiap kali (Pisi

(14)

Cara pemberian kemoterapi:

1. Pemberian per oral

Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,

diantaranya adalah chlorambucil dan atoposide (VP-16)

2. Pemberian secara intra-muskulus

Pemberian dengan cara ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan

tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua tiga kali

berturut-turut. Yang dapat diberikan secara intra muskulus antara lain

bleomicin dan methotrexate.

3. Pemberian secara intravena

Pemberian secara intravena dapat dengan bolus perlahan-lahan atau

diberikan secara infus (drip). Cara ini merupakan cara pemberian yang

paling umum dan banyak digunakan.

4. Pemberian secara intra-arteri

Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang

cukup banyak, antara lain alat radiologi diagnostik mesin, atau alat filter,

serta memerlukan keterampilan tersendiri.

5. Pemberian secara intraperitoneal

Cara ini juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusu (kateter

intraperitoneal) serta kelengkapan kamar operasi karena pemasangan perlu

narkose. Pemberian kemoterapi intraperitoneal diindikasikan dan

(15)

2.2.7 Efek samping kemoterapi

Efek sampig kemoterapi itu berat sekali seperti mual muntah, pusing,

lemas, dan sebagainya, harus diberi antidotnya untuk mengurangi efek tersebut.

Efek samping tersebut berlangsung sampai 3 hari setelah diberikannya

kemoterapi. Pada efek samping kerontokan rambut akan tumbuh kembali

rambutnya setelah beberapa bulan setelah pemberian kemoterapi selesai. Selain

itu, ada beberapa efek samping yang ditimbulkan dari kemoterapi yakni:

1. Saluran cerna

Mukositis akibat efek langsung kemoterapi terhadap sel mukosa epitel

yang cepat membelah merupakan hal yang sering terjadi. Granulositopenia

yang turut timbul menyebabkan infeksi mukosa yang mengalami cedera

dan menjadi gerbang masuk bagi bakteri dan jamur ke aliran darah.

Mukositis terjadi 3-5 hari sebelum mielosupresi lain. Lesi mulut dan faring

sulit dibedakan dengan infeksi kandidiasis atau herpes simpleks karena

semuanya memunculkan disfagia dan nyeri terbakar retrostenal.

Mukosisitis di saluran cerna bawah menyebabkan diare yang dapat

memburuk dan menyebabkan komplikasi berat, seperti perforasi,

perdarahan dan enterokolitis netrokitans. Enterokolitis netrokitans

memberi gejala diare berat yang dapat mematikan penderita

granulositopenia.

2. Kulit

(16)

dan nitrogen mustard. Luas nekrosis bergantung pada jumlah obat yang

mengalami ekstravasasi dan dapat menimbulkan reaksi mulai dari eritema

setempat hingga ulkus kronik. Alopesia merupakan efek samping sebagian

besar obat kemoterapi, rambut kembali setelah 10 hari sampai beberapa

minggu pascaterapi. Reaksi kulit lainnya antara lain hiperpigmentasi,

reaksi fotosensitivitas, pengelupasan kuku, folikulitis, rekalsitrasi radiasi.

3. Sumsum tulang

Efek samping pada sumsum tulang biasanya terdeteksi sekitar 7-10 hari

dalam hal penurunan jumlah sel-sel darah seperti sel darah putih, sel darah

merah dan trombosit. Namun biasanya sekitar seminggu kemudian jumlah

sel darah merah akan kembali normal.

4. Infeksi

Infeksi terjadi karena turunnya jumlah sel darah putih yang fungsi

utamanya adalah melawan infeksi. Tanda dan gejala infeksi adalah panas,

sakit tenggorokan, batuk, gangguan saluran pernapasan, rasa panas saat

kencing, menggigil dan luka yang memerah, bengkak, dan rasa hangat.

5. Anemia

Anemia terjadi karena menurunnya jumlah sel darah merah yang disebut

dengan anemia, dengan tanda-tanda rasa lelah, pusing, sakit kepala, mudah

teriritasi, napas pendek, denyut nadi cepat, dan napas lebih sering dan

(17)

6. Perdarahan

Turunnya jumlah trombosit dan platelet dapat menyebabkan rentannya

seseorang mengalami perdarahan, dengan tanda-tanda mudah terluka,

perdarahan sukar berhenti, perdarahan pada gusi, mimisan, luka kecil

cenderung menjadi besar. Trombosit masa hidupnya sekitar 10 hari, jadi

dampak negatif kemoterapi tampak pada hari ke 10 ke atas.

7. Mual dan muntah

Mual dan muntah terjadi akibat adanya kerusakan pada kantong kemih dan

ginjal sehingga kotoran-kotoran kimia sel kanker yang mati oleh obat

kemoterapi atau radiasi tidak dapat dikeluarkan. Maka penting untik

mengkonsumsi air minum atau cairan yang banyak setelah tindakan

kemoterapi dilakukan.

8. Dehidrasi dan tekanan darah rendah

Kedua hal itu bisa terjadi karena pasien yang mengalami mual enggan

untuk minum atau makan. Dalam keadaan dehidrasi, tekanan darah

cenderung menurun sehingga terjadi hipotensi, akibatnya pusing pada

waktu berdiri, duduk, atau berbaring selain itu juga penderita akan jarang

buang air kecil, atau kencing dalam jumlah sedikit dan berwarna lebih

gelap, serta berat badan juga menurun.

11. Perubahan rasa terhadap makanan

Pasien yang mengeluh perubahan rasa makanan setelah kemoterapi

(18)

12. Anoreksia

Anoreksia adalah hilangnya atau berkurangnya nafsu makan yang

merupakan faktor utama dalam terjadinya malnutrisi pada kanker.

Penurunan nafsu makan oleh berbagai penyebab ini tampaknya merupakan

faktor utama dalam terjadinya penurunan berat badan. Tidak jarang pada

penderita yang mendapat asupan makanan yang adekuat juga mengalami

berat badan karena terjadinya hipermetabolisme pada penderita kanker

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini difokuskan pada analisis cadangan karbon pohon yang tersimpan pada RTH permanen (hutan, kebun campuran, taman dan pekarangan) pada Hulu DAS Kali Bekasi

perilaku caring perawat dalam merawat pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muh.Ildrem Provsu.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2007, Masalah Hipertensi di Indonesia, Dirjen Pengendalaian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;2010.. Gauthier B, Edelmann CMJr, Barnet

Berdasarkan analisis data hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa (1) Pemahaman konsep pecahan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan

Nama Sampel : Tanah Asli Tanggal : 06 April 2017 Dikerjakan : Tri Alby Sofyan.. Quarry : PTPN II

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran Jigsaw terintegrasi PBL ( Problem Based Learning ) berbasis Lesson Study untuk

Pembuatan biokomposit menggunakan metode casting , dimana dilakukan penambahan bahan aditif ke dalam matriks pati sagu dengan penambahan 1-4 wt% selulosa nanokristal kulit

Ya kalau saya itu nak cuman sakit gigi ya enggak usah sampek rumah sakit mbak paling ya itu tadi minta air saja sudah sembuh, panas gitu paling juga ke