• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN TINGKAH LAKU TOKOH KISI DALAM NOVEL ‘BERCINTA DALAM TAHAJJUDKU’ KARYA ANSHELA DAN KAITANNYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA - Repository UNRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERUBAHAN TINGKAH LAKU TOKOH KISI DALAM NOVEL ‘BERCINTA DALAM TAHAJJUDKU’ KARYA ANSHELA DAN KAITANNYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA - Repository UNRAM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL HASIL PENELITIAN

PERUBAHAN TINGKAH LAKU TOKOH KISI

DALAM NOVEL ‘BERCINTA DALAM TAHAJJUDKU’ KARYA ANSHELA DAN KAITANNYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

OLEH SUCI APRIYANTI

E1C 110 101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM

(2)
(3)

PERUBAHAN TINGKAH LAKU TOKOH KISI DALAM NOVEL BERCINTA DALAM TAHAJJUDKU KARYA ANSHELA DAN KAITANNYA DENGAN

MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Oleh:

Suci Apriyanti

Abstrak : Penelitian ini berjudul “Perubahan Tingkah Laku Tokoh Kisi dalam Novel Bercinta dalam Tahajjudku Karya Anshela dan Kaitannya dengan Materi Pembelajaran Sastra di SMA. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai bentuk perubahan tingkah laku tokoh Kisi dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” karya Anshela dan kaitannya dengan materi pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini dikaji dengan menggunakan teori behaviorisme B.F Skinner. Penelitian ini bersifat kualitatif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah metode kepustakaan dan catat, sedangkan metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik.

Dari hasil analisis data dalam penelitian ini dapat diketahui bentuk tingkah laku tokoh Kisi sebelum terjadinya perubahan ialah: 1) Manja dan berifat kekanak-kanakan, 2) Egois (selalu merasa benar daningin menang sendiri), 3) Kurangnya pengetahuan mengenai agama. Sedangkan bentuk tingkah laku tokoh Kisi Setelah terjadinya perubahan ialah: 1) Mandiri dan bersikap dewasa, 2) Mau mendengar nasihat orang lain, 3) Mulai mendalami agama. Faktor utama yang mempengaruhi tingkah laku tokoh Kisi ialah faktor lingkungan. Adapun kaitan anatara penelitian ini dengan materi pembelajaran sastra di SMA adalah sebaga berikut: 1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I karena dari penelitian ini siswa bisa mengetahui mengenai tokoh dan penokohan pada tokoh utama, yaitu tokoh Kisi sesuai dengan Kompetensi Dasar, yaitu menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam novel. 2) Novel “Bercinta dalam Tahajjudku cocok digunakan sebagai bahan ajar karena terdapat nilai-nilai agama yang bisa dicontoh oleh siswa.

Kata kunci: Perubahan tingkah laku, teori behaviorisme B.F Skinner, tokoh dan penokohan, novel, pembelajara sastra di SMA.

I. PENDAHULUAN

Dalam penelitian ini yang akan dianalisis adalah bentuk perubahan tingkah laku tokoh Kisi dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” Karya Anshela. Pemilihan novel ini sebagai bahan penelitian karena dilatar belakangi oleh adanya keinginan untuk mengetahui bagaimana bentuk perubahan tingkah laku tokoh Kisi dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” Karya Anshela.

(4)

tentang perjalanan hidup seorang gadis bernama Kisi Carissa, ia adalah seorang gadis manja yang harus menghadapi berbagai cobaan dalam hidup. dari berbagai cobaan tersebut ia bisa berubah menjadi orang yang lebih baik.

Novel “Bercinta dalam Tahajjudku” karya Anshela sangat cocok untuk dijadikan sebagai bahan penelitian karena salah satu tokoh dalam novel ini, yaitu Kisi memiliki karakter atau tingkah laku yang sangat menarik untuk diteliti berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner.

Teori behaviorisme adalah teori kepribadian yang menekankan pada perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh adanya stimulus dari lingkungan yang menyebabkan adanya respon sehingga terbentuklah sebuah tingkah laku. Sampai saat ini, penelitian sastra yang menggunakan teori behaviorisme masih sangat sedikit, itulah salah satu alasan mengapa penelitian ini dilakukan.

Selain memberi kesenangan dan pemahaman tentang kehidupan, karya sastra juga bisa dijadikan sebagai media pendidikan. Hal ini sangat penting karena media pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat materi pelajaran yang membahas mengenai sastra yang dalam hal ini adalah novel. Salah satu kompetensi dasar dalam kurikulum SMA pada kelas XI semester I adalah menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan (unsur-unsur intrinsik (alur, tema, tokoh, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) unsur-unsur ekstrinsik (nilai-nilai sosial budaya, moral dl)) dengan indikator menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus mampu memilih materi pembelajaran agar tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran sastra. Novel “Bercinta dalam Tahajjudku” karya Anshela ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai bahan ajar karena seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, novel ini sarat akan nilai religius sehingga selain bisa belajar mengenai sastra, siswa sekaligus bisa belajar mengenai agama seperti, belajar mengenai shalat dan petingnya saling memaafkan antar umat beragama.

Berdasarakan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimanakah bentuk perubahan tingkah laku tokoh Kisi dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” karya Anshela dan kaitannya dengan materi pembelajaran sastra di SMA.

adapu tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan bentuk perubahan tingkah laku tokoh “Kisi dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” karya Anshela dan kaitannya dengan materi pembelajaran sastra di SMA.

II. METODE PENELITIAN

(5)

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu, sumber data primer dan sekunder. Novel “Bercinta dalam Tahajjudku” merupakan sumber data primer. Sedangkan sumber data tambahan, seperti buku-buku mengenai metode penelitia, buku psikologi sastra, dan lain-lain merupakan sumber data sekunder.

Untuk mendapatkan data yang memadai, dalam penelitian ini diterapkan dua metode pengumpulan data, yaitu: kepustakaan dan catat. Sedangkan metode analisis data menggunakan metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode yang mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2004: 53). Fakta-fakta yang dimaksud yaitu kata-kata, frase, kalimat dan wacana yang terdapat dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” karya Anshela. Fakta-fakta yang telah dideskripsikan tersebut kemudian dianalisis untuk menemukan hal-hal yang menjadi tujuan utama dalam penelitian yang dilakukan.

Metode penyajian datadalam penelitian ini menggunakan metode teks (textular). Penyajian data secara textular adalah penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat atau perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk menggunakan terminologi yang bersifat teknis (Mahsun, 2007:123).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sinopsis novel “Bercinta dalam Tahajjudku”

Novel “Bercinta dalam Tahajjudku” bercerita tentang perjalanan hidup seorang gadis manja bernama Kisi Carissa. Kisi terlahir sebagai anak tunggal dari keluaraga yang lumayan berada, jadi tidak heran jika ia tumbuh sebagai gadis yang manja, tidak pernah mau mengalah dan selalu merasa benar. Bukan hanya itu orang tua Kisi juga tidak terlalu menanamkan nilai agama kepada keluarganya sehingga Kisi tidak tahu banyak megenai agama. Akan tetapi seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit terjadi perubahan dalam diri Kisi. Semua berawal ketika peristiwa yang begitu yang menyakitkan menimpa keluarganya. Ayah yang begitu ia sayangi dan selalu memanjakannya meninggal dunia karena kecelakaan. Mulai saat itu sifat manjanya mulai sedikit berkurang.

Kisi mempunyai sahabat bernama Riris, yang selalu sabar membimbing Kisi agar dia mau belajar mengenai agama. Kisi dikenal sebagai gadis yang tidak terlalu tertari untuk mempelajari agama islam secara lebih mendalam. Akan tetapi karena tugasnya sebagai seorang kepala ekstrakurikuler jurnalistik di sekolahnya membuatnya harus sering-sering ke masjid agar ia bisa mewawancarai Ustadz Bangga.

Ustadz Bangga adalah seorang mahasiswa yang sedang praktek di sekolah Kisi. Ustadz Bangga keponakan dari pak haji yang rumahnya berada di dekat rumah Kisi. Setelah dekat dengan Ustadz Bangga, perilaku Kisi mulai berubah menjadi lebih baik.

(6)

menerima semua ini. Namun, karena dorongan dan perhatian dari orang-orang tedekatnya, Kisi mulai bisa menerima takdir yang diberikan Tuhan kepadanya.

Kini hubungan Kisi dan Ustadz Bangga semakin dekat. Mengetahui bahwa Ustadz Bangga dan Kisi memiliki ketertarikan satu sama lain. Pak haji berusaha untuk menjodohkan mereka. Tepat di hari kelulusan Kisi, pada malam harinya Ustadz Bangga beserta keluarganya datang untuk melamar Kisi. Pada tanggal 18 Agustus 2007 pernikahan akan digelar. Untuk kesekian kalinya Kisi harus menerima kenyataan pahit. Tepat di hari pernikahannya itu, Ustadz Bangga yang merupakan calon suami Kisi harus kembali ke sisi yang maha kuasa. Kisi tak mampu lagi menahan kesedihan. Namun, bagaimanapun juga ia harus melanjutkan kehidupannya. Kini Kisi telah berubah menjadi wanita yang dewasa. Permasalahn dalam hidupnya merubah dirinya menjadi wanita yang kuat. Kini ia bekerja di sekolah tempat ia mengenyam bangku SMA dulu. Ia menjabat sebagai asisten kepala sekolah sekaligus ketua ekstrakurikuler rohis.

Perubahan Tingkah Laku Toko “Kisi” dalam Novel “Bercinta dalam Tahajjudku” Berdasarkan Teori B.F Skiner

Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai bentuk perubahan tingkah laku pada tokoh Kisi dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” karya Anshela. Teori yang digunakan ialah teori behaviorisme B.F Skinner. Teori behaviorisme adalah teori yang menekankan pada perubahan tingkah laku seseorang yang terbentuk akibat respon dari stimulus yang ia terima dari lingkungan.

Untuk mengetahui bagaimana bentuk perubahan tingkah laku pada tokoh Kisi dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” karya Anshela berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner, maka terlebih dahulu akan dijelaskan bagaimana bentuk tingkah laku tokoh Kisi sebelum terjadinya perubahan.

Tingkah Laku Awal/Sebelum terjadinya perubahan

Tingkah Laku Positif

Dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” tokoh Kisi dikenal sebagai gadis yang memiliki tingkah laku yang kurang baik, akan tetapi meskipun begitu ada juga sisi baik atau sisi positif dari tokoh Kisi, yaitu berusaha untuk bertanggung jawab dan menepati janji. Perhatikan kutipan di bawah ini:

“Ah mama! Kisi ada janji dengan Agus mau menyebarkan majalah baru sebelum pelajaran dimulai. Udah deh, Kisi naik angkot aja! Kata Kisi lalu mencangkolng tasnya di meja.

“Tapi, Kis….”

(7)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Kisi berusaha menepati janjinya kepada Agus dan pak Slamet. Walaupun ia belum pernah naik angkot sebelumnya, akan tetapi demi menepati janjinya kepada Agus dan pak Slamet ia rela naik angkot ke agar ia bisa sampai tepat waktu di sekolahnya. Perhatikan juga kutipan di bawah ini:

Kisi tertegun. Suara itu begitu dalam dan halus. Kisi memandang punggung pria itu. Siapa sih dia? Jadi penasaran deh. Ah masa bodoh. Yang terpenting sekarang menemui Agus dan pak Slamet. Pasti merea marah besar nih.

Kisi tiba di depan ruang majalah. Hatinya deg-degan karena takut. Bel masuk pun sudah berbunyi dari tadi. Tapi ia nggak peduli. Kisi membuka pintu dan masuk.

“Dari mana saja kamu?!” teriak Agus. “Nih liat, majalah belum didistribusikan padahal udah banyak yang antre di depan pintu. Di mana tanggung jawabmu sebagai kepala pendistribusian dan kepala jurnalistik?” (Anshela, 2013 : 15-16).

Kutipan tersebut semakin memperjelas bahwa Kisi adalah gadis yang selalu berusaha untuk bertanggung jawab dan menepati janjinya, walaupu ia memang belum bisa menepati janjinyya sehingga tanggung jawabnya sebagai kepala pendistribusian dan kepala jurnalisti belum bisa ia kerjakan. Akan tetapi usahanya untuk menepati janji dan mengerjakan tanggung jawabnya bisa dikatakan sebagai tingkah laku atau sikap positif yang dimiliki oleh seorang Kisi.

Sikap tersebut terbentuk akibat dari stimulus yang ia terima dari lingkungan. Tugasnya sebagai seorang kepala pendistribusian dan kepala jurnalistik membentuk dirinya menjadi gadis yang harus menepati janji bertanggung jawab kepada tugas yang di berikan padanya.

Dalam hal ini ada dua bentuk stimulus yang diterima oleh Kisi, yaitu stimulus terkondisi dan tak terkondisi. Stimulus terkondisi adalah stimulus yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu yang ia inginginkan. Dalam hal ini, Agus memberikan stimulus kepada kisi melalui sifatnya yang tegas kepada Kisi agar ia tidak lalai terhadap tugasnya.

Sedangkan jabatannya sebagai kepala pendistribusian dan kepala jurnalistik secara tidak langsung menstimulus Kisi agar ia menjadi seseorang yang bertanggung jawab dan selalu menepati janji. Inilah yang di maksud dengan stimulus tak terkondisi.

Tingkah Laku Negatif

a) Manja dan Bertingkah Seperti Anak Kecil

(8)

anak tunggal, kedua orang tuanya terutama ayahnya memberikan kasih sayang atau perhatian yang berlebihan. Stimulus yang berasal dari keluarganya itu dinamakan sebagai stimulus alami atau tak terokondisi karena terjadi dengan sendirinya tanpa dikondisikan atau di rencanakan. Orang tua Kisi tidak pernah menginginkan anaknya bersifat manja dan kekanak-kanakan. Akan tetapi, secara tidak langsung sikap orang tua Kisi yang berlebihan memberikan kasih sayang terhadap Kisi membentuk perilaku manja dan kekanak-kanakan pada diri Kisi. Maka dari itu bisa dikatakan bahwa sikap manja dan kekanak-kanakan pada diri Kisi merupakan respon atas stimulus yang ia dapatkan dari lingkungan keluarganya. Kutipan dibawah ini membuktikan bahwa Kisi adalah gadis yang manja:

“Pa, Kisi itu manja banget ya?” tanya Kisi bersandar di pundak papanya.

“Nggak usah diomongin pun kamu tuh udah manja. Memang kenapa? Tumben nanya-nanya?” Papa membelai rambut Kisi. (Anshela, 2013 : 18).

Kutipan di atas bisa dilihat bahwa Kisi adalah gadis yang manja. Sikap kisi yang bersandar di pundak ayahnya bisa membuktikan bahwa kisi sangat manja terhadap ayahnya. Walaupu ia sudah duduk di bangku SMA, akan tetapi sikapnya bisa dikatakan masih seperti anak kecil. Ayahnya pun seperti tidak keberatan atas sikap Kisi tersebut, terbukti ketika papa membelai rambut Kisi. Sikap ayah Kisi tersebut secara tidak langsung membentuk perilaku yang kekanak-kanakan pada diri Kisi. b) Egois (Selalu Merasa Benar dan Ingin Menang Sendiri)

Selain manja, Kisi juga memiliki sifat buruk lainnya. Ia selalu merasa benar dan tidak pernah mau mengalah. Sikap itu ia tunjukkan tidak hanya di lingkungan keluarganya saja. Hal tersebut bisa dilihat dari kutipan dialog antara Kisi dan papa di bawah ini:

“…Eh, pa, masa tadi di sekolah Kisi ditabrak sama orang. Jatuh deh!”

“Makanya kalau jalan liat-liat. Nggak boleh banyak melamun. Untungnya bukan truk. Lagi pula, mata kamu pasti kelayapan ke mana-mana, jadinya nggak lihat di depan ada orang.”

“Ye…, nggak salah Kisi semua dong, Pa! Mungkin itu orang juga lagi melamun. Tapi mata Kisi nggak kelayapan ke mana-mana kok Pa, tetap di rongga mata,” elak Kisi.

(9)

“Iya, iya Kisi yang meleng. Kisi salah. Udah deh Pa, nggak usah di bahas lagi. Kisi mau tidur, capek!”(Anshela, 2013 : 19) Kutipan di atas, sifat Kisi yang selalu merasa benar dan ingin menang sendiri terlihat dengan jelas. “Ye…, nggak salah Kisi semua dong, Pa! Mungkin itu orang juga lagi melamun. Tapi mata Kisi nggak kelayapan ke mana-mana kok Pa, tetap di rongga mata,” elak Kisi (Anshela, 2013 : 12).Dari kalimat tersebut terlihat bahwa Kisi tidak mau kalah dari ayahnya, dia berusaha untuk membuktikan kepada ayahnya kalau dia itu benar dan sama sekali tidak bersalah walaupun sebenarnya dia yang bersalah.

c) Kurangnya Pengetahuan Mengenai Agama

Kisi dikenal sebagai gadis yang sama sekali tidak tertarik untuk mempelajari agama secara mendalam. Jadi tidak heran jika pengetahuannya mengenai agama sangatlah sedikit. Di dalam keluarganya tidak ada yang mendorong Kisi untuk mempelajari Islam secara mendalam. Perhatikan kutipan di bawah ini:

“Sejak Mama tahu, hati Mama telah kosong dari ajaran Islam. Mama telah lama lari dari arti islam yang sesungguhnya. Papa telah mengajarkan Islam. Papa menyuruh Mama shalat tapi tidak menjelaskan arti shalat yang sebenarnya. Papa mengajak kita puasa, tapi apa makna puasa itu sendiri Papa tidak menerangkan. Papa juga menyuruh mama untuk membaca al-Qur’an, tapi Papa juga tak menyuruh Mama untuk mengkaji dan menerapkannya dalam kehidupan.” (Anshela, 2013 : 97)

kutipan tersebut menjelaskan bahwa Ayah Kisi tidak tidak terlalu menanamkan nilai agama di dalam keluarganya. Ayahnya hanya mengajarkan dasar-dasar Islam saja kepada keluarganya. Tidak ada dorongan yang diberikan oleh papa kepada keluarganya, terutama Kisi untuk mempelajari Islam secara mendalam, sehingga respon yang terbentu adalah kurangnya minat Kisi untuk mempelajari islam secara mendala dan akibatnya pengetahuan Kisi mengenai islam sangatlah sedikit.

Tingkah Laku Setelah Terjadi Perubahan

Tingkah laku negatif yang ada pada diri Kisi sedikit demi sedikit mulai berubah. Hal tersebut terjadi karena adanya stimulus yang ia terima dari lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Berikut ini adalah bentuk tingkah laku tokoh Kisi setelah terjadinya perubahan.

a) Mandiri dan Bersikap Dewasa

(10)

merupakan respon dari stimulus yang ia terima. Perhatikan kutipan di bawah ini:

“Pa, Kisi itu manja banget ya?” tanya Kisi bersandar di pundak papanya.

“Nggak usah diomongin pun kamu tuh udah manja. Memang kenapa? Tumben nanya-nanya?” Papa membelai rambut Kisi.

“Nggak apa-apa sih. Begini, tadi kan papa telat datamg, eh Kisi juga ikkutan telat. Mana salah naik angkot lagi. Jadinya ya, Kisi ngos-ngosan sampai di sekolah. Kisi mulai besok berangkat sendiri saja, ya, biar bisa mandiri. Nggak manja terus.”

“Nah, gitu dong! Kalau begini kan, papa kalau pergi bisa tenang.” (Anshela, 2013 : 18).

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa adanya stimulus yang diterima oleh Kisi. Stimulus tersebut merupakan stimulus berasal dari dalam diri Kisi sendiri. Ia merasa bahwa sifat manjanya itu memberikan dampak yang buruk bagi dirinya, sehingga ia merasa bahwa ia harus berubah agar tidak manja lagi. Keinginannya untuk berubah itu merupakan respon dari stimulus yang ia dapatkan. Stimulus dan respon yang tejadi pada diri Kisi merupakan bentuk stimulus-respon terkondisi karena hal tersebut terbentuk secara karena ada sesuatu yang diharapkan. Kisi berharap ia menjadi anak yang mandiri karena sikap manjanya tersebut memberikan dampak yang buruk baginya. Selain itu, sepeninggal papa Kisi mulai bisa berfikir dewasa. Ia sadar bahwa saat ini tidak akan ada lagi ayah yang akan selalu memanjakannya seperti dulu. Perhatikan kutipan di bawah ini:

“Pa, ini nggak mungkin terjadi. Papa bercanda kan? Pasti sebentar lagi papa bangun.oh iya, ini Kisi baru beli tempe penyet kesukaan Papa.” Kisi menunjuk bungkusan tempe penyet ke hadapan papa…”

Kisi nggak mengerti dengan istigfar. Yang ia tahu papa telah meninggalkan dirinya dan mama. Jiwanya terlalu kalut. Dia melepaskan pelukan mama dan kembali ke keranda papa. Sekali lagi memandangi wajah papa. Mencoba mengukirwajah terakhir papa dalam otaknya.

“Papa, baik-baik ya di sana. Kisi dan mama di sini doakan Papa. Semoga papa dapat surga. Pa, Kisi jajnji, Kisi akan jaga Mama dan jadi anak yangbaik.” (Anshela, 20113 : 39-40)

(11)

pada paragraf berikutnya, dia memerlihatkan sifatnya yang sudah mulai berfikir dewasa, “Papa, baik-baik ya di sana. Kisi dan mama di sini doakan Papa. Semoga papa dapat surga. Pa, Kisi janji, Kisi akan jaga Mama dan jadi anak yangbaik.” (Anshela, 2013 : 40). Dari kalimat terseburt terihat bahwa Kisi sudah bisa menerima kematian Ayahnya.

b) Bisa Menerima Pendapat Orang Lain

Awalnya Kisi dikenal sebagai gadis yang egois, keras kepala dan tidak mau mendengarkan nasihat orang lain. Namun, sekarang Kisi sudah bisa meninggalkan sifat buruknya itu. Kini ia mulai bisa menerima pendapat dan nasihat orang lain dan mengaku salah kalau dia memang salah. Perubahan tersebut tidak terjadi dengan sendirinya. Stimulus yang diberikan dari orang sekitarnya yang menjadi faktor utama perubahan sikap Kisi tersebut. Perhatikan kutipaan di bawah ini:

“Mas nggak bela Velly kok! Mas Cuma mau kasih tahu kamu, kalau hatimu seperti intan. Keras sekali. Untuk membuatnya berlubang, setitik saja diperlukan ketelatenan pembuatnya. Seperti itu hatimu. Nggak akan bisa membuatnya berlubang kalau nggak karena kesadaran dan kemauan yang keras. Jangan sampai hatimu seperti itu selamanya. Kalau terus-terusan, seumur hidup kamu akan di hinggapi rasa benci dan dengki pada diri sendiri dan pada orang-orang disekitarmu.”

Kisi terdiam mendengar nasihat Adit. “Sekeras itukah hatiku? Sejelek itukah sifatku? Ya Allah sebenarnya aku tak ingin seperti ini…” (Anshela, 2013 :164-165)

kutipan tersebut menjelaskan bahwa Adit mencoba untuk memberikan dorongan atau stimulus kepada Kisi agar ia mau memaafkan Velly. Stimulus yang diberikan oleh Adit sama seperti stimulus yang diberikan oleh Riris, yaitu stimulus terkondisi karena stimulus ini dilakukan untuk mendapatkan perubahan pada diri Kisi. Akan tetapi, saat ini keadaanya sudah mulai berbeda. Sekarang Kisi sudah mulai memberikan respon yang positif terhadap stimulus yang diberikan oleh Adit. “Sekeras itukah hatiku? Sejelek itukah sifatku? Ya Allah sebenarnya aku tak ingin seperti ini…” (Anshela, 2013 : 165). Pada kalimat tersebut terlihat bahwa Kisi sudah mulai mencoba membuka hatinya untuk memafkan Velly.

c) Mulai Mendalami Agama Islam

(12)

agama Islam secara mendalam. Namun sepeninggal Kisi mulai tertarik mempelajari agama Islam karena sekarang ia lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki pengetahuan yang luas mengenai Agama Islam seperti, Pak Haji, Bu Haji dan Ustadz Bangga. Perhatikan kutipan di bawah ini:

Dalam teori behaviorisme terdapat Istilah penguatan (reinforcement). Menurut Skinner, reinforcement dapat terjadi dengan dua cara: positif dan negatif. Contoh reinforcement positif bisa dilihat dari kutipan yang berisi percakapan antara Kisi, ustadz Bangga dan pak haji di atas. Kisi ingin mewawancarai Bangga untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, akan tetapi Bangga memberikan syarat kepada Kisi agar Kisi harus ikut mengaji terlebih dahulu, baru dia bisa mewawancarai Bangga. Reinforcement pada kutipan di atas berupa izin yang diberikan kepada Kisi untuk melakukan wawancara terhadap Ustadz Bangga, sedangkan syarat yang diberikan Ustadz Bangga merupakan Stimulus yang dalam hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil atau respon yaitu agar Kisi mau ikut mengaji di masjid. Perilaku Kisi yang seperti ini disebut dengan perilaku operan. Perilaku operan terjadi karena adanya keinginan untuk mendapatkan reinforcement, yang dalam hal ini adalah izin untuk melakukan wawancara dengan ustadz Bangga. Hal tersebut dibuktikan dari kutipan berikut ini:

“Oke, kali ini aku ngaji nggak karena Mauris. Tapi karena Bangga. Demi diizinkan wawancara dia aku mau nggak mau harus mengikuti syarat yang diajukan Bangga. Nagaji dulu baru wawancara. Bakal kayak apa ya wawancaraku?” batin kisi. (Anshela, 2013 : 84).

Reinforcement positif benyak memotivasi tingkah laku sehari-hari.hal itu terbukti dengan terjadinya perubahan tingkah laku sehari-hari Kisi, Ternyata syarat yang diberikan oleh ustadz Bangga bisa merubah perilaku Kisi sedikit demi sedikit. Pada awalnya Kisi pergi mengaji karena ia ingin mendapatkan reinforcement berupa izin untuk mewawancarai ustadz Bangga.

Kaitan Analisis Novel “Bercinta dalam Tahajjudku” Karya Anshela Brdasarkan Teori Behaviorisme B.F Skiknner dengan Materi Pembelajaran Sastra di SMA

(13)

novel Indonesia/terjemahan, dengan Indikator sebagai berikut: 1) Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel Indonsia. 2) Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) novel terjemahan. 3) Membandingkan unsur ekstrinsik dan intrinsik novel terjemahan dengan novel Indonesia

Berdasarkan hal tersebut, analisis tingkah laku tokoh Kisi dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” pada penelitian ini memiliki kaitan dengan SK/ KD yang telah dipaparkan pada paragraf di atas sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai materi/bahan ajar dalam pembelajaran sastra guna memenuhi kompetensi dasar tersebut.

Analisis unsur intrinsik merupakan salah satu kompetensi dasar yang terdapat dalam KTSP dan harus dipahami oleh siswa. Analisis unsur intrinsik dalam karya sastra meliputi: tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang dan amanat. Tingkah laku atau kepribadian pada tokoh Kisi dianalisis untuk menetukan bagaimana penokohan pada tokoh Kisi. Hal ini sesuai dengan materi yang akan diajarkan oleh siswa, yaitu menetukan tokoh dan penokohan dalam karya sastra. oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I karena dari penelitian ini siswa bisa belajar mengenai tokh dan penokohan.

Selain menentukan unsur intrinsik pada novel “Bercinta dalam Tahajjudku”, khususnya mengenai tokoh dan penokohan, siswa juga bisa belajar mengenai agama dari novel tersebut. Misalnya, belajar mengenai shalat, pentingnya saling memafkan sesama umat beragama, dll.

IV. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan Terjadi perubahan tingkah laku pada tokoh Kisi dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” karya Anshela. Bentuk perubahan tingkah laku tokoh Kisi adalah sebagai berikut: (1) Pada awalnya kisi mempunyai sifat yang manja dan kekanak-kanakan kemudian berubah menjadi mandiri dan bersikap dewasa. (2) Selain manja dan kekanak-kanakan, tokoh Kisi juga mempunyai sifat buruk lainnya yaitu egois (selalu merasa benar dan ingin menang sendiri), setelah terjadinya perubahan akhirnya tokoh Kisi mulai meninggalkan sifat egoisnya itu, kini ia mulai bisa menerima pendapat/ nasihat dari orang lain. (3) Pada awalnya tokoh Kisi di kenal sebagai gadis yang tidak tahu banyak mengenai agama Islam karena ia tidak memiliki ketertarikan untuk mepelajari Islam secara mendalam, namun seiring berjalannya waktu akhirnya Kisi mulai tertarik untuk lebih mendalai ajaran islam. Faktor lingkungan, terutama lingkungan keluarga merupakan faktor utama yang membentuk tingkah laku tokoh Kisi dalam novel “Bercinta dalam Tahajjudku” karya Anshela.

(14)

berikut: (1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai materi pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I karena dari penelitian ini siswa bisa mengetahui mengenai tokoh dan penokohan pada tokoh utama, yaitu tokoh Kisi sesuai dengan Kompetensi Dasar, yaitu menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam novel. (2) Novel “Bercinta dalam Tahajjudku” cocok digunakan sebagai bahan ajar pada materi pembelajaran sastra di SMA karena dalam novel ini terdapat nilai-nilai agama yang bisa dicontoh oleh siswa, belajar mengenai shalat, pentingnya saling memaafkan sesame umat beragama, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Antoni, Rahman. 2009. Analisis Tokoh Paijo dalam Cerpen Jakarta Karya Totilowati Tjitrawati Berdasarkan Pendekatan Psikologi Behavioral (B.F Skinner) Serta Nilai-Nilai Pendidikan yang Terkandung di Dalamnya. Skripsi. Mataram: Universitas Mataram

Anshela. 2013. Bercinta dalam Tahajjudku. Yogyakarta: Diva Press

Azwar, Saifudin. 1997. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hambali, Adang dan Ujam Jaenudin. 2013. Psikologi Kepribadian (Lanjutan). Bandung: Pustaka Setia

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Nurhasanah, Sri. 2008. Analisis kepribadian Utama dalam Siti Nurbaya dan kaitannya dengan pembelajaran sastra di SMA. Skripsi. Mataram: Universitas Mataram.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ridwan. 2009. Metode dan Tehnik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sapuan. 2010. Konflik Psikologi Tokoh Ia dalam Cerpen Matahari Karya Korrie Layun Rampan. Skripsi. Mataram: Universitas Mataram.

Siswantoro. 2004. Metode Penelitian Sastra-Analisis Psikologis. Surakarta: Muhammadiyah University Press

(15)

Tarigan H.G. 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung Angkasa

Umayah, Yayah. 2012. Konflik Psikis Tokoh Utama dalam Novel Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi AG dan Hubungannya dengan Pembelajaran Apresiasi di SMA. Skripsi. Mataram: Universitas Mataram

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan hasil dari penelitian analisis kepribadian tokoh utama dan tokoh bawahan dalam novel Xueke yang ditinjau dari segi psikologi yaitu

Psikologi aspek moral tokoh Ayyas dalam novel Bumi Cinta, dapat ditemukan hasil analisis penelitian ini yaitu: tokoh Ayyas merupakan seorang laki-laki yang

Untuk menemukan karakter tokoh Ayah di dalam novel, peneliti menggunakan metode karakterisasi melalui tindakan para tokoh yaitu melalui tingkah laku, melalui

Skripsi yang berjudul Analisis Psikologi Tokoh ‘Aku’ dalam Novel Bunda Lisa Karya Jombang Santani Khairen menggunakan Teori Humanistik Abraham Maslow serta Kaitannya

2. Menganalisis dan menggambarkan pengaruh masyarakat pada tingkah laku wanita terhadap pria dalam novel The Great Gatsby. Secara teoretis, penelitian ini memberikan bukti

Dari hasil analisis di atas diketahui bentuk-bentuk konflik batin yang dialami oleh tokoh Wati dalam novel Seputih Salju Michigan Karya Dion Ginanto adalah

Ekspresi ketakutan tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Hude (dalam Aditya, 2015: 101-102), yaitu ditandai dengan terjadinya perubahan pada tingkah laku

BENTUK-BENTUK PERJUANGAN TOKOH UTAMA UNTUK MERAIH IMPIAN DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA: ANALISIS..