PENGGUNAAN MEDIA INTERNET GUNA MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENDUKUNG PELAKSANAAN KTSP DI SMA NEGERI 6
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
LELLY SESTYANINGRUM NIM: 051324028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGGUNAAN MEDIA INTERNET GUNA MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENDUKUNG PELAKSANAAN KTSP DI SMA NEGERI 6
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
LELLY SESTYANINGRUM NIM: 051324028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Juli 2009
Penulis
vi
MOTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN
Keluarga adalah harta terindah di dunia ini, maka jagalah
mereka dan buatlah mereka bangga pada dirimu.
Hidup di dunia ini hanya sekali,,. Jangan kamu sia-siakan
Percaya diri, tidak mudah menyerah dan ketekunan adalah
kunci keberhasilan.
Jangan pernah merasa puas dengan apa yang sudah kamu
dapat...teruslah berkarya.
SKRIPSI INI AKU PERSEMBAHKAN UNTUK:
Bapak Moch. Sholeh dan ibu Siti Waliyah tercinta...
Adikku Dhonna Sischa Ningtyas...
vii ABSTRAK
PENGGUNAAN MEDIA INTERNET GUNA MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI DAN PRESTASI BRLAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI
UNTUK MENDUKUNG PELAKSANAAN KTSP DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
(Sebuah Penelitian Tindakan Kelas) LELLY SESTYANINGRUM
051324028
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah ada peningkatan motivasi, partisipasi dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan media internet sebagai media pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Action Classroom Research), yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Yogyakarta pada bulan April-Mei 2009. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X6 sedangkan objek penelitian adalah motivasi, partisipasi, dan prestasi belajar siswa melalui penggunaan media internet berupa web blog.
Masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang berbeda. Motivasi belajar diukur dengan menggunakan kuesioner, partisipasi diukur melalui observasi, sedangkan prestasi belajar siswa diukur dengan menggunakan nilai ulangan harian. Target keberhasilan motivasi adalah 66% dari jumlah keseluruhan siswa kelas X6 (35 siswa) memiliki tingkat motivasi sangat tinnggi maupun tinggi. Target keberhasilan tingkat partisipasi yaitu 74% siswa dari keseluruhan siswa kelas X6 (35 siswa) berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Target keberhasilan prestasi yaitu 60% siswa dari keseluruhan siswa kelas X6 (35 siswa) mengalami ketuntasan belajar.
viii ABSTRACT
THE APPLICATION OF INTERNET TO INCREASE SUDENTS’ MOTIVATION, PARTICITIPATION AN LEARNING ACHIEVEMENT OF ECONOMICS SUBJECT
FOR SUPPORTING THE IMPLEMENTATION OF KTSP IN 6 STATE SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA IN ACADEMIC PERIOD OF 2008/2009
(A classroom Action Research) LELLY SESTYANINGRUM
051324028
Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
The purpose of this research is to analyze whether there is any progress of students’ motivation, participation, learning achievement by implementing internet learning media. The type of this research is a classroom action research , which its purpose is improve the learning quality in the classroom. This research was conduced in 6 State Senior High School Yogyakarta from April to May 2009. The subjects in this research were the tenth grade students who belong to six class, whereas the objects of this research were motivation, participation, and students’ learning achievement by applying internet web blog.
Each variable in this research was measured by using different instruments. The learning motivation was measured by using questionnaire; participation was measured by observation, and students’ learning achievement was measured by using daily rehearsal value. The target of motivational successfulness was 66% from total amout of 35 studens very high or high motivational level. The target of participation successfulness was 74% student from 35 studens who were actively participate in learning process. The target of achievement successfulness was 60% students from 35 students who have learning completeness.
The results of this research are: (1) the application of internet web blog increases studens’ learning motivation: pre-implementation of action there were 54% students who have very high or high motivational level, and post-implementation of action I are 66,6% student and during the implementation of action II are 78,8% students; (2) the application of internet web blog increases the students’ learning achievement: pre-implementation action there was only 68% students who actively participate in learning process, and
post-implementation of action I increases into 81,81% students and during the post-implementation of action II are 87,87%; (3) the students’ learning achievement level pre-implementation
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dari banyak pihak sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Pd. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi dukungan, arahan dan telah meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau, sehingga memberikan motivasi yang tinggi kepad penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd., selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih atas segala bimbingan, nasehat dan telah bersedia meluangkan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, terima kasih atas segala dukungan dan saran yang diberikan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Joko Wicoyo., M.Si., terima kasih atas bimbingan abstrak dari bapak.
x
7. Bapak Drs. Rubiyanto M.M., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Yogyakarta, yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Dwi Aspariningsih, selaku guru pengampu Ekonomi kelas X, terima kasih atas bimbingan, dukungan, kesabaran, saran dan telah meluangkan waktu bagi penulis di tengah kesibukan mengajar.
9. Para siswa kelas X6 , terima kasih banyak atas partisipasi dan kerja sama yang baik sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
10. Ayahku Mochammad Sholeh dan Ibuku Siti Waliyah, terima kasih atas segala kasih sayang yang telah diberikan selama ini kepada penulis. Terima kasih juga atas segala dukungan, doa, dan material yang diberikan kepada penulis.
11. Dona dan Eya , terima kasih atas segala dukungan dan pengertian kalian. Terima kasih juga untuk Eya yang kadang temenin Mbak Lelly ketika mengerjakan tugas skripsi dan memberikan canda-canda yang yang membuat tugas Mbak menjadi terasa ringan.
12. Pakde Tarto, Budhe Sumar dan Ino di Makasar, terima kasih atas dukungan dan doa yang kalian berikan.
xi
14. Kurnia Martika (Nia) sahabatku, terima kasih buat semua dukungan, saran, masukan dan semangat serta waktu yang telah kamu berikan disela kesibukan kamu, sehingga penulis semangat untuk segera menyelesaikan skripsi.
15. Ika, Dwi, Lia, Rinda dan Yose, terima kasih atas support-nya dan persahabatan kalian selama ini.
16. Nia, Ige, Rinda, Yose, Ika, Lia, Andri, Ita, Prima dan Ketrin, terima kasih telah setia menunggu penulis ketika ujian.
17. Ika, Ketrin dan Yose, terima kasih atas kebersamaan kalian selama menyelesaikan skipsi.
18. Temen-teman PE 2005 (Mas Ari, Mas Ige, Anton, Jojo, Rinto, Hendri, Darwis, Dwi, Tina, Nian, Nia, Rinda, Yose, Lia, Andri, Ita, Ketrin, Kiki, Prima, Meri dan Lesti). Terima kasih atas kebersamaan kita selama kuliah.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimaksih.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, segala saran, kritik, dan masukan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan penyusunan skripsi pada masa-masa yang akan datang sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
MOTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
xiii
E. Batasan Masalah ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Paradigma Strategi Pembelajaran yang Efektif... 8
1. Proses Pendidikan dan Strategi Pembelajaran ... 8
2. Kegiatan Pembelajaran ... 9
3. Teori Pembelajaran ... 10
B. Peran Media dalam Dunia Pendidikan ... 15
1. Pengertian Media ... 15
2. Jenis Media ... 16
3. Manfaat Media ... 20
4. Ciri-ciri Media ... 23
5. Prinsip-prinsip Penggunaan Media ... 23
6. Multimedia Pembelajaran ... 24
C. Multimedia sebagai Media Pembelajaran dalam Dunia Pendidikan ... 26
D. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan ... 30
xiv
1. Motivasi ... 33
2. Partisipasi ... 41
3. Prestasi Belajar ... 41
4. Penelitian Terdahulu ... 43
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
A. Jenis Penelitian ... 45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 46
D. Variabel ... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ... 54
F. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 54
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 56
A. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 56
B. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 60
C. Sistem Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 63
D. Kurikulum SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 64
E. Organisasi Sekolah SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 72
F. Sumber Daya Manusia SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 73
xv
H. Proses Belajar Mengajar SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 78
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80
A. Siklus I ... 80
1. Perencanaan ... 80
2. Tindakan ... 89
3. Pengamatan ... 92
4. Refleksi ... 102
B. Siklus II ... 105
1. Perencanaan ... 105
2. Tindakan ... 106
3. Pengamatan ... 109
4. Refleksi ... 119
C. Siklus III ... 121
BAB VI PENUTUP ... 122
A. Kesimpulan ... 122
B. Saran Bagi Guru Pamong ... 123
C. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 12 DAFTAR PUSTAKA
xvi DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Penilaian Acuan Patokan ... 47
Tabel III.2 Indikator Motivasi Belajar ... 48
Tabel III.3 Kriteria Motivasi Belajar ... 50
Tabel III.4 Kisi-kisi Kuesioner ... 51
Tabel III.5 Indikator Keberhasilan Partisipasi ... 52
Tabel III.6 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 54
Tabel VI.1 Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kelas X SMA Negeri 6 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 ... 67
Tabel VI.2 Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kelas XI dan XII IPS SMA Negeri 6 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 ... 69
Tabel VI.3 Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kelas XI dan XII IPA SMA Negeri 6 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 ... 70
Tabel VI.4 Struktur Organisasi Sekolah SMA Negeri 6 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 ... 72
Tabel VI.5 Pendidikan Guru SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 74
xviii
Tabel V.1 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum
Implementasi Tindakan (Based Line) ... 81 Tabel V.2 Hasil Observasi Partisipasi Belajar Siswa Sebelum
Implementasi Tindakan (Based Line) ... 83 Tabel V.3 Nilai Ulangan Ekonomi (Based line) ... 86 Tabel V.4 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Setelah
Implementasi Tindakan I ... 92 Tabel V.5 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa
Sebelum Implementasi Tindakan dan Setelah Implementasi
Tindakan I ... 93 Tabel V.6 Hasil Observasi Partisipasi Setelah Implementasi Tindakan I ... 94 Tabel V.7 Rekap Hasil Observasi Partisipasi Siswa Sebelum
Implementasi dan Setelah Implementasi Tindakan I ... 96 Tabel V.8 Hasil Ulangan Harian Sesudah Implementasi Tindakan I ... 98 Tabel V.9 Rekap Hasil Ulangan Harian Siswa Sebelum Implementasi
dan Sesudah Implementasi Tindakan I ... 99 Tabel V.10 Rekap Hasil Ketercapaian Semua Variabel Siklus I ... 101 Tabel V.11 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Sesudah
xix
Sesudah Implementasi Tindakan I dan Tindakan II ... 110 Tabel V.13 Hasil Observasi Partisipasi Siswa Setelah
Implementasi Tindakan II ... 110 Tabel V.14 Rekap Hasil Observasi Partisipasi Belajar Siswa
Setelah Implementasi Tindakan I dan Tindakan II ... 113 Tabel V.15 Hasil Ulangan Harian Sesudah Implementasi Tindakan II ... 115 Tabel V.16 Rekap Hasil Ulangan Harian Siswa Sesudah
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 128
Lampiran 2 Lembar Observasi Partisipasi Siswa ... 132
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 134
Lampiran 4 Materi dan Tugas ... 159
Lampiran 5 Soal Ulangan Harian ... 174
Lampiran 6 Perhitungan Manual ... 179
Lampiran 7 Hasil Observasi Partisipasi Siswa ... 183
Lampiran 8 Hasil Ulangan Harian Ekonomi ... 190
Lampiran 9 Refleksi Siswa ... 194
Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian ... 196
Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian ... 202
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan media masa yang pesat saat ini mempengaruhi hampir semua
bidang termasuk dunia pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh media
sangat kuat terhadap semua elemen masyarakat. Sudah saatnya dunia pendidikan
mulai memberi perhatian lebih terhadap pengaruh-pengaruh yang kemungkinan
dapat ditimbulkan oleh media massa. Oleh karena itu diperlukan peran serta seluruh
elemen dalam dunia pendidikan untuk menanamkan media literacy (“melek media”)
dalam masyarakat. Guru sebagai elemen terpenting dalam dunia pendidikan
mempunyai peranan penting untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya
pengetahuan media literacy ini.
Adanya implementasi KTSP menuntut kemandirian guru dan kepala sekolah
untuk membina hasrat belajar peserta didik. Membina hasrat belajar dapat
dilakukan melalui berbagai cara, antara lain dengan mendayagunakan fasilitas dan
sumber belajar secara optimal, agar kurikulum yang sudah dirancang dapat
dilaksanakan secara optimal pula. Dalam hal ini, kreativitas guru dan peserta didik
perlu senantiasa ditingkatkan untuk membuat dan mengembangkan alat-alat
pembelajaran serta alat peraga lain yang berguna dalam implementasi kurikulum
Dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar, guru disamping harus
mampu membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif
mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih
konkret. Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar perlu dikaitkan dengan
implementasi KTSP dalam pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Sedikitnya ada dua cara memanfaatkan fasilitas dan sumber belajar dalam
implementasi KTSP dalam pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pertama,
membawa sumber belajar ke dalam kelas. Dari aneka ragam macam bentuk sumber
belajar dapat digunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, terutama dalam
pembentukan kompetensi dasar peserta didik. Hal tersebut misalnya membawa tape
recorder ke kelas, atau menghadirkan tokoh masyarakat sebagai manusia sumber.
Kedua, membawa kelas ke lapangan tempat sumber belajar berada. Adakalanya
terdapat sumber belajar yang penting dan menunjang kompetensi dasar, tetapi tidak
dapat membawa ke dalam kelas karena mengandung resiko yang tinggi, atau
karakteristik yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke dalam kelas. Misalnya
museum (Mulyasa, 2008: 71-73).
Mengamati keadaan yang terjadi di lapangan, khususnya yang terjadi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta dalam pembelajaran ekonomi di sekolah guru belum
memaksimalkan fasilitas yang telah tersedia sekolah secara optimal dalam proses
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di kelas sudah berjalan dengan baik, namun
penggunaan media yang monoton sehingga siswa di kelas menjadi bosan dan ramai
atau berbicara dengan teman sehingga tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai.
Penggunaan metode dan media yang monoton menyebabkan kebanyakan
siswa tidak mengikuti pelajaran ekonomi secara aktif di kelas. Berdasarkan hasil
observasi dan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran Ekonomi
kelas X-6, diketahui bahwa siswa yang mempunyai tingkat motivasi sangat tinggi
maupun tinggi sebesar 54%, tingkat siswa yang berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran 68% dan prestasi siswa yang tuntas belajar yaitu 31,5% (Pra
Observasi, 2009). Dalam kelas tersebut masih ada beberapa siswa yang masih
memiliki tingkat motivasi, partisipasi dan prestasi yang rendah. Siswa kelas X-6
yang mempunyai tingkat motivasi rendah sekitar 46%, tingkat partisipasi rendah
sekitar 32% dan tingkat prestasi rendah sekitar 68,5%. Tingkat motivasi siswa yang
masih rendah disebabkan karena: 1) siswa malas untuk belajar, belajar hanya ketika
akan ujian dan mendapat pujian dari orang lain; 2) siswa malas belajar jika pelajaran
bersifat hafalan; 3) siswa mudah putus asa ketika menemui soal yang sulit ( Pra
Observasi, 2009).
Tingkat partisipasi siswa kelas X-6 yang rendah ditandai dengan:
1) penggunaan metode dan media belajar yang monoton menyebabkan siswa
menjadi bosan dan cenderung tidak memperhatikan, 2) siswa cenderung berbicara
dengan teman ketika pelajaran berlangsung, 3) siswa tidak bertanya ketika ada
materi yang belum jelas, 4) siswa tidak mengerjakan tugas dari guru dengan baik
dalam memahami materi (Pra Observasi, 2009). Tingkat prestasi siswa kelas X6
yang rendah disebabkan karena siswa mengalami kebingungan dalam memahami
materi. Kebingungan dalam memahami materi ini disebabkan ketika guru
menjelaskan siswa tidak memperhatikan dengan baik.
Keadaan tersebut diatas diduga karena kegiatan belajar mengajar tidak
menggunakan media belajar secara optimal, sebab media yang digunakan oleh guru
monoton. Maka, melihat hal tersebut perlu adanya terobosan baru dalam kegiatan
belajar mengajar yang manggunakan media, khususnya media internet. Dengan
adanya fasilitas internet di sekolah maka salah satu strategi yang dapat digunakan
guru untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam belajar adalah
dengan menggunakan media internet. Peneliti menggunakan media internet karena
saat ini siswa sudah tidak asing lagi dengan adanya internet. Selain itu, di sekolah
tersebut belum memaksimalkan media pembelajaran dengan menggunakan media
internet. Media internet yang telah disediakan masih sebatas untuk mencari
data-data, mencari artikel, gambar, membuka friendster atau facebook oleh siswa. Oleh
karena itu, peneliti ingin membuat terobosan baru membuat materi dan tugas yang
telah disediakan di situs internet sehingga siswa dapat mengakses materi belajar
sebelum kegiatan pembelajaran sehingga siswa telah siap mengikuti pelajaran ketika
dikelas dan telah siap dengan materi-materi yang ada serta pengetahuan lain yang
mereka dapat dari mengakses internet.
Dengan fasilitas internet di sekolah akan lebih memudahkan siswa untuk
adalah misal dengan web blog. Dengan adanya materi pelajaran yang dapat diakses
di internet, peneliti berharap dengan menggunakan media internet berupa web blog
dalam pembelajaran dapat menjadi media alternatif yang dapat menunjang siswa
untuk belajar sehingga diharapkan penggunaan media dengan web blog dapat
meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar siswa sehingga akan meningkatkan
pula prestasi siswa .
Beranjak dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: ”PENGGUNAAN MEDIA INTERNET GUNA
MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENDUKUNG PELAKSANAAN KTSP DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dari penelitian tindakan kelas ini
dapat ditarik rumusan masalah; bagaimana penggunaan media internet dapat
meningkatkan motivasi, partisipasi dan prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan motivasi, partisipasi, dan prestasi
belajar siswa kelas X SMA Negeri 6 Yogyakarta melalui penggunaan media internet
berupa web blog.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini lebih dikhususkan untuk guru dan siswa namun tidak
menutup kemungkinan bahwa penelitian ini juga berguna bagi pihak-pihak lain.
1. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat banyak bagi peneliti,
manfaat yang diperoleh adalah peneliti dapat mengetahui pembelajaran yang
seperti apa yang dapat menimbulkan motivasi, partisipasi serta prestasi siswa
dalam belajar. Peneliti juga mendapat bekal kelak jika menjadi seorang guru.
2. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan motivasi, partisipasi serta prestasi belajar siswa. Guru juga
dapat menggunakan atau membuat web blog untuk materi pembelajaran
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi sekolah bahwa
menggunakan media internet berupa web blog dapat membantu siswa untuk
meningkatkan motivasi, partisipasi dan prestasi siswa belajar.
4. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitian yang
selanjutnya dan dapat digunakan untuk menambah referensi dalam
mengembangkan pengetahuan tentang penelitian tindakan, khususnya
penggunaan media belajar dengan internet.
E. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tidak semua masalah
akan dicakup semua mengingat banyak media pembelajaran yang digunakan.
Peneliti membatasi pada media internet berbasis web blog sebagai media
pembelajaran yang digunakan untuk diteliti guna meningkatkan motivasi, partisipasi
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Paradigma Strategi Pembelajaran yang Efektif 1. Proses Pendidikan dan Strategi Pembelajaran
Dilihat dari strategi pembelajaran, proses pendidikan mencakup tiga
hal penting yaitu pendidik (Tutor), proses pembelajaran, dan peserta didik
(warga belajar). Dalam konsep ini proses pendidikan itu tidak lain adalah
proses interaksi aktif antara pendidik dan peserta didik melalui proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran mengacu pada proses pendidikan
seperti itu yang akan mencakup tujuan belajar yang ingin dicapai, pelaku
pembelajar, isi atau kegiatan pembelajaran, proses kegiatan pembelajaran,
dan sarana belajar yang diperlukan. Dengan demikian strategi pembelajaran
dapat dikatakan sebagai pola yang direncanakan dan ditetapkan secara
sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan pembelajaran. Pada sisi
lain, strategi pembelajaran itu tidak lain adalah upaya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Secara lebih konkrit
dan operasional, strategi pembelajaran sering diberi pengertian sebagai
pendekatan, metode dan teknik, media, sumber belajar, pengelompokkan
peserta didik untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan
lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses, hasil, dan/atau
dampak kegiatan pembelajaran (Sudjana, 2005:6).
2. KegiatanPembelajaran
Mengenai pelatihan itu sendiri lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa
pelatihan merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik terhadap
peserta didik di tempat atau panti pelatihan yang tersedia atau disediakan
untuk kegiatan pelatihan seperti di tempat kerja, kantor, bangunan umum,
dan sekolah. Pada perkembangan kemudian, kegiatan pembelajaran sering
dilakukan dalam ruangan khusus yang disebut kelas yang memiliki
keuntungan yang berupa, pertama, pembelajaran di kelas lebih efektif karena
didukung oleh fasilitas, alat bantu, dan situasi pembelajaran yang kondusif,
kedua, hubungan antara pendidikan dan peserta didik dengan bahan belajar
dan lingkungan belajar semakin jelas. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa pelatihan sebagai pengembangan dari magang merupakan
pembelajaran peserta didik secara bekelompok yang memiliki karakteristik
tersendiri dan umumnya dilakukan di dalam ruangan atau ruang kelas pada
tempat pelatihan. Pembelajaran di dalam kelas merupakan pengembangan
lebih lanjut dari kegiatan belajar magang dan pelatihan. Pembelajaran di
dalam kelas berkembang sangat pesat di dunia pendidikan formal yang
kemudian diikuti pengembangannya di dunia pendidikan nonformal. Pada
pembelajaran mandiri melalui berbagai fasilitas modul pembelajaran
sehingga kemudian dikembangkan pula apa yang disebut pembelajaran jarak
jauh. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan,
membawa perkembangan pembelajaran dengan memanfaatkan media
internet, maka dikenal kemudian dengan e-learning (belajar melalui
pemanfaatan internet dan sejenisnya).
3. Teori Pembelajaran
Strategi pembelajaran berkait pula dengan teori-teori
pembelajaran. Oleh karena itu perlu dibahas-ulang mengenai teori
pembelajaran dalam kaitannya dengan strategi pembelajaran. Teori
pembelajaran dan strategi pembelajaran berangkat dari asumsi dasar bahwa
manusia itu pasif sebagai obyek yang akan bergerak atau memunculkan
respons bila terjadi adanya stimulus. Di sisi lain, manusia itu aktif sebagai
subyek dimana selalu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya,
sehingga dengan demikian terbentuklah kegiatan belajar sebagai suatu cara
perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan oleh adanya usaha yang
disengaja dan merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya. Dalam
kaitan dengan proses belajar ini muncullah kemudian berbagai teori belajar
yang dikenal seperti teori koneksionisme, kondisioning, gestalt, dan teori
medan. Tetapi yang ingin disampaikan adalah terjadinya berbagai
belajar. Ada sejumlah prinsip belajar yang perlu diketahui yaitu
(1) perkembangan kognitif, (2) mekanisme stimulus-respon-penguatan
dalam pembentukan dan perubahan tingkahlaku, (3) pandangan humanis
dimana belajar merupakan kebutuhan peserta didik, (4) pandangan andragogi
dimana belajar itu adalah keterlibatan peserta didik, (5) pendangan reformasi
sosial yang menekankan pentingnya kesadaran kritis dalam belajar,
(6) pandangan perubahan sikap yaitu berubahnya keyakinan, perasaan, dan
perilaku, (7) pandangan belajar yang menekankan pada
masalah-proyeksi-aktualisasi diri, (8) pandangan belajar sebagai bagian esensial dari
pemberdayaan, dan (9) pandangan belajar sebagai pembelajaran prima
(Sudjana, 2005:8). Prinsip-prinsip belajar tersebut di atas selalu memiliki
kaitan dengan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan dimana kegiatan
pembelajaran itu adalah (1) interaksi antara proses dan hasil, (2) belajar
keterampilan, (3) belajar pengetahuan yang berupa informasi dan konsep,
(4) belajar sikap yaitu perubahan minat, nilai, pendapat, dan prasangka, dan
(5) belajar itu adalah kemampuan pemecahan masalah.
a. Teori Konstruktivisme
Teori kontruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan itu apabila tidak
sesuai. Hakekat dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus
dapat diturunkan dari kontruktivisme ialah bahwa anak-anak memperoleh
banyak pengetahuan di luar sekolah, dan pendidikan seharusnya
memperhatikan hal itu dan menunjang proses alamiah ini. Prinsip-prinsip
yang sering diambil dari konstruktivisme antara lain: (1) pengetahuan
membangun oleh siswa secara aktif, (2) tekanan dalam proses belajar terletak
pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar, (4) tekanan dalam
proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir, (5) kurikulum
menekankan partisipasi siswa dan (6) guru adalah fasilisator (Suparno, 1997:
73). Guru mengambil prinsip konstruktivisme untuk menyusun metode
mengajar yang lebih menekankan keaktifan siswa baik dalam belajar sendiri
maupun bersama dalam kelompok.
b. Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif memiliki dua konotasi, yaitu dapat dartikan sama
dengan istilah kognisi (cognition), dan juga sebagai pendekatan kognitif
(cognitive approach) di dalam psikologi (Maltin dalam Suharnan, 2005:1).
Pertama, di dalam kognisi maka psikologi kognitif dipandang sebagai suatu
cabang psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau aktivitas
pikiran manusia, misalnya proses-proses persepsi, ingatan, bahasa, penalaran
dan pemecahan masalah. Kedua, sebagai suatu pendekatan maka psikologi
kognitif dapat dipandang sebagai cara tertentu di dalam mendekati berbagai
psikologi yang lain. Misal, psikologi behaviorisme menekankan pada aspek
perilaku yang dapat diamati secara langsung.
Psikologi kognitif dapat didefinisikan sebagai suatu studi ilmiah
mengenai proses-proses mental atau aktivitas pikiran. Proses mental atau
pikiran ini meliputi bagaimana seseorang memperoleh informasi, dan
bagaimana informasi itu kemudian direpresentasikan dan ditransformasikan
sebagai pengetahuan, bagaimana pengetahuan itu disimpan di dalam ingatan
kemudian dimunculkan kembali, bagaimana pengetahuan itu digunakan
seseorang untuk mengarahkan sikap-sikap dan perilaku-perilakunya (Maltin
dalam Suharnan,2005:2). Dengan kata lain, psikologi kognitif memfokuskan
studi-studinya pada bagaimana pikiran manusia memproses informasi
sehingga menjadi pengetahuan yang disimpan di dalam ingatan, kemudian
menggunakan pengetahuan itu di dalam melakukan tugas-tugas atau
aktivtas-aktivitasnya.
Teori Pigeat memandang bahwa proses berfikir merupakan aktivitas
gradual dari fungsi intelektual, yaitu dari berfikir konkret menuju abstrak.
Berarti perkembangan kapasits mental memberikan kemampuan baru yang
sebelumnya tidak ada .Perkembangan intelektual adalah kualitatif, bukan
kuantitatif. Intelegensi terdiri atas tiga aspek, yaitu (Djaali,2007:76):
struktur, isi, dan fungsi. Struktur ialah pola tingkah laku yang dapat diulang.
Menurut Piaget, struktur intelektual terbentuk pada individu waktu ia
memudahkan individu itu menghadapi tuntutan yang makin meningkat dari
lingkungannya. Isi ialah pola tingkah laku spesifik, ketika seseorang
menghadapi suatu masalah. Fungsi ialah yang berhubungan dengan cara
seseorang mencapai kemajuan intelektual. Fungsi terdiri dari atas dua
macam fungsi invarian, yaitu organisasi dan adaptasi.
Organisasi berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses fisik
dan psikis dalam bentuk sistem yang koheren, sedangkan adaptasi adalah
kemampuan seseorang dalam menyesuaikan dengan lingkungan. Adaptasi
terdiri atas dua macam proses komplementer, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses penggunaan struktur atau kemampuan individu
untuk menghadapi masalah dalam lingkungannya; sedangkan akomodasi
adalah proses perubahan respon individu terhadap stimulasi (Djaali,
2007:76)
Jadi, perkembangan kognitif tergantung pada akomodasi. Oleh
karena itu, siswa harus diberikan suatu areal yang belum diketahui, agar
siswa dapat belajar. Dengan adanya area baru ini siswa akan mengadakan
usaha-usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan
mempermudah perkembangan kognitif.
Menurut Bruner (1960 dalam Uno, 2006:12-13) mengusulkan
teorinya yang disebut free discovery learning. Menurut teori ini, proses
pada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi,
dsb) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan menjadi
sumbernya. Dengan kata lain, siswa dibimbing secara induktif untuk
memahami suatu kebenaran umum.
B. Peran Media dalam Dunia Pendidikan 1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara kharifah
berarti tengah, perantara, atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan
menyusun kembali informasi visual/ verbal. Media juga dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat
terdorong terlibat dalam proses pembelajaran (Angkowo dan Kosasih,
2007:10).
Media menurut AECT (Assosiation of Education and
Communication Tecnology) adalah segala sesuatu yang dipergunakan orang
untuk menyalurkan pesan (Uno, 2007:113). Kemudian Asosiasi Pendidikan
Nasional (National Education Assosiation/NEA) memberikan batasan media
sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta
Sedangkan menurut Gagne mengartikan media sebagai berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar. Menurut Marshall Mcluhan (dalam Harjanto, 2005:246), media
adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang
lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Menurut Olson
(dalam Miarso, 2005:457) media sebagai teknologi untuk menyajikan,
merekam, membagi, dan mendistribusikan simbol dengan melalui
rangsangan indera tertentu, disertai penstrukturan informasi.
2. Jenis Media
Ada banyak media pembelajaran yang dapat digunakan untuk suatu
proses pembelajaran. Mulai dari media yang sederhana, konvesional, dan
murah harganya, hingga media yang komleks, rumit modern dan harganya
sangat mahal. Untuk mempermudah mempelajari jenis media, karakter da
kemampuannya, dilakukan pengklasifikasian atau penggolongan.
Salah satu klasifikasi yang dapat menjadi acuan dalam pemanfaatan
media adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh Edgar Dale yang dikenal
dengan kerucut pengalaman (Cone Experience). Kerucut pengalaman Dale
mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang akan
diperoleh oleh peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung,
pengalaman belajar yang dapat dicapai melalui gambar, dan pengalaman
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale
memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa
dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari,
proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses
mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan
pengajaran, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa.
Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, maka semakin
Pada umumnya ada beberapa jenis media pembelajaran menurut
Angkowo dan Kosasih (2007:12-13) yang biasa digunakan dalam proses
pembelajaran:
1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster,
kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua
dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.
2) Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid
model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama.
3) Media proyeksi seperti slide, filmstrip, film, penggunaan OHP dan
lain-lain.
4) Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran
akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian
pesan serta isi pelajaran saat itu. Selain itu, pembelajaran bermedia dapat
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan gaya
yang menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran, serta memadatkan
informasi. Jadi, untuk menggunakan media yang sesuai dengan materi
Menurut Harjanto (2005:238), ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan terhadap pemilihan prioritas pengadaan media pendidikan
adalah: 1) relevansi pengadaan media pendidikan edukatif; 2) kalayakan
pengadaan media pendidikan edukatif; 3) kemudahan pengadaan media
pendidikan edukatif. Sedangkan menurut Wilkinson (Angkowo dan
Kosasih,2007:14), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
media pembelajaran, yakni:
1) Tujuan
Media yang hendak dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran
yang dirumuskan.
2) Ketepatgunaan
Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari
benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. Apabila
yang dipelajari adalah aspek-aspek yang menyangkut gerak, maka media
film atau video akan lebih tepat. Wilkinson (dalam Angkowo dan
Kosasih, 2007:14), menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang
bervariasi menghasilkan dan meningkatkan pencapaian akademik.
3) Keadaan siswa
Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda
tangkap siswa dan besar kecilnya kelemahan siswa perlu
dipertimbangkan.
4) Ketersediaan
Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran, media itu tidak dapat digunakan jika tidak tersedia.
Menurut Wilkinson, media merupakan alat mengajar dan belajar,
peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi
keprluan sisa atau guru.
5) Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media,
hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.
3. Manfaat Media
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih
afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda
antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan
informasi diantara siswa dimanapun berada.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar,
gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga
membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup,
tidak monoton dan tidak membosankan.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif,
sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara
maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak
harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan
sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami
pelajaran.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi
verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika
diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan
mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun
dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu
belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar
lingkungan sekolah.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong
siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri
sumber-sumber ilmu pengetahuan.
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak
mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif
lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan
4. Ciri-ciri Media
Media pembelajaran adalah semacam alat bantu dalam pembelajaran
antara guru dan siswa, baik dalam kelas maupun di luar kelas, pada dasarnya
media pembelajaran merupakan suatu perantara dan digunakan dalam rangka
pendidikan. Ciri-ciri media dapat dilihat menurut kemampuannya
membangkitkan rangsangan pada indera penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman, dan pengecapan. Maka, secara umum ciri-ciri media
pembelajaran adalah bahwa media itu dapat diraba, dilihat, didengar dan
diamati melalui panca indera (Angkowo dan Kosasih, 2007:11).
5. Prinsip-prinsip Penggunaan Media
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media
pada setiap kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media digunakan dan
diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami
materi pelajaran. Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari
sudut kebutuhan siswa. Menurut Sanjaya (2006:171) agar media
pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada
sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya:
a. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran.
yang akan digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi
pembelajaran.
c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi
siswa.
d. Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan
efisiensi.
e. Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
pengoperasiannya.
6. Multimedia Pembelajaran
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih
media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi
secara terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu:
multimedia linier dan multimedia interaktif.
Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapai
dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna.
Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contoh: TV dan film.
Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat
pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga
pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.
Contoh mutimedia interaktif: http://ippnusby.wordpress.com/2008/08/18/,
Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sehingga
multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang
digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan
pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan yang
belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan
berkendali
(http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2008/02/12/panduan-pengembangan-multimedia-pembelajaran/17/02/2009).
Dalam proses pembelajaran, multimedia pembelajaran memiliki
manfaat, yaitu: 1) memperbesar benda yang sangat kecil dan tampak oleh
mata, seperti bakteri, kuman; 2) memperkecil benda yang sangat besar yang
tidak mungkin dihadirkan kesekolah,seperti gajah, gunung dll;
3) menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung
cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya mesin dll;
4) menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang;
5) menyajikan benda atau peristiwa berbahaya, seperti letusan gunung
merapi,, harimau dll; 6) meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa
C. Multimedia sebagai Media Pembelajaran dalam Dunia Pendidikan
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
dalam dunia pendidikan, selain media-media yang telah disebutkan diatas ada
media baru yaitu multimedia. Multimedia adalah sistem komunikasi interaktif
yang berbasis komputer yang mampu menciptakan, menyimpan, menyajikan dan
mengakses kembali informasi yang berisi teks, grafik, suara video dan animasi.
Komputer adalah hasil teknologi modern yang membuka kemungkinan yang
besar alat pendidikan. Program pembelajaran berbasis komputer meliputi salah
satunya adalah CAI (Computer-Assisted Intruction) yang telah dikembangkan
dan telah membuktikan manfaatnya untuk membantu guru dalam mengajar dan
membantu murid dalam belajar. Komputer sebagai alat pelajaran (CAI)
mempunyai keuntungan, yakni: 1) Dapat membantu murid dan guru dalam
pelajaran; 2) CAI memiliki banyak kemampuan yang dapat dimanfaatkan segera
seperti membuat perhitungan, gambaran dan memberikan bermacam-macam
informasi yang tak mungkin dikuasai oleh manusia manapun; 3) CAI sangat
fleksibel dalam mengajar dan dapat diatur menurut keinginan penulis pelajaran
atau penyusun kurikulum; dan 4) CAI dan mengajar oleh guru dapat saling
melengkapi.
Dalam pembelajaran, penggunaan metode ceramah membuat siswa
bosan sehingga motivasi dan partisipasi ketikan proses belajar menurun dan
bertendensi dengan menurunya prestasi mereka. Salah satu alternatif untuk
Dengan ada media siswa menjadi aktif ketika proses belajar mengajar
berlangsung dan tidak hanya menerima pelajaran. Dengan demikian, siswa aktif
berpartisipasi, sehingga ini dapat meningkatkan motivasi mereka. Dengan
meningkatnya motivasi serta partisipasi mereka diharapkan prestasi belajar
merekapun ikut meningkat.
Dengan adanya multimedia pembelajaran tersebut bertujuan untuk
mempermudah peserta didik dalam belajar dan mendapatkan sumber belajar.
Jadi, dengan adanya mutimedia khususnya multimedia interaktif, proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik dan dapat membuat peserta didik lebih
kritis terhadap lingkungan disekitar mereka. Seperti telah disebutkan diatas
jenis multimedia interaktif salah satu meliputi akses internet dan web blog.
1. Internet
Kemajuan teknologi informasi ini tidak hanya dirasakan oleh dunia
bisnis, akan tetapi dunia pendidikan juga ikut merasakan manfaatnya.
Perkembangan teknologi informasi lebih terasa manfaatnya dengan hadirnya
jaringan internet yang memanfaatkan satelit sebagai media transformasi.
Hadirnya internet sebagai sumber informasi ini sangat memungkinkan
seseorang untuk mencari dan menyebarkan segala ilmu pengetahuan dan
teknologi termasuk penemuan penelitian keseluruh dunia dengan mudah,
cepat, dan murah, sehingga pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi
diharapkan dapat lebih cepat dan merata. Dengan demikian segala informasi
Asal usul internet berasal dari jaringan komputer yang dibentuk pada
tahun 1972. jaringan tersebut disebut dengan Arpanet yaitu jaringan
komputer yang dibentuk oleh departmen pertahanan Amerika Serikat.
Adapun definisi dari internet yaitu kumpulan yang luas dari jaringan
komputer besar dan kecil yang saling berkesinambungan menggunakan
jaringan komunikasi yang ada diseluruh dunia (Tretter, 1996:6). Secara
umum dapat dikatakan bahwa internet adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menggambarkan saling hubungan antar jaringan-jaringan komputer
yang sedemikian rupa sehingga memungkinkan komputer-komputer itu
berkomunikasi satu sama lain.
Dalam hal pendidikan, hadirnya internet sangat memberikan banyak
manfaat yang ditimbulkan dan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.
Apabila dibandingkan dengan media-media pembelajaran yang lain,
kehadiran internet memberikan perubahan yang cukup besar dalam cara
seseorang belajar, berinteraksi, melakukan penelitian, berkomunikasi dan
berdiskusi.
Dalam dunia pendidikan, melalui teknologi internet kita dapat
mendapatkan berbagai informasi tentang materi-materi belajar secara
mandiri yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung motivasi belajar.
Adapun teknologi ini memiliki kelebihan dan kelemahan yang ditimbulkan.
Kelebihan yang dimiliki internet yaitu: 1) memungkinkan akses informasi ke
menjelajah dunia dari rumah, sekolah, kampus, kantor dan perusahaan;
4) adanya fasilitas untuk berinteraksi dengan orang lain dari seluruh penjuru
dunia yang tertarik pada tema yang sama; 5) merupakan komunikasi dua
arah, tanya jawab, megobrol, membuat web sendiri, mengirim berita kemana
saja. Sedangkan kelemahan dari internet yaitu, 1) biaya mahal, karena untuk
mengoperasikannya membutuhkan kelengkapan seperti komputer, modern
ISP (Internet Service Provider) dan saluran telepon; 2) diperlukan
kemampuan mengoperasikan komputer; 3) dibutuhkan ketelitian terhadap
informasi yang ada, periksa kebenarannya, sebab tidak semua informasi
benar atau baik untuk kita (Angkowo dan Kosasih, 2007:24).
2. Web Blog
Dalam internet tidak asing dengan istilah www (word-wide web) jika
ingin mengakses di internet. The web adalah alat hiperteks yang memberi
kesempatan mencari dan mengumpulkan data berdasarkan kata-kata kunci.
Saat ini untuk mencari sebuah informasi sangatlah mudah dan sangat luas.
Dalam internet telah dikenal istilah blog. Kata blog dipakai sebagai
kependekan dari Web blog. Web blog adalah online journal atau online diary
yang dipublikasikan lewat internet dan boleh dibaca oleh siapa saja (Agung,
2004: 2). Menurut Roger Yim, seorang kolumnis San Fransisco Gate,
menuliskan bahwa sebuah blog adalah persilangan antara diary seseorang
dan daftar link di internet. kemudian Scoot Rosenberg dalam kolom di
batasan website yang lebih bernyawa daripada sekadar kumpulan link, tapi
kurang introspektif daripada sebuah diary yang disimpan di internet
(Mulyanto, 2008:1).
Berkembang pesatnya dunia blog saat ini, blog nantinya dapat
dimanfaatkan sebagai media pendidikan yang efektif dari sistem
pembelajaran. Dengan pembelajaran menggunakan blog siswa dapat belajar
dimanapun dan kapanpun. Dengan peran dari internet ini sangat membantu
sekali, terutama pemberian informasi. Dalam dunia pendidikan, peran
internet dapat membantu siswa dalam memperkaya suatu pengetahuan.
Siswa tidak hanya mendapatkan informasi pengetahuan dari buku dan guru
saja, tetapi melalui internet siswa dapat mendapat informasi bahkan hingga
dunia.
D. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan
Perkembangan teknologi infomasi dan komunikasi sebagai artefak telah
berlangsung begitu pesat hingga menembus batas-batas negara. Alvin Toffler
(dalam Miarso, 2005:302) menggambarkan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi sebagai revolusi yang berlangsung dalam tiga gelombang.
Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknologi pertanian; gelombang kedua
titandai dengan adanya teknologi industri; dan gelombang tiga merupakan
Teknologi informasi dan komunikasi mencakup dua aspek yaitu
teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi
segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,
manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi
merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk
memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke yang lainnya.
Intinya, teknologi informasi dan komunikasi mengandung pengertian luas
tentang segala keiatan pengelolaan, dan transfer informasi antar media (Nuhadi,
2004:208).
Teknologi informasi dan komunikasi ini pantas digunakan dalam
lingkungan akademis karena dapat memberikan berbagai bantuan yang sangat
bermanfaat dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Penerapan teknologi
informasi untuk menunjang proses pendidikan telah menjadi kebutuhan bagi
lembaga pendidikan di Indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi ini sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas bagi manajemen
pendidikan. Keberhasilan dalam peningkatan efisiensi dan produktivitas bagi
manajemen pendidikan akan ikut menentukan kelangsungan hidup lembaga
pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain menunda penerapan teknologi informasi
dalam lembaga pendidikan berarti menunda kelancaran pendidikan dalam
menghadapi persaingan global. Pemanfaatan teknologi informasi diperuntukan
bagi peningkatan kinerja lembaga pendidikan dalam upaya meningkatkan kualita
disibukkan oleh pekerjaan-pekerjaan operasional, yang sesungguhnya dapat
digantikan oleh komputer. Dengan demikian dapat memberikan keuntungan
dalam efisien waktu dan tenaga. Penghematan waktu dan kecepatan penyajian
informasi akibat penerapan teknologi informasi tersebut akan memberikan
kesempatan kepada guru dan pengurus sekolah untuk meningkatkan kualitas
komunikasi dan pembinaan kepada siswa. Dengan demikian siswa akan merasa
lebih dimanusiakan dalam upaya mengembangkan kepribadian dan
pengetahuannya
(http://www.kamadeva.com/index-menu-news-newsid-tiduniapendidikan.htm/17/02/2009).
Pada hakikatnya teknologi dalam pendidikan adalah suatu disiplin yang
berkepentingan dengan pemecahan masalah belajar dengan berlandaskan pada
serangkaian prinsip dan menggunakan berbagai macam pendekatan. Teknologi
pendidikan itu sendiri merupakan suatu bidang yang berkepentingan dengan
usaha memudahkan proses belajar dengan ciri-ciri khas 1) memberikan perhatian
khusus dan pelayanan pada kebutuhan yang unik dari masing-masing sasaran
didik, 2) menggunakan aneka ragam dan sebanyak mungkin sumber belajar, dan
3) menerapkan pendekatan sistem.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah
memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses
pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan
TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: 1) dari pelatihan ke
line atau saluran; 4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja; 5) dari waktu siklus
ke waktu nyata (http://www.e-dukasi.net/artikel/index.php?id=43. 23/11/2008).
E. Pentingnya Motivasi, Partisipasi dan Prestasi Belajar Bagi Siswa 1. Motivasi
a. Pengetian Motivasi
Motivasi sangat dibutuhkan dalam pembelajaran karena peran
dari motivasi tersebut dapat mempengaruhi partisipasi dan prestasi
belajar siswa di kelas. Kata ”motif”, diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Berawal dari kata ”motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan/mendesak (Sardiman, 2007:73). Ada dua prinsip yang dapat
digunakan untuk meninjau motivasi, ialah: (1) motivasi dipandang
sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita
menjelaskan kelakuan kita amati dan untuk memperkirakan
kelakuan-kelakuan lain pada seseorang, (2) kita menentukan karakter dari proses
Menurut Donald (dalam Sadirman, 2007:73-74) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Pengertian motivasi ini mengandung 3 elemen penting, yaitu:
(1) motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu; (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa/ feeling, afeksi
seseorang; dan (3) motivasi dirancang karena adanya tujuan. Dengan ke
tiga elemen tersebut, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai
sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu
perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut
dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk
kemudia bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena
adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
memahami dan mengembangkan motivasi siswa, guru hendaknya
mampu membangkitkan kebutuhan siswa akan berprestasi. Untuk itu,
guru harus membangun dan mengembangkan kebiasaan yang baik dari
siswa. Dengan adanya motivasi maka peserta didik dapat mengikuti
proses belajar mengajar dengan baik dan peserta didik terdorong untuk
b. Tipe-tipe Motivasi 1) Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang
dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu (Sardiman, 2007:89-90). Sebagai contoh, seorang
siswa melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapatkan
pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah
lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Oleh
sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan dalam diri dan secara mutlak berkait
dengan aktivitas belajarnya.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman,
2007:90). Motivasi ekstrinsik juga dapat dimaksud sebagai bentuk
motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar (Winkel, 1984:27). Sebagai contoh,
harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh
teman-temannya. Jadi, yang pentong bukan belajar karena ingin mengetahui
sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai baik.
Antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik tersebut
sama pentingnya. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dapat
dijadikan titik pangkal rekayasa pedagogis guru. Jadi, sebaiknya guru
mengenal adanya motivasi-motivasi tersebut.
c. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu,
maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Dikatakan
”keseluruhan”, karena biasanya ada beberapa motif yang bersama-sama
menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor
psikis, yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah
dalam gairah/ semagat belajar, siswa yang bermotivasi kuat akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Winkel,
1984:27).
d. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Dengan mengetahui definisi motivasi di atas, perlu ditegaskan
sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal,
jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin
berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan
intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut
ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2007:85):
a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumus tujuannya.
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat
berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaiaan prestasi. Seseorang
melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain,
dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasasi adanya motivasi,
baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan
tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
e. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat walaupun
seringkali mengalami kegagalan tetapi justru akan tetap dapat
meningkatkan motivasinya kembali. Siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Imron, 1996: 88):
1) Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus
menerus dalam waktu lama.
2) Ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa.
3) Tidak cepat puas dengan prestasi yang diperoleh.
4) Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah
belajar.
5) Lebih suka belajar sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain.
6) Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.
7) Tidak mudah melepaskan apa yang diyakini.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah sendiri
f. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah
Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik
intrinsik maupun ekstrinsik sagat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. dalam kaitan
itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah
bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang
tepat, dan kadang-kadang juga kurang bisa sesuai. Hal ini guru harus
hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan
belajar para anak didik.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu (Sardiman, 2007: 91-95):
1) memberiangka, angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya. Banyak siswa belajar, yang terutama justru untuk mencapai
angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai
ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik. Angka-angka yang
baik itu bagi para siswa nerupakan motivasi yang sangat kuat; 2) hadiah,
hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu
demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
sesuatu pekerjaan tersebut; 3) saingan/kompetisi, dapat digunakan
sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik
persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa; 4) ego-involvement, menumbuhkan kesadaran
kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya
diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga
diri; 5) memberi ulangan, para siswa akan menjadi giat belajar jika
mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga
merupakan sarana motivasi; 6) mengetahui hasil, dengan mengetahui
hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi kemajuan, akan mendorong siswa
untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar
meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar,
dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat; 7) pujian, apabila ada
siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu
diberi pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik; 8) hukuman, sebagai
reinforment yang negatif tetapi jika diberikan secara tepat dan bijak bisa
menjadi alat motivasi; 9) hasrat untuk belajar, berarti pada diri anak
didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang
tentu hasilnya akan lebih baik; 10) minat, proses belajar akan berjalan
lancar jika disertai dengan minat; dan 11) tujuan yang diakui, dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan