SKRIPSI
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERDARAHAN
ANTEPARTUM DENGAN SEBAB PLASENTA PREVIA
DI RSUD SUNGAILIAT
BANGKA
Oleh Ernesty Dameyana
011411223046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
v
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Skripsi dengan judul “FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERDARAHAN
ANTEPARTUM DENGAN SEBAB PLASENTA PREVIA DI RSUD
SUNGAILIAT BANGKA”
Telah diuji pada tanggal :03 Juni 2016ebuari 2016
Panitia penguji Skripsi
Ketua : Netti Herlina, S.Pd., M.Kes NIP. 195111012 197603 2 001
Anggota Penguji : 1. Jimmy Yanuar Annas dr., S.p.OG (K) NIP. 197701202008 01 1 001
vii MOTTO
“Jika kamu berbuat baik (berarti ) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan sebaliknya jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu
untuk dirimu sendiri pula”
(QS. Al-Isra’: 7)
Akulah Penentu Nasibku, Akulah Sang Nahkoda Jiwaku
- William Ernest Hendry
Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor Risiko
Kejadian Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa di RSUD
Sungailiat Bangka”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana kebidanan (S. Keb) pada program Studi Pendidikan Bidan Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Reponden di RSUD Sungailiat kabupaten, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini untuk menyelesaikan program Studi Pendidikan
Bidan di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
2. Direktur RSUD Sungailiat dan LITBANGKESPOL yang telah memberikan
ijin penelitian sehingga penulis dapat menyusun skripsi untuk menyelesaikan
program Studi Pendidikan Bidan di Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga
3. Dr. Sri Umijati, dr. MS, selaku pembimbing I dan penguji III yang telah
membimbing dan memberikan saran dalam penyususnan skripsi ini
4. Jimmy Yanuar Annas dr., S.p.OG (K), selaku pembimbing II dan penguji II
yang telah memberikan masukan dallam penyususnan skripsi ini
5. Netti Herlina, S.Pd., M.Kes, selaku penguji I/ketua penguji yang telah
ix
6. Prof. Dr. Soetojo, dr, Sp.U, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program studi
pendidikan bidan.
7. Baksono Winardi, dr., Sp.OG (K), selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah
memberikan kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan
program pendididkan bidan.
8. Para dosen / pengajar dan staff sekretariat Program Studi Pendidikan Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah banyak memberikan
ilmu yang bermanfaat.
9. Ibunda dan ayahanda tercinta yang selalu memberikan dukungan dan
semangat dalam menjalankan perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.
10. Kedua Saudariku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan serta doa.
11. Sahabat dan rekan seperjuangan Program Studi Pendidikan Bidan yang telah
memberikan doa dan semangat yang luar biasa.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran proses pembuatan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah
memeberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi
ini. Kami sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna tapi kami berharap
bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, 22 Juni 2016
x
RINGKASAN
Perdarahan obstetri merupakan salah satu penyebab kematian ibu dinegara berkembang dan didunia tiap tahun. Berdasarkan SDKI 2012 sebanyak 40-60% kematian di Indonesia disebabkan perdarahan dan 3-4% diantaranya adalah perdarahan antepartum. Penyebab perdarahan antepartum terbanyak adalah plasenta previa. Frekuensi kejadian plasenta previa di negara eropa sebesar 0,3-0,6 % dan di negara berkembang 1-2 % dengan angka kejadian 1 dari 200 persalinan. Perdarahan antepartum dengan sebab plasenta di RSUD Sungailiat 2012-1014 sebesar 2,2%, 2,1%, 2,9% sedangkan angka kejadian 1 dari 34 persalinan . Hal ini menunjukkan adanya peningkatan frekuensi dan angka kejadian plasenta previa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa di RSUD Sungailiat Bangka tahun 2014-2015
Jenis penelitian ini adalah cross sectional. Populasi penelitian semua ibu bersalin yang dirawat di ruang bersalian RSUD Sungailiat dari 1 Juli2014-1 Juli 2015 sebanyak 994 orang. Besar sampel 100 orang dipilih dengan simple random sampling. Variabel independen adalah usia ibu, paritas, riwayat bedah cesar dan riwayat kuretase dan variabel dependen adalah perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa. Sumber data rekam medis. Analisis data menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian didapat dari 100 orang 24% mengalami perdarahan antepartum. Hasil analisis dari 24 ibu yang mengalami plasenta previa 33,3% dengan usia lebih dari 30 tahun, 29,2% dengan paritas 3, 50% memiliki riwayat bedah cesar, 53,3% memiliki riwayat kuretase. Hasil uji statistik Chi-Square, menunjukan bahwa nilai p untuk usia (p=0.037), paritas (p= 0,018), riwayat bedah cesar (p=0,035), riwayat (p=0,008). Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara usia ibu, paritas, riwayat bedah sesar, riwayat kuretase dengan perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa.
Kesimpulan penelitian ini adalah faktor risiko perdarahan dengan sebab plasenta previa adalah usia ibu, paritas, riwayat bedah sesar, riwayat kuretase. Saran untuk penelitian ini adalah ibu sebaiknya hamil di usia reproduktif serta melakukan pemeriksaan kehamilan sejak dini untuk mengetahui berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan perdarahan antepartum
xi
ABSTRACT
Obstetric hemorrhage is a major cause of maternal mortality in developing countries with incidence rate of 40-60%, 3-4 % of them are with antepartum bleeding as plasenta previa as the most common cause. The frequncy of placenta previa is 1-2% with an incidence of 1:200 delivery. The frequency of placenta previa in Sungailiat Bangka Hospital in 2012-2014 was 2,2%, 2,1%, 2,9% with incidence rate 1: 34 delivery. The purpose of this study was to identify risk factors associated with antepartum hemorrhage due to placenta previa in Sungailiat Bangka Hospital.
This study was cross sectional study. The population were pregnant women and in labor women as many as 994 women. Sample size of 100 was selected by simple random sampling. The Independent variable was antepartum hemorraghe due to placenta previa and dependent variable were maternal age, parity, history of caserean section, history of curettage. Data sources used was medical record. Data was analyzed using Chi square test.
The result showed that among 100 women, 24 of them experienced placenta previa, 33 % at age > 30 yers, 29% with parity 3, 50% with a history of caserean section, 53% with a history of curettage. Statistical analysis showed risk factors for placenta previa was maternal age (p=0,037), parity(p=0,0018), history of caserean section (p=0,035), history of curettage(p=0,008).
The result showed that risk factor for antepartum hemorrhage due to placenta previa was age, parity, history of caserean section, and history of curettage.
xii
SURAT PERNYATAAN... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
MOTTO ... vii
UCAPAN TERIMAKASIH ... viii
RINGKASAN ... x
DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH, DAN ARTI LAMBANG ... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.4.3 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan ... 4
1.5 Risiko Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdarahan Antepartum ... 5
2.2 Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa... 5
2.1.1 Pengertian ... 5
2.1.2 Epidemiologi ... 6
2.1.2 Etiologi ... 6
xiii
2.3 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Perdarahan
Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa... 8
2.3.1 Usia ... 8
2.3.2 Paritas ... 9
2.3.3 Riwayat Bedah Sesar ... 9
2.3.4 Riwayat Kuretase ... 10
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 12
3.2 Hipotesa Penelitian ... 13
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 14
4.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ... 18
4.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 18
4.8 Kerangka Operasional ... 19
4.9 Ethical Clearance dan Perijinan ... 19
BAB V HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum RSUD Sungailiat Bangka ... 21
5.2 Hasil Penelitian ... 22
5.2.1 Faktor Risiko Perdarahan Antepartum ... 26
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Hubungan Usia dan Kejadian Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa ... 29
6.2 Hubungan Paritas dan Kejadian Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa ... 30
6.3 Hubungan Riwayat Bedah Cesar dan Kejadian Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa ... 31
xiv BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ... 35
7.2 Saran ... 35
7.2.1 Bagi RSUD Sungailiat Bangka ... 35
7.2.2 Bagi Masyarakat ... 35
7.2.3 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan ... 36
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Definisi Operasional Faktor Risiko Kejadian Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa di RSUD Sungailiat Bangka ... 17 Tabel 5.1 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen
Berdasarkan Usia dan Paritas di RSUD Sungailiat Bangka ... 23 Tabel 5.2 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen
Berdasarkan Usia dan Riwayat Bedah Cesar di RSUD Sungailiat Bangka ... 24 Tabel 5.3 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen
Berdasarkan Paritas dan Riwayat Bedah Cesar di RSUD Sungailiat Bangka ... 24 Tabel 5.4 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen
Berdasarkan Usia dan Riwayat Kuretase di RSUD Sungailiat Bangka ... 25 Tabel 5.5 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen
Berdasarkan Paritas dan Riwayat Kuretase di RSUD Sungailiat Bangka ... 26 Tabel 5.6 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen
Perdarahan Anterpartum dengan Sebab Plasenta Previa Berdasarkan Usia di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015 ... 26 Tabel 5.7 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen
Perdarahan Anterpartum dengan Sebab Plasenta Previa Berdasarkan Paritas di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015 ... 27 Tabel 5.8 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen
Perdarahan Anterpartum dengan Sebab Plasenta Previa Berdasarkan Riwayat Bedah Cesar di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015 ... 27 Tabel 5.9 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Risiko Kejadian Perdarahan Anterpartum dengan Sebab Plasenta Previa di RSUD Sungailiat Bangka ... 12 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Faktor Risiko Kejadian Perdarahan
Anterpartum dengan Sebab Plasenta Previa di RSUD Sungailiat Bangka ... 14 Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Faktor Risiko Kejadian
Perdarahan Anterpartum dengan Sebab Plasenta Previa di RSUD Sungailiat Bangka ... 19 Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok
Umur di RSUD Sungailiat Bangka... 22 Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok
Paritas di RSUD Sungailiat Bangka ... 22 Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok
Riwayat Bedah Sesar di RSUD Sungailiat Bangka ... 23 Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal Penelitian ... 39
Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan ... 40
Lampiran 3 Keterangan Kelaikan Etik ... 41
Lampiran 4 Rekomendasi Penelitian ... 42
Lampiran 5 Surat Selesai Penelitian ... 44
Lampiran 6 Hasil Analisis Program SPSS ... 45
Lampiran 7 Lembar Konsultasi ... 52
xviii
DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH, DAN ARTI LAMBANG
Daftar Singkatan
ANC : Antenatal Care
DSOG : Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
LITBANGKES : Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
UNAIR : Universitas Airlangga
USG : Ultrasonografi
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SPSS : Statistical Package for Social Science
Arti Lambang
- = sampai dengan
/ = per
% = persen
> = lebih dari
< = kurang dari
≥ = lebih dari sama dengan
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan obstetri merupakan salah satu penyebab kematian ibu dinegara
berkembang dan merupakan penyebab (50%) dari 500.000 kematian ibu di dunia
setiap tahunnya. Di Afrika Selatan, kematian ibu akibat perdarahan menempati
peringkat ketiga sebanyak 12,4% dari seluruh kematian ibu pada tahun 2005-2007
dan sebagian besar (68,5%) disebabkan perdarahan antepartum yang sebenarnya
dapat dicegah. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012,
sebanyak 40-60% penyebab kematian ibu adalah perdarahan dan 3-4%
diantaranya adalah perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum juga
merupakan penyebab peningkatan angka kejadian kesakitan dan kematian ibu dan
janin (Departemen of Health, 2009; SDKI, 2012)
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Sungailiat Bangka pada
bulan Oktober 2015, diperoleh data kejadian perdarahan antepartum dari tahun
2012-2014 sebesar 2,6%, 2,3 %, 3,2% sedangkan kejadian perdarahan antepartum
dengan sebab plasenta previa sebesar 2,2%, 2,1%, 2,9%. Terjadi penuruna angka
kejadian perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa dari tahun 2012
hingga 2013 namun terjadi peningkatan pada tahun 2014 (RSUD Sungailiat, 2012,
2013, 2014).
Penyebab terbanyak perdarahan antepartum adalah plasenta previa dengan
angka kejadian sebesar 31% dari seluruh kejadian perdarahan antepartum.
negara berkembang angka kejadian 1-2 %. Plasenta previa merupakan komplikasi
yang terjadi pada 1 dari 200 persalinan (Queenan, 2012)
Prawirohardjo (2010) menyebutkan bahwa faktor risiko perdarahan
antepartum dengan sebab plasenta previia akan meningkat seiring dengan
meningkatnya usia dan paritas ibu, dimana usia ibu berisiko adalah ibu dengan
usia diatas 30 tahun dan ibu dengan paritas tinggi. Penelitian Wasnik (2015)
menemukan bahwa faktor risiko perdarahan antepartum dengan sebab plasenta
previa adalah ibu dengan usia diatas 30 tahun, multigravida, dan dengan riwayat
bedah sesar. Runiari (2014) menyebutkan bahwa peluang terjadinya plasenta
previa pada ibu dengan usia kurang 20 tahun atau lebih dari 35 tahun 5,75 kali
lebih besar dibandingkan ibu dengan usia 20-35 tahun.
Berdasarkan latar belakang diatas dengan kejadian perdarahan antepartum
yang masih tinggi yaitu sebesar 2-3% dan angka kejadian 1: 34 dari seluruh
persalinan di RSUD Sungailiat serta perlunya penatalaksanaan perdarahan
antepartum pada akar masalah maka perlu dilakukan penelitian mengingat
dampak yang ditimbulkan cukup besar, sehingga peneliti tertarik untuk
mempelajari faktor risiko yang menyebabkan perdarahan antepartum di RSUD
Sungailiat Bangka.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apa faktor risiko penyebab terjadinya perdarahan antepartum dengan
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko
yang berhubungan dengan perdarahan antepartum yang disebabkan plasenta
previa di RSUD Sungailiat Bangka tahun 2014-2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah
1) Mempelajari perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa di RSUD
Sungailiat Bangka.
2) Mempelajari faktor risiko perdarahan antepartum dengan sebab plasenta
previa di RSUD Sungailiat Bangka.
3) Menentukan hubungan faktor risiko perdarahan antepartum dengan sebab
plasenta previa di RSUD Sungailiat Bangka.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi RSUD Sungailit Bangka
Penelitian ini dapat dijadikan informasi dan masukan bagi Rumah Sakit
dalam mengembangkan mutu pelayanan kesehatan ibu dalam upaya mengurangi
risiko perdarahan dengan sebab plasenta previa melalui pendekatan faktor resiko
sejak dini pada saat pelayanan ANC dan USG sehingga dapat memberikan
perhatian lebih lanjut untuk mengurangi risiko pada ibu dan bayi.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
yang berhubungan dengan perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa
untuk pencegahan sejak dini.
1.4.3 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dan informasi dalam
mengenali faktor risiko perdarahan antepartum sejak dini dengan pendekatan
faktor risiko saat ibu melakukan pemeriksaan ANC untuk mengurangi angka
kejadian perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa.
1.5 Risiko Penelitian
Penelitian ini tidak menimbulkan risiko secara fisik maupun mental
terhadap informan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa data
5 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan
lebih dari 24 minggu dan sebelum persalinan. Perdarahan antepartum merupakan
perdarahan dari jalan lahir setelah usia kehamilan 28 minggu hingga sebelum
persalinan (Norwitz, 2013; Medforth, 2012).
Perdarahan antepartum disebabkan oleh adanya kelainan implantasi
plasenta (plasenta letak rendah, plasenta previa), kelainan insesrsi tali pusat atau
pembuluh darah pada selaput amnion (vasa previa) dan lepasnya plasenta sebelum
persalinan (Prawirohardjo, 2010).
Semua perdarahan dalam kehamilan kemungkinan besar dapat
membahayakan jika perdarahan tersebut mengakibatkan gangguan baik pada ibu
dan janin. Perdarahan pada trimester ketiga masih menjadi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab tersering perdarahan yang
berbahaya pada akhir kehamilan adalah plasenta previa (Boyle, 2008).
2.2 Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa
2.2.1 Pengertian
Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Gejala
perdarahan awal plasenta previa pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak
atau perdarahan ringan dan umumnya akan berhenti secara spontan. Jumlah
dapat terjadi pada saat uterus merenggang dan tumbuh, tidak terasa nyeri dan
terlihat sebagai pengeluaran darah yang segar. Sering kali ditemukan
malpresentasi bagian presentasi janin. Terdapat risiko perdarahan pascapartum
yang lebih lanjut saat kekuatan retraksi segmen bawah uteri buruk setelah terjadi
plasenta previa. (Prawirohardjo, 2010; Medforth, 2012)
2.2.2 Epidemiologi
Plasenta previa banyak ditemukan pada ibu dengan kehamilan berisiko
seperti pada ibu dengan paritas tinggi, dan usia diatas 30 tahun, uterus yang cacat
serta ibu dengan kehamilan ganda. Pada beberapa rumah sakit, insiden plasenta
previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9%. Insiden di negara maju lebih rendah
yakni sekitar 0,3-0,6 % dari seluruh persalinan atau kurang dari 1% yang
disebabkan berkurangnya jumlah ibu dengan paritas tinggi atau risiko tinggi.
Kejadian plasenta previa. Peningkatan penggunaan ultrasonografi dapat
meningkatkan deteksi dini plasenta previa. Kejadian plasenta previa adalah 1 dari
200 persalinan (Prawirohardjo 2010; Quennan, 2012)
2.2.3 Etiologi
Sejalan dengan bertambah besarnya rahim dan meluasnya segmen bawah
rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta berimplantasi pada segmen
bawah rahim dan berpindah mengikuti perluasan segmen rahim seolah plasenta
tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas
dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup
oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada tingkatan atau klasifikasi dari
plasenta previa ketika pemeriksaan dalam masa anternatal maupun dalam masa
pemeriksaan USG perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun
intranatal. Plasenta previa disebabkan oleh adanya blastokista yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim namun belum diketahui secara pasti. Mungkin secara
kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa
latar belakang lain yang lain. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu
penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai
akibat dari proses radang atau atrofi (Prawirohardjo, 2010)
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan biasanya
terjadi pada akhir trimester II hingga trimester III atau sebelum persalinan,
perdarahan uterus keluar tanpa disertai rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya
sedikit kemudian berhenti sendiri, namun perdarahan berulng tanpa sebab yang
jelas akan timbul kembali. Pada plasenta letak rendah, perdarahan baru terjadi
pada saat mulai persalinan, bisa sedikit sampai banyak mirip dengan solusio
plasenta. Perdarahan berat disebabkan segmen bawah rahim tidak mampu
berkontraksi sekuat segmen atas rahim sehingga dapat menybabkan perdarahan
berlangsung hingga pasca persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan
serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah
mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran
plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta sebagai komplikasi
plasenta akreta (Prawirohardjo, 2010)
2.3 Faktor Risiko Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa
Faktor risiko perdarahan antepartum untuk plasenta previa menurut
Prawiroharjo (2010) adalah paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misal bekas
terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritoblastosis fetalis bisa yang
dapat menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh segmen ostium uteri internum.
Faktor predisposisi plasenta previa menurut Jordan (2014) yang
merupakan faktor risiko plasenta previa adalah usia ibu > 35 tahun, Multiparitas,
ibu dengan riwayat bedah cesar, infertilitas buatan, perokok, Alpha Feloprotein
(AFP), ibu dengan kehamilan kembar, Jarak kehamilan yang terlalu dekat serta
riwayat ibu dengan kuretase. Manuaba (2012) menambahkan bahwa mioma uteri
dan malnutrisi merupakan juga merupakan faktor risiko plasenta previa.
Faktor risiko plasenta previa menurut Mochtar dalam Norma (2013)
adalah usia ibu > 35 tahun, paritas banyak, endometrium cacat oleh karena bekas
cesar atau bekas kuretase, jarak persalinan yang dekat yaitu kurang dari 2 tahun,
mioma uteri, polip endometrium, kehamilan kembar, ibu yang merokok, riwayat
plasenta previa sebelumnya serta adanya luka jaringan parut sehingga dapat
menyebabkan hipoplasia endometrium sedangkan faktor lainnya adalah reaksi
korpus luteum melambat.
2.4 Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa
2.4.1 Usia
Manuaba (2012) menyebutkan bahwa faktor risiko yang meningkatkan
kejadian plasenta previa adalah usia ibu. Ibu dengan usia yang muda lebih
beresiko mengalami plasenta previa karena pertumbuhan endometrium yang
kurang subur begitu juga ibu dengan umur diatas 35 tahun karena pertumbuhan
Penelitian yang dilakukan Rambei (2008) di RSUP Dr. M. Djamil Padang,
menemukan bahwa semakin tua usia ibu maka kemungkinan untuk mengalami
plasenta previa menjadi semakin besar. Ibu dengan usia > 30 tahun beresiko 2,6
kali lipat untuk mengalami plasenta previa. Resiko plasenta previa berkembang 3
kali lebih besar pada wanita yang berusia diatas usia 30 tahun dibandingkan pada
wanita yang berusia dibawah 20 tahun. Pada ibu dengan usia > 30 tahun aliran
darah ke endometrium terganggu karena kondisi endometrium kurang subur.
2.4.2 Paritas
Pada ibu dengan paritas tinggi kejadian plasenta previa makin meningkat
karena endometrium yang masih belum sempat tumbuh (Manuaba, 2012).
Penelitian Abdat (2010) di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta didaptakan
bahwa dari 80 orang yang mengalami plasenta previa diantaranya adalah
multiparitas dan pada usia antara 30-35 tahun. Resiko terjadinya plasenta previa
meningkat seiring dengan meningkatnya usia ibu dan paritas.
Cunningham (2013) menyebutkan bahwa pengaruh paritas dengan
kejadian plasenta previa cukup besar. Hal ini disebabkan adanya respon inflamasi
dan perubahan atropi pada dinding endometrium yang menyebabkan
pertumbuhan plasenta yang melebar sehingga plasenta tumbuh menutupi bagian
segmen bawah rahim dan atau sebagian ostium uteri internum.
2.4.3 Riwayat Bedah Cesar
Manuaba (2012) menyebuttkan bahwa faktor risiko plasenta previa adalah
endometrium yang cacat, dimana terdapat bekas operasi dan menurut penelitian
yang dilakukan oleh Getahun dkk (2006) menunjukkaan bahwa riwayat bedah
pada kehamilan sebelumnya. Persalinan secara bedah cesar pada persalinan
pertama dan kedua meningkatkan kemungkinan plasenta previa pada kehamilan
ketiga sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan wanita yang melahirkan
pervaginam pada dua kehamilan sebelumnya. Peningkatan kejadian plasenta
previa ini diperkirakan diakibatkan oleh perubahan patologis yang terjadi pada
miometrium dan endometrium selama kehamilan karena adanya jaringan parut
bekas bedah cesar pada dinding rahim.
Perubahan patologis yang dapat terjadi meliputi pembentukan polip,
infiltrasi limfosit, dilatasi kapiler, dan infiltrasi sel darah merah bebas ke dalam
jaringan disekitar jaringan parut. Selain itu adanya jaringan parut bekas bedah
cesar juga menyebabkan implantasi plasenta yang tidak optimal, peningkatan
kejadian malformasi vaskuler, dan penigkatan kerentanan pembuluh darah.
Kehamilan kedua yang hanya berjarak satu tahun setelah bedah cesar pada
persalinan sebelumnya juga meningkatkan kecenderungan kejadian plasenta
previa.
2.4.4 Riwayat Kuretase
Menurut Manuaba (2012) faktor risiko plasenta previa adalah
endometrium yang cacat, dimana terdapat bekas persalinan yang berulang
dengan jarak yang pendek, bekas operasi seperti bekas kuretase/ plasenta manual,
perubahan pada endometrium pada mioma atau polip serta pada malnutrisi.
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus
tumbuh meluas untuk memenuhi kebutuhan janin, sehingga plasenta tumbuh
meluas dan mendekati atau menutupi ostium uteri internum. Kondisi endometrium
seperti ostium uteri internum. Ttindakan operatif yang dilakukan baik vacum
aspiration(VA) dan dilatation and sharp curettage meningkatkan terjadinya
adhesi senhingga pada dinding endometrium yang akan menghambat
pertumbuhan endometrium pada kehamilan berikutnya, serta dapat menyebabkan
pertumbuhan plasenta meluas kebagian ostium uteri internum untuk mencukupi
12 BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Risiko Kejadian Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa di RSUD Sungailiat Bangka
Ket : = Diteliti = Tidak diteliti
Vaskularisasi desidua berkurang Atropi desidua
Hipoplasia endometrium
Perdarahan Antepartum Paritas
Endometrium kurang subur
Trauma pada bagian basalis
Usia Riwayat bedah sesar Riwayat kuretase Terapi Infertilitas
Mioma uteri/polip
Kehamilan kembar Jarak kehamilan
Pengkonsumsi kokain Malnutrisi
Perokok
Plasenta Previa Riwayat plasenta previa
Faktor risiko yang dapat menyebabkan trauma pada dinding endometrium
adalah tindakan medis seperti bedah cesar dan kuretase kuretase sebelumnya.
Sedangkan faktor risiko lain adalah usia ibu, paritas, riwayat bedah cesar, riwayat
kuretase, jarak kehmilan, kehamilan kembar, terapi infertilitas, mioma uteri/polip,
perokok, malnutrisi, pengkonsumsi kokain serta riwayat plasenta previa
sebelumnya.
Trauma pada bagian basalis dinding endomertium pada ibu dengan riwayat
bedah cesar dan riwayat kuretase dapat menyebabkan hipoplasia pada dinding
endometrium sehingga menyebabkan keadaan endometrium kurang subur.
Endometrium yang kurang subur dan adanya atrofi desidua juga dapat
menyebabkan hipoplasia pada dinding endometrium yang dapat mengakibatkan
vaskularisasi pada endometrium menjadi berkurang. Pertumbuhan plasenta yang
melebar pada daerah segmen bawah rahim atau ostium uteri internum terjadi
karena berkurangnya vaskularisasi dinding endometrium yang dapat
menyebabkan perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa
3.2 Hipotesis Penelitian
Usia, paritas, riwayat bedah cesar, dan riwayat kuretase merupakan faktor
risiko perdarahan anteppartum dengan sebab plasenta previa di RSUD Sungailiat
14 BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah cross secctional yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara faktor risiko perdarahan dengan kejadian perdarahan
antepartum dengan sebab plasenta previa.
4.2 Rancangan Penelitian
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Faktor Risiko Kejadian Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa di RSUD Sungailiat Bangka
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil dan ibu bersalin
yang dirawat di ruang bersalian RSUD Sungailiat dari 1 Juli 2014- 1 Juli 2015
sebanyak 994 orang.
Perdarahan Antepartum +/- Usia
Riwayat bedah sesar Paritas
4.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil dan ibu bersalin yang dirawat
di ruang bersalian RSUD Sungailiat yang diambil pada tanggal 1 Juli 2014 - 1 Juli
2015 yang dihitung dengan menggunakan rumus Hidayat (2007) :
( )
)
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang
diinginkan (0,1)
Maka besar sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
( )
99,93
Maka besar sampel sebanyak 100 orang, dengan kriteria sampel terdiri dari
kriteria inklusi dan ekslusi.
Kriteria inklusi :
(1) Ibu dengan umur kehamilan ≥ 28 minggu
(2) Memiliki catatan rekam medis lengkap di RSUD Sungailiat tahun
Kriteria eksklusi :
(1) Ibu hamil dan bersalin dengan perdarahan antepartum atas indikasi solusio
plasenta
(2) Data rekam medik ibu bersalin yang tidak lengkap
Kemudian pengambilan sampel untuk perdarahan antepartum dengan
sebab plasenta previa dipilih dengan simple random sampling kemudian data
dilihat di catatan rekam medis.
4.4 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang bersalin RSUD Sungailiat Bangka.
4.5 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni tahun 2016.
4.6 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel depeden adalah perdarahan
antepartum dengan sebab plasenta previa, sedangkan yang menjadi variabel
independent adalah faktor risiko perdarahan antepartum dengan sebab plasenta
4.7 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Defenisi Operasional Faktor Risiko Kejadian Perdarahan Antepartum dengan sebab Plasenta Previa di RSUD Sungailiat Bangka
N
o Variabel Variabel Sub Definisi Operasional Indikator dan Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Dependen : yang tercatat di rekam medik
Usia Kelompok umur ibu saat kehamilan yang yang tercatat di rekam medik.
bedah sesar Tindakan pertolongan persalinan yang pernah dialami dengan
4.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
4.6.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu
rekam medis di RSUD Sungailiat Bangka.
4.7 Pengolahan dan Analisis Data
4.7.1 Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah–langkah
sebagai berikut :
1) Memeriksa kembali data yang diperoleh untuk melihat kebenaran data
sebelum dilakukan pengolahan data.
2) Pengkodean data dengan cara mengubah data dalam bentuk kalimat atau
huruf kemudian dikelompokkan kedalam kategri yang sama sesuai dengan
definisi operasional.
3) Mengelompokkan data setelah pengkodean dengan cara dimasukkan ke
dalam master tabel atau data base komputer untuk dibuat distribusi frekuensi
sederhana atau dengan membuat tabel kontingensi.
4) Data yang telah dikelompokkan dilakukan pengecekan ulang untuk
menghindari kesalahan pengkodean, kelengkapan data selanjutnya dilakukan
koreksi/perbaikan .
4.7.2 Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudioan diolah dan dianalisis menggunakan
bantuan program statistik SPSS versi 17. Data disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan dideskripsikan dalam bentuk narasi. Uji Chi-Square pada
4.8 Kerangka Operasional
Kerangka operasional dalam penelitian ini dimulai dari mendesain hingga
menganalisis data, hingga penyusunan laporan.
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Faktor Risiko Kejadian Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa di RSUD Sungailiat Bangka
4.9 Ethical Clearance
4.9.1 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan dan privacy sampel dalam penelitian ini,
identitas pasien tidak dicantumkan. Peneliti hanya menulis nomer dan kode pada
masing-masing lembar pengumpul data.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil dan bersalin yang dirawat di RSUD Sungailiat tahun 2014-2015 sebanyak 994.
Pengumpulan data menggunakan data skunder yang diambil dari rekam medis RSUD Sungailiat Bangka
Pengolahan data melalui pemeriksaan, pengkodean, pengelompokan dan pengecekan ulang
Data dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat
Penyajian data hasil penelitian
Laporan Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil dan ibu bersalin yang dirawat di ruang bersalian RSUD Sungailiat yang diambil pada tanggal 1 Juli 2014 - 1 Juli
4.9.2 Confidentiality (kerahasiaan)
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan usulan
penelitian untuk mendapat persetujuan dari Komisi Etika Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya untuk menjamin kerahasiaan terkait
masalah etik penelitian.
4.9.3 Perijinan
Pengambilan data penelitian akan dilakukan setelah mengurus surat izin di
bagian sekretariat S1 pendidikan bidan fakultas kedokteran UNAIR, kemudian
dilanjutkan dengan mengurus perijinan kepada LITBANGKES kabupaten Bangka
dan RSUD Sungailiat. Penelitian ini segera dilakukan setelah mendapatkan
21 BAB 5
HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum RSUD Sungailiat Bangka
RSUD Sungailiat merupakan salah satu Rumah Sakit milik Pemerintah
Kabupaten Bangka. Pada awal peresmian pada tanggal 12 November 1970 Rumah
Sakit ini merupakan Sakit Paru dan Rumah Sakit Kelas D dengan nama Rumah
Sakit Paru Misi Khatolik kemudian dinasionalisikan menjadi RSUD Sungailiat.
Pada tahun 1996 Kelas Rumah Sakit ditingkatkan menjadi Kelas C berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 539/ Menkes SK/
VI/ 1996 dan pelaksanaan operasionalnya disahkan pada tanggal 24 Januari 1997
melalui Surat Keputusan Bupati Bangka Nomor : 180/ 02/ VI/ 1997 kemudian
diresmikan pada tanggal 26 Februari1997. Perpanjangan izin operasional melalui
keputusan Bupati Bangka Nomor ; 188. 45/ 797/ Kes/ 2011 tanggal 16 Desember
2011. Tanggal 29 Juni 2012 RSUD Sungailiat telah mendapatkan sertifikat
akreditasi rumah sakit 5 (lima) pelayanan yang merupakan standar pelayanan
rumah sakit yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit untuk
peningkatan layanan Rumah Sakit.
Salah satu pelayanan yang diberikan di RSUD Sungailiat Bangka adalah
pelayanan kehamilan dan dan gangguan pada kandungan di Ruang Bersalin yang
memiliki 3 VK kamar bersalin dan 18 kamar rawat inap untuk ibu postpartum dan
gangguan ginekologi. Tenaga yang ada diruang bersalin terdiri dari 18 bidan dan 4
5.2 Hasil Penelitian
Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015
Gambar 5.1 menunjukan bahwa responden terbanyak 27 %adalah usia
25-29 tahun, namun dalam penelitian ini masih terdapat ibu hamil dengan usia risiko
tinggi yaitu ibu dengan usia > 35 tahun dan < 20 tahun.
Gambar 5.2 menunjukan bahwa responden terbanyak 27 %adalah paritas 1
namun masih terdapat sebagian ibu yang memiliki paritas lebih dari dua yang
mengindikasikan keluarga berencana masih belum berhasil sepenuhnya.
Tabel 5.1 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen Berdasarkan Usia dan Paritas di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015
Usia 1 2 3 Paritas 4 5 6
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden paling banyak terdapat pada usia
25-34 tahun dengan paritas 2, dimana usia tersebut merupakan usia reproduktif.
Gambar 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok riwayat bedah sesar di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015
Gambar 5.3 menunjukan bahwa responden terbanyak 88 %adalah ibu yang
tidak memiliki riwayat bedah sesar. Sebagian besar ibu dengan riwayat bedah
sesar memiliki riwayat bedah sesar atas indikasi komplikasi pada ibu dan janin.
Tabel 5.2 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen Berdasarkan Usia dan Riwayat Bedah Sesar di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden yang memiliki riwayat bedah
sesar paling banyak pada ibu dengan usia 30-34 tahun, dimana usia tersebut
merupakan usia reproduktif.
Tabel 5.3 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen Berdasarkan Paritas dan Riwayat Bedah Sesar di RSUD Sungailiat Bangka Tahun
2014-2015
Paritas Ya Riwayat bedah cesar Tidak
% %
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden yang memiliki riwayat bedah
usia dan paritas terdapat ibu dengan yang memiliki paritas 2 adalah ibu dengan
usia 25-34 tahun.
Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Riwayat Kuretase di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015
Gambar 5.4 menunjukan bahwa responden terbanyak 85 %adalah ibu yang
tidak memiliki riwayat kuretase. Sebagian besar ibu yang memiliki riwayat
kuretase disebabakan karena ibu mengalami abortus inkomplit sebelumnya.
Tabel 5.4 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen Berdasarkan Usia dan Riwayat Kuretase di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan riwayat
kuretase paling banyak ditemukan pada ibu dengan usia 35-44 tahun.
Tabel 5.5 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen Berdasarkan Paritas dan Riwayat Kuretase di RSUD Sungailiat Bangka tahun 2014-2015
Paritas Ya Riwayat kuretase Tidak
% %
Tabel 5.5 menunjukkan responden yang menmiliki riwayat kuretase
terbanyak pada ibu yang memiliki paritas 3.
5.2.2 Faktor Risiko Perdarahan Antepartum
Tabel 5.6 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa Berdasarkan Usia di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015
Usia
Perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa
Berdasarkan tabel 5.6 dapat disimpulkan bahwa angka kejadian
hasil analisis chi- square, didapatkan nilai p = 0,037 artinya ada hubungan yang
bermakna antara usia ibu dengan kejadian perdarahan antepartum.
Tabel 5.7 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa Berdasarkan Paritas di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015
Paritas
Perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa
Berdasarkan tabel 5.7 dapat disimpulkan bahwa angka kejadian
perdarahan paling banyak 29,2% terjadi pada ibu dengan paritas 3. Berdasarkan
hasil analisis chi- square, didapatkan nilai p = 0,018 artinya terdapat hubungan
yang bermakna antara paritas dengan kejadian perdarahan antepartum.
Tabel 5.8 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa Berdasarkan Riwayat Bedah Sesar di RSUD Sungailiat Bangka Tahun 2014-2015
Riwayat bedah cesar
Perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa
perdarahan anteparum dengan sebab plasenta previa sebanyak 50% memiliki
0,035 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat bedah sesar
dengan kejadian perdarahan antepartum.
Tabel 5.9 Distribusi dan Frekuensi Responden Dalam Persen Perdarahan Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa Berdasarkan Riwayat Kuretase di RSUD Sungailiat Bangka tahun 2014-2015
Riwayat kuretase
Perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa
Ya Tidak
% %
Ya 53,3 18,8
Tidak 46,7 81,2
Jumlah 100 100
Hasil analisis tabel 5.9 menunjukkan bahwa ibu yang mengalami
perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa sebanyak 53,3% memiliki
riwayat kuretase. Berdasarkan hasil analisis chi- square, didapatkan nilai p =
0,008 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kuretase dengan kejadian
29 BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Hubungan Usia dan Kejadian Perdarahan Antepartum dengan Sebab
Plasenta Previa
Hasil penelitian ini menunjukkan kejadian perdarahan paling banyak
33,3%terjadi pada usia lebih dari 30 tahun. Hasil uji statistik antar usia dan
kejadian perdarahan dengan sebab plasenta previa didapatkan nilai p sebesar
0,037, hal ini menunjukkan ada hubungan antara usia dan kejadian perdarahan
antepartum dengan sebab plasenta previa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rambei
(2008) di RSUP Dr. M. Djamil Padang yang menyebutkan bahwa risiko untuk
mengalami plasenta previa meningkat seiring meningkatnya umur ibu, dimana ibu
dengan usia lebih dari 30 tahun berisiko mengalami plasenta previa 2,6 kali lipat
dan berkembang 3 kali lebih besar dibandingkan pada ibu yang berusia dibawah
20 tahun. Hal ini disebabkan kondisi endometrium yang kurang subur sehingga
aliran darah ke endometrium terganggu. Kionodo (2008) menyebutkan bahwa
meningkatnya usia ibu akan menyebabkan perfurasi dan infrak pada plasenta
karena adanya perubahan pada dinding uterus uterus sehingga terjadilah
perubahan ukuran plasenta yang menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke
bagian segmen bawah rahim serta menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum.
Hal ini sesuai dengan teori Manuaba (2012) yang menyebutkan bahwa ibu
yang berisiko mengalami plasenta previa adaah ibu dengan umur diatas 35 tahun
disebabkan karena kondisi endometrium kurang subur, sedangkan pada ibu
dengan usia lebih muda pertumbuhan dinding endometrium belum sempurna.
Hasil penjelasan diatas menunjukkan bahwa semakin meningkat usia ibu
maka kejadian perdarahan antepartum dengan sebab plaenta previa juga
meningkat, hal ini dipengaruhi oleh penurunan kulaitas dan kematanga dinding
pertumbuhan endometrium sehingga usia merupakan faktor risiko perdarahan
antepartum.
Penelitian yang tidak sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Choden (2011) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara usia dan kejadian perdarahan antepartum yang disebakan
oleh plasenta previa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah klasifikasi umur yang
digunakan sehingga terjadi perbedaan hasil.
6.2 Hubungan Paritas dan Kejadian Perdarahan Antepartum dengan
Sebab Plasenta Previa
Hasil penelitian ini menunjukan kejadian perdarahan paling banyak 29,2%
terjadi pada ibu dengan paritas 3. Hasil uji antara usia dan kejadian perdarahan
dengan sebab plasenta previa didaptakan nilai p sebesar 0,018, hal ini
menunjukkan ada hubungan antara paritas dan kejadian perdarahan antepartum
dengan sebab plasenta previa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Abdat (2010) di Rumah Sakit
Dr. Moewardi Surakarta yang menemukan bahwa dari 80 orang responden yang
mengalami plasenta previa sebagian besar adalah ibu multipara. Risiko plasenta
(2015) di Rumah Sakit Umum Cut Mutia juga menemukan bahwa ibu dengan
paritas ≥ 3 memiliki risiko 7 kali lebih besar untuk mengalami plasenta previa.
Pengaruh paritas dengan kejadian plasenta previa cukup besar, hal ini
disebabkan kondisi endometrium masih belum sempat tumbuh. Pada ibu dengan
multipara terjadilah jaringan parut yang menyebabkan peredaran darah ke dinding
endometrium tidak adekuat sehingga plasenta menjadi lebih tipis dan tumbuh
lebih luas untuk mencari suplai bagi janin. Perubahan pembuluh darah pada
daerah implantasi menyebabkan penuruna suplai darah ke endometrium sehingga
untuk kehamilan berrikutnya dibutuhkan daerah yang luas untuk pertumbuhan
plasenta sehingga hal ini meningkatkan risiko plasenta previa pada kehamilan
berikutnya (Cunningham, 2013; Manuaba 2012; Kurniawan, 2015)
Semakin sering ibu hamil dan melahirkan akan menyebabkan perubahan
pada dinding endometrium berupa parut yang dapat menyebabkan pertumbuhan
abnormal plasenta karena plasenta tumbuh meluas untuk memenuhi kebutuhan
janin, hal ini dapat meningkatkan risiko kejadian perdarahan antepartum
Penelitian yang tidak mendukung penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Choden (2011) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara paritas dan kejadian plasenta previa. Perbedaan dengan penelitian ini
adalah klasifikasi paritas yang digunakan.
6.3 Hubungan Riwayat Bedah Cesar dan Kejadian Perdarahan
Antepartum dengan Sebab Plasenta Previa
Hasil penelitian ini menunjukan ibu yang mengalami perdarahan
cesar. Hasil uji antara riwayat bedah cesar dan kejadian perdarahan dengan sebab
plasenta previa didaptakan nilai p sebesar 0,035, hal ini menunjukkan ada
hubungan antara riwayat bedah sesar dan kejadian perdarahan antepartum dengan
sebab plasenta previa.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Getahun
(2006) menunjukkaan bahwa riwayat bedah sesar pada persalinan sebelumnya
meningkatkan resiko terjadinya plasenta previa. Persalinan secara bedah pada
persalinan pertama dan kedua meningkatkan kemungkinan plasenta previa dua
kali lipat pada kehamilan ketiga dibandingkan ibu yang melahirkan pervaginam
pada dua kehamilan sebelumnya. Peningkatan kejadian plasenta diperkirakan
diakibatkan oleh perubahan patologis yang terjadi pada miometrium dan
endometrium selama kehamilan karena adanya jaringan parut bekas bedah pada
dinding rahim meliputi pembentukan polip, infiltrasi limfosit, dilatasi kapiler, dan
infiltrasi sel darah merah bebas ke dalam jaringan disekitar jaringan parut. Selain
itu adanya jaringan parut bekas bedah sesar juga menyebabkan implantasi
plasenta yang tidak optimal, peningkatan kejadian malformasi vaskuler, dan
penigkatan kerentanan pembuluh darah. Kehamilan kedua yang hanya berjarak
satu tahun setelah bedah pada persalinan sebelumnya juga meningkatkan
kecenderungan kejadian plasenta previa. Hal ini didukung oleh teori
Prawirohardjo (2010) yang menyebutkan bahwa pada ibu yang memiliki cacat
bekas bedah sesar insiden plasenta previa 2-3 kali lipat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki riwayat bedah
sesar memiliki risiko terjadi perdarahan antepartum, hal tersebut dipengaruhi
mencari dan memperluas daerah implantasi untuk memenuhi kebutuhan janin,
sehingga ibu yang memiliki riwayat bedah sesar berisiko mengalami plasenta
previa.
Penelitian ini tidak didukung penelitian yang dilakukan oleh Choen (2011)
yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat
bedah sesar dan kejadian plasenta previa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel.
6.4 Hubungan Riwayat Kuretase Dan Kejadian Perdarahan Antepartum
dengan Sebab Plasenta Previa
Hasil penelitian ini menunjukan ibu yang mengalami perdarahan
antepartum dengan sebab plasenta previa sebanyak 53,3% memiliki riwayat
kuretase. Hasil uji antara riwayat bedah cesar dan kejadian perdarahan dengan
sebab plasenta previa didaptakan nilai p sebesar 0,008, hal ini menunjukkan ada
hubungan antara riwayat kuretase dan kejadian perdarahan antepartum dengan
Penelitian yang sejalan adalah penelitian yang dilakukan oleh Kaur (2015)
yang menyebutkan bahwa riwayat kuretase merupkan salah satu faktor risiko
terjadinya plasenta previa yang menyebabkan perdarahan antepartum. Menurut
Tuzovic (2003) dan Bajwa (2013) dalam Kaur (2015) dilatasi dan kuretase
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya plasenta previa hal tersebut
disebabkan meningkatnya angka kejadian abortus, dimana sebagian besar ibu
yang mengalami aborus mendapatkan tindakan lanjutan berupa kuretase.
Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian Choen
kuretase dan kejadian plasenta previa. Faktor risiko plasenta previa adalah
endometrium yang cacat bekas operasi seperti bekas kuretase/ plasenta manual.
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh
meluas untuk memenuhi kebutuhan janin, sehingga plasenta tumbuh meluas dan
mendekati atau menutupi ostium uteri internum. (Manuaba, 2012;
Martaadisoebroto, 2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki riwayat
kuretase meningkatkan risiko terjadinnya perdarahan antepartum. Pertumbuhan
endometrium yang tidak optimal menyebabkan plasenta mencari tempat untuk
berimplantasi untuk memenuhi kebutuhan janin, hal ini disebabkan keadaan
endometrium tidak subur akibat dari tindakan kuretase yang meningkat seiring
meningkatnya angka kejadian abortus sehingga riwayat kuretase merupakan
35 BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Perdarahan antepartum dengan sebab plasenta previa di ruang bersalin
RSUD Sungailiat Bangka sebesar 24%
7.1.2 Faktor risiko perdarahan antepartum di RSUD Sungailiat Bangka adalah
ibu dengan usia lebih dari 30 tahun, ibu yang memiliki paritas sebanyak 3
kali kehamilan, ibu dengan riwayat bedah sesar, dan ibu dengan
riwayat kuretase
7.1.3 Faktor risiko perdarahan antepartum di RSUD Sungailiat Bangka adalah
usia ibu, paritas, riwayat bedah sesar, dan riwayat kuretase
7.2 Saran
7.2.1 Bagi RSUD Sungailit Bangka
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Rumah Sakit
untuk memberikan perhatian lebih lanjut mengenai perdarahan antepartum melaui
pendekatan faktor risiko seperti usia, paritas, riwayat bedah sesar, dan riwayat
kuretase pada saat ibu melakukan pemeriksaan ANC sehingga ibu bisa
medapatkan penanganan yang tepat pada saat terjadi perdarahan antepartum untuk
mengurangi risiko pada ibu dan bayi.
7.2.2 Bagi Masyarakat
Ibu sebaiknya hamil di usia reproduktif serta melakukan pemeriksaan
menyebabkan perdarahan antepartum melaui pemeriksaan ANC rutin dan
pemeriksaan USG.
7.2.3 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam mengenali faktor
risiko perdarahan antepartum sejak dini dengan pendekatan faktor risiko saat ibu
melakukan pemeriksaan ANC untuk mengurangi angka kejadian perdarahan
antepartum dan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan uji spesifitas dan uji
sensitivitas agar dapat dijadikan referensi untuk melakukan penapisan terhadap
37
DAFTAR PUSTAKA
Abdat AU. 2010. “Hubungan antara Paritas Ibu dengan Kejadian Plasenta Previa di RS dr. Moewardi Surakarta”. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Boyle, M. 2008. Kedaruratan dalam Persalinan: Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC
Choden P, Lertbunnaphong T, Wongwananuruk T, Boriboonhirunsarn D. 2011. Prevalance of Pregnancy with Placenta Previa in Siriraj Hospital. Sirjaj Med J 63(6); 191-195
Cunningham, F et al. 2013. Obstetri Williams Ed. 23 Vol 2. Jakarta: EGC
Departement of Health. Saving Mothers 2005-2007. Fourth Report on Confidential Enquiries into Maternal Death in South Africa. Pretoria. Departemen of Health; 2009
Ganon, R. 2009. Guideline for Management Vasa Previa.. SOGC Clinical Practice Guideline no. 231 Agust 2009
Getahun, Yinka Oyelese, Salihu, dan Ananth. 2006. Previous Cesarean Delivery and Risks of Placenta Previa and Placental Abruption, Obstetrics & Ginecology edition April 2006-Volume 107-Issue 4 pp 771-778
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Surabaya: Salemba Medika
Jordan R, Engstrom J, Marfell J, Farley C. 2014 Prenatal and Postnatal Care: A Woman-Centered Approach.England: Willey-Blackwell
Kaur B, Dhar T, Sotui I. 2015. Incidence, Risk Factor and Neonatal outcomes of Placenta Previa Presenting as Antepartum Hemorrhage In Tertiary Care Centre of North India. International Journal of Basic and Applied Medical Scienes 5(3); 58-61
Kiodono P, Wandabwa J, Doyle P. 2008.Risk Factor for Placenta Previa Presenting with Serve vaginal bleeding in Mulago Hospital, Kampala, Uganda. African Health Scienes 8(1); 44-49
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Leveno, K. 2013. Obtetri Williams: Panduan Ringkas, Ed. 25. Jakarta: EGC
Martaadisoebrata, D. 2013. Obstetri patologi : Ilmu Kesehtan Reproduksi. Jakarta; EGC
Medforth J, et al. Walker A. 2012. Kebidanan Oxford : Dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: EGC
Runiari N. 2014. Usia dan Paritas dengan Plasenta Previa pada Ibu Bersalin. Jurnal Gema Keperawatan 7 (1).
Royal Collage of Obstetrican and Gynecologist. 2011. Antepartum Haemorrhage Green top Guideline no.63. London. RCOG; 2011
Norwitz E, Schorge J. 2013. Obstetrics and Gynecology at Glance Fourth Edition. England: Jhon Willey & Son Ltd.
Obstetric & Gynecology. 2008. Joint Review Commite on Education in Diagnostic Medical Sonography Article Nec Part IV Obgyn Vascular
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Queenan J, Spong C, Lockwood C. 2012. Queenan’s Management of High Risk Pregnancy An Evidence-Based Approach sixth edition. England. Willey Blackwell
Rambei I. 2008. “Gambaran Faktor Resiko pada Kasus Plasenta Previa di RSUP Dr.M. Djamil Padang periode Januari 2005-Desember 2006”. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Padang
Sastroasmoro, Sudigdo. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Jakarta : Sagung Seto
Triana A dkk. 2015. Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal: Penuntun Belajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: Deepublish
Trianingsih, I. 2015. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Timbulnya Kejadian Plasenta Previa. Jurnal Kedokteran Yarsi 23(2); 103-113
Urganci, Cromwell, Edozien, Smith, Onwere, Mahmood, Templeton dan Ja H van derr Meulen. 2011. Risk of placenta previa in second birth after first cesarean section; a population-based study and meta-analysis. BMC Pregnancy Childbirth vol 11 (2011)
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No Kegiatan JANUARI FEBRUARI MARET APRIL Bulan MEI JUNI JULI
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV PERSIAPAN
1 Mengindentifikasi masalah
2 Studi kepustakaan /Pengambilan judul 3 Penyusunan proposal
4 Mengurus perizinan studi pendahuluan dan menyusun instrument penelitian 5 Seminar proposal
6 Revisi proposal PELAKSANAAN
1 Perizinan penelitian dan administrasi 2 Pengumpulan data
3 Pengolahan data 4 Analisis Data 5 Pembuatan laporan
6 Konsul dan bimbingan laporan 7 Seminar hasil penelitian/skripsi TAHAP AKHIR
1 Revisi
SKRIPSI
FAKTOR RISIKO KEJADIAN ...
Frequencies
Statistics
PERDARAHAN USIA PARITAS
RIWAYAT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid PERDARAHAN 24 24.0 24.0 24.0
TIDAK PERDARAHAN 76 76.0 76.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
USIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid MULTIPARA 73 73.0 73.0 73.0
PRIMIPARA 27 27.0 27.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
RIWAYAT BEDAH SESAR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ADA 12 12.0 12.0 12.0
TIDAK ADA 88 88.0 88.0 100.0
RIWAYAT KURETASE
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Expected Count 24.0 76.0 100.0
Continuity Correctionb 3.337 1 .068
Likelihood Ratio 4.119 1 .042
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.96.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .204 .037
PRIMIPARA Count 2 25 27
Continuity Correctionb 4.406 1 .036
Likelihood Ratio 6.602 1 .010
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.48.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .230 .018
RIWAYAT BEDAH SESAR * PERDARAHAN
Continuity Correctionb 3.564 1 .059
Likelihood Ratio 4.412 1 .036
Linear-by-Linear
Association
5.003 1 .025
N of Valid Cases 100
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.88.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .219 .025
N of Valid Cases 100
RIWAYAT KURETASE * PERDARAHAN
% within
PERDARAHAN
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 24.0% 76.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 8.325a 1 .004
Continuity Correctionb 6.540 1 .011
Likelihood Ratio 7.267 1 .007
Fisher's Exact Test .008 .008
Linear-by-Linear
Association
8.241 1 .004
N of Valid Cases 100
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .277 .004