• Tidak ada hasil yang ditemukan

BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

JAWA TENGAH

Usulan Penelitian Skripsi S-1 Program Studi Geografi Konsentrasi Sumberdaya Lahan

Diajukan Oleh:

AINUN NAJIB

NIRM: 05.6.106.09010.50088

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain semakin bertambahnya penduduk akan makin menuntut perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian. Dalam perubahan penggunaan lahan tersebut seringkali aktivitas manusia cenderung merusak lingkungan tanpa memperhatikan keseimbangan dan kelestarian alam. Pemanfaataan lahan yang secara besar-besaran sering mengabaikan kelestarian tanah sebagai unsur penyusun lahan, sehingga kerusakan tanah dan kerusakan lahan semakin bertambah besar.

Pemanfaatan sumber daya alam (tanah dan air) perlu direncanakan dan dikelola secara tepat, dengan pengaturan penggunaan lahan dan pelaksanaan usaha-usaha rehabilitasi lahan dan konservasi tanah. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan akhir pengelolaan sumber daya alam dan air guna terwujudnya keseimbangan sumberdaya alam dan keadaan tata air daerah penelitian agar tidak terjadi bahaya erosi dikemudian hari. Bahaya erosi tanah adalah keadaan yang memungkinkan erosi tanah akan terjadi dalam waktu yang dekat, atau seandainya erosi tanah telah terjadi di tempat itu maka bahaya erosi tanah adalah sebagai tingkat erosi tanah yang akan terjadi di masa mendatang (Bergsma, 1983). Agar kejadian tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi perlu dilakukan upaya konservasi tanah, yaitu suatu usaha untuk mendapatkan tingkat hasil dari lahan secara maksimum dengan mengadakan cocok tanam sambil mengusahakan tindakan pencegahan terhadap terjadinya erosi tanah sampai di bawah tingkat yang masih dapat dibiarkan (Morgan, 1979).

Permasalahan yang ada di daerah penelitian adalah belum maksimalnya usaha konservasi tanah hal ini dibuktikan banyak terjadi erosi, seperti erosi lembar, erosi alur, erosi parit dan erosi sungai. Proses erosi tersebut terutama banyak terjadi di Desa Njlarem, Ngargoloko, Candisari dan Nganggrong.

(3)

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mengadakan penelitian dengan judul sementara “BESAR EROSI TANAH DI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat erosi tanah yang ada di daerah penelitian ?

2. Bagaimana persebaran tingkat erosi tanah yang ada di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat erosi tanah erosi tanah di daerah penelitian.

2. Mengetahui persebaran tingkat erosi tanah yang ada di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi mengenai tingkat bahaya erosi permukaan dan laju erosi yang masih dapat diperbolehkan yang dapat memberikan masukan mengenai arahan konsevasi tanah daerah penelitian, selanjutnya dapat digunakan untuk pemetaan tingkat bahaya erosi dan konservasi tanah dan sebagai bahan bacaan bagi pihak-pihak yang memerlukan.

1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

Sitanala Arsyad (1989) dalam buku: “Konservasi Tanah dan Air”, menguraikan cara memprediksi laju erosi pada suatu bidang tanah menggunakan model parametrik yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) yang disebut The Universal Soil Loss Equation (USLE).

Prediksi laju erosi menggunakan model USLE dilakukan dengan cara mengelompokkan faktor-faktor erosi yang mempengaruhi laju erosi ke dalam enam perubah, yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numerik. Persamaan tersebut adalah A = RKLSCP, dengan R (erosivitas), K

(4)

(erodibilitas tanah), L (panjang lereng), S (kemiringan lereng), C (pengelolaan tanaman), dan P (pengelolaan lahan).

Tukidal Yunianto (1984) dalam bukunya yang berjudul: “Erosion Hazard Study of The Kudus and Prawata Area Central Java, Indonesia”, bertujuan mempelajari peranan survei geomorfologi dalam pemetaan bahaya erosi tanah, dan pengambilan keputusan terhadap cara-cara pengawetan tanah yang sesuai di daerah penelitian. Metode penelitian menggunakan survei geomorfologi untuk mendasari penetapan satuan pemetaan bahaya erosi tanah. Satuan pemetaan diperoleh dari bentuk lahan sebagai satuan geomorfologi yang ditetapkan atas dasar sifat-sifat relief, bahan tanah (macam batuan dan tanah), hasil suatu kejadian alam dan asal mulanya di masa lampau dan masa sekarang. Satuan pemetaan dibagi lebih mendalam lagi atas dasar perbedaan jenis vegetasi, penggunaan lahan dan pengelolaan tanah. Penafsiran foto udara dipergunakan untuk membedakan bentuk lahan, kemudian dilengkapi dengan pengamatan lapangan dan uji laboratorium.

Dalam penelitian tingkat bahaya erosi tersebut digunakan analisa kualitatif yaitu dibuat penilaian berdasarkan faktor-faktor bahaya erosi tanah, yaitu erosivitas hujan, erodibilitas tanah, relief, (kemiringan, panjang dan bentuk lereng), penambahan aliran air dari permukaan lereng atas, kenampakan erosi tanah, tingkat kerapatan penutupan vegetasi dan pengelolaan lahan. Penilaian tingkat bahaya erosi dilakukan pada setiap satuan geomorfologi sebagai satuan pemetaan. Penilaiannya dilakukan secara pengharkatan, yakni tiap faktor bahaya erosi dinilai dari kelas 1 hingga 5, demikian pula pada kelas bahaya erosi tanah yang dihasilkannya berkisar dari kelas 1 (tingkat rendah) hingga kelas 5 (tingkat tinggi).

Di samping penelitian di atas, juga dilakukan penelitian terhadap kesesuaian lahannya. Kesesuaian lahan yang diteliti adalah kesesuaian untuk lahan kering dengan tanaman semusim, seperti : jagung, kentang, dan kedelai. Evaluasi lahan dalam penelitian ini menggunakan parameter kualitas lahan, yang meliputi faktor-faktor kedalaman tanah, kerentanan erosi, lereng, serta perkiraan hasil panen.

(5)

Adapun penentuan atau rekomendasi tindakan konservasi, yakni tentang prioritas perencanaannya dibuat berdasarkan hasil kombinasi antara hasil penelitian tingkat bahaya erosi tanah dan tingkat kesesuaian lahannya. Prioritas perencanaannya dipilih pada satuan pemetaan yang dicirikan dengan tanaman lahan kering yang mempunyai tingkat erosi sedang hingga tinggi. Penelitian yang dihasilkan merupakan penelitian semi detil dengan skala 1 : 50.000 yang berupa peta bahaya erosi tanah daerah Kudus dan Prawata, Jawa Tengah.

Bambang Supriyadi (1992) dalam penelitiannya yang berjudul: “Evaluasi Tingkat Bahaya Erosi Tanah dan Kemampuan Lahan Untuk Arahan Konservasi Tanah di DAS Saradan Kabupaten DATI II Wonogiri”, bertujuan untuk mengetahui tingkat bahaya erosi tanah, menentukan kelas kemampuan lahan, dan mengevaluasi tingkat bahaya erosi tanah dan kemampuan lahan untuk konservasi tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan observasi. Sifat metode ini adalah mengadakan pengamatan gejala dan fakta guna memperoleh data sebagai landasan dalam pemerian sesuai dengan tujuannya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan bentang lahan, dengan bentuk lahan sebagai salah satu unsurnya. Disamping itu juga dilakukan analisis keruangan dengan memandang bahwa parameter-parameter yang menyusun dan mempengaruhi daerah aliran sungai satu sama lain dan merupakan satu sistem.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggabungkan beberapa metode dalam geomorfologi meliputi metode interpretasi foto udara, pemetaan geomorfologi, determinasi watak fisik dan kimia tanah. Satuan pemetaan menggunakan satuan lahan yang dihasilkan dari tumpang susun tiga peta, yaitu peta bentuk lahan, peta penggunaan lahan, dan peta kemiringan lereng. Peta satuan lahan berskala 1:50.000, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cuplikan terstrata dengan pertimbangan.

Dalam penelitian ini ada dua kelompok data yaitu data yang dipergunakan untuk penentuan tingkat bahaya erosi dan data untuk penentuan tingkat kemampuan lahan. Data yang dipergunakan untuk penentuan tingkat bahaya erosi meliputi erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng,

(6)

kenampakan erosi, penutupan lahan dan vegetasi serta tindakan konservasi tanah. Data untuk penentuan tingkat kemampuan lahan terdiri dari lereng permukaan, tingkat erosi, kedalaman tanah, tekstur tanah permeabilitas, drainase, dan persentase kerikil atau batu. Selain itu juga data tentang tingkat erosi parit, bentuk parit, lereng saluran parit dan daerah penangkapan hujan dari parit.

Tingkat bahaya erosi dalam penelitian tersebut penilaiannya dibuat secara kualitatif. Masing-masing faktor yang berpengaruh diberi harkat sesuai dengan tingkat pengaruhnya. Faktor yang cenderung menaikkan tingkat bahaya erosi tanah diberi nilai positif, sedang faktor yang cenderung menurunkan tingkat bahaya erosi tanah diberi nilai negatif.

Nur Amanah Solichati (1996) dalam penelitian yang berjudul: “Persebaran Tingkat Erosi Tanah di daerah Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali”, bertujuan untuk :

a. Mengetahui persebaran tingkat erosi dengan mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi di daerah penelitian.

b. Mengetahui persebaran tingkat erosi dengan menhitung besarnya erosi di daerah penelitian.

Metode yang dipakai adalah dengan observasi lapangan dan analisis laboratorium, sedangkan pengambilan sampel didasarkan pada satuan lahan daerah penelitian. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan tingkat erosi di daerah penelitian menggunakan rumus umum kehilangan tanah dari USLE, yaitu:

A = R.K.L.S.C.P

Untuk menentukan faktor erosivitas (R) menggunakan rumus indeks erpsivitas hujan bulanan dari Bols (1978) sedangkan faktor erodibilitas ditentukan dengan nomograf dari Weischmeier dan Smith. Sedangkan indeks kemiringan dan panjang lereng (LS) dicari dengan menggunakan mnomograf dari Weischmeier dan Smith (1978) untuk mendapatkan indeks pengelolaan tanaman (C) dicari dengan tabel dari Abdurachman CS (1981), dari indeks pengelolaan lahan (P) dengan tabel yang dibuat Weischmeier dan Smith (1984).

(7)

Selanjutnya tingkat erosi di daerah penelitian diklasifikasikan menurut Dangler (1977), dengan hasil tingkat erosi sebagi berikut:

1) Rendah/kelas II seluas 1.184,4 ha (21,38%), mempunyai tingkat erosi antara 23,68 – 35,78 ton/ha/th.

2) Rendah/kelas III seluas 1.890,3 ha (32,61%), mempunyai tingkat erosi antara 37,14 – 42,75 ton/ha/th.

3) Tingkat/kelas IV seluas 355,2 ha (6,41%), mempunyai tingkat erosi sebesar 68,63 ton/ha/th.

4) Sangat tinggi/kelas V seluas 2.190,5 ha (39,5%), mempunyai tingkat erosi antara 85,61 – 490,47 ton/ha/th.

Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti mengacu pada Bambang Supariyadi (1992) dalam hal tujuan dan Nur Amanah Solichati (1996) dalam hal metode penelitian. Adapun perbandingan penelitian dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel 1.1.

1.6. Kerangka Penelitian

Erosi merupakan suatu proses yang terdiri dari tiga tahap, yaitu penghancuran, pelepasan dan pengangkutan dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dalam studi ini bentuk lahan dapat digunakan sebagai bahan untuk kajian proses erosi yang ada di daerah penelitian. Bentuk lahan di daerah penelitian dapat diketahui dengan interpretasi peta topografi skala 1:50.000 dan peta geologi skala 1:100.000. Data yang disadap dari peta topografi adalah morfografi dan morfometri, sedangkan data yang diambil dari peta geologi adalah struktur dan jenis batuan. Peta bentuk lahan kemudian ditumpangsusunkan dengan peta lereng, peta tanah dan penggunaan lahan menjadi peta satuan lahan.

Peta satuan lahan ini yang digunakan sebagai satuan pemetaan sekaligus sebagai satuan evaluasi dan sebagai dasar untuk penentuan dan pengambilan

sampel. Setelah peta satuan lahan terwujud kemudian ditentukan sampel-sampelnya dan dilakukan kerja lapangan. Data yang diambil dari lapangan

(data primer) adalah kemiringan lereng erosi, panjang lereng erosi, erodibilitas tanah, penutupan lahan, tindakan konservasif, dan struktur tanah serta uji

(8)

laboratorium yang meliputi tekstur tanah, kandungan bahan organik dan permeabilitas tanah. Pengumpulan data sekunder adalah data : curah hujan bulanan, jumlah hari hujan rata-rata bulanan, curah hujan maksimum untuk mengetahui erosivitas hujan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1. Tabel 1.1. Perbandingan Penelitain Sebelumnya

Penulis Bambang S.(1992) Nur Amanah (1996) Ainun Najib (2002)

Judul Evaluasi Tingkat Bahaya

Erosi Tanah dan Kemampuan Lahan Untuk Arahan Konservasi Tanah di DAS Saradan Kabupaten Wonogiri

Persebaran Tingkat Erosi Tanah di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali

Besar Erosi Tanah di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah

Tujuan Mengetahui tingkat bahaya

erosi tanah. Menentukan kelas kemampuan lahan. Menentukan arahan konservasi Mengetahui persebaran tingkat erosi

Mengetahui besarnya erosi tanah

Mengetahui tingkat erosi tanah dan

Mengetahui persesaran erosi tanah di daerah penelitian

Data Erosivitas hujan

Erodibilitas tanah Panjang dan kemiringan lereng

Kenampakan erosi, penutup lahan dan tindakan konservasi Bentuk-bentuk erosi

Erosivitas hujan Erodibilitas tanah Panjang dan kemiringan lereng

Penutup lahan

Tindakan konservasi tanah

Erosivitas hujan Erodibilitas tanah Panjang dan kemiringan lereng

Penutup lahan

Metode Deskriptif dan observasi Observasi lapangan dan

analisis laboratorium survei dan analisa laboratorium

Hasil Tingkat erosi berkisar dari

sedang hingga angat berat Kelas kemampuan lahannya kelas III hingga kelas VIII Konservasi tanah di tentukan berdasarkan kelas

kemampuan lahan.

Tingkat erosi berkisar dari rendah hingga sangat tinggi (kelas II-V)

1.Tingkat erosi tanah yang ada di daerah penelitian mempunyai kelas erosi sangat ringan hingga sangat berat 2. Besarnya tingkat erosi yang termasuk dalam kelas sangat ringan berkisar 6,82 – 8,37 ton/ha/th tersebar di V3VAncTg, dan

V3VAnkH. Tingkat erosi

kelas ringan berkisar 29,61 - 43,71 ton/ha/th tersebar di V6IILics, V5IIIRgTg,

V5IIIAnKP dan V5IIILicP.

Tingkat erosi sedang berkisar 62,49 - 176,01 ton/ha/th tersebar di V4IVLicTg, V4IVLicP,

V4IVAnkTg, V5IIIAnKTg,

V6IILicTg dan V6IIAnKP.

Tingkat erosi kelas berat adalah 266,66

ton/ha/thtersebar di V4IVAncTg. Tingkat erosi

kelas sangat berat adalah 3.910,5 ton/ha/tersebar di V3VAnkT.

(9)
(10)

1.7. Metode dan Teknik Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yaitu suatu metode untuk memperoleh data lapangan dengan cara pengamatan, pengukuran dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan satuan lahan.

1.71. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi maupun penelitian terdahulu, sedangkan data primer didapatkan dari pengukuran di lapangan dan dari analisa di laboratorium.

a. Data Sekunder meliputi : 1) Data curah hujan

2) Peta Topografi skala 1 : 50.000

3) Peta Penggunaan Lahan skala 1 : 50.000 4) Peta Geologi skala 1 : 100.000

5) Peta Tanah skala 1 : 50.000 b. Data Primer meliputi :

1) Data lingkungan sekitar profil tanah dan data karakteristik tanah yang meliputi : struktur tanah, panjang dan kemiringan lereng, data pengelolaan tanaman yang meliputi jenis dan periode tanam tahun terakhir dan pola tanamnya, data pengelolaaan lahan atau teknik konservasi tanah yang diterapkan, dan penutupan lahan.

2) Data hasil analisa sampel tanah di laboratorium yang meliputi : tekstur tanah, permeabilitas tanah, kandungan bahan organik.

1.7.2. Teknik Pengambilan Sampel

Satuan pemetaan yang digunakan adalah satuan lahan yang dihasilkan dari tumpang susun peta bentuk lahan, peta kemiringan lereng, peta tanah, dan peta penggunaan lahan. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratifled sampling, yaitu dengan stratifikasi sampel berdasarkan pertimbangan strata satuan

(11)

lahan. Setiap satuan lahan dilakukan observasi, pengukuran, dan pengamatan terhadap kualitas dan karakteristik lahan yang digunakan untuk perhitungan laju erosi dan mengambil sampel tanah setiap satuan lahan untuk dianalisa di laboratorium.

1.7.3. Tahapan Penelitian

1.7.3.1. Pemrosesan Data

Pemrosesan data merupakan tindakan operasional dalam pengumpulan datameliputi:

1) Indeks Faktor Erosivitas Hujan (R)

Indeks erosivitas hujan dapat diperoleh dengan menghitung besarnya energi kinetik hujan (Ek) yang ditimbulkan oleh intensitas hujan maksimum selama 30 menit (El30). Nilai El30 didapat dari setiap kejadian hujan merupakan daya erosi hujan untuk masa atau musim yang bersangkutan. Nilai indeks faktor erosivitas hujan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Bols (1978), yaitu :

El30 = 6,119 (R) 1,21 (D)-0,47 (M)0,63 Keterangan :

El30 = Erosivitas hujan bulanan (ton/ha/bulan) R = Banyaknya curah hujan bulanan rerata (cm) D = Banyaknya hari hujan rerata per bulan

M = Huajan harian maksimum rerata per bulan (cm) 2) Indeks faktor Erodibilitas Tanah (K)

Penentuan indeks faktor erodibilitas tanah ditetapkan dengan menggunakan nomograf. Data yang dikelompokkan untuk menentukan indek faktor K meliputi tekstur tanah bahan organik, permeabilitas tanah dan struktur tanah. Harkat tipe dan kelas struktur tanah dan kelas permeabilitas tanah dapat dilihat pada tabel 1.2 dan tabel 1.3 sebagai berikut :

(12)

Tabel 1.2. Kode Struktur Tanah

No. Struktur Tanah Diameter Struktur Tanah Harkat 1.

2. 3. 4.

Granuler sangat halus Granuler halus Granuler sedang

Gumpal, Lempeng, Pejal atau struktur yang lain selain struktur di atas.

< 1 mm 1 - 2 mm 2 – 10 mm > 10 mm 1 2 3 4 Sumber : Arsyad (1989)

Tabel 1.3. Kode Permeabiltas Tanah

No. Kelas Permeabilitas Kecepatan Harkat

1. 2. 3. 4. 5. 6. Sangat Lambat Lambat Lambat – Sedang Sedang Sedang – Cepat Cepat < 0,5 0,5 – 2,0 2,0 – 6,3 6,3 – 12,7 12,7 – 25,4 > 25,4 6 5 4 3 2 1 Sumber : Arsyad (1989)

Adapun cara untuk mengetahui nilai erodibilitas tanah (K) dengan menggunakan nomograf dari Wischemeier dan Smith adalah sebagai berikut :

a. Hasil penjumlahan antara persentase debu dengan persentase pasir halus dimasukkan pada skala di sebelah kiri dari nomograf erodibilitas tanah tersebut, kemudian ditarik garis kearah kanan sampai memotong pada garis yang menunjukkan persentase pasir atau pasir kasar (0,10-2,0 mm). b. Setelah diketahui titik potong dari garis yang menunjukkan persentase

pasir atau pasir kasar (0,10-2,0 mm), kemudian ditarik garis kearah bawah hingga memotong garis yang menunjukkan prosentase bahan organik tanah.

(13)

c. Setelah diketahui titik potong dari garis yang menunjukkan persentase bahan organik tanah, kemudian ditarik garis kearah kanan hingga memotong garis yang menunjukkan kode struktur tanah.

d. Setelah diketahui titik potong dari garis yang menunjukkan kode struktur tanah tanah, kemudian ditarik garis kearah bawah hingga memotong garis yang menunjukkan permeabilitas tanah.

e. Setelah diketahui titik potong dari garis yang menunjukkan permeabilitas tanah tanah, kemudian ditarik garis kearah kiri hingga menunjukkan erodibilitas tanah.

Adapun gambar dari Nomograf Wischemeier dan Smith dapat dilihat pada gambar 1.2.

(14)

3) Indeks Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Panjang dan kemiringan lereng erosi adalah panjang dan kemiringan lereng yang dihitung mulai dari titik awal aliran permukaan sampai suatu titik pada saat air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau pada suatu keadaan kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Indeks faktor L dan S dihitung sekaligus berupa faktor LS. LS adalah rasio antara besarnya erosi dari sebidang tanah dengan panjang lereng dan kecuraman lereng tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah. Indeks faktor LS dihitung berdasarkan rumus Arsyad (1989) :

LS = √x (0,0138 + 0,00965s + 0,00138s2)

Keterangan :

LS = Indeks faktor panjang dan kemiringan lereng x = Panjang lereng (m)

s = Kemiringan lereng

4) Indeks Faktor Pengelolaan Tanaman (C)

Perhitungan C tahunan rata-rata pada setiap satuan lahan ditentukan berdasarkan masa tanaman dengan menggunakan indeks rat-rata seimbang. Misalnya masa tanam pertama selama 3 bulan pertama adalah kedelai dan kacang tanah, sedangkan indeksnya adalah 0,399 untuk kedelai 0,2 untuk kacang tanah sehingga indeks rata-rata adalah 0,299. Sedangkan masa tanam kedua berupa pada sawah selama 6 bulan dengan indeks 0,01 dan pada lahan tersebut sisa waktunya adalah tanpa tanaman atau bero dengan indeks adalah 1,0.

Dengan kondisi demikian maka indeks pengelolaan tanaman dapt diciri dengan menambah indeks tanaman-tanaman di atas dibagi satu tahun (12 bulan), maka : C = bulan 12 (0,1x3 (0,01x6) (0,299x3)+ + = 0,163

(15)

Tabel 1.4. Faktor Pengelolaan Tanaman (C) Tunggal

No Macam Penggunaan lahan Nilai Faktor C

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Tanah terbuka tanpa tanaman Sawah

Tegalan tidak dispesikasi Ubi kayu Jagung Kedelai Kentang Kacang tanah Padi gogo Tebu Pisang

Akar wangi (serah wangi)

Rumput bade/Bachiria sp. Tahun I Rumput bade/Bachiria sp. Tahun II Kopi dengan penutup tanah buruk Talas

Kebun campuran : - Kerapatan tinggi - Kerapatan sedang - Kerapatan rendah Perindangan

Hutan alam : - Serasah banyak - Serasah kurang Hutan produksi : - Tebang habis - Tebang pilih Semak belukar/padang rumput Ubi kayu + Kedelai

Ubi Kayu + Kacang tanah Padi – sorgaum

Padi – Kedelai Kacang tanah + gude

Kacang tanah + Kacang tunggak Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha Padi + mulsa jerami 4 ton/ha

Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ha Kacang tanah + mulsa Crotalaris 3 ton/ha Kacang tanah + mulsa kacang tunggak Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton/ha Padi + mulsa Crotalaris 3 ton/ha

Pola tanam tumpang gilir + mulsa jerami Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanaman Alang-alang murni subur

1,000 0,010 0,700 0,800 0,638 0,399 0,400 0,200 0,561 0,200 0,600 0,434 0,287 0,002 0,200 0,850 0,100 0,200 0,500 0,400 0,001 0,005 0,500 0,200 0,300 0,181 0,195 0,345 0,417 0,495 0,571 0,049 0,096 0,128 0,136 0,259 0,377 0,387 0,079 0,357 0,001

Sumber : Penunjuk Pelaksanaan RLT – RLKT ( 1988 ) 5) Indeks Faktor Pengelolaan Lahan (P)

Faktor pengelolaan lahan adalah perbandingan antara besarnya erosi atau tanah yang hilang pada lahan dengan tindakan pengawetan tertentu terhadap besarnya erosi tanah sama sekali. Indeks pengelolaan lahan ini

(16)

ditentukan dengan menggunakan tabel pengelolaan tanah (P) yang dibuat RTL – RLKT seperti dalam tabel 1.5.

Tabel 1.5. Faktor Pengelolaan Tanah (P)

Teknik Konservasi Nilai P

Teras tungku a. Sempurna b. Sedang c. Jelek

Teras tidak sempurna Perumputan (permanen) a. Baik

b. Jelek Hill side ditch Persamaan kontur a. kemiringan lereng (0 – 8%) b. kemiringan lereng (9 – 20%) c. kemiringan lereng ( > 20%) Limbah jeram a. 6 ton/ha/th b. 3 ton/ha/th c. 1 ton/ha/th Reboisasi 0,04 0,15 0,35 0,40 0,04 0,40 0,30 0,50 0,75 0,90 0,30 0,50 0,80 0,30 Sumber : Petunjuk Pelaksanaan RTL – RLKT (1988)

1.7.3.2. Klasifikasi Data

Klasifikasi data adalah tindakan menggolongkan atau mengelompokkan atas dasar kriteria tertentu terhadap data yang ada. Klasifikasi tingkat besar erosi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(17)

Tabel 1.6. Klasifikasi Besar Erosi Tanah

Kelas Besarnya Erosi (ton/ha/th) Keterangan I II III IV V < 15 15 – 60 60 – 180 180 – 480 > 480

Erosi sangat ringan (SR) Erosi ringan (R)

Sedang (S) Erosi berat (B)

Erosi sangat berat (SB) Sumber: Departemen Kehutanan (1988)

1.7.3.3. Analisa Data

Analisa data yang digunakan ddaam penelitian ini dengan menggunakan rumus USLE.

1.8. Batasan-Batasan

Bahaya erosi tanah adalah keadaan yang memungkinkan erosi tanah akan segera terjadi dalam waktu dekat, atau jika erosi tanah telah terjadi di tempat itu, maka bahaya erosi tanah diartikan sebagai tingkat erosi tanah yang akan terjadi di masa mendatang (Bergsma,1980).

Bentuklahan adalah bentukan alam di permukaan bumi sebagai hasil dari perubahan bentuk yang disebabkan oleh proses geomorfologi yang ada di permukaan bumi (Sunardi, 1985).

Erodibilitas tanah adalah kemampuan daya tahan tanah terhadap penguraian agregat tanah oleh tetes air hujan dan pengangkutan oleh aliran permukaan (Morgan, 1979).

Erosi tanah adalah proses yang terdiri dari dua tahap atau fase, yaitu proses pengurangan dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi, seperti air atau angin (Morgan, 1979).

Erosi dipercepat adalah proses erosi yang menuju ke proses kerusakan tanah karena adanya aktivitas manusia (Taryono, 1997)

Erosi Lembar (Sheet erosion) adalah proses yang hampir seragam dari lapisan tanah di permukaan karena adanya aliran permukaan (Bergsma, 1985).

(18)

Erosi Alur adalah proses erosi tanah yang membentuk sejumlah alur-alur kecil yang mempunyai kedalaman beberapa centimeter (Bergsma, 1985) Erosi Parit adalah proses erosi yang disebabkan oleh aliran air yang terkumpul

dalam saluran sempit, dan dalam waktu singkat dapat memindahkan tanah dari saluran itu sehingga saluran menjadi dalam, yaitu berkisar antara 0,5 – 5 meter (Bergsma, 1985)

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan secara genetik dan proses-proses yang mempengaruhi bentuklahan serta hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses-peoses itu dalam susunan keruangan (Zuidam, 1979).

Lahan adalah suatu daerah di permukaan bumi dengan sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman, dan binatang dan hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa sekarang dan masa yang akan datang. (FAO dalam Taryono, 1997)

Lahan kering adalah suatu lahan yang diusahakan secara menetap untuk budidaya tanaman tahunan dan atau semusim (Departemen Kehutanan, 1988).

Penggunaan lahan adalah bentuk penggunaan kegiatan manusia terhadap lahan, termasuk keadaan alamiah yang belum terpengaruh oleh keadaan manusia (Karmono, 1984).

Satuan Lahan adalah suatu area di permukaaan bumi yang mempunyai kualitas lahan dan karakteristik lahan yang khas, yang dapat ditentukan batasnya pada peta (FAO dalam Taryono, 1997)

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sabagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk alam dalam relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Isa Darmawijaya, 1990).

Geomorfologi adalah ilmu yang mendiskripsikan tentang bentuklahan dan proses yang mempengaruhi pembentukannya serta menyelidiki hubungan

(19)

timbal balik antara bentuklahan dan proses dalam tatanan keruangan (Van Zuidam,1979).

Proses geomorfologi adalah semua perubahan fisik maupun kimia yang mengakibatkan modifikasi bentuk permukaan bumi (Thornbury,1970).

Gambar

Tabel 1.2. Kode Struktur Tanah
Gambar 1.2. Nomograf Wischmeier dan Smith (1978)
Tabel 1.4.  Faktor Pengelolaan Tanaman (C) Tunggal
Tabel 1.5. Faktor Pengelolaan Tanah (P)
+2

Referensi

Dokumen terkait

study had a contradictive result, where only a minority of nurses suffering from this disease used hormonal contraception. The result agrees with Kostas et al.,9 who found that

[r]

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W16, 2011 ISPRS Trento 2011 Workshop, 2-4 March 2011, Trento,

Model regresi logistik digunakan untuk melihat hubungan antara jenis keganasan kanker dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pasien penderita kanker

Karena pesawat berada di ground (darat),maka air/ground relay (R359) akan energize,sehingga menyebabkan R461 juga energize dan mendapatkan ground, karena R461 energize arus28 volt

Kode Barang Asal-usul Cara Nomor Bahan Nomor Register Merk / Type Ukuran /cc Nama Barang /.

Menceritakan kepada kami, Abū al- Yamān, memberitakan kepada kami Syu’aeb dari al-Zuhrī, dia berkata: Muhammad bin Zubair bin Muţ’im menceritakan bahwa Mu’āwiyah

Therefore, based on the literature review it argued that da’wah is also an aspect that potentially adopts and utilizes social media, such as Online Social Netwrok (OSN),