• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID AT-TAQWA

KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

MELANI ENGGARSARI

NIM. 111-14-116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

i

PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID AT-TAQWA

KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

MELANI ENGGARSARI

NIM. 111-14-116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(3)
(4)

iii Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd.

Dosen IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

Kepada :

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Melani Enggarsari NIM : 111-14-116

Jurusan : S1- Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID

AT-TAQWA KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA

SALATIGA

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Salatiga, 10 Juli 2018 Pembimbing,

(5)

iv LAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI

PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID AT-TAQWA

KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

Disusun oleh: MELANI ENGGARSARI

NIM : 111-14-116

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 18 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).

Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. M. Ghufron, M.Ag.

Sekretaris : Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd. Penguji I : Dr. Wahyudiana, M.Pd.

Penguji II : Dra. Siti Farikhah, M.Pd.

Salatiga, 18 September 2018 Dekan

Suwardi, M.Pd.

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Melani Enggarsari

NIM : 111-14-116

Program Studi : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID

AT-TAQWA KLASEMAN MANGUNSARI SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk di publikasikan pada e-repository IAIN Salatiga.

Salatiga, 6 Juli 2018

Yang Menyatakan,

Melani Enggarsari

(7)

vi MOTTO

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain”

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahku dan ibundaku tersayang, Wakijan Al Wanto dan Sarifah yang senantiasa memberikan dukangan moril maupun materil terhadapku serta selalu memberikan doa, kasih sayang, nasihat dan motivasi di dalam hidup ku.

2. Adik-adik tercinta ku, Petrok, Banana, Tsabit, Ridwan yang selalu kurindukan. Pak lek, bu lek, pakdhe, budhe, serta seluruh keluarga besar yang selalu mendukungku.

3. Sahabat seangkatan ku, mbak Fitri, Emol, Cusna. 4. Irma Innayati Fauziyah teman terbaik.

5. Wiji Sapto Kastiko sebagai teman hati.

6. Keluarga besar Rumah Tahfidz Daarul Ilmi, Hana, khorik, Nia, Sindi yang sudah banyak berjasa dalam penulisan skripsi ini, teh Rina, ustadzah Ning dan teman-teman Rumah tahfidz lainnya. Tak lupa mbak kiki mbak Isti. Terimakasih telah banyak membantu dan memberikan pelajaran hidup.

7. Ibu H. Partini selaku pemilik Rumah Tahfidz Daarul Ilmi beserta keluarga. 8. Ibu Sunani ibu kedua yang senantiasa membimbing saya.

(9)

viii

10. Teman-teman kkn Desa Prigi posko 139 yang sudah banyak memberikan pengalaman hidup untuk saya. mbak Wulan, teteh Aul, mbak Ana, mbak Novi, mbak Marul, mas Miftah, mas Puji, mas Dedi.

11. Warga Desa Prigi, mama Yanto, mama Fauzan, mama Zahra yang mengharap kedatangan saya serta teman-teman. Terimakasih telah menganggap sebagai anak sendiri.

12. Rekan kerja soklatok yang selalu menyemangati saya.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Perilaku Altruisme pada Remaja Masjid At-Taqwa Klaseman Mangunsari Sidomukti Kota Salatiga.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat

syafa’atnya di yaumul akhir.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag selaku Pembimbing Akademik yang

senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama kuliah.

(11)

x

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

7. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Salatiga, 10 Juli 2018

(12)

xi ABSTRAK

Enggarsari, Melani. 2018. Perilaku Altruisme dalam Remaja Masjid At-Taqwa Kota Salatiga. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Kota Salatiga. Pembimbing Dr. Fatchurrohman, S.Ag.,M.Pd. Kata Kunci : Perilaku Altruisme

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku altruisme dalam remaja masjid di era seba digital. Faktor yang mempengaruhi perilaku altruisme baik faktor internal maupun faktor eksternal. Sehingga dapat diketahui faktor penyebab seseorang memiliki perilaku altruisme.

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan metode pendekatan fenomenologi yaitu metode penelitian yang menekankan pada fokus pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi dunia. Sumber data penelitian ini hasil wawancara dengan remaja masjid At-Taqwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, serta dokumentasi.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

A.BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang ... 1

2. Rumusan masalah ... 6

3. Tujuan penelitian ... 6

4. Manfaat penelitian ... 7

5. Penegasan istilah ... 7

6. Kajian penelitian terdahulu ... 8

7. Sistematika penelitian ... 10

B.BAB II LANDASAN TEORI 1. Altruisme a. Pengertian ... 12

b. Aspek-aspek perilaku altruisme ... 15

(14)

xiii 2. Remaja

a. Pengertian ... 21

b. Karakteristik remaja... 22

C. BAB III METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan jenis penelitian ... 26

2. Lokasi penelitian ... 26

3. Sumber data ... 27

4. Metode pengumpulan data ... 28

5. Analisis data ... 30

6. Pengecekan keabsahan data ... 32

7. Tahap-tahap penelitian ... 32

D. BAB IV ANALISIS DATA 1. Paparan data ... 34

2. Analisis data ... 43

E. BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ... 51

2. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 surat permohonan izin penelitian ... 55

2. Lampiran 2 pedoman wawancara ... 56

3. Lampiran 3 hasil wawancara... 57

4. Lampiran 4 foto hasil wawancara ... 72

5. Lampiran 5 lembar konsultasi pembimbing... 76

6. Lampiran 6 SKK ... 77

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(17)

2

Pada abad 21 seperti sekarang ini dapat dikatakan sebagai era digital. Bagaimana tidak, semua kebutuhan manusia dapat diakses begitu mudahnya. Seperti contoh dalam hal mengirim pesan, dahulu kala dalam mengirim pesan terbiasa dengan surat menyurat dan untuk penyampaiannya pun membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari bahkan dapat memakan waktu kurang lebih satu bulan. Berbeda dengan zaman sekarang mengirim pesan hanya butuh waktu beberapa menit. Bukan hanya soal mengirim pesan, akan tetapi dalam hal berita, permainan, berbelanja semua dapat diakses begitu mudah melalui internet. Internet dan smartphone merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dilepaskan. Smartphone sudah menjadi benda yang tidak terpisahkan dalam aktivitas keseharian manusia. Betapa tidak setiap harinya manusia saling berinteraksi melalui smartphone baik dalam urusan pekerjaan, pendidikan, penjualan, kegiatan sehari-hari dan lain sebagainya.

(18)

3

mulai dari orang tua, dewasa, remaja bahkan anak-anak. Secara tidak sadar dampak dari penggunaan smartphone mulai bermunculan, seperti kecanduan game, lebih mudahnya mengakses situs-situs yang senonoh hingga menimbulkan kejahatan asusila.

Selain dampak yang telah disebutkan di atas, ada pula dampak psikis yang ditimbulkan seperti, kecenderungan sikap individualistik, kurangnya sikap bersosialisasi, sikap acuh tak acuh dengan lingkungan sekitar dan lain-lain. Disinilah peran lingkungan keluarga dalam pendidikan anak sangat diperlukan. Lingkungan keluarga adalah pendidikan pertama dan utama dalam melakukan pembinaan dan pengayoman secara layak kepada anak sehingga mendapatkan pencerahan dan pendewasaan dalam menjalani hidup (Ilahi, 2013 : 40).

اَي

Artinya: “wahai orang-orang yang beriman! Periharalah

dirimu dan keluarga mu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

(19)

4

Lingkungan keluarga, peran yang teramat penting dalam proses pendidikan. Kaitan dalam hal ini adalah bagaimana keluarga membimbing anggota keluarga agar senantiasa dapat menyaring dampak baik dan buruk dari penggunaan smartphone. Seperti dalam Q.S. At-Tahrim ayat 6 di atas bahwa fungsi keluarga adalah menjaga dan memberikan pendidikan kepada anggota keluarga mereka. Bagaimana keluarga menyisihkan waktu untuk dihabiskan bersama, sehingga anggota keluarga mampu memaknai pentingnya bersosialisasi dan mampu bersikap altruistik di era modern seperti saat ini. Tidak hanya lingkungan keluarga yang perlu memberikan pendidikan, akan tetapi lembaga pendidikan juga harus menanamkan karakter yang baik dan sesuai dengan peserta didik dan dapat diterapkan dilingkungan sosial. Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Wiyani, 2012:2).

(20)

5

aktivitas atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah atau lingkungan, dengan demikian Pendidikan karakter juga bisa dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikannya dilandasi dengan karakter.

Sasaran utama dalam pendidikan adalah peserta didik yang berumur kisaran 6-20 tahun. Usia tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok atau sub perkembangan anak mulai dari masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa. Remaja adalah sasaran utama, betapa tidak kisaran umur remaja 12-21 tahun merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa (Gunarsa, 2011 : 203). Perubahan yang signifikan terjadi pada bentuk tubuh remaja, hubungan sosial, bertambahnya kemampuan dan keterampilan, pembentukan identitas. Seringkali remaja dikaitkan dengan istilah

“labil” atau dalam kebingungan dalam menentukan beberapa hal.

(21)

6

perkotaan serta penduduknya yang bukan hanya muslim saja tetapi juga non muslim.

Gambaran permasalahan di atas adalah bagaimana penanaman sikap altruisme dalam remaja masjid di jaman yang semakin maju dan mengharuskan melek digital, maka penulis merumuskan judul PERILAKU ALTRUISME PADA REMAJA MASJID AT-TAQWA KLASEMAN KOTA SALATIGA.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.Bagaimana pandangan remaja masjid At-Taqwa Klaseman Mangunsari Sidomukti kota Salatiga tentang altruisme?

2.Bagaimana penerapan sikap altruisme oleh remaja masjid At-Taqwa Klaseman Mangunsari Sidomukti kota Salatiga? C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui pandangan remaja masjid At-Taqwa Klaseman Mangunsari Sidomukti kota Salatiga tentang altruisme.

(22)

7 D. Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang peranan altruisme dalam mewujudkan perilaku remaja masjid yang prososial. Sehingga mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktiknya.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau wacana serta menjadi rujukan atau referensi mengenai perilaku altruisme pada remaja masjid At-Taqwa kota Salatiga. 2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau pegangan bagi pendidik dalam mengembangkan pendidikan karakter terlebih pendidikan remaja. Serta menerapkan dan melaksanakan pembelajaran pendidikan remaja di era serba digital.

E. Penegasan Istilah

(23)

8

dipahami secara konkrit dan lebih operasional. Adapun batasan istilah tersebut adalah:

1. Altruisme

Altruisme dalam kamus istilah popular mempunyai pengertian mementingkan pengabdian dan rasa kasih pada sesama diatas kepentingan pribadi. (Fanani, 2012 : 33)

Altruisme adalah perilaku menolong yang tidak mementingkan diri sendiri dan dimotivasi oleh keinginan untuk bermanfaat bagi orang lain (Clayton & Mercer, 2012 : 121). Kesimpulan dari dua pengertian diatas yaitu altruisme adalah perilaku mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan sendiri.

F. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Satria Andromeda tentang

“Hubungan antara Empati dengan Perilaku Altruisme pada Karang Taruna Desa Pakang” menyimpulkan bahwa ada hubungan positif

(24)

9

rerata empirik sebesar 75,89 dan rerata hipotetik sebesar 62,5. Tingkat perilaku altruisme pada subyek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 81,89 dan rerata hipotetik sebesar 62,5.

Penelitian yang dilakukan oleh Arunia Hidayati yang

berjudul ”Hubungan Kematangan Beragama dengan Perilaku

Altruistik pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama

Islam STAIN Salatiga Angkatan 2007/2008” disimpulkan bahwa

ada hubungan antara kematangan beragama dengan perilaku altruistik pada mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan 2007/2008 diterima. Hal tersebut dipaparkan dengan hasil analisis kuantitatif data 50 responden yaitu tingkat kematangan beragama yang memperoleh nilai tinggi (A) sebanyak 46, kategori sedang (B) sebanyak 44%, kategori rendah (C) sebanyak 10%. Setelah data berhasil, kemudian data tersebut dikonsultasikan dengan r tabel, dengan jumlah subyek penelitian 50 responden dengan taraf signifikansi 5% diperoleh 0,361, pada taraf signifikansi 1% diperoleh 0,279, dan hasil rxy diperoleh signifikansi 0,995, maka dapat berarti bahan nilai rxy lebih besar daripada nilai tabel yakni

(0,361 ˂0,995˃0,279).

Penelitian yang dilakukan oleh Safira Ainun Zahra

mengenai “Pengaruh kematangan Emosi dan Pola Asuh Orang Tua

(25)

10

Jakarta” memberikan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kematangan emosi dan pola asuh orang tua terhadap altruism pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil dari uji hipotesis minor yang menguji masing-masing koefisien regresi terhadap depennment variable diperoleh tiga koefisien regresi yang signifikan, yaitu kemampuan beradaptasi, kemampuan menguasai amarah dan pola asuh otoriter-permisif.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini bukan mengenai altruisme dalam mempengaruhi variable-variabel tertentu melainkan perilaku altruisme dalam remaja masjid At-Taqwa Klaseman Kota Salatiga. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah makna sikap altruisme dalam suatu hubungan sosial. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat dari segi metode penelitan, dimana penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan penelitian ini menggukan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian yang berbeda pula.

G. Sistematika Penelitian

(26)

11

BAB I, yaitu berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, kajian penelitian terdahulu serta sistematika penelitian.

BAB II, berisi mengenai landasan teori pengertian altruisme dan remaja.

BAB III, berisi mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV, paparan dan analisis data.

(27)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Altruisme 1. Pengertian

(28)

13

Seperti halnya altruisme dan egoisme. Altruisme merupakan sikap yang mempunyai pengertian berbanding terbalik dengan egoisme. Egoisme memiliki arti mementingkan diri sendiri. Altruisme adalah sikap mengutamakan kepentingan orang lain dibanding kepentingan diri sendiri.

Menurut Batson (1943 : 3) altruisme merupakan keinginan untuk menguntungkan orang lain demi kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Sedangkan menurut Seglow (2004: 89) altruisme adalah perilaku yang benar-benar diarahkan untuk membantu orang lain untuk kepentingan mereka sendiri dan tidak dapat direduksi menjadi perilaku yang mementingkan diri sendiri atau pro-sosial.

Altruisme adalah perilaku menolong yang tidak mementingkan diri sendiri dan dimotivasi oleh keinginan untuk bermanfaat bagi orang lain (Clayton & Mercer, 2012 : 121).

Altruisme (Monroe, 1998: 4) tindakan yang dirancang untuk memberi manfaat bagi orang lain, bahkan dengan risiko bahaya yang signifikan terhadap kesejahteraan diri sendiri.

(29)

14

dengan perilaku semacam itu. Individu-individu kontrol yang setara yang juga melihat namun tidak turun tangan juga mengisi kuesioner yang sama. Berdasarkan temuannya, mereka mengidentifikasi suatu kombinasi lima disposisi yang diasosiasikan dengan mereka yang menunjukkan perilaku yang mendorong seseorang memiliki perilaku altruisme:

a. Empati

Suatu respon afektif dan kognitif yang kompleks terhadap penderitaan emosional orang lain. Hipostesis altruisme empati mengaitkan perilaku menolong yang termotivasi secara altruitik dengan kepedulian empatik. b. Keyakinan tentang dunia yang adil

Menyatakan bahwa seseorang memiliki norma keadilan yang mempengaruhi cara seseorang menilai apakah orang lain membutuhkan pertolongan dan menimbang ongkosnya bagi kita. Jika hasil menolong yang diserap tidak memenuhi standar keadilan seseorang itu sendiri, maka disebut termotivasi secara egoistik, bukan secara altruistik.

c. Tanggung jawab sosial

(30)

15

mendatang atau apakah individu tersebut pernah menolong seseorang atau tidak

d. Pusat kendali internal

Ini merupakan kepercayaan individu, bahwa individu tersebut dapat memilih untuk bertingkah laku dalam cara memaksimalkan hasil akhir yang baik dan meminimalkan yang buruk. Individu yang menolong mempunyai pusat kendali internal yang tinggi. Sebaliknya individu yang tidak menolong cenderung memiliki pusat kendali eksternal dan percaya bahwa apa yang dilakukan tidak relevan, karena apa yang diatur oleh keuntungan, takdir, orang-orang yang berkuasa dan faktor-faktor tidak terkontrol lainnya.

e. Egosentrisme rendah

Individu yang menolong tidak bermaksud untuk menjadi egosentris, self absorbed, dan kompetitif.

2. Aspek-aspek perilaku altruisme

(31)

16

lain dimana seseorang membantu di dasari oleh keinginan yang tulus dan dari hati nurani orang tersebut tanpa adanya pengaruh dari orang lain. Meletakkan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi dimana dalam memberikan bantuan kepada orang lain kepentingan yang bersifat pribadi di kesampingkan dan lebih fokus pada kepentingan orang lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku altruisme

Perilaku altruisme dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor situasional dan faktor internal. Adapun faktor situasional dibagi menjadi enam antara lain (Sarwono, 2009: 131-134).

a. Lingkungan

Orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi seseorang saat memutuskan untuk menolong ketika dihadapkan pada keadaan darurat, efek ini terjadi karena adanya pengaruh sosial, yaitu pengaruh dari orang lain yang dijadikan acuan dalam meninterpretasikan situasi dan mengambil keputusan untuk menolong.

b. Daya tarik

(32)

17

Seorang pemalu pada umumnya akan melakukan altruisme pada anggota kelompoknya terlebih dahulu kemudian baru terhadap orang lain karena ada kesamaan pada dirinya. c. Atribusi terhadap korban

Seseorang akan termotivasi untuk memberikan bantuan kepada orang lain bila ia berasumsi bahwa ketidak beruntungan korban adalah diuar kendali korban. Jadi seseorang akan lebih bersedia memberikan sumbangan kepada pengemis yang cacat tua dibandingkan dengan pengemis yang sehat dan masih muda.

d. Modeling

Model yang melakukan perilaku altruisme dapat memotivasi untuk seseorang memberikan pertolongan kepada orang lain.

e. Tekanan waktu

(33)

18 f. Kebutuhan korban

Kesediaan untuk menolong dipengaruhi oleh kejelasan bahwa korban benar-benar membutuhkan pertolongan.

Adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi atruisme dibagi menjadi lima yaitu : suasana hati (mood), sifat, jenis kelamin, tempat tinggal, pola asuh (Sarwono, 2009: 134-136).

a. Suasana hati (mood)

Emosi seseorang akan mempengaruhi kecenderungan untuk menolong. Emosi positif akan meningkatkan perilaku altruisme, namun jika situasinya tidak jelas maka orang yang bahagia cenderung mengasumsikan bahwa tidak ada keadaan darurat sehingga tidak menolong. Sedangkan pada emosi negatif, seseorang yang sedih kemungkinan menolongnya dapat membuat suasana hati lebih baik, maka dia akan memberikan pertolongan.

b. Sifat

(34)

19

menjadi penolong ia akan memperoleh penghargaan sosial yang lebih tinggi.

c. Jenis kelamin

Peranan gender terhadap kecenderungan seseorang untuk menolong sangat bergantung pada situasi dan bentuk pertolongan yang dibutuhkan. Laki-laki cenderung mau terlibat melakukan altruisme pada situasi darurat sedangkan perempuan lebih mau terlibat dalam aktfitas altruisme pada situasi yang memberikan dukungan emosi, merawat dan mengasuh.

d. Tempat tinggal

Orang yang tinggal dipedesaan cenderug memiliki sifat penolong dari pada orang yang tinggal diperkotaan di karenakan terlalu banyak mendapat stimulasi dari lingkungan sehingga mereka harus selektif dalam menerima informasi yang banyak agar tetap bisa menjalankan perannya dengan baik. Inilah yang menjadi penyebab orang-orang perkotaan altruismenya lebih rendah dari orang-orang desa.

e. Pola asuh

(35)

20

tumbuh menjadi penolong, yaitu melalui peran orang tua dalam menentukan standar tingkah laku menolong.

4. Tahap-tahap perilaku altruisme

Menurut Latane dan Darley (1970) dalam Faturochman (2009: 74) ada empat tahapan yang dilalui seseorang sebelum sampai pada keputusan dan berbuat menolong orang lain, yaitu:

a. Perhatian, orang tidak mungkin akan menolong bila dia tidak tahu adanya orang lain yang perlu ditolong. Untuk sampai pada perhatian terkadang sering terganggu oleh adanya hal-hal lain seperti kesibukan, ketergesaan, mendesaknya kepentingan lain dan lain sebagainya.

b. Interpretasi situasi, seseorang yang tergeletak di tepi jalan bisa diinterpretasikan sebagai gelandangan, pemabuk, korban kecelakaan atau yang lain. Apabila ternyata pemerhati ini menginterpretasikan gelandangan atau pemabuk maka tidak akan muncul suatu perbuatan. Berbeda jika pemerhati menginterpretasikan sebagai orang yang membutuhkan pertolongan misalnya adanya darah atau permintaan tolong, maka kemungkinan besar akan diinterpretasikan sebagai korban yang perlu pertolongan. c. Asumsi, setelah pemerhati menganggap sesorang

(36)

21

tidaknya asumsi bahwa hal itu merupakan tanggung jawab pemerhati.

d. Mengambil keputusan untuk menolong atau tidak. Meskipun sudah sampai pada tahap ketiga, pemerhati merasa bertanggung jawab memberikan pertolongan. Berbagai kekhawatiran bisa timbul yang menghambat terlaksananya pemberian pertolongan. Berbeda apabila ada keputusan bahwa dia harus menolong. Adanya keputusan seperti itu, maka akan ada tindakan pertolongan.

B. Remaja

1. Pengertian

(37)

22

Saat ini belum ada kesepakatan batas umur dari remaja. Di Indonesia maupun dipelbagai negara, batasan umur remaja ini masih belum ada batasam yang jelas, akan tetapi hampir disepakati berkisar antara usia 13-21 tahun, yaitu berakhir masa anak-anak- menjelang usia dewasa (adolessen). Setiap orang setelah mengalami masa anak-anak dan menghadapi masa remaja akan mengalami masa peralihan yang waktunya sangat singkat. Masa peralihan yang dapat dikatakan masa kritia (berbahaya), disebut juga fase negatif, karena fase ini ditandai dengan sifat-sifat negatif dan acuh tak acuh pada keadaan. Pikiran tidak tenang, kurang mau bergerak atau bekerja, lebih banyak menghabiska waktu untuk tidur, pemurung, ragu-ragu dan non sosial.

2. Karakteristik remaja

Masa remaja juga disebut dengan masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini remaja mengalami banyak karakteristik perubahan hidup. Adapun karakteristik perubahan hidup yang dialami oleh remaja adalah antara lain (Achroni, 2014: 14-31)

a. Ciri fisik/biologis

(38)

23

pertumbuhan. Yaitu follocle-stimulating hormon (ISCH) dan Luteinizing Hormon (LH). Hormon-hormon ini lah yang akan bertanggung jawab atas perubahan fisik remaja. b. Ciri kognitif

Kognitif atau kemampuan berfikir adalah hal yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi. Secara sederhana remaja dengan perkembangan kognitif mampu melakukan hal-lah sebagai berikut : berfikir logis tentang gagasan abstrak, membuat rencana, strategi, keputusan-keputusan, dan memecahkan masalah, membedakan yang konkret dengan yang abstrak, belajar berintrospeksi diri, serta memperluas wawasan berfikir.

c. Ciri emosional

Jenis emosi yang umum dihadapi remaja adalah cinta, kasih sayang, gembira, bahagia, amarah, takut, cemas cemburu sedih frustasi dan benci. Adapun perilaku negatif yang di timbulkan oleh emosi remaja antara lain:

1. Agresif (melawan, keras kepala, berkelahi, suka mengganggu dan lain-lain).

(39)

24

3. Temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung).

Ketika seorang remaja berhasil mencapai kematangan emosi adapun beberapa hal yang akan dimiliki adalah ketepatan emosi (cinta, kasih sayang, simpati, senang menolong, menghormati orang lain, ramah, dan lain-lainnya) serta mampu mnegendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar optimis, dan tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak).

d. Ciri sosial

Hubungan sosial remaja yang menjadi kompleks dibandingkan ketika masih anak-anak inilah yang membuat tugas perkembangan remaja yang terkait dengan hubungan sosial menjadi tugas perkembangan paling sulit. Hal ini terjadi karena dalam setiap hubungan sosial selalu dibutuhkan berbagai penyesuian dan penyesuai sosial ini tidak selalu mudah untuk dilakukan.

e. Ciri moral

(40)

25

hukuman. Remaja berbuat baik karena menghormati tatanan moral yang ada di masyarakat dan norma hukum, serta agar mendapatkan penerimaan sosial.

E.B Hurlock dalam Achroni (2014: 31) menunjukkan betapa berartinya masa remaja dengan memberikan pandangannya mengenai ciri-ciri masa remaja sebagai berikut :

1. Masa remaja sebagai periode yang berharga karena perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting, adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai serta minat baru.

2. Masa remaja sebagai perioden peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku dari anak-anak menuju dewasa.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan karena ada 5 perubahan yang bersifat unuversal yaitu perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, serta perubahan nilai.

4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas karena remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya apa perannya.

(41)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi, yaitu metode penelitian yang merupakan pandangan

berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi dunia (Moleong, 2009 : 15). Penelitian kualitatif fenomenologi digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai janis dan tipe subjek yang ditemukan. Istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat serta dapat memperoleh penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk membentuk kerangka teoritis yang baru.

2. Lokasi Penelitian

(42)

27

strategis terletak di seberang jalan dan banyak pengunjung, serta penduduk sekitar masjid yang bukan hanya muslim tetapi juga non muslim.

3. Sumber Data

Adapun sumber data yang di gunakan pada penelitian ini adalah sumber primer dan sekunder antara lain:

a.Sumber Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber pertama dilapangan. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu maupun kelompok seperti hasil wawancara atau pengisian kuesioner (Abdul Manaf, 2015: 202), adapun sumber primer dalam

(43)

28 Tabel 1.1

Daftar Remaja Masjid At-Taqwa Kota Salatiga

No Nama Jenis kelamin

1. Fd Laki-laki

2. KM Perempuan

3. NZ Perempuan

4. FF Laki-laki

5. FA Laki-laki

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder berupa sumber tulisan yang mendukung sumber primer. Biasanya sumber ini merupakan tafsiran atau tanggapan dari sumber primer (Chang, 2014: 38) dalam penelitian ini sumber sekunder tersebut adalah data-data yang terkumpulkan melalui penelitian. Seperti foto kegiatan dan hasil wawancara.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan menggunakan beberapa metode, antara lain:

a. Wawancara

(44)

29

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee). Penelitian ini menggunakan metode wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yan akan diajukan. Wawancara ini bertujuan mencari jawaban dari hipotesis kerja (Moleong, 2009 : 190).

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat ataupun mungkin dapat diulang (Sukandarrumidi, 2004: 69). Metode ini digunakan untuk mengetahui secara langsung kondisi serta lingkungan dari lokasi penelitian, seputar remaja masjid At-Taqwa Kota Salatiga, serta mengetahui secara langsung fenomena yang diteliti yaitu perilaku altruisme pada remaja masjid.

b. Dokumentasi

(45)

30

atau catatan-catan yang tersimpan, baik berupa catatan transkrip, buku, surat kabar dan lain sebagainya. Penelitian ini memanfaatkan dokumen yang telah diperoleh seperti foto kegiatan, record. Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting (Moleong, 2009 : 216).

5. Analisis Data

Data diteliti, dibandingkan untuk diketahui persamaan dan perbedaan, dan fenomena yang tercermin didalam data. Melalui proses ini, diharapkan dapat mengarah ke penemuan-penemuan baru. Teknik analisis data yang digunakan adalah interpretasi. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, upaya mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan yan dapat dikelola, mensintesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (2009 : 248).

(46)

31

kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori lainnya (Moleong, 2009 : 288). Secara umum proses analisis data dalam motode ini adalah sebagi berikut:

1. Reduksi data

Identifikasi satuan (unit), pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

2. Kategorisasi

Menyusun kategori, kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap kesatuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.

3. Sintesisasi

Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori lainnya.

4. Menyusun hipotesis kerja

(47)

32 6. Pengecekan Keabsahan Data

Penelitian ini berusaha memperoleh keabsahan data pada temuannya. Teknik yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data adalah teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2009 : 330).

Teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber yang berarti membandingkan data mengecek suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, memandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, serta membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

7. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan yaitu: 1. Tahap sebelum ke lapangan

(48)

33

2. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan berkaitan dengan perilaku altruisme dalam remaja masjid dengan memperoleh hasil data dengan cara dokumentasi wawancara serta observasi.

3. Tahap analisis data

Menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong (2009 : 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data-data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

4. Tahap penulisan laporan

(49)

34 BAB IV

ANALISIS DATA

A. PAPARAN DATA

1. Profil Subyek Penelitian

a. Visi dan misi remaja masjid At-Taqwa

1. Visi : memakmurkan masjid yang merupakan sentral aktivitas umat Islam dan menyelamatkan generasi Islam.

2. Misi :

a. Menjadikan masjid sebagai tempat untuk beribadah kepada Allah semata dan pusat kebudayaan Islam.

b.Mengadakan kegiatan pelatihan atau training pengembangan diri untuk remaja.

c. Menuju masyarakat Islami yang sejahtera dan di ridhai Allah SWT.

d.Membudayakan syiar-syiar Islam di tengah masyarakat

(50)

35

b. Struktur organisasi remaja masjid At-Taqwa

Ketua : Fahmi Aliafi

Sekretaris : Sely Yuliastanti Bendahara : Ratih

Seksi Pendidikan : Najid Azzam Zami

Seksi Humas : Purnama

Seksi Perlengkapan : Faizin

Pembina : Bp. Imam Muhadi

Pelindung : Fadli

Fendi Fahmi 2. Temuan Penelitian

a. Pandangan Remaja Masjid At-Taqwa Kota Salatiga tentang altruisme

(51)

36

pandangan remaja masjid mengenai altruisme adalah sebagai berikut:

Fd mengatakan:

“...Saya belum pernah dengar, baru dengar pertama kali ini.

Hampir sama ya? Tadi kalau altruisme mementingkan

kepentingan orang lain kalau prososial itu bermasyarakat....”

(Wawancara, 25 Mei 2018, pukul 21:28 WIB) KM menuturkan:

“...Saya tidak tahu mbak baru denger pertama kali ini. Hampir

mirip kali ya mbak....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul

20:23 WIB)

NZ menambahkan:

“...ndak tahu, baru denger sekarang. Pernah denger tapi lupa....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

FF mengungkapkan:

“...wah nggak tahu mbak. Yang penting prososial itu kebalikan dari antisosial....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

FA menjelaskan:

“...baru denger mbak. Perilaku prososial itu perilaku yang mendukung segala kegiatan kemasyarakatan....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

(52)

37 Fd menuturkan:

“...iya, misalnya seperti ini kita tidak boleh meninggalkan orang susah seperti kakek-kakek yang berusaha dan pemuda yang meminta-minta kita harus menolong kakek sedangkan cuek saja sama pemudanya. Saya lebih dominan belajar dijalan sama teman dan orang yang tidak dikenal serta dari

pengalaman hidup....” (Wawancara, 25 Mei 2018, pukul

21:28 WIB)

KM mengatakan:

“...iya benar, tapi di lingkungan keluarga lah yang cenderung

dominan dalam memberikan nilai-nilai kearifan. Ayah dan

ibu saya yang menanamkan hal itu....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

NZ mengatakan:

“...iya tapi dominan diajarkan di lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga itu istilahnya lingkungan pertama yang kita kenal jadi saya tahu tentang tolong menolong dari

lingkungan keluarga....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB).

FF menambahkan:

“...iya, karena mencerminkan sikap tolong menolong. Akan

tetapi saya lebih bisa belajar di lingkungan masyarakat dan

guru saya....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

FA menjelaskan:

“kalau dimasyarakat semua dipikul bareng jadi nggak individualis. Saya lebih belajar di lingkungan masyarakat,

walaupun dilingkungan keluarga juga diajarkan”

(53)

38

b. Penerapan sikap altruisme oleh Remaja Masjid At-Taqwa Kota Salatiga

Berperilaku altruistik mempunyai alasan untuk melakukannya beberapa responden mengatakan beberapa alasan untuk berperilaku altruistik:

Fd menjelaskan:

“...aku berfikir bagaimana diposisi orang lain, kita itu tidak

begitu hebat, kita bisa aman dilingkup negara karena ada orang lain yang menjaga kita, dan kita saling membutuhkan satu sama lain. Kadang kalo aku berfikir orang lain kurang begitu bagus, karena dia tidak mementingkan diri sendiri lebih condong ke kepentingan orang lain. Memang sangat baik, ada seseorang berperilaku altruistik dapat menindas diri sendiri, jaman ini kejahatan paling kejam adalah

memanfaatkan kebaikan orang lain....” (Wawancara, 25 Mei

2018, pukul 21:28 WIB)

KM mengatakan:

“...kita hidup harus tolong menolong, karena kita hidup

berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lain dan pasti ada hukum timbal baliknya. Ya baguskan mbak karena mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingan

diri sendiri....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

NZ mengungkapkan:

“...karena sudah tertanam dalam hati sih ya mbak. Dan hati saya tergugah melihat orang yang perlu bantuan. Bagus mbak, coba aja semua orang kayak gitu pasti damai dunia

(54)

39 FF menuturkan:

“...kita hidup tidak sendiri, dan setelah kita hidup pasti akan mati nah kalau pas kita mati kalau nggak butuh orang lain gimana coba masa mau pergi ke liang lahat sendiri. Nggak baik, ada kalanya kita mementingkan orang lain ada kalanya kita mementingkan diri sendiri, lebih ke situasi dan

kondisi....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

FA mengatakan:

“...dalam kehidupan pasti membutuhkan bantuan orang lain

begitupun sebaliknya. Pasti lebih baik mementingkan orang

lain daripada diri sendiri....” (Wawancara, 28 Mei 2018,

pukul 20:23 WIB)

Kelima responden mengatakan bahwa alasan mereka berperilaku altruistik adalah karena ada hukum timbal balik serta keyakinan bahwa satu orang membutuhkan orang lain. Seperti yang dilakukan oleh KM ketika melihat seseorang teman berjalan menuju kampus serta dalam keadaan terburu dia memberi tumpangan. FA yang menolong korban kecelakaan sedang FA dalam keadaan tergesa-gesa. FF yang membantu teman mengerjakan tugas sedang FF memiliki tugas yang banyak.

(55)

40 Fd menjelaskan:

“...beda, menurut saya beda karena laki-laki lebih memilih mementingkan rasional kalau cewek menggunakan perasaan. Saya pribadi pintar dalam mengatur suasana hati dan kita harus punya sikap profesional. Dalam menolong seseorang pasti suasana hati ikut serta tetapi kadang sifat egoisme itu

lebih dominan....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23

WIB)

KM menuturkan:

“...beda, temen-temen cowok cenderung total dalam menolong temannya. Iya mbak saya masih mood-mood an dalam

menolong orang....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23

WIB)

NZ mengatakan:

“...beda, kalau laki-laki itu totalitas kalau perempuan itu masih mikir-mikir. Iya mbak dalam menolong seseorang saya masih

mempertimbangkan suasana hati saya....” (Wawancara, 28

Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

FF mengungkapkan:

“...beda, kalau cowok rasio yang main, kalau cewek rasa yang

main. Terkadang iya mbak kalau pas lagi nggak mood ya saya tinggalkan....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

FA menjelaskan:

“...tergantung pemikiran orang, semua itu pakai hati

tergantung kita menyikapi. Tergantung orang kalaupun tidak

kenal ya berusaha menolong....” (Wawancara, 28 Mei 2018,

pukul 20:23 WIB)

(56)

41

berbeda FA lebih cenderung memilih menolong perempuan dikarenakan perempuan bisa diajak berkenalan.

Harapan mendapatkan imbalan dalam menolong serta memikirkan perbedaan saat menolong:

Fd mengatakan:

“...pernah, tapi ya hanya terlintas begitu saja. Tadi saya udah

bilang saya akan baik sama orang yang baik sama saya.

Walaupun kita berbeda seperti yang mbak sebutkan tadi....”

(Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

KM menuturkan:

“...pernah, tapi ketika belum nalar. Ketika masih kecil gitu

mbsk menolong kan biasanya dikasih apa gitu tapi kalau sekarang enggak. Enggak, dalam menolong seseorang saya tidak membeda-bedakan....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

NZ menjelaskan:

“...saya mikirnya karena ada hukum timbal balik sih, karena

orang menolong pasti akan ditolong. Saya tidak pandang bulu dalam menolong. Entah itu beda agama, beda suku beda ras selama dia butuh pertolongan ya saya tolong....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

FF mengungkapkan:

“...pernah bahkan sering, tetapi ada kalanya benar-benar tulus menolong orang. Insyaallah tidak, biasa saja yang penting

tidak tolong menolong dalam hal keimanan....” (Wawancara,

(57)

42 FA mengatakan:

“...kalau kita menolong sesama bujang atau cewek jujur saya

pamrih. Tapi kalau dimasyarakat tidak. Tidak saya tidak

membedakan satu dengan yang lain....” (Wawancara, 28 Mei

2018, pukul 20:23 WIB)

Foto 1.1 membuktikan bahwa FA lebih mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Ditengah-tengah kesibukan FA mengerjakan tugas sebagai seorang guru FA mementingkan kepentingan bersama yaitu mengikuti agenda rapat bulanan.

Argumen tentang perbedaan orang pedesaan dan orang perkotaan dalam hal menolong antara lain:

Fd menjelaskan:

“...saya tinggal dipesisir, jadi saya setuju, orang kota itu

cuek. Di Salatiga lagi, banyak orang cuek beda sama orang desa orang kota cenderung materialistik dan

individualistik....” (Wawancara, 28 Mei 2018, pukul 20:23 WIB)

KM mengatakan:

“...iya mbak, dilihat secara real lebih peka orang desa, kalau orang kota itu jarang punya waktu....” (Wawancara, 28 Mei

2018, pukul 20:23 WIB)

NZ mengungkapkan:

“...setuju banget, orang kota sibuk sendiri beda sama orang desa kerja bareng tetangga, apa-apa masih bisa minta bantuan

(58)

43 FF menuturkan:

“...setuju, selama saya hidup didesa sikap saling gotong

royong tinggi tetapi dikota tidak, materialistik dan melihat

dari segi untung dan rugi....” (Wawancara, 28 Mei 2018,

pukul 20:23 WIB)

FA menjelaskan:

“...setuju kalau orang di desa gotong royong masih kental kalau dikota sudah berbeda....” (Wawancara, 28 Mei 2018,

pukul 20:23 WIB)

Kelima responden setuju bahwa orang yang hidup diperkotaan berbeda dengan orang yang hidup dipedesaan. Seperti hal yang dialami oleh FF ketika hendak meminta tolong tetangga desa untuk memperbaiki rumah mereka tidak memungut biaya apapun. Berbeda dengan orang perkotaan memperbaiki kran air harus membayar jasa.

B. ANALISIS DATA

(59)

44

1. Pandangan remaja masjid At-Taqwa Klaseman Kota Salatiga mengenai altruisme

Secara umum remaja masjid At-Taqwa belum mengetahui pengertian dari altruisme, akan tetapi mengerti akan makna altruisme yaitu tolong menolong. Altruisme adalah menolong orang lain tanpa mementingkan kepentingan sendiri. Perilaku menolong muncul bukan hanya karena spontanitas semata melainkan juga karena pengaruh lingkungan. Beberapa responden juga mengatakan bahwa lingkungan berpengaruh, seperti yang dikatakan KM dan NZ mereka mengatakan bahwa lingkungan mempengaruhi untuk melakukan perilaku menolong dan menurut KM dan NZ lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang dominan dalam mempengaruhi perilaku tersebut, karena lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama untuk bersosialisasi. Berbeda dengan argumen KM dan NZ, Fd, FF serta FA memiliki argumen yang sedikit berbeda. Selain lingkungan keluarga Fd mengatakan bahwa tidak hanya belajar dari lingkungan keluarga melainkan Fd lebih banyak belajar dari pengalam hidupnya. Mengamati setiap kejadian yang berlangsung serta mengambil hikmah yang dapat dipelajari.

(60)

45

perilaku seseorang untuk menolong, akan tetapi FA menambahkan bahwa lingkungan masyarakat lebih banyak memberikan pengaruh tersebut, karena FA lebih banyak bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat. FF juga membenarkan lingkungan keluarga berpengaruh akan tetapi FF lebih banyak belajar dari guru atau tokoh masyarakat. Kelima responden membenarkan bahwa lingkungan tempat tinggal sangat mempengaruhi pola perilaku seseorang dalam hal tolong menolong.

Faktor lingkungan memberikan dampak yang sangat luar biasa dalam mempengaruhi perilaku seseorang karena setiap orang melakukan sosialisasi baik di lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Karakter yang berbeda-beda yang dimiliki oleh setiap orang juga berpengaruh, karena proses sosialisasi dengan berbagai macam karakter dan berbagai orang menjadikan setiap orang memiliki koleksi pengetahuan tentang berbagai macam karakter seseorang. Sehingga sangat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk berperilaku altruistik.

(61)

46

Orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi seseorang saat memutuskan untuk menolong ketika dihadapkan pada keadaan darurat, efek ini terjadi karena adanya pengaruh sosial, yaitu pengaruh dari orang lain yang dijadikan acuan dalam meninterpretasikan situasi dan mengambil keputusan untuk menolong. Modeling atau motivasi dari seseorang untuk memberikan pertolongan juga berpengaruh seperti yang dikatakan FF bahwa seorang lebih banyak memberikan peran untuk mempengaruhi FF dalam perilaku menolong.

2. Penerapan sikap altruisme oleh remaja masjid At-Taqwa Klaseman Kota Salatiga

(62)

47

menolong orang lain adalah suatu keharusan. Keharusan berperilaku altruistik yang dinyatakan oleh responden berkaitan dengan disposisi yang menunjukkan perilaku yang mendorong seseorang dalam berperilaku altruistik seperti empati. Bierhoff , Klein dan Kram (1991) dalam Clayton & Mercer (2012 : 130) mengatakan bahwa empati adalah suatu respon afektif dan kognitif yang kompleks terhadap penderitaan emosional orang lain.

(63)

48

Suasana hati (mood) seseorang berpengaruh ketika seseorang tersebut hendak menolong orang lain. Sifat baik yang dimiliki oleh kelima responden membuat mereka mampu berperilaku altruistik dalam keadaan apapun. Perbedaan jenis kelamin tidak begitu banyak mempengaruhi perilaku altruistik keempat responden berbeda dengan FA yang cenderung memilih perpempuan dalam hal menolong. Tempat tinggal juga mempengaruhi perilaku altruistik seseorang. Kelima responden hidup dalam keadaan bermasyarakat dan dalam kehidupan pondok sehingga mereka memiliki perilaku altruistik karena lingkungan tempat tinggal mengajarkan hal tersebut tanpa mereka sadari. Lingkungan keluarga yang juga mempengaruhi perilaku altruistik tidak terlepas dari peran orang tua dalam mengasuh serta mendidik anak untuk dapat berperilaku baik.

(64)

49

dikatakan oleh Warsono (2009). Laki-laki cenderung mau terlibat melakukan altruisme pada situasi darurat sedangkan perempuan lebih mau terlibat dalam aktfitas altruisme pada situasi yang memberikan dukungan emosi, merawat dan mengasuh.

Beberapa responden melakukan bentuk perilaku altruistik dalam kehidupan mereka dalam bentuk tenaga. Seperti yang dilakukan oleh KM dan NZ yang mengajar TPQ tanpa mengharapkan imbalan apapun. FA juga mengatakn bahwa dia berperilaku altruistik dalam bentuk memberikan pertolongan tenaga ketika dia melihat seseorang yang tertimpa kecelakaan sedang FA dalam keadaan tergesa-gesa.

(65)

50

(66)

51 BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitan diatas, penelitian mengenai perilaku altruisme dalam remaja Masjid At-Taqwa kota Salatiga dengan metode kualitatif fenomenologi bahwasannya:

1. Remaja masjid At-Taqwa Klaseman Mangunsari Kota Salatiga memahami istilah altruistik dalam makna tolong menolong. Perilaku tolong menolong yang sudah tertanam di dalam diri mereka membuat mereka harus menolong orang yang membutuhkan pertolongan diatas kepentingan mereka sendiri, dapat dikatakan mereka juga berperilaku altruistik dalam kehidupan mereka tanpa mereka sadari.

(67)

52

pengajaran Al-Qur’an kepada anak-anak tanpa mengharapkan imbalan.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Saran untuk lingkungan keluarga

a. Memperhatikan pola pendidikan yang diajarkan kepada anak, karena segala sesuatu yang dilakukan orang tua kelak akan menjadi contoh.

b. Lebih banyak meluangkan waktu untuk keluarga. 2. Saran untuk takmir masjid

a. Mengadakan kegiatan yang bertujuan pembentukan karakter altruistik bagi anggota remaja.

(68)

53

DAFTAR PUSTAKA

Andromeda, Satria. 2014. Hubungan antara Empati dengan Perilaku Altruisme pada Karang Taruna Desa Pakang. Skripsi : UMS press.

Ainun Zahra, Safira. 2014. Pengaruh kematangan Emosi dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Altruisme pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi : UIN Syarif Hidayatullah press.

Batson, C. Daniel (Charles Daniel). 1943. Altruism in humans. New York : Oxford University Press.

Bohang,.2017.http://tekno.kompas.com/read/2017/08/25/18154457/ini-5-vend or-smartphone-dengan-penjualan-tertinggi diakses pada hari Kamis, 28 September 2017 pukul 20.16

Chang, William. 2014. Metodologi Penulisan Ilmiah (Teknik Penulisan Esai, Skripsi, Tesis, & Disertasi untuk Mahasiswa). Jakarta: Erlangga.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga ( Sebuah Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fanani, Achmad. 2012. Kamus Istilah Populer. Jogjakarta: Mitra Pelajar. Gunarsa, Singgih D. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Jakarta : Libri.

Hidayati, Arunia. 2007. Hubungan Kematangan Beragama dengan Perilaku Altruistik pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. Skripsi : STAIN Salatiga.

Ilahi, Muhammad Takdir. 2013. Quantum Parenting (Kiat Sukses Mengasuh Anak Secara Efektif dan Cerdas).Yogyakarta: Kata Hati.

Mercer, Jenny & Debbie Clayton. 2012. Psikologi Sosial Terj. Noermalasari Fajar Widuri. Jakarta : Erlangga.

Morgan, Nicola,. 2014. Panduan Mengatasi Stres bagi Remaja Terj. The Teenage Guide to Stress oleh Dewi Wulansari. Jakarta : Gemilang.

Mulyana, Dedi. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(69)

54

Prasetyono, Dwi Sunar. 2014. Kenali Dirimu, Yuk!, Jogjakarta: Laksana. Seglow, Jonathan.2005. The Ethics of Altruism. London : Frankcass

Publisher.

Sudrajat, Enang., Syatibi, dkk. Al-Qur’an dan Terjemah New Cordova.

Bogor: Syamil Qur’an.

Tim penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter (Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(70)

55

(71)

56 Lampiran 2 Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apa yang saudara ketahui tentang altruisme?

2. Apakah anda tahu perbedaan tentang altruisme dan egoisme?

3. Apakah anda tau perbedaan tentang altruisme dan perilaku prososial? 4. Seringkali kita mendengar kata empati bagian dari sikap prososial, apa

yang anda ketahui tentang empati?

5. Apakah lingkungan tempat tinggal anda mengajarkan perilaku menolong? 6. Apakah dalam pendidikan keluarga anda diajarkan untuk meonolong

kepada sesama?Pernahkah secara sadar anda berperilaku altruistik? Kapan kah itu?

7. Apa yang menyebabkan anda perlu/harus berperilaku altruistik? 8. Bagaimana menurut anda tentang orang yang berperilaku altruistik?

9. Seandainya anda dihadapkan pada pilihan pilihan antara menolong teman dengan asyiknya bermain game ml misalnya, manakah yang akan anda pilih? Menolong teman atau bermain game?

10. Menurut anda berbedakah laki-laki dan perempuan dalam berperilaku altruistik?

11. Pernahkah terlintas dibenak anda ketika menolong seseorang anda berfikir untuk mendapatkan imbalan?

12. Pernahkan saat menolong orang anda berfikir tentang perbedaan yang kalian miliki? Misal tentang jenis kulit atau ras bahkan perbedaan keyakinan? Kenapa anda melakukan hal itu?

13. Apakah dalam menolong seseorang anda memikirkan suasana hati anda? 14. Setujukah anda orang pedesaan lebih cenderung penolong dari pada orang

(72)

57 Lampiran 3 Hasil Wawancara

Nama : Fadli Umur : 20 tahun

Hari, tanggal : Jum’at, 25 Mei 2018

No Pertanyaan Hasil wawancara

1. Apa yang saudara ketahui tentang altruisme?

Saya belum pernah dengar, baru pertama kali ini.

2. Apakah anda tahu perbedaan tentang altruisme dan egoisme?

Kalau egoisme itu

mementingkan diri sendiri kalau altruisme itu mementingkan kepentingan orang lain dan mengesampingkan kepentingan pribadi

3. Apakah anda tau perbedaan tentang altruisme dan perilaku prososial?

Hampir sama ya? Tadi kalau altruisme itu mementingkan kepentingan orang lain kalau prososial itu sikap bermasyarakat?

4. Seringkali kita mendengar kata empati bagian dari sikap prososial, apa yang anda ketahui tentang empati?

Empati itu, aku pernah denger tapi lupa.

5. Apakah lingkungan tempat tinggal anda mengajarkan perilaku menolong?

(73)

58

No Pertanyaan Hasil wawancara

6. Apakah dalam pendidikan keluarga anda diajarkan untuk meonolong kepada sesama?

Iya, tapi saya lebih dominan belajar di jalan sama teman dan orang yang tidak dikenal dan belajar dari pengalaman hidup. 7. Pernahkah secara sadar anda

berperilaku altruistik? Kapan kah itu?

Pernah, saya lebih mementingkan teman sendiri daripada diri sendiri, misalnya temen saya butuh tenaga saya ya saya bantu dengan tenaga saya. 8. Apa yang menyebabkan anda

perlu/harus berperilaku altruistik?

Aku berfikir bagaimana diposisi orang lain, kita itu tidak begitu hebat, kita bisa aman di lingkup negara karena ada orang lain yang menjaga kita, dan kita saling membutuhkan satu sama lain.

9. Bagaimana menurut anda tentang orang yang berperilaku altruistik?

Kadang aku berfikir kalau orang lain begitu kurang bagus, karena dia tidak mementingkan diri sendiri lebih condong dengan kepentingan orang lain. Memang lebih baik, ada seseorang berperilaku altruistik dapat menindas diri sendiri, jaman ini kejahatan paling kejam adalah memanfaatkan kebaikan orang lain.

10. Seandainya anda dihadapkan pada pilihan pilihan antara menolong

(74)

59

No Pertanyaan Hasil wawancara

teman dengan asyiknya bermain game ml misalnya, manakah yang akan anda pilih? Menolong teman atau bermain game?

menganggap kita teman, kadang kita perlu bantuannya dia ogah, kalau kita membantunya sekali dua kali tidak apa-apa kalau terus-terusan saya ya nggak mau. Saya akan baik sama orang yang baik sama saya.

11. Menurut anda berbedakah laki-laki dan perempuan dalam berperilaku altruistik?

Beda, menurut saya beda karena laki-laki lebih mementingkan rasional kalau cewek menggunakan perasaan.

12. Pernahkah terlintas dibenak anda ketika menolong seseorang anda berfikir untuk mendapatkan imbalan?

Pernah tapi ya hanya terlintas begitu saja.

13. Pernahkan saat menolong orang anda berfikir tentang perbedaan yang kalian miliki? Misal tentang jenis kulit atau ras bahkan perbedaan keyakinan? Kenapa anda melakukan hal itu?

Tadi saya sudah bilang, saya akan baik sama orang yang baik sama saya. Walaupun kita berbeda seperti yang mbak sebutkan tadi.

14. Apakah dalam menolong seseorang anda memikirkan suasana hati anda?

Saya pribadi pandai dalam mengatur suasana hati dan kita harus mempunyai sikap profesional. Dalam menolong seseorang kadang sifat egoisme itu lebih dominan.

15. Setujukah anda orang pedesaan lebih cenderung penolong dari pada

(75)

60

No Pertanyaan Hasil wawancara

orang perkotaan? Jelaskan alasan anda

(76)

61 Nama : Kuni Muyassaroh

Umur : 20 tahun

Hari, tanggal : Senin, 28 Mei 2018

No Pertanyaan Hasil wawancara

1. Apa yang saudara ketahui tentang altruisme?

Saya tidak tahu mbak, baru denger pertama kali.

2. Apakah anda tahu perbedaan tentang altruisme dan egoisme?

Ohh kalau altruisme itu mementingkan orang lain kalau egoisme itu kebalikannya. 3. Apakah anda tau perbedaan tentang

altruisme dan perilaku prososial?

Hampir mirip kali ya mbak.

4. Seringkali kita mendengar kata empati bagian dari sikap prososial, apa yang anda ketahui tentang empati?

Empati itu kaya membayangkan posisi orang lain yang menderita.

5. Apakah lingkungan tempat tinggal anda mengajarkan perilaku menolong?

Iya benar, tapi dilingkungan keluargalah yang cenderung dominan dalam memberikan nilai-nilai kearifan.

6. Apakah dalam pendidikan keluarga anda diajarkan untuk meonolong kepada sesama?

Iya mbak, ayah dan ibu saya yang menanamkan hal itu.

(77)

62

No Pertanyaan Hasil wawancara

8. Apa yang menyebabkan anda perlu/harus berperilaku altruistik?

Kita hidup harus tolong menolong, karena kita hidup berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lain. Dan pasti ada hukum timbal baliknya.

9. Bagaimana menurut anda tentang orang yang berperilaku altruistik?

Ya bagus kan mbak karena mementingkan kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri.

10. Seandainya anda dihadapkan pada pilihan pilihan antara menolong teman dengan asyiknya bermain game ml misalnya, manakah yang akan anda pilih? Menolong teman atau bermain game?

Tergantung situasi dan kondisi mbak, misalnya orang itu terlihat benar-benar memerlukan bantuan kira ya kita tolong tapi ketika saya sedang dalam urusan mendesak ya tidak saya tolong. 11. Menurut anda berbedakah laki-laki

dan perempuan dalam berperilaku altruistik?

Beda, temen-temen cowok cenderung total dalam menolong temannya.

12. Pernahkah terlintas dibenak anda ketika menolong seseorang anda berfikir untuk mendapatkan imbalan?

Pernah, tapi ketika belum nalar. Ketika masih kecil gitu mbak menolong kan biasanya dikasih apa gitu tapi kalau sekarang enggak.

13. Pernahkan saat menolong orang anda berfikir tentang perbedaan yang kalian miliki? Misal tentang jenis kulit atau ras bahkan perbedaan keyakinan? Kenapa anda

(78)

63

No Pertanyaan Hasil wawancara

melakukan hal itu?

14. Apakah dalam menolong seseorang anda memikirkan suasana hati anda?

Iya mbak saya masih mood-mood an kalau mau menolong orang.

15. Setujukah anda orang pedesaan lebih cenderung penolong dari pada orang perkotaan? Jelaskan alasan anda

(79)

64 Nama : Neni Zuhrotul Latifah Umur : 22 tahun

Hari, tanggal : Senin, 28 Mei 2018

No Pertanyaan Hasil wawancara

1. Apa yang saudara ketahui tentang altruisme?

Ndak tahu, baru denger sekarang.

2. Apakah anda tahu perbedaan tentang altruisme dan egoisme?

Kalau egoisme itu

mementingkan diri sendiri 3. Apakah anda tau perbedaan tentang

altruisme dan perilaku prososial?

Enggak mbak.

4. Seringkali kita mendengar kata empati bagian dari sikap prososial, apa yang anda ketahui tentang empati?

Pernah dengar tapi lupa.

5. Apakah lingkungan tempat tinggal anda mengajarkan perilaku menolong?

Iya, tapi lebih dominan diajarkan dikeluarga.

6. Apakah dalam pendidikan keluarga anda diajarkan untuk meonolong kepada sesama?

Iya mbak, lingkungan keluarga itu kan istilahya lingkungan pertama yang kita kenal jadi saya tahu tentang tolong menolong dari lingkungan keluarga.

7. Pernahkah secara sadar anda berperilaku altruistik? Kapan kah itu?

Gambar

Tabel 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Tjaturahono B.S, M.Si. Kata Kunci: Daya Tarik Wisata, Sumber Pembelajaran IPS. Pantai Suwuk merupakan salah satu pantai

Judul Laporan Akhir : Rancang Bangun Simulasi Sistem Dumping pada Motor Roda Tiga Secara Mekanis.. Telah selesai diuji, direvisi dan

Dari hasil pengukuran densitas dan porositas magnet mill scale dengan aditif Ferro Molybdenum (FeMo) menunjukkan nilai densitas meningkat, dan porositas

(1) Dalam pemeriksaan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau Kuasanya apabila

dapat dihasilkan solusi yang dapat meningkatkan nilai EVA setiap tahunnya pada periode 2004-2007.Kesimpulan dari penelitian ini perusahaan dapat meningkatkan nilai EVA

Program Penataan Peraturan Perundang­Undangan Jumlah Produks Hukum Daerah yang di Proses Perda 26 SETDA

Sehubungan dengan tahap Pembukaan dan Evaluasi Penawaran File I (Administrasi & Teknis) E-Lelang Umum Pengadaan Jasa Cleaning Service Area Gerbang Tol Ramp TMII, Dukuh

[r]