• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan - PENGGUNAAN BAHASA PADA LIRIK LAGU PADI DALAM ALBUM“TAK HANYA DIAM” (KAJIAN STRUKTUR DAN GAYA BAHASA) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan - PENGGUNAAN BAHASA PADA LIRIK LAGU PADI DALAM ALBUM“TAK HANYA DIAM” (KAJIAN STRUKTUR DAN GAYA BAHASA) - repository perpustakaan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Sejenis yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini digunakan bagi penulis untuk memberikan referensi atau acuan, untuk membedakan antara penelitian yang dulu dan yang akan ditulis sehinggatidak disangka plagiat. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Peni Marwati (2009) yang berjudul Kajian Semantik Makna, maksud, dan informasi pada lagu-lagu Ebiet G Ade Dalam album Best Of The Best. Penelitian yang berupa skripsi karya mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini menyimpulkan bahawa:

1. Setiap kata yang multi tafsir atau (polynterpertable) memiliki makna denotative, konotatif dan figurative.

2. Maksud yang terkandung pada lagu-lagu Ebiet G ade dalam album best of the best berisi ajaran moral yaitu:

a. Ajaran moral tentang hubungan manusia dengan diri sendiri, b. ajaran moral tentang hubungan manusia dengan manusia lain, c. ajaran moral tentang hubungan manusia dengan Tuhannya.

3. Lagu-lagu Ebiet G. Ade dalam album best of the best yang mengandung informasi sebagai berikut:

(2)

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Duhita Hayuningsih (2003) yang berjudul Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu Iwan Fals Sebagai Cermin Deskripsi Sosial. Penelitian yang berupa skripsi karya mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini menyimpulkan bahwa:

1. pengungkapan gaya bahasa simile dalam lirik lagu Iwan Fals sebagai cermin deskripsi problema sosial budaya menggunakan pola perbandingan langsung dan eksplisit dengan pemakaian kata pembanding bagai, sebagai, bak dan seperti untuk penanda keeksplisitanya,

2. pengungkapan gaya bahasa metafora dalam lirik lagu iwan fals sebagai cermin deskripsi problema sosial budaya, merupakan perbandingan yang bersifat langsung dan implisit menggunakan jenis pembanding human, animal, abstrack kekonkretan dan indra serap,

3. pengungkapan gaya bahasa personifikasi dalam lirik lagu Iwan fals sebagai cermin deskripsi problema sosial budaya yang di ungkapkan dengan cara memberikan sifat benda hidup pada benda mati,

4. gaya bahasa simile, metafora, dan personifikasi dalam lirik lagu jumlahnya banyak, tetapi gaya bahasa paling banyak terletak pada gaya bahasa metafora. 5. aspek pengungkapan problema sosial budaya frekwensi kemunculannya yang

paling tinggi pada kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, kakuasaan, pendidikan, pembangunan.

(3)

B. Pengertian Kalimat

Kridalaksana (2008:103) berpendapat bahwa kalimat adalah klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa, yang membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal seruan salam dan sebagainya.

Selain pendapat di atas, Chaer (2009 : 44) juga mendefinisikan bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

Suatu kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu tergambar lengkap dalam pikiran sipenerima (pembaca), (Razak 1990:2).

(4)

Dari berbagai pendapat para ahli, dapat disimpulkan, bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan dan dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik serta mempunyai arti penuh dan mampu membuat isi dan maksud tersampaikan. Dalam bahasa tulis kalimat didahului huruf kapital dan diakhiri tanda baca.

C. Unsur-unsur Kalimat

Dalam pemerian kalimat, perlu dibedakan unsur-unsur kalimat yang meliputi fungsi kalimat, kategori kalimat, dan peran semantis kalimat. Hal ini terjadi, karena kenyataanya, setiap bentuk kata atau frasa, yang menjadi konstituen atau bagian kalimat termasuk dalam kategori atau frasa tertentu, masing-masing mempunyai fungsi sintaksis serta peran semantiktertentu (Alwi, dkk. 2003: 319).

1. Subjek

Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat.Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Ciri-ciri subjek yang bisa diidentifikasi sebagai adalah:

a) merupakan jawaban apa atau siapa dari predikat, b) dapat didahului kata bahwa,

c) berupa kata atau frasa benda (nomina), d) dapat disertai kata ini atau itu,

e) dapat disertai pewatas yang,

(5)

g) tidak didahului kata prepoosisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut dan lain-lain,

h) tidak dapat diingkarkan di ingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.

2. Predikat

Seperti halnya subjek, predikat kalimat muncul secara eksplisit (tampak jelas). Adapun ciri-ciri predikat secara umum dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a) merupakan jawaban pertanyaan apa, Mengapa, dan bagaimana, dari subjek, b) dapat diingkarkan dengan kata tidak atau bukan,

c) dapat didahului dengan keterangan aspek: akan, sudah, sedang, selalu, hampir, d) dapat didahului dengan keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya,

seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain,

e) tidak di dahului kata yang, jiak didahului yang predikat diubah fungsi menjadi perluasan subjek,

f) didahului kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni,

g) predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata bilangan.

3. Objek

(6)

kerja berkonfiks me-kan atau me-I .adapun ciri-ciri objek dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. berupa kata benda (nomina), b. tidak didahului dengan kata depan,

c. mengikuti secara langsung dibelakang predikat,

d. merupakan jawaban apa atau siapa di belakang predikat, e. dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.

4. Pelengkap

Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek dan melengkapi struktur kalimat. Adapun ciri-ciri pelengkap dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat tidak jelas dan lengkap informasinya,

b. selalu terletak di belakang predikat.

5. Keterangan

Ketarangan merupakan fungsi kalimat yang paling beragam dan paling mudah dipindah letaknya.Keterangan dapat di awal, tengah dan akhir kalimat. Pada umumya kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Keterangan biasanya menunjuk pada keterangan: tempat, waktu, alat, tujuan dan sebagainya.

D. Struktur Kalimat

(7)

pola tertentu yang dianggap mendasari suatu kalimat atau kelompok kata. (Kridalaksana, 2008: 228) struktur frase yaitu pengaturan unsur-unsur kalimat untuk membentuk satuan yang lebih besar, misalnya frase nominal + frase verbal untuk membentuk kalimat. Unsur-unsur yang membangun sebuah kalimat dapat dibedakan menjadi dua yaitu unsur wajib dan unsur takwajib (unsur manasuka) (Putrayasa, 2010: 47). Unsur wajib adalah unsur yang harus ada dalam sebuah kalimat ( yaitu unsur S/subjek dan P/predikat). Sedangkan unsur takwajib atau unsur manasuka adalah unsur yang bolehada dan boleh tidak ada (yaitu kata kerja bantu: harus, boleh; keterangan aspek: sudah, akan; keterangan: tempat, waktu, cara dan sebagainya). Ada beberapa macam struktur kalimat dalam bahasa indonesia yaitu:

1. Struktur Kalimat Deklaratif

Sesuai dengan namanya, kalimat deklaratif bermakna memberitakan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Putrayasa (2009: 20-22) menyebutkan Secara garis besar struktur kalimat deklaratif/berita dibedakan menjadi dua yaitu struktur utama dan variasai atau struktur inversi.

a) Struktur Utama

Penyusunan frasa-frasa pada struktur utama ini mengikuti hukum D-M (Diterangkan-Menerangkan). Artinya, frasa mana yang dianggap penting frasa tersebut didahulukan. Berdasarkan hukum D-M tersebut, terdapat beberapa struktur utama dalam bahasa indonesia yaitu:

(1) Struktur S-P (Subjek-Predikat) Contoh:

(8)

(9) Pasangan suami istri itu ditangkap. (10) Kasus rabies kembali mencuat.

(2) Struktur S-P-O (Subjek-Predikat-Objek) Contoh:

(11) KPK memeriksa gubernur itu. (12) Para demonstran mendatangi KPUD. (13) Ketua DPRD mnerima usulan itu. (14) Ibuku seorang dosen

(3) Struktur S-P-O-Ket (Subjek-Predikat-Objek-Ket) Contoh:

(15) Para siswa SMA/SMK mempersiapkan perlengkapan ujian sejak dini. (16) Kepala sekolah mengumumkan berita itu tadi pagi.

(17) Israel menggempur palestina sejak dua bulan yang lalu. (18) Wartawan itu mengirimkan berita keluar negri.

b. Struktur Variasi atau Struktur Inversi

Struktur variasi atau struktur inversi dibedakan atas dua bagian, yakni struktur inversi total dan struktur inversi parsial.

1) Struktur Inversi Total

Inversi total terjadi kalau frase predikat secara keseluruhan mendahului subjek, atau predikat inti saja mendahului subjek. Kalimat-kalimat pada contoh di bawah menunjukkan struktur inversi total yang terjadi karena P dengan beberapa bagiannya mendahului S.

Contoh: (19) P-O-Ket-S

Disumbangkan oleh warga masyarakat seminggu yang lalu air mineral itu. (20) Ket-P-O-S

Setiap dua jam diperiksa oleh dokter pasien itu. (21) P-O-S-Ket

Diperbincangkan oleh masyarakat masalah lapindo sejak peristiwa itu. (22) Ket-P-S-O

(9)

(23) P -S-O-Ket

Diperbincangkan masalah lapindo oleh masyarakat sejak peristiwa itu. 2) Struktur inversi parsial

Inversi parsial terjadi kalau frasa objek, keterangan, objek dan keterangan mendahului subjek. Jadi P tetap berada dibelakang subjek.

(24) O-S -P-Ket

Oleh para petani tanah persawahan itu digadaikan sejak beberapa bulan. (25) Ket-S -P-O

Sejak beberapa bulan tanah persawahan itu digadaikan oleh para petani. (26) Ket-O-S - P

Sejak beberapa bulan oleh para petani tanah persawahan itu digadaikan. 2. Struktur Kalimat Tanya

Penulisan kalimat tanya dimulai dengan huruf besar dan diakhiri tanda tanya. Pada dasarnya semua kalimat berita (KB) dapat dijdikan kalimat tanya (KT). Oleh karena itu struktur kalimat tanya menurut Putrayasa ( 2009:27-29) yang ada ialah: a. Struktur SP+Intonasi Tanya

Struktur kalimat tanya seperti tersebut diatas biasanya terdapat pada kalimat tanya yang pendek-pendek. Peranan intonasi tanya sangat menentukan. Pemakaian Partikel pementing Kah sifatnya fakultif, artinya boleh dipakai boleh tidak.

Contoh:

(27) Mereka bercerai (kah)?

(28) Pacarnya seorang dokter (kah)? (29) Kakinya patah (kah)?

(30) Anaknya tujuh orang (kah)? (31) Bapaknya kekantor (kah)?)

b. Struktur inversi PS+Partikel dan Intonasi tanya Contoh:

(10)

(33) Menendang bolakah anak iti? (P-O dipindahkan)

(34) Besok pagikah kita tantamen (keterangan waktu dipindahkan) c. Struktur Intonasi Tanya + SP

Contoh:

(35) Apakah kainnya tenunan bali? (36) Apakah buku itu dipinjamkan? (37) Apakah kakayaannya banyak? (38) Apakah hutangnya tiga juta? (39) Apakah uangnya di bank?

Dalam struktur diatas bukan hanya intonasi tanya + SP tetapi juga dapat menggunakan kata tanya.

d. Struktur penggantian KB dengan Kata Tanya

Pada dasarnya ada dua macam kata tanya beserta urutan tuturannya yang dapat dipakai untuk mengganti salah satu unsur-unsur KB. Kedua kata tanya itu adalah: apa dengan kata tuturannya: siapa, mengapa, kenapa, berapa, dengan apa, denga siapa, untuk apa, untuk siapa, kepada siapa, karena siapa, dsb. : mana dengan kata tuturannya: bagaimana, bilamana, di mana, kemana, dari mana, yang mana.

Contoh: Jum’at subuh, tanggal 27 Maret 2009 musibah situgintung terjadi.

Sesuai dengan aspek yang ingin ditanyakan, maka dari kalimat berita diatas dapat dibentuk kalimat tanya sebagai berikut:

(40) Apakah yang terjadi jum’at subuh tanggal 27 Maret 2009? (41) Kapan musibah situ gintung terjadi?

(42) Hari apa musibah situ gintung terjadi? (43) Tanggal berapa musibah situ gintung terjadi?

(11)

e. Struktur Frasa

Dalam struktur ini, kalimat tanya menjadi frasa dari kalimat yang lebih besar. Contoh:

(44) Gaun itu siapakah perancangnya?

(45) Lantai sekotor ini, kapankah akan dibersihkan? (46) Penulis buku itu, siapakah sebenarnya?

(47) Mobil semewah itu, berapakah harganya?

Dalam struktur kalimat ini dari segi jenis kata pengisi unsur fungsional f. Struktur Kalimat Langsung

Contoh:

(48) Pukul berapakah ayah berangkat? Tanya bagus. (49) Penduduk bertanya, ”mengapa tragedi itu terjadi”? 3. Struktur Kalimat Perintah

Seperti halnya kalimat tanya, kalimat perintah inipun menggunakan kalimat berita sebagai sumber strukturnya ditambah dengan intonasi perintah. Menurut Putrayasa (2009:31-33) Secara umum, kalimat perintah mempunyai struktur sebagai berikut:

a. Struktur S-P Contoh:

(50) Kalian beristirahat saja dulu! (51) Soal itu dikerjakan sekarang! (52) Baju itu segera dicuci!

(53) Kamu sabarlah, sebentar lagi ayahmu datang! (54) Anak-anak berkumpulah!

b. Struktur P-S Contoh:

(12)

(57) Diskusikanlah dengannya masalah ini! (58) Belajarlah kalian denga n rajin! (59) Tengoklah nenekmu dikampung! c. Struktur Ket. Modal-S-P

Contoh:

(60) Semoga kalian tiba ditujuan dengan selamat! (61) Hendaknya saudara memahami perasaannya! (62) Cobalah kamu pikir dengan tenang!

(63) Marilah kita bicarakan hal ini biak-baik!

(64) Sudilah tuan mengabulkan permohonan hamba!

d. Struktur P-O Contoh:

(65) Dengarkan berita ini baik-baik! (66) Hitunglah jumlahnya!

(67) Buanglah sampah itu! (68) Simpanlah baju itu dilemari! (69) Sandarkan kepalamu dibahunya!

e. Struktur P

Struktur ini yang digunakan hanya predikat, dari struktur predikat yang paling lengkap hingga tinggal predikatnya saja.

Contoh:

(70) Kerjakan soal nomor 1 dipapan tulis! (71) Kerjakanlah soal nomor satu!

(72) Kerjakanlah!

(13)

f. Struktur Jangan dan Tidak

Struktur kalimat perintah jangan atau tidak juga disebut kalimat larangan. Kata larangan jangan dan tidak mempunyai fungsi yang berbeda. Kata jangan digunakan untuk melarang melakukan sesutu bagi lawan bicara yang kedudukannyalebih rendah dari pembicara. Sementara itu, kata tidak digunakan untuk melarang melakukan sesuatu bagi lawan bicara yang keduanya lebih tinggi daripada pembicara, Putrayasa (2009:33).

Contoh:

(73) Jangan kamu tidur dilantai! (74) Jangan kamu tidur!

(75) Jangan!

(76) Sudilah tuan tidak merokok ditempat ini! (77) Cobalah kita tidak mempersalahkan hal itu lagi! g. Struktur Biar

Struktur ini mempunyai makna antara perintah dan larangan. Contoh:

(78) Biarlah dia sendiri yang mengerjakan tugas itu! (79) Biarlah pemerintah menanggulangi bencana itu! (80) Biarlah mereka mengatasi persoalan itu!

(81) Biarlah orang itu menanggung akibatnya!

E. Ciri-ciri Kalimat Dasar Bahasa Indonesia

(14)

Alwi, dkk (2003:319) menyebutkan yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang (i) terdiri atas satu klausa, (ii) unsur-unsurnya lengkap. (iii) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan (iv) tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dengan kata lain kalimat dasar disini identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif, yang urut-urutannya sangat lazim.

Alwi dan Sugono (2002:79-80) mengemukakan ciri-ciri kalimat dasar sebagai berikut:

1) Kalimat dasar hanya terdiri atas satu klausa. Yang terdiri atas dua klausa atau lebih bukan kalimat dasar, melainkan kalimat turunan yakni kalimat majemuk. 2) Gatra kalimat dasar tidak beratribut, hanya inti saja sehingga mempunyai

kemungkinan untuk diperluas. Misalnya: ibu pulang dapat diperluas menjadi ibu sendiri akan segera pulang.

3) Susunannya tidak inversi. Jadi, susunanya D-M (Diterangkan-Menerangkan) bukan M-D. misalnya: Akan segera pulang/ibu bukan kalimat dasar melainkan kalimat turunan.

4) Kalimat dasar terdiri atas gatra-gatra wajib. Gatra-gatra wajib itu adalh subjek (S), predikat (P), objek (O), dan pelengkap (P).pemunculan gatra wajib ini dalam bahasa Indonesia tidak selalu bersamaan untuk semua jenis kalimat.

5) Kalimat dasar terdiri atas unsur-unsur wajib yang tidak dapat dilesapkan. Kalau ada kalimat yang unsurnya bisa dilesapkan, kalimat itu bukan kalimat dasar melainkan kalimat tuturan.

6) Kalimat dasar belum pernah mengalami proses penggantian (subsitusi). Kalau terjadi subsitusi, kalimat yang bersangkutan bukan kalimat dasar lagi.

(15)

8) Kalimat dasar tidak mengalami penominalisasian. Misalnya: ibu pulang-pulangnya tadi pagi. Predikat verba pulang dinominalisasi menjadi pulang-pulangnya. Kalimat semacam ini bukan merupakan kalimat dasar, melainkan kalimat tuturan.

F. Pola Kalimat Dasar Bahasa Indonesia

Menurut Alwi, dkk (2003: 321-322) Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaksis itu terisi, tetapi paling tidak harus ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Kehadiran konstituen lainnya banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat. Perhatikan contoh berikut

(82) Dia (S) tidur (P) di kamar depan (Ket).

(83) Mereka (S) sedang belajar (P) bahasa Inggris (Pel) sekarang (Ket). (84) Mahasiswa (S) mengadakan (P) seminar (O) di kampus (Ket). (85) Buku itu (S) terletak (P) di meja (Ket) kemarin (Ket).

(86) Ayah (S) membeli (P) baju (O) untuk saya (Pel) tadi siang (Ket). (87) Ayah (S) membelikan (P) saya (O) baju (Pel) tadi siang (Ket). (88) Dia (S) meletakkan (P) uang (O) di atas meja itu (Ket) kemarin (Ket). Dari contoh di atas dapat dibuat tabel seperti berikut:

Fungsi/ Tipe Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan

(16)

Menurut Putrayasa (2010:4) ditinjau dari segi jenis kata yang menduduki subjek dan predikat, ada lima pola dasar kalimat dalam bahasa Indonesia dilihat dari jenis kata pengisi unsur fungsional yakni:

1) Adik //menari pola dasarnya KB+KK (Kata Benda+Kata Kerja) 2) Pohon//tinggi pola dasarnya KB+KS (Kata Benda+Kata sifat) 3) Saya//peragawan pola dasarnya KB+KB (Kata Benda+Kata Benda) 4) Kerbau//tiga eko pola dasarnya KB+KBil (Kata Benda+Kata Bilangan) 5) Ayah//dikantor pola dasarnya KB+KDep (Kata Benda+Kata Depan)

Selain pola diatas ada yang berpendapat bahwa pola kalimat dasarditinjau dari unsur fungsional dapat dibagi menjadi 8 yakni

1. Kalimat dasar berpola S-P-O-Ket

Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan; subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.

(89) Contoh: Aku sudah menghadap komandan tadi

2. Kalimat dasar berpola S-P-O-Pel

Tipe 2 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.

(90) Contoh:Kakakbermain bola basket

3. Kalimat dasar berpola S-P-O

(17)

(91) Contoh: Rani mendapat hadiah

4. Kalimat dasar berpola S-P-Pel

Kalimat tipe 4 mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata sifat dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Namun ada juga subjek yang berupa frase nomina dan predikatnya berupa depan.

(92) Contoh: Pembangunan itu untuk menyejahterakan masyarakat.

5. Kalimat dasar berpola S-P-Ket

Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat.Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.Contohnya adalah kalimat berikut..

(93) Contoh: Ayah makan tadi pagi

6. Kalimat dasar berpola S-P (P: Verba)

Tipe 6 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan predikat.Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa verba intransitif, tidak ada objek, pelengkap, ataupun keterangan yang wajib.

(94) Contoh: Dahlia sedang memasak.

7. Kalimat dasar berpola S-P (P: Nomina)

(18)

nominal.Nomina predikat biasanya mempunyai pengertian lebih luas daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi).

(95) Contoh: Buku itu cetakan bandung.

8. Kalimat dasar berpola S-P (P: Adjektiva)

Kalimat ini memiliki unsur subjek dan predikat.Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva.Unsur pengisi predikat itulah yang membedakan tipe 8 dari tipe 7 dan tipe 6.

(96) Contoh: Pemain sepak bola itu kaya.

(http://jurnal-sastra.blogspot.com/2009/02/penelitian-variasi-pola-kalimat-bahasa.html 12-desember 2012 pukul 14.30)

Kedelapan pola diatas didasarkan pada unsur fungsional tidak berdasarkan jenis kata yang mengisi unsur fungsional tersebut.

G. Gaya Bahasa

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan akan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis dan mempergunakan kata-kata secara indah.

1) Pengertian Gaya Bahasa

(19)

Jika dilihat dari pengertian yang “umum“ gayaadalah cara mengungkapkan diri sendiri, baik melalui bahasa tingkah laku, berpakaian dan sebagainya. Ini artinya cara berpakaian seseorang, cara menulis ataupun cara berjalan seseorang misalnya yang berbeda dari orang lain sama artinya “dengan gaya berpakaian”, “ gaya menulis”, “ gaya berjalan”. Sedangkan dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Dengan demikian secara singkat dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yaitu, kejujuran, sopan santun, dan menarik ( Keraf 1991:113).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran atau ragam bahasa yang memperlihatkan kepribadian penulis melalui bahasa yang tepat sehingga bisa menciptakan keadaan perasaan tertentu dalam hati pembaca atau pendengar dan berfungsi dalam situasi tertentu.

2) Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

(20)

penekanan ditempatkan pada awal kalimat. Sedangkan kalimat berimbang yaitu kalimat yang mengandung dua bagian kalimat atau lebih yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat. Menurut Keraf (2010:124-129) Beradasarkan struktur kalimat yang dikemukakan diatas dapat diperoleh gaya bahasa sebagai berikut

a) Klimaks

Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Klimaks juga disebut gadasi.Istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang sebenarnya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi.Bila klimaks itu terbentuk dari beberapa gagasan yang berturut-turut, semakin tinggi kepentingannya, maka disebut anabasis.

Contoh:

(97) Dalam dunia perguruan tinggi yang dicekam rasa takut dan rasa rendah diri, tidak dpat diharapkan pembaharuan, kebanggaan akan hasil-hasil pemikiran yang obyektif atau keberanian untuk mengungkapkan keberanian secara bebas (98) Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan

pengalaman harapan.

b) Antiklimaks

Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut kegagasan yang kurang penting.

Contoh:

(99) Pembangunan lima tahun telah dilancarkan serentak di ibukota Negara, ibu kota- ibu kota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa diseluruh Indonesia.

(21)

c) Pararelisme

Paraelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.

Contoh:

(101) Bukan saja perbuatan itu yang harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas. (102) Baik golongan yang tinggi maupun yang rendah, harus diadili kalau bersalah. d) Antitesis

Antithesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.

Contoh:

(103) Mereka telah kehilangan banyak harta bendanya, tetapi mereka juga telah banyak memperoleh keuntungan darinya.

(104) Kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil semuanya berkewajiban terhadap keamanan bangsa dan Negara.

e) Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk meberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Contoh:

(105) Atau maukah kau pergi bersama serangga-serangga tanah, pergi bersama kecoak-kecoak, pergi bersama mereka yang menyusupi tanah, menyusupi alam.

(22)

(1) Epizeuksis: repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.

Misalnya:

(106) Kita harus bekerja, bekerja, sekali lagi bekerja untuk mengejar semua ketinggalan kita.

(2) Tautotes: repetisi atau sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah kontruksi. Misalnya:

(107) Kau menuding aku, aku mnuding kau, kau dan aku menjadi seteru.

(3) Anafora: adalah repetisi ang berwujud perulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya.

(108) Bahasa yang baku pertama-tama berperan sebagai pemersatu dalam pembentukan suatu masyarakat bahasa-bahasa yang bermacam-macam dileknya. Bahasa yang baku akan mengurangi perbedaan variasi dialek Indonesia secara geografis, yang tumbuh karena kekuatan bawah sadar pemakai bahasa Indonesia, yang bahasa pertamanya satu bahasa nusantara.

Bahasa yang baku itu akan mengakibatkan slingan bentuk yang

sekecil-kecilnya.

(4) Epistrofora: adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan, misalnya:

(109) Bumi yang kau diami, laut yang kau layari adalah puisi, udara yang kau hirupi, air yang kau tegak adalah puisi.

(5) Simploke (syimploche): adalah repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut, misalnya:

(110) Kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarin

Kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Aku bilang biarin Kamu bilang aku nggak punya kepribadian. Aku bilang biarin Kamu bilang aku ngga pengertian. Aku bilang biarin

(23)

(111) Pegawai kecil jangan mencuri kertas karbon

Babu-babu jangan mencuri tulang-yulanh ayam goring Para pembesar jangan mencuri bensin

Para gadis jangan mencuri perawannya sendiri

(7) Epanalepsis: pengulangan yang berwujud kata terakhir pada baris klausa atau kalimat, mengulang kata pertama misalnya:

(112) Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.

(8) Anadiplosis: kata atau frase terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. Misalnya:

(113) Dalam laut ada tiram, dalam tiram ada mutiara Dalam mutiara: ah tak ada apa

Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati Dalam hati: ah taka pa jua yang ada

(24)

PENGGUNAAN BAHASA PADA LIRIK LAGU PADI DALAM ALBUM TAK HANYA DIAM (KAJIAN STRUKTUR DAN GAYA BAHASA)

Gaya Bahasa

Analisis penggunaan bahasa pada lirik lagu padi dalam album tak hanya diam P-O-K\\S

Referensi

Dokumen terkait

Secara filosofis, manajemen mutu terpadu memang memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas dalam diri manusia (Wagner, 1997) yang dalam konteks

Peserta didik dapat menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati keberagaman dalam bentuk tulisan dengan benar.. Peserta didik dapat membedakan tinggi

Sedangkan pada pekerja kasar, meskipun mempunyai kebiasaan merokok, namun karena disertai aktivitas yang tinggi maka pembakaran kolesterol tinggi pula, sehingga kadarnya

Indonesia dalam konteksnya sebagai negara yang dalam keadaan terpuruk tidak terlepas dari peran serta birokrasi yang selama ini menduduki posisi urgen dalam kehidupan berbangsa

Dengan demikian, hipotesis alternatif diterima, secara bersama-sama antara Pengetahuan dan Pendapatan mempunyai hubungan yang positif dengan Perilaku Pedagang sayuran

Seluruh aset keuangan Perusahaan dan Entitas Anak diakui dan dihentikan pengakuannya pada tanggal diperdagangkan dimana pembelian dan penjualan aset keuangan berdasarkan kontrak

 Masukan bagi guru dan calon guru Penjas sebagai bahan pertimbangan untuk menggunakan Metode Distributed Practice dalam rangka meningkatkan mutu proses belajar

Dalam implementasi program mandiri pangan dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Semarang, yakni di Kelurahan Wates Kecamatan Ngaliyan dan Kelurahan Wonolopo Kecamatan