• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini menunjukkan banyaknya perusahaan yang sudah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini menunjukkan banyaknya perusahaan yang sudah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi saat ini menunjukkan banyaknya perusahaan yang sudah maju dan berkembang mengikuti trend yang ada. Perusahaan-perusahaan yang sudah maju dan berkembang memicu perusahaan lainnya untuk ikut bersaing di pasar global dengan meningkatkan kualitas dan inovasi produk baru serta meningkatkan pelayanan terhadap suatu produk tertentu tak terkecuali bagi perusahaan jasa seperti hotel, villa, penginapan, dan transportasi. Innovation implementation behavior diperlukan untuk menciptakan inovasi-inovasi yang unik yang mengarah pada pelayanan (Hakan & Jamel, 2015). Innovation implementation behavior merupakan keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan di mana keunggulannya tersebut digunakan perusahaan untuk berkompetisi dan bersaing dengan perusahaan lainnya untuk mendapatkan suatu produk di mata konsumen (Abdul et al., 2011). Keberhasilan organisasi dalam menciptakan keunggulan bersaing sangat melekat dengan sumber daya organisasi yang menjadi faktor penentu dari keberadaan serta peranannya yang memberikan konstribusi secara efektif dan efisien terhadap pencapaian tujuan organisasi (Manoela, 2013).

Tenaga kerja sebagai unsur utama manajemen di dalam organisasi, sehingga dalam manajemen SDM faktor yang diperhatikan adalah manusianya itu sendiri (Hasibuan, 2007:112). Organisasi menyadari bahwa SDM merupakan masalah organisasi yang paling penting, karena melalui SDM, sumber daya yang

(2)

lain dalam organisasi dapat berfungsi dan dijalankan (Hendri, 2015). Perusahaan membutuhkan karyawan yang mampu mengubah peluang menjadi gagasan atau ide-ide serta terobosan baru yang dapat dijual secara cepat dan tepat dengan memahami innovation implementation behavior (Dorsman et al., 2014).

Greenleaf (2002:117) menjelaskan organisasi memegang peranan penting dalam membantu karyawan untuk membangun innovation emplementation behavior. Innovation emplementation behavior mengacu pada proses di mana karyawan menjadi mampu dan berkomitmen untuk menggunakan inovasi tertentu (David & Susan, 2010). Karyawan harus mengadopsi perilaku implementasi inovasi berdasarkan keputusan yang biasanya dibuat oleh seorang manajer di dalam organisasi. Karyawan diharuskan menggunakan implementasi inovasi dalam melaksanakan pekerjaanya untuk membantu perusahaan dalam menjalankan operasionalnya (Klein & Sorra, 1996). Kegagalan implementasi terjadi apabila pelaksanaannya tidak sejalan dengan apa yang disampaikan oleh seorang pimpinan, seperti karyawan tidak mau ikut terlibat dalam inovasi seperti potensi dan manfaat inovasi untuk direalisasikan dalam pekerjaannya tidak berjalan sesuai rencana (Astohar, 2012).

Faktor kepemimpinan melalui servant leadership adalah salah satu unsur yang dapat membangun innovation implementation behavior dalam organisasi (Hakan & Jamel, 2015). Konsep kepemimpinan yang sedang popular dalam dekade terakhir adalah servant leadership (Asadollah & Simin, 2013). Kepemimpinan yang efektif sangat mempengaruhi kemampuan organisasi untuk bersaing dalam iklim bisnis saat ini (Joseph, 2015). Mulawarman et al. (2015)

(3)

menyatakan servant leadership merupakan salah satu pendekatan kepemimpinan dalam manajemen yang meningkat popularitasnya karena fokus pada pengembangan organisasi melalui pelayanan kepada semua stakeholder yang relevan di dalam perusahaan. Pernyataan ini didukung oleh Hendri (2015) di mana konsep servant leadership semakin meningkat popularitasnya pada bisnis di era modern.

Greenleaf (2002:112) menjelaskan terdapat beberapa dimensi yang menyangkut dengan konsep servant leadership di perusahaan, dalam hal ini altuistic calling di mana seorang pemimpin meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri, untuk melayani bawahannya terkait dengan urusan pekerjaan, emotional healing seorang pemimpin yang memiliki komitmen dan keterampilannya untuk meningkatkan dan mengembalikan semangat bawahan dengan tindakan selalu memberikan motivasi pada bawahannya dalam menyelesaikan pekerjaan, wisdom seorang pimpinan yang mudah untuk menangkap tanda-tanda di lingkungannya, dengan memahami situasi yang sedang dialami bawahannya mengenai keterikatannya pada lingkungan sosial. Choudhary & Zaheer (2013) menyatakan persuasive mapping tindakan seorang pemimpin yang memiliki keterampilan untuk memetakan persoalan dan mengkonseptualisasikan peluang-peluang yang dapat diambil seperti mencari solusi dan jalan keluar dalam menyelesaikan pekerjaan dengan ide-ide kreatif, organizational stewardship menggambarkan pemimpin yang membuat kontribusi positif terhadap lingkungannya melalui program pengabdian masyarakat serta mendorong pendidikan sehingga karyawan mampu berperan dan berorganisasi di

(4)

masyarakat maupun di perusahaan demi kemajuan perusahaan (Hakan & Jamel, 2015).

Kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan implementasi inovasi melibatkan hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya, seperti seorang pemimpin yang menerapkan servant leadership sebagai bentuk ikatan interpersonal dengan bawahan (Eko, 2012). Kedua, servant leadership memberdayakan karyawan (termasuk saran dan masukan karyawan dalam pengambilan keputusan yang penting di managemen). Pek & Devie (2014) menyatakan servant leadership juga membantu karyawan untuk tumbuh dan berhasil dengan memberikan kesempatan dalam meningkatkan keterampilan dari karyawan itu sendiri. Keempat, servant leadership berperilaku etis, misalnya seorang pemimpin yang menerapkan servant leadership akan menindaklanjuti janji-janji yang dibuat untuk karyawan agar menunjukkan ketaatan mereka terhadap nilai-nilai etis yang kuat di dalam organisasi (Izani & Yahya, 2014). Kelima, para pemimpin yang menerapkan servant leadership ini menunjukkan keterampilan konseptual, seperti menyeimbangkan pekerjaan sehari-hari dengan visi masa depan, sehingga servant leadership memberikan dorongan kepada karyawan untuk terlibat dalam melaksanakan kegiatan sosial baik di perusahaan ataupun di masyarakat di luar pekerjaan (Muhdar et al., 2015).

Innovation implementation behavior merupakan faktor yang penting bagi sebuah organisasi yang memiliki keterkaitan dengan budaya dalam organisasi (Manuel et al., 2012). Penelitian Wekesa et al. (2014) menemukan bahwa gaya kepemimpinan memiliki pengaruh positif dengan kemajuan innovation

(5)

implementation behavior khususnya servant leadership. Innovation implementation behavior dan kepemimpinan dianggap sangat relevan karena keduanya memiliki pengaruh timbal balik secara positif satu sama lain (Hakan & Jamel, 2015). Penelitian Murari & Gupta (2012), Schnider & George (2010), Nurdan (2003) menunjukkan gaya kepemiminan servant leadership berpengaruh positif dalam memoderasi employee empowerment terhadap pengembangan prilaku inovasi karyawan. Pernyataan ini dibuktikan oleh Hakan & Jamel (2015) servant leadership sebagai variabel moderasi secara positif mempengaruhi hubungan empowerment terhadap innovation implementation behavior. Empowerment merupakan faktor penting dalam menciptakan keunggulan bersaing perusahaan seperti yang dinyatakan oleh (Conger & Kanungo, 1988) di mana pengembangan inovasi terhadap suatu produk yang mengarah pada kreativitas di dalam organisasi dapat diciptakan dengan adanya empowerment atau pemberdayaan.

Empowerment atau pemberdayaan merupakan wewenang untuk membuat keputusan dalam suatu area kegiatan operasi tertentu tanpa harus memperoleh pengesahan orang lain (Luthans, 2011:249). Pemberdayaan adalah pemberian wewenang kepada karyawan untuk merencanakan (Planning), mengendalikan (Controlling) dan membuat keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya tanpa harus mendapatkan otorisasi secara eksplisit dari atasannya (Kok, 2011). Pemberdayaan merupakan sistem pengembangan karyawan yang dilakukan perusahaan sebagai rangsangan dalam meningkatkan motivasi serta komitmen karyawan (Rahmawati et al., 2014). Ari (2006) menjelaskan pemberdayaan

(6)

karyawan memberikan kesempatan lebih banyak kepada karyawan untuk mengembangkan kreatifitas, fleksibilitas dan otonomi atas pekerjaannya sendiri, sehingga membawa efek yang menguntungkan dalam menerapkan innovation implementation behavior. Karyawan akan merasa lebih baik dan berpikir positif tentang diri sendiri dan akan lebih siap untuk melayani para wisatawan.Barbara et al., (2014) dalam penelitiannya menunjukkan lima aspek pemberdayaan psikologis memberikan dampak positif dan berkorelasi dengan motivasi intrinsik sebagai komitmen dalam menerapkan innovation implementation behavior. Peter et al. (2015) membuktikan dalam penelitiannya pemberdayaan karyawan memberikan pengaruh positif dalam menciptakan innovation implementation behavior untuk meningkatkan kualitas manajemen.

Taman Amertha Villa Seminyak Bali sebagai salah satu usaha yang bergerak di dunia pariwisata harus mampu bersaing melalui strategi pengembangan innovation implementation bevahior pada karyawan. Karyawan di setiap tingkat dan bagian, diharapkan menjadi pelopor lahirnya ide, produk, proses, dan model bisnis yang inovatif karena merekalah yang kerap lebih memahami realitas keseharian perusahaan berkat interaksi mereka dengan pihak-pihak seperti rekan kerja, wisatawan, pemasok, komunitas, dan pemerintah (Hendri & Devie, 2015). Karyawan perlu didorong untuk memunculkan ide-ide baru serta terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang inovatif. Alasan lainnya, dikarenakan terjadinya perubahan-perubahan yang signifikan dalam perusahaan, perekonomian dan masyarakat. Beratnya lingkungan dan persaingan di dunia pariwisata saat ini, menuntut setiap perusahaan untuk rajin berinovasi demi

(7)

mempertahankan hidup dan memenangkan persaingan yang membutuhkan keterlibatan karyawan. Keterlibatan karyawan di dalam proses inovasi untuk mengoptimalkan potensi kapabilitas karyawan sehingga bermanfaat baik bagi karyawan sendiri maupun perusahaan, karena karyawan mampu menciptakan berbagai macam inovasi dan merupakan komponen utama dan sebagai motor penggerak dalam setiap kegiatan perusahaan (Eko, 2012).

Taman Amertha Villa Seminyak Bali menjadi pilihan akomodasi yang banyak diminati bagi para wisatawan yang berlibur ke Bali dengan menyajikan pelayanan yang mengesankan mengutamakan privasi, kenyamanan dan kemewahan dengan menawarkan fasilitas kolam renang pribadi dan taman yang luas dengan suasana yang tenang dengan target pasar saat ini yaitu wisatawan domestik, Asia, dan Eropa. Taman Amertha Villa Seminyak Bali dengan 54 staf yang ramah dan penuh perhatian dalam memberikan pelayanan pada wisatawan. Jumlah staf Taman Amertha villa seminyak dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah Staf Pada Taman Amertha Villa Seminyak Bali

No Bagian Jumlah Karyawan (Orang)

1 General Manager 1

2 Villa Secretary 4

3 Accounting Department 6

4 Guest Service Attendant Department 8

5 Food and Beverage 9

6 Operation Department 15

7 IT Department 3

8 Driver 4

9 Security 4

Jumlah 54

Sumber : Taman Amertha Villa Seminyak Bali, 2017

Tabel 1.1 dapat diketahui jumlah karyawan terbanyak terdapat pada bagian operation department sebanyak 15 orang dan jumlah karyawan terkecil pada IT

(8)

department sebanyak 3 orang. Karyawan tersebut yang membantu kelancaran operasional perusahaan dalam mencapai tujuannya sehingga dibutuhkan kemampuan dan keinginan untuk berkreatifitas melalui inovasi-inovasi dan gagasan untuk menarik minat wisatawan.

Fenomena masalah mengenai perilaku kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin untuk mengarahkan perilaku karyawan agar mau melakukan inovasi, dan berani mengambil resiko masih sering mengalami kegagalan ketika berinovasi. Pemimpin tertinggi yang hanya dapat menginstruksikan tetapi tidak memberikan peran dalam membangun budaya inovasi dalam organisasi. Pernyataan tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa inovasi berkontribusi pada pelayanan yang diberikan oleh karyawan. Inovasi akan berhasil apabila peran kepemimpinan servant leadership berjalan dengan baik, terutama membangun budaya inovasi yang diterapkan oleh pemimpin perusahaan (Hendri & Devie, 2015). Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin atau sering disebut dengan gaya kepemimpinan. Peran pemimpin dalam menciptakan komunikasi, dan kerjasama yang dapat memotivasi karyawan untuk melakukan inovasi adalah servant leadership (Hakan & Jamel, 2015).

Innovation implementation behavior dipandang sebagai kreasi dan implementasi baru yang dapat merujuk pada kebijakan dan sistem baru. Dalam inovasi dapat diciptakan nilai tambah pada organisasi, dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat

(9)

(Hakan & Jamel, 2015). Indikasi masalah innovation implementation behavior pada karyawan Taman Amertha Villa Seminyak Bali ditunjukan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Indikasi Masalah Innovation Implementation Behavior Pada

Karyawan Taman Amertha Villa Seminyak Bali

No Bagian

Masalah Implementasi Inovasi Behavior Pengumpulan Informasi (Orang) Pengembangan Inovasi (Orang) Kejelasan job description (Orang) Penyebaran Informasi (Orang) 1 Villa Secretary - - - 5 2 Accounting Department 2 3 2 3 3 Guest Service Attendant Department 5 1 4 5 4 Operation Department 4 3 5 6 5 IT Department - - 4 -

Sumber: Observasi langsung, data diolah, 2017

Tabel 1.2 menunjukkan masalah yang menyangkut innovation implementation behavior yang dialami karyawan melalui hasil wawancara dengan 20 karyawan dibagian yang berbeda yakni keseluruhan bagian-bagian di perusahaan. Masalah yang ditemukan menyangkut dengan sikap karyawan yang kurang mampu mengumpulkan informasi dari sumber-sumber sebagai pembelajaran dalam menciptakan peluang seperti ide kreatif, inovasi sebagai dasar dalam memberikan pelayanan yang cepat pada wisatawan. Bagian accounting sebanyak 2 orang, guest service attendant sebanyak 4 orang, dan operation department sebanyak 4 orang, masalah pengembangan inovasi untuk menganalisis pekerjaan yang akan diselesaikan seperti kreasi, inovasi yang cepat dalam penyelesaian pemesanan dan layanan villa pada wisatawan dari bagian

(10)

accounting sebanyak 3 orang, guest service attendant sebanyak 1 orang, dan operation department sebanyak 3 orang. Masalah menyangkut kurangnya penyampaian informasi kejelasan job description melalui kontak pribadi, percakapan, memorandum tertulis, serta beberapa media modern seperti konferensi video atau internet yakni pada bagian accounting sebanyak 2 orang, guest service attendant sebanyak 4 orang, operation department sebanyak 5 orang dan IT Department sebanyak 4 orang.

Proses distribusi informasi yang dibutuhkan karyawan berkaitan dengan pekerjaan tidak secara merata diberikan menyangkut pembiayaan, pelaksanaan dan penyelesaian dalam tenggang waktu yang diberikan (Kurnia, 2015). Karyawan tidak mengetahui informasi sehingga munculnya ambiguitas dari karyawan seperti job description yang tidak jelas, perintah-perintah yang tidak lengkap dari atasan, dan tidak adanya pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan. Karyawan tidak bersedia melakukan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dalam bekerja seperti mengikuti pelatihan, pembelajaran yang disediakan perusahaan untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam bekerja. Rendahnya innovation implementation behavior pada karyawan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni krisis kepercayaan terhadap pemimpin, dan kurangnya pemberdayaan yang terlaksanakan (Rella & Mohamad, 2014).

Walter et al. (2007) menjelaskan perilaku-perilaku tersebut merupakan tindakan yang tidak mendukung efektivitas dan efisiensi dalam bekerja. Karyawan melakukan hal menyimpang atau melanggar, yang menunjukkan tanggung jawab yang rendah pada pekerjaan (Lora, 2015). Jika keadaan ini dibiarkan

(11)

terus-menerus tanpa adanya perubahan yang dilakukan, akan berdampak pada menurunnya efektivitas dan produktivitas di Taman Amertha Villa Seminyak Bali. Oleh karena itu, adanya peran dari pimpinan dalam menerapkan sikap servant leadership dan empowerment pada karyawan sehingga mengurangi rendahnya innovation implementation behavior karyawan.

Melihat teori pertukaran sosial dari Olivia (2006) dan teori LMX atau Leader-Member Exchange Theory dapat dijelaskan kepemimpinan dan empowerment sebagai bagian dalam hubungan sosial untuk mengelola dan meningkatkan innovation implementation behavior. Kepemimpinan yang dapat menciptakan kelompok di dalam dan di luar organisasi yang dapat mengembangkan kreatifitas dan inovasi-inovasi karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diperkuat dengan adanya empowerment yaitu mendorong dan memberi kesempatan lebih baik kepada karyawan.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebagai berikut:

1) Bagaimanakah pengaruh empowerment terhadap innovation implementation behavior pada karyawan Taman Amertha Villa Seminyak Bali?

2) Bagaimanakah pengaruh servant leadership terhadap innovation implementation behavior pada karyawan Taman Amertha Villa Seminyak Bali?

(12)

3) Apakah servant leadership memoderasi pengaruh empowerment terhadap innovation implementation behavior pada karyawan Taman Amertha Villa Seminyak Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu:

1) Untuk mengetahui pengaruh empowerment terhadap servant leadership pada karyawan Taman Amertha Villa Seminyak Bali.

2) Untuk mengetahui pengaruh servant leadership terhadap innovation implementation behavior pada karyawan Taman Amertha Villa Seminyak Bali.

3) Untuk mengetahui servant leadership memoderasi pengaruh empowerment terhadap innovation implementation behavior pada karyawan taman Amertha Villa Seminyak Bali.

1.4 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu manajemen sumber daya manusia, mengenai aspek servant leadership, empowerment dan innovation implementation behavior.

2) Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam merumuskan dan

(13)

mengembangkan strategi kreatif untuk kebijakan perusahaan di Taman Amertha Villa Seminyak Bali.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai skripsi ini maka penulisannya disusun berdasarkan atas beberapa bab, sehingga antar bab mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Secara ringkas diuraikan pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini meliputi latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan objek penelitian yang meliputi innovation implementation behavior, pemberdayaan (empowerment), model pemberdayaan, servant leadership, indikator servant leadership, dan rumusan hipotesis. BAB III Metode Penelitian

Bab ini memuat identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik penentuan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV Pembahasan

Bab ini membahas gambaran umum perusahaan dan pembahasan hasil penelitian.

(14)

BAB V Simpulan dan Saran

Dalam bab ini akan diuraikan simpulan dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dan saran-saran yang dipandang perlu baik untuk pihak manajemen perusahaan maupun penelitian selanjutnya.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Staf Pada Taman Amertha Villa Seminyak Bali
Tabel 1.2 menunjukkan  masalah yang menyangkut  innovation  implementation behavior yang dialami karyawan melalui hasil wawancara dengan  20  karyawan dibagian  yang berbeda yakni  keseluruhan bagian-bagian di  perusahaan

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga merek tersebut yaitu Honda, Yamaha dan Suzuki ialah produsen sepeda motor khususnya dalam industri sepeda motor matic sebagai market leader dan memiliki reputasi

Dari dunia pertelevisian apabila kita cermati dengan seksama maka akan menemui suatu kenyataan bahwa media televisi akhir-akhir ini diramaikan dengan aktivitas yang

Dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi oleh utang jangka pendek yang melibatkan adanya suatu pertukaran antara risiko dan pengembalian,

Sehubungan dengan betapa pentingnya hubungan atasan dan bawahan serta trust bagi suatu organisasi, maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Leader Member Exchange

struktur derivasi madabu anggina. Adanya perpindahan konstituen dalam konstruksi di atas dijelaskan dengan teori Penguasaan dan Pengikatan. Dua subsistem teori yang

Pada umumnya penelitian mengenai hubungan konvergensi IFRS terhadap kualitas informasi akuntansi telah banyak dilakukan dengan mengambil sampel di negara-negara yang telah lebih

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah dan memperluas pengetahuan mengenai hubungan dan pengaruh Leader Member Exchange terhadap Work Engagement yang

Bab ini berisi landasarn teori yang meliputi konsep-konsep teori yang menjadi acuan penelitian yaitu investasi, pasar modal, tingkat suku bunga, inflasi, nilai