• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi penggunaan asam folat pada pasien gagal ginjal kronik anemia rawat inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi penggunaan asam folat pada pasien gagal ginjal kronik anemia rawat inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Ginjal mempunyai fungsi mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan keseimbangan asam-basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam (Pearce, 1995; Costa et al., 2008). Ginjal berperan dalam metabolisme kalsium dan tulang yang menghasilkan senyawa 1,25-dihidroksikolekalsiferol. Ginjal mengatur tekanan darah dengan mensekresikan renin juga berfungsi endokrin dengan memproduksi hormon eritropoetin yang penting untuk merangsang produksi sel darah merah di sumsum tulang (Greene & Harris, 2008).

(2)

2

oleh K/DOQI sebagai suatu keadaan dengan nilai GFR kurang dari 60 ml/men/1,73 m2, selama lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (NKF-K/DOQI, 2002). Penyebab GGK antara lain penyakit infeksi, penyakit vaskuler hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik dan nefropati obstruktif (Price & Wilson, 2006).

GGK masih menjadi masalah besar di dunia karena selain sulit disembuhkan, juga memerlukan biaya perawatan dan pengobatan yang sangat mahal (Chen et al., 2009; Russell et al., 2011). GGK makin banyak menarik perhatian dan banyak dipelajari karena walaupun sudah mencapai tahap gagal ginjal terminal akan tetapi penderita masih dapat hidup panjang dengan kualitas hidup yang cukup baik (Sidabutar, 1992; Kazama et al., 2009). Di seluruh dunia, jumlah penderita GGK terus meningkat dan dianggap sebagai salah satu masalah kesehatan yang dapat berkembang menjadi epidemi pada dekade yang akan datang (Warady, 2009). Konsekuensi kesehatan utama dari GGK bukan saja perjalanan penyakit menjadi gagal ginjal, tetapi juga peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler. Bukti-bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa konsekuensi ini dapat diperbaiki dengan terapi yang dilakukan lebih awal (Hogg RJ et al., 2003).

Di tingkat internasional, rata-rata insiden dari penyakit ginjal kronik stadium 5 atau gagal ginjal mengalami peningkatan terus menerus sejak 1989. Amerika Serikat mempunyai tingkat rata-rata insiden tertinggi dari gagal ginjal, diikuti oleh Jepang (Zuyana & Adriani, 2013). The Third

NationalHealth and Examination Survey (NHANES III) mengestimasikan

(3)

3

juta penduduk) dengan rincian 3,3% (5,8 juta) pada stadium 1, 3% (5,3 juta) pada stadium 2; 4,3% (7,5 juta) pada stadium 3; 0,2% (340.000) pada stadium 4 dan 0,2% (340.000) pada stadium 5 atau gagal ginjal.

Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. WHO memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan penderita gagal ginjal pada tahun 1995-2025 sebesar 41,4% dan berdasarkan data dari Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) diperkirakan terdapat 70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia dan akan terus meningkat sekitar 10% setiap tahunnya (Yeger, 2008). GGK dapat menimbulkan berbagai komplikasi penyakit seperti anemia, osteodistrofi ginjal, hipertensi, hiperkalemia dan asidosis metabolik (Wilson, 2006; Soewanto et.al., 2008). Adanya penurunan GFR dari 69-90 ml/min/1,73 m2 menjadi kurang dari 20 ml/min/1,73 m2 akan menyebabkan peningkatan prevalensi hiperparatiroid dari 17% menjadi 85%, anemia dari 8% menjadi 41% hiperfosfatemia dari 1% menjadi 30%, asidosis metabolik dari 2% menjadi 39% dan hiperkalemia dari 2% menjadi 42% (Moranne et al., 2009).

(4)

4

(Lankhorst dan Wish, 2010). Anemia pada pasien GGK yang tidak diobati, akan meningkatkan risiko progresivitas kegagalan ginjal yang tinggi, rawat inap, mengurangi kualitas hidup pasien, hingga berakibat pada kematian. Dengan demikian, manajemen anemia pada GGK sangatlah penting. GGK yang disertai dengan anemia harus tetap berada di bawah pengawasan (Schmidt and Dalton, 2007).

Anemia menurut definisi World Health Organization (WHO) adalah penurunan hemoglobin (Hb) <12 g/dL atau hematokrit (Ht) <37% pada wanita, dan (Hb) <13 g/dL atau (Ht) <40% pada laki-laki (PERNEFRI, 2002). Pada penderita penyakit ginjal kronik, penderita dikatakan anemia apabila Hb kurang dari 10 g/dL (PERNEFRI, 2001). Penyebab langsung terjadinya anemia beraneka ragam antara lain : defisiensi asupan gizi dari makanan (zat besi, asam folat, protein, vitamin C, riboflavin, vitamin A, seng dan vitamin B12), konsumsi zat-zat penghambat penyerapan besi, penyakit infeksi, malabsorpsi, perdarahan dan peningkatan kebutuhan (Ramakrishnan, 2001). Pembentukan sel darah merah akan terganggu apabila zat gizi yang diperlukan tidak mencukupi. Umur sel darah merah hanya 120 hari dan jumlah sel darah merah harus selalu dipertahankan (Hoffbrand dan Pettit, 1993).

(5)

5

apabila kadar asam folat di bawah normal yaitu folat serum < 3 ng/ml dan folat entrosit < 130 ng/ml (Rossalind, 1990).

(6)

6

Obat yang dikeluarkan terutama melalui ekskresi ginjal dapat menyebabkan toksisitas pada penderita gangguan ginjal (Shargel and Yu, 1999). Keberhasilan terapi untuk penyakit sangat ditunjang oleh pemilihan kombinasi obat yang tepat sedangkan kegagalan terapi sering diakibatkan karena adanya Drug Related Problem (DRP). Ketika outcome yang didapatkan tidak optimal, maka DRP dapat terjadi. Pasien yang paling sering mengalami risiko tinggi terjadinya DRP ketidaktepatan dosis adalah pasien golongan usia lanjut yang dalam proses penuaan akan mengalami proses penurunan fungsi renal (Cipolle et al., 1998).

Dengan alasan tersebut, maka begitu penting untuk mengetahui pola penggunaan asam folat pada pasien gagal ginjal kronik anemia sehingga diharapkan dapat mengurangi angka kejadian dan angka kematian gagal ginjal kronik anemia yang dilakukan di RSUD Kabupaten Sidoarjo, demi meningkatkan pelayanan rumah sakit dan berguna untuk klinisi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, dapat diajukan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimanakah pola penggunaan asam folat pada pasien gagal ginjal kronik anemia rawat inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

(7)

7 1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mempelajari terapi obat asam folat jenis, dosis, rute, frekuensi, interval, dan lama penggunaan yang dikaitkan dengan data klinik dan data labotarorium pada pasien gagal ginjal kronik anemia rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo. b. Mengidentifikasi kemungkinan terjadinya Drug Related Problem

terkait dengan pemberian obat asam folat pada pasien gagal ginjal kronik anemia rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo.

1.4 Manfaat Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi dan perbandingan yang diperoleh, strategi in- network caching yang memiliki kinerja terbaik pada kondisi low dan high popularity adalah,

AKTIFITAS PUBLIC RELATIONS PADA KOMUNIKASI PEMASARAN PT PLN ( PERSERO) YOGYAKARTA DALAM MEMBERIKAN INFORMASI KEPADAB. PELANGGAN MELALUI

Pelaku usaha dilarang untuk melakukan penggabungan badan usaha apabila tindakan tersebut mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, hal

Kekuatan yang dimiliki UPK antara lain prose- dur dan syarat pengajuan kredit mudah dan ringan, ada pendampingan kelompok, pelaksa- naan tanggung renteng berjalan

Dalam konteks masyarakat Kampung Tegalsari yang mayoritas berfaham Syafi’i, praktik ibadah yang dilakukan oleh kelompok MTA menjadi asing dan berbeda dengan

Aktivitas Imunostimulan dan Profil KLT Ekstrak Etanol Herba Patikan Cina ( Euphorbia thymifolia. L) Pada Fagositosis Makrofag Mencit Jantan Terinfeksi

Kode Puskesmas Nama Puskesmas Provinsi Kabupaten/Kota Alamat Puskesmas.. 229 P1811060101 TANJUNG MAS MAKMUR Lampung Mesuji Kampung Tanjung Mas

Hasil penelitian Nurjanah (2011), tentang “ Efektivitas Kompres Normal Salin Dan Air Hangat Terhadap Derajat Flebitis Pada Anak Yang Dilakukan Pemasangan Infus